BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi

advertisement
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca inderanya yang berbeda seperti kepercayaan (believes), takhyul (superstition)
dan penerangan yang keliru (misinformations). Manusia sebenarnya diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Kesadaran manusia dapat
disimpulkan oleh kemampuannya untuk berpikir, berkehendak dan merasa (Siregar,
2010).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi-materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
Universitas Sumatera Utara
8
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) dari kasus yang diberikan.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyususn formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3. Kriteria Pengetahuan
Penilaian – penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2012),
kriteria untuk menilai tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori:
a. Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai : (76-100%)
b. Tingkat pengetahuan cukup apabila skor atau nilai : (56-75%)
c. Tingkat pengetahuan kurang apabila skor atau nilai : (< 56%)
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012):
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo
(2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan. Sedangkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk
menjadi kepribadian dan kemampuan didalam serta diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
b.
Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat
yang cukup dari seseorang, sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook,
1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu
pengalaman sama sekali, suatu objek psikologis cenderung akan bersikap
negatif terhadap objek tersebut. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman, sehingga akan lebih
mendalam dan lama membekas.
d.
Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
10
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang yang
belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
2. Faktor Eksternal
a.
Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan
informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal serta memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menggunakan kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku,
biasanya digunakan melalui media masa.
c.
Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
2.2. Menyusui
2.2.1. Definisi Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan
air susu ibu dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu (Selasi, 2012).
Universitas Sumatera Utara
11
Menyusui secara eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja (exclusive
breast feeding) selama 6 bulan. Sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, hanya ASI
yang seharusnya diberikan. Bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tidak dibenarkan
memperoleh jenis makanan lain seperti buah, bubur susu, nasi lumat, gula, madu dan
sebagainya. Sedangkan Ibu menyusui adalah seseorang wanita yang terkait penikahan
dan telah melahirkan serta menyusui dengan proses alamiah (Roesli, 2009).
2.2.2. Fisiologi Menyusui
Menurut Roesli (2008), payudara terdiri dari bagian eksternal dan internal.
Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu, dan areola
mamae. Bagian internal terdiri dari mamary alveoli (kelenjar susu), sinus lactiferous
(gudang susu) yang terletak di bawah areola mamae, ductus lactiferus (saluran susu),
dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang dan pelindung.
Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang
menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu refleks
pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan
refleks pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex). ASI diproduksi oleh mamary
alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferous (Ruliana, 2008).
Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat perangsangan
ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, maka kelenjar
hipofisa bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang akan merangsang
mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin juga menekan fungsi
ovarium sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, dapat
menjarangkan kehamilan (Bobak, 2010).
Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses
penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang.
Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi sel otot polos di
Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses
penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.3. Langkah-langkah Menyusui Yang Benar
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembapan putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara, ibu duduk atau berbaring
santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu
tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi
dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
lengan bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu
di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi terletak
pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja.
4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau, menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan
sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu
berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai
menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Roesli, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
16
2.
Manfaat Menyusui bagi Ibu
a. Menyusui dapat membantu wanita mengurangi berat badan tambahan yang
diperoleh sewaktu hamil.
b. Membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat.
c. Melindungi wanita dari kanker payudara kelak.
d. Menyusui juga dapat mengurangi risiko patah tulang pinggul dan kanker
ovarium kelak.
e. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi pendarahan pasca persalinan,
mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).
f. Memperpanjang kehamilan berikutnya.
g. Menghemat waktu (Roesli,2009).
3.
Manfaat Menyusui bagi Keluarga
a. Peningkatan status kesehatan, gizi ibu dan bayinya.
b. Penghematan biaya (Roesli, 2009).
2.3. ASI Eksklusif
2.3.1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim dari mulai lahir
sampai berusia 6 bulan (Roesli, 2009).
Berdasarkan deklarasi Innocenti, Italia tahun 1990 oleh World Health
Organization/United Nations
Children’s
Fund
(WHO/UNICEF)
yang juga
ditandatangani Indonesia memuat tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan
mutu makanan bayi secara optimal maka, semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif
dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Pada tahun
1999 setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan rekomendasi
bersama World Health Assembly (WHA) menetapkan ASI eksklusif diberikan selama
6 bulan sebab pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengganggu
Universitas Sumatera Utara
17
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Setelah 6
bulan, bayi dapat diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan
ASI diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. Pada keadaan khusus
dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan,
misalnya terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau
didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak
berjalan dengan baik (Roesli, 2009).
2.3.2. ASI Memenuhi Kebutuhan Cairan Bayi
Rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam
minggu pertama usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat
dipenuhi cukup dari ASI saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak
dibatasi (sesuai „permintaan‟ bayi, siang dan malam), karena dua sebab
(Lingkages,2013) :
1.
ASI terdiri dari 88% air
Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI
eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi.
Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum - cairan
kental kekuningan), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan
dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi
biasanya akan „keluar‟ pada hari ketiga atau keempat.
2. ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah
Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan
larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen,
dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya
belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut
lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena
ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak
anak-anak atau orang dewasa.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3.3. Stadium ASI
1.
ASI Stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah persalinan.
Komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning
keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum
merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi
yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses berwarna hitam.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat
kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin
membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih
lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Lemak kolostrum
lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah
terlatih mengolah kolesterol. Kandungan
hidrat arang kolesterol lebih rendah
dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih sedikit
dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml
kolostrum (Roesli,2009).
2.
ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan.ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai
hari ke-10. Komposisi protein makin rendah sedangkan lemak dan hidrat arang makin
tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan
terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap
lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik
ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu
ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu
(Roesli,2009).
Universitas Sumatera Utara
19
3.
ASI Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain selain ASI (Roesli,2009).
2.3.4. Kandungan Gizi ASI
Pemberian ASI secara penuh dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia.
Tidak satu pun susu buatan manusia (formula) dapat menggantikan perlindungan
kekebalan tubuh seorang bayi. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi
karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Komposisi zat gizi yang
terkandung dalam ASI (Matondang, 2011) adalah:
1. Lemak
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6,
docosahexaenoic acid (DHA), arachidonic acid (AA)) suatu asam lemak esensial
yang merupakan komponen penting untuk myelinisasi. Myelinisasi adalah
pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut syaraf yang akan membantu
rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak berikutnya adalah kolesterol. Kolesterol juga
meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolesterol ASI tergolong tinggi.
ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5%.
Namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak
mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung
asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Selain itu ASI mengandung asam
lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Alat pencernaan bayi
akan lebih cepat menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam
lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh usus bayi
dibandingkan lemak susu sapi.
Universitas Sumatera Utara
20
2. Protein
Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan
mutu cernanya. Berdasarkan hasil penelitian, protein susu, telur, daging, dan ikan
memiliki nilai gizi yang
paling tinggi. Protein susu dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu kasein (casein) dan whey (laktalbumin, laktogobulin, dll). Kebutuhan
protein ASI pada bayi sekitar 1,8 gram per kg berat badan. Susu sapi mengandung
3,3% protein sehingga dengan pemberian susu sapi sebanyak 150-175 ml per kg berat
badan, paling sedikit bayi akan memperoleh 5 gram protein per kg berat badan.
Jumlah ini jauh melampaui kebutuhan standar sehingga akan merugikan bayi. Sekitar
80% susu sapi terdiri atas kasein, dimana sifat kasein sangat mudah menggumpal di
dalam lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase.
3. Karbohidrat
Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Laktosa merupakan salah satu sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI maupun
susu sapi. ASI mengandung laktosa sekitar 7%, sedangkan kandungan laktosa dalam
susu sapi hanya sekitar 4,4%. Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan Lactobacillus dalam usus yang dapat mencegah terjadinya
infeksi.
4.Mineral
Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibanding
kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan
menyebabkan terjadinya beban osmolar, yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh.
Akibatnya bayi sering kencing. Selain itu, kadar mineral yang tinggi akan memberi
beban berlebihan pada ginjal bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga
keseimbangan air dalam tubuh akan terganggu.
5.Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang esensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat
mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit tertentu.
Sebaliknya pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka panjang akan
Universitas Sumatera Utara
21
mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan
susu sapi agak berbeda. Apabila asupan makanan ibu cukup seimbang, kebutuhan
vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama.
6.Nutrien
Nutrien dalam ASI merupakan nutrien yang ideal, dengan komposisi yang
tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien –
nutrien khusus diperlukan dalam otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien – nutrien
tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat dalam susu sapi, antara lain
(Roesli,2009)
a. Taurin
yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI
b. Laktosa
Merupakan hidrat arang utama dalam ASI yang hanya sedikit sekali
terdapat dalam susu sapi.
c. Asam Lemak Ikatan Panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-6)
Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hranya terdapat sedikit
dalam susu sapi.
2.3.5. Imunologi Pada ASI
Pengaruh imunologis berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan
berbagai faktor aktif khususnya antibodi. Sekretori Imunoglobulin A (sIgA)
melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, antibodi IgG dan
IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor pertumbuhan, komponen,
prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T (Matondang, 2011). Di
dalam ASI terdapat 2 macam pertahanan, yaitu :
1. Pertahanan nonspesifik ASI
a. Sel Makrofag
Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat
multiplikasi bakteri pada infeksi usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag
Universitas Sumatera Utara
22
juga memproduksi lisozim, C3 dan C4 laktoferin, monokin seperti IL-1 serta
enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada
bayi.
b. Laktoferin
Merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh makrofag,
neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan bakterisid.
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi
sehingga tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml
dan tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti
menghambat pertumbuhan kandida.
c. Lisozim
Suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada
mukosa usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E.coli dan
beberapa Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai
tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi,
ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume.
d. Komplemen
Berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi
sehingga memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa
usus yang terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar
50%–70% kadar serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar
komplemen menurun dan kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masingmasing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.
e. Granulocyte Colony – Stimulating Factor (G-CSF)
Merupakan sitokin spesifik yang dapat menambah pertahanan anti bakteri
melalui efek proliferasi, diferensiasi dan ketahanan neutrofil. Mengeluarkan
Universitas Sumatera Utara
23
reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar meningkat pada dua hari post
partum.
f. Oligosakarida
Oligosakarida menghadang bakteri dengan cara bekerja sebagai reseptor dan
mengalihkan bakteri patogen atau toksin mendekat ke faring dan usus bayi .
g. Musin
Melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan
cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin
dapat menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI
mengandung enzim PAF-hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan
pada enterokolitis nekrotikans. Lactadherin protein globule fat pada ASI
dapat merusak membran pembungkus virus.
h. Lipase
Membentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme,
sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica.
i. Interferon dan Fibronekti
Mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari leukosit susu .
j. Protein Pengikat Vitamin B12 dan Asam Folat
Menjadi antibakteri dengan menghalangi bakteri seperti E.coli dan
bacteroides untuk mengikat vitamin bebas sebagai faktor pertumbuhan.
k. Probiotik
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi,
terutama Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan
komponen ASI yang menstimulasi pertumbuhan dan kolonisasi L. bifidus.
Kuman ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat,
situasi asam dalam cairan usus akan menghambat pertumbuhan E. Coli .
l. Faktor Protektif Lainnya
Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-α, karotin-β juga merupakan faktor
anti inflamasi. Air susu ibu mengandung faktor pertumbuhan epitel yang
Universitas Sumatera Utara
24
merangsang maturasi hambatan (barrier) gastrointestinal sehingga dapat
menghambat penetrasi mikroorganisme maupun makromolekul. Fraksi asam
ASI mempunyai aktifitas antiviral. Monogliserida dan asam lemak tak jenuh
yang ada pada fraksi ini dapat merusak sampul virus. Dalam ASI terdapat
factor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus yang dinamakan faktor
antistafilokokus dan komponen yang menyerupai gangliosid yang dapat
menghambat E.coli dan mengikat toksin kolera dan endotoksin yang
menyebabkan diare .
2.
Pertahanan Spesifik ASI
a. Limfosit T
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat pada ASI dan
mempunyai fenotip CD4 dan CD8 dalam jumlah yang sama. Sel limfosit T
ASI responsif terhadap antigen K1 yang ada pada kapsul E.coli. Sel limfosit
T ASI, merupakan subpopulasi T unik yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan sistem imun lokal juga dapat mentransfer imunitas selular
tuberkulin dari ibu ke bayi yang disusuinya.
b. Limfosit B
Sel limfosit B akan memproduksi IgA1. Sekretori IgA pada ASI merupakan
sumber utama imunitas didapat secara pasif selama beberapa minggu
sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada beberapa hari
pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi
patogen yang masuk, oleh sebab itu sIgA adalah faktor protektif penting
terhadap infeksi. Fungsi utama sIgA adalah mencegah melekatnya kuman
patogen pada dinding mukosa usus halus dan menghambat proliferasi kuman
di dalam usus .
Universitas Sumatera Utara
Download