proposl penelitian evaluasi pertumbuhan tana

advertisement
TINGKAT KEBERHASILAN TUMBUH TANAMAN SENGON
(Paraserianthes falcataria) DAN TREMBESI (Samanea saman) UMUR 4
BULAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT. BJA (BHUMIKU JADI
ABADI) DI SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
OLEH :
JUSRAN
NIM : 130500019
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
2015/2016
TINGKAT KEBERHASILAN TUMBUH TANAMAN SENGON
(Paraserianthes falcataria) DAN TREMBESI (Samanea saman) UMUR 4
BULAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT. BJA (BHUMIKU JADI
ABADI) DI SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
OLEH :
JUSRAN
NIM : 130500019
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
2015/2016
TINGKAT KEBERHASILAN TUMBUH TANAMAN SENGON
(Paraserianthes falcataria) DAN TREMBESI (Samanea saman) UMUR 4
BULAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT. BJA (BHUMIKU JADI
ABADI) DI SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
OLEH :
JUSRAN
NIM : 130500019
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Tingkat
Keberhasilan
Tumbuh
Tanaman
Sengon
(Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea saman)
Umur 4 Bulan Pada Lahan Bekas Tambang PT. BJA
(Bhumiku Jadi Abadi) Di Separi Kabupaten Kutai
Kartanegara
Nama
: Jusran
NIM
: 130500019
Program Studi
: Pengelolaan Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir. Herijanto Thamrin, MP
Erna Rositah, S. Hut, MP
NIP. 19621107 198903 1 015 NIP. 19731128 199903 2 001
Menyetujui
Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Agustina Murniyati, S. Hut, MP
NIP. 19720803 199802 2 001
Lulus Pada tanggal :..................
Agustina Murniyati, S Hut, MP
NIP. 19720803 199802 2 001
Mengesahkan
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Masrudy, MP
NIP. 19600805 198803 1 003
ABSTRAK
Jusran Tingkat Keberhasilan Tumbuh Tanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria) Umur 4 Bulan pada Lahan Bekas Tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi
Abadi) di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara. (dibawa bimbingan Herijanto
Thamrin).
Penelitian ini bertujuan memberikan informasi tentang tingkat
keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi
(Samanea saman) pada lahan bekas tambang, sehingga dapat digunakan
sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk budidaya sengon dan trembesi
pada lahan bekas tambang.
Metode yang digunakan adalah metode sensus, dengan alat bantu jalur
dengan luas lahan 10.000 m2.. dan setiap tanaman sengon (Paraserianthes
falcataria) dan trembesi (Samanea saman) dengan jarak tanam 4m x 4m
kemudian diukur menggunakan meteran, tali dan alat tulis menulis.
Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) umur 4 bulan pada lahan
bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2) dan jarak tanam 4 m x 4 m, jumlah
tanaman 325 yang hidup 270 dan mati 55. Persentase keberhasilan tumbuh
pada lahan bekas tambang yaitu 83,07%. Tanaman trembesi (Samanea saman)
umur 4 bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2)dan jarak
tanam 4 m x 4 m jumlah tanaman 300 yang hidup 246 dan mati 54. Persentase
keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi
(Samanea saman) rata-rata adalah 82,56%.
Kata kunci : keberhasilan tumbuh, lahan bekas tambang, sengon dan trembesi
RIWAYAT HIDUP
JUSRAN lahir pada tanggal 14 Juli 1993 di Desa Tanjung
Harapan.
Kecamatan
Nunukan
Selatan.
Kabupaten
Nunukan. Merupakan anak terakhir dari 12 bersaudara dari
Bapak Jampo dan Ibu Nawasang.
Memulai pendidikaan Sekolah Dasar Negeri pada
tahun 1998 di SDN 012 Tanjung Harapan di Kecamatan Nunukan Selatan,
Kabupaten Nunukan, sempat berhenti 3 (tiga) tahun dan masuk kembali SDN
yang sama kemudian lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama Negeri di SMPN 2 Nunukan Selatan kemudian lulus
pada tahun 2009 Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
di SMKN 1 Nunukan (Jurusan Pertanian) Kabupaten Nunukan dan
memperoleh ijazah pada tahun 2013.
Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda, dengan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian,
Program studi Pengelolaan Hutan.
Pada bulan Maret – April 2016 mengikuti program PKL (Praktik Kerja
Lapang) di PT. Inhutani I UMH Labanan Wilayah Tepian Buah Kabupaten
Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-nya, Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanaka di PT. BJA (Bhumiku Jadi
Abadi). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya
Kehutanan pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam penyusunan karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari
segi moral maupun materi.
2. Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP. selaku Dosen Pembimbing dan telah
banyak mambantu dan memberikan petunjuk.
3. Ir. Hasanudin, MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
4. Bapak Ir. M. Masrudy, MP. selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Ibu Erna Rositah, S. Hut, MP. selaku Dosen Penguji I
6. Ibu Agustina Murniyati S.Hut, MP. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan
Hutan, sekaligus Dosen Penguji II
7. Suhuri A.Md. Direktur Utama Perusahaan PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi)
yang telah memberikan izin untuk penelitian.
8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan tugas
akhir ini.
Sebaik apapun penulis menyusun karya ilmiah ini, penulis menyadari
bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih
baiknya karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga
dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.
Penulis
Kampus Sei Keledang, Agustus 2016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
iv
ABSTRAK
v
RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
4
5
7
10
A.
B.
C.
D.
Tinjauan Umum Perusahaan
Sengon (Paraserianthes falcataria)
Trembesi (Samanea saman)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tanaman
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Prosedur Penelitian
Pengolahan data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
18
18
18
18
19
21
21
22
25
25
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
27
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh utama
Halaman
1
Lahan Penelitian Tanaman Sengondan Trembesi…………..
43
2
Persiapan Pengambilan Data ………………………………...
43
3
Jarak Lebar Pada Lahan Penelitian…………………………..
44
4
Jarak Panjang Pada Laha Penelitian…………………………
44
5
Batas Titik Pengambilan Data…………………………………
45
6
Pengambilan Data Tanaman Sengon………………………..
45
7
Tanaman Trembesi yang Mati………………………………...
45
8
Tanaman Sengon yang Mati…………………………………..
45
Lampiran
1
2
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan
Umur 4 Bulan…………………………………………………...
28
Tanaman Trembesi (Samanea saman) dengan Umur 4
Bulan…………………………………………………………….
36
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1
Kriteria Keberhasilan Penanaman ……………………………
20
2
Persentase Hidup Tanaman di Plot Penelitian………………
22
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya berbagai isu tentang kerusakan lingkungan hidup yang begitu
marak akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap dunia kehutanan di Indonesia.
Indonesai secara kebetulan terletak di kawasan Tropis Asia Tenggara dan telah
dikelain sebagai pemilik hutan tropis terbesar setelah Brazil dan Zaire, sejak ini
telah dituntut untuk ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan (Atmosuseno , 1994).
Tuntutan tersebut cukup beralasan sebab kerusakan 1/5 dari 122 juta ha
luas hutan kita sajamerupakan kerusakan dari 0,02% luas kawasan tropis dunia.
Tuntutan tersebut terasa berlebihan senandainya diliahat dari sisi lingkungan
hidup secara keseluruhan, mengingat yang berpotensi menimbulkan kerusakan
lingkungan tidak semata berasal dari akibat penerbangan hutan tropis saja.untuk
itulah maka dalam sidang ITTO Yokohama Jepang yang baru-baru lalu,
Indonesia menuntut agar Negara-negara barat pun dikenal kewajiban yang sama
dengan program Ecolabelling (Atmosuseno, (1994).
Kayu sengon dengan beragam kegunaanya menjadi salah satu tumpuan
sumber bahan baku industri terutama di Pulau Jawa. Kayu sengon di Pulau
Jawa umumnya berasal dari hutan rakyat. Data suplai kayu domestik Indonesia
sebesar 42, 3 juta m3 dimana hutan rakyat menyumbang 10 juta m3 (Kemenhut,
2010). Jenis tanaman hutan yang dibudidayakan pada hutan rakyat adalah jenis
tanaman sengon dan jati (Rimbawanto, 2008). Kebutuhan kayu sengon sejalan
dengan kebutuhan kayu secara keseluruhan. Dari waktu ke waktu kebutuhan
akan kayu terus meningkat, sementara produksi kayu yang dapat disediakan
tetap bahkan kecenderungan menurun. Total kapasitas produksi industri
2
perkayuan Indonesia setara dengan 68 juta m3 kayu bulat (Kemenhut, 2010),
pada tahun 2010 produksi kayu bulat sebesar 42,443 juta m3 apabila
diasumsikan kapasitas produksi industri perkayuan tetap maka terdapat
kesenjangan antara permintaan dan persediaan. Permintaan kayu sengon akan
terus meningkat baik untuk keperluan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
langsung maupun untuk keperluan industri. Sengon banyak ditanam karena
pertumbuhannya yang cepat dan pemeliharaannya yang mudah. Warnanya yang
cerah, ketersediaannya yang cukup dan mudah didapat serta harganya yang
relatif murah menjadikan sengon banyak disukai untuk bahan baku berbagai
industri (Araya, 2002).
Penanaman sengon dapat menggunakan biji (generatif) maupun trubusan
(vegetatif). Pertumbuhan trubusan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan bibit yang ditanam dari awal, serta memiliki struktur
perakaran yang lebih luas dan lebih kokoh dari tonggaknya. Trubusan adalah
tanaman/tunas yang tumbuh dari tegakan bekas pohon yang telah ditebang.
Dengan demikian trubusan dari tonggak akan memperoleh pasokan air dan
unsur hara yang lebih banyak dibanding bibit yang baru ditanam (Daniel dkk,
1987).
Selain itu teknik trubusan dilakukan karena dapat menekan biaya
penanaman karena tidak memerlukan biaya pembelian bibit, biaya angkut bibit,
pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam, maupun penanaman (Mansur,
2012).
Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh. pohon
trembesi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji,
Papua Nugini dan Indonesia. Tanaman trembesi (Samanea saman) dalam
3
bahasa inggris di namai rain tree, monkeypod atau saman. Tanaman trembesi di
Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah seperti, di Sulawesi Selatan
disebut munggur (Hanafi, 2011).
Pohon trembesi (Samanea saman) mudah dikenali dari kanopinya yang
berbentuk paying dengan diameter kanopi lebih besar dari tingginya.Pohon yang
masuk dalam family mimosaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa
keteduhan, tanaman pelindung, dan tanaman penyerap polutan.Trembesi
(Samanea saman) merupakan jenis pohon yang memiiki kemampuan menyerap
karbondioksida dari udara yang sangat besar.Pohon trembesi (Samanea saman)
mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya (Hanafi, 2011).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan tanaman
Sengon
(Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea saman) umur 4
bulan yang ditanam bersama-sama pada lahan bekas tambang PT. BJA
(Bhumiku Jadi Abadi) di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara.
Hasil
penelitian
ini
akan
memberikan
informasi
tentang
tingkat
keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
yang
digabung dengan Trembesi (Samanea saman) pada lahan bekas tambang,
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk
budidaya sengon (Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea Saman)
pada lahan bekas tambang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perusahaan
Dengan akte pendirian perusahaan No. 134 Tanggal 28 Agustus 2005
notaris Sahruddin SH. Pengganti dari notaris Andri Reza SH. Yang disahkan oleh
Departemen Kehakiman dengan surat No C2-662.T.01.01. TH.05 tanggal 2
Pebruari 2006, telah terbentuk perusahaan PT. Bhumiku Jadi Abadi.
PT. Bhumiku Jadi Abadi berlokasi di Tenggarong Seberang, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada
posisi 0°03’ - 0°18’ LS dan 117°08’ - 117°15’BT
Kegiatan PT. Bhumiku Jadi Abadi Bergerak dibidang kontraktor
environment tambang batu bara sesuai dengan akte notaris Andri Reza SH,
(Reza, 2005).
Bidang usaha yang dikembangkan meliputi :
1. Pengusahaan Environment
2. Reklamasi dan Revegetasi
3. Pengelolaan Air Limbah
4. Rehabilitas/Pemeliharaan Hutan
5. Perbenihan, Pembibitan Dan Penanaman
Manajemen PT. Bhumiku Jadi Abadi memiliki struktur organisasi sebagai berikut
1. Dewan Komisaris, periode jabatan tahun 2005-2019
Komisaris
: Suprapti Ningsih A.Md
2. Direksi, periode jabatan tahun 2005-2019
Direktur utama
: Suhuri A.Md
5
3. Manager
Manager
: Supriansyah, S.Hut
Sekertaris
: Wulan
Supervisor
: Yakin
Supervisor
: Alfian Kaimuddin A.Md
B. Sengon (Paraserianthes falcataria)
Kedudukan tanaman sengon dalam sistematika tumbuhan adalah
sebagai berikut (Soerianegara dan Lemmens, 1993):
Kerajaan : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Mimosaceae
Genus
: Albizia
Species
: Falcataria moluccana ( Miq.) Barneby & J.W Grimes
Sinonim
: Albizia falcataria (L) Fosberg, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen .
Sengon termasuk anggota famili Mimosaceae dan merupakan salah satu
jenis pohon yang pertumbuhannya sangat cepat. Pertumbuhannya selama 25
tahun dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter batang mencapai 100 cm.
Mengingat pertumbuhannya yang cepat, sengon dijuluki sebagai pohon ajaib (the
miracle tree). Pada umur 6 tahun, pohon sengon sudah dapat menghasilkan
kayu bulat sebanyak 372 m3/ha (Anonim, 1994). Sengon mempunyai nama
daerah yang bermacam - macam. Di Pulau Jawa, sengon mempunyai ± 7 nama
panggilan, yaitu albisia, albiso, jeunjing (Jawa Barat), sengon laut, (Jawa
Tengah), sengon sebrang (Jawa Timur dan Jawa Tengah) dan jing laut (Madura).
6
Di luar Pulau Jawa, sengon dikenal dengannama bae, bai wahogon, wai, atau
wikie.
Di Malaysia dan Brunei pohon ini dikenal dengan nama puak, batai, atau
kayu macis. Orang melayu banyak menyebut sengon ini dengan nama salawaku
putih. Nama salawaku putih ini tampaknya berkaitan dengan serat kayunya yang
membujur dan berwarna putih atau kulit luar batangnya yang licin dan berwarna
kelabu keputih-putihan.
Meskipun memiliki nama yang banyak, tetapi yang terasa paling akrab
untuk pohon ini adalah nama sengon itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya program pemerintah berupa proyek “sengonisasi’’ bagi daerah-dearah
kritis yang rawan bencana erosi (Anonim, 1994).
Ciri pohon sengon berbatang lurus, tidak berbanir, kulit berwarna kelabu
keputih-putiahan, licin, tidak mengelupas dan memiliki batang bebas cabang
mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, agak jarang, dan selalu hijau. Tajuk
yang agak jarang ini memungkinkan beberapa jenis tanaman perdu tumbuh baik
dibawahnya.
Sengon berdaun majemuk ganda. Jenis daun seperti ini merupakan ciri
bagi suku Mimosaceae seperti halnya pohon turi (Sesbania grandiflora), putri
malu (Mimosa pudica), dan petai cina (Leucaena glauca), pada identitas cahaya
rendah, khususnya pada sore hari menjelang malam, anak daun mudah terlukai.
Pohon ini berbunga berbunga sepanjang tahun dan berubah pada bulan
Juni-November (umumnya pada musim kemarau). Jumlah benih/kg dapat
mencapai 40.000-55.000 biji atau 36.000 biji per 1 0,5-1cm.benang sari menonjol
lebih panjang dari daun mahkota. Warna bunga putih kekuningan. Kuntum bunga
7
yang mekar berisi bunga jantan dan bunga betina,. Cara penyerbukan bunga
yang sedikit berbulu ini dibantu oleh serangga dan angin (Anonim, 1994).
C. Trembesi (Samanea saman)
Klasifikasi tumbuhan trembesi (Samanea saman) atau pohon ki hujan,
merupakan tanaman perlindung yang mempunyai banyak manfaat. Dalam
taksonomi tumbuhan, mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan menghasilkan biji)
Super divisi
: Spermatophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Family
: Fabaceae (Mimosaceae)
Genus
: Samanea
Spesies
: Samanea saman
Tanaman trembesi (Samanea saman) dikenal dengan beberapa naman
dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East Indian Walnut,
Saman Tree dan False Powder Puff. Di Negara sub tropis tanaman trembesi
dikenal dengan naman Bhagaya Mara (Kanada), Algorrobo (Kuba), Campano
(Kolombia), Regenbuam (Jerman), Chorona (Portugis), sedangkan di beberapa
Negara Asia pohon ini disebut pukul lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay
Mura (Vietnam),Vilaiti Siris (india), tanaman ini merupakan jenis tanaman yang
berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara.
Tanaman trembesi mudah dikenali dari kanopinya yang indah dan luas,
sehingga tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh
8
sekaligus mampu sebagai penyerap polutan dan karbon. Tanaman trembesi
dapat mencapai ketinggian rata-rata 20-25 m. Bentuk batangnya tidak beraturan,
dengan daun majemuk yang panjangnya sekitar 7-15 cm, sedangkan pada
pohon trembesi yang sudah tua berwarna kecoklatan, permukaan kulit kasar, dan
terkelupas. Bunga tanaman ini berwarna putih dengan bercak merah muda pada
bagian bulu atasnya, panjang bunga mencapai 10 cm dari pangkal bunga hingga
ujung bulu bunga. Bunga trembesi menghasilkan nektar untuk menarik serangga
guna berlangsungnya proses penyerbukan. Buah trembesi berwarna coklat
kehitaman ketika buah sudah masak, dengan biji tertanam dalam daging buah
(Dahlan, 2010).
Nama daerah Samanea saman sering disebut oleh masyarakat sebagai
trembesi atau pohon ki hujan. Penyebaran dan tempat tumbuh Samanea saman
yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung
yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih
lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau
bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan
tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC,
maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang
dapat ditoleransi 80oC (Nuroniah dan Kokasih, 2010).
Ciri Pohon trembesi (Samanea saman). (Ki Hujan) mempunyai batang
yang besar, bulat dan tinggi antara 10-20 meter. Permukaan batangnya beralur,
kasar dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Daunnya majemuk dan menyirip
ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang antara 2-6
cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata. Warna daun hijau dengan
permukaan licin dan tulang daun menyirip.Bunga Trembesi berwarna merah
9
kekuningan. Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang antara
30-40 cm. Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong
dengan panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman (Dahlan, 2009)
Hama yang menyerang trembesi(Samea saman)adalah ulat pengerak
pucuk (Hipsypyla robusta Moore). Cara pemberantasannya dengan memotong
bagian yang diserang. Hama yang lainnya adalah hama keong racun atau
disebut bekicot (Achatina fulka Fer). Pencegahannya dengan cara membuat
selokan atau menutupi benih yang baru ditabur dengan menggunakan insektisida
yang dicampurjan pada tanah, biji atau disemprotkan. Yang lain lagi adalah kupukupu berwarna sawo matang. Bagian yang diserang adalah bagian pucuk yang
masih lemah. Kumbang Ambrosia juga menyerang tanaman ini pada bagian
ranting, cabang dan batang. Selain itu bajing juga dapat sebagai perusak kulit
pohon (Anonim, 1980).
Penyakit yang menyerang tanaman trembesi (Samanea saman) adalah
cendawan madu (Armillaris mellecea Quell) yang menyebabkan busuk pada
bagian kulit, leher akar yang dapat mematikan bagian akar pohon yang sakit, dan
membongkar tonggak dan akarnya, kemudian untuk memastikannya tanaman
tersebut harus dibakar pada tempat itu juga agar tidak menular ketanaman yang
lain. Penyakit lain adalah jamur Upas (Cortium salmonicolor) yang menyerang
bagian bawah dari cabang dan ranting, dengan cara memperbanyak masuknya
udara dan sinar matahari, dengan pemberian fuingisida, pohon ditebang dan di
bakar agar penyakit yang menyerang tidak menyebar pada tegakan lainya.
Trembesi (Samanea saman) dapat dipergunakan sebagai tanaman tepi
pada system tumpang sari, serta tanaman pelindung bagian jurang. Karena
tahan terhadap naungan maka trembesi (Samanea saman) mampu bersaing
10
dengan tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari, sehingga baik sekali
untuk tanaman reboisasi dan juga daunya juga sukar terbakabar sehingga baik
pula digunakan sebagai tanaman sekat bakar (Anonim, 1980).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Untuk mendapatkan kesesuaian tentang persyaratan tempat tumbuh bagi
sengon, perlu diketahui persyaratan yang diinginkan oleh sengon. Beberapa
persyaratan penting antara lain jenis tanah, iklim dan topografi dari areal yang
ada.
Dalam hal persyaratan tumbuh, sengon mempunyai kelebihan dibanding
pohon budi daya kayu lainnya. Secara khusus tanaman ini tidak memerlukan
persyaratan tumbuh yang rumit. Beberapa sumber menyatakan bahwa sengon
dapat tumbuh diberbagai jenis, tanah mulai dari yang berdrainase jejak hingga
baik. Mulai dari tanah marginal sampai tanah yang banyak mengandung unsur
hara dapat di tanami sengon. Di Brunei dan Malaysia sengon dapat tumbuh di
tanah-tanah yang mempunyai masalah dengan salinitas dan tanah yang kering
serta lembab,. Sengon juga dapat tumbuh di tanah bentukan sisa lahar yang
belum hancur (Anonim, 1994).
Tanaman sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan
latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan
kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang optimal untuk
tanaman sengon antara 0 - 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini
masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon
termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu
sekitar 18 ° - 27 °C. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum
yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu
11
basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 - 4000 mm.
Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75% (Hartanto 2011).
Pengendalian hama dan penyakit beberapa hama yang bisa menyerang
bibit adalah semut, tikus, rayap dan cacing. Sedangkan yang tergolong penyakit
adalah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.
Seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan
ke lapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang
baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa
dimutasikan ke lapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik
pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu
pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit
mempunyai kualitas yang merata (Anonim, 1980).
Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman asli yang berasal dari
Amerika tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh
diberbagai daerah tropis dan subtropis. Tersebar terluas di daerah yang memiliki
curah hujan rata-rata 600-3000 mm/tahun pada ketinggian 0-300 m.Trembesi
dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, dan kisaran
suhu 200C-380C. Pertumbuhan trembesi pohon trembesi optimum pada kondisi
hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam
kisaran tipe tanah dan pH yang tinggi. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan
pH tanah 4,7. Jenis ini memerlukan drainase yang baik namun masih toleran
terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Nuroniah dan Kosasih,
2010).
Trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk panjang
(12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna
(putih dibagian bawah dan kemerahan dibagian atas) yang berserbuk. Ratusan
12
kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga
pohon terlihat berwarna pink. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya
hanya satu bunga dan setelah tua akan dibuahi. Biji dalam polong terbentuk 1520 cm berisi 5-20 biji.Biji yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong
saat polong terbuka. Biji memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera
berkecambah begitu kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan
cara mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga terbuka
(Nuroniah dan Kosasih, 2010).
Bunga trembesi (Samanea saman) merupakan jenis pohon yang memiliki
kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini
mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya.Selain tanaman
peneduh,
trembesi
memiliki
kegunaaan
lainnya.
Daun
trembesi
dapat
digunnakan untuk obat tradisional antara lain demam, diare, sakit kepala dan
sakit perut. Perkecambahan biji merupakan proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara
normal menjadi tumbuhan. Perkembangan ditentukan oleh kualitas benih (vigor
dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi) dan
kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media cahaya dan bebas dari hama
dan penyakit (Utomo, 2006). Proses perkecambahan benih dimulai dari proses
penyerapan air benih, melunaknya kulit benih dan dimulai dengan kegiatankegiatan sel dan enzim serta naiknya tingkat respirasi benih yang mengakibatkan
pembelahan sel dan penembusan kulit biji oleh redikel. Tahap kegiatan
merupakan tahap penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, protein dan
lemak menjadi bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh.Tahap
keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan di daerah
13
meristematik untuk menghasilkan energi bagi pembuatan komponen dan
pertumbuhan sel baru. Tahab kelima adalah pertumbuhan dari kecambahan
melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembelahan sel-sel pada titik
tumbuh (Sutopo, 2002).Untuk mematahkan dormansi adalah sebagai berikut.
a. Perlakuan mekanis dapat dilakukan dengan cara penggoresan, pemecahan,
mengikir atau menggosok kulit biji dan melubangi kulit biji. Contoh perlakuan
mekanis yang digunakan dalam penelitian Rozi (2003), yaitu pengaruh
perlakuan pendahuluan dengan peratakan, perendaman air (H2O), asam
sulfat (H2SO4), dan hormone giberllin (GA3) terhadap vibialitas kayu afrika
(Maesopsis emini Engl). Perlakuan pendahuluan peretakan benih dilakukan
dengan cara benih diretakkan pada bagian embrio secara terkendali
sehingga tidak merusak fisik benih secara keseluruan. Hasil pengamatan dari
daya berkecambah benih kayu afrika yang diberi perlakuan peretakan dan
perendaman berpengaruh paling baik terhadap persen kecambah, akan
tetapi interaksi antara peretakan dan perendaman tidak berpengaru terhadap
daya kecambah. penelitian menunjukan bahwa factor peretakan tidak
berpengaruh positif terhadap daya kecambah , perlakuan yang dipengaruh
paling baik adalah perlakuan tanpa peretakan yaitu sebesar 60%. Perlakuan
peretakan berpengaruh kurang baik pada perkecambahan yaitu sebesar
24%. Perlakuan dengan air memiliki respon daya kecambah paling besar
yaitu 73%, sedangkan perlakuan perendaman dengan H2SO4 5% memiliki
respo daya kecil yaitu 2%. Dari hasil penelitian perlakuan tanpa peretakan
mampunyai nilai kecambah yang lebih baik yaitu 3.41 atau + 3 kecambah/hari
dibandingkan dengan perlakuan dengan peretakan yang hanya 0,69 atau + 1
kecambah/hari. Hal ini menunjukan perlakuan tanpa peretakan lebih cepat
14
berkecambah, dibandingkan perlakuan berpengaruh terhadapt persen
kecambah, karena pada contoh benih yang diberi perlakuan dengan
peretakan kebanyakan terserang cendawan, termasuk benih yang dineri
perlakuan dengan H2SO4.
b. Perlakuan kimia dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula
dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan adalah
menjadikan agar kulit lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses
imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat 14 dengan
konsentrasi pekat membuat kilit biji lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air
dengan mudah. Penelitian perlakuan kimia yang digunakan dalam penelitian
Purnamasari (2009), yaitu pengaruh konstresi dan lama perendaman dalam
asam sulfat terhadap perkecambahan biji trembesi (Samanea saman).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 12 kali selama 143 hari setelah
tanam (hst), diperoleh data yang ditunjukan bahwa semakin tinggi konsterasi
H2SO4 yang digunakan untuk merendam biji akan mempercepat secara
signifikasi konstrasi asam sulfat mempengaruhi pecah kulit biji. Perlakuan
konstrasi asam sulfat yang mempengaruhi pecahnya kulit biji paling cepat
ditemukan pada perlakuan konsterasi 80% dengan nilai rata-rata 2,67 hari
setelah tanam, sedangkan pecah kulit biji yang paling lambat ditemukan pada
perlakuan control denga nilai rata-rata 10,9 hari setelah tanam, akan tetapi
tidak berpengaruh terhadap perlakuan konstrasi 20% dengan nilai rata-rata
10,57 hari setelah tanam dan perlakuan konstrasi 40% dengan nilai rata-rata
9,7 hari setelah tanam. Pereentase setelah perkecambahan ki hujan,
berdasarkan hasil penelitian diperoleh dat yang menunjukan bahwa semakin
15
tinggi konstrasi H2SO4 yang digunakan untuk merendam biji akan
meningkatkan secara signifikasi persentasi perkecambahan.
c. Perlakuan perendaman dengan air panas tujuan untuk memudahkan
penyerapan air oleh benih. Cara umum dilakukan adalah dengan
menuangkan benih kedalam air yang mendidih dan dibiarkan dingin agar
benih dapat menyerap air selama 12-24 jam (Schmidt, 2002). Contoh
penelitian perendaman dengan air yang diteliti oleh (Sholicha 2009), yaitu
pengaruh skarifikasi suhu dan lama perendaman dalam air terhadap
perkecambahan biji trembesi menunjukan bahwa pada biji trembesi yang
diamati pada hari ke-15 dan ke-25 hari setelah tanam menunjukan adanya
perbedaan pada setiap perlakuan. Pengaruh perlakuan dengan suhu
terhadap persentase jumlah kecambah biji trembesi pada ke-15 hari setelah
tanam menunjukan terdapat dua perlakuan suhu yang menghasilkan nilai
rata-rata jumlah persentase kecambah paling tinggi yaitu pada perlakuan
suhu 550C mempunyai jumlah persentase 70% dan 650C yang mempunyai
jumlah persentase 16,67%, sedangkan tiga perlakuan suhu yang mempunya
nilai persentase lebih rendah terdapat pada perlakuan suhu 250C sebesar
65%, 450C sebesar 55,67% dan 350C sebesar 45%. Pada pengamatan hari
ke-25 hari setelah tanam juga menujukan kecendrungan yang sama yaitu
pada perlakuan suhu 550C dan suhu 650C menghasilkan nilai persentase
kecambah tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 76,33% dan 72%,
selanjutnya perlakuan suhu paling rendah terhadap pada perlakuan suhu
250C, 450C dan 350C dengan jumlah persentase masing-masing 62% dan
51%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan suhu
16
perendaman 550C dan 650C memberikan nilai tertinggi untuk persentase
kecambah.
d. Air dan Udara. Jumlah air pada media tanam sebaiknya seimbang. Jika
berlebihan media tanam tidak akan mengandung udara lagi. padahal udara
dalam media juga sangat diperlukan oleh tanaman. Akibatnya pertumbuhan
tanaman menjadi terganggu. Sementara jika jumlah air dalam media tanam
terlalu sedikit, dikhawatirkan tanaman akan mengalami dehidrasi. Akhirnya,
tanaman mati kekeringan.
e. Unsur Hara. Selain air, media tanam juga harus mampu menyediakan
pasokan makanan bagi tanaman yang lebih dikenal dengan istilah unsur
hara. Unsur hara merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman
untuk melengakapi daur hidupnya, mulai dari fase vegetatif sampai generatif.
Unsur-unsur tersebut menjadi bagian pertumbuhan tanaman yang penting
karena disebut unsur hara esensial.
f.
Kelembaban
Media
tanam
yang
baik
adalah
media
yang
mampu
mempertahankan kelembaban di sekitar tanaman secara optimal. tingkat
kelembban
yang
dibutuhkan
setiap
tanaman
akan
berbeda-beda
,
bergantung pada jenis tanaman dan habitat asal tanaman. rata-rata
kelembaban optimal yang sesuai bagi tanaman sekitar 40 %.
g. Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. suhu berkolerasi positif dengan sinar matahari.
tinggi rendahnya tanaman sangat dipengaruhi oleh sinar matahari.
h. Cahaya. Seperti halnya suhu, cahaya merupakan faktor esensial bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. secara langsung, cahaya
berpengaruh terhadap beberapa proses fisiologis tanaman, terutama proses
17
fotosintesis,
respirasi,
dan
transpirasi.
tanpa
cahaya
yang
cukup
pertumbuhan tanaman akan merana. hal ini dicirikan dengan ukuran daun
yang lebih kecil daripada ukuran normalnya atau warna daun yang lebih
pucat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelian dilaksanakan di lokasi tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi
Abadi), di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara. Waktu pelaksanaan penelitian
adalah 2 (dua) bulan dimulai
2016,
meliputi
studi
pada bulan Agustus sampai bulan September
literatur,
orientasi
lapangan,
persiapan
penelitian,
pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan meliputi :
a. Alat tulis menulis.
b. Meteran untuk mengukur atau sebagai penanda
c. Komputer, digunakan untuk mengelolah data yang telah diambil
d. Kamera, untuk pengambilan dokumentasi di lapangan
2. Bahan yang digunakan meliputi tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
dan trembesi (Samanea saman) (umur 4 bulan jarak tanam 4 m x 4 m luas 1
ha. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea
saman).
C. Prosedur Penelitian
1. Studi literature
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh pemahaman terhadap obyek yang
akan diamati.
2. Manelaah beberapa referensi terkait topik penelitian, baik dari buku
hasil atau hasil penelitian dan internet
Untuk mencari beberapa referensi agar lebih mudah untuk dalam pembuatan
laporan penelitian.
19
3. Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahulu yang tujuannya untuk
menentukan sistem kerja dalam penelitian, serta memperoleh gambaran
yang jelas tentang situasi dan kondisi areal penelitian.
4. Pembuatan plot penelitian seluas 1 ha
Membuat plot agar memudahkan saat pengambilan data di lapangan.
5. Penghitungan jumlah tanaman yang hidup dan yang mati
Menghitung jumlah tanaman yang sudah di ambil dilapangan, dan
memudahkan untuk mengetahui jumlah tanaman hidup dan yang mati.
D. Pengolahan Data
Dari hasil evaluasi semua tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
dan trembesi (Samanea saman) pada plot penelitian dilakukan perhitungan
jumlah tanaman yang masih hidup dan mati kemudian dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Jumlah tanaman yang hidup
X 100%
Total jumlah tanaman yang ada
Adapun untuk mengetahui tingkat keberhasilan tanaman, digunakan
kriteria keberhasilan tanaman seperti yang disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Penanaman
No
Kelas persentase (%)
1
> 90%
2
80% - 89 %
3
70% - 79%
5
60% - 69%
6
< 60%
Sumber : Setiadi (2012)
predikat
Baik Sekali
Baik
Agak Baik
Kurang baik
Tidak Baik
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) berlokasi di Tenggarong Seberang,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis
terletak pada posisi 0°03’ - 0°18’ LS dan 117°08’ - 117°15’BT
Kegiatan PT. Bhumiku Jadi Abadi bergerak dibidang kontraktor
environment tambang batu bara sesuai dengan akte notaris Andri Reza, SH,
bidang usaha yang dikembangkan meliputi:
1. Pengusahaan Environment
2. Reklamasi dan Revegetasi
3. Pengelolaan Air Limbah
4. Rehabilitas/Pemeliharaan Hutan
5. Perbenihan, Pembibitan dan Penanaman
Berdasarkan
hasil
pengamatan
terhadap
tanaman
Sengon
(Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea saman), dengan luas lahan
yang di teliti 1 ha, dan jarak tanam 4m x 4m, jumlah tanaman sengon
(Paraserianthes falcataria) sebanyak 325 dan tanaman yang mati 55 tanaman,.
Untuk tanaman trembesi (Samanea saman) sebanyak 300 tanaman yang mati 54
tanaman.
Sedangkan
untuk
persentase
pertumbuhan
tanaman
secara
keseluruhan di plot penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Hidup Tanaman di Plot Penelitian
Tanaman
Jenis
Jumlah
Tanaman
Tanaman
Hidup
Mati
Sengon
325
270
55
Trembesi
300
246
54
Jumlah
625
516
109
% hidup
83,07%
82%
82,56%
21
Tabel di atas dapat diketahui tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
umur 4 bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2) dan jarak
tanam 4 m x 4 m jumlah tanaman 325 yang hidup 270 dan mati 55. Persentase
rata-rata keberhasilan kehidupan pada lahan bekas tambang yaitu 83,07%.
Tabel di atas dapat diketahui tanaman trembesi (Samanea sama) umur 4
bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2)dan jarak tanam
4 m x 4 m jumlah tanaman 300 yang hidup 246 dan mati 54. Persentase rata-rata
keberhasilan hidup pada lahan bekas tambang yaitu 82%.
Tabel di atas dapat diketahui jumlah keseluruhan/total tanaman
(Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea sama) jumlah tanaman 625
hidup 516 dan mati 109 keberhasilan hidup 82,56%.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan tanaman
sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) pada umur 4
bulan yang ditanam pada lahan bekas tambang dengan jarak tanaman 4m x 4m
memiliki persentase hidup sebesar 83,07% dan 82%. Secara keseluruhan pada
areal tersebut, didapatkan persentase hidup tanaman sebesar 82,56%.
Tingkat keberhasilan penanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan
trembesi (Samanea saman) pada umur 4 bulan pada lahan bekas tambang 80%
- 89% jadi dikatakan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa reklamasi lahan beka
tambang yang dilaksanakan PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) berhasil dengan
baik.Berdasarkan kriteria keberhasilan penanaman dalam Setiadi (2012).
Ada beberapa hal yang diduga menjadikan keberhasilan penanaman
tersebut. Pertama adalah persiapan lahan tanam, kedua setelah dilakukan
penambangan dan ditutup kembali dengan tanah pucuk atau tanah yang paling
22
atas yang telah disisihkan sebelum penambangan dilakukan. Kemudian setelah 1
bulan dilakukan penanaman. Pada saat melakukan penanaman, juga lubang
tanam diberi pupuk kandang sebagai penambah unsur hara di dalam tanah.
Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan
mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk
kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa
optimal (Anonim, 2016). Dikatakan lebih lanjut berbagai hasil penelitian
mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun
produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan
sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal
untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas
maupun
kuantitas,
mengurangi
pencemaran
lingkungan,
dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. kedua adalah persipan bibit,
bibit yang akan ditanam di lapangan sudah benar-benar terseleksi dengan baik
dengan tinggi bibit minimal 30 cm dengan daun yang segar/sehat, memiliki
batang tunggal. Kriteria bibit ini sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan yaitu
persyaratan bibit reboisasi yang memenuhi kriteria mutu fisik dan
fisiologi
meliputi:
a) Bibit normal : adalah bibit berbatang tunggal, sehat dan pada pangkal
batangnya berkayu.
b) Tinggi bibit yang diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh
teratas dihitung dengan satuan cm. Untuk tinggi batang dipersyaratkan
antara 20-50 cm
23
c) Media kompak
Adapun kematian yang terjadi di lapangan kesemuanya terjadi akibat
kekeringan, ini diduga walau sudah terseleksi dengan baik, masih ada bibit yang
kurang mampu menghadapi kondisi lapangan dengan baik. Bibit mati karena
tidak bisa beradaptasi dengan baik di lapangan, karena selama pengamatan di
lapangan tidak ditemukan hama yang menyerang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil selama penelitian di lahan bekas
tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) adalah bahwa tanaman sengon
(Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman)
dapat tumbuh
dengan baik, dimana persentase keberhasilan hidup yaitu :
1. Sengon (Paraserianthes falcataria) sebesar 83,07%
2. Trembesi (Samanea sama) sebesar 82%
3. Tatol persentase keseluruhan tanaman sebesar 82,56%
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian yang dilakukan di
lahan bekas tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) yaitu :
1. Perlu melakukan perawatan sehingga diperoleh hasil yang maksimal
2. Diharapkan ada penelitian lanjutan terhadap tingkat keberhasilan tumbuh
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman)
di lokasi PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) lahan bekas tambang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1994. Pertumbuhan dan Mutu Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria),
Diskusi Hasil Penelitian Sivikultur Jenis Kayu HTI, Jakarta.
Anonim, 2004 di. Pupuk organik
https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik Diakses pada 20 April 2010
Atmosuseno, 1994. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Penanam Jenis Pohon
di Berbagai Negara, Diskusi Hasil Penelitian Silvikultur Jenis Kayu HTI,
Jakarta.
Daniel dkk, 1987. Peranan Mikroorganisme untuk Memacu Pertumbuhan
Tanaman Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Hanafi, 2011. Pohon Trembesi mudah dikenali dari kanopinya yang berbentuk
payung dengan diameter kanopi lebih besar dari tingginya.
http://digilib.unila.ac.id/1207/6/BAB%20I.pdf. Diakses tanggal 22 Juni
2014
Hartanto, 2011. Kesesuaian Lahan Untuk Penanaman Jenis Pohon Industri
Diskusi Hasil Penelitian Silvikultur Jenis kayu HTI, Jakarta.
Kemenhut, 2010. Perencanaan Sekretariat Jenderal Depertemen Kehutan,
Statistik Kehutanan Indonesia, Jakarta.
Mansur, 2012. Budidaya Sengon (Paraserianthes falcataria), Dengan Metode
Trubusan dipilih Dengan Mempertimbangkan, ETD UGM.
Nuroniah dan Kosasih, 2010 Trembesi atau pohon ki hujan, merupakan
tanaman pelindung.
http://digilib.unila.ac.id/1207/7/BAB%20II.pdf diakses pada mei 2011
Soerianegara dan Lemmens, 1993. Kedudukan Tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria), Dalam Sistematika Tumbuhan, ETD UGM.
Utomo2006. Bunga trembesi dan manfaatnya
http://digilib.unila.ac.id/1207/7/BAB%20II.pdf diakses pada mei 2011
26
LAMPIRAN
27
Tabel 1. Tanaman Sengon (Paraserianthis falcataria) dengan Umur 4 Bulan
Kondisi
No Tan.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Hidup






Ket
Mati

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan
































28
Tabel 1. Lanjutan
kondisi
No Tan.
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
Hidup













Ket
Mati

Mati kekeringan

Mati kekeringan










Mati kekeringan

Mati kekeringan

















Mati kekeringan
Mati kekeringan





29
Tabel 1. Lanjutan
Kondisi
No Tan.
Hidup
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
Ket
Mati








Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan























30
Tabel 1. lanjutan
kondisi
No Tan.
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
Hidup



Ket
Mati


Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan


Mati kekeringan
































Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan
31
Tabel 1. Lanjutan
Kondisi
No Tan.
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
Hidup


Ket
Mati

Mati kekeringan





Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan



Mati kekeringan
Mati kekeringan

































32
Tabel 1. Lanjutan
kondisi
No Tan.
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
Hidup


































Ket
Mati


Mati kekeringan

Mati kekeringan


Mati kekeringan





33
Tabel 1. Lanjutan
Kondisi
No Tan.
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
Hidup

















Ket
Mati


Mati kekeringan





Mati kekeringan

Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan



Mati kekeringan

Mati kekeringan


















34
Tabel 1. Lanjutan
kondisi
No Tan.
Hidup






















290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
Jumlah
Sumber data primer 2016
Ket
Mati


Mati kekeringan

Mati kekeringan












270
55
35
Tabel 2. Tanaman Trembei (Samanea saman) dengan Umur 4 Bulan
Kondisi
No Tan.
Hidup
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Ket
Mati

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan
































36
Tabel 2. Lanjuta
kondisi
No Tan.
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
Hidup




















Ket
Mati

Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

















37
Tabel 2. Lanjutan
Kondisi
No Tan.
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
Hidup



Ket
Mati

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan
















Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan












38
Tabel 2. Lanjutan
kondisi
No Tan.
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
Hidup



















Ket
Mati




Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

















39
Tabel 2. Lanjutan
Kondisi
No Tan.
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
hidup



Ket
Mati


Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan


Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan






























40
Tabel 2. Lanjutan
Kondisi
No Tan.
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
hidup


Ket
Mati





Mati kekeringan















Mati kekeringan
Mati kekeringan

Mati kekeringan

Mati kekeringan




















41
Tabel 2. Lanjutan
No Tan.
hidup
290

291

292

293

294

295

296

297

298

299

300

Jumlah
246
Sumber data primer 2016
kondisi
Ket
Mati
54
42
Gambar 1. Lahan penelitian tanaman sengon dan trembesi
Gambar 2. Persiapan pengambilan data
43
Gambar 3. Jarak lebar pada lahan penelitian
Gambar 4. Jarak panjang pada lahan penelitian
44
Gambar 5. Batas titik pengambilan data Gambar 6. Pengambilan data tanaman
sengon
Gambar 7. Tanaman trembesi yang
mati
Gambar 6. Tanaman sengon yang mati
Download