TINGKAT KEBERHASILAN TUMBUH TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN TREMBESI (Samanea saman) UMUR 4 BULAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT. BJA (BHUMIKU JADI ABADI) DI SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA OLEH : JUSRAN NIM : 130500019 PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2015/2016 TINGKAT KEBERHASILAN TUMBUH TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN TREMBESI (Samanea saman) UMUR 4 BULAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT. BJA (BHUMIKU JADI ABADI) DI SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA OLEH : JUSRAN NIM : 130500019 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2015/2016 TINGKAT KEBERHASILAN TUMBUH TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN TREMBESI (Samanea saman) UMUR 4 BULAN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT. BJA (BHUMIKU JADI ABADI) DI SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA OLEH : JUSRAN NIM : 130500019 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2015/2016 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Tingkat Keberhasilan Tumbuh Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea saman) Umur 4 Bulan Pada Lahan Bekas Tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) Di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara Nama : Jusran NIM : 130500019 Program Studi : Pengelolaan Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir. Herijanto Thamrin, MP Erna Rositah, S. Hut, MP NIP. 19621107 198903 1 015 NIP. 19731128 199903 2 001 Menyetujui Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan Agustina Murniyati, S. Hut, MP NIP. 19720803 199802 2 001 Lulus Pada tanggal :.................. Agustina Murniyati, S Hut, MP NIP. 19720803 199802 2 001 Mengesahkan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003 ABSTRAK Jusran Tingkat Keberhasilan Tumbuh Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) Umur 4 Bulan pada Lahan Bekas Tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara. (dibawa bimbingan Herijanto Thamrin). Penelitian ini bertujuan memberikan informasi tentang tingkat keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) pada lahan bekas tambang, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk budidaya sengon dan trembesi pada lahan bekas tambang. Metode yang digunakan adalah metode sensus, dengan alat bantu jalur dengan luas lahan 10.000 m2.. dan setiap tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) dengan jarak tanam 4m x 4m kemudian diukur menggunakan meteran, tali dan alat tulis menulis. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) umur 4 bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2) dan jarak tanam 4 m x 4 m, jumlah tanaman 325 yang hidup 270 dan mati 55. Persentase keberhasilan tumbuh pada lahan bekas tambang yaitu 83,07%. Tanaman trembesi (Samanea saman) umur 4 bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2)dan jarak tanam 4 m x 4 m jumlah tanaman 300 yang hidup 246 dan mati 54. Persentase keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) rata-rata adalah 82,56%. Kata kunci : keberhasilan tumbuh, lahan bekas tambang, sengon dan trembesi RIWAYAT HIDUP JUSRAN lahir pada tanggal 14 Juli 1993 di Desa Tanjung Harapan. Kecamatan Nunukan Selatan. Kabupaten Nunukan. Merupakan anak terakhir dari 12 bersaudara dari Bapak Jampo dan Ibu Nawasang. Memulai pendidikaan Sekolah Dasar Negeri pada tahun 1998 di SDN 012 Tanjung Harapan di Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, sempat berhenti 3 (tiga) tahun dan masuk kembali SDN yang sama kemudian lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama Negeri di SMPN 2 Nunukan Selatan kemudian lulus pada tahun 2009 Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di SMKN 1 Nunukan (Jurusan Pertanian) Kabupaten Nunukan dan memperoleh ijazah pada tahun 2013. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian, Program studi Pengelolaan Hutan. Pada bulan Maret – April 2016 mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang) di PT. Inhutani I UMH Labanan Wilayah Tepian Buah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-nya, Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanaka di PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Kehutanan pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam penyusunan karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moral maupun materi. 2. Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP. selaku Dosen Pembimbing dan telah banyak mambantu dan memberikan petunjuk. 3. Ir. Hasanudin, MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Bapak Ir. M. Masrudy, MP. selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Ibu Erna Rositah, S. Hut, MP. selaku Dosen Penguji I 6. Ibu Agustina Murniyati S.Hut, MP. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan, sekaligus Dosen Penguji II 7. Suhuri A.Md. Direktur Utama Perusahaan PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) yang telah memberikan izin untuk penelitian. 8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini. Sebaik apapun penulis menyusun karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. Penulis Kampus Sei Keledang, Agustus 2016 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN iv ABSTRAK v RIWAYAT HIDUP vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 4 5 7 10 A. B. C. D. Tinjauan Umum Perusahaan Sengon (Paraserianthes falcataria) Trembesi (Samanea saman) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tanaman BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Prosedur Penelitian Pengolahan data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran 18 18 18 18 19 21 21 22 25 25 25 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 27 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh utama Halaman 1 Lahan Penelitian Tanaman Sengondan Trembesi………….. 43 2 Persiapan Pengambilan Data ………………………………... 43 3 Jarak Lebar Pada Lahan Penelitian………………………….. 44 4 Jarak Panjang Pada Laha Penelitian………………………… 44 5 Batas Titik Pengambilan Data………………………………… 45 6 Pengambilan Data Tanaman Sengon……………………….. 45 7 Tanaman Trembesi yang Mati………………………………... 45 8 Tanaman Sengon yang Mati………………………………….. 45 Lampiran 1 2 Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan Umur 4 Bulan…………………………………………………... 28 Tanaman Trembesi (Samanea saman) dengan Umur 4 Bulan……………………………………………………………. 36 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1 Kriteria Keberhasilan Penanaman …………………………… 20 2 Persentase Hidup Tanaman di Plot Penelitian……………… 22 BAB I PENDAHULUAN Adanya berbagai isu tentang kerusakan lingkungan hidup yang begitu marak akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap dunia kehutanan di Indonesia. Indonesai secara kebetulan terletak di kawasan Tropis Asia Tenggara dan telah dikelain sebagai pemilik hutan tropis terbesar setelah Brazil dan Zaire, sejak ini telah dituntut untuk ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan (Atmosuseno , 1994). Tuntutan tersebut cukup beralasan sebab kerusakan 1/5 dari 122 juta ha luas hutan kita sajamerupakan kerusakan dari 0,02% luas kawasan tropis dunia. Tuntutan tersebut terasa berlebihan senandainya diliahat dari sisi lingkungan hidup secara keseluruhan, mengingat yang berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan tidak semata berasal dari akibat penerbangan hutan tropis saja.untuk itulah maka dalam sidang ITTO Yokohama Jepang yang baru-baru lalu, Indonesia menuntut agar Negara-negara barat pun dikenal kewajiban yang sama dengan program Ecolabelling (Atmosuseno, (1994). Kayu sengon dengan beragam kegunaanya menjadi salah satu tumpuan sumber bahan baku industri terutama di Pulau Jawa. Kayu sengon di Pulau Jawa umumnya berasal dari hutan rakyat. Data suplai kayu domestik Indonesia sebesar 42, 3 juta m3 dimana hutan rakyat menyumbang 10 juta m3 (Kemenhut, 2010). Jenis tanaman hutan yang dibudidayakan pada hutan rakyat adalah jenis tanaman sengon dan jati (Rimbawanto, 2008). Kebutuhan kayu sengon sejalan dengan kebutuhan kayu secara keseluruhan. Dari waktu ke waktu kebutuhan akan kayu terus meningkat, sementara produksi kayu yang dapat disediakan tetap bahkan kecenderungan menurun. Total kapasitas produksi industri 2 perkayuan Indonesia setara dengan 68 juta m3 kayu bulat (Kemenhut, 2010), pada tahun 2010 produksi kayu bulat sebesar 42,443 juta m3 apabila diasumsikan kapasitas produksi industri perkayuan tetap maka terdapat kesenjangan antara permintaan dan persediaan. Permintaan kayu sengon akan terus meningkat baik untuk keperluan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara langsung maupun untuk keperluan industri. Sengon banyak ditanam karena pertumbuhannya yang cepat dan pemeliharaannya yang mudah. Warnanya yang cerah, ketersediaannya yang cukup dan mudah didapat serta harganya yang relatif murah menjadikan sengon banyak disukai untuk bahan baku berbagai industri (Araya, 2002). Penanaman sengon dapat menggunakan biji (generatif) maupun trubusan (vegetatif). Pertumbuhan trubusan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang ditanam dari awal, serta memiliki struktur perakaran yang lebih luas dan lebih kokoh dari tonggaknya. Trubusan adalah tanaman/tunas yang tumbuh dari tegakan bekas pohon yang telah ditebang. Dengan demikian trubusan dari tonggak akan memperoleh pasokan air dan unsur hara yang lebih banyak dibanding bibit yang baru ditanam (Daniel dkk, 1987). Selain itu teknik trubusan dilakukan karena dapat menekan biaya penanaman karena tidak memerlukan biaya pembelian bibit, biaya angkut bibit, pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam, maupun penanaman (Mansur, 2012). Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh. pohon trembesi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia. Tanaman trembesi (Samanea saman) dalam 3 bahasa inggris di namai rain tree, monkeypod atau saman. Tanaman trembesi di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah seperti, di Sulawesi Selatan disebut munggur (Hanafi, 2011). Pohon trembesi (Samanea saman) mudah dikenali dari kanopinya yang berbentuk paying dengan diameter kanopi lebih besar dari tingginya.Pohon yang masuk dalam family mimosaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan, tanaman pelindung, dan tanaman penyerap polutan.Trembesi (Samanea saman) merupakan jenis pohon yang memiiki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar.Pohon trembesi (Samanea saman) mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya (Hanafi, 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea saman) umur 4 bulan yang ditanam bersama-sama pada lahan bekas tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi tentang tingkat keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) yang digabung dengan Trembesi (Samanea saman) pada lahan bekas tambang, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk budidaya sengon (Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea Saman) pada lahan bekas tambang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perusahaan Dengan akte pendirian perusahaan No. 134 Tanggal 28 Agustus 2005 notaris Sahruddin SH. Pengganti dari notaris Andri Reza SH. Yang disahkan oleh Departemen Kehakiman dengan surat No C2-662.T.01.01. TH.05 tanggal 2 Pebruari 2006, telah terbentuk perusahaan PT. Bhumiku Jadi Abadi. PT. Bhumiku Jadi Abadi berlokasi di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada posisi 0°03’ - 0°18’ LS dan 117°08’ - 117°15’BT Kegiatan PT. Bhumiku Jadi Abadi Bergerak dibidang kontraktor environment tambang batu bara sesuai dengan akte notaris Andri Reza SH, (Reza, 2005). Bidang usaha yang dikembangkan meliputi : 1. Pengusahaan Environment 2. Reklamasi dan Revegetasi 3. Pengelolaan Air Limbah 4. Rehabilitas/Pemeliharaan Hutan 5. Perbenihan, Pembibitan Dan Penanaman Manajemen PT. Bhumiku Jadi Abadi memiliki struktur organisasi sebagai berikut 1. Dewan Komisaris, periode jabatan tahun 2005-2019 Komisaris : Suprapti Ningsih A.Md 2. Direksi, periode jabatan tahun 2005-2019 Direktur utama : Suhuri A.Md 5 3. Manager Manager : Supriansyah, S.Hut Sekertaris : Wulan Supervisor : Yakin Supervisor : Alfian Kaimuddin A.Md B. Sengon (Paraserianthes falcataria) Kedudukan tanaman sengon dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut (Soerianegara dan Lemmens, 1993): Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Albizia Species : Falcataria moluccana ( Miq.) Barneby & J.W Grimes Sinonim : Albizia falcataria (L) Fosberg, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen . Sengon termasuk anggota famili Mimosaceae dan merupakan salah satu jenis pohon yang pertumbuhannya sangat cepat. Pertumbuhannya selama 25 tahun dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter batang mencapai 100 cm. Mengingat pertumbuhannya yang cepat, sengon dijuluki sebagai pohon ajaib (the miracle tree). Pada umur 6 tahun, pohon sengon sudah dapat menghasilkan kayu bulat sebanyak 372 m3/ha (Anonim, 1994). Sengon mempunyai nama daerah yang bermacam - macam. Di Pulau Jawa, sengon mempunyai ± 7 nama panggilan, yaitu albisia, albiso, jeunjing (Jawa Barat), sengon laut, (Jawa Tengah), sengon sebrang (Jawa Timur dan Jawa Tengah) dan jing laut (Madura). 6 Di luar Pulau Jawa, sengon dikenal dengannama bae, bai wahogon, wai, atau wikie. Di Malaysia dan Brunei pohon ini dikenal dengan nama puak, batai, atau kayu macis. Orang melayu banyak menyebut sengon ini dengan nama salawaku putih. Nama salawaku putih ini tampaknya berkaitan dengan serat kayunya yang membujur dan berwarna putih atau kulit luar batangnya yang licin dan berwarna kelabu keputih-putihan. Meskipun memiliki nama yang banyak, tetapi yang terasa paling akrab untuk pohon ini adalah nama sengon itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan adanya program pemerintah berupa proyek “sengonisasi’’ bagi daerah-dearah kritis yang rawan bencana erosi (Anonim, 1994). Ciri pohon sengon berbatang lurus, tidak berbanir, kulit berwarna kelabu keputih-putiahan, licin, tidak mengelupas dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, agak jarang, dan selalu hijau. Tajuk yang agak jarang ini memungkinkan beberapa jenis tanaman perdu tumbuh baik dibawahnya. Sengon berdaun majemuk ganda. Jenis daun seperti ini merupakan ciri bagi suku Mimosaceae seperti halnya pohon turi (Sesbania grandiflora), putri malu (Mimosa pudica), dan petai cina (Leucaena glauca), pada identitas cahaya rendah, khususnya pada sore hari menjelang malam, anak daun mudah terlukai. Pohon ini berbunga berbunga sepanjang tahun dan berubah pada bulan Juni-November (umumnya pada musim kemarau). Jumlah benih/kg dapat mencapai 40.000-55.000 biji atau 36.000 biji per 1 0,5-1cm.benang sari menonjol lebih panjang dari daun mahkota. Warna bunga putih kekuningan. Kuntum bunga 7 yang mekar berisi bunga jantan dan bunga betina,. Cara penyerbukan bunga yang sedikit berbulu ini dibantu oleh serangga dan angin (Anonim, 1994). C. Trembesi (Samanea saman) Klasifikasi tumbuhan trembesi (Samanea saman) atau pohon ki hujan, merupakan tanaman perlindung yang mempunyai banyak manfaat. Dalam taksonomi tumbuhan, mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut. Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan menghasilkan biji) Super divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Rosidae Ordo : Fabales Family : Fabaceae (Mimosaceae) Genus : Samanea Spesies : Samanea saman Tanaman trembesi (Samanea saman) dikenal dengan beberapa naman dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East Indian Walnut, Saman Tree dan False Powder Puff. Di Negara sub tropis tanaman trembesi dikenal dengan naman Bhagaya Mara (Kanada), Algorrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbuam (Jerman), Chorona (Portugis), sedangkan di beberapa Negara Asia pohon ini disebut pukul lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam),Vilaiti Siris (india), tanaman ini merupakan jenis tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara. Tanaman trembesi mudah dikenali dari kanopinya yang indah dan luas, sehingga tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh 8 sekaligus mampu sebagai penyerap polutan dan karbon. Tanaman trembesi dapat mencapai ketinggian rata-rata 20-25 m. Bentuk batangnya tidak beraturan, dengan daun majemuk yang panjangnya sekitar 7-15 cm, sedangkan pada pohon trembesi yang sudah tua berwarna kecoklatan, permukaan kulit kasar, dan terkelupas. Bunga tanaman ini berwarna putih dengan bercak merah muda pada bagian bulu atasnya, panjang bunga mencapai 10 cm dari pangkal bunga hingga ujung bulu bunga. Bunga trembesi menghasilkan nektar untuk menarik serangga guna berlangsungnya proses penyerbukan. Buah trembesi berwarna coklat kehitaman ketika buah sudah masak, dengan biji tertanam dalam daging buah (Dahlan, 2010). Nama daerah Samanea saman sering disebut oleh masyarakat sebagai trembesi atau pohon ki hujan. Penyebaran dan tempat tumbuh Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC (Nuroniah dan Kokasih, 2010). Ciri Pohon trembesi (Samanea saman). (Ki Hujan) mempunyai batang yang besar, bulat dan tinggi antara 10-20 meter. Permukaan batangnya beralur, kasar dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Daunnya majemuk dan menyirip ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata. Warna daun hijau dengan permukaan licin dan tulang daun menyirip.Bunga Trembesi berwarna merah 9 kekuningan. Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang antara 30-40 cm. Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman (Dahlan, 2009) Hama yang menyerang trembesi(Samea saman)adalah ulat pengerak pucuk (Hipsypyla robusta Moore). Cara pemberantasannya dengan memotong bagian yang diserang. Hama yang lainnya adalah hama keong racun atau disebut bekicot (Achatina fulka Fer). Pencegahannya dengan cara membuat selokan atau menutupi benih yang baru ditabur dengan menggunakan insektisida yang dicampurjan pada tanah, biji atau disemprotkan. Yang lain lagi adalah kupukupu berwarna sawo matang. Bagian yang diserang adalah bagian pucuk yang masih lemah. Kumbang Ambrosia juga menyerang tanaman ini pada bagian ranting, cabang dan batang. Selain itu bajing juga dapat sebagai perusak kulit pohon (Anonim, 1980). Penyakit yang menyerang tanaman trembesi (Samanea saman) adalah cendawan madu (Armillaris mellecea Quell) yang menyebabkan busuk pada bagian kulit, leher akar yang dapat mematikan bagian akar pohon yang sakit, dan membongkar tonggak dan akarnya, kemudian untuk memastikannya tanaman tersebut harus dibakar pada tempat itu juga agar tidak menular ketanaman yang lain. Penyakit lain adalah jamur Upas (Cortium salmonicolor) yang menyerang bagian bawah dari cabang dan ranting, dengan cara memperbanyak masuknya udara dan sinar matahari, dengan pemberian fuingisida, pohon ditebang dan di bakar agar penyakit yang menyerang tidak menyebar pada tegakan lainya. Trembesi (Samanea saman) dapat dipergunakan sebagai tanaman tepi pada system tumpang sari, serta tanaman pelindung bagian jurang. Karena tahan terhadap naungan maka trembesi (Samanea saman) mampu bersaing 10 dengan tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari, sehingga baik sekali untuk tanaman reboisasi dan juga daunya juga sukar terbakabar sehingga baik pula digunakan sebagai tanaman sekat bakar (Anonim, 1980). D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Untuk mendapatkan kesesuaian tentang persyaratan tempat tumbuh bagi sengon, perlu diketahui persyaratan yang diinginkan oleh sengon. Beberapa persyaratan penting antara lain jenis tanah, iklim dan topografi dari areal yang ada. Dalam hal persyaratan tumbuh, sengon mempunyai kelebihan dibanding pohon budi daya kayu lainnya. Secara khusus tanaman ini tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang rumit. Beberapa sumber menyatakan bahwa sengon dapat tumbuh diberbagai jenis, tanah mulai dari yang berdrainase jejak hingga baik. Mulai dari tanah marginal sampai tanah yang banyak mengandung unsur hara dapat di tanami sengon. Di Brunei dan Malaysia sengon dapat tumbuh di tanah-tanah yang mempunyai masalah dengan salinitas dan tanah yang kering serta lembab,. Sengon juga dapat tumbuh di tanah bentukan sisa lahar yang belum hancur (Anonim, 1994). Tanaman sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 - 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° - 27 °C. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu 11 basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 - 4000 mm. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75% (Hartanto 2011). Pengendalian hama dan penyakit beberapa hama yang bisa menyerang bibit adalah semut, tikus, rayap dan cacing. Sedangkan yang tergolong penyakit adalah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan. Seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan ke lapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan ke lapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata (Anonim, 1980). Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman asli yang berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh diberbagai daerah tropis dan subtropis. Tersebar terluas di daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm/tahun pada ketinggian 0-300 m.Trembesi dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, dan kisaran suhu 200C-380C. Pertumbuhan trembesi pohon trembesi optimum pada kondisi hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang tinggi. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah 4,7. Jenis ini memerlukan drainase yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Nuroniah dan Kosasih, 2010). Trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk panjang (12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih dibagian bawah dan kemerahan dibagian atas) yang berserbuk. Ratusan 12 kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga pohon terlihat berwarna pink. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga dan setelah tua akan dibuahi. Biji dalam polong terbentuk 1520 cm berisi 5-20 biji.Biji yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga terbuka (Nuroniah dan Kosasih, 2010). Bunga trembesi (Samanea saman) merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya.Selain tanaman peneduh, trembesi memiliki kegunaaan lainnya. Daun trembesi dapat digunnakan untuk obat tradisional antara lain demam, diare, sakit kepala dan sakit perut. Perkecambahan biji merupakan proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan. Perkembangan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media cahaya dan bebas dari hama dan penyakit (Utomo, 2006). Proses perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air benih, melunaknya kulit benih dan dimulai dengan kegiatankegiatan sel dan enzim serta naiknya tingkat respirasi benih yang mengakibatkan pembelahan sel dan penembusan kulit biji oleh redikel. Tahap kegiatan merupakan tahap penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, protein dan lemak menjadi bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh.Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan di daerah 13 meristematik untuk menghasilkan energi bagi pembuatan komponen dan pertumbuhan sel baru. Tahab kelima adalah pertumbuhan dari kecambahan melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembelahan sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 2002).Untuk mematahkan dormansi adalah sebagai berikut. a. Perlakuan mekanis dapat dilakukan dengan cara penggoresan, pemecahan, mengikir atau menggosok kulit biji dan melubangi kulit biji. Contoh perlakuan mekanis yang digunakan dalam penelitian Rozi (2003), yaitu pengaruh perlakuan pendahuluan dengan peratakan, perendaman air (H2O), asam sulfat (H2SO4), dan hormone giberllin (GA3) terhadap vibialitas kayu afrika (Maesopsis emini Engl). Perlakuan pendahuluan peretakan benih dilakukan dengan cara benih diretakkan pada bagian embrio secara terkendali sehingga tidak merusak fisik benih secara keseluruan. Hasil pengamatan dari daya berkecambah benih kayu afrika yang diberi perlakuan peretakan dan perendaman berpengaruh paling baik terhadap persen kecambah, akan tetapi interaksi antara peretakan dan perendaman tidak berpengaru terhadap daya kecambah. penelitian menunjukan bahwa factor peretakan tidak berpengaruh positif terhadap daya kecambah , perlakuan yang dipengaruh paling baik adalah perlakuan tanpa peretakan yaitu sebesar 60%. Perlakuan peretakan berpengaruh kurang baik pada perkecambahan yaitu sebesar 24%. Perlakuan dengan air memiliki respon daya kecambah paling besar yaitu 73%, sedangkan perlakuan perendaman dengan H2SO4 5% memiliki respo daya kecil yaitu 2%. Dari hasil penelitian perlakuan tanpa peretakan mampunyai nilai kecambah yang lebih baik yaitu 3.41 atau + 3 kecambah/hari dibandingkan dengan perlakuan dengan peretakan yang hanya 0,69 atau + 1 kecambah/hari. Hal ini menunjukan perlakuan tanpa peretakan lebih cepat 14 berkecambah, dibandingkan perlakuan berpengaruh terhadapt persen kecambah, karena pada contoh benih yang diberi perlakuan dengan peretakan kebanyakan terserang cendawan, termasuk benih yang dineri perlakuan dengan H2SO4. b. Perlakuan kimia dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan adalah menjadikan agar kulit lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat 14 dengan konsentrasi pekat membuat kilit biji lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Penelitian perlakuan kimia yang digunakan dalam penelitian Purnamasari (2009), yaitu pengaruh konstresi dan lama perendaman dalam asam sulfat terhadap perkecambahan biji trembesi (Samanea saman). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 12 kali selama 143 hari setelah tanam (hst), diperoleh data yang ditunjukan bahwa semakin tinggi konsterasi H2SO4 yang digunakan untuk merendam biji akan mempercepat secara signifikasi konstrasi asam sulfat mempengaruhi pecah kulit biji. Perlakuan konstrasi asam sulfat yang mempengaruhi pecahnya kulit biji paling cepat ditemukan pada perlakuan konsterasi 80% dengan nilai rata-rata 2,67 hari setelah tanam, sedangkan pecah kulit biji yang paling lambat ditemukan pada perlakuan control denga nilai rata-rata 10,9 hari setelah tanam, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap perlakuan konstrasi 20% dengan nilai rata-rata 10,57 hari setelah tanam dan perlakuan konstrasi 40% dengan nilai rata-rata 9,7 hari setelah tanam. Pereentase setelah perkecambahan ki hujan, berdasarkan hasil penelitian diperoleh dat yang menunjukan bahwa semakin 15 tinggi konstrasi H2SO4 yang digunakan untuk merendam biji akan meningkatkan secara signifikasi persentasi perkecambahan. c. Perlakuan perendaman dengan air panas tujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh benih. Cara umum dilakukan adalah dengan menuangkan benih kedalam air yang mendidih dan dibiarkan dingin agar benih dapat menyerap air selama 12-24 jam (Schmidt, 2002). Contoh penelitian perendaman dengan air yang diteliti oleh (Sholicha 2009), yaitu pengaruh skarifikasi suhu dan lama perendaman dalam air terhadap perkecambahan biji trembesi menunjukan bahwa pada biji trembesi yang diamati pada hari ke-15 dan ke-25 hari setelah tanam menunjukan adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Pengaruh perlakuan dengan suhu terhadap persentase jumlah kecambah biji trembesi pada ke-15 hari setelah tanam menunjukan terdapat dua perlakuan suhu yang menghasilkan nilai rata-rata jumlah persentase kecambah paling tinggi yaitu pada perlakuan suhu 550C mempunyai jumlah persentase 70% dan 650C yang mempunyai jumlah persentase 16,67%, sedangkan tiga perlakuan suhu yang mempunya nilai persentase lebih rendah terdapat pada perlakuan suhu 250C sebesar 65%, 450C sebesar 55,67% dan 350C sebesar 45%. Pada pengamatan hari ke-25 hari setelah tanam juga menujukan kecendrungan yang sama yaitu pada perlakuan suhu 550C dan suhu 650C menghasilkan nilai persentase kecambah tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 76,33% dan 72%, selanjutnya perlakuan suhu paling rendah terhadap pada perlakuan suhu 250C, 450C dan 350C dengan jumlah persentase masing-masing 62% dan 51%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan suhu 16 perendaman 550C dan 650C memberikan nilai tertinggi untuk persentase kecambah. d. Air dan Udara. Jumlah air pada media tanam sebaiknya seimbang. Jika berlebihan media tanam tidak akan mengandung udara lagi. padahal udara dalam media juga sangat diperlukan oleh tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Sementara jika jumlah air dalam media tanam terlalu sedikit, dikhawatirkan tanaman akan mengalami dehidrasi. Akhirnya, tanaman mati kekeringan. e. Unsur Hara. Selain air, media tanam juga harus mampu menyediakan pasokan makanan bagi tanaman yang lebih dikenal dengan istilah unsur hara. Unsur hara merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman untuk melengakapi daur hidupnya, mulai dari fase vegetatif sampai generatif. Unsur-unsur tersebut menjadi bagian pertumbuhan tanaman yang penting karena disebut unsur hara esensial. f. Kelembaban Media tanam yang baik adalah media yang mampu mempertahankan kelembaban di sekitar tanaman secara optimal. tingkat kelembban yang dibutuhkan setiap tanaman akan berbeda-beda , bergantung pada jenis tanaman dan habitat asal tanaman. rata-rata kelembaban optimal yang sesuai bagi tanaman sekitar 40 %. g. Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. suhu berkolerasi positif dengan sinar matahari. tinggi rendahnya tanaman sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. h. Cahaya. Seperti halnya suhu, cahaya merupakan faktor esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. secara langsung, cahaya berpengaruh terhadap beberapa proses fisiologis tanaman, terutama proses 17 fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. tanpa cahaya yang cukup pertumbuhan tanaman akan merana. hal ini dicirikan dengan ukuran daun yang lebih kecil daripada ukuran normalnya atau warna daun yang lebih pucat. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelian dilaksanakan di lokasi tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi), di Separi Kabupaten Kutai Kartanegara. Waktu pelaksanaan penelitian adalah 2 (dua) bulan dimulai 2016, meliputi studi pada bulan Agustus sampai bulan September literatur, orientasi lapangan, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat yang digunakan meliputi : a. Alat tulis menulis. b. Meteran untuk mengukur atau sebagai penanda c. Komputer, digunakan untuk mengelolah data yang telah diambil d. Kamera, untuk pengambilan dokumentasi di lapangan 2. Bahan yang digunakan meliputi tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) (umur 4 bulan jarak tanam 4 m x 4 m luas 1 ha. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman). C. Prosedur Penelitian 1. Studi literature Studi literatur dilakukan untuk memperoleh pemahaman terhadap obyek yang akan diamati. 2. Manelaah beberapa referensi terkait topik penelitian, baik dari buku hasil atau hasil penelitian dan internet Untuk mencari beberapa referensi agar lebih mudah untuk dalam pembuatan laporan penelitian. 19 3. Orientasi lapangan Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahulu yang tujuannya untuk menentukan sistem kerja dalam penelitian, serta memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi areal penelitian. 4. Pembuatan plot penelitian seluas 1 ha Membuat plot agar memudahkan saat pengambilan data di lapangan. 5. Penghitungan jumlah tanaman yang hidup dan yang mati Menghitung jumlah tanaman yang sudah di ambil dilapangan, dan memudahkan untuk mengetahui jumlah tanaman hidup dan yang mati. D. Pengolahan Data Dari hasil evaluasi semua tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) pada plot penelitian dilakukan perhitungan jumlah tanaman yang masih hidup dan mati kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut : Jumlah tanaman yang hidup X 100% Total jumlah tanaman yang ada Adapun untuk mengetahui tingkat keberhasilan tanaman, digunakan kriteria keberhasilan tanaman seperti yang disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Penanaman No Kelas persentase (%) 1 > 90% 2 80% - 89 % 3 70% - 79% 5 60% - 69% 6 < 60% Sumber : Setiadi (2012) predikat Baik Sekali Baik Agak Baik Kurang baik Tidak Baik 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) berlokasi di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada posisi 0°03’ - 0°18’ LS dan 117°08’ - 117°15’BT Kegiatan PT. Bhumiku Jadi Abadi bergerak dibidang kontraktor environment tambang batu bara sesuai dengan akte notaris Andri Reza, SH, bidang usaha yang dikembangkan meliputi: 1. Pengusahaan Environment 2. Reklamasi dan Revegetasi 3. Pengelolaan Air Limbah 4. Rehabilitas/Pemeliharaan Hutan 5. Perbenihan, Pembibitan dan Penanaman Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Trembesi (Samanea saman), dengan luas lahan yang di teliti 1 ha, dan jarak tanam 4m x 4m, jumlah tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) sebanyak 325 dan tanaman yang mati 55 tanaman,. Untuk tanaman trembesi (Samanea saman) sebanyak 300 tanaman yang mati 54 tanaman. Sedangkan untuk persentase pertumbuhan tanaman secara keseluruhan di plot penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Hidup Tanaman di Plot Penelitian Tanaman Jenis Jumlah Tanaman Tanaman Hidup Mati Sengon 325 270 55 Trembesi 300 246 54 Jumlah 625 516 109 % hidup 83,07% 82% 82,56% 21 Tabel di atas dapat diketahui tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) umur 4 bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2) dan jarak tanam 4 m x 4 m jumlah tanaman 325 yang hidup 270 dan mati 55. Persentase rata-rata keberhasilan kehidupan pada lahan bekas tambang yaitu 83,07%. Tabel di atas dapat diketahui tanaman trembesi (Samanea sama) umur 4 bulan pada lahan bekas tambang dengan luas 1 ha (10.000 m2)dan jarak tanam 4 m x 4 m jumlah tanaman 300 yang hidup 246 dan mati 54. Persentase rata-rata keberhasilan hidup pada lahan bekas tambang yaitu 82%. Tabel di atas dapat diketahui jumlah keseluruhan/total tanaman (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea sama) jumlah tanaman 625 hidup 516 dan mati 109 keberhasilan hidup 82,56%. B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) pada umur 4 bulan yang ditanam pada lahan bekas tambang dengan jarak tanaman 4m x 4m memiliki persentase hidup sebesar 83,07% dan 82%. Secara keseluruhan pada areal tersebut, didapatkan persentase hidup tanaman sebesar 82,56%. Tingkat keberhasilan penanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) pada umur 4 bulan pada lahan bekas tambang 80% - 89% jadi dikatakan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa reklamasi lahan beka tambang yang dilaksanakan PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) berhasil dengan baik.Berdasarkan kriteria keberhasilan penanaman dalam Setiadi (2012). Ada beberapa hal yang diduga menjadikan keberhasilan penanaman tersebut. Pertama adalah persiapan lahan tanam, kedua setelah dilakukan penambangan dan ditutup kembali dengan tanah pucuk atau tanah yang paling 22 atas yang telah disisihkan sebelum penambangan dilakukan. Kemudian setelah 1 bulan dilakukan penanaman. Pada saat melakukan penanaman, juga lubang tanam diberi pupuk kandang sebagai penambah unsur hara di dalam tanah. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal (Anonim, 2016). Dikatakan lebih lanjut berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. kedua adalah persipan bibit, bibit yang akan ditanam di lapangan sudah benar-benar terseleksi dengan baik dengan tinggi bibit minimal 30 cm dengan daun yang segar/sehat, memiliki batang tunggal. Kriteria bibit ini sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan yaitu persyaratan bibit reboisasi yang memenuhi kriteria mutu fisik dan fisiologi meliputi: a) Bibit normal : adalah bibit berbatang tunggal, sehat dan pada pangkal batangnya berkayu. b) Tinggi bibit yang diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh teratas dihitung dengan satuan cm. Untuk tinggi batang dipersyaratkan antara 20-50 cm 23 c) Media kompak Adapun kematian yang terjadi di lapangan kesemuanya terjadi akibat kekeringan, ini diduga walau sudah terseleksi dengan baik, masih ada bibit yang kurang mampu menghadapi kondisi lapangan dengan baik. Bibit mati karena tidak bisa beradaptasi dengan baik di lapangan, karena selama pengamatan di lapangan tidak ditemukan hama yang menyerang. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil selama penelitian di lahan bekas tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) adalah bahwa tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) dapat tumbuh dengan baik, dimana persentase keberhasilan hidup yaitu : 1. Sengon (Paraserianthes falcataria) sebesar 83,07% 2. Trembesi (Samanea sama) sebesar 82% 3. Tatol persentase keseluruhan tanaman sebesar 82,56% B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian yang dilakukan di lahan bekas tambang PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) yaitu : 1. Perlu melakukan perawatan sehingga diperoleh hasil yang maksimal 2. Diharapkan ada penelitian lanjutan terhadap tingkat keberhasilan tumbuh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Samanea saman) di lokasi PT. BJA (Bhumiku Jadi Abadi) lahan bekas tambang. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1994. Pertumbuhan dan Mutu Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Diskusi Hasil Penelitian Sivikultur Jenis Kayu HTI, Jakarta. Anonim, 2004 di. Pupuk organik https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik Diakses pada 20 April 2010 Atmosuseno, 1994. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Penanam Jenis Pohon di Berbagai Negara, Diskusi Hasil Penelitian Silvikultur Jenis Kayu HTI, Jakarta. Daniel dkk, 1987. Peranan Mikroorganisme untuk Memacu Pertumbuhan Tanaman Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Hanafi, 2011. Pohon Trembesi mudah dikenali dari kanopinya yang berbentuk payung dengan diameter kanopi lebih besar dari tingginya. http://digilib.unila.ac.id/1207/6/BAB%20I.pdf. Diakses tanggal 22 Juni 2014 Hartanto, 2011. Kesesuaian Lahan Untuk Penanaman Jenis Pohon Industri Diskusi Hasil Penelitian Silvikultur Jenis kayu HTI, Jakarta. Kemenhut, 2010. Perencanaan Sekretariat Jenderal Depertemen Kehutan, Statistik Kehutanan Indonesia, Jakarta. Mansur, 2012. Budidaya Sengon (Paraserianthes falcataria), Dengan Metode Trubusan dipilih Dengan Mempertimbangkan, ETD UGM. Nuroniah dan Kosasih, 2010 Trembesi atau pohon ki hujan, merupakan tanaman pelindung. http://digilib.unila.ac.id/1207/7/BAB%20II.pdf diakses pada mei 2011 Soerianegara dan Lemmens, 1993. Kedudukan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria), Dalam Sistematika Tumbuhan, ETD UGM. Utomo2006. Bunga trembesi dan manfaatnya http://digilib.unila.ac.id/1207/7/BAB%20II.pdf diakses pada mei 2011 26 LAMPIRAN 27 Tabel 1. Tanaman Sengon (Paraserianthis falcataria) dengan Umur 4 Bulan Kondisi No Tan. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 28 Tabel 1. Lanjutan kondisi No Tan. 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 29 Tabel 1. Lanjutan Kondisi No Tan. Hidup 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 30 Tabel 1. lanjutan kondisi No Tan. 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 31 Tabel 1. Lanjutan Kondisi No Tan. 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 32 Tabel 1. Lanjutan kondisi No Tan. 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 33 Tabel 1. Lanjutan Kondisi No Tan. 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 34 Tabel 1. Lanjutan kondisi No Tan. Hidup 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 Jumlah Sumber data primer 2016 Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan 270 55 35 Tabel 2. Tanaman Trembei (Samanea saman) dengan Umur 4 Bulan Kondisi No Tan. Hidup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 36 Tabel 2. Lanjuta kondisi No Tan. 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 37 Tabel 2. Lanjutan Kondisi No Tan. 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 38 Tabel 2. Lanjutan kondisi No Tan. 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 Hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 39 Tabel 2. Lanjutan Kondisi No Tan. 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 40 Tabel 2. Lanjutan Kondisi No Tan. 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 hidup Ket Mati Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan Mati kekeringan 41 Tabel 2. Lanjutan No Tan. hidup 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 Jumlah 246 Sumber data primer 2016 kondisi Ket Mati 54 42 Gambar 1. Lahan penelitian tanaman sengon dan trembesi Gambar 2. Persiapan pengambilan data 43 Gambar 3. Jarak lebar pada lahan penelitian Gambar 4. Jarak panjang pada lahan penelitian 44 Gambar 5. Batas titik pengambilan data Gambar 6. Pengambilan data tanaman sengon Gambar 7. Tanaman trembesi yang mati Gambar 6. Tanaman sengon yang mati