1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini tekanan terhadap lingkungan semakin besar disebabkan
peningkatan peradaban manusia dan industrialisasi. Peningkatan peradaban manusia
seperti penggunaan kendaraan bermotor dan AC serta proses industri menghasilkan
karbon dalam jumlah besar. Akumulasi karbon di atmosfer bumi menyebabkan
tekanan terhadap lingkungan karena mengakibatkan “Pemanasan Global” yang
mempengaruhi segala sendi kehidupan manusia.
Hutan, sebagai salah satu penyerap karbon, peranannya menjadi penting,
khususnya di daerah tropis. Indonesia, dengan luas hutan tropis terbesar ketiga di
dunia setelah Brazil dan Republik Kongo, memiliki peran besar dalam penyerapan
karbon di atas permukaan bumi. Luas hutan Indonesia tahun 2013 sebesar 124 juta ha
(Kementerian Kehutanan, 2014). Pertumbuhan pohon-pohon di hutan Indonesia perlu
dikaji untuk mengetahui peran serta dalam penyerapan karbonnya.
Selama ini masyarakat luas hanya berfokus pada nilai akhir penyerapan
karbon dari suatu spesies pohon persatuan luas persatuan waktu, namun dinamika
selama pohon tumbuh belum banyak dikupas. Sebenarnya pohon yang mengalami
pertumbuhan berperan serta dalam menjaga lingkungan yaitu dengan menyerap
karbondioksida dan menghasilkan oksigen dari fotosintesis. Dinamika selama pohon
tumbuh dapat diamati dengan pengamatan pembentukan kayu yang terjadi.
1
Pembentukan kayu berupa pertambahan aksial dan radial batang pohon
dibatasi oleh waktu tertentu dalam tahun tergantung oleh faktor dalam dan luar
(Savidge, 1996) dalam (Makinen dkk., 2008). Pembentukan kayu dalam rentang
waktu tertentu dapat diamati dan dilihat pengaruhnya dari faktor luar berupa curah
hujan dan suhu terhadap pertumbuhannya. Hal tersebut dapat menjelaskan variasi
pembentukan kayu pada rentang waktu tertentu dan dapat dilihat seberapa besar
nilainya. Pembentukan kayu yang terjadi dalam rentang waktu tertentu semisal
bulanan atau tahunan dapat dinyatakan sebagai riap. Riap tersebut dapat digunakan
untuk penentuan pertambahan volume suatu kayu maupun penyerapan karbonnya.
Selama ini proses pertumbuhan kayu dapat diukur secara sederhana dengan
pengukuran keliling batang persatuan waktu tertentu semisal bulanan. Pengukuran
yang dilakukan secara teratur dapat memberikan hasil pengamatan pertumbuhannya.
Untuk memperkuat pengukuran secara sederhana, maka dilakukan pengukuran
pertumbuhan secara mikroskopis yaitu dengan metode pinning atau penusukan
(Makinen dkk., 2008), yang diperkenalkan oleh Wolter (1968), dan telah dilakukan
oleh (Yoshimura dkk., 1981; Kuroda, 1986; Schmitt dkk., 2000; Yamashita dkk.,
2006). Metode pinning yaitu penusuk kecil ditusukkan melalui kulit pohon ke dalam
xylem untuk melukai kambium. Di bagian dekat saluran penusukan, kambium yang
hidup menghasilkan sel modifikasi. Perkembangan pembentukan xylem pada waktu
penusukan dapat dicirikan oleh kerusakan sekitar, sel kayu muda yang tidak lengkap,
dan sel xylem modifikasi oleh pengamatan mikroskop pada balok xylem yang
2
diambil dari batang bekas penusukan (Makinen dkk., 2008). Metode pinning
dimaksudkan untuk memberikan penanda di kayu bagian dalam pada waktu tertentu
sehingga dapat diamati pertumbuhannya. Dari sampel penusukan hasil dari metode
pinning kemudian dilihat dengan mikroskop pertumbuhan radial atau pembentukan
kayu yang terjadi, sehingga metode ini dapat menggambarkan dinamika pembentukan
kayu secara mikroskopis.
Pemahaman pembentukan kayu dengan metode pinning membutuhkan
pengamatan anatomi kayu. Pengamatan anatomi kayu (berupa kenampakan jenis sel,
dimensi masing-masing sel, dan dinamikanya) dilakukan pada sel-sel kayu baru yang
dihasilkan dari kambium sampai bekas penusukan (penanda) pada bagian kayu yang
lebih dalam. Wimmer (2002) menyatakan bahwa pada setiap individu pohon dalam
struktur sel, jaringan, dan organ, maupun hubungan di antaranya dan fisiologisnya
memberikan informasi yang banyak tentang kehidupan lampau individu pohon
tersebut dan lingkungannya. Schweingruber (1996) dalam (Wimmer, 2002)
menyatakan bahwa anatomi kayu dan fungsi pohon mengindikasikan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang dinamik. Aspek anatomi kayu
biasanya digambarkan dalam dua atau tiga dimensi yang terlihat dari mikroskop,
namun kenyataannya ada empat dimensi yaitu ada tambahan waktu. Hubungan
anatomi dengan waktu dapat terlihat dari pohon. Pada penampang transversal kayu,
struktur dan pola dapat dikenali dengan keteraturan dan hubungannya dengan waktu
yang dapat dimengerti.
3
Pengamatan pertumbuhan dan pembentukan kayu dilakukan pada spesies
trembesi (yang merupakan salah satu jenis cepat tumbuh) di hutan rakyat. Trembesi
(Samanea saman (J.) Merr.) banyak terdapat di daerah Kalasan, Yogyakarta dan
Manisrenggo, Klaten. Sofianto dan Marsoem (2012) dalam penelitiannya mengenai
sifat fisika dan mekanikanya menyatakan bahwa berat jenis volume segar kayu
trembesi sebesar 0,41 sehingga batang kayu trembesi biasanya digunakan oleh
penduduk sekitar untuk bahan baku pembuatan konstruksi ringan seperti meja dan
kursi, sedangkan cabang dan ranting untuk kayu bakar. Staples dan Elevitch (2006)
menyatakan bahwa dari sedikit data kuantitatif yang tersedia, total panen kayu
trembesi sebesar 10 – 25 m3/ha/tahun dengan rotasi 10 – 15 tahun.
Pohon trembesi yang tumbuh di hutan rakyat memberikan dua manfaat. Tidak
hanya menghasilkan kayu bagi petani di akhir rotasi tebangan, tetapi juga ikut
berperan terhadap lingkungan sejak pohon tersebut ditanam sampai dipanen dengan
proses pembentukan kayu maupun keseluruhan biomassanya. Penelitian mengenai
pembentukan kayu trembesi penting untuk dilakukan karena penelitian tersebut
mendasari pengetahuan mengenai potensi kayu yang dihasilkan dari pohon trembesi.
Banyaknya pertumbuhan radial atau pembentukan kayu dalam jangka waktu tertentu
dapat diketahui dengan pengamatan mikroskop hasil dari metode pinning pada batang
pohon setiap bulan dan dilihat hubungan dari curah hujan dan suhu pada
pertumbuhannya (Marsoem, 2010). Selain itu dapat diketahui pula bagaimana
aktivitas kambium kayu trembesi pada satu musim pertumbuhan sehingga
4
memberikan pemahaman lebih pada kapan dimulai, intensitas, dan berhentinya proses
pembentukan kayu (Seo dkk., 2007). Penelitian mengenai pertumbuhan dan
pembentukan kayu trembesi dengan metode pinning dan pengukuran keliling batang
setiap bulan akan memberikan tambahan informasi ilmiah terhadap jenis trembesi.
Tambahan informasi tersebut akan semakin memperkuat pengetahuan tentang jenis
trembesi yang nantinya akan bermanfaat bagi perkembangan kehutanan Indonesia.
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dinamika pembentukan kayu trembesi dalam ukuran waktu tertentu
dan kaitannya dengan curah hujan dan suhu
2. Mengetahui karakteristik sel-sel kayu trembesi dalam hubungannya dengan
dinamika pembentukan kayu bulanan.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat berupa tambahan informasi ilmiah
mengenai pembentukan kayu atau pertumbuhan radial batang trembesi dalam ukuran
waktu tertentu serta kenampakan dan dinamika sel-sel kayu yang terbentuk dan
bagaimana hubungannya dengan curah hujan dan suhu. Informasi ilmiah tersebut
akan memperkuat pengetahuan yang lebih mendalam pada pembentukan kayu
trembesi yang dihubungkan dengan curah hujan dan suhu.
5
Download