11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik yang lain. Antara sistem sosial dan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik dan proses sosilisasi, partisipasi dan pengrekrutan tergantung pada komunikasi. Komunikasi dari pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap adalah fundamental bagi ketiga hal tadi, karena semuanya menentukan bentuk aktivitas politik individu yang bersangkutan. 15 Nimmo dalam Arifin (2005:9) melukiskan dengan singkat bahwa definisi politik adalah pembicaraan, atau kegiatan politik dan berbicara. Politik pada hakekatnya kegiatan orang secara kolektif sangat mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Bila orang mengamati konflik, mereka menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi. Bila orang menyelesaikan perselisihan mereka, penyelesaian itu adalah hal-hal yang diamati, diinterpretasikan dan dipertukarkan melalui komunikasi. Sedangkan Galnoor menyebutkan bahwa komunikasi politik merupakan infrastruktur politik, yakni suatu kombinasi dari berbagai interaksi sosial di 15 Kartono, 2005:253 12 mana informasi yang berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan kekuasaan masuk ke dalam persedaran.16 Syamsudin menjelaskan komunikasi politik memang tidak cukup hanya dengan menggabungkan dua definisi, “komunikasi” dan “politik”. Ia memiliki konsep tersendiri, meskipun secara sederhana merupakan gabungan dari dua konsep tersebut. Komunikasi dan politik dalam wacana ilmu pengetahuan manusia merupakan dua wilayah pencarian yang masing-masing dapat dikatakan relatif berdiri sendiri. Namun keduanya memiliki kesamaankesamaan, sebab memiliki objek material yang sama, yaitu manusia. Kesamaan objek material ini membuat kedua disiplin ilmu itu tidak dapat menghindari adanya pertemuan bidang kajian. Hal ini disebabkan karena masing-masing memiliki sifat interdispliner, yakni sifat yang memungkinkan setiap disiplin ilmu membuka isolasinya dan mengembangkan kajian kontekstualnya. Komunikasi mengembangkan bidang kajiannya yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain, seperti sosiologi dan psikologi dan hal yang sama berlaku pula pada lmu politik. 17 16 17 Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. PT. Citra Aditya. Bandung, 2005. Syamsudin. Komunikasi Politik. PT. Rosdakarya. Bandung, 2007 13 2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi Politik Unsur-unsur dalam komunikasi politik mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya proses komunikasi poitik itu. Mukhtadi (2008:30) membagi 3 unsur komunikasi politik, yakni: 1. Komunikator, dalam komunikasi politik yakni pihak yang memprakarsai dan mengarahkan suatu tindak komunikasi 2. Kyalayak komunikasi politik yaitu peran penerima yang sebetulnya hanya bersifat sementara 3. Saluran-saluran komunikasi politik yakni setiap pihak atau unsur yang memungkinkan sampainya pesan-pesan politik. 2.1.2 Fungsi Komunikasi Politik Menurut Sumarno secara umum fungsi komunikasi politik sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komunikasi ini bersifat timbal balik atau dalam pengertian lain saling merespons sehingga mencapai saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.18 Sumarno (2007:28) membagi 2 bagian fungsi komunikasi politik, yaitu, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental 18 Sumarno. Rush & Altoth. Pengantar Sosial Politik. PT. Gravindo Persada. Jakarta, 2007. 14 political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas. Fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrasturktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut. 2.1.3 Bentuk-bentuk Komunikasi Politik Pada dasarnya kegiatan komunikasi politik dapat menggunakan berbagai bentuk khusus (spesialisasi) yang digunakan dalam komunikasi pada umumnya, namun yang paling sering dijumpai dalam praktik yaitu kegiatan propaganda dan kegiatan public relation (hubungan kyalayak). Dalam kegiatan yang dilakukan pemerintah, maka propaganda sebagai kegiatan pendahuluan yang kemudian disusul oleh bentuk kegiatan lainnya, seperti pendidikan, informasi bahkan sampai kepada kegiatan yang mahal biayanya, yaitu kegiatan pameran.19 19 Soemarno, Buku teri pokok Komunikasi Politik, 2004, hal 6.1 15 1. Retorika Politik Retorika selalu berdampingan dengan kegiatan propaganda politik, yaitu kampanye politik. Retorika sebagai seni olah bicara di depan umum, dengan suatu maksud agar orang yang mendengarkan berbuat susuatu sesuai harapan pembicara.20 Perkembangan retorika menunjukan bahwa kegiatan retorika selalu berdampingan dengan kegiatan bidang politik dan kenegaraan. Bagi komunikator-komunikator politik, kemahiran dan kefasihan berbicara merupakan syarat utama di dalam upaya mempengaruhi orang lain atau di dalam mentransformasikan ide, pendapat, pandangan dan hasil pemikiran agar dapat diterima orang lain. Sentuhan retorika akan menembus beberapa dimensi, terutama dimensi psikologis, sentuhan normatif, sentuhan budaya dan sentuhan politik. Karena itu kemampuan, kefasihan berbicara sebenarnya bersifat utuh. Dalam artian bahwa seorang ahli berbicara (orator) harus memiliki kelengkapan sempurna, yaitu kepribadian, kapabilitas, kredibiltas, sikap jiwa dan nuansa berpikir jauh ke depan.21 20 21 Soemarno, ibid, hal 6.18 Soemarno, ibid, hal 6.20 16 2. Kampanye Politik Kampanye dalam bidang politik telah menjadi referensi bentuk propaganda politik, terutama di dalam kegiatan pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan rangakaian kegiatan terakhir setelah kegiatan kampanye dilaksanakan.22 Kampanye dapat pula dikatakan sebagai citra khas politik (specific political images) yang berdimensi tiga dengan satu dimensi lagi sebagai tambahan yang disebut political issue, yaitu: a. Citra Partai. Hal ini berkait dengan pandangan masyarakat terhadap partai, hubungan antara partai dengan kandidat (calon). Citra partai pada hakekatnya adalah kepercayaan masyarakat terhadap partai, yaitu tentang apa yang diharapkan masyarakat yang berkait dengan kepentingan masyarakat sendiri, hal ini meliputi rencana dan program partai.23 b. Citra Kandidat. Dimensi ini Citra berada pada seorang calon (kandidat) tentang kemampuan (capability) dan tentang kepribadiannya (personality). Citra kandidat akan dinilai oleh partai dan oleh calon pemilih (voter). Penilaian partai akan melihat dari sisi loyalitas, dedikasi terhadap 22 23 Soemarno, ibid, hal 6.16 Soemarno, log id 17 partai, kemampuan, persepsi internasional. Sedangkan dari calon pemilih (voter) akan melihat dari sisi kemampuan di dalam memenuhi harapan para pemilih pada waktu kandidat terpilih dan sejauh mana mampu melaksanakan program yang telah dilontarkan dalam kampanye. c. Citra Pemilih (voters image) Citra yang ada pada pemilih, yaitu lukisan ingatan tentang calon yang terpilih di dalam menjalankan perannya sebagai presiden, perdana menteri atau anggota senat, legislatif. Voters Image bersifat dinamis dan temporer, tumbuh oleh suatu peristiwa politik tertentu, yaitu pemilihan umum. Pada waktu pemilihan umum selesai maka citra pemilih akan hilang apabila kondisi pemerintah atau kehidupan Negara telah kembali pada kegiatan rutin. d. Political Issue. Isu politik tidak hanya berlaku dalam masa kampanye, namun terus berlanjut sampai terbentuknya pemerintahan hasil pemilihan umum sekaligus bagaimana pemerintahan ini di dalam menentukan kebijaksanaan politik luar negerinya. Political Issue erat kaitannya dengan cita-cita politik yang dikenal dengan sebutan political will. Political issue tidak akan menjamin untuk mencapai keberhasilan pemilihan umum apabila isu politik digunakan sebagai tema 18 kampanye, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan para pemilih.24 3. Public Relation Politik Dalam bidang politik, fungsi-fungsi public relations mulai dioperasikan secara efektif, bahkan intensitasnya lebih meningkat tatkala berlangsung kampanye pemilihan umum. Dalam infrasturktur politik, kegiatan pula public relations digunakan dalam bernegosiasi antarkelompok partai untuk menggabungkan hasil suara yang masingmasing tidak mencapai kuorum, atau untuk mengadakan suatu koalisi dalam parlemen atau kabinet.25 Pada kegiatan pemerintahan maka public relations berada dalam struktur formal secara berjenjang dan menurut luas lingkup garapan. Dalam kegiatan komunikasi politik, fungsi public relations adalah fungsi kekuasaan yaitu fungsi yang berada pada struktur kekuasaan atau fungsi eksekutif. Secara fungsional maka eksekutif menyelenggarakan fungsifungsi public relations yang melaksanakan kegiatan ke dalam Negara dan keluar Negara. 26 Kegiatan ke luar Negara bertujuan untuk mengembangkan transaksi-transaksi komunikasi yang dapat memenuhi kepentingan pemerintah dan kepentingan infrastruktur politik, terutama dalam 24 Soemarno, ibid, hal 6.17 Soemarno, ibid, hal 6.30 26 Soemarno, ibid, hal 6.30 25 19 meningkatkan kepercayaan Negara lain di berbagai sektor kehidupan, misal sektor ekonomi dalam hal membangun minat untuk investasi modal, membuka industri yang mampu merekrut sebagian besar tenaga kerja domestik, kerjasama dalam bidang kebudayaan dan bidang-bidang lain yang saling menguntungkan. Kegiatan public relations dalam kegiatan politik dapat memperpendek jarak pendapat dan dapat meminimalkan terjadinya kompetisi yang saling merugikan. Terutama pada masyarakat yang terdiri berbagai faham atau ideology, maka kegiatan public relations dapat mendekatkan berbagai persepsi ke suatu arah konsensus.27 2.1.4 Khalayak Komunikasi Politik Tidak semua warga Negara di dalam suatu system politik demokrasi mempunyai minat atau perhatian yang serius dan kontinyu terhadap urusan politik maka dapat pula dikemukakan bahwa tidak semua warga Negara berperan sebagai khalayak komunikasi politik dengan intensitas yang sama.28 Ditinjau dari sudut pandang ilmu politik dan ilmu komunikasi, terdapat persamaan gambaran tentang ciri-ciri khalayak yang ideal. Ciri-ciri khalayak tersebut haruslah yang mempunyai perhatian untuk memperhatikan 27 28 Soemarno, ibid, hal 6.25 Riswandi, komunikasi politik, graha ilmu, 2009, hal 44 20 mengikuti perkembangan politik yang terjadi di sekitarnya, baik melalui saluran antarpribadi maupun melalui media massa.29 2.1.5 Media Politik Komunikasi Massa banyak digunakan oleh parpol sebagai media politik ke khalayak umum. Bentuk saluran komunikasi massa berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi satu kepada banyak, dibagi menjadi dua. Bentuk yang pertama terdiri atas komunikasi tatap muka, bila seorang kandidat politik berbicara di depan rapat umum. Bentuk yang kedua terjadi jika ada perantara ditempatkan di antara komunikator dan khalayak, dalam hal ini menggunakan media, teknologi, sarana dan alat komunikasi lainnya. Sebagian informasi yang disampaikan oleh media massa akan melintasi garisgaris batas geografis dan kelas sosial.30 Menurut Kartono (2005:254) unsur suatu sistem komunikasi politik terdiri dari sumber (pesan atau informasi), pesan penerima informasi (audiens) dan suatu proses yang dikenal sebagai “umpan balik”. Dalam suatu sistem komunikasi politik, sumber yang tipikal mungkin adalah seorang calon untuk pemilihan bagi suatu jabatan politik, pesannya akan merupakan serangkaian usul politik, salurannya berupa siaran TV, pendengarnya adalah 29 30 Riswandi, ibid, hal 46 Riswandi, opcit, hal 14 21 anggota kelompok pemilih yang kebetulan memperhatikan siaran dan umpan baliknya adalah persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap asal-usulnya.31 2.2 Public Relations (PR) Ada 4 ciri utama PR yang disebut sebagai karakteristik PR. Dengan karakteristik ini dapat membedakan apakah aktivitas komunikasi dapat dikatakan PR atau bukan. 1. Adanya upaya komunikasi yang bersifat dua arah. Komunikasi yang menjadi ciri PR adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadi arus informasi timbale balik, yang dimaksud adalah bukan komunikasi yang bersifat tertunda, misalnya dengan menyediakan sarana komunikasi seperti kotak surat, bulletin, surat pembaca, kotak saran dan kritik, kegiatan-kegiatan yang memungkinkan terjadi interaksi antara komunikator dan komunikannya. PR merupakan dinamisator dan pendorong bagi public untuk memanfaatkan sarana/media komunikasi secara efektif. PR haruslah membudayakan timbulnya komunikasi dua arah. 31 Kartono, kartini. Pengantar Sosiologi Politik. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta, 2005 22 2. Sifatnya yang terencana. PR adalah suatu kerja manajemen atau fungsi manajemen. Oleh karena itu, kerja PR haruslah menerapkan prinsip-prinsip manajemen, supaya hasil kerjanya dapat diukur. PR bukanlah sihir yang begitu saja dapat merubah keadaan, dalam segala kegiatan PR tidak berbeda dengan fungsi manajemen yang memerlukan fact finding, perencanaan, pengorganisasian, aksi dan evaluasi. Artinya aktivitas PR perlu direncanakan, dirumuskan tujuannya dan ditentukan ukuran keberhasilannya. Sifat PR yang terencana mengandung pengertian bahwa kerja aktivitas PR merupakan aktivitas yang berkesinambungan, memilikii metode, terintegrasi dengan bagian lain dan hasilnya nyata. 3. Berorientasi pada organisasi/lembaga. PR berorientasi pada organisasi/lembaga untuk mencapai pengertian, kepercayaan dan dukungan publik. Syarat mutlak dalam kerja PR adalah pemahaman yang tinggi terhadap visi, misi dan budaya organisasi atau lembaga. Hal itu berarti menjelaskan tentang PR bahwa bila khalayak memahami dan percaya pada suatu organisasi/lembaga, maka khalayak akan percaya terhadap produk yang dihasilkannya. 4. Sasarannya adalah publik Sasaran PR adalah publik, yakni suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama. Dibedakan menjadi dua, yaitu: 23 a. Publik Internal, publik yang berada didalam organisasi/lembaga, misalnya: Karyawan, yakni mereka yang bekerja dalam organisasi atau lembaga dengan karakteristik kepentingan berupa kesejahteraan, promosi jabatan atau penghargaan prestasi kerja. Publik pemegang saham, yang memiliki karakteristik kepentingan investasi yang aman dan terjaganya asset. Publik pengelola, yang memiliki kepentingan terhadap peningkatan kinerja organisasi atau lembaga. b. Publik Eksternal: publik yang berada diluar organisasi atau lembaga, misalnya: Komunitas lokal, yang memiliki karakteristik kepentingan, kesempatan kerja, rasa aman, rasa bangga, keindahan dan kesehatan lingkungan, penambahan penghasilan. Publik pers, yang memiliki kepentingan terhadap peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita dan sumber-sumber berita. Publik pemerintah, yang memiliki kepentingan terhadap mitra pengelola sumberdaya alam dan lingkungan, pemasukan pajak, penyerapan tenaga kerja. 32 32 Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2002 24 2.3 Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada lingkungan merek 33 Persepsi adalah inti komunikasi, sebab jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi degan efektif. Sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi. Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana.34 Definisi Persepsi yang dikemukakan oleh Soreno & Bodaken adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita. Sedangkan persepsi menurut Joseph A. DeVito adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. 2.3.1 Faktor Persepsi Persepsi ditentukan juga oleh factor fungsional dan faktor structural: 1. Faktor-faktor Fungsional yang menentukan persepsi berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. 33 34 Stephen P. Robbins; Perilaku Organisasi, 2003: 160; PT. Indeks Gramedia, Jakarta J.Cohen; Dedy Mulyana, Pengantar Ilmu Komunikasi; PT. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2003: 167 25 Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Maksudnya persepsi yang berbeda tidak disebabkan oleh stimuli yang didapat atau disajikan, perbedaan tersebut berasal dari kondisi biologis atau karakteristik si pemberi respon. Rumusan dalil persepsi diatas adalah persepsi bersifat selektif secara fungsional, yaitu berarti bahwa obyek-obyek yang memnuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2. Faktor-faktor Struktural yang menentukan persepsi berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan, kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Krech dan Crutchfield terdapat dua dalil, yang pertama adalah medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti, maksudnya mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, walaupun stimuli yang diterima tidak lengkap, maka akan diisi dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Dalil yang kedua adalah jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompokan 26 dipengaruhi oleh kenaggotaan kelompoknya dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.35 2.3.2 Proses Persepsi Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera manusia, attensi (perhatian) dan interpretasi, kemudian setelah terbentuknya persepsi lalu individu dapat menentukan bagaimana individu bersikap (attitude). 1. Sensasi (Penginderaan) Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi adalah respon panca indera tiba-tiba dan langsung terhadap stimulus sederhana tertentu. Ada yang cepat, ada pula yang lambat bereaksi. Kepekaan bereaksi dipengaruhi oleh kualitas panca indera. Sensasi tergantung pada perubahan energi atau diferensiasi input. Semakin rendah input sensor, kemampuan individu untuk mendeteksi perubahan input atau intensitas meningkat. 36 Menurut Benyamin B. Wolman (1973:343) sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera. 35 36 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2001, hal 55-59 Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2004, hal 103 27 Fungsi alat indera yang dikemukakan Lefrancois (1974:39) dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindera cahaya dan humudilitas.37 2. Attensi (Perhatian) Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangsangan menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. Perhatian terjadi bila individu mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat inderanya dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. 38 Faktor-faktor sebagai penarik perhatian sebagai berikut: A. Faktor Eksternal Penarik Perhatian Faktor Situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: a. Gerakan Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objekobjek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang 37 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung 2005, hal 49 38 Kenneth E. Andersen; Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung 2003, hal 52 28 bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan pada tempat-tempat yang dipenuhi benda-benda mati, kita akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak. b. Intensitas Stimuli Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung di tengahtengah orang pendek, suara keras di malam sepi, iklan setengah halaman dalam surat kabar, atau tawaran pedagang yang paling nyaring di pasar malam, sukar lolos dari perhatian kita. c. Kebaruan (Novelty) d. Perulangan Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini, unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang iklan, yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ulang “jingles” atau slogan-slogan, tetapi juga kaum politisi memanfaatkan prinsip perulangan. B. Faktor Internal Penarik Perhatian Beberapa contoh faktor yang mempengaruhi perhatian kita: a. Faktor-faktor Biologis 29 Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Karena itu, bagi orang lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Sedangkan bagi yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain. b. Faktor-faktor Sosiopsikologis Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda, tetapi seorangpun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan itu. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar.39 3. Interpretasi (Pemahaman) Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Menginterpretasikan makna setiap objek tidak dapat secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut.40 39 40 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, hal 52-55 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, hal 180 30 Interpretasi adalah proses memberikan arti kepada stimulus sensor, proses memahami stimulus yang muncul. Interpretasi tergantung pada harapan bagaimana seharusnya stimulus. Seringkali stimulus membingungkan karena sulit memberi arti. Pada saat stimulus membingungkan, cara seseorang dalam mempresentasikannya cenderung disesuaikan dengan kebutuhan , keinginan, minat dan lain-lain. 41 4. Sikap (Attitude) Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable), maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisiaptif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social atau secara sederhana. Sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Atau sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. 42 41 42 Bilson Simamora, hal 109 Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia, hal 5 31 Bisa dikatakan bahwa komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi membahasakannya dengan, komunikasi persuasif. Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.43 2.4 Iklan Politik Iklan Politik belum diatur dalam kode etik periklanan Indonesia. Ini karena iklan politik merupakan feomena baru bagi industri periklanan nasional maupun masyarakat. Tapi, ketiadaan aturan main tak berarti suatu iklan politik yang melanggar terbebas dari sanksi. Sebab, seperti juga iklan komersial, persepsi khalayak menjadi parameter atas benar-salah atau baik-buruk sebuah iklan politik. Sebuah iklan politik dianggap melanggar etika manakala persepsi yang ditimbulkannya tak sesuai dengan nilai-nilai yang diatur khalayak tersebut. Berbeda dari iklan komersial, iklan politik bisa berdampak amat luas dan bahkan dapat mengubah masa depan bangsa dan Negara.44 43 44 Kamus Ilmu Komunikasi, 1979 Budi Setiyono, Iklan dan politik, hal 112 32 Yang menjadi sasaran periklanan politik adalah individu tunggal (dalam arti bukan sebagai anggota kelompok) dan independent. Periklanan politik adalah pengiklan citra atau imej, daya tarik yang diarahkan untuk membangun reputasi seseorang pejabat publik atau pencari jabatan, menginformasikan pada khalayak mengenai kualifikasi seorang politisi, pengalamannya, latar belakang kepribadiannya, sehingga merupakan dorongan bagi prospek pemilihan calon atau kandidat yang bersangkuan dalam proses politik. Tujuan periklanan politik adalah bukan untuk mengidentifikasikan seseorang dengan kelompok, melainkan untuk menarik perhatian seseorang dengan kelompok, dan menjadikan orang bertindak dan memilih sendiri berbeda dari yang lain. Berbagai bentuk media, mulai dari cetak, elektronik, hingga media luar ruang, memungkinkan untuk iklan politik, termasuk iklan partai politik. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memanfaatkan kekuatan masing-masing media dan wilayah jangkauannya, disesuaikan dengan obyek masih-masing periklanan partai politik. Dengan demikian, pemanfaatan media yang efektif dan cepat menyampaikan pesan itulah yang lebih unggul. Media periklanan politik, antara lain: 1. Radio : Menjangkau ke Pelosok Daerah 2. Surat kabar : Berita, Editorial, dan Iklan 3. Poster : Berbagai Fungsi Kampanye 33 4. Televisi : Pidato dalam 30 detik 45 Riset Falkow & Cwalian dan Kaid menunjukkan, iklan politik berguna untuk beberapa hal: 1. Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat 2. Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidakpastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu 3. alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan 4. mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu 5. mempengaruhi opini public tentang isu-isu tertentu 6. memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan even-even politik46 Orientasi iklan politik memang bagaimana mempersuasi khalayak agar memilih partai atau kandidat politik tertentu. Apa yang hendak dicapai dalam mempengaruhi pemilih pun seolah sudah ditetapkan. Bahwa iklan politik lebih punya pengaruh terhadap preferensi pilihan, khususnya bagi pemilih yang tingkat keterlibatannya sedikit dalam kampanye serta menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Hasil jajak pendapat Lembaga Survey Indonesia (LSI) yang menunjukkan 45 46 Riswandi, komunikasi politik, hal 39-40. Budi Setiyono, Opcit, hal 346 34 bahwa iklan politik berpengaruh pada pemiih yang belum memutuskan pilihannya (massa mengambang), yang jumlahnya mencapai 30 persen.47 Periklanan politik pun bisa dipastikan akan berkembang, yang menurut Adam Nursal akan didukung oleh empat faktor: 1. System multipartai yang memungkinkan siapa saja yang boleh mendirikan partai politik dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam antarpartai politik. Dalam kondisi seperti ini, pemilih tak akan mampu mengingat begitu banyak nama partai, nama kandidat, program partai. Hal ini terutama akan dihadapi oleh partai-partai baru. Partai-partai besar juga menghadapi tantangan besar. Selain bersaing dengan pendatang baru, mereka akan bersaing dengan partai lainnya untuk meraih kekuasaan. 2. Pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya dibandingkan Pemilu sebelumnya. 3. Partai-partai lebih bebas menentukan platform dan identitas organisasinya. 4. System pemilihan anggota parlemen, Dewan Perwakilan Daerah dan presiden secara langsung, yang akan diikuti oleh pemilihan gubernur, bupati dan walikota.48 Khusus mengenai iklan politik, Etika Periklanan Indonesia menggunakan istilah periklanan kebijakan publik. Penggunaan istilah tersebut didasarkan atas 47 48 Budi Setiyono, ibid, hal 347 Budi Setiyono, ibid, hal 352 35 adanya pembedaan-pembedaan dalam periklanan tentang kebijakan publik berdasarkan tiga macam inti pesan yang dikandungnya. 1. Periklanan Pamong (Government Advertising), yaitu periklanan yang mempromosikan tentang kebijakan kepamongan atau oleh penyelenggara Negara. 2. Periklanan Politik (Political Advertising), yaitu yang mempromosikan pengetahuan, pengalaman, atau pendapat sesuatu kelompok tentang kebijakan publik. Termasuk disini periklanan tentang pendidikan politik dan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan. 3. Periklanan Pemilihan Umum (electoral Advertsing), yaitu periklanan partai politik atau pemilihan legislatif serta presiden dan wakil presiden (Pemilu) maupun pemilihan kepala daerah (Pilkada), dan disiarkan pada periode kampanye yang ditetapkan oleh lembaga resmi terkait.49 2.4.1 Televisi Media diyakini mampu menciptakan persepsi tertentu kepada masyarakat dan diharapkan berperan dalam menjembatani kesenjangan, keterbatasam dan keakuratan informasi yang disampaikan KPU, patai-partai politik, dan kandidat politik. Posisi strategis inilah yang membuat media massa menjadi salah satu elemen terpenting dari pendidikan politik.50 49 50 Budi Setiyono, ibid, hal 353 Budi Setiyono, ibid, hal 100 36 Perusahaan (organisasi) yang ingin membuat suatu dampak penting dan melaksanakannya secepat mungkin, kekuatan televisi tidak ada bandingannya. Televisi merupakan emdium yang berprestise; para karyawan akan lebih menghargai, jika perusahaan mensponsori program TV daripada media lainnya. Televisi juga juga merupakan suatu media yang secara sosial sangat penting karena jangkauannya yang luar biasa. Sudah tentu, dengan mempertimbangkan tujuan periklanan, dana yang memungkinkan untuk memanfaatkan TV secara efektif, penjadwalan waktu dan stasiun yang sesuai, dan khususnya isi program.51 Televisi merupakan salah satu media elektronik dari media massa yang mempunyai satu keunggulan tersendiri dibandingkan media massa lainnya. Sama halnya dengan media massa lain, televisi berperan dalam proses komunikasi antara komunikator dengan komunikannya. Televisi memiliki sejumlah karakteristik yang bersifat khusus, antara lain: 1. Selain menyajikan suara, televisi juga menyajikan gerakan, visi dan warna 2. Fungsi utama televisi adalah sebagai media hiburan, akan tetapi di beberapa Negara berkembang, televisi juga merupakan symbol status 3. Pembuatan program televisi relatif lebih lama dan lebih mahal, karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak harus dibuat semenarik mungkin. 4. 51 Peliputan oleh media televisi juga jauh lebih menyeluruh. H. Frazier Moore, Humas Membangun Citra dengan Komunikasi, hal 262 - 263 37 Dalam suatu kegiatan Humas, media massa memainkan peranan yang besar sekali. Peranan yang besar ini disebabkan karena media massa dapat mencapai khalayak yang luas jumlahnya. Dari segi biaya dan efektivitas, media massa dianggap pula sebagai sarana yang termurah untuk mencapai publik yang diinginkan. Seorang pejabat Humas dapat memanfaatkan media massa dengan alasan bahwa media mampu menjangkau khalayak yang sangat luas. Bagi seorang petugas Humas, publisitas dengan menggunakan press release sangat menguntungkan, karena bebas biaya namun kelemahannya adalah belum tentu press release itu disiarkan sesuai dengan keinginan petugas humas. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang mempunyai kelebihan audio visual. Untuk menikmatinya tidak diperlukan keahlian dan kemampuan membaca seperti pada media cetak. Media televisi bisa menimbulkan keakraban dan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk program kampanye yang bisa menjangkau khalayak yang heterogen.52 Televisi sebagai media komunikasi publik, hadir diiringi dengan banyak kontroversi. Kemampuannya untuk mengakses publik hingga ke ruang pribadi serta perpaduan antara gambar dan suara yang mampu membuat orang tidak beranjak dari tepat duduknya, menimbulkan banyak kepentingan yang bisa diselipkan disana. Psikolog dan pendidik khawatir bahwa televisi akan lebih banyak memberikan pengaruh buruk ketimbang pengaruh baik. 52 M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan serta aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal 149 38 Sebaliknya, praktisi maupun lembaga-lembaga yang menggeluti televisi juga mencatat hasil-hasil riset, dimana televisi memiliki keunggulan positif dalam mempengaruhi perilaku publik. Televisi mampu menjangkau banyak orang dalam sebuah komunitas dan juga lebih mampu menarik minat masyarakat ketimbang media komunikasi lain. Kemampuan televisi mempengaruhi audiens dengan audio dan visual secara serentak dalam waktu yang bersamaan di tempat yang berbeda memungkinkan praktisi Public Relation mempengaruhi audiens dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan bila menggunakan media komunikasi cetak ataupun radio.53 53 Silih Agung Wasesa, Strategi Public Relation, hal 280