BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lansia (lanjut usia) merupakan periode dimana seorang individu telah mencapai kematangan dalam ukuran, fungsi, dan telah menunjukan kemunduran baik fisik, maupun psikologis seiring dengan berjalannya waktu. Di Indonesia, jumlah lansia terlantar semakin bertambah setiap tahunnya. Menurut Menteri Sosial Salim Seggaf Al Jufri, di tahun 2010 lansia di Indonesia mencapai 20 juta lebih atau 10 persen dari total penduduk di Indonesia, dengan 20% diaantarnya merupakan lansia terlantar. Dikatakan lansia terlantar bila lansia tersebut tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupan sehari - hari, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial, tidak memilki tempat tinggal tetap, keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mampu mengurusnya. Dalam hal perawatan lansia, faktor psikologis dan sosiologis sangat berpengaruh pada kehidupan lansia, terutama yang terlantar. Hal ini dikarenakan kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka. Pada aspek psikologi, komponen yang berperan adalah kapasitas penyesuaian diri yang terdiri atas pembelajaran, memori (daya ingat), perasaan, kecerdasan, dan motivasi. Faktor psikologis sangat erat kaitannya dengan keadaan fisik, dan faktor sosiologis. Faktor psikologis meliputi hubungan sosial dengan keluarga, teman sebaya, dan masyarakat. Hubungan ini dikaji sebagai bentuk kegiatan yang diikuti para lansia dalam kehidupan sehari – hari. Pada umumnya, hubungan sosial yang dilakukan para lansia dikarenakan mereka mengacu kepada interaksi pertukaran sosial. Pertukaran sosial adalah hubungan antar sesama yang dilakukan karena dari kedua pihak atau lebih mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Pada pertukaran sosial, salah satu sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial1. Dalam hal ini, peran panti werdha menjadi sangat penting bagi kehidupan lansia terlantar. Dalam perancangan sebuah panti werdha, kenyamanan, keamanan, higenisasi, fungsionalisasi dan psikologi lansia merupakan hal – hal yang memerlukan perhatian ekstra. Selain itu, menurut Raymond J Goodman dan Douglas G. Smith Retirement Facilities: planning, design, and marketing, keadaan fisik lansia seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, dan sistem kerja otot merupakan hal yang penting dalam perancangan panti werdha. Dalam penerapan desain panti werdha yang dikhususkan untuk lansia terlantar, desain tidak harus selalu mementingkan atau mengutamakan kemewahan, tetapi kenyamanan, fungsionalitas, dan dampak positif yang akan didapat oleh para lansia dan setiap anggota pegawai yang menghuni panti jompo tersebut. Karena yang paling utama dalam merancang panti werdha bukanlah sekedar bangunan dengan berbagai fasilitas, namun suasana yang timbul agar para penghuni panti werdha tersebut merasa memiliki dan tinggal di sebuah rumah bersama dengan keluarga baru. 1 Mastur Sonsaka, Degeneratif pada Lansia, diakses dari http://www.docstoc.com/docs/23803465/ DAMPAK-SOSIOLOGIS-LANNSIA Penulis tertarik untuk mendesain panti werdha yang dikhususkan untuk lansia tidak mampu dan terlantar dikarenakan para lansia, terutama yang terlantar membutuhkan perhatian lebih. Selain itu, interior panti werdha pada umumnya di Jakarta belum begitu dapat mempengaruhi kondisi psikologis lansia. Dengan perancangan interior yang baik dan tepat, kesejahteraan para lansia sebagai penghuni akan meningkat. Hal ini dikarenakan beberapa aspek seperti kenyamanan dan keamanan dapat ditingkatkan melalui interior bangunan. Karena para lansia tersebut akan menghuni panti werdha tersebut selama sisa hidup mereka, panti werdha yang didesain haruslah otomodatif dan responsif terhadap kebutuhan jangka panjang manusia dan kesejahteraan mereka, baik secara fisik, maupun psikologis2. 1. 2. Rumusan Masalah 1.2.1. Masalah Umum - Bagaimana merancang interior panti werdha dengan konsep yang sesuai dengan kebutuhan fisik dan psikologis para lansia? 1.2.2. Masalah Khusus - Bagaimana menerapkan unsur – unsur interior yang sesuai dengan kebutuhan lansia, serta dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang? - Bagaimana meningkatkan aktivitas tubuh, kinerja otak, dan hubungan sosial, serta tidak membuat para lansia merasa terkurung atau tidak 2 Margareth Calkins, Design for Dementla, National Health Publishing, 1988, h.15. memiliki kebebasan melalui perancangan interior? - Bagaimana melalui perancangan interior panti werdha dapat menjaga semangat kerja perawat? - Bagaimana dalam perancangan interior panti werdha dapat menjaga kenyamanan pengunjung saat membawakan acara untuk lansia? 1. 3. Tujuan Perancangan Tujuan perancangan proyek ini adalah mengupayakan perancangan interior panti werdha yang diharapkan dapat menjaga kenyamanan, baik secara fisik maupun psikologis penghuni (lansia, perawat, dan pengunjung), terutama para lansia. 1. 4. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan ditujukan kepada: 1. Mahasiswa serta perancang interior - Menambah pengetahuan tentang penerapan desain interior panti Werdha bagi lansia terlantar. - Memberikan informasi yang bermanfaat untuk perancangan panti werdha bagi lansia terlantar. 2. Masyarakat serta penghuni panti werdha - meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai fungsi dan peranan desain interior panti werdha terhadap lansia yang terlantar. - Memahami kebutuhan lansia, terutama yang terlantar dari hasill penelitian, serta segi pandang penulis. 1. 5. Batasan Perancangan Batasan perancangan untuk proyek ini adalah merancang panti werdha untuk lansia terlantar (tidak ada yang mengurus dan lemah secara ekonomi) tanpa penyakit menular, dengan memperhatikan: 1. Faktor psikologis lansia, yang dapat memberikan rasa tidak adanya perbedaan, senasib, kekeluargaan, kepercayaan diri, rasa aman dan kebebasan, serta kenyamanan secara fisik yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis lansia. 2. Hubungan sosial yang dapat mempengaruhi kebudahan interaksi antar lansia, perawat, serta pengunjung, dan memberikan rasa kebersamaan kepada para lansia. Batasan perancangan ini akan difokuskan pada area - area dengan tingkat aktivitas lansia yang tinggi, seperti lounge, ruang rekreasi, ruang serbaguna, dan ruang kesenian. 1. 6. Pendekatan Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah yang digunakan pada proyek ini adalah ilmu gerontologi, yang merupakan pendekatan ilmiah terhadap berbagai aspek dalam penuaan, seperti aspek kesehatan, psikologis, sosial, ekonomi, perilaku, lingkungan, dan lain sebagainya3. Untuk proyek ini, yang akan diperdalam dari ilmu gerontologi adalah faktor psikologis dan hubungan sosial. 3 S.Tamher-Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Salemba Medika, 2009, h. 4. 1. 7. Kerangka Pikir Diagram 1.1 Diagram Kerangka Pikir 1. 8. Sistematika Penulisan Bab 1, penulis membahas hal – hal yang mendasar yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan perancangan, kontribusi penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pikir, rencana jadwal kerja, sistematika penulisan, dan tinjauan pustaka. Bab 2, penulis membahas lansia dan panti werdha secara umum, karakteristik panti werdha, manajemen panti werdha, kebutuhan penghuni, serta keadaan psikologis dan sosiologis para lansia. Bab 3, penulis membahas tentang hasil survey, hasil studi banding, serta pengelolahan dan analisa data yang mendukung proses desain. Bab 4, penulis membahas tentang masalah - masalah desain yang timbul, penganalisaan masalah, dan pemecahan masalah – masalah tersebut. Bab 5, penulis membahas tentang skema pemikiran, proses penentuan konsep, serta penjabaran konsep yang digunakan di pada proyek ini. Bab 6, penulis membahas tentang kesimpulan yang didapat, berupa implementasi desain sesuai dengan konsep yang telah ditemukan, yang dapat mendukung terciptanya desain interior panti werdha yang baik. 1. 9. Tinjauan Pustaka 1) Design for Aging Review, Australia (Michael J Crosbil) Bagian yang diambil dari buku ini adalah contoh – contoh desain interior untuk panti werdha dan jenis – jenis fasilitas yang ada di panti werdha. 2) Design Innovation for Aging and Alzhaimer’s, Canada (Elizabeth C Brawley) Bagian yang diambil dari buku ini adalah penjelasan mengenai penerapan desain (material, warna, furnitur, akustik, pencahayaan, dan lain sebagainya) yang disesuaikan dengan kebutuhan fisik dan psikologis lansia. 3) Hospitable Design for Healthcare and Senior Communities (Albert Bush & Dianne Davis) Bagian yang diambil dari buku ini adalah penjelasan mengenai kebutuhan fisik dan psikologis lansia yang berkaitan dengan interior ruang dengan metode perawatan. 4) Retirement Facilities: planning, design, and marketing (Douglas G Smith) Bagian yang diambil dari buku ini adalah penjelasan mengenai standarirasi dalam mendesain panti werdha, serta informasi mengenai keadaan fisik dan psikologis lansia. 5) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan (S. Tmher – Noorkasiani) Bagian yang diambil dari buku ini adalah penjelasan mengenai faktor psikologis dan sosiologis lansia.