Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 i

advertisement
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
i
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Kata Pengantar
Publikasi Indeks Pembangunan Gender (IPG) ini merupakan publikasi yang disusun dengan
tujuan untuk mengetahui sudah seberapa jauh pembangunan di Kabupaten Sidoarjo ini berperspektif
gender. Keberhasilan pembangunan manusia di Indonesia yang berkaitan dengan masalah Gender
antara lain dapat dilihat dari aspek pemberdayaan dan pemerataan. Pemberdayaan meliputi berbagai
bidang, salah satunya adalah pemberdayaan perempuan sedangkan pemerataan dapat dilihat dari
adanya kesetaraan gender dalam setiap proses pembangunan.
Buku ini berisikan tentang informasi mengenai kondisi sosial demografi perempuan dan lakilaki serta penghitungan IPG Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2012 dan proyeksi di tahun 2013.
Data-data yang disajikan dalam buku ini berdasarkan data yang diperoleh melalui survei yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo dan juga data-data dari dinas/instansi yang
ada di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, yang diolah oleh BPS Kabupaten Sidoarjo.
Kami sangat berterima kasih pada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini dan
akhirnya kami berharap semoga penulisan buku ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
perencanaan pembangunan dalam mengemban misi terwujudnya kesetaraan gender di Kabupaten
Sidoarjo.
Sidoarjo, Desember 2013
KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN SIDOARJO
Ir. SULAKSONO
Pembina Utama Muda
NIP. 19620129 198903 1 005
ii
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Daftar Isi
Kata Pengantar
Halaman
i
Sambutan Bupati
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
Vii
Daftar Istilah
Viii
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Maksud
2
1.3 Tujuan
2
BAB II. METODOLOGI
3
2.1 Metode Penghitungan
3
2.2 Metode Analisis
7
2.3 Sumber Data
7
2.4 Waktu Pelaksanaan
7
BAB III. KEBIJAKAN GENDER
3.1 Ketentuan Penting
3.2 Beberapa Fakta Sejarah
BAB IV. KONDISI WILAYAH
8
8
10
11
4.1 Keadaan Geografis
11
4.2 Sejarah Kabupaten Sidoarjo
12
4.3 Kondisi Sosial Budaya
14
BAB V. DEMOGRAFI
16
5.1 Rasio Jenis Kelamin
16
5.2 Struktur Umur Penduduk
18
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
iii
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Halaman
BAB VI. PENDIDIKAN
21
6.1 Partisipasi Sekolah
21
6.2 Angka Melek Huruf (AMH)
23
6.3 Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
25
BAB VII. KESEHATAN
27
7.1 Keluhan Kesehatan
28
7.2 Keluarga Berencana
29
7.3 Angka Harapan Hidup
31
BAB VIII. KETENAGAKERJAAN
33
8.1 Penggunaan Waktu Terbanyak
33
8.2 Lapangan Pekerjaan
35
8.3 Status Kedudukan Dalam Pekerjaan
37
8.4 Jumlah Jam Kerja
37
BAB IX. SEKTOR PUBLIK
39
9.1 Legislatif
39
9.2 Perempuan Dan Laki-Laki Pegawai Negeri Sipil
41
9.3 Jabatan Dalam Pemerintahan
44
BAB X. INDEK PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEK PEMBERDAYAAN GENDER
10.1 Indek Pembangunan Gender (IPG)
47
10.2 Indek Pemberdayaan Gender (IDJ)
48
BAB XI. PENUTUP
iv
47
51
11.1 Kesimpulan
51
11.2 Saran-Saran
51
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1
Batas Maksimum dan Minimum Komponen IPG
Tabel 4.1
Daftar Nama-nama Bupati Sidoarjo Tahun 1859 - 2012.
Tabel 5.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Tahun 2010 - 2011.
Tabel 5.2
13
16
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelompok Umur, Tahun 2011.
Tabel 5.3
5
17
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok
Umur, Tahun 2011.
18
Tabel 5.4
Angka Ketergantungan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011.
19
Tabel 5.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelompok Umur, Tahun 2011.
Tabel 6.1
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan
Kelompok Usia Sekolah, Tahun 2011.
Tabel 6.2
28
Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut
Jenis Kelamin dan Jumlah Hari Sakit, Tahun 2011.
Tabel 7.4
28
Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut
Jenis Kelamin dan Terganggunya Kegiatan Sehari-hari, Tahun 2011.
Tabel 7.3
25
Persentase Penduduk Menurut Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2010 - 2011.
Tabel 7.2
24
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2011.
Tabel 7.1
24
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Yang Buta Huruf Menurut
Jenis Kelamin, Tahun 2008 - 2011.
Tabel 6.4
22
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan Kemampuan Membaca Dan Menulis, Tahun 2011.
Tabel 6.3
20
29
Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun Yang Berstatus Kawin
Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi, Tahun 2011.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
30
v
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tabel 7.5
Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun Yang Berstatus Kawin
Menurut Alat/Cara Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan, Tahun 2011.
Tabel 8.1
30
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Dilihat Dari Penggunaan Waktu
Terbanyak Dalam Seminggu Yang Lalu Menurut Jenis Kelamin, Tahun
2011.
Tabel 8.2
33
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut TPAK, TPT, TKK
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011.
Tabel 8.3
Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Sektor
Lapangan Pekerjaan Yang Utama di Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2011.
Tabel 8.4
37
Persentase Jumlah Jam Kerja Perminggu Antara Laki-Laki Dan
Perempuan, Tahun 2011.
Tabel 9.1
36
Jumlah Calon Legislatif DPRD Kabupaten Sidoarjo Menurut Jenis
Kelamin Berdasar Partai Peserta Pemilu Legislatif Tahun 2010.
Tabel 9.2
40
Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo Hasil Pemilu Tahun
1995 - 2011.
Tabel 9.4
41
Jumlah PNS Di Lingkungan Pemkab. Sidoarjo Berdasarkan Golongan
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2011.
Tabel 9.5
44
Indikator Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2011 dan
Proyeksi Tahun 2012.
Tabel 10.2
47
Indikator Pemberdayaan Gender Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2011 dan
Proyeksi Tahun 2012.
vi
44
Jenis Jabatan Di Lingkungan Pemkab. Sidoarjo Berdasarkan Jenis
Kelamin, Tahun 2012.
Tabel 10.1
42
Jumlah PNS Di Lingkungan Pemkab. Sidoarjo Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2011.
Tabel 9.6
39
Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo Menurut Jenis Kelamin dan
Asal Partai, Tahun 2011.
Tabel 9.3
36
Persentase Status Kedudukan Dalam Pekerjaan Penduduk Menurut
Jenis Kelamin, Tahun 2011.
Tabel 8.5
35
49
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Daftar Gambar
Gambar 4.1
Peta Kabupaten Sidoarjo
Gambar 5.1
Piramida Penduduk Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2010 dan 2011.
Gambar 6.1
Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Laki-
Halaman
11
20
Laki Dan Perempuan Menurut Kelompok Usia Sekolah, Tahun
2011.
Gambar 7.1
Perbandingan Angka Harapan Hidup Laki-Laki Dan Perempuan,
Tahun 2011.
Gambar 9.1
32
Persentase Perbandingan PNS Dilingkungan Pemkab Sidoarjo
Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan, Tahun 2011.
Gambar 9.2
23
43
Perbandingan Persentase Jumlah PNS, Berdasar Golongan dan
Jabatan Dilingkungan Pemda Sidoarjo Menurut Jenis Kelamin,
Tahun 2011.
46
Gambar 10.1
Perkembangan IPG Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2010 - 2012.
48
Gambar 10.2
Perkembangan IDJ Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010 -2012.
50
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
vii
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Daftar Istilah
BPS
: Badan Pusat Statistik
SUSENAS
: Survei Sosial Ekonomi Nasional
SAKERNAS : Survei Angkatan Kerja Nasional
Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau Gender Development Indexs (GDI)
Hampir sama dengan IPM namun pada penghitungan Indeks Pembangunan Gender,
komponen rata-rata pencapaian usia harapan hidup, tingkat pendidikan dan pendapatan
disesuaikan dengan mengakomodasikan perbedaan pencapaian antara perempuan dan lakilaki.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDJ) atau Gender Empowerment Measurement (GEM)
Merupakan indeks komposist dari Tiga komponen penyusun yaitu: keterwakilan di parlemen,
pengambilan keputusan dan distribusi pendapatan
UNDP
: United Nation Development Program
Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk :
Angka rata-rata yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka
waktu tertentu.
Sex Ratio (SR)/ Rasio Jenis Kelamin :
Perbandingan banyaknya laki-laki dan perempuan dalam persen.
Dapat Membaca dan Menulis (Melek Huruf) :
Mereka yang dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dengan huruf latin atau lainnya,
serta huruf braile untuk orang buta.
Penduduk Usia Kerja : Penduduk usia 10 tahun ke atas
Angkatan Kerja :
Penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara
tidak bekerja dan mencari pekerjaan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) :
Merupakan perbandingan antara banyaknya angkatan kerja dengan penduduk usia kerja.
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)/ Employment Rate :
Merupakan perbandingan antara banyaknya orang yang bekerja dengan banyaknya angkatan
kerja.
viii
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) / Unemployment Rate :
Merupakan perbandingan antara banyaknya pencari kerja dan banyaknya angkatan kerja.
Anak Masih Hidup (AMH) :
Perbandingan antara jumlah anak yang masih hidup dengan jumlah anak yang dilahirkan
hidup.
Keluhan Kesehatan :
Keadaan dimana seseorang merasa terganggu oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan
dan hal lain termasuk juga mereka yang menderita penyakit kronis.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
ix
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan manusia dalam terminologi pembangunan di Indonesia, bukanlah sesuatu
yang baru sebab sejak lahirnya orde baru pembangunan manusia telah digaungkan dengan
mottonya yang terkenal yaitu “Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya”. GBHN sebagai
acuan pembangunan nasional menempatkan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pusat
seluruh kegiatan pembangunan. Oleh karena itu, hakekat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya secara adil dan merata dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman
pembangunan nasional. Meskipun demikian untuk dapat menciptakan kondisi tersebut ada
beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain masih adanya kesenjangan pencapaian
pembangunan antara perempuan dan laki-laki serta masih rendahnya kualitas hidup dan peran
perempuan dalam pembangunan.
Pada tahun 2000, Indonesia bersama dengan 188 negara ikut menandatangani Millenium
Development Goals (MDG). Beberapa butir penting yang terkait langsung dengan isu Gender
adalah kesetaraaan dan pemberdayaan perempuan, menghilangkan kesenjangan Gender dalam
pendidikan dasar, meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu.
Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna
peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Kesempatan berpartisipasi
dalam proses pembangunan ini tentunya harus menyeimbangkan peran antara laki-laki dan
perempuan. Dalam kenyataan dari proses pembangunan yang ada masih kurang berperspektif
Gender, padahal antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam proses
pembangunan itu sendiri.
Kesenjangan Gender di berbagai bidang pembangunan ditandai pula oleh masih
rendahnya peluang yang dimiliki perempuan untuk bekerja dan berusaha, serta rendahnya akses
mereka terhadap sumber daya ekonomi seperti teknologi, informasi, pasar, kredit dan modal kerja.
Kesemua ini berdampak pada masih rendahnya partisipasi, akses dan kontrol yang dimiliki serta
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
1
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
manfaat yang dinikmati perempuan dalam pembangunan.
Perbedaan peran Gender yang ada di Indonesia merupakan masalah ketidak adilan sosial
yang menempatkan perempuan sebagai korban utamanya. Hal itu terjadi tidak hanya karena
masalah antar individu, tetapi juga sebagai akibat proses konstruksi sosial. Dengan berbagai cara,
perbedaan peran Gender dikondisikan oleh tatanan masyarakat Indonesia yang patriarkis.
Bentuk-bentuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan Gender dikenal dengan kesenjangan
Gender (Gender gap) yang pada gilirannya menimbulkan permasalahan Gender.
Penulisan buku ini berupaya menyajikan perkembangan kondisi sosial ekonomi
perempuan serta pemberdyaan perempuan di Kabupaten Sidoarjo yang disajikan dalam bentuk
data dan analisa.
1.2 Maksud
Publikasi IPJ Kabupaten Sidoarjo, secara umum mempunyai maksud sebagai berikut :
a. Untuk membentuk paradigma baru di kalangan masyarakat luas (terutama aparat pemerintah
dan kalangan terdidik) bahwa pembangunan manusia dan sosial mempunyai makna yang
lebih luas dan lebih berarti dibandingkan pembangunan ekonomi.
b. Ikut menunjang program otonomi daerah, khususnya dalam hal peningkatan kualitas
perencanaan dan pembangunan di daerah yang didukung oleh partisipasi dari masyarakat
luas.
c. Sebagai acuan dasar perencanaan dan sebagai bahan evaluasi sehingga keputusankeputusan yang diambil oleh pihak Pemerintah daerah dapat menguntungkan semua pihak.
1.3 Tujuan
Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam Publikasi IPJ yakni :
a. Memberikan gambaran masalah kesenjangan Gender yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
b. Sebagai alat bantu perencanaan (planning tool) pembangunan Kabupaten yang lebih
mengakomodasikan dimensi pembangunan sosial berwawasan kemitra sejajaran Gender.
c. Sebagai data dasar bagi seluruh instansi terkait dalam menyelenggarakan program
pembangunan yang lebih mencerminkan kesetaraan Gender.
2
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB II
METODOLOGI
2.1. Metode Penghitungan
Pada dasarnya metode penghitungan Indeks Pembangunan Gender (IPJ) hampir sama
dengan penghitungan indeks-indeks yang lainnya, seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Perbedaannya adalah bahwa dalam penghitungan Indeks Pembangunan Gender, komponen
rata-rata pencapaian usia harapan hidup, tingkat pendidikan dan pendapatan disesuaikan dengan
mengakomodasikan perbedaan pencapaian antara perempuan dan laki-laki. Parameter
dimasukkan dalam rumus untuk memperhitungkan tingkat penolakan terhadap ketimpangan.
Parameter ini menunjukkan elastisitas marjinal dari penafsiran sosial terhadap pencapaian antar
kelompok Gender yang berbeda. Untuk merefleksikan tingkat penolakan yang moderat, nilai
parameter ditetapkan sama dengan 2.
Untuk menghitung IPJ (Indeks Pembangunan Gender), terlebih dahulu dihitung
pencapaian yang disetarakan dengan tingkat pencapaian yang merata –the equally distributed
equivalent achievement (Xede)- dengan formula berikut :
Xede
= ( Pf Xf
(1 - )
+ Pm Xm
(1-
)
(1-
)
1/ (1-
)
)
(1-
)
1/( 1 -
)
Dimana :
Xf
: pencapaian perempuan
Xm
: pencapaian laki-laki
Pf
: Proporsi populasi perempuan
Pm
: Proporsi Populasi Laki-laki
: Parameter penolakan ketimpangan (=2)
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
3
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Kemudian melakukan penghitungan komponen distribusi pendapatan. Untuk menghitung
distribusi pendapatan cukup komplek, penghitungan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menghitung rasio upah perempuan terhadap upah laki-laki di sektor non pertanian ( Wf),
2. Menghitung rata-rata upah dengan formula :
W
= (Aecf
x
Wf) + ( Aecm x 1 )
Dimana :
Aecf : proporsi perempuan dengan angkatan kerja (yang aktif secara
ekonomi).
Aecm : proporsi laki-laki dengan angkatan kerja (yang aktif secara
ekonomi
Wf : rasio upah perempuan disektor non pertanian.
3. Menghitung rasio antara upah untuk masing-masing kelompok Gender dengan upah ratarata ( = R)
4. Menghitung upah yang disumbangkan oleh masing-masing kelompok Gender ( = IncC),
dimana :
IncC = Aec (f/m) X R ( f/m)
5. Menghitung proporsi pendapatan yang disumbangkan oleh masing-masing kelompok
Gender (% IncC) dengan formula :
%IncC = IncC
(f/m)
/ P ( f/m)
6. Menghitung X ede dari % IncC ( = Xede (Inc))
7. Menghitung indeks distribusi pendapatan (= I inc-dis )
4
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
I inc-dis = [ (Xede (Inc) x PPP) – PPP min ] / [PPP max - PPP min]
Selanjutnya penghitungan IPJ mengikuti prosedur dibawah ini :
1. Indeks dari masing-masing komponen IPJ dihitung dengan formula diatas dengan nilai
batas maksimum dan minimum sebagaimana pada tabel 2.1.
2. Menghitung Xede dari tiap indeks
3. Menghitung IPJ dengan formula :
IPJ = 1/3 [ Xede (1) + Xede (2) + I inc-dis ]
Dimana : Xede (1) : Xede untuk harapan hidup
Xede (2) : Xede untuk pendidikan
Iinc-dis : Indeks distribusi pendapatan
Tabel 2.1
Batas Maksimum dan Minimum Komponen IPJ
Maksimum
Minimum
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Angka Harapan Hidup
82.5
87.5
22.5
27.5
Angka Melek Hurup
100
100
0
0
Rata-Rata Lama Sekolah
15
15
0
0
Kemampuan Daya Beli (PPP)
300
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
732.72
5
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Sedangkan untuk penghitungan Indeks Pemberdayaan Gender (IDJ) pada dasarnya
caranya hampir sama dengan penghitungan Indeks Pembangunan Gender (IPJ), namun hanya
komponennya saja yang beda. Tiga komponen penyusun IDJ adalah keterwakilan di parlemen,
pengambilan keputusan dan distribusi pendapatan. Dalam penghitungan IDJ, terlebih dahulu
dihitung EDEP (Equally Distributed Equivalent Percentage) yaitu indeks untuk masing-masing
komponen berdasarkan persentase yang ekuivalen dengan distribusi yang merata. Selanjutnya
indeks dari masing-masing komponen adalah nilai EDEP nya dibagi 50, 50 dianggap sebagai
kontribusi ideal dari masing-masing kelompok Gender untuk semua komponen IDJ.
IDJ = 1/3 [ Ipar + IDM + I inc-dis ]
Dimana :
Ipar
IDM
: Indeks keterwakilan di parlemen
: Indeks pengambilan keputusan
Iinc-dis : Indeks distribusi pendapatan
Penghitungan ketiga indeks komponen IDJ tersebut caranya sama, misalkan
penghitungan indeks keterwakilan di parlemen (Ipar ) :
EDEP(par)
= ( Pf Xf
(1-
+ Pm Xm
)
)
(1-
)
1/( 1 -
)
Dimana :
Xf : Keterwakilan perempuan di parlemen
Xm : Keterwakilan laki-laki di parlemen
Pf : Proporsi populasi perempuan
Pm : Proporsi Populasi Laki-laki
: Parameter penolakan ketimpangan (=2)
6
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Selanjutnya menghitung Ipar :
Ipar = EDEP(par) / 50
2.2 Metode Analisis
Dalam penyusunan buku ini metode analisis yang digunakan adalah metode
deskriptif karena tidak ada pengujian secara statistik didalamnya. Statistik deskriptif adalah
metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data yang memberikan
informasi yang berguna. Data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
2.3 Sumber Data
Sumber data untuk penghitungan Indeks Pembangunan Gender berasal dari survei yang
dilakukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo dan dari dinas instansi terkait yang berkaitan
dengan penulisan ini.
2.4 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan yang dilakukan adalah pada tahun 2013. Sehingga data yang
disajikan merupakan cerminan kondisi tahun 2012. Dan untuk mengetahui kondisi tahun 2013
maka dilakukan penghitungan proyeksi berdasarkan tren angka IPJ tahun sebelumnya.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
7
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB III
KEBIJAKAN GENDER
3.1 Ketentuan Penting
1.
Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 27)
Wanita dan pria memiliki hak dan kewajiban yang setara dalam keluarga, masyarakat dan
pembangunan.
2.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984
Pengesahan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
3.
UU No.1/1989 : Sistem Pendidikan Nasional
Wajib belajar 9 tahun dimulai dari tahun 1994.
Orang tua dianjurkan menyekolahkan anaknya baik perempuan maupun laki-laki
sekurang-kurangnya sampai menyelesaikan SLTP.
4.
UU No. 25/1997 tentang Ketenagakerjaan
Kewajiban pengusaha untuk memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
kepada setiap tenaga kerja.
Larangan bagi pengusaha mempekerjakan wanita untuk pekerjaan di bawah tanah dan
tempat kerja yang membahayakan keselamatan, kesehatan, kesusilaan dan tidak sesuai
kodrat dan harkat pekerja wanita.
Larangan bagi pengusaha mempekerjakan wanita yang sedang hamil dan atau sedang
menyusui di malam hari.
Pengusaha tidak boleh mewajibkan bekerja kepada wanita waktu haid hari pertama dan
kedua.
Pengusaha harus memberikan kesempatan bagi pekerja wanita yang menyusui di jam
kerja.
5.
GBHN 1999 (TAP/IV/MPR/1999)
Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu
memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan Gender.
8
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap
mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum
perempuan, dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta
kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
6.
UU No.39/1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hak wanita dalam sistem pemilihan umum, kepartaian, legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Hak kewarganegaraan seorang wanita yang menikah dengan pria berkewarganegaraan
asing.
Hak wanita untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis dan jenjang
pendidikan.
Hak wanita untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.
Hak wanita dewasa dan atau telah menikah untuk melakukan perbuatan hukum sendiri.
Persamaan hak dan kewajiban istri/suami dalam kehidupan perkawinan.
Persamaan hak dan kewajiban mantan istri/suami setelah putusnya perkawinan terhadap
anak dan harta benda.
7.
Kepres RI No.181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan bertujuan:
Penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan yang
berlangsung di Indonesia.
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan di Indonesia.
Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perempuan.
8.
Inpres Nomor 9 Tahun 2000
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, yang menegaskan agar dalam
seluruh proses pembangunan diberbagai tingkat dan sektor, perempuan diikutsertakan
secara seimbang dengan laki-laki.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
9
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Secara teknis ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dengan
mengeluarkan Kepmendagri Nomor 132 Tahun 2004.
9.
UU RI No. 23 Tahun 2005, Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumahtangga.
Memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumahtangga yang
kebanyakan korban adalah perempuan.
Penghapusan kekerasan dalam rumahtangga dilaksanakan berdasarkan asas:
penghormatan hak asasi manusia, keadalian dan kesetaraan Gender, nondiskriminasi dan
perlindungan korban.
10 Perjanjian Antar Negara Yang Disetujui Untuk
Dilaksanakan di Indonesia.
Perjanjian tentang persamaan upah/gaji wanita dan pria untuk pekerjaan yang sama
(Jenewa), disetujui dengan UU No. 80 Tahun 1957.
Perjanjian tentang hak politik untuk wanita (New York) disetujui dengan UU No. 68 Tahun
1958.
Perjanjian tentang penghapusan segala bentuk perbedaan terhadap wanita, disetujui
dengan UU N0. 7 Tahun 1984.
3.2 Beberapa Fakta Sejarah
1. 1928; Konggres Wanita I, Pembentukan Perikatan Perkoempoelan Kaoem Wanita
Perempoean Indonesia yang bernama KOWANI.
2. 1968; Lahirnya KNKWI (Komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia) yang bertugas
menangani peningkatan peranan wanita.
3. 1978; Program peningkatan peranan wanita untuk pertama kali resmi masuk GBHN.
4. 1978; Pembentukan Kantor Menteri Muda Urusan Peranan Wanita (UPW).
5. 1983; Peningkatan Status dari Menteri Muda UPW menjadi Menteri Negara UPW yang
kemudian berubah namanya menjadi Menteri Negara Peranan Wanita (Memperta) tahun
1998.
6. 1999; Memperta berubah menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.
10
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB IV
KONDISI WILAYAH
4.1 Keadaan Geografis
Kabupaten Sidoarjo terletak di Pulau Jawa pada posisi 112°5” hingga 112°9” Bujur Timur
dan 7°3” hingga 7°5” Lintang Selatan. Kabupaten Sidoarjo di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Gresik Dan Kota Surabaya.
Di sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pasuruan. Di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura. Di sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto.
Gambar 4.1
U
Peta Kabupaten Sidoarjo
S
e
l
a
t
M
a
d
u
r
a
Kabupaten Sidoarjo dikenal dengan sebutan Kota Delta karena wilayahnya merupakan
bentukan asal fluvial yaitu bentukan wilayah yang didominasi oleh proses sedimentasi yang
berasal dari Kali Porong dan Kali Surabaya. Dengan karakteristik geomorfologi seperti itu wilayah
delta merupakan tempat yang subur dan sangat ideal untuk mengembangkan kehidupan.
Dari aspek klimatologi, wilayah ini memiliki kisaran suhu antara 20 0-350 Celcius, dengan
pembagian musim hujan pada bulan Mei – Oktober dan kemarau pada bulan Nopember-April.
Kabupaten Sidoarjo memiliki luas wilayah 714.243 Km² yang terdiri dari 18 kecamatan dan terbagi
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
11
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
habis menjadi 322 desa dan 31 kelurahan Kecamatan terluas adalah Kecamatan Jabon dengan
luas wilayah 80.998 Km² dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Gedangan dengan luas
wilayah 24.058 Km²
4.2 Sejarah Kabupaten Sidoarjo
Sejak tahun 1851 sidoarjo masih dinamakan Sidokare sebagai bagian dari daerah
Kabupaten Surabaya, Sidoarjo atau Sidokare pada masa itu dipimpin oleh seorang Patih yang
bernama R. Ng. Djojohardjo yang bertempat tinggal di kampung Pucang Anom dan dibantu oleh
seorang Wedono bernama Bagus Ranuwirjo yang bertempat tinggal di kampung Pegabahan.
Dengan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 / 1859 tanggal 31 Januari 1859
Staatsblad No. 6, Daerah Kabupaten Surabaya dipersempit dan dibagi menjadi dua yaitu
Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.
Untuk Kabupaten Sidokare mulai tahun 1859 diangkat seorang Bupati bernama R.T.
Notopuro (R.T.P. Tjokronegoro I) yang berasal dari Kasepuhan putera R.A.P. Tjokronegoro
(Bupati Surabaya). Pusat pemerintahan Sidokare kala itu berada di kampung Pandean, tepatnya
sekarang sebelah selatan pasar lama, sedangkan alun – alunnya sekarang telah menjadi jalan
pasar lama. Dalam masa pemerintahannya R.T. Notopuro (R.T.P. Tjokronegoro I) juga pernah
membangun Masjid yang sekarang dikenal dengan sebutan Masjid Kauman. Kemudian dengan
keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10 / 1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad No. 32,
nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten Sidoarjo. Pada akhirnya setiap tahunnya
pada tanggal 31 Januari diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sidoarjo.
Pada tahun 1895 Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 6 Kawedanan ( Distrik ).
12
1.Jenggolo I
= Kawedanan ( Distrik ) Gedangan
2.Jenggolo II
= Kawedanan ( Distrik ) Sidoarjo
3. Jenggolo III
= Kawedanan ( Distrik ) Krian
4.Jenggolo IV
= Kawedanan ( Distrik ) Taman
5.Rawapulo I
= Kawedanan ( Distrik ) Porong
6.Rawapulo II
= Kawedanan ( Distrik ) Bulang
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tabel 4.1.
Daftar Nama-Nama Bupati Sidoarjo Tahun 1859 – 2013.
No
Nama Lengkap
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
R.T.P Tjokronegoro I
R.T.A.A. Tjokronegoro II
R.T. Sumodirejo
R.A.A.P. Tjondronegoro I
R.A.A Tjondronegoro II
Kosong
R.T.A Smodiputro
R.A.A. Sujadi
Pemerintahan Belanda recomba
Masa (tahun)
Pemerintahan
1859 – 1863
1863 – 1883
1883
1883 – 1906
1906 – 1924
(1924 – 1926)
1926 – 1932
1932 – 1933
1933 – 1947
(1946 – 1949)
11
12
13
14
15
16
K.Ng. Subakti Pusponoto
R. Suharto
R. Sriadi Kertosuprojo
a) R.H. Samadikoen (Bupati)
A.Qodari Amir (Kepala Daerah)
b) R.H. Aamadikoen (Bupati, KDH)
1947 – 1949
1949 – 1950
1950 – 1958
1958 – 1959
1958 – 1959
1959 – 1964
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Kosong
Kol. Pol. H.R. Soedarsono
Kol. Pol. H. Soewandi
Kol. Pol. H. Soewandi
Kol. Art. H. Soegondo
Kol. Inf. Edhi Sanyoto
Kol. Inf. H. Soedjito
Drs. H. Win Hendrarso, M.Si
Drs. H. Win Hendrarso, M.Si
H. Syaiful Ilah, SH, M.Hum.
1964– 1965
1965 – 1975
1975 – 1980
1980 -1985
1985 – 1990
1990 – 1995
1995 – 2000
2000 – 2006
2006 - 2012
2012 - Sekarang
Keterangan
Hanya 3 bulan, wafat
2 tahun – kosong
1 tahun – kosong
Belanda – Jepang – RI
Pemerintahan Belanda
recomba
UU No. I / 1957
Penpres No. 6 / 1959
(disempurnakan)
1 tahun – kosong
2 periode
2 periode
Ternyata nama–nama kawedanan tersebut diatas masih memakai nama–nama dulu
waktu masa kerajaan Jenggolo, nama-nama ini mulai hilang kira-kira pada tahun 1902. Gedangan
lalu menjadi Kecamatan dan dimasukkan dalam Kawedanan Taman, Bulang kira-kira tahun 1920
baru disatukan dengan Krian. Jumlah Kecamatan lebih banyak dari pada sekarang dan dengan
sendirinya daerahnya menjadi lebih kecil, umpamanya di Kota Sidoarjo saja ada Kecamatan
Kemambang, Kecamatan Jasem, Kecamatan Larangan dan Kecamatan Suko.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
13
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
4.3
Kondisi Sosial Budaya
Jika dilihat dari letaknya yang berbatasan langsung dengan ibu kota propinsi yaitu Kota
Surabaya, Kabupaten Sidoarjo memiliki potensi yang cukup strategis sebagai daerah industri dan
perdagangan. Potensi sumber daya perikanan yang melimpah juga memungkinkan wilayah
Sidoarjo berkembang sebagai daerah pertambakan. Hal ini dituangkan dalam 3 (tiga) zone yang
ditetapkan yaitu zona sentra industri/permukiman yang berada di wilayah bagian tengah yang
berada di ketinggian 3-10 meter dpl dan memiliki sumber air tawar cukup besar. Wilayah ini
mencapai 40,81% dari seluruh wilayah. Zona pertambakan berada di ketinggian 0-3 meter dpl di
wilayah bagian timur yang mencapai 29,99 persen dari keseluruhan luas. Sedangkan zona
pertanian yang berada di bagian barat memiliki ketinggian 10-25 meter dpl mencapai 29,20 persen
dari seluruh luas wilayah. Dengan demikian jelas terlihat bahwa potensi industri memiliki peluang
besar untuk berkembang di Kabupaten Sidoarjo.
Untuk mendukung perkembangan spasial wilayah Sidoarjo, maka arahan struktur ruang
menggunakan sistem cluster dimana dalam keterkaitan pengelolaan ruangnya tidak dapat
dipisahkan dari wilayah di sekitarnya, sehingga dalam menentukan pusat pelayanan, orientasinya
tidak dapat terkooptasi oleh batas administrasi namun harus memperhatikan keterhubungan
secara struktural dengan penataan ruang di sekitarnya.
Prinsip-prinsip penataan ruang di Kabupaten Sidoarjo
yaitu sumbernya di
(http://sidoarjo.sytes.net./bappekab/02-info-terbaru/makalah.doc) :
1. Kawasan industri yang ditetapkan, dalam bentuk industrial estate, secara struktural
dipisahkan dengan kawasan permukiman.
2. Untuk membatasi kawasan padat dekat industri atau perkotaan dengan kawasan
rural, maka beberapa kawasan pertanian diarahkan untuk tetap dipertahankan
sebagai sabuk hijau (green belt).
3. Ditetapkan kawasan inti dan kawasan rural. Kawasan perkotan inti adalah perkotaan
yang ditetapkan untuk berkembang lebih pesat. Sedangkan kawasan rural adalah
kawasan yang diarahkan untuk pengembangan kegiatan pertanian.
Perkotaan Sidoarjo termasuk dalam kategori Kota Metropolitan, bersama-sama dengan
Surabaya Metropolitan Area (SMA) dapat menampung penduduk hingga 5 juta jiwa. Perkotaan
14
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Surabaya Metropolitan Area yang dimaksud meliputi penyatuan Perkotaan Surabaya, Perkotaan
Gresik, Perkotaan bangkalan dan Perkotaan Sidoarjo. Melihat dari ukuran perkotaannya termasuk
hierarki I dalam sistem kota-kota di Jawa Timur.
Memperhatikan keterkaitan kegiatan dengan kegiatan yang berkembang di Surabaya dan
skala kegiatan yang ada, Sidoarjo yang menjadi bagian dari SMA diarahkan untuk mendukung
fungsi dan peran sebagai pusat kegiatan nasional, yaitu:

Pusat pemerintahan

Jasa Perdagangan

Pendidikan

Industri

Pertanian

Perikanan Tambak

Pariwisata

Perumahan (Sumber : Statistik Gender dan Analisis Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2008).
Pengembangan Kabupaten Sidoarjo mengalami sedikit gangguan sejak terjadinya
bencana Banjir Lumpur Lapindo. Banjir Lumpur Panas Sidoarjo, adalah peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan
Porong, sejak tanggal 29 Mei 2007. Semburan lumpur panas ini menyebabkan tergenangnya
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan (Tanggulangin, Jabon,
Porong), serta mempengaruhi aktivitas perekonomian khususnya di Kabupaten Sidoarjo dan
secara luas di Jawa Timur.
Dari Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Sidoarjo dominan beragama Islam yaitu
sebanyak 1.590.908 atau sekitar 95.45 % dari total penduduk yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
Hampir di semua wilayah Kabupaten Sidaorjo baik di perkotaan maupun pedesaan dengan mudah
ditemukan tempat ibadah seperti masjid dan mushola. Hal ini memberikan pengaruh bagi
kehidupan masyarakat terutama lingkungan sosial budaya masyarakat yang lebih condong pada
budaya religius Islam, seperti corak budaya pada peringatan maulid Nabi Muhammad Saw yang
ditandai dengan muludan berupa lelang bandeng & budaya nyadran bagi masyarakat pesisir pada
kalender Islam pada bulan-bulan tertentu. Oleh karena itu Kabupaten Sidoarjo termasuk salah
satu wilayah berkembangnya berbagai Ormas Islam di Jawa Timur.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
15
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB V
DEMOGRAFI
Data demografi semakin banyak diperlukan oleh berbagai pihak, tidak saja sebagai data
pendukung, tetapi juga sebagai input maupun output dari suatu kegiatan. Ada dua hal yang bisa
dilihat dari data demografi, yaitu : pertama, besaran serta komposisinya dan kedua,
karakteristiknya.
Dalam pemikiran ekonomi, penduduk atau manusia adalah faktor produksi utama dalam
sebuah aktifitas produksi, karenanya SDM mutlak diperlukan agar output yang dihasilkan dapat
optimal, berkualitas, kompetitif, dan menguntungkan. Penduduk atau manusia merupakan
subyek sekaligus obyek dalam sebuah produksi atau pembangunan. Oleh karena itu,
perencanaan dan pengelolaan SDM yang tepat dan benar harus dilakukan agar
produksi/pembangunan dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Perencanaan dan
pengelolaan penduduk yang salah akan berdampak secara multiplier pada sektor lain, baik
langsung maupun tidak langsung. Perencanaan dan pengelolaan SDM menjadi tidak berarti
apabila informasi yang berkaitan dengan penduduk/manusia tidak ada. Sehingga keberadaan
data atau informasi tentang penduduk mutlak dibutuhkan, antara lain adalah jumlah, kepadatan,
pertumbuhan, rasio jenis kelamin, struktur umur, fertilitas, mortalitas dan migrasi.
5.1 Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan banyaknya laki-laki dengan perempuan.
Jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 sebesar 1.981.096 jiwa yang terdiri 993.572
laki-laki dan 987.524 perempuan dengan rasio jenis kelaminnya sebesar 100.61 persen.
Tabel 5.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Tahun 2011 - 2012.
Kelompok Umur
(Tahun)
(1)
2011
16
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
967.620
984.801
1.952.421
Ratio Jenis
Kelamin
(5)
98,26
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
2012
993.572
987.524
1.981.096
100,61
Sumber : Angka Penduduk Mengacu Hasil DAU BPS Tahun 2011 dan 2012
Dari tabel 5.1 terlihat bahwa rasio jenis kelamin penduduk di Sidoarjo hasil Susenas 2012
sebesar 100.61, ini memberikan gambaran bahwa menurut jenis kelamin di Kabupaten Sidoarjo
perbandingannya 101 laki-laki dengan 100 perempuan.
Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012.
Kelompok Umur
(Tahun)
(1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Ratio Jenis
Kelamin
(5)
0 - 14
270.450
251.190
521.640
107,67
15 – 64
695.843
695.214
1.391.057
100,09
65 +
27.279
41.120
68.399
66,34
Jumlah
993.572
987.524
1.981.096
100,61
Sumber : Susenas Tahun 2012
Kalau dilihat dalam kelompok umur anak (0-14 tahun), dewasa (15-64 tahun) dan tua (65
tahun keatas) rasio jenis kelamin menunjukkan kecenderungan bahwa semakin tinggi kelompuk
umur, rasio jenis kelamin semakin rendah. Seperti yang terlihat pada tabel 5.2 rasio jenis kelamin
pada kelompok usia 0-14 tahun sebesar 107.67 persen sedangkan 15-64 tahun 100.09 persen
dan kelompok umur 65 tahun keatas sebesar 66.34 persen
Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kecenderungannya banyak anak-anak yang
baru lahir berjenis kelamin laki-laki. Namun dalam perjalanan waktu banyak sekali laki-laki yang
tidak mencapai usia diatas 65 tahun. Hal ini terlihat dari sex rasio pada kelompok umur 65 tahun
keatas sebesar 66.34 persen, yang berarti sebanyak 66 laki-laki berbanding dengan 100
perempuan.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
17
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
5.2 Struktur Umur Penduduk
Penanganan masalah kependudukan dengan memperhatikan secara seksama
karakteristik menurut struktur umur diharapkan bisa memberikan input analisa optimal. Dari
struktur umur penduduk dapat diketahui apakah penduduk termasuk dalam struktur “muda atau
tua”. Struktur penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk usia 0 - 14 tahun sekitar 40
persen dan dikatakan tua bila proporsi penduduk usia 65 tahun ke atas mencapai 10 persen atau
lebih.
Kalau dilihat berdasarkan kriteria batasan struktur penduduk tua atau muda, maka
Kabupaten Sidoarjo tidak termasuk kedua kriteria tersebut karena persentase penduduk 0 -14
tahun sebesar 26.33 persen dan persentase penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 3.45 persen.
Berdasarkan struktur penduduk di Kabupaten Sidoarjo terlihat bahwa sekitar 70 persen
merupakan penduduk usia dewasa (15-64 tahun). Bila dilihat antara jenis kelamin maka dalam
penduduk usia dewasa tersebut setengahnya adalah perempuan.
Tabel 5.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012.
Kelompok Umur
(Tahun)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0 - 14
270.450
251.190
521.640
26,33
15 – 64
695.843
695.214
1.391.057
70,22
65 +
27.279
41.120
68.399
3,45
Jumlah
993.572
987.524
1.981.096
100,00
Sumber : Susenas Tahun 2012.
18
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tabel 5.4
Angka Ketergantungan Penduduk
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012.
Jenis Kelamin
Angka
Ketergantungan
Usia Muda
Angka
ketergantungan
Usia Tua
Angka
Ketergantungan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Laki-Laki
38,87
3,92
42,79
Perempuan
36,13
5,91
42,05
D.R (Total)
37,50
4,92
42,42
Angka ketergantungan penduduk Sidoarjo secara umum sekitar 42.42 persen yang berarti
bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 42 penduduk usia tidak produktif.
Bila dibandingkan angka ketergantungan antara laki-laki dan perempuan maka terlihat bahwa
angka ketergantungan penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan angka ketergantungan
penduduk perempuan, angka ketergantungan perempuan adalah sebesar 42,05 sedangkan lakilaki sebesar 42.79. Di sisi lain terlihat juga pada tabel dibawah ini, angka ketergantungan
penduduk usia muda sebesar 37.50 sedangkan ketergantungan penduduk usia tua sebesar 4,92
jadi dapat diartikan bahwa penduduk usia produktif banyak menanggung penduduk yang usianya
masih muda dibandingkan penduduk yang usianya tua.
Kalau kita lihat piramida penduduk Kabupaten Sidoarjo tahun 2011 dan 2012,
menunjukkan pola yang membesar pada tengah. Pola ini sedikit banyak ikut menjelaskan bahwa
penduduk di Kabupaten Sidoarjo banyak usia produktifnya. Sedangkan pada kelompok usia 65
tahun keatas lebih banyak perempuan dari pada laki-laki, hal ini menggambarkan bahwa usia
harapan hidup penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan laki dan ini merupakan suatu
fenomena universal. Data jumlah penduduk menurut jenis kelamin berdasarkan kelompok umur
dapat dilihat pada tabel 5.5 dan gambar piramida penduduk pada gambar 5.1.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
19
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Gambar 5.1
Piramida Penduduk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012.
Tabel 5.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelompok Umur, Tahun 2012.
Kelompok Umur
(Tahun)
(1)
0–4
5–9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45- 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 +
Jumlah
Rasio Jenis
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
80.097
94.426
95.927
69.867
75.804
82.933
97.800
102.459
93.812
57.928
58.097
39.941
17.202
27.279
88.842
84.849
77.499
71.614
70.796
90.709
106.834
99.760
76.279
73.982
54.539
28.530
22.171
41.120
168.939
179.275
173.426
141.481
146.600
173.642
204.634
202.219
170.091
131.910
112.636
68.471
39.373
68.399
90,16
111,29
123,78
97,56
107,07
91,43
91,54
102,71
122,99
78,30
106,52
140,00
77,59
66,34
993.572
987.524
1.981.096
100,61
Kelamin
Sumber : Penduduk Hasil DAU BPS
20
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB VI
PENDIDIKAN
Hakekat pendidikan adalah upaya sadar manusia untuk mengembangkan diri baik
didalam sekolah maupun diluar sekolah dan baik secara formal maupun non formal yang
berlangsung seumur hidup (BPS dan UNFPA, 1999). Oleh karenanya dewasa ini masyarakat
sudah menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan.
Pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam peningkatan sumber daya
manusia (SDM), disamping itu tingkat pendidikan bisa menjadi simbol status sosial dan juga
merupakan sarana yang diharapkan mampu menyelesaikan banyak permasalahan. Disini bisa
dikatakan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan kualitas manusia baik sosial, intelektual, spiritual maupun profesionalisme.
Salah satu tujuan penting dalam pembangunan berbasis Gender adalah peningkatan
kualitas hidup perempuan. Hal itu bisa tercapai antara lain dengan cara meningkatkan kapabilitas
dasar perempuan. Dua faktor penting yang mendasari kapabilitas dasar itu adalah pendidikan
dan kesehatan. Bagi perempuan pendidikan tinggi akan memiliki dampak yang sangat positif.
Selain dapat memberdayakan diri pendidikan juga dapat membebaskan perempuan dari belenggu
budaya yang cenderung menguntungkan laki-laki. Dengan tingkat pendidikan yang lebih baik,
perempuan diharapkan mampu menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
guna untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarga. Dalam penulisan ini, capaian pendidikan
tidak diukur dengan faktor intelegensia, namun diukur dengan pendidikan formal yang dijalani.
6.1 Partisipasi Sekolah
Keharusan anak usia sekolah untuk bersekolah yang lebih populer disebut dengan Wajib
Belajar “Wajar” telah dicanangkan oleh pemerintah, baik program wajib belajar pada tingkat SD
(wajar 6 tahun) maupun pada tingkat SLTP (wajar 9 tahun) dan saat ini mulai
dikembangkan/dirintis wajar 12 tahun untuk tingkat SLTA.
Demi lancarnya pelaksanaan wajar tersebut pemerintah juga menurunkan berbagai
program penunjang lainnya antara lain adanya berbagai macam beasiswa, JPS bidang
pendidikan, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOA), Program Keluarga harapan (PKH) dan
yang sekarang ramai-ramainya adalah program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
21
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
sekolah setingkat SD dan SLTP dan juga Bantuan Khusus Murid (BKM) untuk sekolah setingkat
SLTA. Hal ini menunjukkan tekad pemerintah akan pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan melaksanakan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya.
Tabel 6.1
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelompok Usia Sekolah, Tahun 2012.
Kelompok Usia
Sekolah (Tahun)
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
dan
Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
7-12
99,58
98,88
99,29
13-15
98,71
94,02
96,35
16-18
77,83
79,65
78,73
19-24
18,77
20,30
19,52
Sumber : Susenas Tahun 2012
Tingkat keberhasilan program pendidikan antara lain bisa tercermin dari tingginya angka
partisipasi sekolah (APS). Angka partisipasi sekolah memberikan gambaran perbandingan antara
jumlah penduduk yang sedang sekolah dengan jumlah total penduduk pada suatu kelompok usia
sekolah. Kelompok usia sekolah dalam hal ini dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok usia 712 tahun (usia SD), 13-15 tahun (usia SLTP), 16-18 tahun (usia SLTA) dan kelompok usia 19-24
tahun (usia perguruan tinggi). Sebagai ilustrasi, angka partisipasi Sekolah Dasar (SD) adalah
rasio antara anak usia 7-12 tahun yang masih sekolah dengan total jumlah penduduk usia 7-12
tahun.
Pada tabel 6.1 terlihat bahwa angka partisipasi sekolah penduduk usia 7 - 15 tahun lakilaki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Angka tertinggi pada kelompok usia sekolah 7 –
12 (SD) angka partisipasi sekolah pada anak laki-laki mencapai nilai tertinggi sebesar 99,58
persen, dengan kata lain hampir anak laki-laki tidak satupun yang tidak bersekolah dalam
22
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
kelompok usia (7-12) tahun. Dengan memperhatikan grafik perbandingan APS penduduk laki-laki
dan perempuan digambarkan seperti terlihat pada gambar 6.1 berikut ini.
6.2 Angka Melek Huruf (AMH)
Salah satu dasar utama bagi seseorang dalam upayanya untuk meningkatkan wawasan
dan pengetahuan adalah kemampuan membaca dan menulis atau disebut juga dengan “Melek
Huruf”. Hal ini dikarenakan sebagian besar informasi dan ilmu pegetahuan disajikan melalui
media cetak/tulisan, seperti buku ilmiah, buku pelajaran, koran, majalah dan sebagainya.
Angka melek huruf merupakan ukuran terpenting dari indikator pendidikan dalam
penghitungan indek pembangunan Gender. Dalam penghitungan indikator pendidikan angka
melek huruf atau kemampuan membaca dan menulis diberi bobot dua kali lipat dibandingkan
indikator rata-rata lama sekolah. Ini menunjukkan kemampuan membaca dan menulis sangat
penting karena dengan kemampuan ini seseorang akan lebih mudah menerima
pembelajaran/pembaharuan.
Angka melek huruf mencerminkan kemampuan penduduk membaca dan menulis baik
dalam bentuk huruf latin dan huruf lainnya (arab, cina, jawa dll) yang dinyatakan dalam persen
(seperti terlihat dalam tabel 6.2).
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
23
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tabel 6.2
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan Kemampuan Membaca Dan Menulis, Tahun 2012.
Kemampuan Baca Tulis
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki dan
Perempuan
(1)
Dapat Membaca dan Menulis
(2)
(3)
(4)
99,16
96,30
97,73
0,84
3,70
2,27
100,00
100,00
100,00
(Huruf latin dan Huruf lainnya)
Tidak Dapat Baca Tulis
Jumlah
Sumber : Susenas Tahun 2012
Dari tabel tersebut terlihat pada tahun 2012 bahwa persentase buta huruf perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang buta huruf sekitar
3.70 persen, jadi dalam 100 penduduk perempuan usia 10 tahun keatas sekitar 4 orang buta
huruf sedangkan penduduk laki-laki sebesar 0,84 persen, dapat diartikan dalam 100 penduduk
laki-laki usia 10 tahun keatas hanya sekitar 1 orang yang buta huruf. Demikian juga, jika dilihat
data tahun terakhir persentase penduduk 10 tahun keatas yang buta huruf memperlihatkan
persentase penduduk perempuan yang buta huruf lebih tinggi daripada penduduk laki-laki (tabel
6.3).
Tabel 6.3
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Yang Buta Huruf
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2009 - 2012.
Tahun
Laki-Laki
Perempuan
(1)
2012
(2)
0,84
(3)
3,70
2010
1.03
4.12
2008
1.18
4.52
Sumber : Susenas Tahun 2012
24
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Data diatas menggambarkan persentase penduduk laki-laki maupun penduduk
perempuan berusia 10 tahun keatas yang buta huruf menunjukkan tren kearah penurunan
walaupun penurunannya tidak terlalu signifikan.
Kondisi ini menunjukkan gambaran
perkembangan kemajuan pendidikan yang ada di Sidoarjo, seiring capaian dalam rangka MDGs
yang salah satunya pemberantasan buta huruf.
6.3 Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Faktor lain untuk melihat kualitas sumberdaya perempuan dibidang pendidikan adalah
pendidikan yang ditamatkan oleh perempuan. Tingkat pendidikan yang dapat ditamatkan oleh
seseorang bisa mencerminkan tingkat intelektualitas orang tersebut dan juga dapat meningkatkan
status sosial dimasyarakat. Oleh karenanya makin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh
seseorang maka kemampuan, wawasan, cara berfikir akan lebih luas dan maju.
Tabel 6.4
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut
Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, Tahun 2012.
No.
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan
(2)
(3)
(4)
Laki-laki &
Perempuan
(5)
0,66
10,68
18,60
22,23
23,48
14,23
10,11
3,05
12,69
21,68
22,57
22,87
7,85
9,30
1,85
11,68
20,13
22,40
23,17
11,05
9,71
100.00
100.00
100.00
Laki-Laki
Tdk/Belum Pernah Sekolah
Tdk/Belum Tamat SD/MI
SD/MI
SLTP Sederajat
S M U Sederajat
S M K Sederajat
Perguruan Tinggi
Jumlah
Perempuan
Sumber : Susenas Tahun 2012
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi
seseorang atau anggota masyarakat yang telah diselesaikan dengan memperoleh Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB) pada sekolah formal.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
25
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Pada tabel 6.4 di atas bisa dilihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan
penduduk Kabupaten Sidoarjo baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar adalah SLTA,
yaitu sebesar 34.22 persen (SMU Sederajat 23.17 persen dan SMK Sederajat 11.05 persen).
Kalau dilihat menurut jenis kelamin untuk laki-laki yang menamatkan pendidikan sederajat SLTA
adalah sebesar 37.71 persen sedangkan penduduk perempuan sebesar 30.72 persen
26
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB VII
KESEHATAN
Pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dibidang kesehatan
bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara
merata, mudah dan murah. Derajad atau tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor
perilaku individu, keturunan, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan
Gender, tampaknya faktor-faktor yang bisa mempengaruhi derajat kesehatan tersebut adalah
perilaku individu, lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Keadaan kesehatan masyarakat juga merupakan indikator tingkat kesejahteraan
masyarakat dimana semakin baik kesehatan masyarakat, maka kesejahteraan masyarakat
tersebut akan semakin baik pula dan sebaliknya.
Kesehatan merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas hidup perempuan dan
generasi penerus. Perempuan secara kodrati memiliki fungsi-fungsi reproduksi yang berbeda
dengan laki-laki yaitu : haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Kondisi ini merupakan suatu proses
yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan dirinya dan anak yang dikandung dan
dilahirkannya. Peningkatan kesehatan perempuan merupakan bagian dari komitmen
Pembangunan Milenium (MDGs). Ada tiga tujuan pembangunan yang terkait langsung dengan
kesehatan perempuan, yaitu meningkatkan kesehatan ibu, menurunkan angka kematian anak dan
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
Kualitas hidup perempuan sebetulnya merupakan kondisi dasar yang ikut mempengaruhi
tinggi rendahnya kualitas generasi penerusnya. Kualitas kesehatan ibu yang rendah pada
gilirannya akan menghasilkan anak yang tumbuh kembangnya tidak sempurna. Jadi kesehatan
sebenarnya sudah harus diperhatikan semenjak anak dalam kandungan sampai pada masa
tuanya. Tingkat kesehatan pada masa kehamilan, balita dan anak-anak akan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, sedangkan pada masa
mereka dewasa dan lansia akan berpengaruh pada tingkat aktivitas dan produktivitasnya.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
27
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
7.1 Keluhan Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah suatu ganguan kesehatan yang dirasakan oleh seseorang dan
dapat menyebabkan terganggunya aktifitas/kegiatan dari orang tersebut.
Tabel 7.1
Persentase Penduduk Menurut Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan
Menurut Jenis Kelamin , Tahun 2011 - 2012.
Mempunyai Keluhan
Mempunyai Keluhan
2011
2012
Jenis Kelamin
(1)
Laki-Laki
Perempuan
Laki-laki dan
Perempuan
Ada
(2)
Tidak
(3)
Ada
(4)
Tidak
(5)
21,89
23,41
78,11
76,59
19,33
21,22
80,67
78,78
22,66
77,34
20,27
79,73
Sumber : Susenas Tahun 2012
Dari tabel 7.1 terlihat bahwa penduduk yang mengalami adanya keluhan kesehatan antara
tahun 2011 dan tahun 2012 secara umum menunjukkan adanya penurunan, begitu pula bila
dilihat menurut jenis kelamin. Namun jika dibandingkan antara laki-laki dan perempun terlihat
bahwa perempuan lebih banyak yang merasakan adanya keluhan kesehatan dibandingkan lakilaki, kondisi ini terjadi baik pada tahun 2011 maupun 2012.
Pada tahun 2012 sekitar seperlima penduduk Kabupaten Sidoarjo mengalami adanya
keluhan kesehatan, jadi diantara 100 penduduk sekitar 20 diantaranya sebulan yang lalu
mengalami adanya keluhan kesehatan.
Tabel 7.2
Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan
Menurut Jenis Kelamin Dan Terganggunya Kegiatan Sehari-hari, Tahun 2012.
Jenis Kelamin
Menyebabkan
Terganggunya
Kegiatan Sehari-hari
Tidak Menyebabkan
Terganggunya
Kegiatan Sehari-hari
Jumlah Total
(1)
(2)
(3)
(4)
8,22
11,11
19,33
Laki-Laki
28
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Perempuan
Laki-laki dan
Perempuan
10,73
10,49
21,22
9,47
10,80
20,27
Sumber : Susenas Tahun 2012
Kalau dilihat penduduk yang merasakan adanya keluhan kesehatan secara umum lebih
dari 50 persen pada penduduk laki-laki maupun perempuan, keluhan kesehatan tersebut
mengganggu kegiatan sehari-hari (bekerja, sekolah dan kegiatan sehari-hari lainnya), kondisi ini
tentunya bisa mengurangi produktifitas mereka.
Tabel 7.3
Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan
Menurut Jenis Kelamin Dan Jumlah Hari Sakit, Tahun 2012.
Jumlah Hari Sakit
(Hari)
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki dan
Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
<4
72,91
66,94
69,54
4–7
20,07
22,54
21,47
8 – 14
3,66
5,23
4,55
15-21
1,45
1,85
1,68
22-30
1,91
3,44
2,77
Jumlah
100.00
100.00
100.00
Sumber : Susenas Tahun 2012
Tabel diatas menggambarkan secara umum penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan sekitar 69.54 persen diantaranya jumlah hari sakitnya kurang dari 4 hari, jadi jika
keluhan kesehatan yang dirasakan tersebut mengganggu kegiatan sehari-hari maka akan
mengurangi produktifitasnya.
7.2
Keluarga Berencana
Perempuan memiliki hak untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal
kesehatan. Laki-laki dan perempuan dalam satu keluarga tentunya mempunyai tanggung jawab
yang sama dalam hal kesehatan keluarga termasuk didalamnya dalam keterlibatan keluarga
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
29
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
berencana.
Dalam program keluarga berencana tentunya keputusan penggunaan alat
kontrasepsi diputuskan bersama antar suami dan isteri. Namun seperti yang ada sekarang ini
sebagian besar alat kontrasepsi adalah untuk perempuan.
Tabel 7.4
Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun Yang Berstatus Kawin
Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi, Tahun 2012.
Uraian
Persentase
(1)
(2)
Sedang Menggunakan
68,78
Tidak Menggunakan Lagi
14,01
Tidak Pernah Menggunakan
17,21
Total
100.00
Sumber: Susenas Tahun 2012
Pada tabel 7.4 terlihat bahwa pada tahun 2012 wanita yang berstatus kawin yang sedang
menggunakan KB sebesar 68.78 persen dan yang tidak menggunakan sebanyak 31.22 persen
(Tidak menggunakan lagi = 14.01 dan Tidak pernah menggunakan = 17.21).
Pada tabel 7.5 terlihat bahwa dalam hal penggunaan alat/cara KB perempuan sangat
berperan. Dari wanita usia 15-49 tahun yang sedang menggunakan alat KB sebesar 98.01 persen
adalah alat KB untuk perempuan sedangkan alat KB yang digunakan oleh laki-laki hanya 1.99
persen yaitu terdiri dari MOP sebesar 0.69 persen dan Kondom sebesar 1.30 persen.
Tabel 7.5
Persentase Perempuan Usia 15-49 Yang Berstatus Kawin
Menurut Alat/Cara Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan, Tahun 2012.
30
No.
Alat/cara KB Yang Sedang Digunakan
Persentase
(1)
(2)
(3)
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
1
MOW/tubektomi
5.61
2
MOP/vasektomi
0.69
3
AKDR/IUD/spiral
7.32
4
Suntikan KB
58.21
5
Susuk KB/norplan/inplanon/alwalit
2.01
6
Pil KB
21.38
7
Kondom/karet KB
1.30
8
Tradisional
0.32
Jumlah
100.00
Sumber: Susenas Tahun 2012.
Dari jenis alat KB yang ada yang paling banyak digunakan adalah KB suntik yaitu sebesar
58.21 persen. KB suntik banyak diminati karena cara KB jenis ini mudah penggunaannya dan
tidak mahal, serta bisa memilih jangka waktunya.
7.3
Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui perkiraan rata-
rata lamanya hidup yang dijalani seseorang. Indikator ini berguna dalam mengidentifikasi kualitas
kesehatan, sebab pendapat umum mengatakan kesehatan yang baik akan memberikan peluang
hidup yang lebih lama. Semakin lama umur hidup yang dijalani merefleksikan semakin tinggi
derajat kesehatan dan kualitas hidupnya. Walaupun demikian, kesehatan bukan merupakan satusatunya indikator peluang hidup lama seseorang.
Pada tahun 2012 ini angka harapan hidup bagi laki-laki adalah sebesar 69.06 tahun
sedangkan angka harapan hidup perempuan sebesar 73.02 tahun (gambar 7.1). Angka harapan
hidup ini memberikan gambaran bahwa bayi laki-laki yang dilahirkan sekitar tahun 2012 akan bisa
hidup sampai pada usia 69 tahun sedangkan perempuan sampai pada usia 73 tahun. Angka
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu terpaut sekitar 4 tahun.
Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal, diantarannya adalah :
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
31
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
 Pola Hidup Sehat : laki-laki cenderung melakukan pola hidup yang tidak sehat
dibandingkan perempuan. Antara lain merokok, minuman keras dan lain lain.
 Aktivitas : laki-laki cenderung lebih banyak melakukan aktifitas diluar rumah dibandingkan
perempuan, sehingga kemungkinan terjadinya penyebab kematian lebih banyak pada
laki-laki.
74
73
Gambar 7.1
Perbandingan Angka Harapan Hidup
Laki-laki Dan Perempuan, Tahun 2012
Perempuan; ; 73,02
72
L + P; ; 70,99
71
70
Laki-laki; ; 69,06
69
68
67
Laki-laki
32
Perempuan
L+P
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB VIII
KETENAGAKERJAAN
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dari pernyataan tersebut terkandung makna bahwa
perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Jadi, perlakuan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki untuk
memperoleh pekerjaan, terbuka untuk semua lapangan, jenis dan status pekerjaan serta
mendapat imbalan yang sama.
Namun dalam kenyataannya apa yang digariskan dalam undang-undang dasar tersebut
belum berjalan dengan semestinya. Kesempatan memperoleh pekerjaan disektor-sektor tertentu
antara perempuan dan laki-laki masih timpang dan imbalan yang diterima juga tidak sama.
Kondisi tersebut masih ditambah lagi dengan adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam menduduki jabatan, baik ditingkat pemerintahan maupun swasta, laki-laki
cenderung mempunyai kesempatan yang lebih terbuka dibandingkan perempuan.
8.1 Penggunaan Waktu Terbanyak
Penggunaan waktu terbanyak dalam kegiatan sehari-hari akan memberikan gambaran
mengenai peran laki-laki dan perempuan dalam kegiatan ekonomi dan juga proporsi penghasilan
dalam keluarga. Disamping itu penggunaan waktu terbanyak juga dapat digunakan untuk
mengetahui peran antara laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga.
Dalam konsep
ketenagakerjaan penduduk dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Angkatan Kerja (AK) dan
Bukan Angkatan Kerja (BAK).
Tabel 8.1
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Dilihat Dari Penggunaan
Waktu Terbanyak Dalam Seminggu Yang Lalu
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012.
Laki-laki
Uraian
(1)
Perempuan
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
(2)
(3)
(4)
(5)
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
33
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Angkatan Kerja
602.290
82.84
372,620
50.72
- Bekerja
576.624
95.74
347,470
93.25
25.666
4.26
25,150
6.75
124.796
69.272
10.591
44.933
17.16
55.51
8.49
36.01
361,980
61,740
273,882
26,358
49.28
17.06
75.66
7.28
727.086
100,00
734.600
100,00
- Pengangguran
Bukan Angkatan Kerja
- Sekolah
- Mengurus Rumahtangga
- Lainnya
Jumlah
Sumber : Sakernas Tahun 2012.
Dari tabel 8.1 terlihat bahwa kegiatan terbanyak yang dilakukan oleh penduduk usia 15
tahun keatas untuk laki-laki sebagian besar yaitu sekitar 82.84 persen masuk dalam kelompok
angkatan kerja dan sekitar 17.16 persen masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja sedangkan
penduduk perempuan yang masuk kelompok angkatan kerja sekitar 50.72 persen dan yang
masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja sekitar 49.28 persen. Kondisi ini memberikan
gambaran betapa besarnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kegiatan
ekonomi. Laki-laki secara nyata banyak yang terlibat dalam akses pemenuhan kebutuhan
ekonomi rumahtangga sedangkan perempuan benyak terlibat dalam hal pengurusan
rumahtangga.
Dalam hal pengurusan rumahtangga (tabel 8.1) terlihat bahwa wanita yang banyak
mengurus rumahtangga yaitu sekitar 75.66 persen sedangkan laki-laki sekitar 8.49 persen.
Kondisi ini sedikit banyak membuktikan adanya anggapan bahwa tugas laki-laki adalah mencari
nafkah sedangkan perempuan adalah mengurus rumahtangga/mengasuh anak. Walaupun
perempuan bekerja sering kali dinilai dengan anggapan bahwa perempuan bekerja hanya untuk
menambah penghasilan. Jika kondisi ini terus terjadi yang dikawatirkan akan muncul proses
Marjinalisasi yaitu suatu proses peminggiran kelompok tertentu akibat adanya perbedaan jenis
kelamin.
Kenyataan seperti ini tentunya menunjukkan adanya ketimpangan Gender. Padahal
seharusnya dalam konteks pemberdayaan Gender tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal bekerja dan mengurus rumahtangga.
34
Dengan semakin tingginya
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
persentase laki-laki yang bekerja tentunya juga semakin besar pula sumbangan yang diberikan
(porsi pendapatan) terhadap penghasilan keluarga.
Tabel 8.2
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut TPAK, TPT, TKK
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012.
Uraian
(1)
Laki-laki
(2)
Perempuan
Laki-laki dan
Perempuan
(3)
(4)
TPAK
82,84
50,72
66,7
TKK
95,74
93,25
94,79
TPT
4,26
6,75
5,21
Sumber : Sakernas Tahun 2012.
Masalah ketenaga kerjaan yang banyak menjadi perhatian adalah pengangguran. Dari
penduduk yang masuk dalam kelompok angkatan kerja jumlah absolut penggangguran antara
laki-laki dan perempuan ternyata lebih banyak laki-laki. Namun kalau dilihat secara persentase
dan Tingkat penggangguran terbuka (TPT) penduduk perempuan penganggurannya lebih tinggi
dari pada laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka laki-laki adalah sebesar 4.26 persen sedangkan
perempuan tingkat pengangguran terbukanya adalah sebesar 6.75 persen.
8.2. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan merupakan tempat bekerjanya seseorang yang menggambarkan
jenis/bidang pekerjaan. Dalam pembahasan ini lapangan pekerjaan yang dimaksud adalah
lapangan pekerjaan yang utama. Apabila seseorang mempunyai lebih satu jenis pekerjaan maka
yang dimasukan adalah yang utama. Lapangan pekerjaan yang utama ditentukan berdasarkan
jenis pekerjaan yang menghabiskan waktu terbanyak menghasilkan pendapatan paling besar.
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
35
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tabel 8.3
Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan
Sektor Lapangan Pekerjaan Yang Utama
Di Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2012.
No.
Jenis Lapangan Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &
Perikanan
6.74
3,17
5,40
2
Industri
35.59
39,54
37,07
3
Konstruksi
11.18
1,58
7,57
4
5
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
18.47
31,23
23,26
8.94
1,43
6,12
6
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan &
Jasa Perusahaan
4.82
2,06
3,78
7
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
14.26
21,00
16,79
100.00
100.00
100.00
Jumlah
Sumber : Sakernas Tahun 2012.
Dengan mengetahui jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni penduduk suatu wilayah, kita
dapat mengetahui kegiatan ekonomi wilayah tersebut. Misalnya suatu wilayah banyak
penduduknya yang bekerja pada sektor pertanian maka dapat diketahui daerah tersebut
merupakan daerah agraris dan jika banyak penduduknya yang bekerja disektor industri maka
daerah tersebut merupakan daerah sentra industri. Dengan demikian kita juga dapat mengetahui
potensi ekonomi wilayah tersebut.
Tabel 8.3 memperkirakan Lapangan pekerjaan penduduk Sidoarjo yang sebagian besar
pada sektor industri, yaitu sekitar 37.07 persen kemudian sektor perdagangan sekitar 23.26
persen dan yang ketiga sektor jasa-jasa sekitar 16.79 persen. Namun kalau dilihat menurut jenis
kelamin terlihat adanya perbedaan penduduk laki-laki yang sebagian besar bekerja pada sektor
industri sebesar 35.59 persen sedangkan perempuan juga yang bekerja pada sektor industri
sebesar 39.54 persen.
36
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
8.3 Status Kedudukan Dalam Pekerjaan
Status kedudukan dalam pekerjaan memberikan gambaran tentang kemampuan serta
posisi dalam bidang pekerjaan tersebut. Seseorang yang berkedudukan sebagai pengusaha tentu
berbeda dengan karyawan dan juga mereka yang berstatus sebagai pekerja dibayar juga akan
berbeda dengan mereka yang berstatus pekerja tak dibayar. Pada akhirnya status kedudukan
dalam pekerjaan akan mencerminkan kewenangan dalam pengambilan keputusan dan juga dapat
memberikan gambaran besaran pendapatan.
Dari tabel 8.4 terlihat, bahwa dalam bekerja status kedudukan dalam pekerjaan laki-laki
lebih baik dari pada perempuan. Hal ini terlihat dari tingginya presentase laki-laki yang berstatus
sebagai pengusaha jika dibandingkan perempuan. Kondisi ini terlihat dari jumlah persentase
penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar. Dari
kelompok ini 75.16 persen ditempati oleh laki-laki. Sedangkan pada kelompok pekerja keluarga
atau pekerja tak dibayar perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu perempuan sekitar
87.53 persen sedangkan laki-laki hanya 12.47 persen.
Tabel 8.4
Persentase Status Kedudukan Dalam Pekerjaan Penduduk
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012.
No.
Status Kedudukan
Dalam Pekerjaan
Laki-Laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Berusaha Sendiri
2
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/ Tidak
Dibayar
Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Dibayar
57,97
42,03
100,00
67,72
32,28
100,00
75,16
24,84
100,00
Buruh/Karyawan / Pegawai
63,86
36,14
100,00
5
Pekerja Bebas Pertanian
73,26
26,74
100,00
6
Pekerja Bebas Di Non Pertanian
87,48
12,52
100,00
7
Pekerja Tidak Dibayar
12,47
87,53
100,00
3
4
8.4 Jumlah Jam Kerja
Jumlah jam kerja disini diukur dalam rata-rata satu minggu. Jumlah jam kerja perminggu
dapat digunakan sebagai indikator produktivitas tenaga kerja. Jumlah jam kerja bisa dihubungkan
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
37
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
dengan pendapatan/upah yang diterima, walaupun kenyataannya tak demikian karena adanya
pengaruh-pengaruh seperti faktor pendidikan, jenis pekerjaan dan lapangan pekerjaan yang
dikerjakan. Struktur penduduk yang bekerja di Kabupaten Sidoarjo menurut jam kerja dapat
dijadikan sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat produktifitas pekerja di Kabupaten
Sidoarjo. Semakin besar persentase tenaga kerja yang bekerja diatas jam kerja normal (35 jam
keatas dalam seminggu) maka semakin tinggi tingkat produktifitas tenaga kerja tersebut.
Secara umum tenaga kerja menurut jumlah jam kerja dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.
Kurang dari 35 jam dalam seminggu yang sering dikenal sebagai pekerja tidak penuh atau
pengangguran terselubung.
2.
Lebih dari 35 jam kerja dalam seminggu atau disebut sebagai pekerja penuh.
Tabel 8.5
Perentase Jumlah Jam Kerja Perminggu Antara
Laki-Laki dan Perempuan, Tahun 2012.
Laki-Laki
Perempuan
(3)
(4)
Laki-laki
dan
Perempuan
(5)
0.87
0.81
0.69
3
0.80
1.63
16 – 34 Jam
8.17
13.21
10.06
4
35 - 44 Jam
24.28
31.98
27.18
5
45 - 59 Jam
56.12
43.3
51.31
6
≥ 60 Jam
9.75
7.82
9.02
No.
Jumlah Jam Kerja Per
Minggu
(1)
1
2
(2)
Sementara Tidak Bekerja
≤ 15 Jam
3
Jumlah
100.00
100.00
100.00
Dari tabel 8.5 terlihat bahwa pada umumnya penduduk Kabupaten Sidoarjo bekerja diatas
jam kerja normal yaitu dalam seminggu bekerja lebih dari 35 jam seminggu. Secara umum jumlah
penduduk yang bekerja diatas jam kerja normal sebanyak 87.51 persen, begitu juga jika dilihat
menurut jenis kelamin. Penduduk laki-laki dan perempuan sebagian besar bekerja lebih dari jam
kerja normal yaitu seminggu bekerja antara 45 - 49 jam. Kalau dalam satu minggu hari kerja
selama 6 hari maka dalam sehari rata-rata penduduk bekerja sekitar 7 hingga 9 jam.
38
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB IX
SEKTOR PUBLIK
Dewasa ini pandangan terhadap kaum perempuan banyak mengalami pergeseran. Hal
ini antara lain ditunjukkan dengan semakin banyaknya perempuan yang ikut dalam menentukan
arah dan gerak dari pembangunan bangsa. Perempuan hadir tidak hanya pada lembaga legislatif
tetapi juga pada lembaga eksekutif dan yudikatif serta pada jabatan kenegaraan.
Fenomena ini terlihat hampir diseluruh daerah, tidak hanya di pusat tetapi juga didaerah
bahkan presiden, gubernur dan bupati/walikota pernah/ada yang dijabat oleh perempuan.
9.1 Legislatif
Pemilu Legislatif 2011 merupakan Pemilu Legislatif pertama yang mensyaratkan adanya
sejumlah calon legislatif dari kalangan perempuan. Dalam Pemilu kali ini setiap partai politik di
wajibkan didalam usulan daftar nama calon legislatif 30 persen calon tersebut berjenis kelamin
perempuan. Tentunya hal ini menunjukkan komitmen bersama tentang penyetaraan Gender.
Dalam Pemilu Legsilatif 2011 yang lalu dari 38 Partai peserta pemilu yang ada di
Kabupaten Sidoarjo, 2 partai tidak mengusulkan calon DPRD sedangkan 36 mengusulkan. Dari
36 partai yang mengusulkan calon DPRD tersebut 20 partai diantaranya mengusulkan calon dari
kalangan perempuan diatas 30 persen. Secara umum calon DPRD Kabupaten Sidoarjo tahun
2011 sebanyak 800 orang, dari jumlah tersebut sebanyak 252 orang atau 31.50 persen
merupakan calon perempuan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 9.1
Tabel 9.1
Jumlah Calon Legislatif DPRD Kabupaten Sidoarjo
Menurut Jenis Kelamin Berdasar Partai Peserta Pemilu Legislatif Tahun 2011.
(3)
Calon Legislatif
Perempuan
(4)
(5)
Persentase
Calon
Perempuan
(6)
1
Hanura
35
16
51
31,37
2
Karya Peduli bangsa
5
1
6
16,67
3
Pengusaha dan Pekerja Indonesia
5
2
7
28,57
4
Peduli Rakyat Nasional
7
2
9
22,22
5
Gerakan Indonesia Raya
17
13
30
43,33
6
Barisan Nasional
4
1
5
20,00
7
Keadilan dan Persatuan Indonesia
10
8
18
44,44
8
Keadilan Sejahtera
34
18
52
34,62
No.
Partai Peserta Pemilu 2011
(1)
(2)
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Laki-laki
Jumlah
39
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
9
Amanat Nasional
33
16
49
10
Perjuangan Indonesia Baru
0
0
0
0,00
11
Kedaulatan
18
7
25
28,00
12
Persatuan Daerah
5
1
6
16,67
13
Kebangkitan Bangsa
43
12
55
21,82
14
Pemuda Indonesia
13
4
17
23,53
15
Nasional Indonesia Marhaenisme
4
3
7
42,86
16
Demokrasi Pembaruan
22
6
28
21,43
17
Karya Perjuangan
4
3
7
42,86
18
Matahari Bangsa
7
5
12
41,67
19
Penegak Demokrasi Indonesia
4
3
7
42,86
20
Demokrasi Kebangsaan
5
4
9
44,44
21
Republik Nusantara
7
5
12
41,67
22
Pelopor
0
0
0
0,00
23
Golongan Karya
22
9
31
29,03
24
Persatuan Pembangunan
17
8
25
32,00
25
Damai Sejahtera
18
10
28
35,71
26
Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia
12
7
19
36,84
27
Bulan Bintang
17
6
23
26,09
28
Demokrasi Indonesia Perjuangan
37
11
48
22,92
29
Bintang Reformasi
21
13
34
38,24
30
Patriot
20
10
30
33,33
31
Demokrat
36
18
54
33,33
32
Kasih Demokrasi Indonesia
8
7
15
46,67
33
Indonesia Sejahtera
4
1
5
20,00
34
Kebangkitan Nasional Ulama
29
15
44
34,09
35
Merdeka
5
3
8
37,50
36
Persatuian nahdatul Ummah Indonesia
7
2
9
22,22
37
Sarikat Indonesia
3
1
4
25,00
38
Buruh
10
1
11
9,09
548
252
800
31.50
Jumlah
32,65
Dari sejumlah calon DPRD tersebut yang terpilih adalah sebanyak 50 calon. Dengan
komposisi laki-laki sebanyak 43 orang (86 persen) dan perempuan 7 orang (14 persen). Namun
seiring perjalanan waktu terjadi pergantian sehingga pada tahun 2012 komposisi laki-laki
sebanyak 42 orang (84 persen) dan perempuan 8 orang (16 persen). Jumlah anggota DPRD
menurut jenis kelamin dan asal partai dapat dilihat pada tabel 9.2.
No.
(1)
40
Tabel 9.2
Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo Menurut Jenis Kalmin
Dan Asal Partai, Tahun 2012.
Anggota Legislatif
Partai Peserta Pemilu 2011
PeremLaki-laki
Jumlah
puan
(2)
(3)
(4)
(5)
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Partai Demokrat
Partai Kebangkitan Bangsa
Partai Amanat Nasional
Partai Demokrasi Indonesia Perjuanagan
Partai Golongan Karya
Partai Keadilan Sejahtera
Partai Hati Nurani Rakyat
Partai Gerakan Indonesia Raya
Partai Kebangkitan Nasioanal Ulama
8
9
7
7
3
3
3
1
1
3
1
1
0
1
0
0
1
1
11
10
8
7
4
3
3
2
2
Jumlah
42
8
50
Walaupun jumlah anggota DPRD perempuan di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2012 ini
masih jauh dibandingkan dengan laki-laki, namun jika kita lihat pada tahun-tahun sebelumnya
menunjukkan peningkatan yang baik. Pada pemilu sebelumnya jumlah anggota DPRD dari
perempuan antara 2 dan 4 persen, sedangkan pada tahun 2012 ini sebanyak 16 persen.
Tabel 9.3
Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo Tahun 1995 – 2012.
Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(1)
1995
(2)
44
(3)
97.78
(4)
1
(5)
2.22
1999
43
95.56
2
4.44
2005
44
97.78
1
2.22
2010
43
86.00
7
14.00
2011
42
84.00
8
16.00
2012
42
84.00
8
16.00
9.2 Perempuan Dan Laki-Laki Pegawai Negeri Sipil
Dengan semakin gencarnya dilaksanakan program kesetaraan Gender dan seiring
dengan semakin meningkatnya pendidikan perempuan, maka semakin banyak bidang pekerjaan
yang bisa dimasuki oleh kaum perempuan. Salah satu bidang tersebut adalah bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebelum program kesetaraan Gender berkembang, dulu sangat
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
41
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
sedikit dan jarang perempuan yang bisa menduduki jabatan tertentu, namun sekarang banyak
perempuan yang sudah mendapatkan tempat atau kedudukan. Pada saat ini dilingkungan
Pemkab Sidoarjo perempuan sudah banyak yang menduduki jabatan struktural dan juga beberapa
diantaranya telah menjadi pimpinan suatu instansi dan juga menjadi Camat.
Tabel 9.4
Jumlah PNS Dilingkungan Pemkab Sidoarjo Berdasarkan
Golongan Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012.
Jumlah
Persentase
Golongan
(1)
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
(2)
(3)
(4)
(5)
I
798
22
97.32
2.68
II
1868
1942
49.03
50.97
III
2181
2791
43.87
56.13
IV
2070
3533
36.94
63.06
2012
6,917
8,288
45.49
54.51
2011
7,186
8,472
47.26
55.72
2010
7,560
8,554
48.28
54.63
Sumber : Sidoarjo Dalam Angka Tahun 2012.
Pada tahun 2012 jumlah PNS dilingkungan Pemkab Sidoarjo keseluruhan adalah
sebanyak 15.205 personil, kalau dilihat menurut jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan
yaitu sekitar 54.51 persen sedangkan laki-laki sekitar 45.49 persen. Kalau dilihat per golongan
maka kelihatan bahwa perempuan cenderung mempunyai golongan kepangkatan yang lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, hanya untuk golongan I persentase laki-laki lebih tinggi namun untuk
golongan II, III dan IV persentase perempuan lebih tinggi. Kondisi ini memberikan gambaran
bahwa PNS perempuan di lingkungan Pemkab Sidoarjo secara umum mempunyai kepangkatan
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
42
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Dilihat dari tingkat pendidikan, PNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo
menurut jenis kelamin pada tahun 2012 terlihat bahwa tingkat pendidikan PNS laki-laki pada
sekolah setingkat SLTA kebawah lebih banyak dibandingkan perempuan sedangkan PNS yang
berpendidikan Akademi sampai Perguruan Tinggi secara umum justru lebih banyak perempuan.
Untuk PNS yang berpendidikan akademi keatas laki-laki sekitar 60.00 persen dan
perempuan sebesar 83.52 persen . Namun khusus untuk PNS yang berpendidikan S2 laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan. Namun demikian secara umum PNS perempuan
dilingkungan Pemerintah Sidoarjo secara kepangkatan dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki (dilihat tabel 9.5).
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
43
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Tabel 9.5
Jumlah PNS Dilingkungan Pemkab Sidoarjo Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012.
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Persentase
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
(2)
(3)
(4)
(5)
SD
343
8
97.72
2.28
SLTP
580
34
94.46
5.54
SLTA
1844
1324
58.21
41.79
Diploma
755
2067
26.75
73.25
S1
2986
4562
39.56
60.44
S2
408
293
58.20
41.80
S3
1
0
100.00
0.00
6917
8288
45.49
54.51
(1)
Jumlah
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
9.3 Jabatan Dalam Pemerintahan
Jabatan dalam suatu pemerintahan merupakan posisi yang sangat strategis karena
pemegang jabatan akan sangat berperan dalam menentukan arah dan kebijakan serta dalam
pengambilan keputusan. Dalam hal menduduki jabatan, tingkat pendidikan dan golongan seorang
PNS tentunya akan menjadi daya saing, karena untuk menempati suatu posisi atau jabatan
tentunya harus memenuhi pangkat dan golongan yang disyaratkan serta tingkat pendidikan akan
sangat menunjang.
Tabel 9.6
Jenis Jabatan Dilingkungan Pemkab Sidoarjo Berdasarkan
Jenis Kelamin, Tahun 2012.
Jenis Jabatan
Laki-laki
Perempuan
(1)
Bupati
44
(2)
1
(3)
-
Jumlah
(4)
1
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Wakil Bupati
1
-
1
Pejabat Eselon II
28
3
31
Pejabat Eselon III
111
35
146
Pejabat Eselon IV
405
175
580
544
(71.86%)
546
213
(28.14 %)
244
757
2012
2011
790
Sumber : BKD Sidoarjo 2012
Secara umum menurut tingkat pendidikan, pangkat dan golongan PNS perempuan di
lingkungan Pemkab Sidoarjo lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun dari komposisi pemegang
jabatan PNS yang ada di lingkungan Pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo, maka akan
kelihatan adanya perbedaan yang cukup tinggi antara laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2012
jumlah pemegang jabatan yang ada di Pemkab Sidoarjo ada sebanyak 757 orang, dari jumlah
tersebut yang diduduki oleh laki-laki sebanyak 544 orang (71.86 persen) sedangkan yang diduduki
oleh perempuan sebanyak 213 orang (28.14 persen). Lebih jelasnya dapat dlihat pada tabel 9.6.
Perbandingan jumlah jabatan yang diduduki oleh laki-laki dan perempuan dilingkungan
Pemkab Sidoarjo kelihatannya belum berimbang bila dibandingkan dengan jumlah PNS yang ada.
Seperti yang terlihat pada gambar 9.2 jumlah PNS
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
45
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Gambar 9.2
Perbandingan Persentase Jumlah PNS, Berdasarkan Golongan Dan Jabatan
Dilingkungan Pemda Sidoarjo Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012
80,00
70,00
71,86
50,00
59,41
40,59
20,00
54,11
30,00
45,89
40,00
28,14
60,00
10,00
0,00
Jml. PNS
Gol III & IV
Laki-Laki
Pemegang Jabatan
Perempuan
menurut golongan III dan IV lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi kalau dilihat
yang menduduki jabatan justru banyak laki-laki dibandingkan perempuan dan persentasenya
sangat signifikan. Tentunya hal ini menjadikan bahan renungan khususnya bagi PNS perempuan
di lingkungan Pemkab Sidoarjo untuk lebih meningkatkan kompetensinya.
46
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB X
INDEK PEMBANGUNAN GENDER DAN
INDEK PEMBERDAYAAN GENDER
10.1 Indek Pembangunan Gender (IPJ)
Pada dasarnya hakekat pembangunan ditujukan untuk kesejahteraan seluruh penduduk
dengan tidak membedakan suku, agama, asal maupun jenis kelamin. Ditengarai pembangunan
yang dilaksanakan disegala bidang lebih banyak menguntungkan laki-laki. Tentunya untuk
menjawab hal itu tidak mudah, perlu adanya kajian yang mendalam terhadap keseluruhan aspek
pembangunan.
Tabel 10.1
Indikator Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2012 dan Proyeksi Tahun 2013
2012 *)
Komponen
(1)
Perempuan
(2)
Proyeksi 2013
(3)
Perempuan
(4)
Lakilaki
(5)
Laki-laki
1
Proporsi penduduk
0.4985
0.5015
0.5003
0.4997
2
Angka Harapan Hidup (eo/Tahun)
73.02
69.06
73.17
69.20
3
4
Angka Melek Huruf (%)
Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)
96.30
9.42
96.16
10.44
96.46
9.77
99.33
10.96
5
Proporsi Sumbangan Pendapatan
(Penduduk Aktif Secara Ekonomi)
38.22
61.78
37.88
62.11
IPJ
67.89
68.08
Keterangan = *) Angka Diperbaiki
Salah satu cara untuk mengetahui adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan,
yaitu menilai Indek Pembangunan Gender (IPJ) dengan mempertimbangkan Indek Pembangunan
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
47
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Manusia (IPM). IPM mengukur rata-rata pencapaian pembangunan secara umum sehingga
perbedaan tingkat pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan tidak terlihat.
Indeks Pembangunan Gender (IPJ) atau Gender Development Index (GDI) merupakan
indeks komposit yang dibangun dari beberapa variabel untuk mengukur pencapaian
pembangunan manusia dengan memperhatikan disparitas Gender, pada dasarnya hampir sama
dengan IPM tetapi disesuaikan dengan memasukkan disparitas tingkat pencapaian antara
perempuan dan laki-laki. Dengan demikian jika nilai IPJ lebih rendah dari nilai IPM maka terjadi
ketimpangan Gender.
Dari hasil penghitungan Indeks Pembangunan Gender tahun 2012 ini didapatkan IPJ
Kabupaten Sidoarjo adalah sebesar 67.89. Sedangkan proyeksi di tahunn 2013, IPJ Kabupaten
Sidoarjo sekitar 68.08 (tabel 10.1).
Kalau dibandingkan dengan IPJ pada tahun-tahun
sebelumnya mulai tahun 2007 hingga tahun 2013 IPJ di Kabupaten Sidoarjo menunjukan tren
kearah peningkatan, seperti yang terlihat pada gambar 10.1.
Gambar 10.1
Perkembangan IPJ Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2006 - Proyeksi Tahun 2012 & 2013
68,50
67,89
68,00
67,23
67,50
67,00
66,62
66,50
66,00
65,50
68,08
65,74
66
65,40
65,00
64,50
64,00
2007*)
2008*)
2009*)
2010*)
2011*)
2012*)
2013 **)
10.2 Indek Pemberdayaan Gender (IDJ)
Indek Pemberdayaan Gender (IDJ) atau Gender Empowerment Measurenment (GEM)
merupakan ukuran komposit yang dapat digunakan untuk mengkaji sejauh mana persamaan
48
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
peranan perempuan dalam proses pengambilan keputusan serta kontribusi dalam aspek ekonomi
maupun sosial. Persamaan dalam peranan bagi perempuan memiliki arti penting tidak hanya
sekedar dalam persamaan status dan kedudukan, tetapi lebih pada soal pemberdayaan. Dalam
pengertian yang lebih luas, pemberdayaan sudah mencakup adanya upaya peningkatan
kapabilitas perempuan untuk berperan serta dalam berbagai bentuk pengambilan keputusan serta
memiliki kesempatan dalam kegiatan ekonomi.
Tabel 10.2
Indek Pemberdayaan Gender Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2012 dan Proyeksi Tahun 2013
2012 *)
Komponen
(1)
Perempuan
(2)
Proyeksi 2013
(3)
Perempuan
(4)
Lakilaki
(5)
Laki-laki
1.
Proporsi penduduk
0.4985
0.5015
0.5003
0.4997
2
Keterwakilan diparlemen (%)
16.00
84.00
16.00
84.00
3
Proporsi dari manager, staff
42.78
57.13
44.68
55.32
38.22
61.78
37.88
62.12
administrasi, pekerja profesional dan
teknisi (%)
4
Proporsi Angkatan Kerja
(Persentase Penduduk Aktif Dalam
Kegiatan Ekonomi)
IDJ
63.40
64.14
Keterangan = *) Angka diperbaiki
Indek Pemberdayaan Gender (IDJ) penghitungannya hampir sama , namun ada dua
komponen yang berbeda yaitu keterwakilan di parlemen dan proporsi jabatan pekerja (manager,
administrasi, pekerja profesional dan teknisi) sedangkan satu komponen lainnya sama yaitu
distribusi pendapatan. Dari hasil penghitungan IDJ tahun 2012 ini didapatkan IDJ Kabupaten
Sidoarjo adalah sebesar 63.40, jika dibandingkan dengan IDJ tahun 2011 mengalami peningkatan
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
49
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
yang cukup yaitu sekitar 0.74 poin. Sedangkan proyeksi pada tahun 2013, IDJ Kabupaten
Sidoarjo sebesar 64.14 (lihat tabel 10.2).
Peningkatan IDJ di Kabupaten Sidoarjo ini yang paling mempengaruhi adalah
keterwakilan perempuan di Parlemen. Pada tahun-tahun sebelumnya keterwakilan perempuan di
Parlemen sekitar 2 persen dan semenjak ada Pileg 2011 menjadi 14 persen. Hal ini dikarenakan
jumlah perempuan yang duduk di kursi dewan meningkat. Dari gambar 10.2 terlihat bahwa mulai
tahun 2011 IDJ di Kabupaten Sidoarjo menunjukkan tren kearah peningkatan.
Gambar 10.2
Perkembangan IDJ Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2006 - Proyeksi Tahun 2012 & 2013
70,00
63,68
63,21
63,40
64,14
2010*)
2011*)
2012 *)
2013 **)
60,00
50,00
47,70
47,88
48,13
2007*)
2008*)
2009*)
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
50
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
BAB XI
PENUTUP
11.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 sebesar 1.981.096 jiwa yang terdiri
dari 993.572 laki-laki dan 987.524 perempuan dengan sex ratio 100,61.
2. Indeks Pembangunan Gender (IPJ) di Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 sebesar 67,89.
3. Pada tahun 2012 Komponen IPJ di bidang kesehatan yaitu angka harapan hidup untuk
laki–laki sebesar 69,06 tahun sedangkan perempuan 73,02 tahun.
4. Pada tahun 2012 komponen IPJ di bidang pendidikan yaitu angka melek huruf untuk lakilaki sebesar 99.16 persen dan perempuan sebesar 96,30 persen, sedangkan untuk ratarata lama sekolah untuk laki-laki sebesar 10,44 tahun dan perempuan sebesar 9,42
tahun.
5. Komponen IPJ dibidang ekonomi dari segi sumbangan pendapatan untuk laki-laki
sebesar 61,78 persen dan perempuan sebesar 38,22 persen.
6. Proyeksi IPJ tahun 2013 adalah sebesar 68,08.
7. IDJ Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 adalah sebesar 63,40 dan proyeksi di tahun 2013
sebesar 64,14.
11.2 Saran-Saran
Adapun saran untuk lebih meningkatkan IPJ dan IDJ di Kabupaten Sidoarjo adalah:
1. Arah dan kebijakan program pembangunan yang berimbang pada kesataraan Gender
harus lebih dipertajam.
2. Lebih memberikan peluang yang sama bagi laki-laki maupun perempuan untuk aktif
secara ekonomi maupun dalam menduduki jabatan.
3. Komponen IPJ dan IDJ yang masih memungkinkan untuk ditingkatkan lebih tinggi lagi
adalah dibidang pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) serta
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
51
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
dibidang ketenagakerjaan (proporsi sumbangan pendapatan dan peluang menduduki
jabatan).
52
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo
Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
53
Download