PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN

advertisement
PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN
FUNDAMENTAL
Oleh
AYUNINGTYAS ALAMSYAH
H24060094
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRAK
Ayuningtyas Alamsyah, H24060094, Penilaian Harga Saham Pertambangan
dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental. Di bawah bimbingan
Farida Ratna Dewi
Selama tahun 2009 investor kembali memburu saham pertambangan yang
membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun 2009 pergerakan harga saham
pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan
memang menjadi saham unggulan pada tahun 2009 dengan rata-rata tingkat
kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Membandingkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan
periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada indeks Kompas 100 dengan
menggunakan analisis teknikal, (2) Menganalisis kondisi perusahaan
pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember
2009 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir (20062008), (3) Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahaan
pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode JanuariDesember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental, (4) Mengidentifikasi
faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan.
Penelitian ini dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend.
Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder berupa data time series harian dari bulan Januari sampai
Desember 2009, serta data laporan tahunan perusahaan selama periode 20062008. Pengolahan data dilakukan degan menggunakan perangkat lunak Microsoft
Excel 2007. Analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah Analisis
teknikal dan Analisis fundamental.
Dalam indeks Kompas 100 dipilih empat perusahaan. Perusahaan tersebut
antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI),
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Melalui
analisis teknikal, investor dapat mengamati pergerakan harga saham keempat
perusahaan tersebut selama Januari-Desember 2009. Saham ANTM mengalami 6
titik golden cross dan 6 titik dead cross. Saham BUMI mengalami 5 titik golden
cross dan 4 titik dead cross. Saham PTBA mengalami 5 titik golden cross dan 4
titik dead cross. Saham TINS mengalami 3 titik golden cross dan 3 titik dead
cross. Analisis fundamental PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan selama tahun 2006-2008 cenderung baik. Pada tahun
2007 ANTM melakukan stock split dengan rasio 1:5, sehingga jumlah saham
beredar ANTM bertambah lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dan hal
ini berpengaruh terhadap nilai EPS, EPS ANTM tahun 2007 sebelumnya Rp.
536,67 dan menjadi Rp 143,67 pasca stock split. Saham ANTM mengalami
overvalued di pasar saham pada tahun 2009. Kinerja PT Bumi Resources Tbk
(BUMI) selama periode 2006-2008 tergolong baik, namun saham BUMI
mengalami undervalued di pasar saham pada tahun 2009. Kinerja PT Bukit Asam
(Persero) Tbk (PTBA) selama tahun 2006-2008 cenderung baik, namun pada
tahun 2009 saham PTBA mengalami undervalued di pasar saham. Sedangkan
kinerja PT Timah Tbk (TINS) cenderung kurang memuaskan. Pada tahun 2008
TINS melakukan stock split dengan rasio 1:10, hal ini mengakibatkan jumlah
saham beredar TINS bertambah sepuluh kali lipat. Bertambahnya jumlah saham
beredar berpengaruh terhadap EPS pasca dilakukannya stock split, dan pada tahun
2009 menunjukkan bahwa saham TINS mengalami overvalued di pasar saham.
PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN
FUNDAMENTAL
Skripsi
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir
untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
AYUNINGTYAS ALAMSYAH
H24060094
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan
Analisis Teknikal dan Fundamental
Nama
: Ayuningtyas Alamsyah
NIM
: H24060094
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM)
NIP : 19710307 200501 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ayuningtyas Alamsyah dilahirkan di Depok pada tanggal 31
Juli 1988. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alamsyah Bahrun dan
Dwi Ratri Handayani.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Cendrawasih I Bekasi pada tahun
1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Bekasi Jaya Indah 1. Pada tahun
2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri 1 Bekasi dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Depok dan masuk dalam program IPA pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama
mengikuti
perkuliahan,
penulis
aktif
di
berbagai
kegiatan
kemahasiwaan sebagai Anggota Direktorat Finance Centre of Management IPB
(COM@) 2007-2008, serta Bendahara Centre of Management IPB (COM@)
periode 2008-2009. Selain itu, penulis pernah menjadi surveyor pada UKM unit
usaha pembinaan IPB di kota Bogor.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Saham pertambangan saat ini makin diminati oleh para investor, sehingga
investor harus jeli dalam memilih saham perusahaan yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi investor. Salah satunya dengan menggunakan analisis teknikal
dan fundamental. Skripsi ini berjudul “Penilaian Harga Saham Pertambangan
dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental”.
Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan skripsi ini yang tentunya
tidak luput dari kesalahan. Untuk itulah penulis mengharapkan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini selanjutnya. Akhir
kata semoga skripsi ini menjadi bahan referensi dan berguna bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2010
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis terutama kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis maupun
teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME dan Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc
sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran maupun
kritik bapak merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan
skripsi ini.
3. Seluruh Staf Pengajar, Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan, dan karyawan/i
Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah banyak membantu selama masa
perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah memberikan
bekal pengetahuan sampai penulisan ini selesai.
4. Kedua orang tua penulis, yaitu papa Alamsyah Bahrun dan mama Dwi Ratri
Handayani, serta keluarga besar yang telah banyak mendukung melalui doa
dan motivasi selama ini.
5. Ahmad Jihan yang selalu memberikan semangat, serta masukan yang sangat
berharga dalam penulisan skripsi ini.
6. Sahabat ku Annisa Tiara I dan Ega Ferganita yang telah banyak memberikan
dukungan, semangat, kritikan, serta masukan kepada penulis.
7. Abu Abdurrahman Al-Atsari yang telah membantu penulis dalam memberikan
masukan dan membantu dalam pengolahan data penulis.
8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Annisa Tiara I, Dyah Ayu W, Dwi Tya S,
Cecilia L, Alik P yang telah bersama-sama berkonsultasi dan saling bertukar
pendapat.
9. Teman-teman ku Iam, Jaim, Thifa, Fifi, Eyi, Yunita, Esa, Lulus, Ojan, Ephal,
Tono, Jojo, Apip, Alvi, Lely, Gilang, Teguh, Mon2, Via, Jali, Sisy, Copi, Ajit,
Bunga, Lintang, Surya, Bang Ahmad, Mumu, Mas Damas, Adi, Mbambit,
Bahtiar yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis.
vii
10. Rekan-rekan manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
I . PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
1
3
4
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1. Pasar Modal ........................................................................................
2.2. Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) ................................................
2.3. Indeks Kompas100 ..............................................................................
2.4. Saham .................................................................................................
2.5. Manfaat investasi pada saham .............................................................
2.6. Analisis Teknikal ................................................................................
2.6.1. Definisi Analisis Teknikal .........................................................
2.6.2. Jenis Grafik Untuk Analisis Teknikal .........................................
2.6.3. Pembentukan Tren ..........................................................................
2.7. Analisis Fundamental .........................................................................
2.8. Penelitian terdahulu .................................................................
6
6
7
7
8
9
9
10
12
13
16
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 18
3.1. Kerangka Penelitian ............................................................................
3.2. Metode Penelitian ...............................................................................
3.2.1. Pengumpulan Data ..........................................................................
3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data .........................................................
3.2.2.1. Analisis Teknikal ...............................................................
3.2.2.1.1. Simple Moving Average .....................................
3.2.2.1.2. Moving average Envelope ..................................
3.2.2.2. Analisis Fundamental ..........................................................
ix
19
20
20
20
20
21
21
22
3.2.2.2.1 Dividen Discount Model (DDM) .......................... 22
3.2.2.2.2 Capital Asset Pricing Model ................................. 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 27
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................
4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk................................................................
4.1.1.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................
4.1.1.2. Pemegang Saham .............................................................
4.1.1.3. Ringkasan Keuangan ........................................................
4.1.1.4. Produk Perusahaan ...........................................................
4.1.2. PT Bumi Resources Tbk ................................................................
4.1.2.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................
4.1.2.2. Pemegang Saham .............................................................
4.1.2.3. Ringkasan Keuangan ........................................................
4.1.2.4. Produk Perusahaan ...........................................................
4.1.3. PT Bukit Asam Tbk .......................................................................
4.1.3.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................
4.1.3.2. Pemegang Saham .............................................................
4.1.3.3. Ringkasan Keuangan ........................................................
4.1.3.4. Produk Perusahaan ...........................................................
4.1.4. PT Timah Tbk ...............................................................................
4.1.4.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................
4.1.4.2. Pemegang Saham .............................................................
4.1.4.3. Ringkasan Keuangan ........................................................
4.1.4.4. Produk Perusahaan ...........................................................
4.2. Analisis Teknikal ..............................................................................
4.2.1. Simple Moving Average ...........................................................
A. PT Aneka Tambang Tbk .....................................................
B. PT Bumi Resources Tbk .....................................................
C. PT Bukit Asam Tbk ............................................................
D. PT Timah Tbk ....................................................................
4.2.2. Moving Average Envelope .............................................................
A. PT Aneka Tambang Tbk .....................................................
B. PT Bumi Resources Tbk .....................................................
C. PT Bukit Asam Tbk ............................................................
D. PT Timah Tbk ....................................................................
4.2.3. Peramalan Pergerakan Harga Saham ........................................
4.2.3.1. Simple Moving Average ..............................................
A. PT Aneka Tambang Tbk ........................................
B. PT Bumi Resources Tbk ........................................
C. PT Bukit Asam Tbk ...............................................
D. PT Timah Tbk .......................................................
4.2.3.2. Moving Average Envelope .........................................
A. PT Aneka Tambang Tbk ........................................
B. PT Bumi Resources Tbk ........................................
C. PT Bukit Asam Tbk ...............................................
D. PT Timah Tbk .......................................................
4.3. Analisis Fundamental .........................................................................
4.3.1. Analisis Makro Ekonomi .........................................................
x
27
27
27
27
27
27
28
28
28
29
29
30
30
30
30
30
31
31
31
32
32
32
32
32
35
37
39
41
42
43
45
47
49
49
49
50
51
52
53
53
54
56
57
58
58
4.3.1.1. PDB ...........................................................................
4.3.1.2. Pengangguran .............................................................
4.3.1.3. Inflasi .........................................................................
4.3.1.4. Tingkat Bunga ............................................................
4.3.1.5. Defisit anggaran .........................................................
4.3.1.6. Sentimen ....................................................................
4.3.2. Analisis Industri ......................................................................
4.3.3. Analisis Perusahaan .................................................................
4.3.3.1. PT Aneka Tambang Tbk .............................................
4.3.3.2. PT Bumi Resources Tbk .............................................
4.3.3.3. PT Bukit Asam Tbk ....................................................
4.3.3.4. PT Timah Tbk ............................................................
4.4. Implikasi Manajerial ...........................................................................
58
63
65
68
70
72
79
85
85
88
91
94
97
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 100
1. Kesimpulan......................................................................................... 100
2. Saran ................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 103
LAMPIRAN ............................................................................................. 106
xi
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk
Selama 2006-2008 ..................................................................
2. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk
Selama 2006-2008 ..................................................................
3. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk
Selama 2006-2008 .............................................................
4. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk
Selama 2006-2008 .............................................................
5. Simulasi Investasi Saham ANTM .................................................
32
35
6. Produk Domestik Bruto Tahun 2005-2010 ...................................
58
7. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2005-2009....................
64
8. Dividen PT Aneka Tambang Tbk tahun 2006-2008 ......................
85
9. Prediksi nilai dividen ANTM tahun 2009-2011 ............................
85
10. EPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) ........................................
86
11. Prediksi EPS ANTM Tahun 2009-2011........................................
87
12. Prediksi nilai saham ANTM 2009-2011 .......................................
87
13. Dividen PT Bumi Resources Tbk tahun 2006-2008 ......................
88
14. Prediksi nilai dividen BUMI tahun 2009-2011 .............................
88
15. EPS PT Bumi Resosurces Tbk tahun 2005-2008 ...........................
89
16. Prediksi EPS BUMI tahun 2009-2011 ..........................................
89
17. Prediksi nilai saham BUMI sampai dengan tahun 2011 ................
90
18. Dividen PT Bukit Asam Tbk tahun 2006-2009 .............................
91
19. Prediksi nilai dividen PTBA tahun 2009-2011..............................
91
20. EPS PT Bukit Asam tahun 2005-2008 ..........................................
92
21. Prediksi EPS PT Bukit Asam Tbk, 2009-2011..............................
92
22. Prediksi nilai saham PTBA sampai dengan tahun 2011 ................
92
23. Dividen PT Timah Tbk tahun 2006-2008 .....................................
94
24. Prediksi nilai dividen TINS tahun 2009-2011 ...............................
94
25. Nilai EPS TINS tahun 2005-2008.................................................
95
xii
28
29
31
26. Prediksi nilai EPS PT Timah Tbk tahun 2009-2011 ......................
95
27. Prediksi harga saham PT Timah Tbk tahun 2009-2011 .................
96
xiii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia .........................
2
2. Grafik Garis (Line Chart) ...........................................................
11
3. Grafik Balok (Bar Chart) ............................................................
11
4. Grafik Lilin (Candlestick Chart) .................................................
12
5. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................
19
6. Produk Domestik Bruto tahun 2005-2010...................................
61
7. Inflasi (Januari 2005-januari 2010) .............................................
67
8. Indeks Kepercayaan Konsumen..................................................
75
9. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah .................
76
10. Tentang CEI dan LEI .................................................................
78
11. Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010 ..............................
79
xiv
DAFTAR GRAFIK
No
Halaman
1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009
PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
33
2. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009
PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
33
3. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
34
4. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
34
5. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
35
6. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
36
7. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
36
8. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
37
9. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
38
10. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
38
11. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
39
12. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
39
13. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
39
14. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
40
15. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
40
16. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
41
17. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009
PT Aneka Tambang Tbk .....................................................
42
xv
18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
42
19. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
43
20. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 200
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
43
21. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
44
22. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
44
23. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
44
24. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
45
25. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
45
26. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
46
27. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
46
28. . Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
47
29. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
47
30. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
48
31. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
48
32. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009
PT Timah Tbk .....................................................................
48
33. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010
PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
49
34. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010
PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
49
35. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
50
36. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010
PT Bumi Resources Tbk ......................................................
51
xvi
37. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
51
38. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
51
39. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010
PT Timah Tbk .....................................................................
52
40. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010
PT Timah Tbk .....................................................................
53
41. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
54
42. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010
PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
54
43. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010
PT Bumi Resources Tbk .......................................................
55
44. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010
PT Bumi Resources Tbk .......................................................
55
45. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
56
46. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010
PT Bukit Asam Tbk .............................................................
56
47. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010
PT Timah Tbk .....................................................................
57
48. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010
PT Timah Tbk .....................................................................
57
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Suku Bunga SBI 3 bulan periode 2006-2008............................
106
2. Tingkat Pengembalian IHSG per bulan
Periode 2006-2008 ..................................................................
107
3. Tingkat Pengembalian PT Aneka Tambang Tbk
per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
108
4. Tingkat Pengembalian PT Bumi Resources Tbk
per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
109
5. Tingkat Pengembalian PT Bukit Asam Tbk
per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
110
6. Tingkat Pengembalian PT Timah Tbk
per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
111
7. Simulasi investasi saham BUMI pada tahun 2009 ....................
112
8. Simulasi investasi saham PTBA pada tahun 2009 ....................
113
9. Simulasi investasi saham TINS pada tahun 2009 .....................
114
xviii
1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur
akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan
komoditas yang otomatis mendorong harga komoditas. Hal inilah yang
mendorong investor kembali “memburu” saham pertambangan yang
membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun ini pergerakan harga saham
pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan
memang menjadi saham unggulan pada tahun ini dengan rata-rata tingkat
kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Sektor pertambangan di bursa saham
tercatat sebagai sektor yang memberikan return kedua terbesar, yaitu sebesar
151,06% dari posisi Rp. 877,68 pada akhir tahun 2008 menjadi Rp. 2.203,48
pada akhir tahun 2009 (www.idx.co.id, 17 Juni 2010). Emiten pertambangan
sampai dengan saat ini menjadi incaran para investor. Terbukti dengan
meningkatnya volume transaksi perdagangan di bursa akibat meningkatnya
permintaan terhadap saham pertambangan, saham sektor pertambangan sering
kali memimpin penguatan bursa.
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai dengan saat ini
masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Baik
dalam perannya sebagai sumber penerimaan negara, penyedia energi, menarik
investasi, surplus neraca perdagangan, penyedia bahan baku industri, serta
faktor dominan pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Penerimaan yang diperoleh pemerintah dari sektor pertambangan cukup
signifikan. Hal ini dapat dibuktikan, yaitu tepatnya pada tahun 2008 ketika
harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Sektor ESDM
mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 346,347
Triliun atau sebesar 36%. Dari penerimaan sektor ESDM tersebut, sub sektor
Pertambangan Umum tercatat sebesar Rp 42,120 Triliun atau sebesar 4,4%
yang terdiri dari Pajak Pertambangan Umum dan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) Pertambangan Umum (www.esdm.go.id, 2009).
2
Industri pertambangan di dunia saat ini mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan
terhadap produk-produk unggulan sektor pertambangan, seperti batubara,
emas dan minyak bumi. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan ekspor barang
hasil tambang asal Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya
(Gambar 1).
Gambar 1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia
(Sumber : www.kompas.com)
Batubara merupakan salah satu produk tambang unggulan asal Indonesia.
Pada tahun 2010, harga batubara diprediksi akan menguat seiring dengan
kondisi ekonomi dunia yang diprediksikan mulai mengalami perbaikan.
Bahkan kenaikan harga batubara dalam jangka panjang diprediksi masih akan
naik sehubungan dengan semakin luasnya penggunaan batubara sebagai
sumber energi. Berdasarkan proyeksi laporan Annual Energy Outlook 2009
yang dikeluarkan oleh U.S. Energy Information Administration, US energi
supply, demand, dan harga naik hingga tahun 2030. The McIlvane Company
dalam laporannya yang dikeluarkan pada April 2009, memproyeksikan
bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara dunia akan tumbuh 35%
pada 10 tahun ke depan, dari 1,759,000 MW pada 2010 menjadi 2,384,000
MW pada 2020. Pembangkit listrik tenaga batubara di Asia akan naik
menjadi 1,464,000 MW pada 2010. Sedangkan di India, pembangkit listrik
tenaga batubara ini akan naik dari 95,000 MW menjadi 294,000 MW pada 11
tahun ke depan (Asia Securities, 25 Mei 2009).
Harga saham sektor pertambangan pada tahun 2010 diperkirakan akan
mengalami peningkatan yang cukup tajam, hal tersebut terkait dengan
3
meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertambangan. Analisis PT
Erdikha Sekuritas, mengatakan saham-saham pertambangan yang masih
prospektif menjanjikan pertumbuhan kinerja hingga tahun depan terutama
adalah yang bergerak di sektor batubara dan minyak bumi serta gas (migas)
(Bisnis Indonesia, 11 November 2009).
Saham pertambangan merupakan komoditas yang menarik di Bursa Efek
Indonesia (BEI), karena harga saham pertambangan menjanjikan keuntungan
dalam jangka panjang. Selain keuntungan yang menjanjikan, kegiatan
investasi pada sektor pertambangan juga mengandung resiko, yaitu terkait
perubahan harga komoditas pertambangan yang sangat dipengaruhi oleh
pasokan atau ketersediaan bahan baku tambang, permintaan akan barang
tambang tersebut, kondisi fundamental perusahaan pertambangan, serta
kebijakan pemerintah terhadap harga barang tambang. Sehingga harga saham
sektor pertambangan cenderung fluktuatif. Saham empat perusahaan
pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, yakni PT Aneka
Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam
Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS).
1.2. Perumusan Masalah
Harga saham merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh seorang
investor apabila ingin melakukan investasi dalam bentuk saham. Karena
harga saham dapat menggambarkan keuntungan yang akan diperoleh investor
dalam bentuk capital gain ataupun dividen. Perubahan harga saham terjadi
setiap saat, oleh karena itu seorang investor harus menelusuri faktor-faktor
yang menjadi penyebab perubahan harga saham.
Untuk dapat menilai harga saham yang akan dipilih investor dalam
melakukan investasi, maka para investor dapat menggunakan pendekatan top
down approach yaitu dimulai dengan analisis kondisi makro ekonomi serta
analisis industri kemudian dilanjutkan dengan penilaian perusahaan untuk
mendapatkan nilai intrinsik perusahaan, yaitu yang dilakukan melalui analisis
teknikal dan fundamental. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya
untuk menentukan kapan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham
4
(keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun
menggunakan analisis grafis.
Analisis fundamental bertujuan untuk memperkirakan harga saham
berdasarkan prospek laba dan dividen perusahaan, pendapatan, kebijakan
manajemen, yang tercermin dalam laporan keuangan, perkembangan industri,
harapan bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk
menentukan harga saham yang tepat. Kedua analisis ini dapat digunakan
secara bersamaan untuk menganalisis harga saham.
Dari hal yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan permasalahan
dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pergerakan harga saham pertambangan yang terdaftar di
indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan
menggunakan analisis teknikal?
2. Bagaimanakah kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di
indeks
Kompas
100
periode
Januari-Desember
2009
dengan
menggunakan analisis fundamental, selama tiga tahun terakhir (20062008) ?
3. Bagaimanakah nilai intrinsik harga saham pertambangan yang terdaftar
pada indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009
menggunakan analisis fundamental ?
4. Faktor fundamental manakah yang dapat mempengaruhi harga saham
pertambangan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membandingkan pergerakan harga
saham
perusahaan-perusahaan
pertambangan periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada
indeks Kompas 100 dengan menggunakan analisis teknikal.
2. Menganalisis kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks
Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan
analisis fundamental selama tiga tahun terakhir (2006-2008).
5
3. Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahan
pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode
Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental.
4. Mengidentifikasi faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga
saham pertambangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini memberikan informasi bagi pemimpin perusahaan sebagai
bahan kajian dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam
jangka panjang yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.
2. Bagi dunia pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan investasi dalam bentuk saham dan penilaian terhadap
harga saham.
3. Bagi pihak lain
Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan
harga saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor
dalam bentuk dividen ataupun capital gain.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada kinerja perusahaan-perusahaan pertambangan
yang terdaftar di indeks Kompas 100 pada periode Januari-Desember 2009.
Perusahaan-perusahaan pertambangan yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas
100, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI),
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Pada
penelitian ini penulis tidak menganalisis seluruh perusahaan pertambangan
yang terdaftar pada indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009,
karena
penulis
membatasi
penelitian
pada
perusahaan-perusahaan
pertambangan yang sahamnya paling aktif dalam bursa saham.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan
perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen
keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya (Rusdin,
2006). Pasar modal adalah sistem yang mempertemukan pihak yang
memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana untuk
diinvestasikan (Rahardjo, 2009).
Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan pengertian pasar modal
menurut Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, Pasar Modal yaitu
sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
2.2
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang
menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Indeks Harga
Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran
kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu (www.idx.co.id):
a. Sebagai indikator trend pasar.
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
c. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio.
d. Memfasilitasi pembentukan portopolio dengan strategi pasif.
7
2.3
Indeks Kompas 100
Indeks KOMPAS100 merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama
Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100
saham dengan proses penentuan sebagai berikut (www.idx.co.id):
1. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.
2. Saham tersebut termasuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga
Saham Gabungan).
3. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi
serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan
terakhir.
4. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya
menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar.
5. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40
saham dengan mempertimbangkan kinerja
6. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari
hasil perhitungan butir (5) ditambah dengan daftar saham hasil
perhitungan butir (6).
Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS100 akan diperbaharui sekali
dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus.
Perhitungan Indeks KOMPAS100 dimulai pada hari dasar tanggal 2 Januari
2002 dengan nilai dasar 100.
2.4. Saham
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan buku kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atau penghasilan dan
aktiva perusahaan (Rusdin. 2006). Menurut (Siamat, 2005) saham adalah
surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan
terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham atau sering pula
disebut shares merupakan instrumen. Terdapat beberapa jenis saham yang
dapat dipilih oleh investor, antara lain sebagai berikut (Rusdin, 2006):
8
2.2.1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Saham atas unjuk (Bearer Stock), adalah saham yang tidak ditulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindah-tangankan dari satu
investor ke investor lain.
b. Saham atas nama (Registered Stock), adalah saham yang ditulis
dengan jelas siapa pemilikannya. Dimana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang
khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi
kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat
pergantiannya.
2.2.2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan
menjadi :
a. Saham biasa (Common Stock), merupakan suatu sertifikat atau
piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu
perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan.
Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas.
Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang
ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada
saham tersebut .
b. Saham preferen (Preferen Stock), merupakan bentuk gabungan
antara obligasi dan saham. Saham preferen sama dengan saham
biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga
mewakili kepemilikan dari modal. Saham preferen sama dengan
obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku dari
saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki
hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.
2.5. Manfaat investasi pada saham
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan, atau orang yang
menanamkan uangnya sebagai modal (investasi) ke dalam perusahaan. Maka
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan berhak
memperoleh
keuntungan atas investasi yang dilakukannya. Menurut Rusdin (2006),
9
terdapat dua manfaat yang diperoleh seorang investor apabila menanamkan
modalnya dalam bentuk saham, yaitu:
1. Dividen
Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan akan dibagikan
diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui didalam Rapat Umum
Pemegang Saham. Dua jenis dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan
yaitu dividen tunai dan dividen saham. Jika emiten membagikan dividen
kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap
saham yang dimiliki, maka disebut sebagai dividen tunai. Sedangkan
dividen saham adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk saham baru tersebut, yang pada akhirnya akan
meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham.
2. Capital Gain
Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual-beli saham, yaitu berupa
selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham. Oleh
karena itu investor memiliki peluang untuk menikmati capital gain sebagai
akibat atas aktivitas yang terjadi di pasar sekunder. Perbedaan antara harga
jual dan beli saham disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran
terhadap saham tersebut.
2.6. Analisis Teknikal
2.6.1. Definisi Analisis Teknikal
Analisa teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan
grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknis ini
menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investassi
jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta
volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat sutau tren atau
pola atas grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu
keputusan untuk membeli atau menjual saham (Sulistawan dan
Liliana, 2007).
10
Ada tiga prinsip dasar yang melandasi analisis teknikal yang
merupakan suatu pola pikir dan anggapan dasar dalam melakukan
analisis teknikal (Rahardjo, 2009).
1. Market Action Discount Everything
Semua faktor yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi
harga saham telah tercermin dalam harga tersebut. Semua faktor
lingkungan bisnis, baik politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya,
demografi, dan teknologi yang dapat mempengaruhi kondisi
bisnis dan pergerakan harga saham telah tercermin dalam harga
saham tersebut.
2. Price Move In Trends
Harga bergerak dalam suatu kecenderungan arah tertentu dan
akan terus menuju arah yang sama sampai dengan adanya sinyal
pembalikkan atau perubahan arah. Satu kecenderungan arah akan
tetap berlangsung sampai ada suau kekuatan yang memberikan
sinyal bahwa kecenderungan tersebut akan berubah.
3. History Repeat It Self
Sejarah akan berulang, pola-pola pergerakan harga saham yang
terjadi di masa lalu akan berulang kembali di masa mendatang.
Hal ini didasarkan pada psikologi manusia yang mempunyai
kecenderungan untuk tidak berubah dan mengulang hal-hal yang
telah dilakukan di masa lalu.
2.6.2. Jenis Grafik Untuk Analisis Teknikal
Ada beberapa grafik yang sering digunakan untuk melakukan
analisis teknikal suatu saham, antara lain (Rahardjo, 2009) :
1. Grafik Garis (Line Chart)
Grafik garis (line chart) menyajikan pergerakan harga saham
dari waktu ke waktu berupa garis yang menghubungkan titik-titik
yang merupakan harga saham pada saat (hari dan tanggal
tertentu).
Titik-titik
tersebut
biasanya
merupakan
harga
penutupan saham pada hari bersangkutan. Berikut merupakan
contoh line chart (Gambar 2).
11
Gambar 2. Grafik Batang (Line Chart)
Sumber: www.infoanda.com/forexchart/linechart, 2009
2. Grafik Balok (Bar Chart)
Grafik balok (bar chart) merupakan grafik batang yang
menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan (open/O),
harga tertinggi (high/H), harga terendah (low/L), dan harga
penutupan (close/C) dari suatu saham selama suatu periode
tertentu.
Gambar 3. Grafik Balok (Bar Chart)
Sumber: www.forexchart.com/barchart, 2009
Panjang balok (atau garis vertikal) menunjukkan fluktuasi
harga dalam suatu periode, ujung atas menunjukkan harga
tertinggi sedang ujung bawah menunjukkan harga terendah. Garis
horizontal disebelah kiri balok menunjukkan harga pembukaan,
12
sedangkan garis horizontal sebelah kanan balok menunjukkan
harga penutupan. Gambar 3 merupakan visualisasi bar chart.
3. Grafik Lilin
Grafik lilin (candlestick chart) merupakan grafik berbentuk
lilin yang dapat menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga
pembukaan (open/O), harga tertinggi (high/H), harga terendah
(low/L), dan harga penutupan (close/C) dari suatu saham selama
suatu periode tertentu.
Gambar 4. Grafik Lilin (Candlestick Chart)
Sumber: www.forexchart.com/candlestick, 2009
Ada dua macam warna batang lilin, yaitu lilin berwarna
terang yang menunjukkan kecenderungan harga naik karena
harga pembukaan lebih rendah dibandingkan dengan harga
penutupan dan lilin berwarna gelap yang menunjukkan
kecenderungan harga turun karena harga pembukaan lebih tinggi
dibandingkan dengan harga penutupan.
2.6.3. Pembentukan Tren
Tren merupakan arah pergerakan harga pasar saham. oleh karena
itu seorang investor dalam menentukan keputusan investasi sebaiknya
memahami arah pergerakan harga saham. berikut merupakan
pembentukkan tren berdasarkan arah pergerakannya (Sulistawan dan
Liliana, 2007).
13
1. Uptrend, artinya adalah harga saham cenderung bergerak naik.
Pada kondisi ini, sentimen dari kebanyakan investor sedang dalam
kondisi positif
2. Downtrend, artinya harga saham cenderung bergerak turun. Jika
pasar menunjukkan downtrend, sebaiknya pasar tidak melakukan
posisi beli agar terhindar dari kerugian.
3. Sideways Trend, atau pergerakan harga yang stagnan (hanya naik
atau turun pada kisaran harga tertentu).
2.7. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan datadata fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan
badan usaha. Analisis fundamental digunakan untuk menentukan harga yang
tepat bagi saham suatu perusahaan, analis sekuritas harus memprediksi
dividen dan laba yang dapat diharapkan dari perusahaan tersebut. Pada
akhirnya, keberhasilan usaha suatu perusahaan akan menentukan dividen
yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham serta harga saham yang akan
terbentuk di pasar saham.
Prospek suatu perusahaan terkait dengan kondisi ekonomi secara umum.
Maka analisis fundamental harus mempertimbangkan lingkungan bisnis di
mana perusahaan beroperasi. Bagi beberapa perusahaan, lingkungan ekonomi
makro dan industri mungkin mempunyai pengaruh yang lebih besar
dibandingkan kinerja di dalam industri atau dengan kata lain investor
sebaiknya mempertimbangkan gambaran besar ekonomi (Bodie, 2006). Oleh
karena itu, dalam analisis fundamental perlu dilakukan beberapa tahapan
analisis sebagai berikut :
a. Analisis ekonomi makro
Yang termasuk dalam analisis ekonomi makro adalah analisis
terhadap kondisi perekonomian seperti tingkat pertumbuhan ekonomi
negara (PDB), tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan
sebagainya. Analisis ini sangat cocok terhadap kondisi pasar secara
umum dan kinerja saham secara khusus.
14
b. Analisis industri
Analisis industri dilakukan untuk menilai pengaruh dari tingkat
pertumbuhan dan juga persaingan dalam industri tempat perusahaan
berada terhadap tingkat profitabilitas di masa datang. Selain itu analisis
ini juga dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko usaha dalam industri
tersebut. Terdapat beberapa aspek analisis yang dapat digunakan, antara
lain adalah analisis struktural industri, analisis siklus industri, analisis
siklus hidup industri dan analisis tingkat resiko. Salah satu pendekatan
yang sering digunakan dalam analisis industri adalah 5 forces yang
diperkenalkan oleh Michael Porter. Lima aspek tersebut meliputi
persaingan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk
subtitusi, kekuatan tawar pembeli dan kekuatan tawar penjual.
c. Analisis perusahaan
Analisis perusahaan diperlukan untuk menilai posisi dan kinerja
perusahaan dalam industri tersebut. Hal itu dapat diakukan dengan
menganalisis laporan-laporan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut,
terutama
laporan
keuangannya.
Laporan
keuangan
perusahaan
merupakan laporan pertanggung-jawaban manajemen perusahaan kepada
pemilik (share holders) dan para pihak yang berkepentingan atau
pemangku kepentingan (stake holders).
Dalam menganalisis laporan keuangan, hal yang perlu diperhatikan
adalah rasio-rasio keuangan perusahaan melalui data di masa lalu
maupun yang ada saat ini untuk memprediksi kinerja keuangan di masa
yang akan datang. Rasio keuangan dapat dihitung berdasarkan laporanlaporan keuangan yang tersdia diantaranya sebagai berikut (Rahardjo,
2009).
1. Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan
posisi atau kondisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu
(sesuai yang tertera pada Neraca). Neraca mencerminkan sumber
dana yang diperoleh perusahaan dan alokasi/aliran (dalam bentuk
apa) dana tersebut ditanamkan.
15
2. Laporan Laba/Rugi
Laporan Laba/Rugi merupakan laporan keuangan perusahaan yang
menunjukkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu
tertentu (bisa dalam waktu 1 triwulan, 1 semester, 3 triwulan, atau 1
tahun buku). Laporan Laba/Rugi memperlihatkan keuntungan atau
laba (bahkan bisa juga rugi) dalam suatu periode waktu operasi usaha
perusahaan.
Menurut Keown (2004), Analisis rasio keuangan membantu analis
untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan. Selain itu analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk
membimbing investor untuk membuat keputusan atau pertimbangan
tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Rasio-rasio
keuangan yang lazim dikenal dalam dunia keuangan adalah sebagai
berikut.
a) Rasio Likuiditas
Rasio ini membandingkan kas dan aktiva-aktiva yang dapat diubah
dalam bentuk kas pada tahun dimana kewajiban jatuh tempo dan
akan dibayar pada tahun itu juga. Adapun yang termasuk kedalam
rasio likuiditas adalah sebagai berikut.
1) Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities
2) Quick Ratio = (Current Assets – Inventory) / CurrentLiabilities
3) Cash Ratio = Cash / Current Liabilities
b) Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya, pada umumnya menggunakan asumsi yaitu
apabila saat ini perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Adapun
yang termasuk kedalam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut.
1) Debt to asset ratio = Liabilities / Assets
2) Time Interest Earned ratio = EBIT / interest expense
3) Long Term Debt Ratio = Long term debt / Equity
16
c) Rasio Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari
penjualannya.
Adapun
yang
termasuk
kedalam
rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut.
1) Gross Profit Margin = (Sales-COGS) / Sales
2) Profit Margin = Net Operating Income / Net Sales
3) Net Profit Margin = Net Profit after-tax / Net Sales
4) Operating Profit Margin = EBIT / Net Sales
5) ROE = Net Income/Equity
6) ROA = Net Income/ Total Assets
d) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan tingkat
keaktifan dari aktiva
perusahaan, mengukur seberapa cepat pos atau rekening aktiva
tersebut berputar dalam satu periode. Adapun yang termasuk
kedalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut.
1) Total Assets Turnover = Net sales / Total Assets
2) Receivable Turnover = Net Credit Sales / Total Assets
3) Inventory Turnover = COGS / Inventory
4) Working Capital Turnover = Net Sales / (Current AssetsCurrent Liabilities)
5) Fixed Assets Turnover = Net Sales / Fixed Assets
2.8. Penelitian terdahulu
Ganesh (2009) melakukan penelitian mengenai analisis pergerakan harga
saham dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal pada saham
pertambangan diantaranya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi
Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Inco
Indonesia (INCO), PT Timah Tbk (TINS), PT Tambang Batubara Bukit
Asam (PTBA), PT Medco Tbk (MEDC) yang diteliti dapat digunakan
sebagai alat pengembalian keputusan oleh investor. Yaitu untuk menentukan
kapankah waktu yang tepat bagi investor untuk membeli ataupun menjual
saham. Berdasarkan grafik Moving Average Envelope maka dapat diketahui
bahwa sinyal beli terhadap suatu saham terjadi ketika grafik harga
17
memotong ke atas grafik Simple Moving Average dan sebaliknya sinyal jual
terjadi ketika grafik harga memotong ke bawah grafik
Simple Moving
Average. Selain itu implementasi grafik Moving Average Envelope juga
sebagai alat pengambil keputusan untuk cut loss (membatasi) kerugian
ketika harga grafik saham telah memotong Moving Average Envelope ke
bawah.
Sabrini (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Harga Saham
Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis
Fudamental dan Teknikal”. Saham yang diteliti adalah 4 saham industri
rokok yang tercatat di BEI diantaranya PT British American Tobaco
Indonesia Tbk (BATI), PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA).
PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Hadjana Mandala Sampoerna Tbk
(HMSP). Analisis fundamental yang digunakan adalah menggunakan
pendekatan Present Value, Model kelipatan laba (PER), arus kas dan Capital
Asset Pricing Model (CAPM). Sedangkan analisis teknikal yang digunakan
adalah pendekatan moving average. Dengan melihat analisis fundamental
dan teknikal pada industri rokok, secara umum kondisi perusahanperusahaan rokok ada yang mengalami penurunan, stabil dan peningkatan.
Perusahaan yang mengalami penurunan adalah PT British American Tobaco
Indonesia Tbk, yang stabil adalah PT Gudang Garam Tbk, dan yang
mengalami peningkatan adalah PT Bentoel International Investama Tbk dan
PT Hadjana Mandala Sampoerna Tbk.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh
karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan
melalui pembelian efek-efek
yang
baru ditawarkan ataupun yang
diperdagangkan di pasar modal. Investasi dalam bentuk saham merupakan
salah satu kegiatan investasi di pasar modal yang tergolong beresiko tinggi.
Pergerakan harga saham sektor pertambangan merupakan salah satu bentuk
nyata yang membuktikan, bahwa harga saham sangat peka terhadap
perubahan-perubahan yang terkait dengan bisnis tersebut.
Seorang investor yang ingin menginvestasikan dana (modal) dalam bentuk
saham khususnya pada saham sektor pertambangan tentunya akan mencari
informasi mengenai harga saham tersebut, serta kemungkinan pengembalian
atau keuntungan yang akan ia peroleh apabila berinvestasi pada saham
tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi dalam pengambilan keputusan
investasi, maka investor dapat menggunakan analisis teknikal dan analisis
fundamental.
Analisis teknikal digunakan oleh trader untuk dasar pengambilan
keputusan melakukan jual atau beli saham. Analisis ini dapat dilakukan oleh
beberapa metode, diantaranya adalah Simple Moving Average dan Moving
Average Envelope. Hasil yang diperoleh dari analisis teknikal adalah berupa
informasi tentang pergerakan harga saham yang terjadi selanjutnya atau
peramalan harga saham. Sedangkan alat analisis lain yang dapat digunakan
oleh investor adalah analisis fundamental. Para investor saham menggunakan
analisis fundamental untuk dasar pengambilan keputusan pembelian saham,
dan cenderung untuk keputusan jangka panjang.
Pendekatan analisis fundamental yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pendekatan present value, yaitu dengan menggunakan Dividen
Discount Model (DDM). Dari model pendekatan Dividen Discount Model
(DDM) maka dapat dihasilkan informasi tentang nilai intrinsik saham yang
dianalisis. Sehingga nilai intrinsik ini dapat dibandingkan dengan harga
19
Investor
Investasi Saham
Sektor
Pertambangan
Penilaian Harga
Saham
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
- Analisis ekonomi
makro
- Analisis industri
- Analisis perusahaan
Simple Moving
Average
Moving
Average
Envelope
Dividend Discount Model
(DDM)
Nilai intrinsik
Saham
Pergerakan Harga
Saham
Rekomendasi
Srategi
Keputusan
Investasi
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
20
pasar yang ada di pasar modal. Apakah nilai intrinsik lebih mahal dari harga
pasar (undervalued), atau lebih rendah dari harga pasar (overvalued).
Melalui kedua analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental
yang dilakukan maka akan diperoleh informasi yang dapat digunakan oleh
seorang investor dalam menentukan pilihan investasi. Ketepatan dalam
menentukan pilihan investasi akan menentukan keuntungan yang akan
diperoleh investor tersebut.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di
Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder berupa data
time series harian dari bulan Januari sampai Desember 2009, serta data
laporan tahunan perusahaan selama periode 2006-2008.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan tambang yang
terdaftar dalam indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009.
Maka dipilih empat perusahaan yang dijadikan sebagai objek
pengamatan. Keempat perusahaan ini dipilih berdasarkan urutan
tingkat atau frekuensi transaksi, ketersediaan laporan tahunan
perusahaan ,dan data historis harga saham perusahaan tersebut pada
periode 2006-2008 dengan menggunakan metode purposive sampling.
3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel
2007. Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah Analisis
teknikal dan fundamental.
3.2.2.1. Analisis Teknikal
Analisis teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan
Simple Moving Average dan Moving Average Envelope
(Sulistiawan dan Liliana, 2007).
21
3.2.2.1.1. Simple Moving Average
Simple Moving Average (SMA) dihitung dari
penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi
dengan x hari.
SMA (4) = ( P5 + P4 + P3 + P2 + P1) / 5
Keterangan:
SMA (5)
: Rata-rata bergerak sederhana 5 hari
perdagangan sebelumnya.
P5
: Harga saham 5 hari sebelumnya.
P4
: Harga saham 4 hari sebelumnya.
P3
: Harga saham 3 hari sebelumnya.
P2
: Harga saham 2 hari sebelumnya.
P1
: Harga saham 1 hari sebelumnya.
Sinyal jual (dead cross) : garis MA yang lebih kecil
memotong dari arah atas garis MA yang lebih besar
Sinyal beli (golden cross) : garis MA yang lebih
kecil memotong dari arah bawah garis MA yang
lebih besar.
SMA yang digunakan dalam penelitian adalah
periode 5 dan 23 hari. Penentuan periode SMA
tersebut berdasarkan pilihan investor, namun SMA
(5) dan (23) merupakan periode yang sesuai untuk
analisis jangka pendek (triwulan) (Sulistawan dan
Liliana, 2007).
3.2.2.2.2. Moving Average Envelope
Menurut
Sulistiawan
dan
Liliana
(2007)
ketepatan dari penggunaan dari Moving Average
(MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan
bantuan grafik MA yang menggambarkan batas atas
dan batas bawah ini dinamakan Moving Average
Envelope. Batas atas dan batas bawah digunakan
dengan
prosentase
tertentu
dari
MA
yang
22
digunakan. Batas bawahnya dapat berfungsi sebagai
pembatas kerugian untuk menghindari kerugian
yang
lebih
besar,
secara
matematis
dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Batas atas
= MA x 1.05
Batas bawah
= MA x 0.95
Dengan indikator ini, sinyal beli bisa terjadi ketika
grafik harga saham memotong ke atas grafik batas
bawah. Sementara indikator sinyal jual adalah
kebalikan dari kondisi diatas, yaitu grafik harga
saham memotong ke bawah grafik batas atas.
Penggunaan prosentase dalam menentukan batas
atas dan bawah Moving Average pada umumnya
adalah 5% (Sulistawan dan Liliana, 2007).
3.2.2.2. Analisis Fundamental
3.2.2.2.1. Dividend Discount Model-DDM
Dividend Discount Model (DDM) dilakukan
untuk mencari nilai intrinsik (nilai wajar) dari suatu
saham
perusahaan.
mengidentifikasi
Tujuannya
kerelatifan
adalah
untuk
kesalahan
harga
saham terhadap beberapa ukuran nilai saham, yang
dapat diturunkan dari data keuangan yang diamati.
Dividend Discount Model (DDM) merupakan
metode yang digunakan untuk menghitung arus kas
yang akan datang dari dividen saham untuk
mengetahui
nilai
wajarnya.
Model
ini
mengasumsikan bahwa perusahaan mengeluarkan
dividen saat ini dengan pertumbuhan tetap (Bodie,
2006). Model ini dirumuskan sebagai berikut.
…………….…………… (2)
23
Pi = nilai wajar saham
D1 = dividen yang dibayarkan tahun depan
k
= tingkat pengembalian yang diharapkan
investor
g = tingkat pertumbuhan dividen
Nilai D1 diperoleh dengan mengalikan nilai D0
(nilai dividen yang paling akhir dibayarkan)
dengan nilai ( 1 + g ) yang merupakan prediksi
dividen yang akan tumbuh pada tahun depan.
Maka persamaan Gordon Model dapat pula
ditulis sebagai berikut.
………….…………… (3)
Nilai g atau pertumbuhan dividen didapatkan
dengan rumus geometric mean:
G = [(TR1 + 1)(TR2 + 1)....(TRn +1)]1/n - 1
... (4)
Pertumbuhan dividen dari tahun ke tahun
tidak tetap, maka rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai intrinsik adalah sebagai berikut.
D1
(1 k )
Vj
D2
(1 k ) 2
D3
(1 k )3
...
D
(1 k )
……… (5)
n
t
Dt
k )t
1 (1
Dividend Discount Model (DDM) sensitif
terhadap taksiran-taksiran atas variabel yang
digunakan didalamnya. Dengan DDM, pemodal
akan menghitung perbedaan harga untuk saham
yang sama dengan model yang sama pula. Model
ini secara implisit, selain menaksir nilai intrinsik,
juga menentukan harga terminal suatu saham.
Keputusan pemodal dan analis akan ditentukan
nilai
intrinstik,
yang
memperoleh
dengan
24
mendiskontokan dividen, dengan harga pasar
sekarang (current market price) suatu saham.
Jadi, kemungkinan keputusan tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Jika nilai intrinstik lebih besar dari harga pasar
sekarang,
aktiva
atau
saham
dinyatakan
undervalued dan seterusnya dibeli atau ditahan
kalau sudah dimiliki.
2. Jika nilai intrinstik lebih kecil dari harga pasar
sekarang,
aktiva
atau
saham
dinyatakan
overvalued dan seharusnya dihindari membeli
atau sebaiknya segera dijual atau ditahan tetapi
dalam waktu yang sesingkat mungkin.
3. Jika nilai intrinstik sama dengan harga pasar
sekarang, aktiva atau saham tersebut dinilai
secara benar (correctly valued), dan sahamnya
dapat ditahan (hold) dengan harapan pada
waktu yang akan datang harganya akan naik.
Nilai k atau tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor, ditentukan dengan
menggunakan Capital Asset Pricing Model.
3.2.2.2.2. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Model CAPM ditulis sebagai berikut (Keown,
2004).
k = Rf + β ( Rm – Rf )
k
….…………… (6)
= tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko
β
= tingkat resiko siklikal dan operating leverage
emiten
Rm = tingkat pengembalian pasar, dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
25
….…………… (7)
Tingkat pengembalian yang diharapkan investor,
k, merupakan fungsi searah dari beta untuk
mengukur resiko yang tidak dapat terdiversifikasi,
sehingga semakin tinggi resiko yang dihadapi,
semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang
diharapkan, dan sebaliknya.
( Rm-Rf ) adalah bagian dari premi resiko yang
disebut dengan premi resiko pasar sebab hal ini
menunjukkan premi yang harus diterima investor
untuk mengambil resiko rata-rata atas pasar
portofolio aktiva.
Walaupun asumsi
yang
digunakan terlalu
banyak dan pertukaran risk-return yang dijelaskan
dalam model CAPM ini tidak 100% sesuai untuk
semua aktiva pasar, model ini memberikan
kerangka
konseptual
yang
berguna
untuk
mengevaluasi dan menghubungkan resiko dengan
tingkat pengembalian secara umum.
Dalam model ini, terdapat teori bahwa semakin
besar tingkat keuntungan yang diminta oleh
investor, semakin besar pula resikonya. CAPM
menghubungkan resiko yang tidak terdiversifikasi
dan
pengembalian
untuk
semua
aktiva.
Pembahasannya terdiri dari:
1. Beta, yaitu pengukuran dari resiko yang tidak
dapat terdiversifikasi yang merupakan indeks
dari pergerakan pengembalian aktiva karena
adanya perubahan dalam pengembalian pasar.
Beta untuk pasar selalu dipertimbangkan sama
dengan 1, dan beta aktiva lain dipandang dalam
26
kaitannya dengan beta pasar itu. Beta aktiva
dapat memiliki nilai positif atau negatif, tetapi
secara normatif beta adalah positif. Beta positif
artinya pergerakan return aktiva searah dengan
return pasar, jika pasar mengalami kenaikan,
maka nilai aktiva tersebut juga ikut mengalami
kenaikan. Beta negatif, sebaliknya, memiliki
arah berlawanan dengan pasar, bila pasar
mengalami kenaikan, aktiva dengan beta
negatif justru mengalami penurunan. Pada
umumnya beta terletak pada skala 0,5 sampai
2,0.
Persamaan
yang
digunakan
untuk
memperoleh koefisien beta ini adalah dengan
menggunakan metode regresi linear sederhana
dengan mencari nilai koefisien korelasi dua
variabel (r) dengan variabel independen adalah
nilai IHSG dan variabel dependen nilai saham
per penutupan setiap hari.
2. Menghitung tingkat keuntungan portofolio
pasar. Sebagai acuan, sering dipergunakan
tingkat
keuntungan rata-rata dari seluruh
kesempatan investasi yang tersedia di pasar
modal atau indeks harga saham gabungan.
3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi
yang bebas resiko. Sebagai acuan, sering
digunakan tingkat keuntungan dari sekuritas
yang
nilainya
dijamin
oleh
setempat.
4. Menaksir arus kas yang diharapkan.
pemerintah
27
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk
4.1.1.1. Informasi Umum Perusahaan
Perusahaan perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk
disingkat
PT
Antam
Tbk
adalah
sebuah
perusahaan
pertambangan yang menjalankan usahanya di Indonesia,
perusahaan ini berdiri pada tanggal 05 Juli 1968. PT Antam
Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan
mineral terdiversifikasi, dengan kegiatan yang terintegrasi
secara vertikal.
4.1.1.2. Pemegang Saham
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pertama kali
tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1997.
Pemegang saham terbesar ANTM adalah Negara Republik
Indonesia, yaitu dengan proporsi sebesar 65%. Beberapa
pemegang saham utama ANTM antara lain, State Street Bank
and Trust for The Bene (2.0%), The Northern Trust S/A
AVFC (2.0%), PT Jamsostek (Persero) (1.4%), dan sisanya
tercatat sebagai saham beredar.
4.1.1.3. Ringkasan Keuangan
Kinerja keuangan PT Antam Tbk pada tahun 2008
mengalami penurunan, hal ini terkait dengan menurunnya
harga komoditas di tahun 2008. Walaupun mengalami
penurunan dalam kinerja keuangan, PT Antam Tbk tetap
membagikan dividen bagi pemegang sahamnya (Tabel 1).
4.1.1.4. Produk Perusahaan
Produk-produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel
kadar tinggi, bijih nikel kadar rendah, emas, perak dan bauksit.
Operasi Antam terbagi atas lima unit usaha strategis (strategic
business units, SBUs), yaitu: (i) nikel; (ii) emas; (iii)
28
pemurnian dan pengolahan logam mulia; (iv) bauksit; dan (v)
eksplorasi.
Tabel 1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk Selama
2006-2008.
Deskripsi
Penjualan Bersih
Laba Kotor
Laba Usaha
Laba Bersih
Laba Bersih per
CSaham
CDividen per Saham
a
Harga Saham (Rp)
t
ROA (%)
t
ROE (%)
C
2006
5,629.40
2,741.47
2,403.69
1,552.78
2007
12,008.20
7,329.38
6,776.84
5,118.99
2008
9,591.98
2,651.18
1,454.13
1,368.14
162.79
65.12
8,000
22.68
42.48
536.67
215.23
4,475
52.95
78.56
143.48
57.37
1,090
12.28
16.27
atatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham,
dividen per saham dan rasio
Sumber : www.antam.com, Laporan Tahunan 2008 PT
Antam Tbk
4.1.2. PT Bumi Resources Tbk
4.1.2.1. Informasi Umum
PT Bumi Resources Tbk (“Perseroan”), berkedudukan di
Jakarta, berdiri pada tanggal 26 Juni 1973. PT Bumi
Resources Tbk merupakan salah satu perusahaan besar di
Indonesia yang bergerak dalam bidang penambangan material
logam dan mineral alam.
4.1.2.2. Pemegang Saham
BUMI melakukan Penawaran Umum Perdana Saham yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada 30 Juli 1990 .
Kepemilikan saham pada PT Bumi Resources antara lain
sebagai berikut, saham milik publik yaitu sebesar 73.89%
dengan jumlah lembar saham sebanyak 14.337.615.600
lembar. PT Bakrie and Brothers Tbk yaitu sebesar 14.28%,
dan sisanya tercatat sebagai saham beredar.
29
4.1.2.3. Ringkasan Keuangan
Total pendapatan PT Bumi Resources Tbk tahun 2008
meningkat 49% dari tahun 2007 menjadi Rp 36,993.40 miliar.
Kegiatan usaha utama perusahaan dalam usaha pertambangan
telah menghasilkan laba dan arus kas yang meningkat dalam
periode 2006-2008.
Tabel 2. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk Selama
2006-2008.
Deskripsi
Pendapatan
Laba Kotor
Laba Usaha
Laba Bersih
Laba Bersih per
Saham
Dividen per Saham
Harga Saham (Rp)
ROA (%)
ROE (%)
2006
16,700.99
4,775.58
2,953.91
2,005.19
2007
21,338.44
7,114.35
3,819.18
7,431.63
2008
36,993.40
17,660.48
12,129.48
7,066.75
103.37
16
900
8.84
61.76
405.68
111
6,000
27.98
70.32
368.14
50.6
910
12.13
40.93
Catatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham,
dividen per saham dan rasio
Sumber : www.bumiresources.com, Laporan Tahunan 2008
PT Bumi Resources Tbk
4.1.2.4. Produk Perusahaan
PT Bumi Resources Tbk adalah perusahaan yang
bergerak
dalam
bidang
minyak,
gas
alam
dan
pertambangan. BUMI memproduksi batubara dengan
bermutu
tinggi,
namun
dalam
menjalankan
usaha
perusahaan ini pun melakukan diversifikasi dalam sektor
pertambangan seperti tembaga, emas, biji besi, timah, seng,
dan coal-bed methane (CBM).
30
4.1.3. PT Bukit Asam (Persero) Tbk
4.1.3.1. Informasi Umum
PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan
milik
negara
yang
bertujuan
mengembangkan
usaha
pertambangan nasional khususnya batubara. Sesuai dengan
program pengembangan ketahanan energi nasional, pada tahun
1993
Pemerintah
menugaskan
Perseroan
untuk
mengembangkan usaha briket batubara. PTBA berdiri sejak 2
Maret 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen
batubara di Indonesia.
4.1.3.2. Pemegang Saham
Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan tercatat sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode
“PTBA”. Masyarakat memegang 34,98% saham PTBA
sedangkan sisanya 65,02% dimiliki negara. Pemegang saham
terbesar pada PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk adalah
pemerintah, yaitu negara Republik Indonesia yaitu sebesar
65.02%. Sementara
investor domestik memiliki proporsi
sebesar 21.36% dan investor asing memiliki proporsi sebesar
13.62%.
4.1.3.4. Ringkasan Keuangan
PT Bukit Asam (Persero) Tbk membukukan laba bersih
tahun 2008 sebesar Rp 1,7 triliun atau tumbuh 135,2 persen
dibandingkan tahun 2007, seiring dengan peningkatan volume
produksi dan penjualan yang signifikan serta tingkat efisiensi
operasional yang semakin baik (Tabel 3).
4.1.3.5. Produk Perusahaan.
Perseroan memiliki beberapa jenis produk batubara yang
dibedakan berdasarkan kualitas yang terkandung didalamnya.
Selain batubara, perusahaan juga memproduksi briket. Jenis
31
briket yang diproduksi oleh Perseroan terdiri dari Briket
Karbonisasi dan Briket Non-Karbonisasi.
Tabel 3. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk Selama
2006-2008.
Deskripsi
Penjualan Bersih
Laba Kotor
Laba Usaha
Laba Bersih
Laba Bersih per
Saham
Dividen per Saham
Harga Saham (Rp)
ROA (%)
ROE (%)
2006
3,533.48
1,335.07
656.78
485.67
2007
4,123.86
1,622.83
896.98
726.21
2008
7,216.22
3,530.09
2,493.94
1,707.77
211
105
3,525
15.6
21.2
315
165
12,000
18.3
27.1
741
371.05
6,900
28
42.7
Catatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham,
dividen per saham dan rasio
Sumber : www.ptba.co.id, Laporan Tahunan 2008 PT Bukit
Asam Tbk.
4.1.4. PT Timah Tbk
4.1.4.1. Informasi Umum
PT Timah (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 2 Agustus
1976, PT Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau
eksplorasi timah. PT Timah Tbk merupakan perusahaan
tambang timah yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai
dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga
pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berkelanjutan.
4.1.4.2. Pemegang Saham
Perusahaan melakukan penawaran saham perdana pada 19
Oktober 1995. Semenjak itu, 35% saham perusahaan dimiliki
oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya
masih dimiliki oleh negara Republik Indonesia.
32
4.1.4.3. Ringkasan Keuangan
Keuangan PT Timah Tbk selama periode 2006-2008
mengalami penurunan. Lebih rendahnya laba bersih Perseroan
pada tahun 2008 tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja
penjualan perseroan akibat dari turunnya harga logam timah
dunia.
Tabel 4. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk Selama 20062008.
Deskripsi
Pendapatan Bersih
Laba Kotor
Laba Usaha
Laba Bersih
Laba Bersih per
Saham
Dividen per Saham
Harga Saham (Rp)
ROA (%)
C ROE (%)
2006
4,076.43
665.07
381.22
208.15
2007
8,542.39
3,176.05
2,732.64
1,784.59
2008
9,053.08
2,718.63
2,070.20
1,342.36
414
207
4,425
355
177
28,700
267
133
1,080
6.0
12.4
35.5
53.1
23.2
35.1
atatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham,
dividen per saham dan rasio
Sumber : www.timah.com, Laporan Tahunan 2008 PT
Timah Tbk
4.1.4.4. Produk Perusahaan
PT Timah Tbk merupakan produsen timah namun selain
penambangan timah,
perusahaan juga
bergerak dalam
eksplorasi batubara dan emas. Perusahaan membentuk tiga
anak perusahaan yang memulai kegiatan usaha komersial
sejak tanggal 1 Juli 1998.
4.2. Analisis Teknikal
4.2.1. Simple Moving Average
A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Selama periode 05 Januari – 30 Desember 2009,
pergerakan saham ANTM menunjukkan berbagai aktivitas
transaksi jual ataupun beli terhadap saham tersebut. Teknik
Moving Average (MA) digunakan untuk melihat perpotongan
33
dua buah garis MA, dalam penelitian ini menggunakan MA
(5) dan MA (23). Berdasarkan grafik dibawah ini, selama
periode 05 Januari – 30 Desember 2009 saham ANTM
menunjukkan 6 titik golden cross atau signal bullish dan 6
titik dead cross atau sinyal bearish.
1300
1250
1200
1150
1100
1050
1000
950
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT
Aneka Tambang Tbk
Pergerakan harga saham ANTM periode Januari-Maret
2009 menunjukkan tren mendatar. Pada tanggal 12 Februari
2009 grafik menunjukkan golden cross atau sinyal beli dan
harga terus bergerak naik. Kemudian pada tanggal 11 Maret
2009
menunjukkan sinyal jual atau dead cross. Namun
grafik kembali menunjukkan sinyal beli, yaitu pada tanggal
31 Maret 2009.
2750
2450
2150
1850
1550
1250
950
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 2. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT
Aneka Tambang Tbk
34
Tren naik terus berlanjut sampai dengan Juni 2009,
sehingga masih disarankan untuk membeli saham tersebut.
Namun pada tanggal 22 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal
jual, maka
kegiatan membeli saham tersebut dapat
dihentikan dan beralih untuk menjual saham tersebut.
2800
2600
2400
2200
2000
1800
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 3. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT
Aneka Tambang Tbk
Pada tanggal 24 Juli 2009 grafik kembali menunjukkan
sinyal beli (golden cross). Tren menurun kembali terjadi,
melalui grafik dapat dilihat bahwa pada garis MA (23) berada
diatas garis MA (5), dan pada akhirnya pada tanggal 01
September 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal jual.
2700
2550
2400
2250
2100
1950
1800
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 4. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT
Aneka Tambang Tbk
Grafik 4 menunjukkan harga saham ANTM cenderung
menurun, namun tidak terjadi penurunan secara signifikan
sehingga grafik menunjukkan tren mendatar (sideways trend).
35
Pada tanggal 10 Desember 2009 terjadi sinyal jual dan grafik
menunjukkan bahwa sampai dengan akhir periode 2009 garis
MA (23) berada di atas garis MA (5), sehingga disarankan
untuk menjual saham tersebut. Berikut merupakan simulasi
dalam investasi saham ANTM dengan modal Rp. 4.440.000.
Tabel 5. Simulasi investasi saham ANTM
Tanggal
Beli
Harga
Jumlah
(Rp)
(Lot)
Total (Rp)
Tanggal
Jual
Harga
Jumlah
(Rp)
(Lot)
Total
(Rp)
Untung/Rugi
(Rp)
Cost
0.5%
12-Feb-09
1110
8
4,440,000
11-Mar-09
1070
8
4,280,000
-160,000
-800
31-Mar-09
1090
8
4,360,000
22-Jun-09
1970
8
7,880,000
3,520,000
17,600
24-Jul-09
2100
8
8,400,000
1-Sep-09
2250
8
9,000,000
600,000
3,000
Net Profit
(Rp)
159,200
3,502,400
597,000
3,940,200
Jumlah
Keterangan : Data diolah
B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Grafik 5 menunjukkan bahwa pada awal periode 2009
sampai dengan pertengahan bulan Maret 2009, harga saham
BUMI tidak mengalami pergerakan secara signifikan dan
cenderung mengalami tren mendatar atau sideways trend.
1500
1450
1400
1350
1300
1250
1200
1150
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 5. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT
Bumi Resources Tbk
Pada tanggal 16 Maret 2009 terjadi perpotongan antara
garis MA (5) dan MA (23), yang menunjukkan titik golden
cross. Kondisi tersebut menunjukkan sinyal bullish atau tren
naik, maka disarankan untuk membeli saham BUMI.
36
2200
2000
1800
1600
1400
1200
1000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 6. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT
Bumi Resources Tbk
Tren naik terus berlanjut sampai dengan 22 Juni 2009,
dan masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun
pada tanggal 23 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual
dan disarankan untuk menjual saham tersebut. Sinyal beli
kembali terjadi pada tanggal 02 Juli 2009. Harga terus
bergerak naik dan menunjukkan kondisi bullish.
Selama periode Agustus-September 2009 harga saham
BUMI
menunjukkan
sideways
trend
atau
cenderung
mendatar. Namun pada tanggal 11 September 2009 terjadi
golden cross, kemudian harga terus bergerak naik maka
disarankan untuk membeli saham tersebut.
2550
2400
2250
2100
1950
1800
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 7. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT
Bumi Resources Tbk
Tren naik tersebut terus berlangsung sampai dengan
pertengahan bulan Oktober 2009, kemudian pada 27 Oktober
37
2009 grafik kembali menunjukkan dead cross atau suatu
kondisi yang menunjukkan tren menurun. Pada saat ini
disarankan untuk menjual saham BUMI, karena pergerakan
harga saham menunjukkan sinyal bearish.
2550
2500
2450
2400
2350
2300
2250
2200
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 8. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT
Bumi Resources Tbk
Grafik 8 menunjukkan bahwa pada tanggal 18 November
2009 sinyal beli kembali terjadi. Walaupun sempat terjadi
sinyal jual sebanyak 1 kali pada bulan Desember 2009,
namun harga saham BUMI menunjukkan tren naik sampai
dengan akhir periode 2009. Sehingga masih disarankan untuk
membeli saham BUMI, dengan harapan harga akan terus
bergerak
naik.
Selama periode 2009,
saham BUMI
mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross.
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Harga saham PTBA pada awal periode 2009 cenderung
bergerak stagnan. Periode Februari 2009 grafik menunjukkan
tren naik, hal ini terlihat dengan letak garis MA (5) berada
diatas garis MA (23).
Namun pada awal Maret grafik
menunjukkan sinyal bearish atau terjadi tren penurunan,
kondisi ini tidak berlangsung lama karena rentang antar garis
MA (5) dan garis MA (23) tidak terlalu jauh. Hal ini terbukti,
karena pada tanggal 03 April 2009 grafik kembali
menunjukkan golden cross, sehingga tren naik terus terjadi
38
dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu sampai dengan
bulan Juni 2009. Saat kondisi ini disarankan untuk membeli
saham tersebut. Namun sinyal jual kembali terjadi yaitu
tepatnya pada tanggal 23 Juni 2009.
9000
8500
8000
7500
7000
6500
6000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 9. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT
Bukit Asam Tbk
14000
13000
12000
11000
10000
9000
8000
7000
6000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 10. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT
Bukit Asam Tbk
Selama periode Juli-September 2009 terdapat 2 kali
sinyal beli dan 1 kali sinyal jual. Grafik 11 menunjukkan
bahwa pergerakan harga pada periode Agustus-September
cenderung stagnan.
Pada tanggal 18 September 2009 grafik menunjukkan
golden cross atau terjadi sinyal beli. Tren naik tersebut
berlanjut sampai dengan akhir periode Desember 2009.
Maka disarankan untuk mempertahankan saham PTBA,
sampai dengan grafik kembali menunjukkan sinyal bearish.
39
16000
15000
14000
13000
12000
11000
10000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 11. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT
Bukit Asam Tbk
19000
18000
17000
16000
15000
14000
13000
12000
11000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 12. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT
Bukit Asam Tbk
D. PT Timah Tbk
1300
1250
1200
1150
1100
1050
1000
950
900
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 13. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT
Timah Tbk
40
Grafik 13 menunjukkan bahwa saham TINS pada awal
periode 2009 menunjukkan tren mendatar namun cenderung
menurun, hal ini ditunjukkan melalui grafik yaitu bahwa garis
MA (5) berada dibawah garis MA (23). Selama periode
Februari-Maret grafik MA (23) berada diatas grafik MA (5),
hal ini menunjukkan bahwa harga saham TINS mengalami
kondisi bearish. Namun pada 25 Maret 2009 grafik kembali
menunjukkan adanya golden cross, maka kondisi bullish
terjadi dan dalam kondisi ini disarankan untuk membeli
saham tersebut.
2500
2300
2100
1900
1700
1500
1300
1100
900
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 14. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT
Timah Tbk
2400
2300
2200
2100
2000
1900
1800
1700
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 15. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT
Timah Tbk
Grafik 14 menunjukkan bahwa pada tanggal 23 Juni
terjadi dead cross dan menunjukkan tren menurun. Aksi jual
terus berlanjut sampai dengan bulan Juli 2009, namun pada
41
tanggal 27 juli 2009 grafik kembali menunjukkan golden
cross. Selama bulan September 2009, harga saham TINS
cenderung stagnan atau menunjukkan tren mendatar.
Pada periode Oktober-Desember 2009 harga cenderung
stagnan, namun menunjukkan tren menurun. Yaitu bahwa
pada periode tersebut, garis MA (23) berada di atas MA (5).
Maka disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama
periode 2009, terjadi sinyal jual sebanyak 3 kali dan sinyal
beli sebanyak 3 kali.
2400
2300
2200
2100
2000
1900
1800
1700
1600
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 16. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT
Timah Tbk
4.2.2. Moving Average Envelope
Moving
Average
Envelope
membantu
dalam
mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold. Yaitu suatu
keadaan yang menandakan harga tidak dapat lagi melanjutkan
tren, karena harga dinilai sudah terlalu mahal atau terlalu murah.
Ketika down trend terjadi akan ada suatu titik dimana harga
akan berhenti turun dikarenakan harga sudah terlalu murah dan
akan timbul kerugian, hal ini dinamakan oversold. Sedangkan
overbought adalah kondisi sebaliknya, yaitu ketika harga sudah
terlalu mahal dan mencapai titik dimana pembeli sudah tidak
ingin membeli. Amplop menentukan batas atas dan batas bawah
dalam
pergerakan
prosentase yang tetap.
harga
saham,
dengan
menggunakan
42
A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Pergerakan harga saham ANTM selama periode JanuariMaret 2009 cenderung stagnan. Grafik menunjukkan terjadi 1
kali sinyal beli yang kuat selama periode tersebut, yaitu pada
tanggal 25 Februari 2009.
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 17. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Aneka
Tambang Tbk
Pada tanggal 13 Mei 2009 terjadi kondisi overbought
karena harga dinilai sudah terlalu mahal, sehingga disarankan
untuk menjual saham tersebut. Selama periode April-Juni
2009 terjadi dua kali sinyal beli sangat kuat.
2600
2300
2000
1700
1400
1100
800
500
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Aneka
Tambang Tbk
43
2900
2700
2500
2300
2100
1900
1700
1500
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 19. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT
Aneka Tambang Tbk
3000
2800
2600
2400
2200
2000
1800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 20. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT
Aneka Tambang Tbk
Grafik 19 menunjukkan bahwa pada periode JuliSeptember 2009 pergerakan harga saham ANTM cenderung
stagnan, hal ini ditandai oleh jarak antar amplop yang hampir
berhimpit. Sinyal jual terjadi pada tanggal 14 Agustus 2009.
Selama Januari-Desember 2009 terdapat 4 kali kondisi
overbought atau sinyal jual sangat kuat.
B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Pada periode Januari-Maret 2009 pergerakan harga saham
BUMI cenderung stagnan. Grafik 22 menunjukkan bahwa
pada tanggal 04 Mei 2009 mengindikasikan kondisi
overbought atau sinyal jual kuat, yaitu terjadi ketika grafik
harga saham memotong ke bawah grafik batas atas.
Sedangkan pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli,
44
karena harga saham memotong ke atas grafik batas bawah.
Sinyal jual sangat kuat terjadi 3 kali sepanjang periode
Januari-Desember 2009.
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 21. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bumi
Resources Tbk
2400
2200
2000
1800
1600
1400
1200
1000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 22. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bumi
Resources Tbk
2700
2500
2300
2100
1900
1700
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 23. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bumi
Resources Tbk
45
2900
2700
2500
2300
2100
1900
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 24. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bumi
Resources Tbk
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
8600
8300
8000
7700
7400
7100
6800
6500
6200
5900
5600
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 25. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bukit
Asam Tbk
Grafik 25 menunjukkan terjadi sinyal beli sangat kuat,
yaitu pada tanggal 04 Maret 2009. Sedangkan sinyal jual
terjadi pada tanggal 08 Februari 2009. Namun pergerakan
harga saham PTBA selama periode Januari-Maret 2009
menunjukkan tren mendatar.
Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal beli sangat
kuat sebanyak 2 kali dan grafik menunjukkan tren naik.
Kondisi overbought terjadi pada tanggal 05 Juni 2009, yaitu
ketika harga dinilai sudah terlalu mahal dan sinyal jual sangat
kuat dapat dilihat melalui grafik. Sedangkan pada tanggal 25
Juni terjadi sinyal beli sangat kuat. Jarak antar amplop pun
46
cenderung berhimpit, hal ini menunjukkan bahwa naikturunnya harga tidak terjadi secara signifikan
14900
14000
13100
12200
11300
10400
9500
8600
7700
6800
5900
5000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 26. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bukit
Asam Tbk
Sinyal jual terjadi sebanyak 1 kali selama periode Juli 2009
dan harga saham TINS menunjukkan tren naik. Pada periode
Agustus-September 2009 grafik menunjukkan sideways trend,
namun pada tanggal 17 September 2009 terjadi sinyal jual.
Sedangkan pada akhir periode Desember 2009 harga saham
PTBA cenderung bergerak naik.
15800
14900
14000
13100
12200
11300
10400
9500
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 27. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bukit
Asam Tbk
47
19200
18400
17600
16800
16000
15200
14400
13600
12800
12000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 28. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009
PT Bukit Asam Tbk
D. PT Timah Tbk (TINS)
Pergerakan harga saham TINS pada periode JanuariMaret 2009 cenderung stabil dengan volatilitas yang rendah.
Hal ini ditunjukkan melalui jarak antar amplop yang
cenderung berhimpit. Grafik 29 menunjukkan bahwa pada
tanggal 16 Januari 2009 terjadi sinyal beli. Pada tanggal 24
Juni 2009 terdapat sinyal beli sangat kuat, ditunjukkan
melalui grafik harga saham yang memotong ke atas grafik
batas bawah.
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 29. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Timah
Tbk
Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal jual
sebanyak 7 kali. Grafik 31 menunjukkan bahwa terjadi sinyal
beli sebanyak 3 kali, namun harga saham TINS cenderung
bergerak stagnan selama periode tersebut. Sedangkan selama
48
periode Oktober-Desember 2009 terjadi sinyal beli sebanyak
satu kali.
2600
2300
2000
1700
1400
1100
800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 30. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Timah
Tbk
2600
2400
2200
2000
1800
1600
1400
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 31. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT
Timah Tbk
2600
2400
2200
2000
1800
1600
1400
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 32. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT
Timah Tbk
49
4.2.3. Peramalan Pergerakan Harga Saham
4.2.3.1. Simple Moving Average (SMA)
A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Grafik harga saham ANTM pada periode Januari-Maret
2010 menunjukkan tren cenderung mendatar, Pada tanggal
23 Februari 2010 terjadi sinyal beli dan menunjukkan
uptrend. Hal ini cenderung serupa dengan pergerakan harga
saham ANTM pada periode Januari-Maret 2009 (Grafik
33).
2600
2400
2200
2000
1800
harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 33. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT
Aneka Tambang Tbk.
2600
2400
2200
2000
1800
1600
Harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 34. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT
Aneka Tambang Tbk.
Pada awal April-Mei 2009 saham ANTM mengalami
mengalami
pertengahan
tren
menaik,
Mei-Juni
2009
namun
saham
kemudian
pada
ANTM
mulai
50
mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan yang terjadi
pada April-Mei 2010 saham ANTM menunjukkan uptrend,
namun pada bulan Juni harga mulai bergerak turun (Grafik
34).
B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Pada periode Januari-Maret 2009 grafik harga saham
mengalami satu titik sinyal jual dan sinyal beli, namun pada
periode tersebut grafik menunjukkan tren mendatar. Dan
pada periode April-Mei 2009, grafik menunjukkan tren
menaik, sedangkan pada bulan Juni 2009 saham BUMI
mengalami down trend. Pergerakan harga saham BUMI
pada
tahun 2009
dapat
digunakan
investor
memprediksi tren pergerakan harga saham
untuk
BUMI pada
tahun 2010 yang menunjukkan tren mendatar pada periode
Januari-Maret 2010 (Grafik 35). Dan pada bulan April
grafik menunjukkan uptrend, sedangkan pada bulan Juni
2010 menunjukkan tren menurun (Grafik 36). Maka hal ini
menunjukkan bahwa analisis teknikal memliki prinsip
History Repeat it Self.
3000
2800
2600
2400
2200
2000
1800
Harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 35. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT
Bumi Resources Tbk.
51
2600
2400
2200
2000
1800
1600
Close
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 36. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT
Bumi Resources Tbk.
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
18500
18000
17500
17000
16500
16000
15500
15000
Close
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 37. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT
Bukit Asam Tbk.
19500
19000
18500
18000
17500
17000
16500
16000
15500
15000
harga
SMA (5)
sma 23
Grafik 38. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT
Bukit Asam Tbk.
Pergerakan saham PTBA pada triwulan I 2009 cenderung
mengalami penurunan, namun menunjukkan tren mendatar.
52
Sedangkan selama periode April-Juni 2009 harga saham
PTBA mengalami uptrend.
Hal ini dapat digunakan investor dalam memprediksi tren
pergerakan harga saham PTBA serta keputusan menjual
ataupun membeli pada tahun 2010. Pada triwulan I 2010
saham PTBA cenderung mengalami sideways trend,
sedangkan
pada
periode
April-Mei
2010
grafik
menunjukkan tren menaik. Hal ini ditandai dengan garis
Moving Average (MA) (5) berada diatas MA (23). Pada
awal bulan Juni harga mulai mengalami penurunan kembali.
Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun 2009.
D. PT Timah Tbk (TINS)
Pada awal periode 2009 saham TINS mengalami tren
cenderung
mendatar
dan
pada
bulan
Maret
grafik
menunjukkan terjadinya golden cross. Sedangkan pada
periode April-Mei 2009 saham TINS mengalami tren
menaik, dan kembali mengalami penurunan pada bulan Juni
2009.
2400
2200
2000
1800
harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 39. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT
Timah Tbk.
Hal ini serupa dengan yang terjadi pada 2010, pada awal
periode 2010 saham TINS menunjukkan sideways trend
(Grafik 39). Pada bulan April-Mei 2010 saham TINS
mengalami tren menaik dan pada bulan Juni 2010 mulai
53
mengalami tren menurun kembali. Maka hal ini sesuai
dengan yang terjadi pada tahun 2009, maka tren pergerakan
harga saham TINS pada tahun 2009 dapat digunakan
investor dalam meprediksi tren pergerakan harga saham
TINS pada tahun 2010.
2900
2700
2500
2300
2100
1900
1700
harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 40. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010
PT Timah Tbk.
4.2.3.2. Moving Average Envelope (MAE)
A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Sedangkan melalui indikator MAE grafik saham ANTM
tahun 2009 menghasilkan 2 titik sinyal beli dan 2 titik sinyal
jual. Pada periode triwulan I 2009 grafik menunjukkan tren
mendatar, sedangkan pada tahun 2010 grafik harga saham
ANTM hanya menunjukkan 1 titik sinyal jual. Atau
cenderung telat dalam menentukan keputusan jual atau beli
saham.
Karena sinyal jual terjadi setelah harga berhenti bergerak
turun, dan bahkan setelah muncul sinyal jual harga saham
ANTM ternyata mulai kembali bergerak naik. Sedangkan
pada periode Apri 2010 harga saham ANTM menunjukkan
tren menaik. Sedangkan pada tanggal 10 Mei 2010 terdapat
sinyal beli, namun harga masih bergerak turun. Maka sinyal
jual-beli yang dihasilkan melalui indikator MAE cenderung
telat atau dapat menghasilkan sinyal palsu.
54
2500
2300
2100
1900
1700
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 41. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Aneka
Tambang Tbk
2800
2600
2400
2200
2000
1800
1600
Harga
MA
MA+5
MA-5%
Grafik 42. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Aneka
Tambang Tbk
B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Pergerakan harga saham BUMI pada periode triwulan I
2009 menunjukkan tren mendatar dan menghasilkan satu titik
sinyal jual. Sedangkan pada periode April-Juni 2009 BUMI
menunjukkan tren menaik. Hal ini dapat digunakan untuk
memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun
2010, dan melalui Grafik 43 ditunjukkan bahwa pada periode
Januari-Maret 2010 BUMI mengalami tren mendatar. Namun
sinyal beli cenderung telat, karena harga mulai bergerak naik
55
pada awal Maret sedangkan sinyal beli baru muncul pada
akhir Maret 2010.
3100
2900
2700
2500
2300
2100
1900
1700
Harga
MA
MA+5
MA-5%
Grafik 43. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bumi
Resources Tbk
Pada
periode
April-Mei
2010
tren
saham
BUMI
cenderunng mendatar, dan menunjukkan penurunan pada awal
Juni 2010. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada pergerakan
harga BUMI pada triwulan II 2009. Maka pergerakan harga
saham BUMI pada tahun 2009 dapat digunakan untuk
memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun
2010.
2800
2600
2400
2200
2000
1800
1600
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 44. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bumi
Resources Tbk
56
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Tren pergerakan harga saham PTBA pada periode
Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Sedangkan
pada triwulan II 2009 grafik saham PTBA menunjukkan tren
menaik dan pada bulan Juni kembali menujukkan tren
menurun.
19500
19000
18500
18000
17500
17000
16500
16000
15500
15000
14500
14000
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 45. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bukit Asam
Tbk
21000
20500
20000
19500
19000
18500
18000
17500
17000
16500
16000
15500
15000
14500
14000
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 46. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bukit Asam
Tbk
Sehingga tren pada tahun 2009 dapat digunakan untuk
memprediksi tren pergerakan pada tahun 2010. Dan hal ini
dapat dibuktikan bahwa prinsip analisis teknikal yaitu history
57
repeat it self dapat digunakan, karena tren pergerakan harga
saham pada tahun 2009 kembali terulang pada tahun 2010.
D. PT Timah Tbk (TINS)
Selama periode triwulan I 2009 harga saham TINS
menunjukkan tren mendatar dan pada pada periode April-Mei
2009 saham TINS menunjukkan tren menaik. Namun
kembali menurun pada bulan Juni 2009.
2500
2300
2100
1900
1700
1500
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 47. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Timah Tbk
2900
2700
2500
2300
2100
1900
1700
1500
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 48. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Timah Tbk
Tren pergerakan pada tahun 2009 dapat digunakan untuk
memprediksi pergerakan harga saham TINS pada tahun 2010.
Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa tren pergerakan harga
saham TINS pada tahun 2010 sesuai dengan pergerakan
58
harga saham TINS pada tahun 2009. Namun indikator MAE
cenderung telat dalam menunjukkan sinyal jual ataupun
sinyal beli atau dengan kata lain terkadang menunjukkan
sinyal palsu. Yaitu pada tanggal 17 Februari 2010 indikator
MAE menunjukkan sinyal jual namun ternyata harga
cenderung bergerak naik, sedangkan pada tanggal 27 Mei
2010 grafik menunjukkan sinyal beli namun ternyata harga
bergerak cenderung stagnan.
4.3. Analisis Fundamental
4.3.1. Analisis Makro Ekonomi
Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh
perusahaan beroperasi. Kondisi perekonomian makro sangat
penting dalam menentukan kinerja investasi. Indonesia sebagai
sebuah negara yang merupakan tempat bagi PT Aneka Tambang
Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT
Timah Tbk menjalankan bisnisnya, memiliki kondisi makro yang
baik. Beberapa variabel ekonomi penting yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi perekonomian makro antara lain sebagai
berikut.
4.3.1.1. PDB
Tabel 6. Produk Domestik Bruto Tahun 2005-2010
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
PDB
(dalam juta rupiah)
2,774,281.10
3,339,216.80
3,949,321.40
4,954,028.90
5,613,400.00
5,981,400.00
Kenaikan
(%)
20.36
18.27
25.44
13.31
6.56
*) dalam asumsi makro, www.fiskal.depkeu.go.id.
Sumber : www.bps.go.id, PDB Indonesia
Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tercatat 5.5% dan
4.1% bersumber pada komponen ekspor barang dan jasa.
Penerimaan ekspor pada tahun 2006 mencapai USD
100.7 miliar, atau meningkat 17.5% dibandingkan tahun
59
sebelumnya yaitu sebesar USD 85.6 miliar. Kenaikan
penerimaan ekspor didorong oleh ekspor migas dan nonmigas. Nilai ekspor migas pada tahun 2005 adalah
sebesar USD 19.23 miliar, mengalami kenaikan sebesar
10.17% menjadi USD 21.18 miliar pada tahun 2006.
Sedangkan nilai ekspor non-migas pada tahun 2005
adalah USD 66.43 miliar, naik sebesar 19.68% menjadi
USD 79.50 miliar pada tahun 2006 (Tabel Ekspor-Impor
Bulanan BPS, 2006).
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2007
menunjukkan pertumbuhan
yang
positif,
ditengah
meningkatnya tekanan dari sisi ekternal yaitu krisis Sub
Prime Mortgage di Amerika Serikat. Krisis Sub Prime
Mortgage di Amerika Serikat memberikan pengaruh
terhadap
perlambatan
perekonomian
di
AS
dan
mengakibatkan depresi ekonomi secara global. Sehingga
juga berdampak kepada melemahnya perekonomian
Indonesia,
serta
memberikan
pengaruh
terhadap
menurunnya nilai investasi di Indonesia. BPS mencatat
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
kuartal
IV-2007
berdasarkan kuartal per kuartal mengalami pertumbuhan
negatif, yaitu minus 2,15% atau mengalami kontraksi
dari pertumbuhan ekonomi kuartal III yang mencapai
3,87%. Menurunnya laju pertumbuhan PDB tersebut
dipicu oleh melemahnya laju pertumbuhan PMTB
triwulan III-2007 terhadap triwulan II-2007 sebesar
6.4% menjadi 2.3% pada triwulan IV-2007 terhadap
triwulan III-2007 (Berita Resmi Statistik BPS, 15
Februari 2008). Dalam sembilan bulan pertama tahun
2007, perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan,
walaupun
pada
triwulan
IV-2007
mengalami
perlambatan. BPS mencatat bahwa laju pertumbuhan
60
PDB tahun 2007 meningkat menjadi 6.3% dibandingkan
tahun 2006 yaitu sebesar 5.5%. Nilai PDB pada tahun
2006 adalah sebesar Rp. 3,339,216.80 juta, meningkat
pada tahun 2007 menjadi Rp. 3,949,321.40 juta.
Meskipun
perlambatan
pada
akhir
ekonomi
tahun
global,
2008
namun
terdapat
Indonesia
menunjukkan laju pertumbuhan yang yang tinggi pada
tahun
2008
yaitu
sebesar
6.1%
terhadap
laju
pertumbuhan tahun 2007. PDB tahun 2008 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2007, nilai PDB tahun
2007 adalah sebesar Rp. 3,949,321.40 juta, menjadi Rp.
4,954,028.90 juta pada tahun 2008. Terutama selama
triwulan
ke
III-2008
perekonomian
menunjukkan
pertumbuhan yang baik. Ekspor menjadi salah satu
penunjang utama pertumbuhan ekonomi pada tahun
tersebut, disamping konsumsi dalam negeri. Dari 6.1%
pertumbuhan tahun 2008,
4.6%
bersumber
pada
komponen ekspor barang dan jasa. Nilai ekspor
Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar USD 137.02
miliar, meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu
sebesar USD 114.10 miliar. Selain itu selama tahun
2008, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan
dan komunikasi yang mencapai 16,7%, dari Rp. 263.4
trilun pada tahun 2007 menjadi Rp. 312.5 triliun pada
tahun 2008. Selain itu peningkatan juga terjadi terhadap
nilai investasi, nilai PMTB tahun 2007 adalah sebesar
Rp. 986,2 triliun menjadi Rp. 1.369,6 triliun pada tahun
2008 (Berita Resmi Statistik BPS, 2009).
Dalam Juta Rupiah (Rp)
61
PDB
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
Gambar 6. Produk Domestik Bruto tahun 2005-2010
Apabila
laju
pertumbuhan
triwulan
IV-2008
dibandingkan terhadap laju pertumbuhan triwulan III2008, maka pertumbuhan mengalami perlambatan. Laju
pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2008 terhadap
triwulan III-2008 terjadi pada komponen pengeluaran
konsumsi pemerintah yaitu sebesar 25,6%, konsumsi
rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto
masing-masing meningkat sebesar 1,7% dan 0,8%.
Komponen ekspor dan impor mengalami kontraksi
masing-masing sebesar minus 5,5% dan minus 11,7%.
Nilai ekspor pada triwulan III-2008 adalah sebesar USD
37.271.925.683, menurun menjadi USD 29.352.120.751
pada triwulan IV-2008. Hal ini diakibatkan oleh
melemahnya permintaan di luar negeri akibat krisis
ekonomi global yang menimpa dunia (Tabel EksporImpor Bulanan BPS, 2008).
Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun
2008
memberikan dampak
terhadap
pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2009. Kenaikan nilai
PDB tahun 2009 tidak sebesar tahun 2008. Kenaikan
nilai PDB 2008 terhadap PDB tahun 2007 adalah sebesar
25.44%, sedangakan kenaikan PDB tahun 2009 terhadap
PDB tahun 2008 hanya 13.31%. Karena pada tahun 2009
perekonomian Indonesia mendapat tekanan berat. Hal itu
62
tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan,
terutama
karena
anjloknya
kinerja
ekspor.
Nilai
pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 adalah minus 9.7%
dan impor juga menurun sebesar 15%. Nilai ekspor pada
tahun 2008 adalah sebesar USD 137.020.424.402, turun
menjadi USD 116.510.026.081 pada tahun 2009.
Walaupun krisis keuangan memberikan dampak yang
cukup besar terhadap perekonomian, namun Indonesia
masih bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar 4.5% pada
tahun 2009 dibandingkan tahun 2008. PDB tahun 2008
yaitu sebesar Rp 4,954,028.90 mengalami kenaikan pada
tahun 2009, yaitu menjadi Rp 5.613,4 triliun. Beberapa
faktor yang menyebabkan pertumbuhan tersebut antara
lain, belanja pemerintah yang tumbuh 15.7%, yang pada
tahun 2008 adalah sebesar Rp. 416,9 triliun menjadi Rp.
539.8 pada tahun 2009. Konsumsi rumahtangga yang
meningkat 4.9%, nilai konsumsi rumahtangga pada
tahun 2008 adalah sebesar Rp. 3.000 triliun meningkat
menjadi Rp. 3.290,8 triliun. Serta nilai investasi yang
tercatat masih tumbuh 3.3% dibandingkan tahun 2008,
dari Rp. 1.370,6 triliun tahun 2008 menjadi Rp. 1.743,7
triliun pada tahun 2009 (Berita Resmi Statistik BPS, 10
Februari 2010).
Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa PDB
Indonesia mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.
Meskipun dalam masa krisis global yaitu pada tahun
2008, ternyata pertumbuhan PDB Indonesia masih
bernilai positif. Hal ini menunjukkan prospek terhadap
pertumbuhan
mendatang.
PDB
Indonesia
Pertumbuhan
PDB
pada
tahun-tahun
tersebut
dapat
mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini,
yaitu suatu kondisi yang dapat menarik minat investor
63
untuk melakukan investasi di Indonesia menjadi semakin
berkembang.
4.3.1.2. Pengangguran
Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh
mana perekonomian beroperasi pada kapasitas penuhnya
dan tingkat pengangguran merupakan faktor yang terkait
dengan pekerja. Pada tahun 2006 jumlah pengangguran
terbuka menurun dibandingkan tahun 2005. Lapangan
kerja formal mulai mengalami perkembangan, pada
bulan Februari 2005 terdapat 28.6 juta orang pekerja
yang bekerja pada kegiatan ekonomi formal kemudian
meningkat
30.2% pada bulan Februari 2006 menjadi
37.3 juta orang pekerja (www.bappenas.go.id, 25 April
2010). Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia
diakibatkan oleh rendahnya kualitas tenaga kerja
Indonesia. Lemahnya kemampuan yang dicerminkan
dari rendahnya tingkat pendidikan pekerja Indonesia
menjadi salah satu hambatan bagi investor.
Pada tahun 2007, jumlah pengangguran kembali
mengalami penurunan yaitu sebesar 13.4%, angka
pengangguran pada tahun 2006 adalah 10.9 juta orang
kemudian mengalami sedikit penurunan jumlah menjadi
10.1 juta orang pada tahun 2007. Hal ini didukung oleh
meningkatnya nilai investasi di Indonesia. Realisasi
investasi selama 2007 sebesar Rp 127,93 triliun atau
naik 71,69% dibandingkan periode yang sama tahun
2006 sebesar Rp 74,51 triliun. Menurut data BKPM, dari
total realisasi selama 2007 senilai Rp 127,93 triliun,
sebesar Rp 34,87 triliun di antaranya merupakan
investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan
Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 93,06
triliun (bkpm.go.id, 2010).
64
Tabel 7. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun
2005-2009
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Pengangguran Perubahan (%)
12,630,106
10,932,000
-13.44
10,011,142
-8.42
9,394,515
-6.16
9,258,964
-1.44
Sumber : www.bps.go.id, Tenaga Kerja
Pada bulan Februari 2008 angka pengangguran
mengalami penurunan dibandingkan periode Februari
2007. Pada bulan Februari 2007 jumlah pengangguran
adalah sebanyak 10.547.917 orang, turun menjadi
9.427.590
menurunnya
pada
bulan
jumlah
Februari
2008.
pengangguran
Penyebab
adalah
karena
meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008.
Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
penyerapan
tenaga
kerja
adalah
meningkatnya
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan fasilitas
umum seperti jalan dan pelabuhan. Pada tahun 2007
pengeluaran pemerintah untuk fasilitas umum adalah
sebesar Rp. 9.134,6 miliar, meningkat menjadi Rp.
12.448,7 miliar (beritaindonesia.com, 16 Juni 2010).
Selain
itu
pemerintah
memiliki
program
dalam
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yaitu melalui
program PNPM Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat. Pada
tahun 2008, kegiatan PNPM mampu menyediakan
tambahan lapangan kerja untuk 1,6 juta orang dengan
upah sebanyak Rp 35.000 per hari per orang untuk masa
kerja 60 hari dalam satu tahun dengan total anggaran Rp
6,3 triliun.
Tingkat pengangguran di Indonesia pada bulan
Februari 2009 mencapai 9,2 juta orang, nilai ini
mengalami
penurunan
dibandingkan
jumlah
65
penganggguran pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,4 juta
orang. Pada tahun 2009 pemerintah menganggarkan Rp
10,4 triliun untuk kegiatan PNPM dengan setiap
kecamatan mendapatkan dana Rp 1,7 miliar untuk
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
yang
mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 2,5 juta orang. Hal ini
menunjukkan
peningkatan,
karena
pada
tahun
sebelumnya dana PNPM mampu menyerap tenaga kerja
sebesar 1,6 juta orang. Adapun dana PNPM saat ini
semakin lama dari tahun ke tahun semakin besar. Untuk
tahun 2010 dana PNPM dialokasikan sebesar 11,8 triliun
untuk seluruh kecamatan (www.pnpm-mandiri.org, 30
April 2010). Hasil dari penelitian, apabila PNPM dapat
berjalan dengan baik, maka akan ada 24 juta orang akan
mendapat pekerjaan, dan dampak lanjutannya akan ada
16 juta rakyat miskin yang akan mendapat manfaat dari
itu, serta 5,9 juta mendapatkan kenaikan penghasilan.
4.3.1.3. Inflasi
Inflasi
yang
tinggi
sering
dikaitkan
dengan
perekonomian overheated, yaitu perekonomian dimana
permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas
produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga.
Tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun 2006
diakibatkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas,
diantaranya
adalah
beras.
Namun tingkat
inflasi
sepanjang tahun 2006 terus menunjukkan penurunan
sampai dengan akhir tahun 2006. Selain kondisi
makroekonomi
yang
kondusif
dengan permintaan
domestik yang tetap terkendali, berlanjutnya tren
penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh minimalnya
dampak administered prices dan rendahnya inflasi
kelompok volatile foods.
66
Pada Januari 2006 tingkat inflasi menunjukkan angka
17.03%, kemudian terus menurun menjadi 6.60% pada
Desember 2006. Bank Indonesia (BI) selama tahun 2006
telah menurunkan BI rate sebanyak 300 basis poin dari
12.75% menjadi 9.75%. Sedangkan selama tahun 2007
tingkat inflasi cenderung stabil,
periode
2007
laju
inflasi
namun pada akhir
kembali
menunjukkan
kenaikan. Laju inflasi pada tahun 2007 mencapai 6.59%
sama dengan laju inflasi pada Desember 2006 atau year
on year. Angka inflasi tersebut merupakan angka yang
serius dan harus diwaspadai. Karena pemerintah telah
menetapkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
yang diasumsikan dalam APBN 2008 sebesar 6%. Maka
apabila tingkat inflasi melebihi asumsi pemerintah, maka
hal tersebut berpotensi membebani suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) tahun 2008. Menurut Menkeu,
tingginya angka inflasi disebabkan oleh pengaruh harga
pangan, pengaruh pemakaian bahan bakar minyak
(BBM), serta faktor bencana alam yang terjadi di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Selain itu kenaikan harga
bahan makan menjadi faktor utama yang mendorong laju
inflasi tahun 2007 (bappenas, 2007).
Gambar 8 menunjukkan bahwa pergerakan tingkat
inflasi selama periode 2008 cenderung mengalami
peningkatan.
Pada
menunjukkan
angka
menjadi 11.06%
Januari
7.36%,
2008
tingkat
kemudian
pada Desember
2008.
inflasi
meningkat
Hal ini
merupakan salah satu dampak akibat kenaikan harga
minyak dunia, karena Indonesia merupakan salah satu
negara pengimpor minyak maka kenaikan harga minyak
dunia berdampak pada kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) dalam negeri. Kenaikan harga BBM
67
akan berdampak pada berbagai sektor, antara lain
kenaikan biaya produksi dan biaya transportasi, yang
pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya
harga kebutuhan pokok masyarakat.
Gambar 7. Inflasi (Januari 2005-januari 2010)
Sumber : www.bi.go.id. Laporan Inflasi (Indeks Harga
Konsumen)
Pada Januari 2009 angka inflasi yaitu sebesar 9.17%,
kemudian terus menunjukkan penurunan sampai dengan
akhir periode 2009. Tingkat inflasi pada Desember 2009
yaitu sebesar 2.78%. Penyebab rendahnya inflasi di
Indonesia antara lain karena rendahnya tekanan inflasi
dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga barang
yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM.
Sehingga tekanan inflasi dari barang yang tidak
dikendalikan masih teredam angka inflasi.
Berdasarkan asumsi makro, pemerintah menetapkan
angka inflasi tahun 2010 adalah sebesar 5%. Angka
inflasi tahun 2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan
angka inflasi pada tahun 2009. Hal ini seiring dengan
aktivitas perdagangan dunia yang cenderung meningkat
pada tahun 2010, tren kenaikan harga komoditas dunia.
serta kenaikan harga gas dan tarif dasar listrik pada
pertengahan tahun 2010. Namun pemerintah optimis
68
bahwa pada tahun 2010 laju inflasi dapat ditekan, yaitu
berada pada kisaran 4.5%-5.5%. Kestabilan nilai inflasi
sangat diharapkan oleh para investor, karena akan
menciptakan kondisi yang stabil dalam dunia usaha.
Serta
menurunkan
resiko
atau
ketidakpastian
(uncertainity) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan (www.bi.go.id, 2010).
4.3.1.4. Tingkat Bunga
Selama tahun 2006 tingkat suku bunga SBI 3 bulan
cenderung mengalami penurunan. Hingga akhir tahun
2006, BI Rate mencapai 9,5% atau mengalami
penurunan sebesar 300 basis points dari levelnya di
awal tahun yaitu sebesar 12.91%. Hal ini dikarenakan
terjadinya tren penurunan inflasi selama tahun 2006,
karena laju inflasi digunakan sebagai dasar acuan dalam
menghitung suku bunga SBI. Pada tahun 2007, suku
bunga SBI bertahan pada level yang lebih rendah. Pada
bulan Februari 2007 tingkat suku bunga SBI 3 bulan
adalah 8.10%, kemudian kembali mengalami penurunan
menjadi 7.83% pada Mei 2007 (www.bi.go.id, Suku
Bunga SBI 2007). Akibatnya perekonomian Indonesia
tumbuh semakin cepat, dengan laju 6.3% pada tahun
2007 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya 5.51%.
Kenaikan BI rate selama tahun 2008 mendorong
peningkatan terhadap suku bunga SBI 3 bulan, dari
7.89% pada awal tahun 2008 menjadi 11.08% pada
Desember
2008.
Kenaikan
tingkat
suku
bunga
diakibatkan oleh meningkatnya laju inflasi pada tahun
2008 akibat melambungnya harga komoditas pertanian
dan kenaikan harga BBM (Kompas,2010). Laju inflasi
terus mengalami peningkatan, dari 7.36% pada awal
69
tahun 2008 menjadi 12.14% pada September 2008.
Selama tahun 2009 suku bunga SBI menunjukkan tren
penurunan, pada awal 2009 tingkat suku bunga SBI 3
bulan adalah 10.60% kemudian menjadi 6.59% pada
Desember 2009. Penyebab menurunnya suku bunga SBI
adalah karena menurunnya BI rate sebagai acuan suku
bunga SBI, BI rate mengalami penurunan sebanyak 300
basis points selama periode 2009. Dari 8,75% pada awal
tahun 2009 menjadi 6.50% pada Desember 2009.
Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate beberapa
kali dan saat ini BI Rate telah mencapai nilai 6,50 %.
Hal ini tentu membawa efek positif bagi dunia investasi
karena penurunan BI Rate akan menyebabkan penurunan
nilai suku bunga acuan ( SBI 3 bulan) yang menjadi
dasar
penetapan
tingkat
pengembalian
minimum
investasi. Pada Maret 2010 tingkat suku bunga SBI 3
bulan adalah sebesar 6.55%, yang sebelumnya pada
bulan Januari adalah sebesar 6.60%. Selain itu,
diharapkan dengan menurunnya suku bunga acuan maka
akan memberikan sentimen positif bursa saham dan
obligasi karena investor akan menyebar portofolio
investasinya ke bursa (kompas,2010).
Suku bunga SBI 3 bulan pada bulan Januari 2010
adalah sebesar 6.60%, kemudian menurun menjadi
6.59% pada Februari, dan kembali menunjukkan
penurunan menjadi 6.55% pada akhir Maret 2010. Suku
bunga SBI 3 bulan telah mencapai nilai rata-rata sebesar
6.58%,
sepanjang
Januari-Maret
2010.
Menurun
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2009 yaitu sebesar 9.7%, yang berarti bahwa tingkat
pengembalian tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan
tahun
sebelumnya,
begitu
juga
dengan
risiko
70
investasinya. Berdasarkan asumsi makro tahun 2010,
pemerintah memperkirakan bahwa suku bunga SBI 3
bulan berada pada tingkat 6.5% (Suku Bunga Sertifikat
Bank Indonesia, 2010).
4.3.1.5. Defisit Anggaran
Defisit anggaran pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.
29.141,5 miliar, cenderung meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 14.408,2 miliar. Hal
ini
terjadi
karena
terdapat
peningkatan
dalam
pembelanjaan negara tahun 2006. Nilai belanja tahun
2005 adalah sebesar Rp. 509.632,4, sedangkan pada
tahun 2006 adalah Rp. 667.128,7 miliar atau meningkat
sebesar Rp. 157.496,3 miliar pada tahun 2006. Pada
tahun 2007 defisit
anggaran kembali mengalami
peningkatan,
sebesar
yaitu
Rp.
20.702,3
miliar
dibandingkan tahun sebelumnya (Data Pokok APBN
2005-2010, Departemen Keuangan RI).
Nilai defisit anggaran pada tahun 2007 adalah Rp.
49.843,8 miliar, hal ini dikarenakan meningkatnya
belanja negara yaitu sebesar Rp. 757.649,9 miliar
sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 667.128,7
miliar atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 90.521.2
miliar.
Salah
pengeluaran
satu
penyebab
pemerintah
adalah
membengkaknya
meningkatnya
pengeluaran untuk subsidi BBM dan listrik pada tahun
2007. Kenaikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia yang
kemudian mendorong naiknya ICP. ICP merupakan
harga yang digunakan pemerintah sebagai patokan impor
minyak, termasuk untuk BBM. Asumsi harga minyak di
APBN tahun 2007 adalah USD 60 per barel, namun
kenyataannya adalah USD 72 per barel. Meningkatnya
71
harga ICP membuat disparitas harga keekonomian dan
harga subsidi ke masyarakat semakin besar. Akibatnya,
subsidi yang ditanggung negara untuk memenuhi
disparitas harga itu pun makin besar. Realisasi subsidi
BBM adalah sebesar Rp. 83.792,3 miliar pada tahun
2007, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya mencapai Rp. 64,212,1 miliar. Selain itu realisasi
subsidi listrik juga membengkak, dari Rp. 30.393,3
miliar pada tahun 2006 kemudian menjadi Rp. 33.073,5
miliar pada tahun 2007 (Data Pokok APBN 2005-2010,
Departemen Keuangan RI).
Pada tahun 2008 nilai defisit anggaran adalah sebesar
Rp. 4.121,3 miliar, megalami penurunan dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 49.843,8 miliar.
Salah satu penyebab menurunnya defisit anggaran pada
tahun 2008 adalah karena naiknya penerimaan pajak.
Penerimaan pajak pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.
658.700,8 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 490.988,6 miliar.
Sedangkan untuk pembiayaan defisit anggaran tahun
2008, pemerintah menggunakan pendanaan uang melalui
penerbiatan Surat Utang Negara. Pada tahun 2008 nilai
pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) adalah sebesar
Rp. 85.916,3 miliar,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp. 57.172,2 miliar.
Defisit anggaran Indonesia berdasarkan APBN 2009
adalah sebesar Rp. 51.3 triliun, namun sampai dengan
akhir Oktober 2009 nilai defisit pemerintah baru
mencapai Rp. 42.7 triliun. Dan pada akhir tahun 2009
ternyata terdapat Sisa Lebih Penggunaan Anggaran
(SILPA), yaitu sebesar Rp 38 triliun. Hal tersebut
72
dikarenakan rendahnya realisasi penyerapan anggaran
belanja negara. Pemerintah cenderung belum maksimal
dalam melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur.
Serta
keterbatasan pemerintah dalam
pembebasan
tanah
menjadi
salah
menghadapi
satu
faktor
pengahambat penyerapan anggaran belanja negara secara
maksimal. Karena pembebasan tanah terkait erat dengan
keberlangsungan rencana pembangunan infrastruktur.
Sisa lebih penggunaan anggaran 2009 direncanakan
untuk menutupi defisit anggaran 2010. Selain itu dapat
juga digunakan untuk menutup biaya-biaya subsidi yang
membengkak, atau juga mengurangi pembiayaan dari
surat utang negara untuk meredam gejolak di pasar
domestik. Dalam RAPBN tahun 2010 defisit anggaran
adalah sebesar Rp 98 triliun, namun diperkirakan akan
meningkat menjadi Rp 122 triliun pada akhir tahun
2010. Meningkatnya jumlah defisit tersebut dikarenakan
adanya kebutuhan belanja yang meningkat, seperti untuk
subsidi listrik, pupuk, dan beras (beritasore.com, 05
Januari 2010).
4.3.1.6. Sentimen
Angka Indeks Kepercayaan Konsumen merupakan
indikator penting dalam melihat keadaan ekonomi
Indonesia.
Dimana
angka
diatas
100
adalah
menunjukkan perekonomian yang membaik ditandai
dengan optimisme oleh konsumen. Sedangkan angka
dibawah 100 menujukan ekonomi yang melambat
ditandai dengan pesimisme dari konsumen. Di bulan
Oktober tahun 2005, ketika harga BBM dinaikkan ratarata sebesar 126 persen, IKK jatuh ke level 73,3. Namun
IKK tidak bertahan di level yang rendah untuk waktu
yang terlalu lama. Penyesuaian gaji dan upah di tahun
73
2006 dan semakin membaiknya perekonomian dunia
mendorong perbaikan keadaan ekonomi masyarakat.
Kenaikan gaji memperbaiki daya beli secara langsung.
Sedangkan membaiknya ekonomi dunia mendorong
terjadinya peningkatan ekspor Indonesia. Artinya, ada
peningkatan kegiatan produksi (dan penciptaan lapangan
kerja). Akibatnya, IKK pun berangsur angsur mengalami
peningkatan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada
bulan Maret 2006, dimana IKK naik ke level 84,5 dari
78,3 di bulan Februari 2006. Di bulan November 2006
IKK mencapai 91,6. Level ini merupakan level tertinggi
IKK dalam satu setengah tahun terakhir. Artinya,
masyarakat
sudah
hampir
sepenuhnya
dapat
menyesuaikan diri dari dampak negatif kenaikan harga
BBM pada bulan Oktober 2005. Dalam keadaan ini
tentunya
tidaklah
terlalu
sulit
untuk
mendorong
pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi. Namun
pada akhir tahun 2006, pemerintah kurang berhasil
mengatasi isu kelangkaan beras. Akibatnya IKK pada
bulan Desember 2006 turun tajam ke 84,1 dari 91.6 di
bulan
November
2006
(turun
sebesar
8,3%)
(danareksaresearch.wordpress.com, 03 Mei 2010).
Indeks kepercayaan konsumen pada tahun 2007
cenderung menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya
kenaikan harga beras, IKK pada Januari 2007 berada di
level yang relatif sama dengan bulan sebelumnya yaitu
pada level 84.1. Bahkan di bulan Februari 2007 IKK
mengalami penurunan lagi ke 82,7, dan turun lagi ke
level 81,1 di bulan Maret 2007. Level ini berada di
bawah level di bulan Maret 2006. Artinya, harga beras
yang tinggi bukan saja telah meningkatkan tekanan
inflasi, tapi juga telah mengurangi daya beli masyarakat
74
secara signifikan. IKK yang saat ini berada pada level
yang relatif rendah tidak harus menunjukkan bahwa
ekonomi kita akan terus terpuruk sepanjang tahun 2007
ini. Perlu diketahui bahwa penurunan IKK tahun 2007
terutama disebabkan oleh faktor musiman harga beras.
Sampai dengan bulan Mei 2008, indeks kepercayaan
konsumen terus mengalami tren penurunan. Kenaikan
harga BBM pada awal tahun 2008 menjadi alasan
rendahnya indeks kepercayaan konsumen pada tahun
tersebut. Kemudian pada triwulan III-2008 sentimen
masyarakat terhadap perekonomian Indonesia cenderung
membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks
kepercayaan konsumen yang mengalami tren kenaikan
sejak Juli 2008 sampai dengan Juli 2009. Namun sejak
enam bulan terakhir terjadi penurunan terhadap indeks
kepercayaan konsumen. Pemicunya adalah kenaikan
harga sejumlah kebutuhan pokok dan makanan jadi.
Menurunya optimisme konsumen terhadap kondisi
perekonomian diharapkan tidak berlanjut sampai dengan
akhir tahun. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan
mampu mengendalikan harga pangan. Sebab dampak
kenaikan harga tersebut cukup besar terhadap indeks
kepercayaan konsumen dan pada akhirnya kepercayaan
konsumen terhadap perekonomian. Berikut merupakan
grafik
yang
menggambarkan
indeks
kepercayaan
konsumen periode januari 2005-Januari 2010.
75
Gambar 8. Indeks Kepercayaan Konsumen
Sumber : www.danareksa-research.com
Indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
mengalami
penurunan,
hal
ini
terkait
dengan
kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga
dan menegakkan hukum. Beberapa kasus hukum yang
terjadi diantaranya adalah, tertangkapnya Antazari Azhar
(Ketua KPK) terkait pembunuhan atas Nasruddin
Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB),
dugaan rekayasa yang menimpa dua pimpinan KPK
(Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah), serta
penggelapan
pajak
yang
dilakukan
oleh
Gayus
Tambunan. Kasus-kasus hukum tersebut yang dapat
menjadi
pemicu
menurunnya
indeks
kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah dalam menegakkan
hukum. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan
indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Sedangkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi,
mengalami
peningkatan
dibandingkan
tahun
sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat berlanjut sampai
dengan akhir tahun.
76
Gambar
9.
Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap
Pemerintah. Sumber : www.danareksaresearch.com
Aktivitas perekonomian menunjukkan peningkatan,
hal
ini
dapat
pertumbuhan
ditunjukkan
ekonomi
oleh
sepanjang
meningkatnya
tahun
2009.
Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama sebesar 4,4 %,
kedua 4,0 % dan ketiga 4,2 % , hal tersebut menandakan
bahwa perekonomian Indonesia secara makro mencapai
fase ekspansi. Bank Indonesia (BI) memprediksikan
bahwa pertumbuhan triwulan I bisa tumbuh hingga 5%.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kali ini lebih
banyak ditopang oleh pemulihan ekonomi global.
Perbaikan
yang
terjadi
di
perekonomian
kita
diperlihatkan lebih jelas lagi oleh Coincident Economic
Index (CEI), indeks ini menggambarkan keadaan
ekonomi saat ini. Disusun meenggunakan lima data
ekonomi, yaitu impor, penjualan mobil, konsumsi
semen, suplai uang dan penjualan eceran. Lima data itu
dipakai karena secara statistik dapat menjelaskan
pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi
kelima data tersebut pun menggambarkan keadaan
ekonomi secara keseluruhan.
Coincident economic index menggambarkan tingkat
aktivitas perekonomian terbaru pada Desember 2009
77
naik menjadi 110,2 dari bulan sebelumnya 109,1. Hal ini
berarti tren kenaikan CEI sejak Maret 2009 terus
berlanjut,
mengindikasikan aktivitas perekonomian
meningkat. Perlambatan aktivitas perekonomian yang
terjadi sejak Juli 2008 telah berakhir pada Februari 2009.
Dan sejak Maret 2009 hingga sekarang berada dalam
fase ekspansi. dibandingkan bulan sebelumnya, pada
bulan maret 2010 tercatat peningkatan terhadap indeks
kepercayaan konsumen. Yaitu meningkat sebesar 2.1%
menjadi level 86.8 pada Maret 2010 dibandingkan bulan
sebelumnya
yaitu
pada
level
85.01,
hal
ini
mencerminkan optimisme konsumen yang lebih besar
terhadap prospek perekonomian negara selama enam
bulan kedepan. Diharapkan daya beli konsumen pun
akan terus mengalami peningkatan.
Peningkatan perekonomian setahun terakhir dimotori
konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi
pemerintah berasal dari stimulus fiskal yang diluncurkan
untuk
menekan
dampak
krisis
ekonomi
global.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh
perbaikan daya beli masyarakat. Penurunan suku bunga
acuan yaitu BI Rate diikuti penurunan suku bunga
simpanan
mendorong
masyarakat
meningkatkan
konsumsi. Prospek perekonomian diperkirakan masih
cerah, tercermin dalam leading economic index yang
cenderung naik sejak Desember 2008 hingga kini.
Leading economic index (LEI) adalah indeks yang
bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain,
LEI dapat menggambarkan arah pergerakan ekonomi
kita 6-12 bulan di depan. Indeks ini disusun berdasarkan
tujuh
data
ekonomi:
Izin
mendirikan
bangunan,
kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai
78
tukar rupiah riil, IHSG, ekspor, dan inflasi di sektor jasa.
Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang
cerah, dan sebaliknya. Kombinasi CEI dan LEI dapat
digunakan untuk menentukan posisi ekonomi di dalam
siklus bisnisnya.
Gambar 10. Tentang CEI dan LEI
Sumber : www.danareksa-research.com
Membaiknya ekonomi dunia dari resesi dan penurunan
suku bunga kredit diperkirakan mendorong kenaikan
ekspor dan investasi. Hal itu tentu akan berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Pasar saham menunjukkan tren kenaikan sejak akhir
tahun 2008 sampai dengan saat ini. Hal ini terlihat
dengan nilai IHSG tahun 2009 yang meningkat secara
signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi
peningkatan sebesar 85.85. Pada perdagangan 29
Desember 2009 tercatat nilai IHSG sebesar 2.518,994,
nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan
79
dengan posisi akhir IHSG pada akhir tahun 2008 yaitu
sebesar
1.355,408.
Selain
itu
pada
penutupan
perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009
juga mencetak nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di
BEI mencapai Rp 2.007 triliun atau mengalami kenaikan
sebesar 86.41% dibandingkan posisi akhir tahun lalu
yaitu sebesar Rp 1.076 triliun.
Gambar 11 . Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010
Sumber : www.yahoo-finance.com
Tren kenaikan IHSG dapat dilihat pada Gambar 12.
Kinerja IHSG pada tahun 2009 diharapakan terus
berlanjut pada tahun 2010, secara umum IHSG
diprediksi akan terus menujukkan tren positif (up-trend).
BEI diprakirakan akan memiliki momentum up trend
yang kuat karena dukungan indikator ekonomi yang
sangat menjanjikan pada 2010.
4.3.2. Analisis Industri
Industri pertambangan di Indonesia selama ini memegang
peranan yang cukup penting, yaitu sebagai penghasil devisa
negara dan daerah. Hal tersebut dikarenakan tingkat penjualan
perusahaan-peruahan tambang
cukup
besar.
Faktor
yang
menyebabkan meningkatnya penjualan tersebut adalah karena
permintaan akan barang tambang oleh negara-negara maju
semakin meningkat, terkait dengan kebutuhan sumber energi bagi
80
negara tersebut dalam meningkatkan kegiatan produksi. Namun
industri pertambangan termasuk kedalam kelompok industri yang
sensitif terhadap perekonomian. Salah satu contoh konkrit yang
dapat
menunjukkan kondisi tersebut
adalah melemahnya
perekonomian global mengakibatkan permintaan terhadap barang
tambang pun juga mengalami penurunan. IMF pada tahun 2009
memprediksikan pertumbuhan perekonomian dunia minus 1.1%,
rendahnya
pertumbuhan
perekonomian
global
terbukti
mempengaruhi permintaan barang tambang (bataviase.co.id, 25
Maret 2010). Periode Januari-Desember 2009 PTBA mengalami
penurunan penjualan sebesar 2%, yaitu dari 12.8 juta ton menjadi
12.5 juta ton pada tahun 2009. Akibat melemahnya permintaan
batubara, volume penjualan di pasar domestik turun sebesar 3%
dan pasar ekspor turun sebesar 1%. Meskipun mengalami
perlambatan perekonomian,
namun industri pertambangan
diprediksi akan tetap tumbuh karena permintaan terhadap produk
pertambangan tetap kuat .
Tahun
2010
diperkirakan
bisnis
pertambangan
akan
mengalami peningkatan investasi. Nilai investasi bahkan
mencapai U$$ 8 miliar hingga U$$ 10 miliar (kontan.co.id, 16
April 2010). Investasi terebut berasal dari perusahan-perusahaan
yang ingin memperluas wilayah eksplorasi. Perluasan wilayah
eksplorasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
produksi, hal tersebut dilakukan karena industri pertambangan
berupaya untuk memenuhi permintaan barang tambang yang
diperkirakan meningkat pada tahun 2010. Pada kuartal I 2010,
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjual sebanyak 16 juta ton
batubara atau naik sebanyak 41.59% jika dibandingkan dengan
realisasi penjualan pada kuartal I 2009 sebanyak 11.3 juta ton.
Serta angka penjualan BUMI pun mengalami kenaikan sebesar
12.81% untuk tahun 2009. Proyeksi kenaikan harga batubara dan
meningkatnya permintaan mendorong BUMI berupaya untuk
81
meningkatkan
kapasitas
produksi
pada
tahun
2010
(economy.okezone.com, 4 April 2010). Maka berdasarkan sistem
klasifikasi industri oleh Peter Lynch, industri pertambangan
berada pada kelompok bersiklus. Perusahaan-perusahaan pada
kelompok ini adalah perusahaan dengan penjualan dan laba yang
berkembang dan melemah secara teratur sejalan dengan siklus
bisnis.
Industri
pertambangan
pertumbuhan,
hal
ini
saat
ditandai
ini
berada
dengan
pada
baiknya
tahap
inisiatif
pemerintah untuk mendorong industri pertambangan. Salah
satunya adalah melalui terbitnya UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba), yaitu
memberikan arah baru kebijakan pertambangan mineral dan
batubara Indonesia ke depan, termasuk dalam hal pengaturan
Domestic Market Obligation (DMO), kebijakan produksi mineral
dan batubara, peningkatan nilai tambah pertambangan, serta
pertambangan yang baik dan benar. Melalui Undang-Undang
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengoptimalan manfaat
pertambangan bagi pertumbuhan ekonomi (kabarbisnis.com, 17
April 2010).
Matangnya suatu industri melibatkan perubahan lingkungan
persaingan secara terus menerus. Michael Porter menyoroti lima
faktor penentu persaingan, berikut merupakan hasil analisis
faktor penentu persaingan dalam industri pertambangan.
1. Ancaman pendatang baru
Dalam lingkup skala besar (makro), besarnya modal yang
dibutuhkan
untuk
menjalankan
usaha
pertambangan
merupakan salah satu bentuk hambatan bagi pemain baru
untuk masuk kedalam industri pertambangan. Hal ini terkait
dengan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan
eksplorasi
barang
tambang,
kemampuan
pengolahan
(teknologi), serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi
82
permintaan domestik maupun luar negeri (sesuai standar
kualitas internasional). Sedangkan secara mikro atau skala
kecil, pemain baru cenderung lebih mudah untuk memasuki
industri
ini.
Perusahaan-perusahaan
tambang
tersebut
beroperasi di wilayah yang memiliki potensi sumberdaya
berupa bahan tambang, dan pada umumnya mereka beroperasi
di wilayah terpencil. Meskipun lingkup operasi yang kecil
serta
produksi perusahaan tersebut
cenderung
terbatas
jumlahnya, namun perusahaan-perusahaan tambang tersebut
telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan
daerah-daerah terpencil. Yaitu membantu meningkatkan
kegiatan perekonomian masyarakat dan membawa kemajuan
yang signifikan pada wilayah yang sebelumnya tidak tersentuh.
Maka,
hambatan
bagi
pemain
baru
dalam
industri
pertambangan cukup besar apabila ingin memasuki pasar
secara luas.
2. Persaingan antar pesaing yang ada
Persaingan yang ada dalam industri pertambangan cenderung
lemah,
hal ini dikarenakan masing-masing perusahaan
tambang fokus terhadap eksplorasi serta penjualan produk
tambang unggulan masing-masing perusahaan dan cenderung
kurang
melakukan
diversifikasi
produk.
Serta
volume
penjualan mengikuti pertumbuhan ekonomi, maka tidak terjadi
strategi pemotongan harga dalam meningkatakan volume
penjualan. Yaitu ketika laju pertumbuhan ekonomi meningkat,
maka permintaan terhadap produk pertambangan cenderung
meningkat. Hal ini dibuktikan ketika laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 4.9% tahun 2007, kinerja ekspor sektor
pertambangan mencapai USD 21,6 miliar atau tumbuh 17,2%
dengan
pangsa
23,2%.
Pertumbuhan
nilai
ekspor
pertambangan ini didukung oleh ekspor nikel (tumbuh 76,8%),
batubara (12,8%) dan tembaga (11,4%). Tingginya harga
83
komoditas tambang telah menjadi pendorong meningkatnya
ekspor sektor pertambangan. Dari sisi volume, ekspor
pertambangan pada tahun 2007 juga mengalami kenaikan 7,8%
atau mencapai 245 juta ton. Kenaikan volume ekspor
pertambangan ini terjadi pada komoditas nikel (tumbuh
103,7%), aluminium (65,5%) dan batubara (7,9%). Namun
ketika terjadi krisis global pada tahun 2008, dan Indonesia
mulai terkena dampak krisis tersebut pada akhir tahun 2008
dan berlanjut sampai dengan tahun 2009. Oleh karena itu
pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 pun mengalami
penurunan menjadi 3,8% dibandingkan tahun 2007 yaitu
sebesar 4,9%. Ekspor minyak mentah yang mencapai 9,2
miliar dollar AS pada tahun 2007 turun menjadi 7,8 miliar
dollar AS pada tahun 2009 (berkontraksi 15,2%). Sementara
ekspor gas alam nilainya turun dari 9,7 miliar dollar AS
menjadi 8,7 miliar dollar AS atau melemah 10,3%. Komoditas
batu bara masih lebih beruntung karena mampu tumbuh dari
6,7 miliar dollar AS menjadi 13,8 miliar dollar AS (naik 106
persen) (danareksaresearch.com).
3. Tekanan dari produk subtitusi
Tersedianya produk substitusi di pasar membuat pembeli
membandingkan kualitas, performa dan harga produk dengan
produk substitusinya. Namun karena perusahaan dalam
industri pertambangan memiliki produk unggulan untuk
masing-masing perusahaan,
maka tekanan dari produk
subtitusi cenderung lemah. ANTM (nikel), BUMI (batubara),
RUIS (migas), PTBA (batubara), TINS (timah), INCO (nikel),
BIPI (minyak dan gas alam), ITMG (batubara), ENRG
(migas), ARTI (migas), APEX (minyak dan gas bumi), ATPK
(nikel dan timah), GTBO (batubara), KKGI (manufatur
laminasi), MEDC (minyak dan gas bumi), CITA (bauksit),
CTTH (marmer dan granit), ADRO (batubara), MITI (granit),
84
ELSA (migas), PTRO (migas), BAYN (batubara), PKPK
(migas).
4. Daya tawar pembeli
Dalam industri pertambangan tidak terdapat perantara antara
industri dengan pemakai atau konsumen akhir. Sehingga
konsumen produk perusahaan pertambangan mempunyai
posisi tawar yang cenderung rendah. Jumlah konsumen produk
pertambangan pun cenderung banyak, hal ini dikarenakan
kebutuhan barang tambang sebagai bahan baku industri dan
kebutuhan bahan bakar dalam proses produksi. Banyak negara
yang berminat terhadap produk pertambangan asal Indonesia,
diantaranya Cina, India, Amerika Serikat, dan Jepang. Hal ini
ditunjukkan
dengan
meningkatnya
Ekspor
produk
pertambangan di Indonesia dari 14 persen pada tahun 2008,
menjadi 20 persen pada tahun 2009. Ekspor batubara
meningkat dengan pesat dalam enam tahun terakhir, seiring
dengan permintaan dunia akan energi. dan kenaikan harga di
pasar internasional. Pada tahun 2004 nilai ekspor batubara
hanya USD 2,9 milyar dan melesat menjadi USD 13,9 milyar
pada tahun 2009. Barang tambang lain yang menunjukkan
peingkatan permintaan adalah tembaga dan timah yang pada
tahun 2004 nilai ekspornya masing-masing USD 798 juta dan
USD 617 juta, meningkat tahun 2009 menjadi USD 2,3 milyar
dan USD 1,3 milyar (beritabisnis.com, 17 Juni 2010).
5. Daya tawar penjual (pemasok)
Barang pertambangan merupakan barang yang tidak dapat
diperbaharui (berasal dari alam), sehingga permasalahan yang
mungkin dihadapi dari pemasok adalah rendahnya jumlah
produksi akibat cuaca (banjir), kemampuan teknologi dalam
kegiatan penggalian (eksplorasi), serta ketersediaan bahan
tambang di wilayah eksplorasi. Namun dalam industri
pertambangan, bahan baku tambang diperoleh dari wilayah
85
eksplorasi tambang yang dikuasai oleh masing-masing
perusahaan tambang melalui kegiatan investasi. Oleh karena
itu, kekuatan tawar dari pemasok cenderung cukup lemah.
4.3.3 Analisis Perusahaan
4.3.3.1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Dividen ANTM dari tahun 2006 sampai dengan 2008
adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Dividen PT Aneka Tambang Tbk tahun 2006-2008
Tahun
Dividen
(Rp/lembar saham)
2006
65,12
2007
215,23
2008
57,47
Nilai rata-rata pertumbuhan dividen ANTM dihitung
dengan metode rata-rata geometris, maka diperoleh nilai
pertumbuhan sebesar 24.18% (g = 0.2418). Berdasarkan
nilai rata-rata tersebut, maka dapat diperkirakan nilai-nilai
dividen ANTM yang akan dibayarkan oleh perusahaan pada
tahun-tahun berikutnya. Karena data dividen terbatas tiga
tahun, prediksi nilai dividen pun terbatas pada tiga tahun
mendatang yaitu pada tahun 2009-2011. Berikut merupakan
prediksi nilai-nilai dividen pada tahun 2009 sampai 2011,
Tabel 9. Prediksi nilai dividen ANTM tahun 2009-2011
Tahun
Prediksi Dividen
(Rp/lembar saham)
2009
71.37
2010
88.63
2011
110.06
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI jangka
waktu 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu
sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar
7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku
86
Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan
membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50%
merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta
saham ANTM adalah 1.44. Rm diperoleh dari tingkat ratarata IHSG periode Januari 2006-Desember 2008 adalah
24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum yang
diharapkan (k) dihitung dengan rumus. Maka diperoleh
nilai (k) yaitu sebesar 31.48 %.
k = Rf + β(Rm-Rf)
k = 7.50 % + 1.44(24.15% - 7.50%) = 31.48 %
Berikut merupakan nilai EPS ANTM tahun 2005-2008
Tabel 10. EPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Tahun
2005
2006
2007
2008
Pertumbuhan
EPS (Rp)
88.27
162.79
536.67
143.67
EPS
(g)
menggunakan
rata-rata
geometris, maka diperoleh nilai sebesar 17.63%. Pada
bulan Juli 2007 PT aneka Tambang Tbk melakukan stock
split dengan rasio 1 : 5. Sebelum stock split harga saham
Antam sebesar Rp 13.250, dengan stock split harganya
menjadi Rp 2.650 per saham. Pasca stock split
jumlah
saham beredar ANTM bertambah lima kali lipat yaitu
sebanyak 9.538.460 lembar saham pada tahun 2007,
dibandingkan sebelum diadakannya stock split yaitu sebesar
1.907.692 lembar saham. Hal ini berpengaruh terhadap nilai
EPS, karena jumlah saham beredar merupakan pembagi
dalam penghitungan nilai EPS. EPS ANTM tahun 2007
adalah Rp 536,67, maka nilai EPS ANTM pada tahun 2008
adalah Rp. 143,67 pasca stock split 1 : 5 pada tahun 2007.
87
Tabel 11. Prediksi EPS ANTM tahun 2009-2011
Tahun
Pertumbuhan
(%)
EPS
(Rp)
2009
2010
2011
17.63
17.63
17.63
143.67
168.99
198.78
Prediksi
EPS
(Rp)
168.99
198.78
233.82
Tabel 12. Prediksi nilai saham ANTM 2009-2011
Tahun
Prediksi EPS
(Rp)
Rasio
P/E
Prediksi nilai
saham
(Rp)
2009
2010
2011
168.99
198.78
233.82
15.79
15.79
15.79
2.668,35
3.138,74
3.692,02
Harga rata-rata saham ANTM pada kuartal 2008 adalah
Rp 2.268,7. Maka P/E berdasarkan variabel EPS tahun
2008 sebesar 143.67 dan harga saham tahun 2008 sebesar
Rp 2.268,7 maka P/E adalah 15.79 kali. Nilai P/E
digunakan untuk melihat nilai prediksi saham pada tahuntahun berikutnya.
Maka berdasarkan persamaan diatas (Tabel 11) dapat
diketahui prediksi harga saham ANTM pada akhir tahun
2011 adalah Rp 3.692,02. Nilai ini lalu dapat digunakan
untuk mengetahui nilai intrinsik saham ANTM pada tahun
2009. Berdasarkan analisis nilai intrsinsik, maka diperoleh
nilai intrinsik saham ANTM tahun 2009 adalah Rp
2.266,79 (V2009= 2.266,79).
Harga aktual saham ANTM pada akhir tahun 2009
adalah
Rp
2.534,36,
sedangkan
nilai
intrinsik
menunjukkan nilai sebesar Rp. 2.266,79. Hal ini
menunjukkan bahwa saham ANTM mengalami overvalued
di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih kecil daripada
harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan
untuk menjual saham ANTM, karena dikhawatirkan nilai
88
saham ANTM akan terkoreksi sampai dengan dibawah
nilai intrinsik.
Analisis
fundamental
PT
Aneka
Tambang
Tbk
menunjukkan bahwa kinerja saham ANTM cenderung
baik. Hal ini ditunjukkan dengan pendapatan ANTM yang
cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi, permintaan
produk ANTM cenderung meningkat akibat meningkatnya
pertumbuhan industri pertambangan di tahun mendatang,
walaupun pada tahun 2008 kondisi perekonomian relatif
sulit namun ANTM menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kemampuan untuk tetap memberikan pembagian
keuntungan pada investor.
4.3.3.2. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Berdasarkan dividen tahun 2006 sampai 2008, maka
dapat diketahui nilai pertumbuhan dividen. Pertumbuhan
dividen (g) dihitung menggunakan rata-rata geometris,
maka diperoleh nilai sebesar 49.98% (g =0.4998).
Tabel 13. Dividen PT Bumi Resources Tbk tahun 2006-2008
Tahun
Dividen
(Rp/lembar saham
2006
16
2007
111
2008
50.6
Tabel 14. Prediksi nilai dividen BUMI tahun 2009-2011
Tahun
Prediksi Dividen
(Rp/lembar saham)
2009
75.89
2010
113.82
2011
170.71
Nilai
rata-rata
tersebut
dapat
digunakan
untuk
memperkirakan nilai dividen yang akan dibayarkan
89
perusahaan pada tahun-tahun berikutnya. Karena data
terbatas selama tiga tahun, maka prediksi dividen pun
terbatas pada tiga tahun mendatang, yaitu pada tahun
2009-2011.
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI jangka
waktu 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu
sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar
7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku
Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan
membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50%
merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan
beta saham BUMI adalah 1.38. Rm diperoleh dari tingkat
rata-rata IHSG periode Januari 2006-Desember 2008
adalah 24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum
yang diharapkan (k) diperoleh berdasarkan rumus. Maka
diperoleh nilai (k) sebesar 30,48 %.
k = 7,50 % + 1.38(24.15% - 7,50%) = 30,48 %
Tabel 15. EPS PT Bumi Resosurces Tbk tahun 2005-2008
Tahun
EPS (Rp)
2005
62.42
2006
103.37
2007
405.68
2008
368.14
Berdasarkan data EPS (Tabel 14), maka dapat dihitung
nilai pertumbuhan EPS yaitu sebesar 80.67%. prediksi nilai
EPS dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 16. Prediksi EPS BUMI tahun 2009-2011
Tahun
Pertumbuhan (%)
EPS (Rp)
Prediksi
EPS
(Rp)
2009
80.67
368.14
665.12
2010
2011
80.67
80.67
665.12
1201.67
1201.67
2171.06
90
Harga rata-rata saham BUMI pada kuartal 2008 adalah
Rp 4.615. Maka P/E berdasarkan variabel EPS tahun 2008
sebesar 368.14 dan harga saham tahun 2008 sebesar Rp
4.615 maka P/E adalah 12.54 kali. Nilai P/E digunakan
untuk melihat nilai prediksi saham pada tahun-tahun
berikutnya.
Tabel 17. Prediksi nilai saham BUMI sampai dengan tahun
2011
Prediksi
Prediksi nilai
Tahun
EPS
Rasio P/E
saham
(Rp)
(Rp)
2009
2010
2011
665.12
1201.67
2171.06
12.54
12.54
12.54
8.340,60
15.068,94
27.225,09
Maka berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh
prediksi harga saham BUMI pada akhir tahun 2011 sebesar
Rp 27.225,09. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung
niali intrinsik saham BUMI pada akhir tahun 2009,
Berdasarkan analisis nilai intrinsik adalah sebesar Rp
16.178,66. Harga aktual BUMI pada akhir tahun 2009
adalah Rp. 2.534,36. Hal ini menunjukkan bahwa saham
BUMI mengalami undervalued di pasar saham, karena nilai
intrinsik lebih besar daripada harga pasar saham tersebut.
Maka investor disarankan untuk membeli saham BUMI,
karena diharapkan bahwa harga saham BUMI akan
mengalami kenaikan harga sampai dengan nilai intrinsik
yang telah diperkirakan melalui analisis nilai intrinsik, yaitu
sebesar Rp 16.178,66.
Analisis
fundamental
PT
Bumi
Resources
Tbk
menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik,
kinerja sahamnya pun cenderung baik. Pendapatan BUMI
cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi, sedangkan
pada tahun mendatang perekonomian akan pertumbuhan
ekonomi
akan
mengalami
peningkatan,
permintaan
91
terhadap produk BUMI pun cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan industri pertambangan
di tahun mendatang, serta perusahaan mampu memberikan
imbal hasil yang cukup memuaskan bagi investor meskipun
kondisi perekonomian relatif sulit pada pertengahan tahun
2008.
4.3.3.3. PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
Tabel 18. Dividen PT Bukit Asam Tbk tahun 2006-2009
Tahun
Dividen
(Rp/lembar saham)
2006
105
2007
165
2008
371.05
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh nilai
pertumbuhan dividen yaitu sebesar 54,29 % (g=0.5429).
Nilai rata-rata tersebut digunakan untuk memperkirakan
nilai dividen yang akan dibayarkan perusahaan pada tahuntahun berikutnya. Karena data terbatas selama tiga tahun,
maka prediksi dividen pun terbatas pada tiga tahun
mendatang, yaitu pada tahun 2009-2011.
Tabel 19. Prediksi nilai dividen PTBA tahun 2009-2011
Tahun
Prediksi Dividen
(Rp/lembar saham)
2009
2010
2011
572.49
883.29
1362.84
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI jangka
waktu 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu
sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar
7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku
Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan
membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50%
92
merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta
saham PTBA adalah 1.39. Rm diperoleh dari tingkat ratarata IHSG periode Januari 2006-Desember 2008 adalah
24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum yang
diharapakan (k) diperoleh melalui rumus. Maka diperoleh
nilai (k) sebesar 30.64 %.
k = 7.50 % + 1.39(24.15% - 7.50%) = 30.64 %
Tabel 20. EPS PT Bukit Asam tahun 2005-2008
Tahun
EPS
(Rp)
2005
210
2006
211
2007
315
2008
741
Tabel 21. Prediksi EPS PT Bukit Asam Tbk, 2009-2011
Tahun
Pertumbuhan
(%)
EPS
(Rp)
Prediksi
EPS
(Rp)
2009
2010
2011
52.24
52.24
52.24
741
1128.1
1717.42
1.128,10
1.717,42
2.614,60
Berdasarkan data EPS tersebut, maka dapat dihitung
nilai pertumbuhan EPS yaitu sebesar 52.24 %. Selanjutnya
melalui nilai pertumbuhan EPS, maka dapat diperkirakan
nilai EPS pada tahun 2009-2011 (Tabel 20).
Tabel 22. Prediksi nilai saham PTBA sampai dengan tahun
2011
Tahun
Prediksi
EPS
(Rp)
Rasio
P/E
Prediksi nilai
saham
(Rp)
2009
2010
2011
1128.09
1717.41
2614.59
14.41
14.41
14.41
16.255,90
24.747,98
37.676,32
Harga rata-rata saham PTBA pada tahun 2008 adalah
Rp. 10.675. Maka berdasarkan variabel EPS tahun 2008
93
sebesar Rp. 741 dan harga saham tahun 2008, maka
diperoleh nilai P/E saham PTBA adalah sebesar 14.41 kali.
Nilai P/E digunakan untuk melihat nilai prediksi saham
pada tahun-tahun berikutnya. Maka berdasarkan persamaan
diatas dapat diketahui harga wajar saham PTBA pada akhir
tahun 2011 adalah Rp 37.676,32. Nilai ini lalu dapat
digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham PTBA
pada tahun 2009. Berdasarkan analisis nilai intrinsik, maka
diperoleh nilai intrinsik saham PTBA pada akhir tahun
2009 adalah sebesar Rp 23.551,48. Harga aktual saham
PTBA pada akhir tahun 2009 adalah Rp 17.250, sedangkan
nilai intrinsik menunjukkan nilai sebesar Rp. 23.551,48.
Hal ini menunjukkan bahwa saham PTBA mengalami
undervalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih
besar daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor
disarankan untuk membeli saham PTBA, karena diharapkan
bahwa nilai saham PTBA akan meningkat dikemudian hari
sampai dengan melebihi nilai intrinsik saham yaitu sebesar
Rp 23.551,48.
Analisis fundamental PT Bukit Asam Tbk menunjukkan
bahwa kinerja PTBA cenderung baik, serta harga saham
PTBA pun menunjukkan kinerja serupa dengan kinerja
perusahaan. Pendapatan perusahaan dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian, pertumbuhan pendapatan PTBA
cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Permintaan terhadap
produk PTBA pun cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan industri pertambangan di tahun
mendatang. Laba bersih perusahaan cenderung meningkat
setiap tahunnya, sehingga tingkat
keuntungan yang
dibagikan kepada investor pun meningkat. Walaupun pada
pertengahan
tahun
2008
perekonomian
Indonesia
94
cenderung sulit, namun perusahaan tetap menunjukkan tren
positif terhadap penjualan dan pendapatan.
4.3.3.4. PT Timah Tbk (TINS)
Berdasarkan data dibawah (Tabel 22) maka dapat
dihtung nilai rata-rata pertumbuhan dividen TINS, yaitu
sebesar 9.61% (g = 0.9610). Nilai rata-rata tersebut
digunakan untuk memprediksi nilai dividen di tahun-tahun
mendatang.
Tabel 23. Dividen PT Timah Tbk tahun 2006-2008
Tahun
Dividen
(Rp/lembar saham)
2006
207
2007
177
2008
133
Karena data terbatas selama tiga tahun, maka prediksi
nilai dividen pun terbatas pada tiga tahun mendatang yaitu
tahun 2009-2011.
Tabel 24. Prediksi nilai dividen TINS tahun 2009-2011
Tahun
Prediksi Dividen
(Rp/lembar saham)
2009
145.78
2010
159.79
2011
175.15
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI 3 bulan
periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu sebesar 9.78%,
namun peneliti menetapkan angka sebesar 7.5%. Karena
peneliti membandingkan dengan nilai Suku Bunga SBI 3
bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan membaiknya
kondisi perekonomian, sehingga 7.50% merupakan nilai
yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta saham TINS
adalah 1.34. Rm diperoleh dari tingkat rata-rata IHSG
95
periode Januari 2006-Desember 2008 adalah 24.15 %. Nilai
tingkat pengembalian minimum yang diharapkan (k) adalah
sebesar 29.81 %.
k = 7.50 % + 1.34(24.15% - 7.50%) = 29.81 %
Berikut merupakan nilai EPS PT Timah Tbk pada tahun
2005 sampai 2008.
Tabel 25. Nilai EPS TINS tahun 2005-2008
Tahun
EPS
(Rp)
2005
2006
2007
2008
214
414
355
267
Berdasarkan data diatas, maka dapat dihitung nilai
pertumbuhan EPS, nilai rata-rata pertumbuhan EPS TINS
adalah sebesar 7.65%. Nilai rata-rata pertumbuhan EPS
dugunakan untuk memperkirakan nilai EPS pada tahuntahun mendatang.
Tabel 26. Prediksi nilai EPS PT Timah Tbk tahun 2009-2011
Tahun
Pertumbuhan
(%)
EPS
Tahun
sebelumnya
(Rp)
2009
2010
2011
7.65
7.65
7.65
267
287.4255
309.4136
Prediksi
EPS
(Rp)
287.42
309.41
333.08
Pada tahun 2008 TINS melakukan stock split, Bursa
Efek
Indonesia (BEI)
menetapkan
harga
pelaksana
pemecahan saham (stock split) PT Timah Tbk (TINS)
dengan rasio 1:10 menjadi Rp 2.950 per saham dari
sebelumnya Rp 29.400. Alasan dilakukannya stock split
pada saham TINS adalah agar saham TINS likuid di pasar.
Volume perdagangan saham TINS juga naik drastis. Pada
08 Agustus 2008, frekuensi perdagangan saham TINS
96
mencapai 1.017 kali dengan volume transaksi 6,16 juta
saham. Padahal sehari sebelumnya (07 Agustus 2008),
saham TINS hanya diperdagangkan dengan frekuensi 310
kali dengan volume transaksi 718.500 saham saja. Artinya,
pasca stock split frekuensi perdagangan TINS melonjak
228% (Kontan,2010). Pasca stock split
jumlah saham
beredar TINS bertambah sepuluh kali lipat yaitu sebanyak
5.033.020.000
lembar
saham
pada
tahun
2008,
dibandingkan sebelum diadakannya stock split yaitu sebesar
503.302.000 lembar saham. Hal ini berpengaruh terhadap
nilai EPS, karena jumlah saham beredar merupakan
pembagi dalam penghitungan nilai EPS. EPS TINS tahun
2008 adalah Rp 267, maka nilai EPS tahun 2009 akan
berkurang nilainya dibandingkan nilai EPS tahun 2008
terkait bertambahnya jumlah saham beredar TINS.
Harga rata-rata saham TINS tahun 2008 adalah Rp.
2.345. Berdasarkan variabel EPS tahun 2008 sebesar 267
dan variabel harga tahun 2008 sebesar 2.345, maka
diperoleh P/E sebesar 8.78 kali. Nilai P/E digunakan untuk
memperoleh prediksi harga saham pada tahun mendatang.
Tabel 27. Prediksi harga saham PT Timah Tbk tahun 20092011
Tahun
Prediksi
EPS
(Rp)
Rasio
P/E
2009
2010
2011
287.42
309.41
333.08
8.78
8.78
8.78
Prediksi nilai
saham
(Rp)
2523.60
2716.65
2924.47
Maka berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui
harga wajar saham TINS pada akhir tahun 2011 adalah Rp
2.924,47 Nilai ini lalu dapat digunakan untuk mengetahui
nilai intrinsik saham TINS pada tahun 2009. Nilai intrinsik
saham TINS pada akhir tahun 2009 adalah sebesar Rp.
1.962,53. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan analisis nilai
97
intrinsik saham TINS. Harga aktual saham TINS pada akhir
tahun 2009 adalah Rp 2.000, sedangkan nilai intrinsik
menunjukkan
nilai
sebesar
Rp.
1.962,53.
Hal
ini
menunjukkan bahwa saham TINS mengalami overvalued di
pasar saham, karena nilai intrinsik lebih kecil daripada
harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan
untuk menjual saham TINS, karena dikhawatirkan nilai
saham TINS dibawah nilai intrinsik saham yaitu sebesar Rp
1.962,53.
Analisis fundamental PT Timah Tbk menunjukkan
bahwa perusahaan dalam kondisi yang cenderung kurang
memuaskan. Hal ini terkait dengan melemahnya harga
timah pada beberapa tahun belakangan ini, sehingga
menyebabkan
rendahnya
peningkatan
keuntungan
perusahaan. Menurunnya harga timah pada tahun 2008
dipengaruhi oleh arus krisis global yang menyebabkan
menurunnya permintaan logam timah, namun TINS masih
menunjukkan laba bersih pada tahun tersebut. Sehingga
perusahaan juga mampu membagikan keuntungan kepada
para investor pada setiap tahunnya, hal ini ditunjukkan oleh
nilai EPS pada setiap tahunnya yang disesuaikan dengan
nilai laba bersih yang diperoleh perusahaan.
4.4. Implikasi Manajerial
1. Melalui indikator Double Cross-over Moving Average investor
dapat memperoleh informasi waktu sinyal jual dan sinyal beli yang
cenderung akurat dalam memprediksi pergerakan harga saham.
Ketika sinyal jual (dead cross) muncul maka harga mulai
menunjukkan penurunan, sebaliknya ketika sinyal beli (golden
cross) muncul maka harga mulai bergerak naik. Sedangkan melalui
indikator Moving Average Envelope, sinyal jual-beli yang
dihasilkan cenderung lambat atau menghasilkan sinyal palsu.
Ketika sinyal jual terjadi, ternyata harga bergerak cenderung
98
stagnan. Hal ini akan membuat investor salah dalam mengambil
keputusan transaksi dalam berinvestasi. Maka investor dapat
menggunakan indikator Double Cross-over Moving Average dalam
melakukan keputusan jual-beli saham.
2. Melaui analisis fundamental diketahui bahwa Indonesia sebagai
negara dimana keempat emiten melakukan kegiatan operasi,
merupakan suatu negara yang memiliki potensi bagi investor
apabila ingin melakukan kegiatan investasi (khususnya dalam
emiten
pertambangan).
Hal
ini
dikarenakan
pertumbuhan
perekonomiannya yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
Melalui analis perusahaan diketahui bahwa emiten dengan
komoditas utama batubara memiliki prospek yang lebih menarik,
terkait dengan peningkatan keuntungan yang akan diperoleh
investor seiring dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh
emiten tersebut. BUMI dan PTBA yang komoditas utamanya
adalah batubara, memiliki prospek yang menjanjikan bagi investor.
Hal ini dikarenakan pendapatan perusahaan yang cenderung
meningkat setiap tahunnya, serta meningkatnya jumlah permintaan
terhadap komoditas tambang unggulan perusahaan yaitu batubara.
Permintaan terhadap batubara cenderung meningkat pada tahun
mendatang, terkait dengan kebutuhan batubara sebagai bahan baku
kegiatan produksi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa saham BUMI
dan PTBA mengalami undervalued di pasar modal, harga wajar
saham BUMI pada tahun 2009 adalah Rp 16.178,66 sedangkan
harga aktualnya hanya Rp 2.534,09. Harga wajar saham PTBA
pada tahun 2009 adalah Rp 23.551,48, sedangkan harga aktualnya
adalah Rp 17.250. Maka investor disarankan untuk berinvestasi
pada emiten tambang khususnya batubara. Sedangkan emiten
ANTM dan TINS, kinerja perusahaannya cenderung kurang baik.
Terkait dengan melemahnya harga komoditas nikel dan timah di
pasar dunia. Selain itu ANTM dan TINS mengalami overvalued di
bursa saham, karena harga wajar kedua emiten tersebut berada
99
dibawah harga aktualnya. Harga wajar saham ANTM adalah Rp.
2.266,79, sedangkan harga aktual pada tahun 2009 adalah
Rp2.534,36. Harga wajar saham TINS pada tahun 2009 adalah Rp
1.962,53, sedangkan harga aktualnya adalah Rp. 2000,00.
Dikhawatirkan investor akan memperoleh kerugian pada tahun
mendatang, terkait menurunnya harga saham kedua emiten.
100
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Analisis Teknikal keempat emiten menunjukkan bahwa, pada periode
triwulan I 2009 keempat emiten mengalami tren mendatar. Sedangkan pada
periode triwulan II 2009, keempat emiten mengalami kondisi uptrend. Pada
triwulan III 2009 ANTM dan PTBA mengalami tren menaik, BUMI dan
TINS cenderung mendatar. Pada periode triwulan IV 2009, harga saham
ANTM dan TINS menunjukkan tren menurun, sedangkan saham BUMI dan
PTBA mengalami kondisi uptrend. Pada akhir tahun 2009 grafik pergerakan
harga saham ANTM dan TINS menunjukkan sinyal jual, sedangkan BUMI
dan PTBA menunjukkan sinyal beli.
2. Kinerja keempat perusahaan selama periode 2006-2008 cenderung memiliki
perbedaan. PT Aneka Tambang Tbk penjualannnya cenderung menurun,
terkait melemahnya harga nikel di pasar dunia. Sehingga mengakibatkan
menurunnya keuntungan perusahaan. PT Bumi Resources Tbk mengalami
peningkatan pendapatan setiap tahunnya, karena meningkatnya permintaan
terhadap komoditas batubara. Namun laba bersih perusahaan cenderung
menurun terkait meningkatnya beban pajak perusahaan. PT Bukit Asam Tbk
mengalami peningkatan penjualan, terkait dengan meningkatnya jumlah
permintaan terhadap komoditas batubara di pasar dunia. Keuntungan
perusahaan pun cenderung meningkat karena meningkatnya harga batubara.
3. Harga wajar saham ANTM pada tahun 2009 adalah Rp. 2.266,79, sedangkan
harga aktual pada akhir tahun 2009 adalah Rp 2.534,36. Harga wajar saham
TINS pada tahun 2009 adalah Rp. 1.962,53, sedangkan harga aktual pada
akhir tahun adalah Rp 2.000. Hal ini menunjukkan bahwa saham ANTM dan
TINS mengalami overvalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih
kecil daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk
menjual saham ANTM dan TINS, karena dikhawatirkan nilai saham ANTM
dan TINS akan terkoreksi sampai dengan dibawah nilai intrinsik.
Sedangkan harga wajar saham BUMI pada tahun 2009 adalah Rp 16.178,66,
dan harga aktual pada akhir tahun adalah Rp. 2.534,36. Harga wajar saham
101
PTBA pada tahun 2009 adalah Rp. 23.551,48, dan harga aktual pada akhir
tahun adalah Rp 17.250. Hal ini menunjukkan bahwa saham BUMI dan
PTBA mengalami undervalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih
besar daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk
membeli saham BUMI dan PTBA, karena diharapkan bahwa nilai saham
BUMI dan PTBA akan meningkat dikemudian hari sampai dengan melebihi
nilai intrinsiknya.
4. Faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan
diantaranya, Produk Domestik Bruto yang dapat mencerminkan kondisi
perekonomian suatu negara . Pengangguran yaitu untuk mengetahui sejauh
mana perekonomian beroperasi pada kapasitas penuhnya. Inflasi yaitu terjait
dengan stabilitas atau resiko yang muncul dalam perekonomian suatu
Negara. Tingkat bunga merupakan tingkat pengembalian minimum yang
diharapakan investor. Defisit anggaran yaitu kemampuan pemerintahan
dalam melakukan pembiayaan terhadap defisit. Sentimen yaitu berupa
optimisme masyarakat terhadap perekonomian dalam meningkatkan daya
beli. Serta kondisi industri, yaitu terkait dengan persaingan serta potensi
pertumbuhan perusahaan dalam industri tersebut. Ketujuh faktor tersebut
dibutuhkan investor dalam menilai potensi terhadap sektor tersebut, dimana
investor akan melakukan kegiatan investasi. Serta informasi tersebut dapat
menarik minat investor untuk melakukan kegiatan investasi.
B. Saran
1. Bagi investor disarankan dalam menggunakan indikator Moving Average
(MA) agar periode MA yang digunakan jangan terlalu pendek (kurang dari
lima hari) ataupun terlalu panjang (lebih dari lima puluh hari). Karena MA
dengan periode yang terlalu pendek akan menimbulkan perubahan yang
cepat, sedangkan apabila periode terlalu panjang maka perubahan akan sulit
untuk diketahui atau cenderung telat. Sedangkan dalam melakukan analisis
fundamental seorang investor disarankan untuk mengamati income
statement perusahaan apabila ingin melakukan analisis fundamental, karena
dengan mencermati laporan rugi-laba investor akan mengetahui seberapa
baik kinerja operasional perusahaan dan seberapa banyak uang yang
102
dihasilkannya. Selain itu investor sebaiknya mencari informasi mengenai
kondisi makroekonomi dari sumber-sumber terpercaya.
2. Bagi peneliti lebih lanjut sebaiknya melakukan analisis terhadap angka
prosentase pada Moving Average Envelope terlebih dahulu agar diperoleh
hasil yang optimal. Angka prosentase yang digunakan pada Moving Average
Envelope adalah berdasarkan volatilitas harga saham.
103
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, F. Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi. http://kompas.com.
[Januari 2010]
Badan Pusat Statistik. Jakarta. Berita Resmi Statistik BPS. http://bps.go.id. [26
Maret 2010]
Badan Pusat Statistik. Tabel Ekspor-Impor Bulanan Periode 2006-2009.
http://bps.go.id. [30 Maret 2010]
Bank Indonesia. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia 2006-2009.
http://bi.go.id. [Januari 2010]
Bappenas. Jakarta. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan. http://bappenas.go.id. [25
April 2010]
Bataviase (Jakarta). Bidik Penjualan 20 Triliun. http://bataviase.com [24 Maret
2010]
Berita Sore (Jakarta). Silpa 2009 Bisa Tambal Defisit APBN-P 2010.
http://beritasore.com. [05 Januari 2010]
Bodie, Z, Alex Kane and Alan J Marcus. 2006. Investasi. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
Dana Reksa. Consumer Confidence Hits Lowest Level In More Than Two Years.
http://danareksaresearch.wordpress.com [03 Mei 2010]
Dana Reksa. Daya Beli Masih Memburuk.
http://danareksaresearch.wordpress.com [03 Mei 2010]
Dana Reksa. Ekonomi Triwulan IV 2009.
http://danareksaresearch.wordpress.com [01 April 2010]
Departemen Keuangan. 2010. Data Pokok APBN 2005-2010 Departemen
Keuangan RI. http://depkeu.go.id [26 Maret 2010]
Departemen Keuangan. 2010. Asumsi Makro APBN-P 2010.
http://fiskal.depkeu.go.id [26 Maret 2010]
Fitri, N.A. Nilai Investasi Menggemuk. http://kontan.co.id [16 April 2010]
Ganesh, A. 2009. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor
Pertambangan Periode Februari-Juli 2008 Di Bursa Efek Indonesia.
104
Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Indra, B. Akuisisi Herald, Satu Lagi Nasionalisasi Aset Asing Ala BUMI.
http://detikFinance.com [18 April 2010]
Kabarbisnis. UU Minerba Optimalkan Potensi Sektor
Tambang.http://kabarbisnis.com [17 April 2010]
Keown, A.J. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. PT
Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
PNPM-Mandiri. PNPM Mandiri Atasi Kemiskinan dan Pengangguran..
http://pnpm-mandiri.org. [30 April 2010]
PT Aneka Tambang Tbk. Laporan Tahunan PT Aneka Tambang Tbk Tahun 20062008. http://antam.com [09 Februari 2010]
PT Bukit Asam Tbk. Laporan Tahunan PT Bukit Asam Tbk Tahun 2006-2008.
http://ptba.co.id [09 Februari 2010]
PT Bumi Resources Tbk. Laporan Tahunan PT Bumi Resourcrs Tbk Tahun 20062008. http://bumiresources.com [09 Februari 2010]
PT Timah Tbk. Laporan Tahunan PT Timah Tbk Tahun 2006-2008.
http://timah.com [09 Februari 2010]
Rahardjo, B. 2009. Jeli Investasi Saham Ala Warren Buffet. Penerbit CV Andi
Offset. Yogyakarta.
Rusdin,. 2006. Pasar Modal. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Sabrini, S.B. 2008. Analisis Harga Saham Industri Rokok Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan
Teknikal. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan
Perbankan (Edisi kelima). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta
Sulistiawan, D dan Liliani. 2007. Analisis Teknikal Modern Pada Perdagangan
Sekuritas. Penerbit CV Andi Offset. Yogyakarta
Suprapto, H. Penyerapan Tenaga Kerja Baru Capai 60%. http://Vivanews.com.
[30 April 2010]
Widi, A. Kuartal I, Produksi batubara BUMI 16 juta ton.
http://economy.okezone.cim [04 April 2010]
105
Yahoo Finance. Historical price Jakarta Stock Exchange (JKSE) 2006-2009.
http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010]
Yahoo Finance. Historical price PT Aneka Tambang Tbk (ANTM.JK) 2006-2009.
http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010]
Yahoo Finance. Historical price PT Bumi Resources Tbk (BUMI.JK) 2006-2009.
http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010]
Yahoo Finance. Historical price PT Bukit Asam Tbk (PTBA.JK) 2006-2009.
http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010]
Yahoo Finance. Historical price PT Timah Tbk (TINS.JK) 2006-2009.
http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010]
www.bisnisindonesia.com. Saham Pertambangan Menguat. [11 November 2009]
www.infoanda.com. Forex Chart. [20 Desember 2009]
www.vibiznews.com. Saham pertambangan menjadi unggulan. [11 September
2009]
LAMPIRAN
106
Lampiran 1. Suku Bunga SBI 3 bulan periode 2006-2008
Suku Bunga SBI
Tanggal
Suku Bunga SBI
Tanggal
3 bulan
3 bulan
4/1/2006
12.91%
25/6/2008
9.20%
8/2/2006
12.92%
2/7/2008
9.40%
1/3/2006
12.73%
9/7/2008
9.47%
5/4/2006
12.64%
16/7/2008
9.52%
10/5/2006
12.15%
23/7/2008
9.71%
9/8/2006
11.36%
29/7/2008
9,74%
8/11/2006
9.50%
6/8/2008
9.71%
7/2/2007
8.10%
13/8/2008
9.73%
9/5/2007
7.83%
20/8/2008
9.73%
6/2/2008
7.89%
27/8/2008
9.74%
13/2/2008
7.98%
4/9/2008
9.78%
20/2/2008
7.99%
10/9/2008
9.85%
27/2/2008
8.00%
17/9/2008
9.82%
5/3/2008
8.02%
24/9/2008
9.90%
12/3/2008
8.03%
15/10/2008
10.94%
26/3/2008
8.04%
22/10/2008
11.00%
2/4/2008
8.03%
29/10/2008
11.16%
9/4/2008
8.04%
6/11/2008
11.49%
16/4/2008
8.04%
12/11/2008
11.49%
23/4/2008
8.04%
19/11/2008
11.49%
30/4/2008
8.04%
26/11/2008
11.50%
7/5/2008
8.26%
4/12/2008
11.25%
14/5/2008
8.29%
5/12/2008
11.24%
21/5/2008
8.35%
10/12/2008
11.25%
27/5/2008
8.44%
17/12/2008
11.24%
4/6/2008
8.53%
24/12/2008
11.08%
11/6/2008
9.12%
31/12/2008
11.08%
18/6/2008
9.15%
107
Lampiran 2. Tingkat Pengembalian IHSG per bulan Periode 2006-2008
Tanggal
Harga
IHSG
1/2/2006
1232.32
2/1/2006
1230.66
3/1/2006
Return
IHSG
Tanggal
Harga IHSG
Return
IHSG
7/2/2007
2348.67
9.7879
0.0775
8/1/2007
2194.34
-6.5710
1322.97
0.0723
9/3/2007
2359.21
7.5134
4/3/2006
1464.41
0.0851
10/1/2007
2643.49
12.0498
5/1/2006
1330
0.0721
11/1/2007
2688.33
1.6962
6/1/2006
1310.26
0.0798
12/3/2007
2745.83
2.1389
7/3/2006
1351.65
0.0823
1/2/2008
2627.25
-4.3185
8/1/2006
1431.26
0.0745
2/1/2008
2721.94
3.6041
9/1/2006
1534.61
0.0796
3/3/2008
2447.3
-10.0899
10/2/2006
1582.63
0.0796
4/1/2008
2304.52
-5.8342
11/1/2006
1718.96
0.0769
5/2/2008
2444.35
6.0676
12/1/2006
1805.52
0.0769
6/2/2008
2349.1
-3.8967
1/2/2007
1757.26
0.0819
7/1/2008
2304.51
-1.8982
2/1/2007
1740.97
0.0768
8/1/2008
2165.94
-6.0130
3/1/2007
1830.92
0.0716
9/1/2008
1832.51
-15.3942
4/2/2007
1999.17
0.0818
10/6/2008
1256.7
-31.4219
5/1/2007
2084.32
0.0740
11/3/2008
1241.54
-1.2063
6/4/2007
2139.28
0.0867
12/1/2008
1355.41
9.1717
108
Lampran 3. Tingkat Pengembalian PT Aneka Tambang Tbk per bulan Periode
2006-2008
Tanggal
Harga
ANTM
1/2/2006
855
2/1/2006
805
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga
ANTM
Return
7/2/2007
2700
7.5697
-5.8480
8/1/2007
2250
-16.6667
870
8.0745
9/3/2007
2775
23.3333
4/3/2006
1150
32.1839
10/1/2007
3350
20.7207
5/1/2006
890
-22.6087
11/1/2007
4675
39.5522
6/1/2006
925
3.9326
12/3/2007
4475
-4.2781
7/3/2006
1040
12.4324
1/2/2008
3575
-20.1117
8/1/2006
1080
3.8462
2/1/2008
4100
14.6853
9/1/2006
1100
1.8519
3/3/2008
3350
-18.2927
10/2/2006
1390
26.3636
4/1/2008
3500
4.4776
11/1/2006
1510
8.6331
5/2/2008
3250
-7.1429
12/1/2006
1600
5.9603
6/2/2008
3175
-2.3077
1/2/2007
1560
-2.5000
7/1/2008
2475
-22.0472
2/1/2007
1820
16.6667
8/1/2008
1890
-23.6364
3/1/2007
2370
30.2198
9/1/2008
1460
-22.7513
4/2/2007
3120
31.6456
10/6/2008
1040
-28.7671
5/1/2007
2800
-10.2564
11/3/2008
1020
-1.9231
6/4/2007
2510
-10.3571
12/1/2008
1090
6.8627
109
Lampiran 4. Tingkat Pengembalian PT Bumi Resources Tbk per bulan Periode
2006-2008
Tanggal
Harga
BUMI
1/2/2006
850
2/1/2006
840
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga
BUMI
Return
7/2/2007
2700
18.6813
-1.1765
8/1/2007
2550
-5.5556
890
5.9524
9/3/2007
3575
40.1961
4/3/2006
910
2.2472
10/1/2007
4800
34.2657
5/1/2006
830
-8.7912
11/1/2007
5650
17.7083
6/1/2006
770
-7.2289
12/3/2007
6000
6.1947
7/3/2006
830
7.7922
1/2/2008
6400
6.6667
8/1/2006
750
-9.6386
2/1/2008
7700
20.3125
9/1/2006
740
-1.3333
3/3/2008
6200
-19.4805
10/2/2006
770
4.0541
4/1/2008
6650
7.2581
11/1/2006
810
5.1948
5/2/2008
8050
21.0526
12/1/2006
900
11.1111
6/2/2008
8200
1.8634
1/2/2007
1080
20.0000
7/1/2008
6750
-17.6829
2/1/2007
1210
12.0370
8/1/2008
5500
-18.5185
3/1/2007
1330
9.9174
9/1/2008
3200
-41.8182
4/2/2007
1380
3.7594
10/6/2008
2175
-32.0313
5/1/2007
1750
26.8116
11/3/2008
1010
-53.5632
6/4/2007
2275
30.0000
12/1/2008
910
-9.9010
110
Lampiran 5. Tingkat Pengembalian PT Bukit Asam Tbk per bulan Periode 20062008
Tanggal
Harga
PTBA
1/2/2006
1960
2/1/2006
2050
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga
PTBA
Return
7/2/2007
6650
1.5267
4.5918
8/1/2007
5750
-13.5338
2075
1.2195
9/3/2007
6550
13.9130
4/3/2006
3000
44.5783
10/1/2007
9050
38.1679
5/1/2006
3350
11.6667
11/1/2007
12100
33.7017
6/1/2006
3150
-5.9701
12/3/2007
12000
-0.8264
7/3/2006
3275
3.9683
1/2/2008
11400
-5.0000
8/1/2006
3400
3.8168
2/1/2008
11450
0.4386
9/1/2006
3375
-0.7353
3/3/2008
10050
-12.2271
10/2/2006
3450
2.2222
4/1/2008
10600
5.4726
11/1/2006
3250
-5.7971
5/2/2008
14600
37.7358
12/1/2006
3525
8.4615
6/2/2008
16400
12.3288
1/2/2007
3125
-11.3475
7/1/2008
13650
-16.7683
2/1/2007
3300
5.6000
8/1/2008
14500
6.2271
3/1/2007
3450
4.5455
9/1/2008
9350
-35.5172
4/2/2007
3900
13.0435
10/6/2008
5475
-41.4439
5/1/2007
5250
34.6154
11/3/2008
6900
26.0274
6/4/2007
6550
24.7619
12/1/2008
6900
0.0000
111
Lampiran 6. Tingkat Pengembalian PT Timah Tbk per bulan Periode 2006-2008
Tanggal
Harga
TINS
1/2/2006
192
2/1/2006
205
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga
TINS
Return
7/2/2007
1410
16.0494
6.7708
8/1/2007
1230
-12.7660
207.5
1.2195
9/3/2007
1325
7.7236
4/3/2006
242.5
16.8675
10/1/2007
1950
47.1698
5/1/2006
193
-20.4124
11/1/2007
2500
28.2051
6/1/2006
174
-9.8446
12/3/2007
2870
14.8000
7/3/2006
174
0.0000
1/2/2008
2880
0.3484
8/1/2006
174
0.0000
2/1/2008
3255
13.0208
9/1/2006
177
1.7241
3/3/2008
2895
-11.0599
10/2/2006
240
35.5932
4/1/2008
3215
11.0535
11/1/2006
230
-4.1667
5/2/2008
3395
5.5988
12/1/2006
442.5
92.3913
6/2/2008
3745
10.3093
1/2/2007
785
77.4011
7/1/2008
3195
-14.6862
2/1/2007
960
22.2930
8/1/2008
2575
-19.4053
3/1/2007
1185
23.4375
9/1/2008
1660
-35.5340
4/2/2007
1195
0.8439
10/6/2008
1160
-30.1205
5/1/2007
1165
-2.5105
11/3/2008
1050
-9.4828
6/4/2007
1215
4.2918
12/1/2008
1080
2.8571
112
Lampiran 7. Simulasi investasi saham BUMI pada tahun 2009
Modal Rp. 5.296.000
Beli
Jual
Net
Profit
Harga
(Rp)
Jumlah
(Lot)
Total
(Rp)
16-Mar-09
1324
8
5296000
23-Jun-09
1-Jul-09
2059
8
8236000
11-Sep-09
2415
8
18-Nop-09
2484
8
Tanggal
Harga
(Rp)
Untung/Rugi
(Rp)
Cost
0.5%
(Rp)
Jumlah
(Lot)
Total
(Rp)
1914
8
7656000
2360000
11800
2348200
4-Sep-09
2322
8
9288000
1052000
5260
1046740
9660000
27-Okt-09
2425
8
9700000
40000
200
39800
9936000
24-Des-09
2474
8
9896000
-40000
-200
-39800
Jumlah
3394940
Tanggal
113
Lampiran 8. Simulasi investasi saham PTBA pada tahun 2009
Modal Rp. 31.000.000
Beli
Untung/Rugi
(Rp)
Jual
16-Feb-09
7750
8
31000000
2-Mar-09
6800
8
27200000
-3800000
-19000
-3781000
3-Apr-09
7050
8
28200000
23-Jun-09
10300
8
41200000
13000000
65000
12935000
17-Sep-09
14300
8
57200000
9-Nov-09
14600
8
58400000
1200000
6000
1194000
Tanggal
Harga
(Rp)
Jumlah
(Lot)
Total
(Rp)
Net Profit
Jumlah
(Lot)
Tanggal
Total
(Rp)
Cost
0.5%
Harga
(Rp)
(Rp)
10348000
Jumlah
114
Lampiran 9. Simulasi investasi saham TINS pada tahun 2009,
Modal Rp. 4.280.000
Beli
Jual
Net Profit
Tanggal
Harga
(Rp)
Jumlah
(Lot)
Total
(Rp)
Tanggal
Harga
(Rp)
Jumlah
(Lot)
Total
(Rp)
Untung/Rugi
(Rp)
Cost 0.5%
(Rp)
25-Mar-09
1070
8
4280000
23-Jun-09
1890
8
7560000
3280000
16400
3263600
27-Jul-09
2075
8
8300000
25-Aug-09
2175
8
8700000
400000
2000
398000
16-Sep-09
2175
8
8700000
28 okt
2009
1980
8
7920000
-780000
-3900
-776100
Jumlah
2885500
Download