pengisian dan pemasakan biji - PENYIMPANAN DAN DORMANSI

advertisement
TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH
PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI
Oleh :
Dewi Ma’rufah
H0106006
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
I. PENDAHULUAN
Biji merupakan alat untuk mempertahankan kelanjutan hidup jenis (species)
suatu tumbuhan yaitu dengan cara mempertahankan atau memperpanjang
kehidupan embryonic axis ( kamil, 1979). Begitu pentingnya peranan biji dalam
keberlanjutan kehidupan, oleh karena pengetahuan tentang biji sendiri sangat
penting untuk diketahui.
Di dalam biji terdapat embrio sebagai calon epikotil dan hipokotil calon
tumbuhan serta cadangan makanan yang pada monokotil disebut endosperm dan
pada dikotil disebut kotiledon. Menurut Hidayat E.B (1995) cadangan makanan di
dalam biji menunjang embrio muda yang muncul dari biji berkecambah sampai
mampu berfotosintesis.
Penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satu fungsi utama dari
biji. Penyimpanan cadangan makanan tersebut berhubungan erat dengan proses
pemasakan dan pengisian biji. Pengetahuan tentang hal tersebut sangat diperlukan
sebagai bekal para breeder agar dapat memproduksi benih / biji yang mempunyai
daya dan kecepatan kecambah (viabilitas) yang tinggi.
II. ISI
A. Tahapan Pengisian Biji
Pengisian biji berlangsung melalui beberapa tahapan sampai biji tersebut
benar-benar masak. Tanaman akan mentranslokasikan berbagai senyawa agar
biji mengandung cadangan makanan yang cukup.
Untuk perkembangannya, benih menggunakan bahan-bahan (terutama
karbohidrat) yang disintesis dalam daun. Pada tanaman polong sumber
asimilat berasal dari polong yang sedang tumbuh. Sumber dan translokasi
asimilat yang dipasok bagi benih yang berkembang pada tanaman leguminosa
dapat dibedakan pada tanaman serealia. Dalam tanaman serealia karbohidrat
seperti pati, gula, dan polisakarida lain mencapai maksimum dalam bagian bagian vegetatif tanaman induk sekitar waktu antesis (terbukanya kepala sari)
setelah itu konsentrasinya mulai menurun. Sebagian karbohidrat yang
disimpan ini ditranslokasikan kepada bagian yang sedang tumbuh.
Menurut Mugnisyah dkk (1990) bentuk derivat dari karbohidrat yang
ditanslokasikan tersebut adalah sukrosa. Sukrosa ini diangkut melalui jaringan
pengangkut (floem). Dalam terigu dan barley seluruh hara dipasok melalui
jaringan pembuluh yang terentang melalui daerah tali pusar dan kalaza.
Kemudian melalui nucellus akhirnya melalui lapisan aleuron sebelum
memasuki endosperma. Ketika sukrosa berlalu dari jaringan pembuluh ke
dalam endosperma serealia, bahan tersebut dirombak oleh invertase menjadi
glukosa dan fruktosa. Sukrosa kemudian terbentuk kembali setelah dilakukan
pengambilan oleh sel-sel endosperma.
Pada tanamana legum, kebanyakan tidak mampu untuk memobilisasi
asimilat mereka yang disimpan sebelum pembentukan buah akibatnya
pembentukan cadangan makanan dalam benih sangat bergantung pada
asimilat yang dibentuk selama pembentukan buah tersebut. Dan hasil benih
tampaknya sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan yang
merusak selama pengisian.
Selama tahapan perkembangan dini, benih legum (nonendospermik)
memperoleh haranya dari endosperma yang mengelilingi embrio dalam
kantung embrio. Tetapi asimilat yang diperlukan kemudian untuk cadangan
makanan dalam kotiledon ditranslokasikan dari tanaman induk. Hal ini dapat
berlangsung karena adanya unting pembuluh yang bercabang dari jaringan
pembuluh yang merentang melalui polong dan kemudian lewat melampaui tali
pusar ke integument (mugnisyah dkk, 1990)
Setelah pembuahan, embrio yang berawal sebagai sel tunggal tumbuh
dengan cepat dan bakal benih berkembang untuk mengimbangi perbesaran
struktur yang ada di dalamnya. Embrio merupakan massa dari sel yang tidak
berdiferensiasi dalam tahap awalnya. Dengan berlanjutnya pembesaran maka
terbentuklah tajuk muda, akar muda dan kotiledon (dikotil) atau endosperm
(monokotil).berlalunya asimilat melalui tali pusar dan dari selaput benih
kedalam kotiledon dengan difusi dibantu oleh kehadiran sel transfer.
Sintesis protein ini terjadi di dalam endosperm/ kotiledon Sintesis
protein dimulai dimulai pada saat embrio mulai tumbuh. Sintesis protein ini
mencerminkan peningkatan jumlah enzim dan protein struktural. Pada
permulaan proses sintesis protein itu meningkat dan akhirnya mengalami
penurunan seiring dengan cukupnya cadangan makanan di dalam biji dan
berakhirnya perkembangan embryo di dalam biji (Wartoyo dkk, 2007)
B. Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Di dalam proses pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat optimumnya proses tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor internal yang berasal dari dalam tanaman (biji) itu
sendiri dan faktor eksternal yang lebih berorientasi pada lingkungan.
a. Faktor internal/genetik
Jenis tanaman
Jenis tanaman sangat mempengaruhi proses perkembangan dan
pengisian biji. Pada proses tersebut tanaman dikelompokkan pada dua
jenis yang berbeda yaitu tanaman leguminosa (dikotil) dan tanaman
serealia (monokotil). Perbedaan mendasar terlihat pada proses
translokasi sukrosa diantara keduanya. Jika pada tumbuhan serealia
proses translokasi sudah mencapai maksimum ketika anthesis terjadi.
Akan tetapi, pada tumbuhan leguminosa proses tranlokasi mulai
dilakukan ketika pembentukan buah (penyerbukan sudah terjadi).
Keberagaman gen antar varietas dalam spesies
Dalam satu spesies bahkan dalam satu varietas tanaman, ditemukan
keragaman genetik yang cukup besar. Keragaman genetik tersebut juga
sangat berpengaruh terhadap proses pengisian dan pemasakan biji.
Misalnya saja pada tanaman padi PETA dengan INTANI mempunyai
waktu masak fisiologis yang berbeda.
b. Faktor eksternal
 Faktor Lingkungan
Kondisi iklim
Proses pemasakan dan pengisian biji dipengaruhi pula oleh
ketinggian tempat. Hal ini dapat dilihat pada budidaya tanaman padi
daerah yang tinggi lebih panjang jika dibanding dengan masa panen di
daerah yang lebih rendah ketinggiannyya.
Kondisi kelembaban yang ada di sekitar biji pada saat proses
pemasakan dan pengisian biji berlangsung juga akan berpengaruh. Biji
yang berada dalam kondisi kelembaban yang cukup tinggi akan
menghambat pencapaian masak fisiologis sehingga proses tersebut
agak lama tercapai. Hal ini karena pengurangan kadar air dalam biji
terhambat / membutuhkan banyak energi.
Kondisi lahan
Kondisi unsur hara dalam tanah sangat sangat beragam ada
tanah yang bersifat kaya akan unsur hara dan ada pula tanah yang
bersifat kurang unsur hara. Ketika unsur hara dalam kondisi yang
rendah maka tanaman akan terhambat pertumbuhan sehingga proses
pertumbuhan dan pengisian bijinya juga terhambat begitu pula
sebaliknya.
 Faktor Teknik Budidaya
Teknk budidaya tanaman berpengaruh terhadap proses pengisian
dan pemasakan biji. Tindakan teknik budidaya yang berpengaruh
terhadap pemasakan dan pengisian biji ini antara lain saat tanam,
pemberian air, pemupukan, jarak tanam, dan saat panen. Saat tanam
yang tepat berkaitan dengan musim yang paling cocok dengan
pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditanam pada musim yang
tepat (saat yang tepat) maka fotosintat / asimilat akan banyak
dihasilkan dan akan berpengaruh terhadap perkembangan biji. Begitu
pula pemberian air, pemupukan, perlakuan jarak tanam dan saat panen
yang tepat akan berpengaruh positif terhadap pemasakan dan
perkembangan biji apabila kita melakukan teknik budidaya sesuai
dengan kebutuhan tanaman.
C. Saat Tepat Panen Biji Untuk benih
Ketepatan waktu dalam melakukan panen untuk mendapatkan benih
akan sangat berpengaruh terhadap mutu benih yang dapat dilihat dari
kecepatan dan daya kecambah apabila benih tersebut ditanam. Saat yang tepat
untuk memanen biji adalah pada saat biji pada tanaman Tersebut mencapai
masak fisiologis.
Pada saat biji mencapai masak fisiologis ini proses-proses fisiologis
yang
berkaitan dengan
pengisian
biji
diihentikan
sehingga
proses
pertumbuhan (perbesaran) tidak lagi terjadi dan biji mencapai berat
maksimum. Oleh karena itu pada saat biji (buah) sudah mencapai berat
maksimum sebaiknya segera dilakukan pemanenan karena biji sudah
mencapai masak fisiologis.
Selain berat biji yang sudah mencapai maksimum, tanda biji sudah
mencapai masak fisiologis adalah terjadinya penurunan kadar air dalam biji
hingga batasan tertentu (tergantung jenis tanaman). Setelah batasan tertentu
tersebut, kadar air biji akan mengalami fluktuasi. Saat kadar air mengalami
fluktuasi inilah biji sudah masak fisiologis. Fluktuasi kadar air dalama biji
ternyata berhubungan erat dengan kelembaban udara disekitar tempat biji
disimpan. Hal ini disebabkan sifat biji yang higroskopis sehingga sangat
terpengaruh oleh kelembaban udara.
Penentuan saat panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap mutu
benih, oleh karena itu ketepatan sangat dianjurkan. Penentuan saat panen
terkadang terkendala oleh tidak serentaknya masaknya walaupun dalam satu
tanaman. Misalnya pada tanaman padi, bulir yang letaknya paling ujung
masak terlebih dahulu daripada bulir yang berada di pangkal. Hal ini
mengakibatkan tidak seragamnya mutu benih karena perbedaan masak
fisiologis.
D. Dampak yang Timbul Saat Panen yang Tepat pada Mutu Benih
Mutu benih tertinggi diperoleh saat masak fisiologis. Tidak pernah
diperoleh mutu biji lebih tinggi daripada mutu biji pada saat masak fisiologis.
Jadi setelah mencapai masak fisiologis, biji tidak akan memiliki mutu yang
lebih tinggi daripada saat masak fisiologis. Karena pada saat lewat masak
fisiologis biji akan mengalami penurunan mutu karena cadangan makanannya
digunakan untuk melakukan respirasi.
Menurut Jurnalis kamil (1979), penundaan masa panen setelah masak
fisiologis juga berdampak negatif pada biji yaitu menurunkan mutu benih,
menurunkan hasil dan meningkatkan potensi kerusakan biji karena fungi /
jamur.
Mutu benih biasa dihubungkan dengan daya kecambah dan kecepatan
berkecambah benih tersebut. Masa panen yang tepat sangat berpengaruh
terhadap dua faktor tersebut karena benih yang sudah mencapai masak
fisiologis memiliki cadangan makanan yang cukup untuk menjadi individu
baru. Cadangan makanan yang cukup dalam biji akan mendorong kecepatan
dan daya berkecambah akan tinggi.
Begitu pula sebaliknya, bila biji dipanen sebelum masak fisiologis maka
biji akan lemah karena berat kering biji yang rendah, cadangan makanan
sedikit, jaringan penunjang tidak tumbuh baik karena (Kamil, 1979).
Tentunya,
mutu biji ini lebih rendah daripada biji yang sudah mencapai
masak fisiologis yang dicirikan dengan berat kering (berat biji) yang
maksimum dan kadar air yang mengalami fluktuasi harian.
III. KESIMPULAN
Tahapan pengisian biji secara kimiawi adalah proses translokasi karbohidrat
ke dalam biji. Proses pentranslokasian ini melewati floem, funiculus-kalaza dan
akhirnya masuk ke dalam biji. Karbohidrat tadi ditranslokasikan dalam bentuk
sukrosa dan ketika sukrosa tersebut sudah sampai di dalam biji maka akan diubah
lagi menjadi pati.
Faktor internal yang berpengaruh dalam proses pemasakan dan pengisian
biji adalah faktor internal yang terdiri dari jenis tanaman dan keberagaman gen
antar varietas di dalam spesies. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh
adalah faktor lingkungan dan faktor teknik budidaya.
Saat tepat memanen benih yang digunakan untuk produksi pertanian adalah
pada saat benih mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan berfluktuasinya
kadar air dan maksimalnya berat kering dari biji. Dampak yang timbul ketika
benih dipanen pada saat yang tepat adalah benih akan mempunyai daya dan
kecepatan kecambah yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa. Bandung.
Mugnisyah, W.Q., Setiawan, A. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali press.
Jakarta.
Wartoyo., Warsoko W., Sri N., Bambang., 2007. Buku Ajar Fisioogi Benih. UNS.
Surakarta.
Download