pilot project pengembangan klaster mebel rotan di

advertisement
BOKS
PILOT PROJECT PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN
DI TRANGSAN KEC. GATAK KAB. SUKOHARJO JAWA TENGAH
Pengembangan UMKM melalui klaster merupakan pendekatan yang sudah
mengglobal dan dilakukan di beberapa sentra industri di Indonesia. Namun masih
banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif atau dormant (90%). Bank Indonesia
memandang perlu untuk turut mengembangkan klaster sebagai upaya percepatan
pertumbuhan sektor riil bagi pengembangan UMKM melalui Pilot Project Klaster. Dari
pelaksanaan Pilot Project tersebut diharapkan diperoleh model pengembangan klaster
untuk selanjutnya dapat direplikasikan ke klaster di wilayah lain
Untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan melalui program inisiatif
“Percepatan Pengembangan Sektor Riil“, Kantor Bank Indonesia Semarang turut
berpartisipasi dalam proyek pengembangan klaster mebel rotan di Kecamatan Gatak,
Sukohardjo. Pelaksanaan program inisiatif “Percepatan Pengembangan Sektor Riil“
melalui Pilot Project pengembangan klaster mebel rotan tersebut didasari oleh fakta
yang menunjukkan belum optimalnya realisasi pertumbuhan kredit perbankan baik
secara nasional maupun regional selama tahun 2006. Berkaitan dengan hal tersebut,
untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan melalui percepatan sektor riil, KBI
Semarang bersama empat Kantor Bank Indonesia lain (Medan, Bandung, Surabaya,
dan Mataram) dan satu wilayah di Jakarta (Banten) melaksanakan program kerja
inisiatif dimaksud.
Di wilayah Jawa Tengah, KBI Semarang telah melakukan kesepakatan dengan
GTZ RED sebagai lembaga yang telah melaksanakan Proyek Pengembangan Ekonomi
Wilayah di Subosukawonosraten. Kerjasama tersebut dilakukan berdasarkan
kemitraan dan kontribusi bersama dalam berbagai kegiatan Bantuan Teknis dengan
sasaran UMKM yang bergerak dalam sektor mebel rotan di wilayah Trangsan,
Sukoharjo. Melalui kegiatan Bantuan Teknis tersebut, diharapkan tujuan
Pengembangan Ekonomi Wilayah maupun Percepatan Pengembangan Sektor Riil
dapat tercapai, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan aktivitas
perekonomian.
Usaha mebel merupakan salah satu usaha potensial di wilayah Surakarta.
Industri mebel di wilayah ini melibatkan 216 eksportir serta menyerap tenaga kerja
sebesar kurang lebih 44.000 orang. Dengan output kurang lebih 690 kontainer 40
FT/bulan, industri ini mencatat nilai ekspor sebesar Rp. 841,23 miliar. Sementara subsektor mebel rotan - yang mayoritas produsennya berada di klaster mebel rotan Desa
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
54
Trangsan Sukoharjo – merupakan salah satu komoditas ekspor utama bagi Kabupaten
Sukoharjo setelah tekstil dan produk tekstil.
Industri mebel rotan saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang
diakibatkan dari adanya perubahan kebijakan pemerintah terkait dengan ekspor rotan
mentah ke luar negeri, sistem distribusi bahan baku rotan dalam negeri yang
terpengaruh kebijakan tersebut, serta semakin ketatnya persaingan di pasar mebel
rotan dunia, terutama persaingan dengan Cina dan Vietnam. Meskipun masa
depannya terlihat tidak menentu, namun sebagian besar pembeli internasional masih
merasa optimis terhadap mebel rotan Indonesia, yang mereka anggap masih memiliki
prospek cukup bagus di beberapa pasar seperti Eropa, Jepang dan Australia.
Dari hasil diskusi terbatas dan serangkaian wawancara yang dilakukan
terhadap para pelaku usaha di sektor mebel ekspor dan mebel rotan di wilayah
Surakarta (termasuk di dalamnya klaster mebel rotan di Trangsan, Sukoharjo) dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan utama pengembangan industri mebel rotan
di wilayah ini yaitu:
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Kelangsungan pasokan bahan baku rotan. Hal ini terkait dengan dampak dari
Permendag 12/2005 yang memperbolehkan ekspor bahan baku rotan ke luar
negeri, telah menyebabkan terhambatnya distribusi bahan baku di dalam negeri.
Masih banyaknya peraturan/kebijakan yang dirasakan menghambat industri mebel
rotan (misalnya, Terminal Handling Cost, berbagai pungutan ekspor, dsb).
Kesenjangan kualitas SDM yang berpengaruh pada kualitas dan waktu
pengiriman. Disamping itu kesadaran para produsen terhadap kompetisi di pasar
global juga relatif masih lemah.
Rendahnya produktivitas dibandingkan beberapa negara pesaing (Cina, Vietnam,
Filipina, Malaysia dan Thailand). Sebagian besar proses produksi dan tata letak
produksi masih berbentuk home industry dengan tata letak produksi yang
tradisional, serta belum mempertimbangkan aspek efisiensi dan kontrol kualitas.
Kesenjangan pengetahuan tentang hubungan dengan pasar internasional (misal,
pemahaman tentang tren dan kebutuhan pasar, pemahaman kontrak, negosiasi,
penangangan komplain dari pembeli serta sistem pembayaran ekspor).
Rendahnya inovasi dan pengembangan desain produk. Banyak pembeli
menyatakan tentang sulitnya menemukan produk-produk dengan desain baru. Di
samping itu partisipasi dari univesitas serta lembaga-lembaga pendidikan terkait
dalam mendukung proses inovasi masih sangat terbatas.
Melihat berbagai permasalahan yang masih dihadapi oleh sub sektor mebel
rotan, dan dengan melihat penurunan daya saing yang dimiliki oleh sub-sektor mebel
ini khususnya di pasar ekspor, maka Program red dari GTZ bekerjasama dengan KBI
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
55
Semarang melaksanakan kegiatan pendampingan/bantuan teknis dengan
mengaplikasikan pendekatan value chain di klaster mebel rotan Trangsan, Sukoharjo.
Meskipun telah diimplementasikan secara luas di Indonesia, pendekatan
klaster masih menjadi perdebatan baik di kalangan akademisi maupun pelaku dunia
usaha. Sebagian besar stakeholder mengartikan klaster sebagai “sentra”. Sentra di
Indonesia diartikan memiliki kesamaan dengan definisi klaster. Pendekatan klaster
sebagian besar hanya mempertimbangkan sisi produksi semata, dimana seluruh
permasalahan dan peluang hanya dilihat dari sisi pandang produsen. Sehingga pada
tataran implementasinya banyak upaya dukungan pengembangan UMKM melalui
pendekatan klaster hanya menciptakan solusi-solusi parsial.
Pada kenyataannya di dalam sebuah klaster terdapat mata rantai nilai (value
chain) yang selama ini secara tidak langsung menjadi bagian tidak terpisahkan dari
aktivitas bisnis sehari-hari produsen di sebuah klaster. Value chain didefinisikan
sebagai sebuah rangkaian proses produktif mulai dari penyedia input dari suatu
produk, produksi, pemasaran dan distribusi hingga ke konsumen akhir. Pendekatan
ini secara sistematis memperhitungkan keseluruhan tahapan dari proses produksi.
Juga analisis dari berbagai keterkaitan dan aliran informasi sepanjang rantai nilai.
Pendekatan ini juga memberikan analisa terhadap mata rantai yang melalui lintas
batas daerah dan bahkan antar negara, memperhitungkan pula kebutuhan pembeli
dan standar-standar internasional, serta memungkinkan adanya benchmarking secara
internasional (Ritcher, 2005).
Value chain secara umum terdiri dari tiga atau lebih pelaku, mulai dari
produsen, pengolahan, distributor, para perantara penjualan, pembeli besar, pembeli
retail hingga akhirnya sampai ke konsumen. Para pelaku/mitra dalam mata rantai nilai
disini saling bekerjasama untuk menentukan tujuan bersama, saling berbagi resiko
dan manfaat, serta melakukan investasi baik dalam hal waktu, tenaga dan
sumberdaya yang ada untuk meningkatkan hubungan kerja di antara mereka.
Penerapan pendekatan value chain dalam konteks klaster industri akan
menciptakan keterkaitan dan integrasi yang lebih kuat di antara para pelaku untuk
memperkuat klaster itu sendiri, dan meningkatkan daya saing dari sub-sektor yang
bersangkutan. Melalui pendekatan value chain, sektor atau sub sektor potensial dapat
dilihat sebagai sebuah rangkaian dari proses produktif (fungsi-fungsi).
Kemampuannya untuk menciptakan keterkaitan.
Nilai lebih dari pendekatan value chain adalah, kemampuannya untuk
menciptakan keterkaitan institusional dan koordinasi di antara pemasok, produsen,
pedagang dan distributor. Bagi pengembangan ekonomi lokal dan wilayah,
pendekatan value chain juga dapat dijadikan sebagai model yang menciptakan
keterkaitan aktif antar pelaku dalam mata rantai suatu sektor/sub-sektor unggulan,
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
56
serta dengan institusi dan stakeholder terkait lainnya guna penguatan daya saing
sektor/seub-sektor yang bersangkutan.
Gambar 1. Pendekatan value chain untuk mendukung pengembangan UMKM
Mitra dan kelompok sasaran pengembangan klaster adalah Asosiasi Produsen
Mebel dan Handicraft (ASMINDO Komda Surakarta) dan Produsen mebel rotan di
klaster Desa Trangsan, Sukoharjo.
Tujuan program pengembangan klaster agar UMKM di klaster mebel rotan
dapat meningkatkan daya saingnya melalui penguatan value chain dan serangkaian
strategi penguatan dan penciptaan layanan pengembangan usaha bagi UMKM.
Sedangkan Output yang diharapkan antara lain adalah :
ƒ Terdapat 5 perusahaan menciptakan produk baru dan ditawarkan ke pasar ekspor
melalui kegiatan pameran.
ƒ Telaksananya 3 kegiatan pelatihan untuk mendukung pengembangan UMKM di
klaster rotan, meliputi pelatihan CEFE (Competency based Economic Formation of
Enterprises) untuk Bisnis Start Up dan Improving Business dan Pelatihan
Manajemen Produktivitas dan Kualitas.
ƒ Tersedianya rencana pemasaran (marketing plan) untuk klaster
ƒ Tersedianya publikasi kegiatan dukungan pengembangan UMKM di klaster rotan
berupa Pameran dan Business Gathering.
Hasil yang ingin dicapai dari berbagai kegiatan tersebut adalah pengembangan
produktivitas dan kualitas untuk menciptakan volume ekspor sebagai dampak dari
kepuasan konsumen, kemudian produk baru hasil pengembangan melalui penerapan
manajemen desain dapat diterima oleh pasar.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
57
Kegiatan dan pelaksanaan bantuan teknis sampai dengan akhir Tahun 2007
akan dilakukan sebagaimana project planning matrix berikut ini.
Project Planning Matrix (PPM) GTZ red
dengan KBI Semarang
Judul kerjasama : Pengembangan Klaster UMKM
melalui Pendekatan Value Chain
Tujuan utama: Peningkatan daya saing UMKM di
klaster melalui penguatan mata rantai nilai serta
hubungan antar para pelaku dalam mata rantai
nilai tersebut
Durasi proyek : Mei – Desember 2007 (8 bulan)
Strategi pengembangan melalui pemberian Bantuan
Teknis berupa Pelatihan, Pembinaan, Business
Gathering, Pameran, Publikasi, Workshop
Kelompok
Sasaran
Calon
Pengusaha
dan
Pengusaha
Tujuan
Indikator
Aktivitas
Waktu
Metodologi
Menciptakan
Lapangan Kerja
melalui Usaha
Baru
Ketrampilan
wirausaha para
pelaku ekonomi
meningkat dan
kinerja keseluruhan
membaik
21 Mei –
8 Juni
2007
Klasikal, Game
Dari waktu ke
waktu
meningkatkan
ketrampilan
UMKM secara
spesifik
Meningkatkan
kapasitas para
desainer lokal
dan
perusahaan
dalam
melakukan
inovasi
pengembangan
produk.
Menyediakan
jasa pelayanan
yang spesifik
guna
meningkatkan
daya saing
Meningkatkan
kinerja UKM secara
spesifik
Pelatihan
CEFE Start up
(Competence
Based
Economic
Formated
Enterprise)
Pelatihan
CEFE BIC
Agustus
2007
Klasikal, Game
Pengusaha
UMKM
Pelatihan Pengembangan
Desain Produk
Juni –
Oktober
2007
Pelatihan kelas
Pelatihan di
lokasi
perusahaan
(coaching)Pamer
an produk hasil
pelatihan
Desainer
lokal (inhouse dan
freelance)
Universitas/in
stitusi
pendidikan/
vocational
training
• Paling tidak 1
prototipe lini
produk baru
berhasil
dikembangkan/
diproduksi oleh
perusahaan
peserta
pelatihan.
• Produk-produk
/prototipe hasil
keluaran rogram
dipamerkan
dalam pameran
dagang/mebel
pada tahun 2007
atau 2008, serta
tersedianya
ringkasan hasil
analisis kepuasan
calon pelanggan.
• Paling tidak
terdapat 1
permintaan dari
pembeli terhadap
lini produk baru
yg
dikembangkan
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
58
Tujuan
Indikator
Meningkatkan
kapasitas UKM
dalam aspek
PPIC (plan
production
inventory
control)
• Menurunnya
komplain dari
pembeli sebesar
30 %
• Meningkatnya
kepuasan
pembeli terhadap
kualitas produk
sebesar 30 %
Para peserta
memperoleh
pengetahuan
mengenai bahan
baku finishing yang
ramah lingkungan
dan 50%
diantaranya
mengimplementasik
an ketrampilan yang
diperoleh dari
pelatihan dalam
kerja harian mereka
Paling tidak 100
UKM di sektor
mebel hadir dan
mendapatkan
informasi mengenai
peluang pasar,
pameran yang
inovatif serta
produk-produk
pembiayaan untuk
UKM, serta 20%
diantaranya
menindaklanjuti
melalui
pembicaraan bisnis
dengan para
narasumber.
Ketrampilan
pemasaran UKM
serta angka
penjualan mereka
meningkat 20 %
Meningkatkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
UKM dalam
penggunaan
bahan baku
finishing yang
ramah
lingkungan
Menyediakan
ruang dialog
bagi para UKM
untuk
mengakses
pasar dan
sumber-sumber
pendanaan
Membuka
pasar baru
yang potensial
bagi UKM
mebel
Aktivitas
Kelompok
Sasaran
Produsen
furniture
(skala kecilmenengah),
BDS Providers
Waktu
Metodologi
Pelatihan
Manajemen
Produktivitas
dan
Peningkatan
Kualitas
Agustus –
Oktober
2007
Pelatihan kelas
Pelatihan di
lokasi workshop
(coaching
Pelatihan
Finishing
Agustus Sept
Pelatihan kelas
dan praktek
Produsen
furniture
(skala kecilmenengah),
SMK dan
institusi
pendidikan
desain/ kayu
Business
Gathering
dengan topik
“Penawaran
Akses Pasar
Ekspor,
Pameran yang
Inovatif dan
Pembiayaan
untuk UKM
Industri
Mebel”
Agustus
2007
Temu usaha
Pengusaha di
sektor mebel,
BDS provider,
Universitas,
Perbankan,
Asosiasi, Pers
Marketing
Plan
Oktober
2007
Focus group
discussion
Kajian pasar
Industri
mebel ekspor
di wilayah
Solo secara
keseluruhan
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
59
Kelompok
Sasaran
Pengusaha di
sektor mebel
ekspor yang
ikut dalam
pelatihan
pengembang
an desain
Tujuan
Indikator
Aktivitas
Waktu
Metodologi
Memperkenal
kan, dan
memasarkan
produk inovatif
berbasis desain.
(tes pasar)
• Paling tidak
terdapat 5
permintaan dari
pembeli terhadap
lini produk baru
yang
dikembangkan.
• Tersedianya
ringkasan hasil
analisis masukan
dari para pembeli
terkait dengan
produk-produk
baru yang
dipamerkan
Terinformasikannya
keseluruhan
program (konsep,
strategi,
aktivitas
dan
hasil2
monitoringnya)
kepada
lembagalembaga
terkait
dengan UKM dan
masyarakat luas.
Fasilitasi
dalam
Pameran
Produk Ekspor
di Jakarta
Oktober
2007
Pameran produk
furniture inovatif
hasil pelatihan
pengembangan
desain
Publikasi
program
November 2007
Penyusunan
booklet program
Lembagalembaga
terkait
dengan
pengembang
an UKM dan
masyarakat
luas
Paling
tidak
1
lembaga
bersedia
mendanai program
pengembangan
klaster
UMKM
melalui pendekatan
value chain untuk
tahun 2008 (untuk
sektor di luar sektor
mebel)
Workshop
Value chain
November 2007
Presentasi,
diskusi panel
dan kelompok
Pers,
bankers,
asosiasi,
BUMN,
universitas
Diseminasi
program
pengembangan
klaster UMKM
melalui
pendekatan
value chain
Mendorong
terciptanya
replikasi
program oleh
lembagalembaga lain.
♣♣♣
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II-2007
60
Download