THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta STUDI KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AHMAD DAHLAN DAN FAZLUR RAHMAN Erni Sari Dwi Devi Lubis1, Ma’arif Jamuin2 Mahasiswa Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] 2 Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] 1 ABSTRACT Purpose of this study are 1) to describe the Islamic education concept of Ahmad Dahlan and Fazlur Rahman; 2) to analyze similarities, to compare the difference, and to find the superior value of Islamic education concept of Ahmad Dahlan and Fazlur Rahman; 3) this study also intends to describe the implications of the Islamic education concept of Ahmad Dahlan and Fazlur Rahman. The research method of this study is using literature research type, with the the system approach. The source of data used in this document both primary data and secondary data sources, with the data collection methods of documentations which were analyzed using descriptive analysis and comparative analysis. The results obtained from this study are Islamic education concept of Ahmad Dahlan is a process to provide learners who educated in the discipline of religion, open-minded, and ready to fight, dedicated to Muhammadiyah. While the Islamic education concept of Fazlur Rahman is a process to accomplish problem Islamic societies to provide learners who are able to utilize the technology developed in the West by stay stick to the values of Islam. Similirity of Islamic education concept of Ahmad Dahlan and Fazlur Rahman are: 1) Islamic education to acquire knowledge and applied in society; 2) learners are people who need spirituality and intellectuality; 3) integration between public science and the Islamic science; 4) deliver a superior generation in spirituality and intellectuality. Differences of Islamic education concept between Ahmad Dahlan and Fazlur Rahman are: 1) Ahmad Dahlan defines the educator’s as someone who got directions from Allah, while Fazlur Rahman defines the educator’s people who have the talent, committed, intelligent, and experienced; 2) Islamic educational objectives according to Ahmad Dahlan is learners have insight into the spiritual and intellectual, and able to serve the society through Muhammadiyah, while education aims by Fazlur Rahman merely end at learners have understanding spirituality and intellectuality; 3) learning methods used Ahmad Dahlan is a contextual approach, while Fazlur Rahman are used active methods and research methods; 4) Ahmad Dahlan used practice evaluation, while Fazlur Rahman has no learning evaluation; 5) Ahmad Dahlan established Islamic educational institutions, while Fazlur Rahman did not. Islamic education concept of Ahmad Dahlan and Fazlur Rahman have implications among others: 1) to the interpretation of operational definition of Islamic education; 2) for the reconstruction of the educational objectives of Islam; 3) to the description of nowadays’ Islamic education criteria; 4) the clarity of the position of learners; 5) provide new treasures of education materials Islam; 6) learning methods help learners determine the correlation between technology, science, and Islam; 7) learning evaluation has impact on learners, so that learners apply the acquired science concretely; 8) pioneer of educational institution has been able to accomplish a productive generation. key: Concept, Education, Islamic, Ahmad Dahlan, Fazlur Rahman 1378 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta memandang persoalan pendidikan cenderung bersifat pragmatis instrumental, ilmu yang dipandang penting adalah ilmu yang berkaitan dengan kebutuhan langsung manusia baik dunia maupun akhirat6. Pemikiran tokoh tersebut berpengaruh besar dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam di era modern. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran cendekiawan muslim dengan gagasan baru dalam pendidikan Islam. Cendekiwan tersebut diantaranya adalah Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman. Kedua-duanya sama-sama ingin menghasilkan peserta didik yang memiliki wawasan luas dalam bidang spiritual dan inteletektual. Ahmad Dahlan memandang pendidikan Islam adalah pendidikan yang melahirkan peserta didik yang memiliki kesempurnaan akal berupa sikap belas kasih, menghindarkan diri dari taqlid, senantiasa beri‟tikad baik dan adil7. Fazlur Rahman memandang pendidikan Islam adalah pendidikan yang mampu melahirkan intelektual muslim yang handal, yaitu seorang Muslim yang mempunyai integritas moral, dan mampu melaksanakan ijtihad dalam seluruh lapangan kehidupan umat Islam8. Output pendidikan yang dipaparkan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman tersebut penting untuk diwujudkan, mengingat kondisi kualitas pendidikan Islam masa kini masih jauh seperti yang diharapkan.9. Berdasarkan latar belakang tersebut, pemikiran pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman relevan untuk dikomparasikan. Harapannya bahwa dengan 1. PENDAHULUAN Pendidikan Islam bermuara pada tujuan pencapaian keseimbangan manusia dalam kehidupannya. Hal ini menjadi salah satu prinsip penting pendidikan Islam bahwa manusia harus mampu menyeimbangkan antara jasmani-rohani, individu-masyarakat, dunia-akhirat, dan intelektual-emosional1. Pendidikan Islam memiliki kedudukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dunia adalah alat yang menghubungkan seseorang dengan Allah. Melalui dunia inilah manusia dapat memperoleh ilmu untuk mencapai kesempurnaan2. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, para filosof memberikan sumbangan pemikirannya dalam konsep pendidikan Islam. Di antaranya yaitu al-Qabisi dan alGhazali3 mereka cenderung bersifat konservatif, memandang persoalan pendidikan melalui kacamata agama murni. Ilmu yang dipandang murni hanyalah ilmu yang berkaitan dengan ilmu akhirat saja. Sedangkan ibn Sina, al-Farabi dan ibn Rusyd4 cenderung memandang persoalan pendidikan dengan kacamata religius rasional. Mereka memandang bahwa ilmu yang penting adalah ilmu yang mampu mengembangkan spiritual dan memuaskan intelektual. Sedangkan, ibn Khaldun5 1 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 16. 2 Menurut al-Ghazali dalam Abu Muhammad Iqbal Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 91. 3 Lihat al-Qabisi dalam Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, Hadlarah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), hlm. 61. 4 Lihat ibn Sina dalam Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran, hlm. 6-7; lihat al-Farabi dalam Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 307; lihat Ibnu Rusyd dalam Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran, hlm. 510. 5 Fathiyyah Hasan Sulaiman, Pandangan Ibnu Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan (Bandung: Diponegoro, 1987), hlm. 32-36. 6 Rachman Assegaf, Aliran, hlm. 56-58. K.H. Ahmad Dahlan: “Tali Pengikat Hidup Manusia” yang dipublikasikan oleh Hoofbestuur Muhammadiyah Majelis Taman Pustaka tahun 1923 dengan judul “Kesatuan Hidup Manusia” termuat dalam karya Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990). Hlm. 228. 8 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 1. 9 Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga, 2013), hlm. 125. 7 1379 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 komparasi tersebut dapat merumuskan kerangka konseptual pendidikan Islam yang ideal untuk masa kini. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengkajinya dalam bentuk skripsi berjudul “Studi Komparatif Konsep Pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji sebagai berikut: 1) apa konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman?; 2) bagaimana komparasi konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman?; 3) apa implikasi konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman terhadap pendidikan saat ini? Tujuan penelitian ini yaitu: 1) untuk mendeskripsikan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman; 2) untuk mendeskripsikan persamaan, perbedaan dan nilai unggul konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman; 3) untuk mendeskripsikan implikasi konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman terhadap pendidikan Islam saat ini. UAD, Yogyakarta Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen baik primer maupun sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan yaitu diskriptif analisis dan komparatif. Diskriptif analisis digunakan penulis untuk menganalisis dengan cara mendeskripsikan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman dan menemukan implikasi pengajaran pendidikan Islam. Metode komparatif digunakan penulis untuk menganalisis dengan cara mencari persamaan, membandingkan perbedaan, dan menemukan nilai unggul konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Nama lengkapnya Kyai Haji Ahmad Dahlan bin K.H. Abubakar, Imam Ratib Masjid Besar Kota Yogyakarta. Ia dilahirkan di kampung Kauman Kota Yogyakarta pada tahun 1869 Miladiah dengan nama Muhammad Darwisy. Ia anak ke 4 dari lima bersaudara, keempat saudaranya perempuan11. Ahmad Dahlan meninggal pada hari Jum‟at malam Sabtu, tanggal 7 Rajab tahun 1334 Hijriah/ Tanggal 23 Februari 192312. Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak pernah memperoleh pendidikan formal. Pengetahuannya sebagian diperoleh secara otodidak. Sementara kemampuan dasar baca-tulis ia peroleh dari ayahnya sendiri, sahabat, dan saudara-saudara iparnya. Menjelang dewasa Dahlan belajar ilmu fiqh, ilmu nahwu, ilmu falaq, ilmu hadist, ilmu qira’atul qur’an, Ilmu pengobatan dan racun binatang kepada para kyai dan guru terkenal di masanya13. 2. METODE Metode penelitian merupakan uraian singkat mengenai jenis penelitian, pendekatan yang digunakan, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data10. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi untuk mengkaji secara sistematis mengenai konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman melalui berbagai literature diantaranya yaitu buku, ensiklopedi, biografi, dokumen, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, artikel, artikel publikasi, dan website. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan system yaitu pendekatan untuk mengkaji konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman. 11 Kyai Syuja‟, Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Masa Awal (Banten: al_Wasath, 2009), hlm. 1. 12 Ibid, hlm. 190. 13 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 6. 10 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi (Surakarta: Fakultas Agama Islam, 2013), hlm. 7. 1380 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Ahmad Dahlan berangkat ke Mekkah untuk berhaji pada usia 22 tahun. Di Mekkah Ahmad Dahlan bersama dengan teman-temannya menuntut ilmu kepada alim ulama bangsa Indonesia yang sudah muqim di sana dan ulama Arab yang sudah dikenalkan sejak dari Tanah Jawa oleh orang tuanya. Ia memperdalam ilmu hadits, ilmu fiqh, ilmu falaq dan qiro’ah14. Setelah melaksanakan ibadah haji, namanya yang semula Muh. Darwisy diganti menjadi Haji Ahmad Dahlan15. Sejak pulang dari Mekkah, ia mengajar murid-murid ayahnya. Selepas ayahnya wafat, KH. Ahmad Dahlan menggantikan ayahnya menjadi khatib16. Pada Tahun 1903 Dahlan berangkat ke Mekkah untuk haji yang kedua kali. Pada haji yang kedua inilah Dahlan memutuskan untuk bermukim di Mekkah selama 18 bulan17. Ia memperdalam ilmu fiqh dan hadits, ia bertukar pikiran dengan ulama Indonesia. Di samping berguru, Ahmad Dahlan juga tekun memperkaya pengetahuan melalui membaca. Salah satu karya yang mempengaruhi pemikiran Dahlan terutama terkait konsep pendidikan Islam adalah majalah al-Mannar yang dikarang oleh Muhammad Rasyid Ridha18. Selanjutnya, Dahlan diangkat sebagai pengajar agama Islam di Kweekschool, Jetis, Yogyakarta, dan di Osvia, Magelang, tahun 1910. Pelajaran itu masih termasuk ekstrakurikuler, yang diberikan setiap Sabtu sore dan Minggu pagi. Ini merupakan peristiwa pertama kalinya pelajaran agama dimasukkan ke sekolah, meskipun masih bersifat ekstrakurikuler19. Oleh sebab itulah Dahlan mendirikan sekolah dengan organisasi yang teratur yaitu Muhammadiyah . Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah tokoh yang yang tidak banyak UAD, Yogyakarta meninggalkan tulisan. Beliau lebih menampilkan sosok sebagai manusia amal atau praktisi daripada filosuf yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti Ahmad Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan manifestasi pemikirannyanya dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Dari perhatian Ahmad Dahlan terhadap pendidikan Islam tersebut pendidikan Islam menurut Ahmad Dahlan adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan serta aplikasinya dalam kehidupan. Kiai Haji Ahmad Dahlan tidak secara khusus menyebutkan tujuan pendidikan. Tetapi dari pernyataan yang disampaikan dalam berbagai kesempatan, tujuan pendidikan Ahmad Dahlan adalah untuk membentuk manusia yang, pertama alim dalam ilmu agama; kedua, berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum; ketiga, siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan pada masyarakat20. Menurut Ahmad Dahlan guru adalah orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan yang Maha Mengetahui dan Bijaksana untuk mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang tidak mengetahui, dan orang-orang yang tidak mengetahui tersebut memiliki kewajiban menyampaikan kepada orang lain yang juga belum mengetahui. Sedangkan peserta didik adalah siapa saja yang membutuhkan ilmu, mau bertukar ilmu atau berdiskusi dengan orang untuk memperoleh pengetahuan pada umumnya, dan untuk memperbaiki umat Islam pada khususnya. Metode mengajar yang digunakan Ahmad Dahlan adalah pendekatan penafsiran kontekstual. Di samping menggunakan penafsiran kontekstual, Ahmad Dahan menggunakan metode pembelajaran bertahap dan praktik. Mata pelajaran yang dimaksud Ahmad Dahlan dan telah diterapkan di sekolah-sekolah 14 Ibid, hlm. 7. Kyai Syuja‟, Islam, hlm. 13. 16 Ibid, hlm. 27. 17 Ibid, hlm. 52. 18 Adi Nugroho, Biografi, hlm. 24. 19 MT Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1987), hlm. 113. 15 20 Ibid, hlm. 213. 1381 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Muhammadiyah adalah sebagai berikut, Bahasa Arab, Adab, Tarikh Anbiya‟ dan Islam, Khusnul Khat, Fiqh, Tauhid, Imla’, al-Qur’an al-Karim, Tafsir al-Qur‟an, Ilmu Asyya’, Hadits dan Musthalahul hadits, Tarikh Tanah Jawa dan Hindia, Berhitung, Ilmu Bumi, Natuurkennis (Ilmu Thabi‟i), Bahasa Jawa, Bahasa Melayu, 21 Menggambar, dan menulis . Evaluasi yang digunakan Ahmad Dahlan adalah metode pengamalan. Dahlan berpendapat bahwa pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Cita-cita pendidikan yang digagas Ahmad Dahlan tersebut ingin menghasilkan lulusan yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama” yaitu seorang Muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan ruhani22. Karakteristik ini menekankan peserta didik harus belajar secara utuh, belajar ilmu agama dan belajar ilmu umum23. Sekolah pertama yang didirikan Ahmad Dahlan pada tahun 1911 di Kauman Yogyakarta adalah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah24. Selain sekolah, pada masa hidupnya Ahmad Dahlan membentuk organisasi pengajian, diantaranya yaitu Fathul Asrar Wa Miftahus Sa‟adah (FAMS), Sapa Tresna (kemudian diubah menjadi Aisyiyah), dan Wal „Ashri. Selain itu, ia juga mendirikan gerakan kepanduan Hisbul Wathan25. Hingga saat ini amal nyata Ahmad Dahlan melalui lembaga UAD, Yogyakarta pendidikan Muhammadiyah tercatat sebagai berikut26. 21 Mu‟arif, Modernisasi Pendidikan Islam Sejarah dan Pengembangan Kweekschool dan Moehammadiyah 1923-1932 (Yogyakarta:Gramasurya, 2012), hlm. 109. 22 Adi Nugroho, Biografi, hlm. 122. 23 Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah (Jogyakarta: Ombak, 2014), hlm. 63. 24 MT Arifin, Gagasan, hlm. 217. 25 Nasruddin Anshoriy, Matahari Pembaharuan Rekam Jejak K.H Ahmad Dahlan (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010), hlm. 122. 26 M. Reihan Febriansyah, Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2013) hlm. 24-25. 1382 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Tabel. 1. Amal Usaha Muhammadiyah di Bidang Pendidikan No. Lembaga Pendidikan 1. Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisiyah 2. Taman Kanak-Kanak (Bustanul Athfal) 3. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah 4. Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah 5. Sekolah Menengah Atas/Kejuruan/Madrasah Aliyah 6. pondok pesantren 7. Ittihadul Ma‟had Muhammadiyah 8. Sekolah Luar Biasa Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 September 1919 di Malak, Hazara (sebelum India terpecah), kini bagian dari Pakistan. Ia wafat pada tanggal 26 Juli 1988, di Chicago, Ilinois. Ayahnya, Maulana Shihabuddin, alumni Sekolah Menengah terkemuka di India, Darul Ulum Deoband. Melalui ayahnya Rahman menguasai kurikulum Darse-Nizami yang ditawarkan di Darul Ulum. Ini melengkapi pemahamannya terhadap Islam Tradisional seperti Fikh, Ilmu Kalam, Hadits, Tafsir, Mantiq, dan Filsafat. Setelah mempelajari ilmu-ilmu dasar tersebut, ia melanjutkan ke Punjab University di Lahore, ia lulus dengan penghargaan untuk Bahasa Arabnya dengan mendapat gelar MA27. UAD, Yogyakarta Jumlah 161 4623 2.604 1772 1143 67 104 71 Islam bertugas melakukan riset terkait problem yang dihadapi masyarakat muslim, salah satunya dalam bidang pendidikan, sedangkan Dewan Penasehat bertugas memberi rekomendasi kebijakan-kebijakan untuk diimplementasikan pemerintah30. Rahman mengundurkan diri dari jabatan Direktur Lembaga Riset Islam pada 5 September 196831. Setelah mengundurkan diri dari Lembaga Riset Islam dan Dewan Penasehat Ideologi Islam Pakistan, ia hijrah ke Chicago. Tahun 1970 ia menjabat sebagai Guru Besar pemikiran Islam di University of Chicago. Di Chicago selain memberi kuliah dan kajian keislaman, Rahman aktif dalam berbagai kegiatan intelektual, seperti memimpin proyek penelitian universitas tersebut, mengikuti berbagai seminar internasional, serta memberikan ceramah di berbagai pusat studi terkemuka. Ia juga aktif menulis buku-buku keislaman dan menyumbangkan artikel-artikelnya ke berbagai jurnal internasional32. Dari riset itulah Rahman mengetahui problematika pendidikan Islam di dunia, terutama di Negara-negara Islam, oleh sebab itu Rahman memberi solusi melaui konsep pendidikan Islamnya. Tahun 1986 ia dianugerahi Harold H. Swift Distinguished Service Professor di Chicago, penghargaan Tahun 1946 ia melanjutkan studi doktoralnya di Oxford, Inggris. Setelah di Oxford, ia mengajar Bahasa Persi dan Filsafat Islam di Durham University dari tahun 1950-1958. Kemudian menjadi Associate Professor pada Kajian Islam di Institute of Islamic Studies Mc. Gill University Kanada di Monutreal28. Setelah tiga tahun Rahman di Kanada, ia kembali ke Pakistan menjadi direktur selama satu periode, dari tahun 1961-196829. Tahun 1962 ia dipilih menjadi anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam. Kedua lembaga tersebut, yakni Lembaga Riset Islam dan Dewan Penasehat Ideologi Islam, memiliki tugas yang saling berkaitan. Lembaga Riset 27 Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan dalam Islam Studi tentang Fundamentalisme Islam, terj: Ibrahim Mosa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 1-2. 28 Ibid. 29 Ibid. 30 Fazlur Rahman, Metode Alternatif Neomodernisme Islam, terj. Taufik Adnan Amal (Bandung: Mizan, 1987) hlm. 13-14. 31 Ibid, hlm. 15. 32 Ibid, hlm. 17. 1383 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 ini disandangnya sampai wafat tahun 198833. UAD, Yogyakarta memandang peserta didik tidak memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam. Yang harus dilakukan pendidik untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pertama, peserta didik diberikan pelajaran al Qur‟an melalui metode-metode yang memungkinkan al Qur‟an bukan hanya dijadikan sumber inspirasi moral tetapi juga rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah kehidupan yang semakin kompleks41; kedua, memberikan materi disipin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis, dan holistic42. Menurut Fazlur Rahman Pendidikan Islam adalah proses pendekatan untuk menyelesaikan problema-problema yang dialami masyarakat Islam saat ini dengan didasarkan pada nilai-nilai Islam yang sebenarnya, sebagai suatu langkah pengislaman seluruh segi kehidupan34. Tujuan pendidikan Islam menurut Rahman adalah umat Islam mampu memanfaatkan teknologi yang berkembang di Barat dengan tetap berpegang teguh pada nilainilai Islam, dalam artian tidak mengikuti moralitas masyarakat Barat yang terpedaya dengan hawa nafsu. Rahman menolak metode menghafal digunakan dalam dunia pendidikan, karena hal tersebut dapat mengakibatkan merusak pemahaman peserta didik tentang suatu materi dan peserta didik bukannya belajar mengenai mata pelajaran atau disiplin ilmu tetapi malah mendalami buku. Oleh sebab itu Fazlur Rahman memberikan solusi kepada pendidik untuk menggunakan metode aktif yaitu metode memahami, mengkritik, dan menganalisa. Selain itu Rahman juga menggunakan metode riset atau metode penelitian yang berfungsi untuk mengatasi problem masyarakat. Menurut Fazlur Rahman problem utama yang dihadapi sistem pendidikan Islam adalah tenaga pengajar. Kebanyakan ulama dari generasi tua telah meninggal dunia35. Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik tersebut, Rahman menawarkan gagasan bahwa seorang guru harus bakat terbaik dan komitmen tinggi36, cerdas37, terlatih dalam teknik riset modern38 melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan39. Di samping itu para pendidik juga harus bersungguh-sungguh mengadakan penelitian dan berusaha untuk menerbitkan karyanya tersebut. Bagi mereka yang memiliki karya yang bagus harus diberikan penghargaan antara lain dengan 40 meningkatkan gajinya . Fazlur Rahman menawarkan materi pembelajaran yang terdiri dari ilmu umum dan ilmu agama, yaitu ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu alam, sejarah dunia, fiqh, kalam, tafsir, hadits, theology43, hukum Islam, alQur‟an, tasawuf, pemikiran politik Islam, modernism Islam, filsafat Islam, dan kajiankajian tentang tokoh-tokoh klasik44. Lulusan yang diinginkan Fazlur Rahman Di samping memberikan solusi dalam memilih pendidik, Rahman juga menawarkan gagasan mengatasi permasalahan peserta didik. Rahman 41 621. 33 42 Fazlur Rahman, Recommendation, hlm. Sudirman Tebba, “Pandangan Kemasyarakatan Fazlur Rahman” dalam Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan dalam Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran, hlm. 621. 43 Helva Zuraya, “Konsep Pendidikan Fazlur Rahman”, Jurnal Khatuistiwa-Journal of Islamic Studies, volume 3 nomer 2 tahun 2013, hlm. 195. 44 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman (Bandung: MIZAN, 1993), hlm. 105. Fazlur Rahman, Gelombang, hlm. 1-4. Ibid. 35 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas hlm. 111. 36 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas hlm. 622. 37 Ibid, hlm. 623. 38 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, hlm. 623. 39 Ibid. 40 Fazlur Rahman, Recommendation, hlm. 624. 34 1384 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 adalah melahirkan intelektual muslim yang handal, yaitu seorang Muslim yang mempunyai integritas moral, dan mampu melaksanakan ijtihad dalam seluruh lapangan kehidupan umat Islam45. Merujuk pada teori konsep pendidikan Islam dan data konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman, penulis menemukan titik persamaan konsep pendidikan Islam diantara kedua tokoh tersebut. 45 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, hlm. 1. 1385 UAD, Yogyakarta THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Matriks 1. Persamaan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman No. 1. 2. Aspek persamaan Pengertian pendidikan Islam Peserta didik Ahmad Dahlan Pengetahuan diaplikasikan di dalam kehidupan Membutuhkan spiritualitas dan intelektualitas Fazlur Rahman Pengetahuan diaplikasikan di dalam kehidupan Orang yang membutuhkan spiritualitas dan intelektualitas 3. Materi 4. Lulusan Mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama Ingin melahirkan peserta didik yang unggul dalam spiritualitas dan intelektualitas Mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama Ingin melahirkan peserta didik yang unggul dalam spiritualitas dan intelektualitas Merujuk pada teori konsep pendidikan Islam dan data konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman, penulis menemukan perbedaan konsep pendidikan Islam diantara kedua tokoh tersebut. Matriks 2. Perbedaan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman No. 1. Aspek pembeda Pendidik 2. Tujuan pendidikan Islam 3. Metode pembelajaran 4. Evaluasi pembelajaran Lembaga pendidikan 5. Ahmad Dahlan a. Pendidik adalah orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan b. mampu mengajarkan ilmu kepada orang lain dan mendorong orang yang dididik mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Tidak hanya berhenti pada tataran peserta didik unggul dalam ilmu agama dan ilmu umum tetapi juga diharapkan peserta didik mampu mengabdi untuk masyarakat melalui Muhammadiyah Pendekatan kontekstual dengan cara bertahap, dipraktikkan, dan diulangulang Pengamalan BA/TK, MI/SD, SMP, SMA/SMK, Pondok, Ma‟had, SLB, PTM Konsep Pendidikan Islam Ahmad Dahlan lebih unggul dibanding Fazlur Rahman, keunggulan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dapat dijelaskan sebgai berikut: a) unsurunsur konsep pendidikan Islam yang dirumuskan Ahmad Dahlan yaitu Fazlur Rahman orang yang memiliki bakat mengajar, berkomitmen tinggi terhadap Islam, cerdas, dan berpengalaman. berhenti pada tataran peserta didik unggul dalam ilmu agama dan ilmu umum a. Metode aktif dengan cara memahami, mengkritik, dan menganalisa. b. Metode riset - pendidik, peserta didik, materi, metode, evaluasi, lulusan, dan lembaga pendidikan Islam, sedangkan Fazlur Rahman hanya pendidik, peserta didik, materi, metode, dan lulusan; b) tujuan pendidikan Islam Ahmad Dahlan tidak hanya membentuk manusia yang 1386 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 berwawasan ilmu agama dan ilmu umum saja tetapi juga membentuk manusia muslim yang sebenar-benarnya dengan berjuang mengabdi untuk Muhammadiyah; c) metode pembelajaran Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan kontekstual lebih sesuai diterapkan untuk peserta didik dari tingkat rendah hingga perguruan tinggi, dan metode bertahap (setapak demi setapak), dipraktekkan dan diulang-ulang lebih memiliki nilai guna yaitu agar peserta didik terbiasa dan mudah mengingat materi yang dipelajari; d) evaluasi digunakan agar dapat mengetahui tingkat kepemahaman peserta didik. Evaluasi yang diterapkan Ahmad Dahlan adalah evaluasi pengamalan. Evaluasi ini lebih konkrit dan mudah dinilai; e) Ahmad Dahlan memandang lembaga pendidikan itu penting. Ia merupakan bentuk nyata dari ilmu yang diamalkan. Lembaga yang dikelola dan terorganisir lebih mudah mengaturnya dan memperbaikinya dibanding lembaga pendidikan bukan milik sendiri. Konsep pendidikan Islam yang digagas oleh Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi pada pengembangan pendidikan Islam. Adapun implikasinya memiliki keterkaitan dengan unsur-unsur pendidikan Islam saat ini. a. Pengertian Pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman memberikan sumbangan dalam membuat definisi operasional tentang pendidikan Islam. Berdasarkan definisi yang disusun oleh keduanya, pendidikan Islam tidak hanya dimaknai sebagai sebatas proses pengajaran. Tetapi juga membentuk karakter berdasarkan nilai-nilai Islam dan memperoleh bekal keterampilan UAD, Yogyakarta untuk menghadapi problema masyarakat. Dengan keterampilan tersebut, peserta didik dapat berpartisipasi sesuai dengan bidang keahliannya yang tidak lepas dari nilai-nilai Islam. b. Tujuan pendidikan Islam Tujuan pendidikan Islam yang digagas Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi terhadap tujuan pendidikan Islam saat ini. Dimana pemikiran keduanya mampu merekonstruksi focus dan ranah tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman memiliki relevansi dengan tujuan pendidikan saat ini. Tujuan pendidikan yang diharapkan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman mengembangkan potensi dunia dan akhirat, Ahmad Dahlan telah memberikan wadah untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui amal usaha Muhammadiyah. c. Pendidik Pemikiran Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman memberikan gambaran tentang kriteria pendidik yang baik dalam proses penyelenggaraan pendidikan Islam. yang digagas Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi terhadap kriteria pendidik saat ini. Pendidik saat ini sebelum menjadi guru harus memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui tingkat sarjana atau diploma empat sesuai dengan bidang yang digeluti46. 46 Undang-undang nomer 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab IV pasal 8 dan 9. 1387 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Guru dikatakan professional apabila ia memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, professional, dan pedagogik47. d. Peserta Didik Dalam proses pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman menempatkan peserta didik sebagai subjek dan objek pendidikan. Pandangan tentang peserta didik tersebut memperjelas kedudukan peserta didik. Sehingga para guru dapat mengambil sikap dan menerapkan metode yang tepat dalam pendidikan Islam. Lebih lanjutnya pendidik dapat memahami kebutuhan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. e. Materi Pembelajaran Gagasan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman memberikan khazanah baru dalam materi pendidikan Islam, yaitu integrasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan (sains). Dengan diintegrasikannya ilmu umum dan ilmu agama maka wawasan peserta didik tidak hanya terbatas pada ibadah saja ataupun pada masalah dunia saja, tetapi peserta didik mampu menyelesaikan masalahnya dengan melihat dari sisi akhirat dan dunia. Sehingga ilmu yang didapat benar-benar bermanfaat untuk kehidupannya. f. Metode Pembelajaran Saat ini pendidikan di Indonesia telah menggabungkan antara teknologi, sains, dan Islam, metode dengan UAD, Yogyakarta pendekatan kontekstual yang digagas Ahmad Dahlan sangat berguna untuk membantu peserta didik mengetahui korelasi antara teknologi, sains, dan Islam. Metode bertahap, praktik, dan berulang-ulang juga membantu peserta didik memahami teori suatu ilmu dan mau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehinggu ilmunya dapat diamalkan. Metode tersebut tidak hanya untuk satu materi tapi bisa diterapkan pada mata pelajaran apa saja baik teoritis maupun aplikatif. Metode aktif Fazlur Rahman yaitu memahami, mengkritik, dan menganalisa juga berimplikasi terhadap pengajaran saat ini yaitu supaya peserta didik tumbuh dengan sikap kritis dan berani. Metode riset juga berimplikasi terhadap pengajaran, hal ini karena berkembangnya problem dalam bidang pendidikan maupun bidang-bidang lain sehingga calon sarjana, magister, dan doctor diwajibkan untuk gencar melakukan penelitian. g. Evaluasi Evaluasi dengan menggunakan metode pengamalan yang digagas Ahmad Dahlan berimplikasi terhadap pendidikan saat ini. Dengan evaluasi pengamalan pendidik lebih mudah mengukur tingkat keberhasilan peserta didik. Evaluasi ini juga berdampak kepada peserta didik, agar peserta didik mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh. Sehingga dengan evaluasi ini tujuan pendidikan 47 Peraturan Pemerintah no. 74 tahun 2008 tentang guru bab II bagian kesatu pasal 3 ayat 4, 5, 6, 7. 1388 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta dan Fazlur Rahman: 1) Ahmad Dahlan mendefinisikan pendidik yaitu orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain dan mendorong orang yang dididik mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sedangkan Fazlur Rahman mendefinisikan pendidik yaitu orang yang memiliki bakat mengajar, berkomitmen tinggi terhadap Islam, cerdas, dan berpengalaman; 2) tujuan pendidikan Islam menurut Ahmad Dahlan peserta didik tidak hanya memiliki wawasan spiritualitas dan intelektualitas tetapi juga mau mengabdi untuk masyarakat melalui Muhammadiyah, sedangkan tujuan pendidikan Islam Fazlur Rahman hanya berhenti pada peserta didik memiliki wawasan spiritualitas dan intelektualitas; 3) metode pembelajaran yang digunakan Ahmad Dahlan yaitu pendekatan kontekstual sedangkan Fazlur Rahman menggunakan metode aktif dan metode riset; 4) Ahmad Dahlan menggunakan evaluasi pengamalan sedangkan Fazlur Rahman tidak ada evaluasi pembelajaran; 5) Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan Islam sedangkan Fazlur Rahman tidak mendirikan lembaga pendidikan Islam. Ahmad Dahlan lebih unggul daripada Fazlur Rahman, keunggulan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) sistematika konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan lebih lengkap yaitu pendidik, peserta didik, materi, metode, evaluasi, dan lulusan; 2) tujuan pendidikan Islam Ahmad Dahlan tidak hanya berhenti pada peserta didik memiliki wawasan ilmu agama dan umum tetapi juga mau mengabdi kepada masyarakat melalui Muhammadiyah; 3), metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih sesuai diterapkan untuk peserta didik baik dari tingkat rendah hingga perguruan tinggi; 4) evaluasi pembelajaran dengan metode pengamalan lebih konkrit diterapkan untuk menilai kemampuan peserta didik; 5) lembaga pendidikan Islam yang didirikan Ahmad Dahlan memiliki kontribusi besar terhadap pendidikan di Indonesia. dan lulusan yang diharapkan lebih konkrit dilihat. h. Lembaga Pendidikan Salah satu ukuran keberhasilan pendidikan Islam adalah hadirnya lembaga pendidikan Islam sebagai institute pelaksanaan pendidikan Islam. Dalam hal ini Ahmad Dahlan telah memberikan kontribusi besar dalam pendidikan Islam. Rintisan lembaga pendidikannya setidaknya saat ini telah mampu mewujudkan generasi yang produktif. Hal ini dibuktikan dengan massifnya perkembangan lembaga pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah yang senantiasa berbenah dan meningkatkan kualitasnya. 4. PENUTUP Berdasarkan analisis data terhadap teori maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan adalah suatu proses untuk melahirkan peserta didik yang alim dalam ilmu agama, berpandangan luas, dan siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah. Sedangkan konsep pendidikan Islam Fazlur Rahman yaitu suatu proses menyelesaikan problema masyarakat Islam untuk melahirkan peserta didik yang mampu memanfaatkan teknologi yang berkembang di Barat dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Persamaan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman: 1) pendidikan Islam untuk memperoleh pengetahuan dan diaplikasikan di masyarakat; 2) peserta didik adalah seseorang yang membutuhkan spiritualitas dan intelektualitas; 3) mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama; 4) ingin melahirkan generasi yang unggul dalam spiritualitas dan inteletualitas. Perbedaan konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan 1389 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Konsep pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman memiliki implikasi terhadap pendidikan yang berkembang saat ini di Indonesia. 1) Definisi pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi terhadap perumusan definisi operasional pendidikan Islam; 2) tujuan pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi terhadap rekonstruksi tujuan pendidikan Islam; 3) pendidik menurut Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi terhadap gambaran kriteria pendidikan Islam saat ini; 4) peserta didik menurut Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berimplikasi terhadap kejelasan kedudukan peserta didik; 5) gagasan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman mengenai materi pendidikan Islam memberikan khazanah baru; 6) gagasan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman mengenai metode pembelajaran Islam membantu peserta didik mengetahui korelasi antara teknologi, sains, dan Islam; 7) gagasan Ahmad Dahlan mengenai evaluasi berdampak kepada peserta didik, agar peserta didik mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara konkrit; 8) lembaga pendidikan Islam yang didirikan Ahmad Dahlan memberikan kontribusi besar dalam pendidikan Islam. Rintisan lembaga pendidikannya setidaknya saat ini telah mampu mewujudkan generasi yang produktif. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian penulis mengenai Studi Komparatif Konsep Pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman, peneliti berusaha memberikan masukan dan pertimbangan terhadap konsep pendidikan Islam, di antaranya: (1) kepada Lembaga Pendidikan hendaknya mengoptimalkan aspek-aspek pendidikan Islam yang sudah berjalan dengan menerapkannya sesuai dengan ajaran Islam; (2) kepada para pendidik, hendaknya memaksimalkan pengajaran kepada peserta didik dan mengemas pembelajaran secara menarik, dengan memadukan unsur-unsur pendidikan Islam agar output yang dimiliki sesuai dengan yang diharapkan; (3) kepada para peneliti selanjutnya, agar lebih teliti UAD, Yogyakarta dan cermat dalam menelaah pernyataan Ahmad Dahlan dan Fazlur Rahman berkaitan dengan konsep pendidikan Islam. DAFTAR PUSTAKA Buku Amal, Taufik Adnan. (1993). Islam dan Tantangan Modernitas Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman. Bandung: Mizan. Anshoriy, Nasruddin. (2010). Matahari Pembaharuan Rekam Jejak K.H Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. Arifin, MT. (1987). Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Jaya. Assegaf, Rachman. (2013). Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, Hadlarah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern. Jakarta: PT Grafindo Persada. Daulay, Haidar Putra. (2014). Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Febriansyah, M. Reihan. (2013). Muhammadiyah 100 tahun Menyinari Negeri. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Gunawan, Heri. (2014). Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh. Bandung: Remaja Rosdakarya. Iqbal, Abu Muhammad. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mu‟arif. (2012). Modernisasi Pendidikan Islam Sejarah dan Pengembangan Kweekschool dan Moehammadiyah 1923-1932. Yogyakarta:Gramasurya. Mulkhan, Abdul Munir. (1990). Pemikiran K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 1390 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Nugroho, Adi. (2010). Biografi Singkat 1869-1923 KH. Ahmad Dahlan. Jogyakarta: Garasi. Qomar, Mujamil. (2013). Strategi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga. Rahman, Fazlur. (1985). Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual. Bandung: Pustaka. (1987). Metode Alternatif Neomodernisme Islam, terj. Taufik Adnan Amal. Bandung: Mizan. (2001). Gelombang Perubahan dalam Islam Studi tentang Fundamentalisme Islam. terj: Ibrahim Mosa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sulaiman, Fathiyyah Hasan. (1987). Pandangan Ibnu Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan. Bandung: Diponegoro. Syuja‟, Kyai. (2009). Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Masa Awal. Banten: al_Wasath. Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. Surakarta: Fakultas Agama Islam. Zamroni. (2014). Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah. Yogyakarta: Ombak. Jurnal Zuraya, Helva. (2013). “Konsep Pendidikan Fazlur Rahman”, Jurnal Khatuistiwa-Journal of Islamic Studies, volume 3, 2.(September). 195. Peraturan Pemerintah dan UndangUndang Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 1391 UAD, Yogyakarta