PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA STUDI DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA WANITA KELOMPOK ARISAN DI KOTA BANDUNG SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Melengkapi Salah Satu Persyaratan Menempuh Ujian Sidang Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Oleh : Deary Tachira Gladiani NPM : 10050006009 UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI 2013 LEMBAR PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN PERNIKAHAN SEBELUM USIA 23 TAHUN PADA WANITA ANGGOTA SITUS BELANJA ONLINE X DI KOTA BANDUNG NAMA : DEARY TACHIRA GLADIANI NPM : 10050006009 Bandung, Januari 2013 UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI Menyetujui, Drs. H. Agus Sofyandi Kahfi, M.Si. Pembimbing I Fanni Putri, M.Psi. Pembimbing II Mengetahui, Dr. H. Umar Yusuf, M.Si., Psikolog Dekan Fakultas Psikologi ABSTRAK Deary T Gladiani 10050006009. Studi Deskriptif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan Pada Wanita Kelompok Arisan di Bandung. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah terdapat suatu perkumpulan arisan yang merupakan anggota dari suatu situs belanja online x yang sering melakukan kegiatan temu sapa diluar kegiatan jual beli pada situs tersebut. Seringnya bertemu sapa tersebut menyebabkan para wanita tersebut mengabaikan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Perilaku yang ditunjukkan seperti mengabaikan kebutuhan gizi anak, mengabaikan keamanan anak, sering menitipkan anak pada orang tua ataupun baby sitter, tidak mematuhi aturan suami, melakukan perselingkuhan, sering pergi hingga larut malam tanpa kehadiran suami, kerap kali mengajukan cerai setiap kali menghadapi masalah dalam rumah tangga, dan mengabaikan tugas-tugas di rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa saja yang memberikan kontribusi tinggi pada penyesuaian pernikahan yang dimiliki para wanita kelompok arisan di kota Bandung sehingga perilaku-perilaku tersebut tampak pada kehidupan para wanita tersebut. Metoda yang digunakan adalah metoda deskriptif. Populasi dari penelitian ini terdiri dari 80 orang wanita yang menjadi anggota suatu situs belanja online X di Bandung, sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian dan yang menjadi sampel dari penelitian adalah sebanyak 37 orang wanita dengan karakteristik menikah sebelum usia 23 tahun, ibu rumah tangga dan telah memiliki anak. Alat ukur yang disusun peneliti berdasarkan teori penyesuaian pernikahan yang dikembangkan oleh Hurlock (2002) berbentuk kuesioner yang disusun berdasarkan teknik skala, terdiri dari 136 item. Hasil dari kuesioner responden diolah menggunakan teknik validitas konstruk dan didapatkan item yang valid memiliki validitas minimum -0,061 dan validitas maksimum 0,792. Perhitungan reliabilitas menggunakan teknik split half dan didapatkan reliabilitas 0,981 sehingga dapat diartikan alat ukur yang digunakan memiliki reliabilitas tinggi. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapat responden dengan penyesuaian pernikahan yang buruk sebanyak 23 orang (62,16%) dan responden dengan penyesuaian pernikahan yang baik sebanyak 14 orang (37,84%). Pada responden yang memiliki penyesuaian pernikahan yang baik, faktor-faktor dengan kontribusi tinggi adalah Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda, dorongan seksual dan sikap terhadap kehamilan. Pada responden yang memiliki penyesuaian pernikahan yang buruk, faktor-faktor dengan kontribusi tinggi adalah kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi, sikap terhadap seks, konsep mengenai peran seksual, dan keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan. Keyword : faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan iii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa rahmat dan salam tercurah kepada rasul kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusanSarjana Fakultas Psikologu Universitas Islam Bandung dengan judul : “Studi Deskripstif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan Pada Wanita Kelompok Arisan di Kota Bandung”. Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan-kesalahan, hal ini disebabkan oleh kekurangan-kekurangan yang ada pada diri penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Bandung, Januari 2013 Penulis iv UCAPAN TERIMA KASIH Selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung, serta dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan, keimanan, ketangguhan, kesehatan dan kesabaran yang luar biasa kepada penulis. 2. Mom dan Beb, Siti Rokhani, Amd dan Wawan Softan Tanoepradja (Alm) yang selalu menyayangi, mendoakan, dan memberikan dukungan baik secara moril maupun materil yang tak terhingga nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Strata 1 3. Drs. H. Agus Sofyandi Kahfi, M. Si, Selaku pembimbing 1 yang selalu meluangkan waktu di sela kesibukannya dan kesabarannya dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT menjadikan semua kebaikan dan kesabaran Bapak sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah terputus. Amin. 4. Fanni Putri, S. Psi, M. Psi, selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan ilmu, masukan, dukungan serta semangat kepada penulis agar tidak menyerah selama proses penulisan skripsi ini. 5. Drs. Alfin Ruzhendi, M. Si (Alm), Selaku dosen wali yang selama masa hidupnya tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah. Semoga amal ibadah beliau di terima di sisi Allah SWT. Amin. v 6. Dr. H. Umar Yusuf, M.si, Psikolog, selaku dekan fakultas psikologi Universitas Islam Bandung 7. Para wanita perkumpulan situs belanja online X bandung, selaku sampel dari penelitian ini yang telah berbaik hati memberikan kesempatan, waktu serta ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian sampai pada proses pengambilan data. 8. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu yang berharga kepada penulis selama penulis melakukan perkuliahan, serta karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang telah membantu dalam penyelenggaraan perkuliahan selama ini. 9. Handy Hertandy Hidayat, S.E., terima kasih atas segala dukungan, nasihat, waktu, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat tercinta: Deoy, Nty, Leka, Delia, Echa, Boof, Eva, Yaya, Baby, dan Gishy atas seluruh dukungan, semangat, doa, serta waktu yang diberikan kepada penulis selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman angkatan 2006 yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, terima kasih atas segala kebersamaannya sejak awal kuliah hingga kelulusan. Wassalamualaikum. Wr. Wb Bandung, Januari 2013 Penulis vi DAFTAR ISI Abstrak ...........................................................................................................iii Kata Pengantar ................................................................................................ v Ucapan Terima Kasih ....................................................................................vii Daftar Isi ....................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 9 1.3 Tujuan Penelitian ….......……….. ..................................................... 12 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 12 A. Manfaat Teoritis .............................................................................. 12 B. Manfaat Praktis .............................................................................. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan .................................................................................... 14 2.1.1 Pengertian perkembangan.......................................................... 14 2.1.2 Tugas-tugas Perkembangan ........................................................ 15 2.1.3 Ciri Kematangan Dewasa Awal ................................................. 17 A. Ciri Perkembangan Dewasa Awal ......................................... 18 B. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Awal ............................ 21 2.2 Pernikahan ........................................................................................... 23 2.2.1 Pengertian Pernikahan ............................................................... 23 2.2.2 Pernikahan di Indonesia.............................................................. 24 2.2.3 Faktor-faktor yang Memotivasi Pernikahan ............................... 26 2.2.4 Penyesuaian Pernikahan ............................................................. 27 2.2.4.1 Karakteristik Penyesuaian Pernikahan ........................... 30 2.2.4.2 Aspek-aspek Penyesuaian Pernikahan............................ 32 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 38 Skema Kerangka Pemikiran ...................................................................... 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 45 3.2 Identifikasi Vaiabel.............................................................................. 46 3.2.1 Definisi Konseptual Variabel ..................................................... 46 3.2.2 Definisi Operasional Variabel .................................................... 53 3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 59 3.4 Instrument Penelitian ........................................................................... 60 3.5 Kisi-kisi Alat Ukur .............................................................................. 62 3.6 Metode Pengambilan Data................................................................... 65 3.7 Uji Coba Alat Ukur.............................................................................. 65 3.7.1 Validitas ...................................................................................... 65 3.7.1 Reliabilitas .................................................................................. 67 3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 68 3.8.1 Reliabilitas .................................................................................. 70 3.9 Prosedur Penelitian .............................................................................. 71 vii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil…… ............................................................................................. 73 4.1.1 Gambaran Penyesuaian Pernikahan............................................ 73 4.1.2 Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Buruk ............................................................. 75 4.1.3 Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Baik ................................................................ 77 4.2 Pembahasan ........................................................................................ 79 4.2.1 Pembahasan Penyesuaian Pernikahan ....................................... 79 4.2.2 Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Buruk ............................................................. 81 4.2.3 Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Baik ................................................................ 87 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ......................................................................................... 90 5.2 Saran ................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ix LAMPIRAN .................................................................................................... xi viii Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam setiap aspek kehidupannya, individu akan mengalami perkembangan dengan tahap yang memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik ini meliputi ciri-ciri fisik, psikis dan sosial dengan tugas-tugas perkembangan yang spesifik yang harus ditempuh agar suatu tahap perkembangan dapat dipenuhi dengan baik. Masa dewasa awal adalah masa dimana terdapat motivasi yang sangat tinggi untuk meraih sesuatu dan didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugastugas perkembangan dewasa awal. Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurst adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagian serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dalam kehidupan manusia, pernikahan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, tingkat ekonomi maupun tempat tinggal. Dalam kehidupan manusia pernikahan 1 Bab I Pendahuluan bukanlah bersifat sementara tetapi untuk seumur hidup. Sayangnya tidak semua orang bisa memahami hakekat dan tujuan dari pernikahan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam berumah-tangga. Batas usia dalam melangsungkan pernikahan adalah penting karena di dalam pernikahan tidak hanya menuntut kematangan fisik biologis tetapi juga menuntut kematangan fisik psikologis. Berdasarkan data statistik Indonesia (2007), di tahun 1970 pada umumnya pasangan yang berasal dari pedesaan hingga kota-kota kecil di Indonesia menikah di usia antara 17-23 tahun. Wanita pada umumnya menikah di usia antara 17-20 tahun dan pria menikah antara usia 19-23 tahun. Penduduk kota-kota besar pada dasarnya menikah pada usia sekitar 19-23 tahun untuk wanita dan 21-25 tahun untuk pria. Setelah memasuki tahun 2000, penduduk desa dan kota-kota kecil semakin banyak berpindah ke kota-kota besar, sehingga usia menikah pun semakin mundur. Berdasarkan data statistik Indonesia pada tahun 2000, usia umum pernikahan terjadi pada wanita sekitar usia 23-27 tahun dan pada pria pernikahan terjadi pada usia sekitar 25-30 tahun (www.bps.go.id / di akses pada 25 November 2011). Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 7, mensyaratkan bahwa pernikahan dapat dilakukan jika seseorang telah berusia 21 tahun dan telah memiliki kematangan psikologis. Pernikahan dibawah usia 21 tahun memang di ijinkan tetapi jika mendapatkan ijin dari orang tua atau walinya. Motif Pernikahan yang dilakukan sebelum usia 22-23 tahun, biasanya didasari oleh faktor kebudayaan dan tradisi yang berlaku di suatu daerah tertentu. Hal ini biasanya 2 Bab I Pendahuluan didasari oleh adanya kebanggaan dalam mendekatkan hubungan keluarga, faktor pendidikan yang rendah, faktor pengaruh tradisi serta adat kebiasaan, faktor kurangnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat, faktor keadaan ekonomi dan faktor perbuatan nekat sehingga terjadi hamil di luar nikah.( Maryani, 2002). Dari hasil survey awal, peneliti dapatkan suatu perkumpulan arisan yang terdiri dari 86 wanita anggota premium X Bandung yang sering melakukan acara temu sapa secara rutin diluar dunia maya sebagai penjual atau pembeli pada situs belanja online x tersebut. Pertemuan tersebut pada awalnya diadakan satu bulan sekali untuk melaksanakan kegiatan arisan, sampai pada akhirnya pertemuan tersebut menjadi semakin sering yaitu setiap hari sabtu atau hingga tiga kali dalam seminggu. Situs belanja online x adalah salah satu situs belanja online terbesar di Indonesia yang menawarkan kegiatan jual beli secara online. Kepada seluruh masyarakat Indonesia. Situs belanja online x ini pada dasarnya dibuat murni untuk melakukan kegiatan jual beli secara maya. Temu sapa antara penjual dan pembeli tidak disyaratkan oleh pembuat situs dan sepenuhnya menjadi pilihan para pengguna situs. Dalam situs ini tiap anggota bisa saling mengirim pesan atau komentar pada profil produk yang ditawarkan penjual. Kontak secara lebih mendalam adalah melalui SMS ataupun telepon antara masing-masing anggota apabila penjual mencantumkan nomor telepon pada profil penjualan. Pada awalnya mereka berkomunikasi melalui pesan dan komentar profil saja sampai akhirnya pertemanan mereka kerap kali menjadi ajang bercerita masalah-masalah pribadi satu sama lain, dan pertemanan kian meluas antar sesama anggota di Bandung yang di anggap memiliki minat serta lifestyle yang sama, hal ini 3 Bab I Pendahuluan membuat mereka memiliki ide untuk melakukan acara pertemuan rutin. Dari 80 orang anggota, 37 orang di antaranya telah menikah sebelum usia 23 tahun. Kini mereka telah memiliki anak dengan usia anak antara 7 bulan hingga 3 tahun. Beberapa anggota lainnya ada yang bercerai sebelum memasuki usia 30 tahun dan sebagian besar dari wanita pada perkumpulan ini adalah homoseksual (lesbian) atau biseksual atau pernah menjadi salah satu keduanya. Seluruh anggota dari perkumpulan ini berada pada kelas ekonomi menengah ke atas dan sangat aktif dalam komunikasi dunia maya. Hal tersebut ditunjang dengan peralatan komunikasi yang canggih seperti Blackberry, iPhone, iPad, Tablet, Android dan Laptop. Mereka mengatakan bahwa internet lah yang mempertemukan sebagian besar dari mereka. Sebelum perkumpulan ini terbentuk dan mereka bertemu secara langsung diluar dunia maya, mereka mengaku bahwa kegiatan mereka cenderung monoton dan waktu yang mereka habiskan di dunia maya khususnya pada situs X itu sendiri tidak intens. Berdasarkan wawancara peneliti dengan 37 orang wanita dari kelompok arisan yang menikah sebelum usia 23 tahun, sebanyak 20 orang wanita sama sekali tidak memberikan asupan ASI kepada anaknya dengan alasan ingin langsung mengkonsumsi obat pelangsing badan.Empat belas orang wanita memberikan ASI pada beberapa bulan awal usia anak, kemudian melanjutkan dengan susu formula. Tiga wanita lainnya menggunakan ibu lain untuk menyusui anaknya, akan tetapi tidak sampai anak mencapai usia 2 tahun. Sebagian besar dari wanita pada kelompok ini mengatakan bahwa keputusan untuk menikah sebelum usia 23 tahun diantaranya untuk menghalalkan hubungan dengan lawan 4 Bab I Pendahuluan jenis, beberapa karena merasa telah siap secara mental untuk menikah, beberapa karena kecocokkan dengan pasangannya. Tiga orang mengaku sengaja melakukan hubungan suami istri tanpa perlindungan agar mereka bisa hamil yang pada akhirnya pernikahan harus dilaksanakan. Secara garis besar, keputusan menikah pada para wanita perkumpulan ini adalah murni keinginan diri sendiri tanpa adanya desakan orang tua ataupun pihak-pihak lain. Seluruh anggota dalam perkumpulan ini adalah ibu rumah tangga. Sebagian besar wanita pada kelompok ini sering melakukan suatu kegiatan pertemuan dengan teman-teman sesama anggota dari perkumpulan tersebut hingga larut malam. Anak mereka diasuh oleh baby sitter ataupun dititipkan kepada orang tuanya. Seringnya pertemuan dilakuan pada hari sabtu. Kegiatannya adalah arisan dengan sesama anggota dari perkumpulan atau sekedar merokok sambil melakukan kegiatan makan bersama. Apabila mendapat kabar bahwa anaknya sulit tidur ataupun sedang sakit, para ibu muda ini hanya menghubungi anaknya melalui telepon, kemudian melanjutkan aktivitas berkumpul seperti biasa. Apabila mereka mengadakan acara liburan bersama seluruh anggota perkumpulan, anak tidak pernah turut disertakan, melainkan dititipkan kepada orang tuanya, bahkan pada beberapa kesempatan suami tidak ikut serta. Beberapa orang di antaranya bahkan sempat membicarakan untuk memberikan anak mereka obat tidur agar tidak rewel, sehingga para wanita tersebut dapat menjalankan aktivitas rumah tangga dengan tenang dan tentram. Berdasarkan wawancara dari beberapa wanita tersebut, mereka mengaku enggan untuk mengurus anaknya apabila sedang terjadi perselisihan dengan 5 Bab I Pendahuluan suami. Mereka lebih memilih menyerahkan anaknya sementara kepada orang tuanya. Salah satu dari mereka pernah pergi dari rumah selama beberapa hari tanpa sepengetahuan suami saat sedang berselisih dan meninggalkan anak dengan sang suami. Mereka mengaku bahwa hal-hal tersebut mereka lakukan karena sebelumnya mereka mendengar atau mendapatkan masukan dari sesama anggota perkumpulan tersebut. Beberapa orang mengakui bahwa mereka pernah membiarkan anak saat anak mengalami kecelakaan kecil seperti terjatuh dari kasur ataupun kepalanya terbentur perabotan rumah. Alasannya, mereka sedang sibuk dengan handphone atau laptop yang digunakan untuk melansir situs belanja dan melihat perkembangan profil keanggotaan mereka pada situs tersebut atau sekedar berbelanja secara online. Para wanita ini kerap berbelanja untuk perlengkapan anaknya bersama teman-teman anggota, memasang foto anaknya pada profil blackberry messenger, dengan tujuan ingin menunjukkan suatu perilaku bahwa mereka sangat memperhatikan dan menyayangi anaknya, meskipun tidak benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila suami sedang dinas keluar kota atau keluar negeri, para wanita ini kerap kali bertemu dengan teman pria yang mereka kenal dari sesama anggota ataupun melakukan hal-hal tanpa memberitahu suami mereka karena dipengaruhi oleh godaan dari teman-teman sesama anggota. Beberapa mengaku melakukan perselingkuhan dengan pria yang sebelumnya mereka kenal sebagai anggota penjual dan pembeli dari situs X, akibat kekecewaan terhadap suami mereka dan terkadang mereka mengajak pria selingkuhannya tersebut saat berkumpul dengan para anggota perkumpulan ini. Mereka mengaku perselingkuhan itu bisa terjadi 6 Bab I Pendahuluan setelah mereka melakukan transaksi pembelian secara langsung (Cash On Demand) dengan pria-pria tersebut. Sebagian besar wanita pada kelompok ini melakukan aktivitas rumah tangga seperti memasakkan makanan untuk suami, membersihkan & merawat rumah, memcucikan pakaian dan lain sebagainya. Sebagian dari ke-37 wanita ini adalah perokok aktif, namun beberapa orang mengaku sudah berhenti. Wanita yang aktif merokok mengakui, bahwa mereka merokok hanya jika sedang tidak bersama suami atau saat suami sedang tidak ada di rumah, dan terkadang mereka selalu mengadakan pertemuan di luar hari Sabtu hanya agar mereka dapat merokok. Wanita yang memiliki pembantu rumah tangga enggan untuk melakukan kegiatan rumah tangga terutama merawat rumah. Para wanita ini mengaku sebagai wanita emansipasi yang tidak ingin diperintah ataupun diperbudak oleh suami. Hal tersebut menyebabkan mereka merasa harus memegang kendali dalam rumah tangga. Mereka merasa perlu membuat suami mereka tunduk kepada mereka dan lebih memilih sang suami untuk merujuk kepada mereka setiap kali terjadi pertengkaran atau salah paham. Mereka senantiasa ingin dimanjakan oleh suami mereka. Mereka mengatakan dengan tetap terlihat menarik dan bisa memuaskan kebutuhan seksual suami, suami mereka tidak akan keberatan atas apapun yang para wanita ini lakukan. Mereka pun mengaku dengan seringnya mendengar cerita dari sesama anggota mengenai kehidupan rumah tangga mereka membuat mereka kian kali merasa perlu turut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Hampir seluruh anggota dalam perkumpulan ini mengatakan bahwa mereka tidak mendapat bimbingan ataupun 7 Bab I Pendahuluan ketegasan mengenai kehidupan beragama dari suami mereka sehingga mereka menganggap bahwa rumah tangga mereka belum cukup religius. Penyesuaian pernikahan khususnya penyesuaian menjadi peran sebagai ibu ditunjukkan dengan : 1) merawat suami sesuai kewajiban-kewajibannya seperti mendampingi suami dalam keadaan sehat maupun sakit, mematuhi perintah suami, memberi dukungan moril kepada suami, memenuhi kebutuhan suami terutama secara batin. 2) membina dan menjaga keharmonisan hubungan rumah tangga seperti menjaga komunikasi dengan suami dan anak, mencari solusi yang baik terhadap masalah rumah tangga yang dialami, menjaga perasaan suami dan anak, menyayangi suami dan anak. 3) menjadi orang tua yang baik seperi memenuhi hal-hal yang dibutuhkan oleh anak terutama pada lima tahun pertama usia anak seperti gizi, perhatian & kasih sayang, serta perlakuan yang layak didapatkan seorang anak serta menjaga keselamatan anak selama masa belajar dan eksplorasi, mendidik anak dengan baik, dan memberikan dukungan kepada anak. Berdasarkan data yang didapat dari hasil interview pada para wanita muda yang tergabung dalam perkumpulan, pada dasarnya mereka menikah atas keinginan sendiri.Peneliti mendapatkan bahwa perilaku yang ditujukkan oleh para wanita usia ini muda ini, tidak sejalan dengan apa yang dituntut dari masyarakat sebagai tugas seorang istri dan ibu rumah tangga. Berdasarkan fenomena yang didapat, peneliti berasumsi bahwa terdapat suatu permasalahan dalam penyesuaian pernikahan para wanita kelompok arisan ini sehingga mereka sering melakukan berbagai aktivitas berkumpul dengan sesama kelompok arisan di luar rumah yang mengakibatkan terabaikannya tugas- 8 Bab I Pendahuluan tugas dan kewajiban-kewajiban mereka sebagai seorang istri dan ibu dan untuk mengetahui permasalahn tersebut perlu digali secara mendalam mengenai penyesuaian pernikahan pada para wanita kelompok arisan ini sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelititan yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan Pada Wanita Kelompok Arisan di Kota Bandung” 1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Pernikahan membutuhkan suatu penyesuaian tersendiri yang dapat membantu kelancaran serta kerharmonisan baik hubungan antara pasangan suami dengan istri, maupun orang tua dengan anak. Konsep penyesuaian pernikahan menurut Hurlock (1991) adalah proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Jadi yang dimaksud dengan penyesuaian pernikahan dalam penelitian ini adalah; kemampuan untuk menjalani tuntutan sehari-hari, dan tanggung jawab dalam pernikahan dengan apapun derajat efisiensi emosi yang dibutuhkan pada saat itu. Hal tersebut termasuk beradaptasi dan menikmati adanya pasangan, partisipasi dalam berbagai minat dan aktivitas pada kelompok keluarga, menerima berbagai tanggung jawab lain yang bertambah selama pernikahan terjadi, dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan perubahan hidup berkeluarga. 9 Bab I Pendahuluan Dengan adanya penyesuaian pernikahan pada pasangan maka perceraian pun dapat dihindari. Penyesuaian pernikahan sangat dibutuhkan oleh setiap pasangan yang telah menikah, terlebih pada pasangan yang menikah di usia awal dewasa awal yang belum memiliki banyak pengetahuan mengenai peran-peran sebagai suami/istri ataupun sebagai ayah/ibu sehingga perlu adanya saling pengertian antar pasangannya. Maraknya fenomena pasangan menikah karena kehamilan dan perjodohan dewasa ini memunculkan suatu persepsi bahwa penyesuaian pernikahan hanya dibutuhkan bagi pasangan-pasangan yang menikah karena alasan-alasan tersebut. Pasangan yang menikah atas pertimbangan kesiapan dan keinginan pun tetap harus menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan, karena pernikahan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Penyesuaian pernikahan memiliki lima aspek penting yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pasangan dalam mencapai penyesuaian pernikahan yang baik. Aspek yang pertama adalah penyesuaian dengan pasangan. faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pasangan diantaranya kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi, kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi, konsep pasangan ideal, kesamaan latar belakang, minat dan kepentingan, serta konsep peran yang dimiliki. Aspek kedua adalah penyesuaian Seksual. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual diantaranya sikap terhadap seks, konsep mengenai peran seksual, dorongan seksual, dan sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Aspek ketiga adalah penyesuaian Keuangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian keuangan diantaranya 10 Bab I Pendahuluan pengelolaan uang dan keterbukaan pasangan mengenai masalah keuangan. Aspek keempat adalah penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan yaitu sikap terhadap keluarga yang lebih tua, keinginan pasangan untuk mandiri, kerlibatan dengan anggota keluarga pasangan. Aspek yang terakhir yaitu Penyesuaian Terhadap Peran Sebagai Orang tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua diantaranya sikap terhadap kehamilan, sikap terhadap peran sebagai orang tua, harapan orang tua terhadap anak, perasaan keseimbangan tugas orang tua, dansikap terhadap perubahan peran. Di suatu situs belanja online terdapat 37 wanita muda yang menjadi anggota premium dan merupakan kelompok arisan rutin. Dari 37 anggota yang menikah sebelum usia 23 tahun atas dasar keinginan sendiri, menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan sebagai seorang istri/ibu. Perilaku-perilaku yang tidak sesuai itu di antaranya seringnya mereka menelantarkan dan mengabaikan pengurusan anak demi mempertahankan kehidupan sosial mereka, mengabaikan suami dan cenderung berbohong atau melakukan hal tanpa ijin dari suami, kurang tampaknya kepedulian mereka dalam menjaga keharmonisan rumah tangga mereka, seringnya mengabaikan tugas-tugas rumah tangga bukan karena karir tapi karena mampu secara ekonomi untuk memperkerjakan pembantu rumah tangga, kurangnya kesadaran diri dalam mengatur prioritas peran diri. 11 Bab I Pendahuluan Dari pernyataan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Faktor-faktor apa yang bisa mempengaruhi penyesuaian pernikahan yang terbentuk pada wanita kelompok arisan di kota Bandung?” 1.3 TUJUAN PENELITIAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan pada wanita kelompok arisan di kota Bandung. 1.4 MANFAAT PENELITIAN. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis a. Manfaat Teoritis : Memberikan informasi terhadap kajian mengenai penyesuaian pernikahan, khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan bagi bidang ilmu psikologi perkembangan. b. Manfaat Praktis : 1. Wanita Kelompok Arisan yang Menjadi Anggota situs belanja Online X di Bandung Memberikan informasi dan gambaran mengenai faktor-faktor yang diperlukan untuk mempertahankan rumah tangga yang harmonis 12 Bab I Pendahuluan serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha untuk menjadi istri serta ibu yang baik 2. Masyarakat Memberikan informasi dan gambaran mengenai hal-hal yang penting dalam pernikahan kepada wanita yang berniat untuk melakukan pernikahan agar dapat lebih memantapkan kesiapan untuk menikah serta dapat belajar mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan sehingga mampu menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. 13 Bab 2 Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA Seperti yang sudah diuraikan dalam bab sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan pada wanita arisan di Kota Bandung. Untuk itu agar lebih memahami konstruk penelitian ini, dalam bab ini akan disampaikan mengenai penjelasan tentang teori perkembangan, konsep pernikahan, teori penyesuaian sosial dalam penelitian ini terfokus pada teori penyesuaian pernikahan. 2.1 PERKEMBANGAN 2.1.1. Pengertian Perkembangan • Santrok Yussen (1992) Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai ahir hayat yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri individu. • E.B. Harlock (1990 : 8) Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. 14 Bab 2 Tinjauan Pustaka Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut. • Kasiram (1983 : 23) Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23), menandung arti bahwa perkembangan merupakan peubahan sifat indiviu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan yaitu perubahan individu ke arah yang lebih sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai ahir hayat dan berlangsung secara terus menerus. 2.1.2. Tugas-Tugas Perkembangan Salah satu prinsip perkembangan bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya. Pada setiap fase perkembangan ditandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan tertentu yang seyogyanya dapat dituntaskan. 15 Bab 2 Tinjauan Pustaka Tugas–tugas perkembangan ini berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Abin Syamsuddin Makmun, (2009 : 24) memberikan pengertian tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada jangka waktu tertentu dalam kehidupan seorang individu, pencapaian yang sukses ditandai dengan kebahagiaan individu dan keberhasilan tugas-tugas perkembangan setelah itu, sedangkan kegagalan ditandai dengan kesedihan dalam diri individu, penolakan sosial, dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan berikutnya. Menurut Arnold Gessel (2000 : 36) tugas perkembangan adalah tugas dari suatu aspek perubahan yang dialami oleh individu dan bersifat kualitatif menurut peredaran masa. Dan menurut Havighurst (1961 : 36), tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Sedangkan Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. 16 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1.3. Ciri Kematangan Dewasa Awal Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut: i. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi. ii. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. iii. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaanperasaan orang lain. iv. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. v. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya vi. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya 17 Bab 2 Tinjauan Pustaka untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya. vii. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataankenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru. a. Ciri Perkembangan Dewasa Awal Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Menurut Hurlock (2002), ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah: i. Usia reproduktif (Reproductive Age) Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu. 18 Bab 2 Tinjauan Pustaka ii. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age) Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahanperubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. iii. Usia Banyak Masalah (Problem age) Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya. iv. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, pernikahan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini 19 Bab 2 Tinjauan Pustaka pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan. v. Masa keterasingan sosial Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, pernikahan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis ketersingan (Erikson:34). vi. Masa komitmen Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan hamper tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang terlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua, anda menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar. 20 Bab 2 Tinjauan Pustaka vii. Masa Ketergantungan Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka. viii. Masa perubahan nilai Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. ix. Masa Kreatif Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas. b. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal Mengenai tugas Masa Dewasa Awal, menurut Havighurst (1961, 42) adalah sebagai berikut : • Mulai bekerja • Memilih pasangan hidup 21 Bab 2 Tinjauan Pustaka • Belajar hidup dengan suami/istri • Mulai membentuk keluarga • Mengasuh anak • Mengelola/mengemudikan rumah tangga • Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara • Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan Dan menurut Farida Harahap (2009 : 36), tugas Masa Dewasa Awal adalah sebagai berikut : • Memilih pasangan hidup • Belajar hidup bersama sebagai pasangan suami isteri • Hidup dalam satu keluarga, pasangan dan anak • Belajar mengasuh anak • Mengelola rumah tangga • Bekerja dan membangun karir • Bertangung jawab sebagaiwarga Negara • Bergabung dengan suatu aktivitas atau perkumpulan sosial Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa tugas perkembangan dewasa awal pada individu diantaranya adalah hidup dalam satu keluarga, mengelola keluarga, dan belajar mengasuh anak. Dengan demikian, kehidupan pernikahan yang dilakukan seorang wanita di bawah usia 23 tahun termasuk ke dalam tugas perkembangan dewasa awal. 22 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.2 PERNIKAHAN 2.2.1. Pengertian Pernikahan Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa pernikahan adalah monogamous, hubungan berpasangan antara satu wanita dan satu pria. Sehingga bisa didefinisikan sebagai suatu kesatuan hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai pasangan yang telah menikah, dimana didalamnya terdapat hubungan seksual, keinginan mempunyai anak dan menetapkan pembagian tugas antara suami istri. Dyer (1983) menyatakan bahwa pernikahan adalah bagaimana hubungan dibentuk dan dipertahankan, dan bagaimana hubungan ini kemungkinan akan diakhiri. Dyer mengatakan bahwa warga Amerika pada umumnya berpikir bahwa perniakahan adalah hubungan dua orang dewasa dengan jenis kelamin yang berbeda menetapkan komitmen untuk hidup bersama sebagai suami istri. Menurut Azar (dalam Walgito, 1984) pernikahan atau nikah artinya melakukan suatu aqad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang lakilaki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhai Allah. Pernikahan bukan sematamata untuk memenuhi kebutuhan biologis, melainkan untuk memenuhi kebutuhan afeksional, yaitu kebutuhan mencintai dan dicintai, rasa kasih sayang, rasa aman dan terlindungi, dihargai dan diperhatikan oleh pasangannya. Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan 23 Bab 2 Tinjauan Pustaka wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang (Papalia & Olds, 1998). Beberapa definisi lain dari pernikahan yang dipandang dari sisi psikologi, diantaranya sebagai berikut : Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci yang bertujuan membentuk keluarga dan meneruskan generasi. (Akbar, dalam Medyasti 2005). Pernikahan merupakan tugas perkembangan orang yang memasuki tahap dewasa atau perkembangan sosio-emosional pada masa dewasa awal, seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2002) ialah tergabung menjadi keluarga melalui pernikahan. Sedangkan masa untuk melakukan pernikahan saat usia dewasa awal yaitu 20 - 40 tahun (Papalia, 1998) atau pada usia 18 - 40 tahun ( Hurlock ,1980). Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan penyatuan hubungan antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga secara sah dimana didalamnya terdapat pemenuhan kebutuhan biologis, kebutuhan afeksional dan adanya pembagian peran sebagai pasangan yang telah menikahi. 2.2.2. Pernikahan di Indonesia Pernikahan dalam Islam merupakan fitrah manusia agar seorang muslim dapat memikul amanat tanggung jawabnya yang paling besar dalam dirinya terhadap orang yang paling berhak mendapat pendidikan dan pemeliharaan. Pernikahan memiliki manfaat yang paling besar terhadap kepentingan- 24 Bab 2 Tinjauan Pustaka kepentingan sosial lainnya. Kepentingan sosial itu adalah memelihara kelangsungan jenis manusia, memelihara keturunan, menjaga keselamatan masyarakat dari segala macam penyakit yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta menjaga ketenteraman jiwa. Pernikahan memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu membentuk suatu keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan rumusan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa: "Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." Sesuai dengan rumusan itu, pernikahan tidak cukup dengan ikatan lahir atau batin saja tetapi harus kedua-duanya. Dengan adanya ikatan lahir dan batin inilah pernikahan merupakan satu perbuatan hukum di samping perbuatan keagamaan. Sebagai perbuatan hukum karena perbuatan itu menimbulkan akibatakibat hukum baik berupa hak atau kewajiban bagi keduanya, sedangkan sebagai akibat perbuatan keagamaan karena dalam pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan ajaran-ajaran dari masing-masing agama dan kepercayaan yang sejak dahulu sudah memberi aturan-aturan bagaimana pernikahan itu harus dilaksanakan. 25 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.2.3. Faktor-Faktor Yang Memotivasi Pernikahan Setiap individu mungkin mempunyai pertimbangan yang berbeda ketika hendak melakukan pernikahan. Secara umum hal tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor utama, push factors, yaitu faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk segera melakukan pernikahan; dan pull factors, yaitu faktorfaktor daya tarik yang menetralisir kekhawatiran individu untuk terikat dalam pernikahan (Turner & Helms, dalam Domikus, 1999). Adapun yang termasuk push factors, antara lain: a. Konformitas. Orang memutuskan untuk menikah karena menikah dilakukan oleh mayoritas masyarakat. Konformitas menjadi hal utama dalam struktur kebudaya di seluruh dunia. b. Cinta. Cinta merupakan komitmen emosional manusia yang perlu diterjemahkan ke dalam suatu bentuk yang lebih nyata dan permanen, yaitu pernikahan. c. Legitimasi seks dan anak. Secara tradisional, masyarakat memberikan dukungan terhadap hubungan seksual hanya kepada mereka yang telah menyatakan komitmennya secara legal atau sah. Sedangkan lahirnya anak-anak yang tidak berasal dari pernikahan yang sah akan menimbulkan persepsi atau pandangan sosial yang buruk, baik terhadap pasangan maupun terhadap anak. Sementara yang termasuk dalam pull factors, antara lain: a. Persahabatan. Salah satu harapan terhadap pernikahan adalah terjadinya persahabatan yang terus-menerus. Banyak pasangan menyatakan bahwa hal terpenting dalam pernikahan sesungguhnya adalah terjalinnya suatu persahabatan. 26 Bab 2 Tinjauan Pustaka b. Berbagi. Berbagi gaya hidup, pikiran-pikiran dan juga berbagi penghasilan (income) dianggap sebagai daya tarik seseorang untuk memasuki pernikahan. c. Komunikasi. Pasangan suami istri perlu terlibat dalam komunikasi yang akrab dan bermakna. Pasangan yang bahagia adalah mereka yang dapat berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun nonverbal dan peka terhadap kebutuhan masing-masing. 2.2.4. Penyesuaian Pernikahan Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan. Dyer (1983) menyatakan penyesuaian perkawinan adalah adanya bermacam-macam proses dan penyesuaian didalam hubungan perkawinan antar pasangan, dimana adanya proses untuk mengakomodasikan situasi sehari-hari, menyeimbangkan kebutuhan masing-masing, ketertarikan, role-expectation, dan pandangan, dan beradaptasi untuk perubahan kondisi perkawinan dan kehidupan keluarga. 27 Bab 2 Tinjauan Pustaka Menurut LeMasters (dalam Dyer, 1983) penyesuaian perkawinan bisa dikonseptualisasikan sebagai kapasitas penyesuaian atau adaptasi, sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah daripada kemangkiran dari masalah. Schneiders (1964) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah suatu seni kehidupan dan bermanfaat dalam kerangka tanggung jawab, hubungan, dan pengharapan yang merupakan hal mendasar dalam pernikahan. Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. Penyesuaian perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai suami istri. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah suatu tahap dimana dua orang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan. Orang menikah bukan hanya mempersatukan diri, tetapi seluruh keluarga besarnya juga ikut. Wismanto (2005) menyatakan bahwa proses pengenalan antar pasangan itu berlangsung hingga salah satu pasangan mati, dan dalam pernikahan terjadi proses pengembangan yang didasari oleh LOVE yaitu Listen, Observe, Value dan Emphaty. 28 Bab 2 Tinjauan Pustaka Peran penting dalam pernikahan dimainkan oleh hubungan interpersonal yang tentunya jauh lebih rumit bila dibandingkan dengan hubungan persahabatan atau bisnis. Makin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang dimiliki individu, makin besar pengertian wawasan sosial yang telah mereka kembangkan, dan semakin besar kemauan mereka untuk bekerja sama dengan sesamanya, serta semakin baik mereka menyesuaikan diri satu sama lain dalam pernikahan. Tantangan di periode awal pernikahan adalah masa-masa perjuangan untuk memperoleh kebahagiaan dan kemapanan hidup. Antara suami dan istri sama-sama bekerja keras untuk bisa memenuhi tuntutan hidup. Ini sangat bisa mengurangi kualitas kebersamaan sehingga akhirnya salah satu pihak merasa terabaikan (Hassan, 2004). Ketika suami dan istri berikrar untuk menikah, berarti masing-masing ‘mengikatkan diri’ pada pasangan hidup. Kebebasan sebagai individu ‘dikorbankan’. Pernikahan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Tiap pasangan harus terus belajar mengenai kehidupan bersama. Tiap pasangan juga harus kian menyiapkan mental untuk menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangannya dengan kontrol diri yang baik. Pentingnya penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami atau istri dalam sebuah pernikahan akan berdampak pada keberhasilan hidup berumah tangga. Keberhasilan dalam hal ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan hidup pernikahan, mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dalam 29 Bab 2 Tinjauan Pustaka kedudukannya sebagai suami atau istri dan kehidupan lain di luar rumah tangga (Hurlock, 2002). Tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Menurut Clinebell & Clinebell (2005), periode awal pernikahan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis muncul saat pertama kali memasuki jenjang pernikahan. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang pasangan masingmasing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima. 2.2.4.1. Karakteristik Penyesuaian Pernikahan Menurut Hurlock (1980) 1) Kebahagiaan suami dan istri Suami dan istri yang bahagia memperoleh kepuasan dari peran-peran yang mereka jalankan. Mereka juga memiliki cinta yang matang dan stabil, mempunyai penyesuaian seksual yang baik dan menerima peran sebagai orangtua. 2) Hubungan yang baik antara orangtua dan anak Bagi yang sudah mempunyai anak maka hubungan yang baik antara orangtua dengan anak menunjukkan penyesuaian yang baik. Bila hubungan antara orangtua dan anak tidak baik maka suasana rumah akan ditandai dengan adanya friksi. 30 Bab 2 Tinjauan Pustaka 3) Penyesuaian yang baik pada anak Pada anak keberhasilan mereka menyesuaiakan diri dengan temantemannya, sekolahnya, akan menunjukkan keberhasilan penyesuaian pernikahan orangtuanya. 4) Mampu menghadapi perbedaan pendapat dengan baik Perbedaan pendapat di dalam keluarga merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Penyesuaian pernikahan yang baik ditandai dengan adanya kemampuan dari anggota keluarga untuk memahami pandangan yang berbeda dari anggota keluarganya. Penyesuaian yang baik akan tercapai dengan cara demikian dibandingkan bila ada salah satu anggota keluarga yang harus mengalah atau perbedaan pendapat didiamkan saja. 5) Kebersamaan Dalam penyesuaian pernikahan yang baik, masing-masing anggota akan menikmati saat-saat kebersamaan mereka. 6) Penyesuaian keuangan yang baik Pada umumnya, masalah keuangan merupakan masalah yang sering menimbulkan masalah. Terlepas dari besarnya penghasilan, hal terpenting yang harus dilakukan suatu keluarga adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, sehingga keluarga terhindar utang. 7) Penyesuaian dengan keluarga pasangan yang baik Penyesuaian yang baik dengan keluarga pasangan akan menghindari konflik di dalam kehidupan rumah tangga. 31 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.2.4.2. Aspek-Aspek Penyesuaian Pernikahan Menurut Hurlock (2002 : 290), terdapat lima aspek dalam penyesuaian pernikahan beserta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aspek-aspek tersebut 1) Penyesuaian dengan pasangan. Masalah penyesuaian paling pokok yang pertama kalidihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap pasangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuain dengan pasangan yaitu : a. Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi. kesanggupan untuk membentuk hubungan yang mesra dan saling memberi serta menerima cinta masing-masing sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang hangat dan intim. b. Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi. Kemampuan pasangan untuk saling mengkomunikasikan kebutuhan, minat dan harapan-harapan sehingga mereka dapat menghindari kesalah pahaman dalam hubungan rumah tangga. c. Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan. Kemampuan pasangan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal yang dimiliki dirinya dengan kondisi pasangan yang ada. Dalam memilih pasangan, baik pria maupun wanita dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang dibentuk selama masa dewasa. 32 Bab 2 Tinjauan Pustaka d. Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda. Setiap Pasangan memiliki kecenderungan latar belakang budaya, agama dan pola asuh, selain itu berbeda juga dalam hal minat dan kepentingan yang dimiliki oleh kedua pasangan. Oleh karena itu, setiap pasangan dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan tersebut. e. Konsep peran. Setiap pasangan memiliki harapan dan konsep mengenai peran suami atau istri. Dalam hal ini, bagaimana kemampuan pasangannya untuk memainkan peran sesuai dengan harapan dan konsep yang dimiliki pasangannya. Jika harapan terhadap peran tidak terpenuhi, akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk. 2) Penyesuaian Seksual. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam pernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan apabila penyesuaian ini tidak dicapai dengan memuaskan. Faktorfaktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual yaitu : a. sikap terhadap seks. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita dalam menerima informasi mengenai seksual selama masa anak dan remaja. Dalam hal ini, bagaimana pasangan bisa memiliki sikap menyenangkan dalam pnyesuaian seksual dengan pasangannya. 33 Bab 2 Tinjauan Pustaka b. Konsep mengenai peran seksual. Hal ini mencangkup peran yang dimainkan oleh pasangan dalam pernikahan. Dalam hal ini bagaimana pasangan bisa membuat kesepakatan mengenai harapan-harapan peran seksual yang dimainkan dalam rumah tangga. Peran tersebut terdiri dari konsep tradisional dimana terdapat perbedaan hak antara wanita dengan pria, serta konsep egalitarian dimana terdapat persamaan hak antara pria dan wanita. c. Dorongan seksual. Variasi dalam minat dan kenikmatan dalam hubungan seksual dapat mempengaruhi penyesuaian seksual. Dalam hal ini kesepakatan pasangan dalam hal, variasi, minat, dan bagaimana kemampuan pasangan mengendalikan emosi ketika mencari kenikmatan dalam hubungan seksual. d. Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Kesepakatan pasangan mengenai alat kontrasepsi dapat mengurangi konflik dan ketegangan dalam penyesuaian seksual, terutama apabila keduanya mempunyai perasaan yang sama tentang sarana tersebut. 3) Penyesuaian Keuangan. Masalah keuangan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri orang dewasa dengan pernikahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian keuangan yaitu ; a. Pengelolaan uang. Kemampuan pasangan untuk mengelola keuangan, baik itu pemasukan yang digabungkan maupun pengeluaran yang berubah sebelum pasangan menikah. Baik pada 34 Bab 2 Tinjauan Pustaka pasangan yang keduanya bekerja maupun pada pasangan dengan hanya suami yang bekerja. b. Keterbukaan pasangan mengenai masalah keuangan. Kemampuan pasangan untuk saling terbuka mengenai masalah-masalah keuangan seperti harapan-harapan pasangan dalam pemenuhan kebutuhan, bagaimana pasangan menggunakan penghasilan yang ada, penggabungan pendapatan pasangan dan lain sebagainya. 4) Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Pernikahan menyatukan tidak hanya dua individu tetapi juga dua keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan yaitu : a. Sikap terhadap keluarga yang lebih tua. Kemampuan pasangan untuk menunjukkan sikap yang positif terhadap mertua dan pihak keluarga lain yang memiliki usia lebih tua. b. Keinginan pasangan untuk mandiri. Kemampuan pasnagan untuk mandiri dalam mengatur kehidupan rumah tangga dan menolak dengan cara baik terhadap campur tangan keluarga dalam urusan rumah tangga. Pasangan yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan masukan dari orang tua mereka, khususnya mereka menolak campur tangan dari keluarga pasangan. c. Kerlibatan dengan anggota keluarga pasangan. Kesediaan pasangan untuk merawat anggota keluarga pasangan dan mengatur pemberian bantuan keuangan kepada anggota keluarga pasangan. Pasangan yang harus merawat anggota keluarga pasangan dan 35 Bab 2 Tinjauan Pustaka memberikan bantuan keuangan kepada anggota keluarga pasangan akan menghadapi banyak kesulitan dan ketegangan dalam mencapai penyesuaian yang baik terhadap pihak keluarga pasangan. 5) Penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua. Dengan lahirnya seorang anak, keluarga terkadang bingung dan mengalami stres dengan tingkat yang berbeda-beda terutama saat kehadiran anak pertama karena hal tersebut mengubah hubungan kelurga yang dwitunggal menjadi tritunggal. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua yaitu : a. Sikap terhadap kehamilan. Kemampuan pasangan untuk memberntuk sikap positif terhadap kehamilan. Sikap wanita terhadap peran sebagai orang tua diwarnai dengan kondisi fisik dan emosional terutama selama mengandung. Apabila sikap yang terbentuk tidak menyenangkan akan terlihat setelah anak lahir. b. Sikap terhadap peran sebagai orang tua. Kemampuan pasangan untuk menunjukkan kesadaran bahwa anak merupakan unsur penting yang akn membentuk kebahagiaan suatu pernikahan. c. Harapan orang tua terhadap anak. Kemampuan pasangan untuk menerima anak yang kurang sesuai dengan harapan. Misalnya, jenis kelamin, jumlah anak, dan lain sebagainya. d. Perasaan keseimbangan tugas orang tua. Kemampuan pasangan untuk mengasuh dan membesarkan anak. Konflik tentang 36 Bab 2 Tinjauan Pustaka bagaimana mengasuh dan membesarkan anak dapat menimbulkan masalah dan rasa cemas yang dapat mempengaruhi penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua. e. Sikap terhadap perubahan peran. Kemampuan pasangan untuk belajar memainkan peran yang lebih berorietasi kepada keluarga daripada pasangan. Penyesuaian dalam pernikahan akan berjalan terus sejalan dengan perubahan yang terjadi, baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan. Oleh karena itu, perlu usaha untuk mengabadikan pernikahan terutama dalam pembinaan keluarga sehat. Keluarga yang sehat akan mampu menghadapi tantangan yang tidak ada hentinya, baik tantangan positif maupun negatif. Upaya mengabadikan pernikahan ini bisa berkembang dengan baik jika diikuti dengan kemampuan komunikasi yang sehat dalam keluarga, baik antara suami-istri, maupun anak-anak. 37 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.3. KERANGKA PEMIKIRAN Pernikahan merupakan tugas perkembangan individu yang memasuki tahap dewasa atau perkembangan sosio-emosional pada masa dewasa awal, seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2002), ialah tergabung menjadi keluarga melalui pernikahan. Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci yang bertujuan membentuk keluarga dan meneruskan generasi (Akbar, dalam Medyasti 2005). Pernikahan sebagai salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal terjadi pada usia 20 - 40 tahun (Papalia, 1998) atau pada usia 18 - 40 tahun ( Hurlock ,1980). Pernikahan tidak hanya menuntut kematangan fisik biologis tetapi juga menuntut kematangan psikologis, karena pernikahan bukan sebuah titik akhir tetapi sebuah perjalanan panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu, individu yang melakukan pernikahan di anggap telah memiliki kemampuan baik secara fisik maupun psikologis untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Dalam kehidupan rumah tangga, tiap pasangan harus terus belajar mengenai kehidupan bersama. Tiap pasangan juga harus kian menyiapkan mental untuk menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangannya dengan kontrol diri yang baik. Sehingga penyesuaian dalam pernikahan atau kehidupan berumah tangga sangat penting. Pentingnya penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami atau istri dalam sebuah pernikahan akan berdampak pada keberhasilan hidup berumah tangga. Keberhasilan dalam hal ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan hidup pernikahan, mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan seseorang untuk 38 Bab 2 Tinjauan Pustaka menyesuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami atau istri dan kehidupan lain di luar rumah tangga (Hurlock, 2002). Penyesuaian dalam pernikahan atau penyesuaian pernikahan adalah suatu bentuk penyesuaian yang akan di alami oleh setiap pasangan suami istri dalam kehidupan berumah tangga sejak hari pertama mereka sah menjadi sepasang suami istri. Dyer (1983) menyatakan penyesuaian pernikahan adalah adanya bermacam-macam proses dan penyesuaian didalam hubungan pernikahan antar pasangan, dimana adanya proses untuk mengakomodasikan situasi sehari-hari, menyeimbangkan kebutuhan masing-masing, ketertarikan, role-expectation, dan pandangan, dan beradaptasi untuk perubahan kondisi pernikahan dan kehidupan keluarga. Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Dari definisi tersebut jelas bahwa penyesuaian dalam pernikahan adalah penting dan sangat diperlukan agar dapat membentuk pernikahan dan rumah tangga yang harmonis dan ideal. Penyesuaian pernikahan memiliki lima aspek yang ditunjang dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasian terhadap masing-masing dari ke lima aspek tersebut. Aspek pertama adalah penyesuaian dengan pasangan, menunjukkan bagaimana masing-masing pihak saling menyesuaikan diri satu sama lain selama pernikahan berlangsung. Hal tersebut seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, termasuk bagaimana masing-masing individu menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam upaya membentuk dan 39 Bab 2 Tinjauan Pustaka mempertahankan hubungan yang mesra dan intim. Pada penelitian ini, terdapat 37 orang wanita yang sebelum menikah telah merasa cocok dengan pasangannya yang menjadikan hal tersebut sebagai dasar kesiapan mereka dalam memutuskan untuk melakukan pernikahan. Namun demikian, mereka kerap kali mengajukan cerai apabila bertengkar dengan suami, memutuskan untuk pergi dari rumah selama beberapa hari, dan kerap kali tidak mematuhi aturan dari suami. Aspek kedua adalah penyesuaian seksual. Pada aspek ini, pasangan yang berhasil akan menghasilkan pengalaman seksual yang memuaskan dan menyenangkan dengan pasangan dan cenderung akan mempertahankan perasaan itu. Perasaan memuaskan dan menyenangkan itu pada akhirnya dapat menghindari berbagai macam penyimpangan seperti perselingkuhan. Setiap wanita pada anggota ini merasa bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, namun sebagian besar dari mereka pernah melakukan perselingkuhan. Aspek ketiga adalah penyesuaian keuangan. Aspek ini menekankan penyesuaian dengan kondisi ekonomi pasangan dalam kehidupan rumah tangga. Bagaimana suami menyikapi istri yang bekerja, bagaimana istri menyesuaikan kebutuhan pribadi dengan penghasilan suami. Pada fenomena ini, 37 orang wanita ini tidak bekerja secara formal melainkan menjalankan bisnis kecil yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan tersier mereka dan sekaligus sebagai sarana aktivitas sosial yang dapat menghilangkan kejenuhan dalam kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Secara finansial mereka tidak mengalami kesulitan yang menyebabkan konflik, namun kegiatan tambahan mereka dalam bisnis kecil ini lah awal mula mereka melakukan perselingkuhan dan pengabaian tugas utama mereka sebagai 40 Bab 2 Tinjauan Pustaka ibu rumah tangga. Aspek keempat yaitu penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Setiap pasangan harus bisa beradaptasi dengan pihak keluarga pasangan. Pasangan yang berhasil beradaptasi dengan baik dapat membentuk hubungan yang harmonis, akrab dan saling mengerti dengan setiap anggota keluarga pasangan. Hal tersebut pada akhirnya membantu menghindari masalah atau konflik yang mungkin muncul dan dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga pasangan apabila tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan pihak keluarga pasangan. Seluruh wanita pada anggota ini memiliki hubungan yang akrab dengan mertua mereka. Mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan merasa dapat memenuhi kriteria menantu yang ideal bagi mertuanya. Meskipun demikian, sebagian besar memiliki pendapat pribadi bahwa mertua mereka terlalu turut campur dalam urusan rumah tangga mereka, dan mereka secara pribadi lebih memilih untuk menghindari komunikasi dan pertemuan yang intens dengan pihak keluarga suami. Aspek terakhir adalah penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua. Setiap pasangan suami istri akan dihadapkan dengan kehadiran anak, sehingga peran mereka dalam pernikahan pun ikut berubah bersamaan dengan kehadiran anak. Penyesuaian yang baik pada aspek ini ditujukkan dengan keberhasilan setiap pihak pasangan dalam membentuk hubungan yang harmonis baik antara suami dengan istri maupun orang tua dengan anak. Tiga puluh tujuh orang wanita anggota ini mengaku bahwa kehamilan pertama mereka adalah kehamilan yang diharapkan, sehingga mereka memiliki kesiapan untuk menjalankan peran sebagai orang tua. Perilaku yang muncul setelah anak lahir adalah para wanita ini 41 Bab 2 Tinjauan Pustaka mengabaikan kebutuhan gizi utama anak, lebih memilih untuk mengabaikan anak saat mereka sedang sibuk dengan aktivitas sosial mereka dengan sesama anggota perkumpulan ini, dan apabila mereka merasa tidak bisa menghadapi kondisi anak yang rewel mereka memilih orang tua mereka untuk mengambil alih tugas mengurus anak selama beberapa jam sampai kondisi anak sudah membaik. Apabila kelima aspek penyesuaian pernikahan tersebut dapat dicapai dengan baik, maka dapat dikatakan pasangan berhasil mencapai penyesuaian pernikahan yang baik. Karakteristik keberhasilan penyesuaian pernikahan menurut Hurlock diantaranya terdapat kebahagiaan antara suami dan istri yang ditunjukkan dengan pasangan yang bahagia memperoleh kepuasan dari peranperan yang mereka jalankan. Mereka juga memiliki cinta yang matang dan stabil, mempunyai penyesuaian seksual yang baik dan menerima peran sebagai orangtua. Selain itu juga adanya hubungan yang baik antara orangtua dan anak. Ketiga adalah penyesuaian yang baik pada anak, yang ditunjukkan dengan keberhasilan anak dalam menyesuaiakan diri dengan teman-temannya dan sekolahnya. Selain itu, penyesuaian pernikahan yang baik ditandai dengan adanya kemampuan dari anggota keluarga untuk memahami pandangan yang berbeda dari anggota keluarganya. Dalam penyesuaian pernikahan yang baik, masing-masing anggota akan menikmati saat-saat kebersamaan mereka. Karakteristik kelima adalah penyesuaian keuangan yang baik. Terlepas dari besarnya penghasilan, hal terpenting yang harus dilakukan suatu keluarga adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, sehingga keluarga terhindar utang. Karakteristik yang terakhir adalah penyesuaian dengan keluarga pasangan terjalin dengan baik. 42 Bab 2 Tinjauan Pustaka Tiga puluh tujuh orang wanita yang menjadi subjek penelitian ini menikah sebelum usia 23 tahun dan tanpa paksaan dari pihak lain. Biasanya pasangan suami istri yang menikah atas dasar keinginan sendiri lebih memungkinkan untuk membentuk keluarga dan rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Akan tetapi, perilaku yang muncul setelah 37 orang wanita itu menikah berlawanan dengan anggapan kesiapan mereka sebelum melakukan pernikahan. Wanita-wanita ini tidak memberikan ASI, Sering melakukan pertemuan sampai larut malam dengan mengabaikan perhatian kepada anak dan suami. Mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh suami secara sembunyi-sembunyi, bahkan mengabaikan keselamatan anak saat sedang sibuk berinteraksi dengan sesama anggota perkumpulan. Selain itu, mereka kurang menjaga keharmonisan rumah tangga dengan mengabaikan perintah suami, mengabaikan tugas-tugas sebagai Ibu rumah tangga dan sebagai seorang Ibu, hingga melakukan perselingkuhan, dan kerap kali mengajukan cerai jika situasi tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh 37 wanita tersebut menunjukkan penyesuaian pernikahan yang buruk. 43 Bab 2 Tinjauan Pustaka Skema Kerangka Pikir ASPEK-ASPEK PENYESUAIAN PERNIKAHAN Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pasangan : 1. Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi 2. Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi 3. Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan 4. Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda 5. Konsep peran : mengabaikan perintah suami, melakukan perselingkuhan, sering pergi hingga larut malam, sering menggugat cerai Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual : 1. Sikap terhadap seks 2. Konsep mengenai peran seksual 3. Dorongan seksual 4. Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Faktor –faktor yang mempengaruhi penyesuaian keuangan : 1. Pengelolaan uang : penghasilan istri tidak digunakan untuk keperluan rumah tangga, hanya untuk aktivitas sosial 2. Keterbukaan mengenai keuangan Karakteristik keberhasilan penyesuaian pernikahan : 1. Kebahagiaan suami-istri 2. Hubungan yang baik antara anak dan orang tua 3. Penyesuaian yang baik dari anak-anak 4. Mampu menghadapi perbedaan pendapat dengan baik 5. Adanya kebersamaan 6. Penyesuaian keuangan yang baik 7. Penyesuaian dengan keluarga pasangan yang baik Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan : 1. Sikap terhadap keluarga yang lebih tua : akrab namun memandang mertua sebagai pihak yang selalu turut campur 2. Keinginan pasangan untuk mandiri 3. Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan: menghindari komikasi dan menghabiskan waktu bersama mertua dan keluarga suami Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua : 1. Sikap terhadap kehamilan : takut gemuk, tidak memperhatikan gizi 2. Sikap terhadap peran sebagai orang tua 3. Harapan orang tua terhadap anak 4. Perasaan keseimbangan tugas orang tua : mengabaikan kebutuhan gizi anak, mengabaikan keselamatan anak 5. Sikap terhadap perubahan peran Penyesuaian pernikahan yang baik Penyesuaian pernikahan yang buruk 44 Bab 3 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian non-eksperimental, dengan metode studi deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan (Arikunto, 2009). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diselidiki (Nazir, 1988). Penelitian deskriptif mempunyai ciriciri sebagai berikut: (1) berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2) menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan (3) variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment) (Kountur, 2003). Variabel yang akan diteliliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan pada wanita kelompok arisan di kota Bandung. 45 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.2. Indentifikasi Variabel Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan pada wanita kelompok arisan di kota Bandung. Karena bersifat deskriptif, maka dalam penelitian ini tidak ada variabel bebas (dependent variable) maupun variabel terikat. Teori penyesuaian pernikahan dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Elizabeth Hurlock. Untuk memperoleh data yang relevan, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap variabel yang telah didefinisikan secara konseptual. Pengukuran tersebut dapat dilakukan setelah terlebih dahulu dibuat definisi operasionalnya. Melalui definisi operasional ini, kemudian akan ditetapkan pelaksanaan pengukuran variabel yang akan diukur. 3.2.1. Definisi Konseptual Penyesuaian Pernikahan Penyesuaian pernikahan adalah proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri (Hurlock, 2002) Hurlock membagi penyesuaian pernikahan ke dalam lima aspek penyesuaian, yaitu : 46 Bab 3 Metodologi Penelitian 1. Penyesuaian Terhadap Pasangan Penyesuaian dengan pasangan adalah penyesuaian yang pertama kali dihadapi oleh setiap individu yang menikah. Hubungan interpersonal memainkan peran penting dalam pernikahan dan hal tersebut lebih sulit daripada dalam kehidupan pekerjaan sebab dalam pernikahan terdapat banyak permasalahan yang diakibatkan oleh banyak faktor yang tidak muncul dalam kehidupan individual. Aspek ini memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya, diantaranya : a. Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi kesanggupan untuk membentuk hubungan yang mesra dan saling memberi serta menerima cinta masing-masing sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang hangat dan intim. b. Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Kemampuan pasangan untuk saling mengkomunikasikan kebutuhan, minat dan harapan-harapan sehingga mereka dapat menghindari kesalah pahaman dalam hubungan rumah tangga. c. Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan Kemampuan pasangan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal yang dimiliki dirinya dengan kondisi pasangan yang ada. 47 Bab 3 Metodologi Penelitian d. Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda. Setiap Pasangan memiliki kecenderungan latar belakang budaya, agama dan pola asuh, selain itu berbeda juga dalam hal minat dan kepentingan yang dimiliki oleh kedua pasangan. Oleh karena itu, setiap pasangan dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan tersebut. e. Konsep peran Setiap pasangan memiliki harapan dan konsep mengenai peran suami atau istri. Dalam hal ini, bagaimana kemampuan pasangannya untuk memainkan peran sesuai dengan harapan dan konsep yang dimiliki pasangannya. 2. Penyesuaian seksual Penyesuaian ini merupakan penyesuaian yang paling sulit dalam pernikahan dan salah satu penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan apabila pasangan tidak dapat membentuk kesepakatan yang memuaskan. Biasanya pasangan tidak memiliki pengalaman yang cukup dan mungkin mereka tidak mampu mengendalikan emosinya. Fakor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan aspek ini, yaitu : 48 Bab 3 Metodologi Penelitian a. Sikap terhadap seks Hal ini sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita dalam menerima informasi mengenai seksual selama masa anak dan remaja. Dalam hal ini, bagaimana pasangan bisa memiliki sikap menyenangkan dalam penyesuaian seksual dengan pasangannya. b. Konsep mengenai peran seksual Hal ini mencangkup peran yang dimainkan oleh pasangan dalam pernikahan. Dalam hal ini bagaimana pasangan bisa membuat kesepakatan mengenai harapan-harapan peran seksual yang dimainkan dalam rumah tangga. Peran tersebut terdiri dari konsep tradisional dimana terdapat perbedaan hak antara wanita dengan pria, serta konsep egalitarian dimana terdapat persamaan hak antara pria dan wanita. c. Dorongan seksual Variasi dalam minat dan kenikmatan dalam hubungan seksual dapat mempengaruhi penyesuaian seksual. Dalam hal ini kesepakatan pasangan dalam hal, variasi, minat, dan bagaimana kemampuan pasangan mengendalikan emosi ketika mencari kenikmatan dalam hubungan seksual. d. Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Kesepakatan pasangan mengenai penggunaan alat kontrasepsi. 49 Bab 3 Metodologi Penelitian 3. Penyesuaian Keuangan Cukup tidaknya keuangan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga terutama kebutuhan primer dan sekunder memberikan pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian individu dengan pernikahan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan aspek ini, yaitu : a. Pengelolaan uang Kemampuan pasangan untuk mengelola keuangan, baik itu pemasukan yang digabungkan maupun pengeluaran yang berubah sebelum pasangan menikah. Baik pada pasangan yang keduanya bekerja maupun pada pasangan dengan hanya suami yang bekerja. b. Keterbukaan pasangan mengenai masalah keuangan Kemampuan pasangan untuk saling terbuka mengenai masalahmasalah keuangan seperti harapan-harapan pasangan dalam pemenuhan kebutuhan, bagaimana pasangan menggunakan penghasilan yang ada, penggabungan pendapatan pasangan dan lain sebagainya. 4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Dengan pernikahan, setiap individu secara otomatis memperoleh kelompok keluarga baru. Mereka itu adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda, yang kerapkali memiliki minat dan nilai 50 Bab 3 Metodologi Penelitian yang berbeda, bahkan mungkin memiliki perbedaan dari segi pendidikan, budaya, dan latar belakang sosialnya. Suami istri harus dapat mempelajari dan menyesuaikan diri dengan hal-hal tersebut apabila mereka menginginkan hubungan yang akrab dengan sanak saudara mereka. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan aspek ini, yaitu : a. Sikap terhadap keluarga yang lebih tua Kemampuan pasangan untuk menunjukkan sikap yang positif terhadap mertua dan pihak keluarga lain yang memiliki usia lebih tua. b. Keinginan pasangan untuk mandiri Kemampuan pasnagan untuk mandiri dalam mengatur kehidupan rumah tangga dan menolak dengan cara baik terhadap campur tangan keluarga dalam urusan rumah tangga. c. Kerlibatan dengan anggota keluarga pasangan Kesediaan pasangan untuk merawat anggota keluarga pasangan dan mengatur pemberian bantuan keuangan kepada anggota keluarga pasangan. 5. Penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua Dengan lahirnya seorang anak, keluarga terkadang bingung dan mengalami stres dengan tingkat yang berbeda-beda terutama saat 51 Bab 3 Metodologi Penelitian kehadiran anak pertama karena hal tersebut mengubah hubungan kelurga yang dwitunggal menjadi tritunggal. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan aspek ini, yaitu : a. Sikap terhadap kehamilan Kemampuan pasangan untuk memberntuk sikap positif terhadap kehamilan. b. Sikap terhadap peran sebagai orang tua Kemampuan pasangan untuk menunjukkan kesadaran bahwa anak merupakan unsur penting yang akan membentuk kebahagiaan suatu pernikahan. c. Harapan orang tua terhadap anak Kemampuan pasangan untuk menerima anak yang kurang sesuai dengan harapan. Misalnya, jenis kelamin, jumlah anak, dan lain sebagainya. d. Perasaan keseimbangan tugas orang tua Kemampuan pasangan untuk mengasuh dan membesarkan anak. e. Sikap terhadap perubahan peran Kemampuan pasangan untuk belajar memainkan peran yang lebih berorietasi kepada keluarga daripada pasangan. 52 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penyesuaian pernikahan merupakan proses wanita kelompok arisan yang menjadi anggota situs belanja online X yang menikah sebelum usia 23 tahun dalam menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya sebagai seorang istri, ibu rumah tangga dan sebagai seorang ibu. Proses adaptasi tersebut merupakan keseluruhan dari penyesuaian dalam menghadapi segala permasalahan dan konflik-konflik yang mungkin dihadapi dalam kehidupan rumah tangga seperti menghadapi dan menanggapi suami sebagai kepala rumah tangga, masalah-masalah seksual, keuangan dalam rumah tangga, keluarga dari pihak suami, dan peran baru sebagai orang tua. 1. Penyesuaian pernikahan yang pertama kali muncul adalah penyesuaian dengan pasangan atau suami sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga yang baru. Aspek ini terdiri dari item-item yang menggambarkan bagaimana para wanita dalam menyesuaikan diri dengan suami. Penyesuaian ini memiliki faktor-faktor sebagai berikut : a. Kemampuan dan kemauan dalam menunjukkan afeksi Faktor ini mengukur kemampuan dan kemauan istri dalam menunjukkan afeksi, yaitu kemampuan dan kemauan istri dalam membangun hubungan yang hangat dan intim dengan suami, meliputi kemampuan dan kemauan istri dalam membentuk hubungan yang mesra, saling memberi dan menerima cinta dari suami. 53 Bab 3 Metodologi Penelitian b. Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Dalam faktor ini diukur kemampuan dan kemauan istri untuk berkomunikasi dengan suami, yaitu kemampuan dan kemauan istri untuk menghindari kesalahpahaman dalam hubungan berumah tangga. meliputi kemampuan dan kemauan istri dalam mengkomunikasikan kebutuhan, minat dan harapan-harapannya kepada suami. c. Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan Faktor ini mengukur kemampuan istri untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal yang dibentuk selama masa hidupnya dengan keadaan nyata yang ada pada suami. d. Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda Faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri dalam membentuk penyesuaian dengan latar belakang agama, minat dan kepentingan suami yang berbeda yang meliputi perbedaan budaya, kelas sosial, ekonomi dan pendidikan. e. Konsep peran Faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri menghindari konflik yang timbul akibat konsep peran yang terbentuk. Konsep peran tersebut meliputi harapan-harapan istri mengenai peran yang dimainkan suami dalam kehidupan berumah tangga. 54 Bab 3 Metodologi Penelitian 2. Penyesuaian yang kedua adalah penyesuaian seksual. Aspek ini terdiri dari item-item yang menggambarkan kemampuan penyesuaian istri dalam kehidupan seksual dengan pasangannya dalam pernikahan, apakah memuaskan atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ini diantaranya : a. Sikap terhadap seks Faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri untuk memiliki sikap yang positif mengenai penyesuaian seksual dengan suami. b. Konsep mengenai peran seksual Faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri untuk membuat kesepakatan mengenai harapan peran seksual yang dimainkan dalam pernikahan, baik dalam konsep tradisional ataupun egalitarian. c. Dorongan seksual faktor ini mengukur kemampuan istri dalam menjaga keharmonisan rumah tangga melalui variasi seksual istri yang cenderung periodik atau tidak tetap bersama suami. Variasi seksual tersebut meliputi minat-minat dan kenikmatan-kenikmatan seksual istri dalam melakukan hubungan seksual bersama suami. d. Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri membentuk sikap yang positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi, dalam hal ini meliputi upaya istri dalam menghindari konflik dan ketegangan dalam 55 Bab 3 Metodologi Penelitian rumah tangga. terutama dalam membentuk kesepakatan dengan suami mengenai penggunaan alat kontrasepsi. 3. Penyesuaian yang muncul selanjutnya adalah penyesuaian keuangan. Aspek ini berisi item-item yang menggambarkan pengelolaan keuangan dalam rumah tangga para wanita. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ini diantaranya : a. Pengelolaan keuangan Faktor ini mengukur kemampuan istri untuk Mengelola keuangaan dengan baik. Upaya tersebut dilihat dari bagaimana istri mengelola penghasilan, baik yang digabungkan dengan suami maupun hasil dari pihak suami saja, dan bagaimana istri dalam mengelola pengeluaran setelah menikah. b. Keterbukaan pasangan mengenai masalah keuangan Dalam faktor ini mengukur keterbukaan istri mengenai masalah keuangan dalam rumah tangga. keterbukaan tersebut meliputi keterbukaan mengenai harapan-harapan dalam pemenuhan kebutuhan, keterbukaan penggunaan keuangan, keterbukaan mengenai penggabungan penghasilan apabila istri memiliki penghasilan. 4. Penyesuaian selanjutnya adalah penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Aspek ini berisi item-item yang menggambarkan bagaimana 56 Bab 3 Metodologi Penelitian istri beradaptasi dengan keluarga dari suami. Baik itu orang tua (mertua), saudara sekandung dari suami, maupun beradaptasi dalam situasi-situasi yang melibatkan keluarga dari suami. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ini di antaranya : a. Sikap terhadap keluarga yang lebih tua. faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri dalam membentuk sikap yang positif terhadap mertua dan keluarga suami yang berusia lebih tua. b. Keinginan pasangan untuk mandiri faktor ini mengukur kemampuan istri dalam membentuk rumah tangga yang mandiri bersama suami. Kemandirian tersebut dinilai dari sejauh mana istri dapat membangun rumah tangga tanpa adanya turut campur dari pihak keluarga, dan dinilai melalui reaksi istri terhadap bantuan dan masukan yang diberikan keluarga, serta reaksi yang baik atas keluarga yang turut campur dalam urusan rumah tangga . c. Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan faktor ini mengukur kesediaan istri untuk terlibat dengan anggota keluarga pasangan, yaitu upaya untuk menghindari kesulitan dan ketegangan dengan keluarga pasangan. Keterlibatan istri tersebut meliputi merawat dan memberikan bantuan baik fisik maupun finansial kepada anggota keluarga pasangan. 57 Bab 3 Metodologi Penelitian 5. Penyesuaian yang terakhir adalah penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua. Aspek ini berisi item-item yang mengukur bagaimana proses istri dalam beradaptasi dengan peran baru sebagai orang tua. proses tersebut mencakup sikap, harapan-harapan, dan perasaan istri dalam kaitannya dengan peran baru sebagai orang tua dan dalam tugasnya mengurus anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ini diantaranya : a. Sikap terhadap kehamilan. faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri membentuk sikap yang positif selama masa kehamilan. Pembentukan sikap ini meliputi kondisi fisik dan emosional istri selama masa kehamilan. b. Sikap terhadap peran sebagai orang tua. Faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri membentuk sikap yang positif terhadap peran sebagai orang tua, yakni upaya untuk membentuk pernikahan yang bahagia. Pernikahan yang bahagia tersebut terbentuk dari kesadaran istri mengenai pentingnya kehadiran anak dalam pernikahan. c. Harapan orang tua terhadap anak. faktor ini mengukur kemampuan istri untuk menerima anak yang kurang sesuai dengan harapan. Harapan-harapan tersebut meliputi jenis kelamin anak, jumlah anak, karakteristik anak, dan lain sebagainya. 58 Bab 3 Metodologi Penelitian d. Perasaan keseimbangan orang tua. faktor ini mengukur kemampuan istri untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan tidak menimbulkan rasa cemas sebagai ibu. e. Sikap terhadap perubahan peran. faktor ini mengukur bagaimana kemampuan istri membentuk Sikap yang positif terhadap perubahan peran sebagai seorang ibu. 3.3. Populasi dan Sampel Karakteristik Populasi : a. Anggota perkumpulan situs belanja Online X di Bandung yang mengikuti arisan secara rutin. b. Berada pada usia tahap dewasa awal / dini. Karakteristik Sampel : a. Anggota perkumpulan situs belanja Online X di Bandung yang mengikuti arisan secara rutin. b. Menikah sebelum usia 23 tahun. c. Menikah atas dasar keinginan sendiri dan kesiapan mental. d. Memiliki anak. e. Menganut konsep peran seksual tradisional dari segi fungsi, namun cenderung membentuk konsep peran seksual egalitarian dari segi perilaku. 59 Bab 3 Metodologi Penelitian Teknik sampling yang digunakan adalah non random sampling dengan jenis sampling purposive, yakni jenis sampling yang digunakan berdasarkan karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. 3.4. Instrumen Penelitian Untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan pada wanita kelompok arisan di bandung, digunakan alat ukur yang peneiliti buat sesuai dengan konsep teori dari Hurlock (2002). Responden diminta untuk menentukan apakah pernyataan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan kebiasaan dirinya. Setiap item memiliki alternatif jawaban yang menunjukkan frekuensi tingkah laku yang dilakukan oleh responden dalam kehidupan nyata sehari-hari. Setiap item dapat dikelompokkan sebagai item favorable (yang memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur) atau sebagai item un-favorable (yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur. Dalam ilmu statistik, jenis data dibedakan menjadi empat macam skala pengukuran, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio. Skala nominal merupakan skala yang paling lemah dari semua skala pengukuran yang ada. Skala ini membedakan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain berdasarkan nama. Pada skala ordinal semua data dianggap bersifat kualitatif dan setara. Skala ordinal pengukuran didasarkan pada jumlah relatif beberapa karakteristik khusus yang dimiliki oleh setiap peristiwa. 60 Bab 3 Metodologi Penelitian Oleh karena itu, pengukuran skala ordinal memungkinkan penyusunan peringkat dari masing-masing peristiwa yang terjadi. Pada skala ordinal terdapat klasifikasi data berdasarkan tingkatan.Pada skala interval, pembedaan peristiwa dapat diurutkan. Antara peringkat satu dengan yang lain memiliki arti. Dengan kata lain, selain bisa dibuat dalam peringkat data dapat pula dikuantitatifkan. Skala rasio merupakan pengukuran yang paling tinggi. Skala rasio adalah hasil pengukuran untuk nilai yang sesungguhnya, bukan kategori seperti pada skala nominal, ordinal maupun interval. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Disediakan empat pilihan skala dengan format seperti 61 Bab 3 Metodologi Penelitian ALTERNATIF JAWABAN 1 = Tidak Pernah 2 = pernah 3 = Sering NILAI PERNYATAAN FAVOURABLE 1 2 3 5 = Selalu NILAI PERNYATAAN UNFAVOURABLE 4 3 2 4 Pernyataan-pernyataan pada 1 alat ukur tersebut diturunkan berdasarkan pada subaspek-subaspek sebagai berikut, keseluruhannya terdapat 19 kombinasi. Penyesuaian pernikahan yang dimaksudkan dalam konsep teori dalam perhitungan tersebut sebagai total positif. Penyesuaian pernikahan yang baik dapat dilihat dari jumlah skor tertinggi yang diperoleh (total positif tinggi) dan semakin rendah jumlah skor yang diperoleh semakin buruk penyesuaian pernikahan yang dimilikinya (total positif rendah). Untuk menentukan penyesuaian pernikahan yang baik dan buruk dengan menggunakan nilai tengah dari alat ukur yaitu dari skor minimal diurutkan sampai dengan skor maksimal, lalu diambil nilai tengahnya. 62 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.5. KISI-KISI ALAT UKUR ASPEK FAKTOR INDIKATOR NOMOR ITEM (+) Kemampuan dan kemauan dalam menunjukkan afeksi Membentuk hubungan yang mesra 1,3,5 7,9,11 Memberi dan menerima cinta 2,4,6 8,10,12 Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Konsep pasangan ideal mengkomunikasikan kebutuhan, minat, dan harapan-harapan Menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan nyata Penyesuaian dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki Harapan-harapan peran suami Sikap positif mengenai penyesuaian seksual dengan suami Kesepakatan peran seksual dalam rumah tangga 13,16,17, 19 21,23,25, 27 14,15,18, 20 22,24,26 28,30,32, 34 36,38,29, 40 29,31,33, 35 44,46,48, 50 37,41,42, 43 51,53,55, 57 45,47,49 52,54,56 58,60,2 63,65,67 Penyesuaian dengan pasangan Kesamaan latar belakang, minat, dan kepentingan Konsep peran Sikap terhadap seks Penyesuaian seksual Konsep mengenai peran seksual Dorongan Seksual Sikap Terhadap Penggunaan alat kontrasepsi Penyesuaia Keuangan (-) Pengelolaan Keuangan Minat-minat dan kenikmatankenikmatan seksual Sikap positif penggunaan kontrasepsi Kesepakatan penggunaan alat kontrasepsi Mengelola pemasukandan pengeluaran 59,61 64,66 70,72 75,77 68,69,71, 73 74,76,78 63 Bab 3 Metodologi Penelitian ASPEK FAKTOR INDIKATOR NOMOR ITEM (+) Keterbukaan pasangan mengenai masalah keuangan Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Sikap terhadap keluarga yang lebih tua Keinginan pasangan untuk mandiri Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan Sikap terhadap kehamilan Penyesuaian terhadap peran sebagai orang tua Sikap terhadap peran sebagai orang tua Harapan orang tua terhadap anak Perasaan keseimbangan orang tua Sikap terhadap perubahan peran 79.81,83,85 Keterbukaan Harapan-harapan pemenuhan kebutuhan 80,82,84 Keterbukaan Penggunaan keuangan Sikap positif terhadap 92,94,96,98 mertua dan anggota keluarga lain yang berusia lebih tua Reaksi terhadap 93,95 bantuan, masukan dan campur tangan keluarga Merawat keluarga 106,108, yang lebih tua 109 (-) 86,88,90 87,89,91 99,100, 102,103 101,104 112,114 memberikan bantuan fisik dan finansial 105,107, 110 111,113, 115 Sikap positif terhadap kondisi fisik kehamilan Sikap positif terhadap kondisi emosional kehamilan Kesadaran esensial tentang kehadiran anak menerima jenis kelamin, jumlah dan karakteristik anak 116,118, 120,122, 124 125,127, 129,131, 133 117,119, 121,123 126,128, 130,132 135,137, 139,141 4,146, 148,149 134,136, 138,140, 142 143,145, 147,150 Perasaan tidak cemas dalam mengasuh dan membesarkan anak Sikap positif terhadap peran ibu 151,153, 155,157, 158 159,161, 163,165, 167 152,154, 156 160,162, 164,166 64 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.6. Metoda Pengambilan Data Untuk memperoleh informasi peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner terdiri dari 136 item yang disusun berdasarkan teori penyesuaian pernikahan yang dikembangkan oleh Hurlock (2002) 3.7. Uji Coba Alat Ukur 3.7.1 Validitas Uji validitas alat ukur adalah untuk mengatahui apakah alat ukur yang digunakan memiliki taraf kesesuaian dan ketepatan dalam melakukan penilaian, atau dengan kata lain apakah alat ukur tersebut sudah benarbenar mengukur apa yang ingin diukur. Prosedur pengujian validitas yang digunakan adalah construct validity, yaitu metode validitas yang digunakan untuk melihat antara hasil pengukuran satu alat tes dengan konsep teoritik yang dimilikinya. Langkah-langkah pengujian validitas adalah sebagai berikut: 1. Memberikan skor pada alat ukur penyesuaian pernikahan setiap item dari responden.. 2. Membuat rangking dari skor setiap item pada alat ukur faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan dari setiap responden. 65 Bab 3 Metodologi Penelitian 3. Menghitung korelasi antara skor item pada setiap faktor dengan skor total keseluruhan item dari seluruh responden dengan menggunakan rumus koefisien korelasi dari rank Spearman (rs), yaitu Keterangan : rs : koefisien korelasi rank Spearmen R(Xi) : rank pada data X untuk data yang ke-i (rank pada skor setiap item setiap aspek dari seluruh responden) R(Yi) : rank pada data Y untuk data yang ke-i (rank pada skor total keseluruhan item setiap aspek dari seluruh responden) n I : banyaknya data : 1,2, …. , n 6. Menentukan validitas untuk setiap item, apakah item dapat dipakai, direvisi atau tidak dapat dipakai dengan membandingkan nilai koefisien korelasi yang dapat diperoleh dengan kriteria dari Guilford (1995), yaitu: 0,00 – 0,19 = item tidak dapat dipakai 0,20 – 0,39 = item direvisi 0,40 – 1,00 = item dapat dipakai 66 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.7.2. Reliabilitas Konsep reliabilitas berlandaskan pada konsistensi skor yang dicapai individu yang sama dalam atribut psikologis yang sama, walaupun diukur pada waktu yang berbeda ataukah menggunakan instrument yang berbeda (Noor, 2009). Karena alat ukur yang digunakan merupakan data ordinal dan jumlah item positif serta item negatifnya tidak seimbang maka rumusan Koefesien Reliabilitas untuk instrumen penelitian yang berupa skor berskala ukur ordinal, digunakan persamaan koefesien-α ( Cronbach, 1951) untuk menghitungnya. Teknik reliabilitas dalam penelitian adalah teknik split half. 2  k  ∑ S j  α= 1 −  2  k − 1  S x  Keterangan : k Sx adalah banyaknya belahan item 2 adalah varians dari item ke-i ∑S Si2 3.8. 2 j adalah total varians dari keseluruhan item ( X i − X )2 ∑ = ( n −1) Teknik Analisis Data Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian 67 Bab 3 Metodologi Penelitian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Untuk sampai pada analisis data, sebelumnya dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data. Pengumpulan data yaitu pencarian data yang diperlukan, yang dilakukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang ada pada tangan peneliti serta melakukan pencatatan data di lapangan. 2. Reduksi data. Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehigga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles, 1992: 15-16). Dengan mereduksi data, data-data yang ada baik hasil pengamatan, wawancara maupun yang berasal kuesioner dan diadakan pemilihan-pemilihan untuk menggolongkannya ke dalam suatu pola yang lebih luas. 3. Sajian data. Sajian data yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan atau sekumpulan 68 Bab 3 Metodologi Penelitian informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data dikumpulkan dan diorganisasikan dengan memilah-milah data yang dibutuhkan kemudian disajikan dalam bentuk uraian-uraian naratif. 4. Penarikan kesimpulan. Kesimpulan atau verifikasi yaitu merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yang merupakan validitas (Miles, 1992: 16) atau dapat juga diartikan sebagai kesimpulan dari data-data yang diperlukan atau dikumpulkan atau kemudian diorganisasikan melalui reduksi data dan sajian data. Model analisis interaktif menunjukkan bahwa komponenen pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan saling berinteraksi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti bergerak dari pengumpulan data yang berupa kalimatkalimat yang diperoleh dari wawancara, observasi dan kuesioner. Setelah terkumpul dimulailah mereduksi data yaitu menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan data kasar yang diperoleh. Selanjutnya peneliti merakit informasi data yang telah direduksi secara teratur agar mudah dilihat, dimengerti, dalam bentuk yang 69 Bab 3 Metodologi Penelitian lengkap, sehingga pada akhirnya penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan mudah. Bila kesimpulan dirasa kurang mantap, maka peneliti dapat kembali mengadakan pengamatan untuk mengumpulkan data kembali kemudian mereduksi dan menyajikan data kembali dan pada akhirnya menarik kesimpulan yang lebih tepat dan mantap yang sesuai dengan harapan peneliti. 3.8.1. Median Median menentukan letak tengah data setelah data disusun menurut urutan nilainya. Bisa juga nilai tengah dari data-data yang terurut. Simbol untuk median adalah Me. Dengan median Me, maka 50% dari banyak data nilainya paling tinggi sama dengan Me, dan 50% dari banyak data nilainya paling rendah sama dengan Me. Dalam mencari median, dibedakan untuk banyak data ganjil dan banyak data genap. Untuk banyak data ganjil, setelah data disusun menurut nilainya, maka median Me adalah data yang terletak tepat di tengah. Median bisa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: 70 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.9. Prosedur Penelitian Secara keseluruhan prosedur dari penelitian ini terdiri dari 5 (lima) tahap, yaitu : 1. Tahap Persiapan a. Mempersiapkan surat ijin yang diperlukan untuk melakukan penelitian dari Fakultas Psikologi UNISBA. b. Melakukan observasi dan wawancara awal pada wanita kelompok arisan yang menjadi anggota perkumpulan situs belanja online X di bandung penelitian untuk menjaring masalah yang akan diteliti. c. Melakukan studi kepustakaan. d. Menyusun proposal penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. e. Menetapkan populasi dan sampel penelitian. f. Menetapkan rancangan penelitian dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. g. Menetapkan jadwal pengambilan data. 2. Tahap Pengambilan Data a. Menemui seluruh sampel penelitian untuk meminta kesediaan untuk mengambil data dari responden. b. Melakukan pengambilan data penyesuaian pernikahan pada seluruh sampel. 3. Tahap Pengolahan Data a. Melakukan skoring dari data yang telah diperoleh. 71 Bab 3 Metodologi Penelitian b. Melakukan tabulasi data dan memasukkannya ke dalam table. c. Mengolah data. 4. Tahap Pembahasan a. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori yang digunakan. b. Membahas dan menarik kesimpulan dari hasil interpretasi. c. Memberikan saran atas manfaat dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 5. Tahap Akhir a. Penelitian secara menyeluruh dilaporkan dalam bentuk tertulis. b. Melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan terhadap laporan hasil penelitian sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban dari peneliti atas penelitian yang dilakukan. 72 Bab 4 Hasil & pembahasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian berupa gambaran hasil dan pembahasan data yang diperoleh dari penyebaran angket sebagai data primer. Adapun data lain yang diperoleh melalui data sekunder yaitu melalui wawancara dan studi kepustakaan yang digunakan sebagai data penunjang untuk melengkapi dan mengembangkan analisis data primer. Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui pembentukan penyesuaian pernikahan yang diukur melalui faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan wanita kelompok arisan yang menjadi anggota perkumpulan situs belanja online X di Bandung. 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Penyesuaian Pernikahan Berdasarkan pengukuran terhadap 37 wanita subjek penelitian didapatkan data mengenai penyesuaian pernikahan. Data penyesuaian pernikahan ini diperoleh dengan memberikan kuesioner dari item-item mandiri yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Hurlock (2002). Berikut ini hasil dan gambaran pengukuran terhadap 37 subjek : 73 Bab 4 Hasil & pembahasan Tabel 4.1 Persentase Penyesuaian Pernikahan Variabel Penyesuaian Pernikahan Rendah Tinggi Total F % F % F % 23 62.16 14 37.84 37 100 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penyesuaian pernikahan memiliki median 340, sehingga subjek yang memiliki nilai kurang dari 340 dapat dikatakan memiliki penyesuaian pernikahan yang rendah, dan subjek yang memiliki nilai lebih dari 340 dapat dikatakan memiliki penyesuaian pernikahan yang tinggi. Berdasarkan tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa 23 wanita memperoleh hasil di bawah median dan 14 orang wanita memperoleh hasil di atas median. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat 62,16% wanita kelompok arisan yang menjadi anggota perkumpulan situs belanja online X ini memiliki penyesuaian pernikahan yang buruk dan 37,84% wanita memiliki penyesuaian pernikahan yang baik. Data di atas di visualisasikan dalam diagram bundar sebagai berikut : 74 Bab 4 Hasil & pembahasan Diagram 4.1 Diagram frekuensi dan Presentase Penyesuaian Pernikahan 4.1.2. Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian yang Buruk Berdasarkan perhitungan skor pada setiap faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan, didapatkan faktor-faktor yang memberikan pengaruh paling besar pada 37 orang responden yang mengindikasikan penyesuaian pernikahan yang buruk. Dari perhitungan skor tersebut kemudian di dapatkan median (nilai tengah), dari nilai tengah tersebut kemudian di hitung jumlah responden dengan skor mentah yang berada di bawah median. Semakin tinggi frekuensi jumlah responden yang memiliki nilai di bawah median pada suatu faktor mengindikasikan semakin besar faktor tersebut memberikan kontribusi pada terbentuknya penyesuaian pernikahan yang buruk. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel 4.2 sebagai berikut. 75 Bab 4 Hasil & pembahasan Tabel 4.2 Persentase Skor Faktor-faktor pada Penyesuaian Pernikahan yang Buruk Rendah Faktor Median F % Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda Konsep peran Sikap terhadap seks Konsep mengenai peran seksual Dorongan seksual Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Pengelolaan uang Keterbukaan mengenai keuangan Sikap terhadap keluarga yang lebih tua Keinginan pasangan untuk mandiri Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan Sikap terhadap kehamilan Sikap terhadap peran sebagai orang tua Harapan orang tua terhadap anak Perasaan keseimbangan tugas orang tua Sikap terhadap perubahan peran 21 56.76 25 23 62.16 15 21 56.76 15 20 54.05 17.5 21 23 23 20 22 22 21 21 21 23 56.76 62.16 62.16 54.05 59.46 59.46 56.76 56.76 56.76 62.16 12.5 15 15 15 15 17.5 20 17.5 10 25 20 22 22 21 22 54.05 59.46 59.46 56.76 59.46 32,5 17.5 17.5 25 12.5 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh faktor memiliki persentase di atas 50% dari jumlah responden yang memiliki nilai di bawah median. Hal tersebut menandakan bahwa seluruh faktor memberikan kontribusi pada terbentuknya penyesuaian pernikahan yang buruk pada responden. Faktor dengan jumlah responden sama dengan atau lebih dari 62,16% yang memiliki nilai dibawah median dianggap sebagai hal yang memberikan kontribusi tinggi pada terbentuknya penyesuaian pernikahan 76 Bab 4 Hasil & pembahasan yang buruk. Fakor-faktor dengan kontribusi tinggi berada pada jumlah frekuensi responden sebanyak 23 orang, diantaranya adalah kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, minat, dan harapan-harapan, sikap terhadap seks yaitu kemampuan untuk membentuk sikap positif mengenai penyesuaian seksual dengan suami, konsep mengenai peran seksual yaitu kesepakatan peran seksual dalam rumah tangga, dan keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan yaitu kesediaan untuk merawat keluarga yang lebih tua dan kesediaan untuk memberikan bantuan fisik dan finansial. 4.1.3. Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Baik Berdasarkan perhitungan skor pada setiap faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan, didapatkan faktor-faktor yang dianggap memberikan kontribusi paling besar pada 37 orang responden yang mengindikasikan penyesuaian pernikahan yang baik. Dari perhitungan skor tersebut kemudian di dapatkan median (nilai tengah), dari nilai tengah tersebut kemudian di hitung jumlah responden dengan skor mentah yang berada di atas median. Semakin tinggi frekuensi jumlah responden yang memiliki nilai di atas median pada suatu faktor mengindikasikan semakin besar faktor tersebut memberikan kontribusi pada terbentuknya penyesuaian pernikahan yang baik. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel 4.3 sebagai berikut 77 Bab 4 Hasil & pembahasan Tabel 4.3 Persentase Skor Faktor-faktor pada Penyesuaian Pernikahan yang Baik Tinggi Faktor Median F % Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda Konsep peran Sikap terhadap seks Konsep mengenai peran seksual Dorongan seksual Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Pengelolaan uang Keterbukaan mengenai keuangan Sikap terhadap keluarga yang lebih tua Keinginan pasangan untuk mandiri Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan Sikap terhadap kehamilan Sikap terhadap peran sebagai orang tua Harapan orang tua terhadap anak Perasaan keseimbangan tugas orang tua Sikap terhadap perubahan peran 16 43.24 25 14 37.84 15 16 43.24 15 17 45.95 17.5 16 14 14 17 15 15 16 16 16 14 43.24 37.84 37.84 45.95 40.54 40.54 43.24 43.24 43.24 37.84 12.5 15 15 15 15 17.5 20 17.5 10 25 17 15 15 16 15 45.95 40.54 40.54 43.24 40.54 32,5 17.5 17.5 25 12.5 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang memiliki persentase lebih dari 50% dari jumlah responden yang memiliki nilai di atas median. Hal tersebut menandakan bahwa keseluruhan faktor memberikan kontribusi rendah terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik pada responden. Faktor dengan jumlah responden sama dengan atau lebih dari 45,95% yang memiliki nilai di atas median dianggap sebagai hal yang memberikan kontribusi tinggi terhadap 78 Bab 4 Hasil & pembahasan pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik. Fakor-faktor dengan pengaruh paling besar berada pada jumlah frekuensi responden sebanyak 17 orang, diantaranya adalah Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda yaitu penyesuaian dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki, dorongan seksual yaitu minat-minat dan kenikmatan-kenikmatan seksual, dan sikap terhadap kehamilan yaitu kemampuan untuk membentuk sikap positif terhadap kondisi fisik dan emosial kehamilan. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pembahasan Penyesuaian Pernikahan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan wanita kelompok arisan yang menjadi anggota perkumpulan situs belanja online X di kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 orang wanita yang menjadi anggota pada perkumpulan ini, diperoleh data mengenai penyesuaian pernikahan yang terbentuk yang mana sejumlah 62,16% memiliki penyesuaian pernikahan yang buruk dan 37,84% wanita memiliki penyesuaian pernikahan yang baik. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian besar wanita anggota perkumpulan situs belanja online X ini cenderung memiliki penyesuaian pernikahan yang buruk. Kondisi penyesuaian yang buruk ini sejalan dengan ciri-ciri perkembangan 79 Bab 4 Hasil & pembahasan dewasa awal seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (2002) yang diantaranya merupakan usia banyak masalah, usia tegang dalam hal emosi serta masa perubahan nilai. Hal tersebut menandakan bahwa pasangan yang menikah di usia dewasa awal lebih rentan terhadap terjadinya kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan pernikahan, dan reaksi emosi yang ditunjukkan biasanya berupa kekhawatiran-kekhawatiran dan rasa ketakutan. Kegagalan individu dalam menyelesaikan persoalan pernikahannya menandakan bahwa individu tersebut belum siap untuk memasuki tahap ini. Seorang dosen dari Universitas Negeri Yogyakarta, Farida Harahap (2009: 36) menyatakan bahwa tugas perkembangan dewasa awal diantaranya adalah hidup dalam satu keluarga, mengelola keluarga, belajar mengasuh anak, dan bergabung dengan suatu aktivitas atau perkumpulan sosial. Dengan gambaran kondisi subjek penelitian menandakan bahwa yang terjadi pada wanita dalam perkumpulan ini adalah mereka belum mampu menjaga keseimbangan keseluruhan tugas perkembangan sehingga terjadi masalah terutama yang mengakibatkan penyesuaian pernikahan yang terbentuk menjadi buruk. Sejalan dengan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, maka yang terjadi pada 37,84% responden yang membentuk penyesuaian pernikahan yang baik adalah mereka telah dapat memenuhi salah satu tugas perkembangan dewasa awal yakni membangun rumah tangga dan menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Di saat pasangan melakukan penyesuaian terhadap satu sama lain 80 Bab 4 Hasil & pembahasan muncul ketegangan emosional, kemudian akan muncul masalah lain karena melakukan penyesuaian dengan kedudukan pasangan sebagai orang tua (Hurlock, 1993). Sejalan dengan pernyataan tersebut maka para wanita tersebut telah dapat menyesuaikan diri satu sama lain baik itu dengan pasangan maupun dengan peran-peran barunya dan para wanita ini telah dapat mengontrol emosinya selama penyesuaian tersebut berlangsung. Kriteria penyesuaian pernikahan menurut Hurlock (1980) diantaranya Kebahagiaan suami dan istri, hubungan yang baik antara orang tua dan anak, penyesuaian yang baik pada anak, mampu menghadapi perbedaan pendapat dengan baik, adanya kebersamaan, penyesuaian keuangan yang baik, dan penyesuaian dengan keluarga pasangan yang baik. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka, yang terjadi pada para wanita ini adalah mereka mampu membentuk hubungan yang baik antara orangtua dan anak, mampu mengatasi perbedaan pendapat di dalam keluarga, mampu menikmati saat-saat kebersamaan di dalam keluarga, mampu mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, dan mampu menghindari konflik dengan keluarga pasangan. 4.2.2 Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Buruk Terdapat Sembilan belas faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan dari aspek-aspek penyesuaian pernikahan berdasarkan teori Hurlock (2002). Berikut akan dibahas mengenai faktor-faktor yang 81 Bab 4 Hasil & pembahasan memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan penyesuaian yang buruk pada seluruh wanita kelompok arisan yang menjadi anggota perkumpulan situs belanja online X ini. Beberapa faktor yang dipersepsi para wanita sebagai faktor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang buruk, diantaranya kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi, sikap terhadap seks, konsep mengenai peran seksual, dan keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan. Sedangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor yang memberikan kontribusi kecil terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang buruk diantaranya kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan berbeda, dorongan seksual, dan sikap terhadap kehamilan. Berikut pembahasan mengenai masing-masing faktor. Pertama adalah faktor kemampuan berkomunikasi. Secara keseluruhan sebagian dan kemauan besar wanita untuk pada perkumpulan ini memiliki kesulitan dalam membentuk hubungan interpersonal yang baik dengan pasangannya. Kesulitan tersebut apabila dilihat dari faktor berasal dari kemampuan dan kemauan istri untuk berkomunikasi dengan suami, yaitu kemampuan dan kemauan istri untuk menghindari kesalahpahaman dalam hubungan berumah tangga. meliputi kemampuan dan kemauan istri dalam mengkomunikasikan kebutuhan, minat dan harapan-harapannya kepada suami, serta kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi yang buruk. Sadarjoen (2005) menyatakan 82 Bab 4 Hasil & pembahasan bahwa konflik cenderung diasosiasikan sebagai komunikasi yang rusak atau pecah. Jika persoalan perbedaan karakter di antara kedua orang sebagai pasangan suami istri dapat diupayakan untuk memperoleh kejelasan melalui keterbukaan dalam berkomunikasi, maka kedua belah pihak dapat memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenali karakter masing-masing. Hasil penelitian Sriningsih (2005) juga membuktikan bahwa berkomunikasi langsung dengan orang yang dianggap sebagai sumber penyebab masalah merupakan cara utama untuk melakukan antisipasi ketika terlibat masalah dalam pernikahan. Selanjutnya pada faktor sikap terhadap seksual, lebih dari 60% wanita pada perkumpulan ini juga tidak dapat membentuk kesepakatan seksual yang memuaskan bersama suami. Hal tersebut menandakan bahwa mereka membentuk sikap terhadap seks yang negatif. Secara umum, seksual bisa menjadi masalah dalam terbentuknya penikahan yang harmonis dan seksual pun menjadi alasan masyarakat melakukan pernikahan, oleh sebab itu sikap positif mengenai masalah seksual menjadi salah satu kunci terbentuknya keharmonisan rumah tangga. Menurut konsultan seksologi Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, DSRM, Mkes (2012), masalah seksual sering muncul dikarenakan tidak ada keterbukaan antara suami istri mengenai masalah seksual. Selain itu suami istri kerap mengabaikan masalah-masalah seksual karena menganggap seks bukan satu-satunya syarat keharmonisan maupun kebahagiaan rumah tangga. Menurut Ferryal pada dasarnya hubungan seksual merupakan manifestasi 83 Bab 4 Hasil & pembahasan hubungan perasaan kasih sayang paling mendalam di antara suami istri. Hingga, dengan hubungan seksual terganggu, bukan tak mungkin keretakan rumah tangga perlahan-lahan muncul apabila masing-masing tidak saling berterus-terang. (www.tabloitnova.com). Faktor selanjutnya adalah konsep mengenai peran seksual. Maksudnya disini adalah bagaimana kesepakatan yang terbentuk antara suami istri mengenai peran yang akan mereka mainkan dalam rumah tangga. konsep peran seksual menurut Hurlock (1998) adalah konsep tradisional dan konsep egalitarian, yang pada masing-masing memiliki perbedaan tugas dan fungsi baik pada istri maupun pada suami dalam kehidupan rumah tangga. Kemungkinan yang terjadi adalah, konsep peran seksual yang terbentuk tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau harapan yang diinginkan para wanita ini, sehingga terbentuk ketidakpuasan istri pada peran yang dimainkannya atau pada peran yang dimainkan suami. Faktor terakhir yang akan dibahas adalah faktor keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan. Keterlibatan yang dimaksud adalah kesediaan istri untuk terlibat dengan anggota keluarga pasangan, yaitu upaya untuk menghindari kesulitan dan ketegangan dengan keluarga pasangan. Keterlibatan istri tersebut meliputi merawat dan memberikan bantuan baik fisik maupun finansial kepada anggota keluarga pasangan. Masalah pihak ketiga (Ipar, Mertua, dan lain-lain) memang seringkali menjadi persoalan yang sensitif, terutama jika menyangkut masalah 84 Bab 4 Hasil & pembahasan keuangan. Seorang konsultan hukum dan pernikahan Erly Marliah, SH (2009) menyatakan, sebelum melaksanakan pernikahan, penting untuk berfikir bahwa pihak keluarga dari pasangan adalah juga merupakan keluarga yang patut dihormati dan sayangi. Akan tetapi keterlibatan ataupun campur tangan pihak lain yang terlalu dalam, seperti halnya mertua ataupun ipar dalam urusan rumah tangga, dapat mengakibatkan keretakan hubungan pernikahan. Dalam hal ini pasangan haruslah mempunyai prinsip yang kuat dan memilah bahwa perkataan dari pihak ketiga, baik itu mertua ataupun ipar tidak selamanya benar dan tidak mendukung hubungan perkawinan. Terutama apabila mertua ataupun ipar mempunyai sifat dan kebiasaan yang buruk, yang justru memperuncing masalah dengan pasangan. Perlu bersikap waspada perihal masalah dalam rumah tangga sekecil apapun jangan sampai terdengar dan diketahui oleh pihak lain karena hal tersebut dapat memancing pihak lain untuk terlibat dalam persoalan rumah tangga yang sedang terjadi. Doktor Psikologi Fakults Psikologi UI, Sukiat (2010) menyatakan konflik tersebut bisa timbul dikarenakan perbedaan kultur. Kehidupan rumah tangga memang tak bisa dilepaskan dari keberadaan ipar. Terutama perkawinan di Indonesia yang pada dasarnya adalah perkawinan yang melibatkan keluarga besar. Dengan demikian, baik adik, kakak, ayah, maupun ibu, seringkali terlibat atau melibatkan diri ke dalam hidup perkawinan. Bahkan, dalam soal-soal yang pribadi pun seperti masalah keuangan, mereka pun biasanya ikut terlibat. Dikarenakan kepentingan keluarga 85 Bab 4 Hasil & pembahasan besar tersebut masih sering diperhitungkan, maka membantu ipar dalam soal keuangan pun sering dilakukan. Kemudian, ada juga keluarga yang mengharuskan perlunya saling tolong-menolong, terutama dalam masalah keuangan. Apabila suami dan istri berasal dari kultur dan memiliki kebiasaan yang sama bahwa dalam persoalan membiayai ipar dan boleh dilakukan kapan saja serta untuk keperluan apapun, maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah dalam rumah tangga. Namun, apabila satu pihak berkeberatan dengan tradisi tersebut, maka hal tersebut bisa menimbulkan konflik dan tak jarang menjadi penyebab perceraian dalam rumah tangga. Menurut Sukiat, toleransi baik semasa pacaran maupun setelah menikah diperlukan untuk mengatasi masalah keterlibatan ipar dan keluarga lain dalam keuangan rumah tangga yang artinya adanya saling menghargai dan menghormati. Keterbukaan pasangan mengenai kebiasaan membiayai, sistem nilai yang dianut dalam keluarga dan konsep mengenai kekerabatan yang di anut, dapat mengurangi timbulnya konflik keterlibatan pihak ketiga (seperti ipar, mertua, dan lain-lain) dalam rumah tangga. Apabila diperlukan, maka bersikap tegas lah kepada pihak ketiga mengenai keterlibatannya tersebut, hal tersebut dapat membantu menciptakan saling pengertian di antara kedua belah pihak untuk menghindari terjadi perpecahan dalam dua keluarga. Terakhir, bersikap saling terbuka dengan suami dalam mencari solusi salah satunya adalah dengan membuat dan mengatur kembali skala prioritas dalam rumah tangga agar tindakan-tindakan yang diakukan baik itu mengenai keuangan 86 Bab 4 Hasil & pembahasan maupun hal lain tidak menimbulkan masalah dalam rumah tangga. Sejalan dengan pernyataan-pernyataan tersebut, maka yang terjadi dengan para wanita ini adalah belum memiliki prinsip yang kuat, belum mampu menanamkan rasa toleransi dengan suami mengenai bantuan yang diberikan kepada pihak keluarga pasangan, belum mampu bersikap tegas mengenai keberatan istri dalam memberikan bantuan-bantuan tersebut, dan belum bisa bersikap terbuka dalam mencari solusi perihal keterlibatan pihak keluarga pasangan ini. 4.2.3. Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan yang Baik Pada bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor-faktor yang memberikan kontribusi tinggi dan rendah terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik. Faktorfaktor yang dipersepsi para wanita kelompok arisan sebagai faktor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda, dorongan seksual, dan sikap terhadap kehamilan. Sedangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor yang memberikan kontribusi rendah terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik adalah kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi, sikap terhadap seks, sikap terhadap peran seksual, dan keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan. 87 Bab 4 Hasil & pembahasan Faktor pertama adalah Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda. Adaptasi yang dimaksud meliputi perbedaan budaya, kelas sosial, ekonomi dan pendidikan. Wismanto (2005) menyatakan bahwa proses pengenalan antar pasangan itu berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Sehingga adaptasi antara suami istri berlangsung sepanjang hidupnya dalam pernikahan. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima (www.jawaban.com). Menurut Adriana S. Ginanjar, psikolog dari Universitas Indonesia dalam buku Mari Bicara, masalah terumum pada awal pernikahan adalah dalam penyesuaian diri terhadap peran baru sebagai suami dan istri. Bukan hal mudah, karena akan ada perbedaan dari kebiasaan sehari-hari, harapan terhadap pernikahan, cara berkomunikasi, serta nilai-nilai kehidupan. Salah satu kunci keberhasilan penyesuaian diri adalah menyadari perbedaan di antara keduanya merupakan hal normal dan penting bagi pemenuhan kebutuhan masing-masing. Saat memilih pasangan di masa pacaran, pasti terjadi pemilihan kualitas agar merasa lebih penuh. Maka, agar tidak memperbesar masalah, jangan lari dari hal itu, tetapi pegang dalam pikiran, bahwa tak akan terdapat kesamaan visi jika sama-sama bersikeras. Disarankan untuk sama-sama memperbesar toleransi dan penerimaan. Bila pasangan berusaha saling menerima perbedaan dan 88 Bab 4 Hasil & pembahasan akhirnya menghargai keunikan masing-masing, maka pernikahan akan berjalan harmonis. Berdasarkan pernyataan berikut, maka keberhasilan para wanita dalam beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki pasangan berasal dari penerimaan, rasa toleransi, komunikasi yang baik, dan rasa menghargai. Faktor kedua adalah dorongan seksual. Maksudnya disini adalah kesepakatan yang terbentuk mengenai mengenai variasi dan minat seksual serta dapat mengendalikan emosi ketika mencari kenikmatan dalam hubungan seksual bersama suami. Menurut Waltigo (1984) adanya saling pengertian antara suami istri mengenai dorongan seksual yang akan menghindarkan ketidakpuasan dalam melakukan hubungan seksual. Sehingga jelaslah bahwa kesulitan para wanita ini terletak pada adanya saling pengertian mengenai dorongan seksual masing-masing individu. Meskipun demikian, kecilnya frekuensi wanita yang memiliki kesulitan pada faktor-faktor di atas menandakan bahwa faktor ini kemungkinan besar bukan merupakan penyebab terbentuknya penyesuaian pernikahan yang buruk. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hal-hal yang menyebabkan para wanita dapat mencapai kepuasan pada variasi dan minta-minat seksual berasal dari adanya saling pengertian mengenai dorongan seksual masing-masing individu. Faktor terakhir adalah sikap terhadap kehamilan. Nia Nurdiansyah dalam buku Buku Pintar Ibu & Bayi (2011) menyatakan bahwa kondisi emosional ibu selama hamil mempengaruhi perkembangan janinnya. 89 Bab 4 Hasil & pembahasan Perasaan takut dan cemas berlebihan selama periode kehamilan berpengaruh buruk bagi pembentukan sikap ibu terhadap kehadiran bayinya kelak. Beberapa ibu menyimpan ketakutan menjadi gemuk akibat kehamilan dan masa menyusui. Sebagian lagi menyimpan perasaan takut berlebihan akan sensasi sakit yang akan dialami saat proses kehamilan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang terjadi pada 17 orang wanita ini adalah mereka mampu mengatasi dan mengontrol perasaan takut dan cemas berlebih, serta para wanita tersebut dapat menjaga kondisi emosi selama masa hamil. 90 Bab 5 Simpulan & Saran BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan, dan memberikan saran praktis sesuai dengan hasil penelitian tersebut. 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan kepada 37 orang wanita arisan di Bandung, dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang buruk yaitu : kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, minat, dan harapan-harapan, sikap terhadap seks yaitu kemampuan untuk membentuk sikap positif mengeni penyesuaian seksual dengan suami, konsep mengenai peran seksual yaitu kesepakatan peran seksual dalam rumah tangga, dan keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan yaitu kesediaan untuk merawat keluarga yang lebih tua dan kesediaan untuk memberikan bantuan fisik dan finansial. 2. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik yaitu: Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda yaitu penyesuaian dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki, dorongan seksual 91 Bab 5 Simpulan & Saran yaitu minat-minat dan kenikmatan-kenikmatan seksual, dan sikap terhadap kehamilan yaitu kemampuan untuk membentuk sikap positif terhadap kondisi fisik dan emosial kehamilan. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti merumuskan beberapa hal yang dapat disarankan sebagai berikut: 1. Wanita dengan penyesuaian pernikahan yang buruk Para wanita ini diharapkan untuk dapat memperbaiki hal-hal yang memberi kontribusi tinggi terhadap pembentukan penyesuaian pernikahan yang buruk pada mereka. Seperti memperbaiki cara berkomunikasi dengan suami sehingga bisa lebih efisien dan terbuka salah satunya adalah dengan saling terbuka mengenai apa yang dirasakan masing-masing mengenai ketidaksetujuan terhadap suatu hal, terbuka mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi pandangan para wanita mengenai aktivitas seksual bersama suami, membicarakan dan membentuk suatu kesepakatan bersama suami mengenai konsep peran seksual yang akan dimainkan dalam rumah tangga mereka termasuk terbuka mengenai ketidaksetujuan mereka terhadap konsep peran seksual yang saat ini dimainkan dalam rumah tangga, terakhir adalah membicarakan rasa keberatan para wanita mengenai keterlibatan-keterlibatan pihak ketiga dalam kehidupan rumah tangga, dan membentuk kesepakatan mengenai prioritas dalam rumah tangga. 2. Wanita dengan penyesuaian pernikahan yang baik 92 Bab 5 Simpulan & Saran Para wanita ini diharapkan untuk mempertahankan hal-hal yang memberikan kontribusi tinggi pda pembentukan penyesuaian pernikahan yang baik pada mereka, dan memperbaiki hal-hal yang bisa menyebabkan terbentuknya penyesuaian pernikahan yang buruk. Seperti mempertahankan rasa saling menerima, toleransi, saling menghargai bersama suami, mempertahankan variasi-variasi dan minat-minat dalam melakukan aktivitas seksual bersama suami agar kehidupan seksual dapat semakin baik, yang terakhir adalah mejaga stabilitas emosi, mengontrol perasaan takut dan cemas apabila sedang hamil. 3. Peneliti yang tertarik. Kepada peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyesuaian pernikahan untuk dapat lebih menjelaskan secara detail dan mempelajari lagi secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan dengan menggunakan rujukan dari teori lain, serta dapat memberikan saran yang lebih spesifik kepada objek penelitian yang memiliki penyesuaian pernikahan yang buruk. 93 DAFTAR PUSTAKA Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan 5th edition. Erlangga: Jakarta. Beardsley, W & Sanford, C. (1994). Membina Hubungan Yang Harmonis (terjemahan). Jakarta: Arcan. Clinebell, H.J. & Clinebell, C.H. (2005). The happiness Marriage Dyer, E.D,. (1983). Courtship, Marriage, and Family: American Style. Illionis: The Dorsey Press. Gunarsa, S.D. (1982). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hassan, R. (2004, 19 Juni). Usia Lima Tahun Perkawinan Rawan. Diakses 28 Pebruari 2012 dari http://www.republika. Ajzen, I. 1984. Attitudes. In R. J. Corsini (Ed.), Wiley ecyclopedia of Psychology, vol. 1: 99-100. New York: Wiley. Orbuch, Terri L. 2009. 5 Simple Steps to Take Your Marriage From Good to Great. New York: Random House Publishing Group Schwartz, P. 2006. Finding Your Perfect Match. London: Penguin Group Coleman, P. 2005. The Complete Idiot’s Guide to Intimacy. New York: Alpha Books Kirton, M. 1989. Adaptors and Innovators: Styles of Creativity and Problem Solving. New York: Routledge McWalters, Malcolm. 1990. Understanding Psychology. Australia: McGraw-Hill Book Company. Siegel, Sidney. 1997. Statistika Nonparametrik. PT. Gramedia : Jakarta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Edisi Keenam. Bogor : Ghalia Indonesia Nurdiansyah, Nia. 2011. Buku Pintar Ibu & Bayi. Jakarta : Bukune ix Internet : http://kosmo.vivanews.com , di akses pada 30 Oktober 2011 http://islandsexualhealth.org/ , di akses pada 26 Maret 2012 www.bps.go.id, di akses pada 25 November 2011 http://carapedia.com/pengertian_definisi_peran_info2184.html , di akses pada 12 Juni 2012 http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/cyberman/detail.aspx?x=Tips&y=cyberman|0|0| 8|92 , di akses pada 9 November 2012 http://www.bidakaraweddingexpo.com/strategi-beradaptasi-di-awal-pernikahan/ , di akses pada 18 November 2012 http://blog.ub.ac.id/rakamahendras/2012/03/14/mean-median-modus-dan-standardeviasi/ , di akses pada 18 November 2012 http://konsultasihukumperkawinan.blogspot.com/2009/07/alasan-umumpenyebab-perceraian.html , di akses pada 18 November 2012 http://beta.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Ipar-MenggerogotiKeuangan-Keluarga , di akses pada 18 November 2012 x LAMPIRAN xi Uji Validitas Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 rs Keterangan 0.736 0.763 0.235 0.161 0.654 0.444 0.561 0.681 0.538 0.508 0.770 0.702 0.062 0.686 0.474 0.700 0.451 0.527 0.231 0.463 0.713 0.476 0.438 0.687 -0.036 0.569 0.454 0.659 0.421 0.553 0.426 0.177 0.710 0.563 0.502 Diterima Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima No Item 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 rs Keterangan 0.736 0.792 0.776 0.018 0.416 0.649 -0.060 0.224 0.511 0.515 0.160 0.778 0.476 0.637 0.201 0.548 0.605 0.442 0.624 0.742 0.511 0.433 0.594 0.324 0.464 0.218 0.541 0.558 0.532 0.270 0.484 0.361 0.399 0.637 0.637 Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima No Item 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 rs Keterangan 0.742 0.725 0.529 0.550 0.467 0.721 0.696 0.699 0.255 0.690 0.667 0.160 0.495 0.078 0.534 0.745 0.774 0.155 0.195 0.645 0.449 0.555 0.672 0.578 0.487 0.791 0.731 0.143 0.666 0.546 0.679 0.468 0.487 0.251 0.481 Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Ditolak Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Lampiran - 1 Lanjutan Uji Validitas Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan No Item 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 rs Keterangan 0.754 0.440 0.405 0.686 -0.035 0.558 0.431 0.645 0.422 0.576 0.422 0.197 0.710 0.577 0.553 0.745 0.819 0.763 -0.065 0.434 0.657 -0.061 0.263 0.503 0.512 0.139 0.786 0.486 0.636 0.207 0.551 Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima No Item 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 rs Keterangan 0.601 0.455 0.640 0.737 0.501 0.415 0.561 0.279 0.474 0.294 0.528 0.545 0.532 0.601 0.474 0.428 0.380 0.619 0.617 0.697 0.725 0.541 0.495 0.498 0.753 0.722 0.719 0.221 0.676 0.650 0.127 Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Ditolak Lampiran - 2 Lanjutan Uji Reliabilitas Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan No Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Item Ganjil Item Genap 187 162 192 167 170 95 169 105 167 153 199 176 169 95 116 185 186 147 259 168 81 110 98 174 82 165 237 231 237 167 189 161 190 168 175 96 170 106 170 151 200 211 163 94 115 180 184 145 260 122 97 107 124 175 84 160 236 230 230 174 rstt 2 (rstt) 1 + rstt rstot 0.962 1.924 1.962 0.981 Lampiran - 3 Data Mentah beserta Kriteria Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan Subjek Skor Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Median 376 323 382 335 345 191 339 211 337 304 399 387 332 189 231 365 370 292 519 290 178 217 222 349 166 325 473 461 467 341 233 320 367 287 266 307 242 Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 340 Lampiran - 4 Tabel Frekwensi dan Prosentase Penyesuaian Pernikahan Variabel Penyesuaian Pernikahan Rendah F 23 % 62.16 Tinggi F 14 % 37.84 Total F 37 % 100 Rendah Tinggi Lampiran - 5 Data Mentah beserta Kriteria Aspek-aspek Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan No Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Median Skor 94 81 96 83 84 48 83 53 83 76 100 97 83 47 58 91 93 73 130 73 45 54 56 87 42 81 118 116 117 87 58 80 92 72 67 77 61 Aspek 1 Kriteria Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 85 Skor 66 57 67 57 63 34 65 37 62 53 70 67 54 33 41 65 65 52 92 50 31 38 39 62 29 56 83 81 82 55 41 56 65 51 47 54 42 Aspek 2 Kriteria Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 60 Skor 41 36 42 37 38 21 36 23 37 34 44 43 37 21 25 40 41 32 57 32 20 24 24 38 18 33 52 51 52 38 26 35 40 31 29 34 27 Aspe 3 Kriteria Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 37.5 Skor 59 50 59 52 53 29 52 33 54 47 62 60 51 29 36 56 57 45 80 45 27 34 34 54 26 48 74 71 72 53 36 49 57 44 41 47 37 Aspek 4 Kriteria Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 52.5 Skor 116 99 118 106 107 59 103 65 101 94 123 120 107 59 71 113 114 90 160 90 55 67 69 108 51 107 146 142 144 108 72 100 113 89 82 95 75 Aspek 5 Kriteria Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 105 Lampiran - 6 Tabel Frekwensi dan Prosentase Aspek2 Penyesuaian Pernikahan Rendah Variabel Penyesuaian dgn Pasangan Penyesuaian Seksual Penyesuaian Keuangan Penyesuaian dgn Pihak Keluarga Pasangan Penyesuaian thd Peran sebagai Orang Tua F 24 22 23 22 20 Tinggi % 64.86 59.46 62.16 59.46 54.05 F 13 15 14 15 17 Total % 35.14 40.54 37.84 40.54 45.95 F 37 37 37 37 37 % 100 100 100 100 100 Penyesuaian thd Peran sebagai Orang Tua Penyesuaian dgn Pihak Keluarga Pasangan Tinggi Penyesuaian Keuangan Rendah Penyesuaian Seksual Penyesuaian dgn Pasangan 0 10 20 30 40 50 60 70 Lampiran - 7 Tabel Frekwensi dan Prosentase Faktor faktor-faktor Penyesuaian Pernikahan Faktor Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda Konsep peran Sikap terhadap seks Konsep mengenai peran seksual Dorongan seksual Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Pengelolaan uang Keterbukaan mengenai keuangan Sikap terhadap keluarga yang lebih tua Keinginan pasangan untuk mandiri Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan Sikap terhadap kehamilan Sikap terhadap peran sebagai orang tua Harapan orang tua terhadap anak Perasaan keseimbangan tugas orang tua Sikap terhadap perubahan peran Rendah Median F % 21 56.76 25 23 62.16 15 21 56.76 15 20 54.05 17.5 21 23 23 20 22 22 21 21 21 23 56.76 62.16 62.16 54.05 59.46 59.46 56.76 56.76 56.76 62.16 12.5 15 15 15 15 17.5 20 17.5 10 25 20 22 22 21 22 54.05 59.46 59.46 56.76 59.46 32,5 17.5 17.5 25 12.5 Lampiran - 8 Faktor Kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan antara konsep pasangan ideal dengan keadaan Kemampuan untuk beradaptasi dengan latar belakang, minat, dan kepentingan yang berbeda Konsep peran Sikap terhadap seks Konsep mengenai peran seksual Dorongan seksual Sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi Pengelolaan uang Keterbukaan mengenai keuangan Sikap terhadap keluarga yang lebih tua Keinginan pasangan untuk mandiri Keterlibatan dengan anggota keluarga pasangan Sikap terhadap kehamilan Sikap terhadap peran sebagai orang tua Harapan orang tua terhadap anak Perasaan keseimbangan tugas orang tua Sikap terhadap perubahan peran Tinggi Median F % 16 43.24 25 14 37.84 15 16 43.24 15 17 45.95 17.5 16 14 14 17 15 15 16 16 16 14 43.24 37.84 37.84 45.95 40.54 40.54 43.24 43.24 43.24 37.84 12.5 15 15 15 15 17.5 20 17.5 10 25 17 15 15 16 15 45.95 40.54 40.54 43.24 40.54 32,5 17.5 17.5 25 12.5 Lampiran - 9