BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama, pergaulan, kesenian, bahasa, keindahan alam dan ketrampilan lokal yang merupakan ciri khas suatu suku bangsa. Keanekaragaman tersebut berkontribusi memperindah dan memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Kekayaan ini seyogyanya dilestarikan dan dikembangkan melalui upaya pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan terbuka untuk perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan zaman. Dalam arti ini terjadilah proses perbaikan pendidikan pada semua tingkat yang terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. (Trianto M. Pd hal. 1 ) Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusiamanusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia pada umumnya; dan peserta didik khususnya, terutama dalam berinteraksi terhadap kehidupan lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan alam sosial dan budaya kepada peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan besar agar anak akrab dengan dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kurikulum Pendidikan diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang diajarkan dapat sesuai dengan kebutuhan pokok para peserta didik. Bentuk kongkret dari pendidikan tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar yang menekankan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh komponen – komponen sebagai pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran; yang juga mempunyai relasi dengan para pendidik (guru). Dari keempat pilar sebagaimana tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini menunjuk pada kegiatan di mana di dalamnya terdapat integrasi dan interaksi komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa (Chabibah, 2006 : 24). Guru memiliki peran sentral bagi berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran untuk meraih output dari proses pembelajaran tersebut. Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi di mana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan. Faktor – faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu siswa, materi dan metode pembelajaran belum tertata dengan baik dan tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa. Menjawab permasalahan di atas, penulis mengangkat sebuah ‘topik’ penting yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk keberhasilan pembelajaran terutama dalam bidang seni musik. Penulis ingin menjelaskan tentang penggunaan alat non musik yang dalam hal ini berupa alat atau barang- barang bekas yang tidak layak pakai, untuk digunakan dalam pembelajaran seni budaya khususnya materi Seni Musik tentang “ritme”. Hal ini ‘sengaja’ diangkat, melihat proses pembelajaran dan hasil pembelajaran Seni Budaya yang belum mencapai titik yang maksimal dan masih berorientasi pada pola atau metode pembelajaran yang membosankan. Para pendidik tidak maksimal dalam menelorkan materi pembelajaran, karena masih mengharapkan sarana dan prasarana (alat musik) yang memadai. Padahal, jika para pendidik memiliki kreatifitas yang tinggi, alat – alat non musik (barang – barang bekas) dapat dijadikan sebagai sumber/ media pembelajaran Seni Budaya di sekolah. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kreatifitas seorang pendidik dapat mengatasi kejenuhan dalam bermusik, karena menurut penulis: membuat sebuah hal yang baru adalah tantangan yang menyenangkan; yang dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan prestasi para siswa khususnya. Proses kreatifitas memanfaatkan peralatan non musik ini, lebih mengacu pada dua (2) hal pokok yakni bagaimanakah ‘cara mendesain’ peralatan non musik ini, dan aplikasinya melalui permainan perkusi barang bekas yang didasarkan pada ‘garapan dan desain ritme’ tertentu. Kedua hal ini memiliki kontribusi yang cukup baik bagi para siswa, dimana mereka dilatih untuk mencari, memilih, mendesain peralatan non musik yang akan dimainkan dalam ritme yang telah dirancang. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga para siswa dapat menemukan pola ritme gubahannya sendiri, agar pembelajaran Seni Budaya pada umumnya dapat menantang tetapi sekaligus menyenangkan. Melalui metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis menggunakan sebuah model pembelajaran Inovatif-Progresif yang akan digunakan dalam proses pembelajaran Seni Budaya di sekolah dan akan menjadi landasan dilakukannya penelitian ini. Dengan model pembelajaran ini, penulis merancang proses pemanfaatan peralatan non musik dalam pembelajaran Seni Budaya di kelas, terutama pada materi tentang “ritme’’. Suatu inovasi menarik diterapkannya model pembelajaran Inovatif-Progresif atau lebih tepat disebut Praktik belajar ini yakni dirobahnya paradigma pembelajaran yang bermula terpusat pada guru (teacher centered) beralih ke pembelajaran yang berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori (penjelasan), berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang bermula bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. (Trianto hal. 10) Sebuah hipotesis tindakan yang dapat diambil bahwa, penelitian ini sangat berguna, karena pembelajaran tentang ritme kadang sulit ditelorkan kepada para peserta didik karena kekurangan media pembelajaran dan sarana terkait. Melalui model pembelajaran InovatifProgresif serta pendampingan yang baik dan berkelanjutan , alat – alat non musik (barangbarang bekas) seperti ini dapat berguna untuk proses pembelajaran musik ritmik di dalam kelas. Dari uraian diatas penulis mengangkat judul PEMANFAATAN PERALATAN NON MUSIK DALAM PEMBELAJARAN RITME, MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF-PROGRESIF, PADA KELAS XI IPA 2 SMAK SETIA BAKTI – RUTENG. Penelitian ini juga akan melihat sejauh manakah apresiasi siswa terhadap pemanfaatan peralatan non musik dalam pembelajaran musik ritme, melalui penerapan model pembelajaran inovatif – progresif. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini adalah : 1. Bagaimanakah proses mendesain peralatan non musik untuk dijadikan alat musik ritmik? 2. Bagaimanakah berlangsungnya proses pemanfaatan peralatan non musik, dengan menggunakan model pembelajaran Inovatif – Progresif ; dalam pembelajaran musik ritme di kelas? 3. Bagaimanakah apresiasi siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran ini? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis ingin membatasi masalah kajian penelitian yang akan dilakukan yakni Peralatan non musik yang akan digunakan yakni tempat atau barang bekas wadah bekas air atau cat (cairan). Dalam hal ini berupa ember, gallon, botol, dan tempat wadah cairan lainnya. Hal ini dilakukan agar warna bunyi yang dihasilkan dapat ditata dengan baik dan ‘rapih’. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimanakah proses mendesain peralatan non musik tersebut. 2. Untuk meneliti sejauh mana proses pemanfaatan peralatan non musik, dengan menggunakan model pembelajaran inovatif – progresif; dalam pembelajaran musik ritme di sekolah. 3. Untuk mengetahui sejauh mana apresiasi siswa terhadap proses pembelajaran ini. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Sekolah Dengan hasil penelitian ini diharapkan lembaga SMAK SETIA BAKTI – RUTENG dapat mengembangkan kreatifitas pembelajaran seni budaya pada umumnya, dengan memanfaatkan alat atau barang bekas sebagai media pembelajaran di dalam kelas. 2. Guru Sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran Seni Budaya untuk mengembangkan proses pembelajaran ritme, dengan memanfaatkan peralatan non musik, dan dilanjutkan dengan pendampingan yang berkelanjutan terutama dalam menghasikan pengetahuan yang berguna bagi para peserta didik. 3. Siswa Sebagai bahan masukan bagi para siswa/i untuk memanfaatkan peralatan non musik, sebagai sebuah inovasi yang menarik, dan dapat menjadi sesuatu karya yang berguna untuk diri mereka masing- masing. 4. Program Studi Sendratasik UNWIRA Kupang Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa/ i akan pentingnya peralatan non musik, dan bisa memanfaatkannya untuk beberapa permainan musik di kampus. 5. Penulis Untuk menambah pengetahuan tentang pemanfaatan peralatan dalam pembelajaran musik ritme di sekolah. non musik terutama