Untitled

advertisement
PERAWATAN PRAKTIS:
KULIT BAYI DAN BALITA
Penulis
Dr.dr.Farida Tabri,Sp.KK(K),FINSDV,FAADV
dr. Hadi Firmansyah
Penerbit :
Al Hayaatun Mufidah
Cetakan Ke I, Desember 2016
ISBN : 978-602-60849-2-7
i
PRAKATA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan buku
yang berjudul “Perawatan Praktis: Kulit Bayi dan
Balita”.
Penulis sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan buku “Perawatan Praktis: Kulit
Bayi dan Balita” Kami sangat berharap buku ini
dapat
berguna
wawasan
serta
dalam
rangka
pengetahuan
kita
menambah
mengenai
perawatan kulit bayi dan balita.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca yang
ii
budiman
sangat
penyempurnaan buku
dibutuhkan
untuk
ini kedepannya. Terima
kasih.
Makassar, Desember 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................. 1
STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT ....................... 4
Apakah struktur kulit bayi dan dewasa terdapat
perbedaan?....................................................... 4
PERAWATAN KULIT UNTUK BAYI DAN BALITA
........................................................................... 13
Bagaimana merawat kulit bayi dan balita agar
selalu sehat?................................................... 13
1.
Pembersihan Kulit .................................... 14
a. Memandikan ............................................... 16
b.
Membersihkan rambut dan kulit kepala .... 22
c.
Pelembaban kulit ...................................... 27
Bagaimana memilih pelembab yang ideal untuk
bayi dan balita ? .............................................. 30
d.
Bedak bayi ............................................... 32
e.
Pelindung kulit .......................................... 34
f.
Produk wewangian ................................... 36
Daftar Pustaka ................................................... 38
iv
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh paling luar
sebagai
sawar
kulit
dalam
tubuh
terhadap
lingkungan luar, yang memiliki komponen yang
dinamis. Struktur kulit pada orang dewasa telah
matang dan berfungsi optimal sehingga kulit pada
dewasa lebih lembab, berminyak, tebal, tidak
kering
dan
umumnya
kenyal.
telah
Sedangkan
lengkap,
namun
pada
bayi
strukturnya
belum berkembang sehingga belum berfungsi
optimal Lapisan kulit relatif lebih tipis. Bantalan
lemak dan kadar air lebih banyak sehingga kulit
bayi terasa lebih lembab, lembut, dan lebih
kenyal. Semua bayi memiliki kulit yang sangat
peka, berbeda dengan kulit orang dewasa yang
tebal dan mantap, kondisi kulit pada bayi yang
1
relatif
tipis
menyebabkan
bayi
lebih
rentan
terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
Gangguan kulit yang sering timbul pada bayi
antara lain yaitu dermatitis atopik, seborhea, bisul,
miliariasis (biang keringat), alergi dan peradangan
berupa ruam kulit yang dikenal dengan dermatitis
diapers atau ruam popok. Dermatitis diapers atau
ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul
akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu
di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan
paha, dan perut bagian bawah.
Perawatan kulit untuk bayi dan anak lebih
ditujukan
untuk
membersihkan,
pemeliharaan
menjaga
kulit
kelembaban,
yakni
dan
melindungi kulit terhadap gesekan, kekeringan
atau trauma, dan infeksi serta bukan untuk
dekorasi atau mempercantik diri, walaupun ada
2
produk bayi yang bertujuan untuk kesenangan
orang
sekelilingnya,
Memiliki
kulit
bayi
misalnya
dan
baby cologne.
anak
yang
sehat
merupakan dambaan setiap orang tua. Untuk
mewujudkan
hal
tersebut
tentunya
dengan
merawat kulit pada bati anak dengan benar,
pemilihan produk produk perawatan kulit bayi dan
anak dengan
tepat
dapat
dilakukan
adalah
dengan merawat anak sesuai dengan tahap-tahap
tumbuh kembanganya.
3
STRUKTUR DAN FUNGSI
KULIT
Gambar 1. Struktur kulit manusia
Apakah struktur kulit bayi dan dewasa terdapat
perbedaan?
4
STRUKTUR KULIT
PREMATUR
MATUR
DEWASA
EPIDERMIS
Sel kulit tipis
Stratum
Epidermis
Stratum
corneum
normal,
corneum
adheren
Melanin
sidikit
Konten
normal
Produksi
melanin
melanin
sedikit
sedikit
DERMO
Kohesi
EPIDERMAL
minim antara
minim antara
normal antara
JUNCTION
epidermis dan
epidermis dan
epidermis dan
dermis
dermis
dermis
DERMIS
RAMBUT
Elestik
yang
fiber
Kohesi
Elestik
yang
fiber
Kohesi
Full
sedikit
sedikit
fiber
Lanugo
Vellus
Vellus
elstik
dan
rambut
KELENJAR
Besar
SEBASEUS
aktif
dan
SARAF DAN
Saraf
PEMBULUH
unmyelinated
Besar
dan
aktif
kecil
DARAH
Saraf
Besar
dan
aktif
kecil
Normal
unmyelinated,
pembuluh
darah
lengkap
PERMEABILITAS
Permeabilitas
Pertahanan
Pertahanan
tinggi
tubuh bagus,
tubuh
terhadap
permeabilitas
terhadap
lemak,
tinggi
penetrasi
peningkatan
terhadap
absorpsi pada
lemak,
bagus
5
seluruh area
peningkatan
tubuh
absorpsi pada
seluruh area
tubuh
6
Pembagian kulit secara garis besar tersusun
atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis
atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis
dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan
lemak.
Gambar 2. Bayi yang baru lahir dengan Vernix / Lapisan
seperti lilin yang berfungsi melindungi kulit bayi.
Vernix atau yang dikenal juga sebagai vernix
caseosa
adalah
lapisan
putih
krem
yang
7
berkembang pada kulit bayi yang belum lahir pada
sekitar 20 minggu usia kehamilan. Vernix diyakini
sebagai pelembab dan melindungi kulit bayi
selama
dalam rahim.
Menjelang
akhir
usia
kehamilan, vernix yang menutupi bayi akan mulai
berkurang, Dan saat lahir, biasanya sisa lapisan
vernix masih dapat terlihat. Vernix dipercaya
memiliki fungsi anti bakteri yang dapat membantu
menjaga kulit bayi dari infeksi. Untuk alasan
tersebut,
beberapa
membiarkannya
tetap
menempel di kulit bayi saat baru lahir. Selain itu,
sifat vernix yang berfungsi sebagai pelembab juga
dapat membantu mencegah kulit halus bayi
mengalami kekeringan. Setelah lahir, kulit bayi
mengalami adaptasi dengan lingkungan luar
kandungan . Di dalam kandungan
kulit verniks
dilindungi
dan
oleh
verniks kaseosa
cairan
8
amnion. Setelah lahir, verniks terkelupas dan kulit
terpajan dan beradaptasi dengan lingkungan.
Sebagai contoh, deskuamasi lapisan atas stratum
korneum terjadi secara normal pada setiap bayi
dan hal ini merupakan proses adaptif.
Keasaman
kulit
dibentuk oleh
produksi
kelenjar keringat (ekrin dan apokrin), lemak, dan
stratum korneum kulit. Stratum korneum pada bayi
baru lahir lebih banyak mengandung air dan
produksi kelenjar keringat relatif sedikit. Saat lahir
pH berkisar antara 6.2-7.5 baik pada bayi
prematur maupun bayi cukup bulan. Keasaman
kulit
kemudian
menurun
setelah
1
minggu
kehidupan dan secara perlahan menurun sampai
mencapai pH 5.0-5.5 yang sama dengan pH kulit
anak dan dewasa. Pada bayi prematur, proses ini
memerlukan waktu beberapa minggu.
9
Saat lahir, lapisan lipid pelindung terlihat
sama
dengan
orang
dewasa
tetapi
mulai
mengalami perubahan setelah beberapa minggu
kehidupan. Hal ini disebabkan sekresi sebum
yang menurun. Hal ini juga yang menjelaskan
tingginya insiden infeksi kulit dan peningkatan
iritabilitas yang berhubungan dengan detergen
akibat imaturitas fungsional kulit yang ditandai
dengan penurunan kapasitas untuk melawan
agresi
mikroba
dan
bahan
kimia.
Selama
pubertas, maturitas sistem endokrin menstimulasi
sekresi sebasea dan menyebabkan pembentukan
lapisan lipid yang lebih resisten.
Perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan pada bayi lebih besar daripada orang
dewasa (area permukaan kulit bayi 700 cm2/kg
dibandingkan kulit orang dewasa 250 cm2/kg),
10
sehingga
kemungkinan
keracunan
berbagai
bahan toksik menjadi lebih besar karena tingginya
penyerapan melalui kulit. Bayi cukup bulan
mempunyai lapisan kulit dan fungsi pertahanan
kulit yang hampir sama dengan orang dewasa,
sedangkan bayi prematur belum berkembang
secara sempurna. Secara struktural tidak terdapat
perbedaan antara kulit bayi dan kulit orang
dewasa.
Namun
perbedaan
fisiologis
lebih
berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran,
bentuk,
dan
kematangan
sel
yang
dapat
dipengaruhi oleh perkembangan usia. Kulit pada
bayi relatif lebih tipis, hubungan antar sel lebih
longgar, jumlah melanosom lebih sedikit, rambut
lebih halus (lanugo dan velus) dan jumlahnya
lebih sedikit, serta produksi kelenjar keringat dan
kelenjar minyak relatif kurang. Dermis pada bayi
11
baru lahir relatif lebih tipis, serat kolagen pendek,
tipis, dan mudah larut. Elastin berukuran lebih
kecil dan struktur belum sempurna, sedangkan
pembuluh darah dan saraf belum berkembang
sempurna.
12
PERAWATAN KULIT UNTUK
BAYI DAN BALITA
Bagaimana merawat kulit bayi dan balita
agar selalu sehat?
Cara merawat kulit bayi tidak lah mudah
khususnya bagi ibu yang baru memiliki bayi.
Merawat kulit bayi mempunyai tujuan menjaga
kulit bayi dan balita selalu bersih sehat, dan
mencegah iritasi yang menimbulkan masalah
masalah bagi kulit bayi dan balita. Prinsip
perawatan
kulit
yang
penting
diantaranya
pembersihan yang lembut, hidrasi adekuat, dan
melembabkan
kulit, mencegah
gesekan dan
13
maserasi
pada
daerah-daerah
lipatan,
dan
perlindungan dari bahan iritan dan sinar matahari.
1. Pembersihan Kulit
Lapisan kulit paling atas yaitu stratum korneum
berperan
penting
sebagai
komposisinya adalah
sawar
kulit
yang
keratinosit (terdiri dari
protein dan lipid) yang kaya akan matriks lipid
yaitu kolesterol, seramid, asam lemak. Lipid yang
lain juga disekresi di permukaan epidermis
sehingga ketika kontak dengan lingkungan yaitu
interaksi dengan air akan membentuk hydrophilic
film yang penting dalam kelembaban dan bagian
sensoris kulit. Fraksi lipid hydrophilic film ini juga
dapat berpenetrasi ke lapisan atas epidermis
bergabung
dengan
sawar
epidermal
dan
membentuk pertahanan kulit. Hal ini sangat
14
penting dalam mempertimbangkan pembersih
yang dapat digunakan untuk bayi baru lahir.
Setiap agen pembersih kulit, bahkan air, dapat
mempengaruhi permukaan kulit. Peningkatan pH
kulit
mempengaruhi
acid
mantle.
Terdapat
hubungan yang erat antara pH permukaan kulit
dan bakteri flora kulit, karena peningkatan pH kulit
dari
asam
ke
netral
dapat
menyebabkan
peningkatan sementara jumlah total bakteri kulit,
sehingga penting untuk mempertahankan acid
mantle pada kulit bayi.
15
a. Memandikan
Gambar 3 & 4. Cara Memandikan Bayi
Mandi adalah proses membersihkan kotoran,
bakteri, sel-sel kulit mati, keringat, dan kotoran
lainnya dari permukaan kulit. Mandi pada bayi
sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 5 menit.
Mandi lebih dari 5 menit dapat meningkatkan
16
hidrasi kulit dan mengurangi ambang batas untuk
friksi. Bayi dapat langsung dimandikan setelah
lahir meskipun umbilical cord stub belum terlepas.
Suhu air untuk mandi tidak melebihi 37 oC. Sabun
yang direkomendasikan untuk kulit bayi normal
adalah produk sintetik dengan pH netral atau
sedikit asam yakni sekitar antara pH 5-6, .
Idealnya, pembersih bayi bebas dari parfum dan
pewarna
untuk
mencegah
iritasi.
Namun
kebanyakan sabun bayi mengandung parfum
yang komposisi kimianya sering tidak diketahui
tetapi
dapat
mengandung
10
sampai
300
komponen kimia. Warna dan parfum untuk sabun
bayi sebaiknya dipilih yang jarang menyebabkan
alergi (hipoalergik). Waktu yang tepat untuk
memandikan bayi bisa dilakukan kapan saja,
tetapi mandi sebelum tidur akan membantu
17
relaksasi sehingga mempermudah tidur. Hindari
mandi tepat sesudah atau sebelum makan,
karena jika perut yang penuh tidak sengaja
tertekan maka bayi bisa muntah, juga bayi sulit
diajak bekerjasama jika perut kosong. Siapkan
banyak waktu untuk memandikan bayi, sehingga
anda tidak perlu tergesa-gesa memandikannya,
atau meninggalkan sendirian beberapa detik
selagi Anda harus menyelesaikan pekerjaan lain.
Pembersih umumnya mengandung surfaktan yang
dikenal dengan detergen, kondisioner kulit yang
menyerupai
gliserin,
parfum,
warna,
dan
pengawet. Sebagian besar formula pembersih
kulit adalah surfaktan. Surfaktan natural adalah
sabun, yang secara tradisonal dibuat melalui
proses saponifikasi, yakni proses pencampuran
lemak hewan dan minyak kelapa atau palm oil
18
dengan alkali. Produk yang dihasilkan adalah fatty
acid salt (sabun) memiliki pH alkaline 9-10.
Surfaktan bekerja dengan cara menurunkan
tegangan permukaan antara air dan udara, dan
menciptakan busa yang menyebabkan lemak larut
sehingga terlepas dari kulit. Penggunaan sabun
atau
detergen
yang
mengandung
surfaktan
menyebabkan kerusakan sawar kulit dengan cara
(1)
mempengaruhi
integritas
hydrophilic
film
dengan menciptakan lipid-depleted areas (2)
surfaktan dari sabun dapat berinteraksi dengan
protein stratum korneum menyebabkan denaturasi
protein yang akan mencetuskan iritasi kulit (3) aksi
delipidisasi sabun menyebabkan peningkatan pH
permukaan kulit yang akan mempengaruhi acid
mantle kulit. Hal ini menyebabkan kulit kering,
kasar, dan terlihat tegang. Synthetic detergents
19
adalah substitusi sabun atau non-soap surfactant
yang memiliki pH mendekati kulit normal dan
kurang iritatif. Syndets tidak merubah pH kulit dan
mikroflora
kulit
tidak
terganggu.
Cocoyl
isethionate, sodium lauryl sulphate, dan betains
merupakan contoh syndet yang sering digunakan.
Namun syndet harganya lebih mahal daripada
sabun bayi biasa. Beberapa agen lainnya yang
mengandung lemak dari lanolin, parafin, atau
minyak mineral (superfatted) ditambahkan pada
sabun untuk membuat kulit menjadi lembut.
Setelah penggunaan sabun, kulit harus dibilas
sampai sabun hilang agar bahan-bahan tersebut
tidak menutup pori yang dapat menyebabkan
peradangan dan rasa gatal. Sabun dalam bentuk
bubble bath juga dapat diberikan pada bayi dan
balita, namun jangan digunakan dalam waktu
20
yang lama atau terlalu sering karena dapat
menyebabkan iritasi mukosa genita
21
b. Membersihkan rambut dan kulit
kepala
Gambar 5. Cara membersihkan kulit kepala bayi
Sampo adalah sabun atau syndet cair yang
digunakan untuk mencuci rambut dan kulit kepala
dengan
tujuan
membersihkan
kotoran
dan
22
minyak. Sampo bayi dapat dipergunakan 2-3 kali
per minggu pada keadaan normal. Apabila terlalu
sering
menggunakan
sampo,
rambut
dapat
menjadi kusam dan kulit kepala kering. Bahan
kondisioner dianjurkan dipakai bila anak telah
berusia 5 tahun.
Rambut
yang
penuh
dengan
skuama
terakumulasi dalam kulit kepala, sampo dapat
didiamkan di kulit kepala selama 10-30 menit
sebelum dibilas hingga bersih. Bayi dengan cradle
cap
tidak
Penggunaan
memerlukan
sampo
medicated
secara
shampoo.
teratur
efektif
mengatasi cradle cap. Sampo diaplikasikan di kulit
kepala dan didiamkan sampai skuama melunak.
Setelah
kontak
dengan
sampo,
dilakukan
penggosokan dengan lembut sampai skuama
terlepas.
23
Sampo bayi mutlak menggunakan bahan
pembersih yang tidak perih bila terkena mata dan
pH mendekati pH air mata atau isotonik terhadap
air mata. Biasanya iritasi terhadap kulit tidak akan
terjadi bila sampo tersebut tidak memiliki potensi
untuk mengiritasi mata. Sampo juga memiliki
waktu kontak yang minimal dengan kulit kepala
sehingga insiden dermatitis kontak jarang terjadi.
Cocamidopropyl betaine, surfaktan lembut yang
sering digunakan pada sampo dan sabun yang
dijual di pasaran.
Pada umumnya sampo mengandung agen
pembersih dan lather enhancer. Pembersih yang
terbaik adalah asam lemak rantai medium sampai
panjang seperti laureth sulfate yang merupakan
emulsifier yang baik. Seperti halnya sabun yang
memiliki “foaming action”, lather penting untuk
24
efek visual dan fisiologis sampo. Asam lemak
rantai pendek seperti cocamide diethonolamine
adalah lather yang baik untuk sampo. Kandungan
lainnya seperti pengawet, pewangi, dan bahan
pengental. Pengawet dibutuhkan untuk mencegah
pertumbuhan jamur atau bakteri pada botol
sampo.
Pada
sampo
ditambahkan
bahan
pengental untuk mencegah sampo mengalir cepat
dan
masuk
ke
dalam
mata.
Karena
tidak
ditambahkan bahan-bahan yang membuat sampo
menjadi opak, maka umumnya sampo bayi jernih
dan tembus pandang. Sampo bayi harus bebas
dari parfum, agen anti inflamasi, dan produk
natural. Protein, vitamin, dan produk natural
lainnya secara teoritis tidak mempengaruhi fungsi
sampo dan hasilnya. Namun kebanyakan sampo
25
bayi yang dijual bebas mengandung surfaktan
anionik yang merupakan pembersih yang adekuat.
26
c. Pelembaban kulit
Gambar 6. Contoh Pelembab Kulit Untuk Bayi
Pemakain pelembab untuk bayi dan anak
berfungsi mencegah kekeringan kulit agar
fungsi proteksi kulit tetap terjaga, selain itu juga
pelembab bisa melembutkan kulit bayi dan
anak agar tetap putih lembut halus dan sehat.
Penggunaan pelembab pada kulit mempunyai
tujuan memperbaiki fungsi pertahanan kulit,
mempertahankan / meningkatkan kadar air,
27
memperbaiki
menahan
barier
dan
lipid
untuk
mendistribusikan
menarik,
air,
dan
memelihara integritas kulit dan penampilan.
Pelembab juga berperan untuk mengurangi
gesekan kulit dan meningkatkan hidrasi kulit
dengan menyediakan air langsung ke kulit dan
meningkatkan oklusi.
Pelembab bekerja melalui beberapa cara
yakni:
1. Oklusi, yakni membentuk suatu lapisan film
di permukaan kulit yang akan menghambat
penguapan
sehingga
meningkatkan
kelembaban kulit. Misalnya vaselin, minyak
mineral, minyak tumbuhan, dll.
2. Humektan, yakni bahan higroskopis yang
menyebabkan lapisan atas epidermis dapat
menyerap dan menyimpan air. Misalnya
28
gliserin, urea, asam laktat, propilen glikol,
dll.
3. Lubrikasi, yakni melicinkan kulit.
Bahan alamiah yang sering ditambahkan
pada pelembab seperti aloe vera atau minyak
jojoba. Bahan aktif yang sering digunakan
misalnya bahan antioksidan seperti vitamin A,
C,
E,
dll.
Pelembab
untuk
bayi
tidak
mengandung bahan aktif, hanya ditambahkan
pewangi dan pewarna sesuai kadar yang
diijinkan.
Bahan pelembab untuk bayi antara lain
baby lotion, baby cream, dan baby oil yang
merupakan
cara
aman
dan
efektif
untuk
mengurangi pengelupasan kulit pada bayi baru
lahir,
memelihara
fungsi
sawar
kulit,
mengurangi iritasi di daerah bokong, dan juga
29
digunakan dalam pemijatan (massage). Minyak
mineral telah digunakan sebagai pelembab dan
untuk pemijatan bayi oleh masyarakat India
seperti minyak kelapa, olive oil, dan virgin
coconut oil.
Bagaimana memilih pelembab yang ideal
untuk bayi dan balita ?
Pelembab yang ideal untuk bayi dan balita
adalah pelembab dengan pH netral sampai
sedikit asam, bebas parfum, bebas pewarna,
dan sangat lunak. Wool alcohol/ lanolin alcohol,
methylchloroisothiazolinone/methylisothiazolino
ne (pengawet yang paling sering digunakan
dalam pelembab), thimerosal, dan parfum
paling sering menyebabkan dermatitis kontak
alergi pada anak-anak.
30
Cara penggunaan pelembab yang tepat
adalah (1) gunakan pelembab sesudah mandi,
waktu pengolesan yang paling baik adalah
sesaat sesudah mandi yaitu dalam waktu 3
menit karena kulit sudah bersih dan masih
cukup lembab untuk memudahkan penyerapan
bahan aktif (2) usapkan searah dengan arah
tumbuhnya bulu, terutama pada lengan dan
tungkai (3) umumnya pemakaian cukup 2 kali
sehari, tetapi bisa diulang bila kulit terasa
kering. Penggunaan pelembab yang berlebihan
terutama di daerah yang beriklim panas dapat
menyumbat pori-pori kulit dan menyebabkan
folikulitis iritan pada bayi baru lahir.
31
d. Bedak bayi
Bedak bayi digunakan sebagai pelicin di
daerah lipatan kulit untuk mencegah gesekan
antar kulit yang dapat menyebabkan maserasi.
Meskipun bedak bayi dapat menyerap keringat,
namun sebaiknya dihindari penggunaannya
pada
bayi
baru
lahir.
Penggunaan
yang
berlebihan juga dapat menyebabkan miliaria
dan bedak dapat terhirup bersama udara
sehingga menimbulkan kelainan paru. Bedak
mengandung talk yakni bubuk magnesium
silikat yang sama dengan asbes. Bahaya
terhirupnya
bedak
oleh
bayi
merupakan
peringatan agar bedak digunakan secara hatihati. Bedak dioleskan tipis-tipis pada daerah
yang telah dibersihkan dan tidak ditaburkan ke
badan. Bedak dapat menyumbat genetalia bayi
32
laki-laki. Penggunaan wewangian pada bedak
bayi hanya dianjurkan bila berasal bungabungaan dengan konsentrasi rendah.
33
e. Pelindung kulit
Bayi yang berumur dibawah 6 bulan tidak
boleh terkena sinar matahari langsung terlalu
lama, karena perlindungan diri terhadap sinar
matahari
oleh
bayi
belum
berkembang
sempurna, paparan matahari yang terlalu lama
akan membuat kulit bayi terbakar hanya butuh
waktu 10-15 menit akan membuat kulit bayi
terbakar. Melanosit adalah sel sel dari kulit
tubuh kita yang memberikan warna pada kulit
dan sekaligus juga sebagai pelindung terhadap
sinar ultraviolet yang merusak kulit. Kepadatan
melanosit secara keseluruhan lebih besar pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa, tetapi
produksi melanin terbatas dan melanosit pada
anak-anak lebih rentan terhadap kerusakan
akibat ultraviolet. Selain itu, bayi dan anak-anak
34
tidak mendapatkan pajanan secara bertahap
yang menstimulasi pigmentasi secara fakultatif.
Oleh karena itu, bayi dan anak-anak lebih
rentan terhadap kerusakan akibat pajanan
matahari yang berlebih. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan pelindung matahari.
Tabir
surya
dapat
mengabsorpsi,
merefleksi atau memantulkan sinar ultraviolet
yang
berbahaya
(spektrum
290-400
nm).
Kandungannya yang dapat merefleksi dan
memantulkan sinar surya dalam jumlah besar
diantaranya UVB, UVA, dan visible light, adalah
zinc
oxide
dan
titanium
dioxide.
Hindari
penggunaan tabir surya yang mengandung
PABA (Para-aminobenzoic acid) karena dapat
menyebabkan sensitisasi.
35
Keamanan aplikasi tabir surya secara
topikal untuk bayi di bawah 6 bulan belum
ditetapkan,
namun
secara
teoritis
resiko
toksisitas rendah. Strategi lini pertama untuk
perlindungan
matahari
adalah
menghindari
paparan matahari, kemudian diikuti dengan
penggunaan pakaian dan tabir surya yang
mengandung zinc oxide pada daerah yang
tidak tertutup oleh pakaian seperti wajah dan
tangan. Tabir surya digunakan pada bayi dan
balita saat berenang dan bermain pasir. Tabir
surya
dioleskan
pada
tubuh
dan
wajah
setengah jam sebelum terpapar sinar matahari.
f. Produk wewangian
Baby cologne dan baby hair lotion biasanya
digunakan untuk kesenangan orang-orang di
sekitarnya karena bayi sendiri mungkin tidak
36
dapat merasakannya. Bahan pewangi yang
digunakan untuk bayi berasal dari berbagai
macam bunga dengan konsentrasi rendah.
Pada baby hair lotion umumnya ditambahkan
pelembab agar rambut tidak kering.
37
Daftar Pustaka
1. Hunter
J,
Savin
J,
Dahl
M.
Clinical
Dermatology. Victoria: Blackwell: 2003.
2. Soepardiman L. Kiat memilih kosmetik yang
aman untuk bayi dan balita. In: Boediardja
SA, Widaty S, eds. Perawatan Kulit pada
Bayi dan Balita: Sehat di Milenium III.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. p. 32-8.
3. Wamalwa DC, Wafula EM, Munyao TM,
Murila FV. Pattern of use of skin care
products
in
children
with
and
without
eczematous skin lesions. Eas Afr Med J.
2002; 79: 645-50.
4. Dhar S. Newborn skin care revisited. Indian J
Dermatol. 2007; 52: 1-4.
5. Menni
S,
Brauner
I,
Tsavdari
T.
Misunderstanding of cosmetic products: A
38
paradigmatic clinical case in a baby. Pediatr
Dermatol. 1992; 20: 286-7.
6. Arie AM. Perawatan kulit bayi dan balita. In:
Boediardja SA, Widaty S, eds. Perawatan
Kulit pada Bayi dan Balita: Sehat di Milenium
III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. p. 19.
7. Chang
MW.
Neonatal,
pediatric,
and
adolescent dermatology. In: Goldsmith SA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
Wolff K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. New York: McGraw Hill;
2012. p. 1185-7.
8. Boediardja SA. Perbedaan fisiologis kulit kulit
bayi/anak,
dewasa,
dan
lansia.
In:
Boediardja SA, Sugito TL, Indriatmi W, Evita
39
M, Prihianti S, eds. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2009. p. 1-15.
9. Tyebkhan G. Skin cleansing in neonates and
infants-basics of cleansers. Indian J Pediatr.
2002; 69: 767-69.
10. Bree
AF,
Siegfried
EC.
Neonatal
dermatology and toxicology. In: Eichenfield
LF, Frieden IJ, Esterly NB, eds. Neonatal
Dermatology. London: Elsevier; 2008. p. 5972.
11. Eichenfield LF, Lee PW. Fetal and neonatal
skin development, structure and function. In:
Schachner LA, Hansen RC, eds. Pediatric
Dermatology. London: Elsevier; 2013.
12. Sarkar R, Basu S, Agrawal RK, Gupta P.
Skin care for the newborn. Indian Pediatr.
2010; 47: 593-8.
40
13. Dyer
JA.
Newborn
skin
care.
Semin
Perinatol. 2013; 37: 3-7.
14. Gfatter R, Hackl P, Braun F. Effects of soap
and detergents on skin surface pH, stratum
corneum hydration and fat content in infant.
Dermatology. 1997; 195: 258-62.
15. Baranda L, Gonzalez-Amaro R, TorresAlvarez B, Alvarez C, Ramirez V. Correlation
between pH and irritant effect of cleansers
marketed for dry skin. Int J Dermatol. 2002;
41: 494-99.
16. Behring A, Vezeau TM, Fink R. Timing of the
newborn first bath: A replication. J Neonat
Nurs. 2004; 22: 39-46.
17. Blume Peytavi U, Hauser M, Stamatas GN,
Pathirana D, Bartels NG. Skin care practices
for newborn and infants: Review of the
41
clinical evidence for best practices. Pediatr
Dermatol. 2012; 29: 1-14.
18. Imokawa G. Surfactant-induced depletion of
ceramides and other intercellular lipids:
implication for the mechanism leading to
dehydration of the stratum corneum. Exog
Dermatol. 2003;3:81-98.
19. Morelli
JG,
Wenston
WL.
Soaps
and
shampoos in pediatric practice. Pediatrics.
1987; 80: 634-7.
20. Bartels NG, Rosler S, Martus P, et al. Effect
of baby swimming and baby lotion on the
skin barrier of infants aged 3-6 month. J
Dtsch Dermatol Ges. 2011; 9: 1018-25.
21. Arie AM. Kiat memilih pelembab kulit pada
bayi dan anak. In: Boediardja SA, Sugito TL,
Indriatmi
W,
Evita
M,
Prihianti
S,eds.
42
Masalah kulit dan keputihan pada bayi dan
anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p.
39-44.
22. Hayden GF, Sproul GT. Baby powder use in
infant skin care. Clin Pediatr. 1984; 23: 1635.
23. Wahie S, Lloyd JJ, Farr PM. Sunscreen
ingredients
and
labelling:
A
survey
of
products available in the UK. Clin Exp
Dermatol. 2007; 32: 359-64.
24. Chen BA. Pediatric Dermatology. London:
Elsevier; 2005.
25. Inquiry to Life, S. S. Mader, photograph,
viewed 08 January 2017
<http://komponen-dasarblog.blogspot.co.id/2012/09/struktur-kulitpada-manusia-beserta.html>
43
26. Baby Skin, 2015, photograph, viewed 08
January 2017
<http://kesehatan-bayi-barulahir.blogspot.co.id/2015/08/karakteristik-bayibaru-lahir.html>
44
Download