KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat. Pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi status gizi balita, pendidikan rendah menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah gizi balita. Selain itu umur dan pekerjaan ibu secara tidak langsung juga mempengaruhi status gizi balita. Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak. Ibu yang masih muda lebih mementingkan kepentingannya sendiri dibandingkan kewajibannya untuk mengasuh anak. Hal ini menyebabkan secara kualitas dan kuantitas pengasuhan yang dilakukan kurang terpenuhi. Ibu yang bekerja juga memiliki perhatian yang kurang terhadap anak karena disibukkan dengan pekerjaannya (Hurlock 1998). Besarnya keluarga termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita, jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga besar tersebut (Suhardjo dkk 1988). Keluarga yang memiliki anak maksimal dua orang mempunyai anak dengan status gizi lebih baik daripada keluarga yang memiliki lebih dari dua anak. Pendapatan keluarga juga mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga. Keluarga dan masyarakat yang penghasilannya rendah, lebih cenderung untuk membeli bahan pangan, dan makin tinggi penghasilan seseorang maka menurun bagian penghasilan yang digunakan untuk membeli bahan pangan atau makanan (Suhardjo 1989a). Pengetahuan gizi ibu juga terbukti berhubungan dengan status gizi dalam penelitian Gabriel (2008). Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama 2000). Semakin bertambah pengetahuan gizi ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo dkk 1988). Kurangnya 32 pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2008). Faktor-faktor yang berkaitan langsung terhadap status gizi adalah perilaku Kadarzi. Perilaku Kadarzi berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi ibu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu maka semakin baik perilaku Kadarzi. Faktor lain yang berkaitan langsung terhadap status gizi adalah ketahanan pangan dan perilaku hidup bersih. Aktifitas ibu secara tidak langsung dapat berkaitan terhadap status gizi yang tergantung kepada kecukupan konsumsi zat gizi. Oleh karena itu, diharapkan bahwa dengan pengetahuan gizi ibu yang baik serta perilaku Kadarzi yang baik akan berdampak baik bagi masyarakat. 33 Karakteristik keluarga: • Besar keluarga • Pendapatan per kapita Karakteristik ibu: • Umur • Pendidikan • Pekerjaan Ketahanan pangan keluarga Pengetahuan gizi ibu Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat Perilaku keluarga sadar gizi • Makan beraneka ragam • Penimbangan rutin BB balita • Penggunaan garam beridium • Pemberian ASI eksklusif • Suplementasi gizi Konsumsi zat gizi balita Keterangan :Variabel tidak diteliti : Variabel yang diteliti : Hubungan tidak diteliti : Hubungan diteliti Gambar 2 Kerangka pemikiran STATUS GIZI BALITA (BB/TB, TB/U, BB/U) Status kesehatan anak