ABSTRAK Gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Anak merupakan kelompok rawan gizi. Diusia ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Ibu merupakan orang yang memiliki peran untuk memenuhi asupan gizi anaknya. Tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi status gizi anak. Miniriset ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita di Jalan Kampar, Uni Kampung, Medan Belawan Sumatera Utara. Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode Kualitatif. Jenis penelitian survei analitik observasional dengan waktu cross-sectional pendekatan, jumlah sampel sebanyak 6 responden dengan pengambilan sampel bertingkat,teknik pengambilan sampel acak (wawancara,observasi lapangan). Hasil miniriset menghasilkan pengetahuan ibu tentang gizi dengan kategori cukup sebanyak 20%, dan kurang 60%. Jadi dari 6 responden hanya 2 responden yang memiliki pengetahuan tentang gizi pada anak yang dikategorikan cukup dan 4 lainnya dikategorikan kurang mengetahui gizi pada anaknya. Miniriset ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak. KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan mini riset yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Anak”. Tujuan laporan mini riset ini yang utama untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen pengampu Ibu Dr. Nefi Darmayanti, M.Si, mata kuliah Promosi Kesehatan. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Kami juga ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan laporan ini. Semoga mini riset ini bisa memberikan sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi para pembaca. Medan, Desember 2019 Penulis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 .Pengetahuan Gizi Ibu Gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu dan membangun proses pertumbuhan yang baik dan optimal. Keadaan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yang ditentukan dari kualitas dan kuantitas zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Pengetahuan berhubungan dengan masalah kesehatan terutama status gizi akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Seseorang yang berpengetahuan kesehatan baik dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang memungkinkan terjadinya serta dapat dicari pemecahannya ( Suhardjo dalam Himawan, 2006). Bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengeyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Suhardjo, 2003). Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996) Tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu dan anaknya juga baik ( Siswanto, 2010). 2.2 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan (knowledge) adalah suatu hal yang berasal dari pancaindra dan pengalaman yang telah diproses oleh akal budi dan timbul secara sepontan. Sedangkan untuk sifat dari pengetahuan itu sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu spontan, intuitif, dan subjektif. Selain itu pengetahuan juga bersifat benar karena sesuai dengan realitas yang ada (Suryana, 2015), menurut Surjaweni (2014) pengetahuan merupakan suatu landasan berfikir manusia dalam melakukan suatu hal yang berkaitan dengan pencarian jawaban atas pertanyaan yang ada, seperti berkaitan dengan status gizi anak atau balita. 2.3 Gizi a. Pengertian Gizi Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya (Almatsier, 2002). Gizi merupakan suatu proses organisme dalam menggunakan bahan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001). b. Bahan Makanan Bahan makanan sering juga disebut bahan pangan, adalah apa yang kita makan dan konsumsi, misalnya : nasi, sayur, buah, daging, dll. Dalam susunan hidangan Indonesia, berbagai jenis bahan makanan dapat dikelompokkan ke dalam: 1. Bahan makanan pokok. 2. Bahan makanan lauk pauk. 3. Bahan makanan sayur. 4. Bahan makanan buah – buahan (Almatsier, 2002). Susunan hidangan yang mengandung keempat jenis kelompok bahan makanan tersebut, masing – masing dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan badan, dikenal oleh para ahli gizi di Indonesia sebagai susunan ”Empat Sehat”, jika ditambah dengan susu dalam jumlah yang mencukupi, menjadi ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Susunan ”Empat Sehat Lima Sempurna” ini terutama ditujukan bagi anggota masyarakat yang disebut kelompok rawan gizi (bayi, balita, ibu hamil dan menyusui) (Soediatama, 2000). Slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna” merupakan bentuk implementasi PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). PUGS diwujudkan dalam bentuk ”Pesan Dasar Gizi Seimbang”, yang pada hakikatnya merupakan perilaku konsumsi yang sehat untuk bangsa Indonesia (Almatsier, 2002). c. Zat Makanan Setelah dikonsumsi di dalam alat pencernaan, bahan makanan diurai menjadi berbagai zat makanan atau zat gizi. Zat makanan inilah yang yang diserap melelui dinding usus masuk ke dalam cairan tubuh. Fungsi zat – zat makanan secara umum adalah : 1) Sebagai sumber energi atau tenaga (karbohidrat, lemak, protein). 2) Menyokong pertumbuhan badan. 3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak (protein). 4) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan misalnya keseimbangan air, keseimbangan asam-basa dan keseimbangan mineral di dalam cairan tubuh (vitamin dan mineral). 5) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit, misalnya sebagai antioksidan dan antibodi lainnya. (Soediatama, 2000). 2.4 Status Gizi a. Pengertian Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier, 2002). b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004). 2. Statistik Vital Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). 3. Faktor Ekologi Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2005). 2.3 . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi a. Pengetahuan Gizi Ibu Bila pengetahuan tentaang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengeyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Menurut Suhardjo (2003), bila ibu rumahtangga memiliki pengetahuan gizi yang baik maka ia akan mampu memilih makananmakanan yang bergizi untuk dikonsumsi. Aspek-aspek pengetahuan gizi diantaranya pangan dan gizi (pengertian, jenis, fungsi, sumber, akibat kekurangan), pangan / gizi bayi (ASI, MP ASI, umur pemberian, jenis), pangan dan gizi balita, pangan dan gizi ibu hamil, pertumbuhan anak, kesehatan anak serta pengetahuan tentang pengasuhan anak. Kurangnya pengetahuan gizi mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari- hari dan merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 2002). b. Pendidikan ibu Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak-anaknya, dan sangat menentukan dalam pemilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarga. Pendidikan gizi ibu berperan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan ibu tinggi (Depkes RI, 2000). c. Pemberian Makanan Terlalu Dini Dilihat dari sudut pandang kematangan fisiologis dan kebutuhan gizi, pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum usia 4 bulan biasanya sering dilakukan sehingga mengundang resiko, seperti bayi akan mudah terkena diare/penyakit-penyakit lain (Akre, 1993). Sebelum bayi berusia 4 bulan, bayi belum siap untuk menerima makanan semi padat juga makanan yang belum dirasa perlu, sepanjang bayi tersebut masih tetap memperoleh ASI, kecuali pada keadaan tertentu. Di usia ini produksi dari enzim-enzim pencernaan terutama amilase masih rendah. Biasanya makanan yang diberikan diusia tersebut mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dari ASI sehingga dapat merugikan bayi (Akre, 1993). d. Kesehatan Lingkungan Kurang energi protein merupakan permasalahan ekologis dimana tidak saja disebabkan oleh ketidakcukupan ketersediaan pangan atau zat- zat gizi tertentu tetapi juga dipengaruhi kemiskinan, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan ketidaktahuan ibu terhadap gizi (Suhardjo, 1996). Sebagian besar penduduk umumnya mengkonsumsi makanan secara terbatas dan hidup di lingkungan yang kurang sehat sehingga resiko bayi yang mendapat ASI dan mendapat makanan pelengkap terlalu dini adalah penyakit diare. Terbukti ditemukannya sejumlah bakteri pada makanan. Faktor kontaminasi tangan oleh mikrobakteri juga menyebabkan diare. Kualitas dan kuantitas air merupakan faktor penting penentu morbiditas pada anak balita (Akre, 1993). 2.5 Anak Anak merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan gizi karena dalam saat seperti ini anak sangat membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.Untuk mendapatkan gizi–gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang (Devi, 2012). 2.6 Penelitian Terkait Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Anak Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian sebelumnya yaitu yang mengacu pada jurnal yang ditulis oleh Miftahul in’am tahun 2016 berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Denga Status Gizi Anak Di Bawah 5 Tahun Di Posyandu Wilayah Kerja Pusyandu Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Surakarta”. Penelitian dilaksanakan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Nusukan Surakarta Februari 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan menggunakan 47 sampel ibu berserta balita. Instrumentasi penelitian menggunakan, BB, TB, Umur, dan nilai Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Perbaikan Status Gizi Anak Balita. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS for Windows 17 dan dianalisis secara statistik dengan uji chi square. Berdasarkan hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan status gizi anak di bawah 5 tahun dengan nilai p< 0,001. Terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dengan status gizi anak di bawah 5 tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Surakarta. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dengan status gizi anak di bawah 5 tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Surakarta. 2.7 Kerangka Teori Tingkatan pengetahuan ibu tentang gizi balita Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Factor internal a. Umur b. IQ (Intelegency Quotien) 2. Factor external a. Pendidikan b. Ekonomi c. Informasi d. Social budaya e. Pekerjaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tahu Memahami Aplikasi Analisa Sintesis Evaluasi Tingkatan pengetahuan : 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang Pengetahuan ibu tentang gizi balita : 1. Definisi gizi 2. Bahan makanan sebagai sumber gizi 3. Cara pengolahan bahan makanan yang baik Skema 3.1 Kerangka teori pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada anak 3.2 Kerangka konsep penelitian Karakteristik ibu : 1. 2. 3. 4. Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Ibu yang bertempat tinggal di Jalan Kampar, Uni Kampung, Medan Belawan Sumatera Utara Pengetahuan ibu mengenai : Tingkat pengetahuan : 1. Definisi gizi 2. Bahan makanan sumber gizi 3. Cara pengolahan makanan 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang 3.2 Skema kerangka konsep penelitian pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada anak di Jalan Kampar, Uni Kampung, Medan Belawan Sumatera Utara Pada penelitian ini tidak mencari korelasi atau hubungan antar variabel tetapi hanya mecari karakteristik gambaran dari tingkat pengetahuan ibu sehingga pada penelitian ini hipotesis berupa jawaban atas satu variabel saja sehingga pada penelitian ini hipotesis berupa pengetahuan ibu tentang gizi anaknya dengan mengkategorikan pengetahuan baik, cukup, dan kurang.