APLIKASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PEMBENIHAN PERIKANAN AIR TAWAR Oleh: Dian Bhagawati Fakultas Biologi UNSOED Kampus UNSOED Kamngwangkal Purwokerto E- ma i I : b hagawatlunsoe d@ya ho o.c o m A. Pendahuluan Potensi lahan perikanan budidaya di lndonesia cukup besar dan didukung oleh kondisi alam yang mempunyai kefagaman fisiografis yang menguntungl€n untuk akuakultur. Suhu air wilayah tropis yang relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun memungkinkan kegiatan budidaya berlangsung sepanjang tahun. Tipologi bentang lahan dan pesisir yang beragam memberi peluang untuk pengembangan komoditas budidaya yang beragam pula (Nurdjanah dan Rakhmawati, 2006). Selain itu, budidaya lkan di bidang perikanan memiliki potensi strategis dalam mendukung salah satu tujuan pembangunan kelautan dan perikanan, yaitu sebagai salah satu usaha meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan. Pencapaian tujuan tersebut ditandai dengan meningkatnya : a) peran sektor kelautan dan perikanan terhadap pertumbUhan €kOhdmi nasional; b) kapaSitaS sentra-sehtra produksi kelaUtah dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan; dan c) pendapatan masyarakat di sektor kelautan dan perikanan (KKP, 2012). Akan tetapi potensi geografis yang telah dimiliki tidak akan bermanfaat secara oplimal bila tidak didukung dqngan penguasaan keterampilan yang memadai dari pelaku budidaya ikan. Oleh karena itu, pelaku budidaya perlu terus dibekali dengan berbagai keterampilan yang mendukung usahanya agar tujuan pengembangan sistem pembudidayaan dapattercapai. MenurutSukadi (2002), tujuan pengembangan sistem pembudidayaan ikan adalah: {a) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan; (b) meningkatkan mutu produksi dan produktifitas usaha perikanan budi-daya untuk penyediaan bahan baku industri perikanan dalam ekspor hasil perikanan budidaya dan memenuhi kebutuhan konsumsi ikan masyarakat; serta (c) meningkatkan upaya perlindungan dan nege6i, meningkatkan rehablfitasi sumberdaya perikanan budidaya, B. Teknologi Tepat Guna Untuk Pembenihan lkan Air Tawar Upaya pengembangan sistem pembudidayaan dapat dilakukan bio.unsoed.ac.id dengan memperhatikan potensi sumberdaya lahan, pemahaman terhadap faktor kelayakan budidaya, tingkatan teknologi budidaya dan pemanfaatan plasma nutfah ikan budidaya (Sukadi, 20OZ). Beberapa teknologi tepat guna bidang perikanan telah dihasilkan oleh berbagai pihak, yang tujuannya antara lain untuk memudahkan penanganan dan pengelolaan serta meningkatkan produksi, sehingga pelaku budidaya tinggal memilih yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Apabila disesuaikan dengan tahapan kegiatannya, maka aplikasi teknologi tepat guna dapal diterapkan mulaidari pengefqlaan induk, telur, larva maupun benih, 1. Pengelolaan lnduk Tahapan awal dalam kegiatan pembenihan ikan adalah melakukan seleksi calon induk yang akan dipijahkan. Menurut Gustiano et. al. (2008), kegiatan pemuliaan yang saat ini sedang berkembang pesat di lndonesia adalah kegiatan seleksi individu dan seleksi famili, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fenotip individu. Perbaikan sifat ini mengarah pada perbaikan pertumbuhan. Tave (1995), menyatakan bahwa kegiatan pembiakan selektif diantaranya seleksi individu dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas fenotip. Kualitas fenotip yang ingin ditingkatkan meliputi pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, dan rasio konversipakan. Tujuan utama dari kegiatan seleksi adalah untuk menghasilkan induk yang memiliki pertumbuhan yang baik sehingga sifat unggul tersebut akan diturunkan ke anakan yang dihasilkan. Pertumbuhan yang baik lebih ditekankan pada peningkatan bobot. Tolok ukur utama keberhasilan kegiatan pemuliaan adalah peningkatan bobot ikan yang nyata. Peningkatan bobot ini dapat dilihat dari nilai genetic gain yang didapat (Apriliza, 2012). Seleksi induk ikan secara sederhana dapat dilakukan berdasarkan sejarah asulusulnya dan tampilan tubuhnya (pertormans). Penelusuran sejarah asal-usul induk ikan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya silang dalam (inbreeding), karena pemijahan yang dilakukan dengan menggunakan induk yang berkerabat dekat akan menghasilkan keturunaR dengan keragaman genetik yang rendah. Cara seleksi induk yang mudah dilakukan oleh pelaku budidaya ikan, antara lain adalah dengan mengamati adanya abnqrmalitas dan asimetri pada tubuh calon induk. Menurut Wilkins ef a/ (1995), keadaan tersebut dapat diketahui dengan adanya perbedaan bentuk, ukuran, jumlah dan ciri-cirimorfologiyang lain pada organ tubuh berpasangan, antara organ bagian kiri dan bagian kanan. Cara tersebut juga telah diadosi oleh Nurhidayat (2000) untuk menyeleksi induk ikan lele serta oleh Bhagawati dan Abulias QAAT), untulr menyeleksi induk ikan gurami. bio.unsoed.ac.id Apabila induk telah lolos seleksi secara morfologi, maka langkah selanajutnya adalah melakukan Seleksi terhadap tingkat kematangan gonadnya. lndUk yang dipilih hendaknya sudah siap memijah, yang dapat diketahui dengan cara melakukan pengurutan terhadap bagian perut secara perlahan ke arah lubang pengeluaran telur/sperma. lnduk betina yang telah siap memijah akan mengeluarkan telur yang telah matang, yang antara lain dirikan dengan keadaan butiran telur yang telah terpisah (tidak menggumpal), sedangkan pada induk jantan akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu. Akan tetapi, apabila kematangan gonad induk belum optimal, maka dapat dilakukan induksi pematangan ganad dengan eara menyuntikkan hqn'!'!on, baik yqng alamimaupun sintetis. Selama proses pematangan gonad, induk dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina, untuk menghindari terjadinya pijah liar. Selain itu, selama pemeliharaan perlu diberi pakan berprotein tinggi dan rendah lemak. Media pemeliharaannya juga harus selalu diperhatikan, terutama kebutuhan oksigennya, yang dapat dilakukan dengan pemberian aerasi. Sarana pemijahan perlu dipersiapkan, terutama untuk jenis-jenis ikan yang memerlukan suatu media untuk meletakkan telurnya. Misalnya perlu disediakan kakaban untuk BemUahan ikan le!e, tempat dan bahan carang untuk ikan gurami, certa sarana lainnya uantuk ikan jenis lain. 2. Pengelolaan lnkubasidan Penetasan Telur Telur ikan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda tergantung jenis ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain menempel pada substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung dalam di perairan. sebagai contoh: ikan mas, lele, dan ikan patin memiliki sifat telur menempel pada substrat, sedangkan ikan gurame terapung di permukaan air. Selain itu beberapa telur ikan memiliki perekat sepertitelur ikan mas, lele, patin koi, keki dan sebagainya, $edangkan telur ikan bawal, grasscarp, nila, gurame, tawes tidak memiliki perekat. Selain itu, proses penetasan telur juga bermacam-macam. Di alam, penetasan telur ikan nila dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan telur ikan arwana dierami oleh induk ikan jantan. Sedangkan telur ikan gurame menetas didalam sarang tetapi dijaga dan dirawat ohh induknya. Teluf Udang dierami pada bagiah perUt. Keberhasilan penetasan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dari dalam diantaranya adalah kerja mekanik dari aktivitas larva sendiri maupun dari keria enzimatis yang dihasilkan oleh telur. Sedangkan faktor luar atau lingkungan yang mempengaruhi penetasan telur antara lain suhu, kelarutan oksigen, intensitas cahaya, pH dan salinitas. bio.unsoed.ac.id Proses penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena pada suhu yang tinggi proses metabolisme berjalan lebih cepat sehingga perkembangan embrio juga akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan embrio dalam cangkang yang lebih intensif. Namun suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat proses penetasan, bahkan suhu yang terlalu ekstrim atau berubah secara mendadak dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan. Berdasarkan karakteristik serta sifat telur yang beragam, maka teknologi tepat guna yang diterapkan untuk mendukung F)reses inkubasi dan penetacan harus disesuaikan dengan jenis ikannya. Salah satu kunci keberhasilan proses penetasan ikan adalah menjaga agar suhu media inkubasi berada pada kondisioptimal dan untuk masing-masing jenis ikan nilai optimalnya berlainan. Aplikasi corong inkubasi serbaguna telah dilakukan oleh Bhagawati et al (2010) untuk optimasi penetasan ikan nilem, sedangkan pada tahun 2014 untuk optimasi penetasan telur ikan gurami. Alat sederhana tersebut sangat membantu dalam memproduksi benih pada saat musim dingin. 3. Pengelolaan Larva Larva (berasal dari bahasa Latin: laruae) adalah bentuk muda (juvenite) pada hewan yang perkembangannya melaluimetamorfosis. Sebagian besar perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif, Hari ke dua mulut mufai terbuke dan mufai berusaha, memacuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya telah menipis, yaitu tinggal 2*3oo/o dari volume awal. Selama cadangan makanan bawaan lahir masih ada, maka larva tidak perlu mendapatkan pakan tambahan. Namun apabila cadangan makanannya mulai menipis maka larva harus dilatih untuk mendapatkan pakan tambahan. Pakan tambahan yang pertama untuk larva hendaknya disesuaikan dengan kondisinya yang masih sangat lemah. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva serta kemampuannya dalam memanfaatkan pakan. Larva mem,erlukan banyak energi dalam u$ahanya men€an makan pertamanya, karena { kemampuan berenangnya yang masih terbatas, sehingga sebaiknya pemberian pakan pertama untuk larva yang dibudidayakan mengandung energi yang cukup guna memenuhi kebutuhan perkembangannya. Jenis pakan tambahan yang diberikan untuk larva sebaiknya adatah pakan alami. Mengihgat pakan alami memitiki k-hduhgan proteih yang tinggi dan bngkap. Persyaratan pakan yang diberikan pada larva ikan adalah memiliki kandungan protein yang tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mutut larva, mudah dicerna, gerakan bio.unsoed.ac.id lambat dan mudah diperoleh. Ukuran bukaan mulut pada larva ikan tidak sama, tergantung jenisnya, selain itu umur atau saat pertama membutuhkan pakan tambahan juga berbeda-beda, sehingga jenis pakan yang diberikan juga berbeda. Fase larva pada ikan merupakan tahapan yang paling kritis, terutama sangat rentan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan. Upaya yang dapat ditempuh untuk menghindari terjangkitnya penyakit, maka wadah pemeliharaan larva harus dibersihkan dan disanitasi terlebrh dahulu, Mengingat Wadah pemeliharaan merupakan sarana utama masuknya penyakit dan dengan sanitasimaka hama serta penyakit yang menempel pada permukaan dinding bak akan mati, sehingga kemungkinan terjangkitnya penyakit akan lebih kecil. Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen atau bahan lain sampai kotoran yang menempel bersih, kemudian dibilas menggunakan air tawar hingga bersih. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama 2-3 hari. Pengeringan atau penjernuran dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga w.adah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi, serta mematikan organisme penyebab penyakit yang masih menempelatau tersisa. Selain pemberian pakan pertama dan mengelola media pemeliharaan, teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan pada larva adalah dengan melakukan alih kelamin (sex reversal) atau pengarahan kelamin dengan pemberian hormon pada pakan atau dengan cara perendaman. Menurut Hunter dan Donaldson (1983) pemberian hormon sangat bergantung pada interval waktu perkembangan gonad, yaitu pada saat gonad berada dalam keadaan labil untuk dipengaruhi hormon. Hal ini berhubungan dengan fungsi hormon steroid yang bekerja sebagai perangsang defferensiasi, sehingga pemberian hormon harus dilakukan bersamaan dengan waktu defferensiasi, Sedangkan Carman dan Alimuddin, (1998) berpendapat bahwa teknik sex reversa/yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan fase terjadinya defferensiasi kelamin. Apabila defferensiasi kelaminterjadisebelum ikan mampu memanfaatkan pakan dari luar, maka dilakukan dengan cara perendaman. 4. a. { Pengelolaan Benih Cara Tradisional Pemeliharaan benih atau pendederan ikan merupakan kelanjutan kegiatan pemeliharaan larva. Pemeliharaan benih dapat dilakukan secara secara tradisional, semi intensif dan intensif. Pemeliharaan secara tradisional merupakan cara yang dilakukan secara turun temurun dan biasanya lebih banyak tergantung alam. Persiapan bio.unsoed.ac.id kolam hanya dilakukan dengan membersihkan kolam dari rumput dan kotoran lainnya tanpa pemupukan dan pengapuran. Kolam yang telah selesaidibersihkan langsung diisi air. Konstruksi kolam tradisional terbuat dari tanah , pematang merupakan tumpukan tanah, belum memperhitungkan tinggi serta lebar dasar pematang, dan pipa pemasukan serta pengeluanan terbuat dari bambu. Penebaran benih dilakukan seadanya tanpa memperhitungkan luas kolam, daya dukung kolam, ukuran benih ikan, debit air dan sebagainya. Pemberian pakan benih ikan secara tradisional hanya mengharapkan pakan alamiyang tersedia di kqlam, Pembenan pakan tambahan biacanya berupacisa dapur yang berupa sayuran, sisa nasi dan sebagainya. Pendederan benih ikan secara tradisional tidak melakukan penjarangan atau sortir ukuran benih ikan. Benih ikan yang telah dipelihara dibiarkan sampai besar. Dengan demikian mortalitas akan lebih tinggi, selain itu ukuran ikan juga akan sangat bervariasi. b. ikan Cara Semi-intensif Pemeliharaan benih ikan (pendederan) secara semi intensif merupakan perbaikan pembenihan ikan secara tradisional. Pada prinsipnya, pemeliharaan benih ikan $ecara semi intensif telah berorientasi mendapatkan keuntungan bahkan cudah cenderung sebagai profesi. Pada pemeliharaan benih ikan secara semi intensif, mulai dari persiapan wadah sampai pemanenan sudah lebih baik dibandingkan pemeliharaan secara tradisional. Persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam, pemupukan dan pengapuran, dan pengisian air kolam. Pengeringan dasar kolam pendederan bertujuan untuk membasmihama dan penyakit dan mengoksidasi gas beracun yang terdapat di dasar kolam. Gas beracun yang terdapat di dasar kolam berasal dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ikan, sisa pakan, lumpur/kotoran yang terbawa air masuk dan mengendap di dasar kslam dan sebagainya. Pada pemeliharaan ikan secara semi intensif, dilakukan pengolahan dan pemupukan dasar kolam, tujuan pengolahan untuk menggemburkan dasar kolam dan meningkatkan kesuburan kolam. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam sehihgga tersedia pakah alami bagi benih { ikah. PupUk yan$ dit€baf di kolam pendederan berupa pupuk kandang maupun pupuk kimia. Pupuk kandang dapat berasal dari pupuk kandang ayam, domba atau sapi. Dosis pupuk kandang yang ditebar sebanyak 0,2-0,3 kg/m2. Pemupukan dapat dilakukan dua cara yaitu ditebar merata di dasar kolam dan ditumpuUdigundukkan pada salah satu bagian dasar kolam. Pemeliharaan benih ikan secara semi intensif, diawali dengan penebaran di bio.unsoed.ac.id kolam, yang tingkat k€padatannya telah ditetapkan S€b€lumnya. Penentuan padat tebar, diawali dengan memperhitungkan daya dukung kolam. b€nih ikan ikan secara intensif, penebaran benih ikan dilakukan apabila warna air kolam pemeliharaan sudah mengalami perubahan dari bening menjadi hijau kecoklatan. Wama air hijau kecoklatan tersebut pertanda bahwa pakan alami sudah tumbuh dan benih sudah siap ditebar. Didalam proses penebaran benih tersebut perlu ditentukan waKu penebaran, padat penebaran, keseragaman Pada pemeliharaan ukuran benih dan teknik penebaran, Trdak semua kelam memiliki daya dukung yang sama, sehingga padat tebar kolam juga berbeda-beda. Untuk mengetahui daya dukung kolam, perlu menghitung jumlah planton baik fitoplanton maupun zooplanton dalam kolam dengan mengambil sampel air kolam. Selain itu parameter daya dukung lainnya adalah kualitas air khususnya oksigen terlarut, pH , suhu, kecerahan, amonium dan sebagainya. Penebaran benih ke dalam kolam diawali dengan aklimatisasi, yang bertujuan untuk menyesuaikan benih ikan pada lingkungan baru. Pada pembenihan ikan secara semi intensif, pemberian pakan benih di kolam bertujuan untuk meningkatkan survival ratp, Pertumbuhan dan menjaga kualitas benih, Qara Femberian F?ken benih ikan di kolam dilakukan dengan menebar ke seluruh kolam. Pakan yang diberikan berbentuk tepung dengan kadar protein 2V 40 %. Pemberian pakan dengan cara menebar ke seluruh kolam tersebut dilakukan selama bentuk pakan benih ikan dapat di 2 minggu, selanjutnya tingkatkan menjadi remah atau crumble. Hal ini karena ukuran benih ikan sudah lebih besar sehingga bukaan mulutnya sudah lebih besar. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan secukupnya. Jika benih ikan telah kenyang, pakan benih ikan di hentikan. Benih ikan yang telah kenyang di tandai dengan agresifitas benih terhadap Bakan berkurang dan sebanyak benih ikan telah meninggalkan lokasi pemberian pakan. 75 oh total Salah satu yang membedakan pemeliharaan benih ikan secara tradisional dan semi intensif adalah tahapan pendederan. Pada pemeliharaan ikan secara semi intensif terdapat tahapan pendederan yaitu pendederan 1, Z, 3 dan scFrusnya. Pada tahapan pehdederen tersebut dilakukah juga penyortiran (graddinE) berdasarkan ukuran benih ikan. Benih ikan yang memiliki ukuran yang sama dipelihara pada kolam yang sama. Selain itu pendederan benih ikan dilakukan dengan menjarangkan pada penebaran benih ikan. Penjarangan tersebut karena ukuran ikan lebih besar dan membutuhkan lingkungan baik kualitas air dan pakan lebih yang baik. bio.unsoed.ac.id c. Cara lntensif Pemeliharaan benih ikan secara intensif dapat dilakukan di kolam atau di bak. Apabila pemeliharaan dilakukan di kolam faktor lingkungan, sulit dikontrol, tetapi bila pemeliharaan di khususnya kualitas air bak, faktor lingkungan dapat dikontrol dengan baik. Prinsip Bendederan benih ikan adalah upaya membuat benih ikan hidup nyaman sehingga memiliki pertumbuhan lebih optimal. Agar benih ikan hidup nyaman, maka lingkungan kolam harus dibuat sesuai dengan kebutuhan benih ikan. Lingkungan benih ikan terdiri dari kualitas air yang baik, pakan benih, bebas dari hama penyakit. Kualitas air yang baik untuk benih ikan adalah suhu 27-30oC, pH 7, amoniak < O,O1 ppm. Pakan benih yang baik adalah memiliki ukuran lebih kecil dari bukaan mulut benih ikan seperticacing sutra, daphnia, moina infusiria dan sebagainya. Benih ditebar pada pagi atau sore hari saat suasana teduh untuk menghindari fluktuasi suhu yang panas, sehingga benih yang ditebarkan tidak mengalamistress. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses penebaran adalah aklimatisasi suhu yang merupakan proses adaptasi benih tefiadap lingkungan yang baru. Apabila benih didatangkan dari lokasi yang cukup jauh dan dikemas dengan menggunakan kantong plastik, maka proses aklimatisasidilakukan dengan cara memasukkan kantong pengangkutan benih tersebut ke dalam kolam, diamkan selama 5-10 menit, kemudian kedalam kantong ditambakan air yang diambil dari kolam di dalam pemeliharaan benih yang baru sedikit demi sedikit, hingga kondisi suhu air kantong plastik same dcngan suhu air yang ada di dalam kolam. Pakan merupakan faktor yang menentukan dalam pemeliharaan benih ikan. Mengingat fungsi organ pencemaannya masih dalam tahap perkembangan, ukuran bukaan mulutnya yang kecil, gerakan tubuh/berenang yang masih sangat terbatas, dan dengan kondisi saluran pencernaan yang sangat sederhana, benih dipaksa untuk memburu, memangsa dan mencerna makanannya. Pakan yang diberikan kepada benih ikan hendaknya memiliki kandungan protein tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut, gerakan lambat dan mudah dicerna. Kriteria pakan tersebut harus memenuhi persyaratan: 1) ukurahhya kecil, lebih kecil dari bukaah mulut larva 2', pakan tersebut adalah pakan hidup yang bergerak untuk memudahkan larva/benih dalam mendeteksi dan memangsa pakan 3) mudah dicerna dan mengandung nutrisiyang tinggi Frekuensi pemberian pakan adalah berapq kali pakan ygng dibgrikan pada benih bio.unsoed.ac.id ikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan. Umumnya semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin jarang atau kurang. lkan kecil sebaliknya diberi pakan lebih sering dibandingkan ikan besar. Frekuensi pemberian pakan benih ikan berkaitan dengan laju evakuasi pakan di dalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis ikan yang dibudidayakan, serta suhu air. Cara pemberian pakan untuk benih ikan yang masih kecil, dengan menyebarkannya $eeara merata 4i sgluruh pen'lukaan air, Pakan dalam bentuk tepung dan remah dapat diberikan dengan cara ditabukan menggunakan tangan. Penaburan pakan dengan tangan harus memperhatikan arah angin. Pelet untuk ikan-ikan besar diberikan dengan keadaan yang tetap, baik tempat maupun waktunya. Dengan waktu dan tempat yang tetap itu maka benih ikan akan terbiasa untuk menunggu pakan di tempat tersebut pada waktu-waktu tertentu. Pakan diberikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kebiasaan ikan dalam memakan pakan yang disediakan. Apabila kira.kira 30% dari jumlah ikan yang ada sudah tidak mau lagi menyambar pakan yang dilemparkan maka pemberiannya segera dihentikan, Didalam budidaya ikan intensif, pemberian pak€n harus tepa-t jumlahnya, pemberian pakan yang berlebihan dapat mengakibatkan air media tercemar, dasar kolam cepat kotor, serta pemborosan. Sebaliknya, jika pemberian pakannya kurang dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan bervariasi, pertumbuhan terhambat, daya tahan tubuh menurun, serta terjadi kanibalisme. Didalam budidaya intensif, pemeliharaan benih dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teknik bioflok. Menurut Avnimelech (2007); de Schryver & Verstraete (2009), teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam mengatasi masalah kualitas air dalam akuakultur, yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik $eeara konvensional, Prinsip utama yang diteraBkan dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang didasarkan pada kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat di dalam air. G. Penutup { Produksi benih ikan berperan dalam keberhasilan kegiatan pembesaran ikan. Kualitas benih ikan berpengaruh terhadap perkembangan ikan pada saat pembesaran ikan. Selain itu, kegiatan pembehihah ikah akan befp€rah teihadap iekayasa gehetik ikan sehingga dapat menghasilkan strain ikan yang baru. Siklus produksi benih ikan dalam suatu periode usaha pembenihan ikan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan pada setiap sub kompetensi pembenihan ikan. Sementara itu, setiap jenis ikan memiliki sifat dan kebiasaan berbeda, baik dalam pemijahan, pakan dan habitat, oleh karena itu bio.unsoed.ac.id agar penerapan teknobgi tepat s€is€rlzm rnaka pembudidaya ikan hendaknya memiliki pemahaman terhadap perilaku setiap ienis ikan yang dikelolanya. DAFTAR PUSTAKA Apriliza, K.2012. Analisa Genetic Gain Anakan lkan Nila Kunti F5 Hasil Pembesaran I (D90150). Journal Of Aquacufture Management and Technology. 1(1):132-146. Avnimcleeh,Y.,2007, Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquacufture 2&,1 4O-1 47 Bhagawati, D dan M.N. Abulias. 2007. Karakter Meristik Bilateral dan Polimorfisme lsozim Sebagai Dasar Seleksi untuk Memproduksi Benih Gurami Unggul, Laporan Penelitian Fundamental. Fakultas Biologi UNSOED. Purwokefro Bhagawati, D.,M.N. Abulias., A. Nuryanto dan G.E. Wijayanti. 2010. lpteks Bagi Masyarakat untuk Perbaikan Teknologi Produksi Benih lkan Nilem dengan Corong lnkubasi Serbaguna. Laporan Program lpteks Bagi Masyarakat (lbM). Fakultas Biologi UNSOED. Purwokierto Bhagawati, D., dan F.N. Rachmawati.2014.|bM Pembudidaya lkan Gurami Desa Kertayasa Banjarnegara. Laporan Program lpteks Bagi Masyarakat (lbM). Fakultas Biologi UNSOED. Purwokerto Carman,O dan M. Alimuddin. 1998. Produksi lkan Cupang Jantan Saja. Publikasi pada Pelatihan Pembinaan Petani lkan Cupang dari Lima Wilayah DKI Jakarta di BBI Ciganjur. Bogor. de Schryver, P. and Verstraete, W. 2009. Nitrogen removalfrom aquaculture pond water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencin Hunter, G.A. and E.M. Donaldson. 1983. Hormonal Sex Control and lts Applications to Fish Culture.p:223-293 in W.S. Hoar, DJ. Randal and E.M. Donaldson, Eds. Fish Physiology. Vol.lXB. Academic Press. New York. Gustiano, R., Otong Taenal, A., E. Nugroho. 2008. Perbaikan Pertumbuhan lkan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur,3(2):98-106. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Visi, misi, Grand Strategy dan Sasaran Strategis KKP. Pusdatin. KKP. Jakarta. Nurhidayat, M. A., 2000. Fluktuasi asimetridan abnormalitas pada ikan lele dumbo (Clanas sp) yang berasaldan tiga daerah sentra pengembangan di Pulau Jawa. Thesis. Program Pascasarjana. lnstitut Pertanian Bogor. Parangin Angin, K. 2013. Teknik Pembenihan lkan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Nasional. Jakarta Sukadi, F.2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal lktiologi lndonesia Vol 2 (21:61-66. Wikins, N.P., E. Gosling, A. Curatolo, A. Linnane, C. Jordan and H.p. Courney. 19gS. Fluctuating asymmetry in Atlantic Salmon, European Trout and their hybrids, including triploids. Aquaculture . 1 37 :77 -85. bio.unsoed.ac.id 10