Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin Dan

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi
merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya,
sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan
ekonomi (Putong, 2003). Menurut Boediono dalam Marissa (2004), pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses pertumbuhan output per kapita jangka panjang
apabila ada kecenderungan output per kapita naik yang bersumber dari proses
intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu
sendiri), bukan berasal dari luar atau bersifat sementara. Hal ini berarti
pertumbuhan ekonomi bersifat self generating, artinya proses pertumbuhan itu
sendiri
menghasilkan
suatu kekuatan
atau
momentum bagi kelanjutan
pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya.
2.2.
Pengeluaran Pemerintah
Menurut Suparmoko (2000), pengeluaran pemerintah merupakan investasi
yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi dimasa-masa yang akan
datang. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan
bagi masyarakat. Selain itu pengeluaran juga merupakan penyedia kesempatan
kerja yang lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.
Sejak Orde Baru sampai dengan tahun 2004, pos belanja pemerintah dalam
APBN dibedakan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, yaitu
dengan sistem anggaran dual atau Dual Budgeting System (Abimanyu, 2005).
8
Pada hakekatnya yang dimaksud dengan anggaran belanja rutin adalah anggaran
yang dikaitkan dengan kegiatan yang sifatnya terus-menerus, sedangkan anggaran
belanja pembangunan dikaitkan dengan kegiatan yang sifatnya tidak terusmenerus dan ada akhirnya (Suparmoko, 2000). Pengeluaran rutin terdiri dari
belanja pegawai, belanja barang, pembayaran cicilan dan bunga utang, subsidi,
serta pengeluaran rutin lainnya, sedangkan pengeluaran pembangunan terdiri dari
pengeluaran untuk program pembangunan dan pengeluaran bantuan proyek.
Pada tahun 2005 pemerintah melakukan kebijakan perubahan format
belanja negara. Perubahan format belanja negara tersebut dilandasi oleh Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Perubahan yang
dimaksud adalah dengan menjalankan sistem penganggaran yang terpadu (unified
budgeting system), yaitu dengan menyatukan anggaran belanja rutin dan anggara
belanja pembangunan yang sebelumnya dipisahkan (Purwanto, 2006).
2.3.
Investasi Swasta
Menurut Sukirno (1991), investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli barang-barang modal dengan tujuan untuk mengganti dan
terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dalam konteks
makroekonomi, investasi merupakan pergerakan arus pengeluaran yang dapat
menambah stok modal secara fisik, seperti pembangunan pabrik dan kantor.
Investasi dalam identitas pendapatan nasional merupakan investasi rumah
tangga dan swasta, serta investasi pemerintah yang merupakan bagian dari
9
pengeluaran pemerintah (Mankiw, 2000). Investasi swasta di Indonesia terdiri dari
investasi domestik dan investasi asing. Investasi swasta domestik merupakan
penanaman modal yang dilakukan oleh pihak-pihak swasta di dalam negeri,
sedangkan investasi asing merupakan penanaman modal yang berasal dari luar
negeri yang meliputi semua pinjaman dan bantuan pemerintah dalam bentuk uang
dan barang.
Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Lailatussholiha (2005), investasi
merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis,
perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat (efek
jangka pendek) yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan
kerja. Kemudian investasi mendorong terjadinya akumulasi modal yang dapat
meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan
ekonomi (efek jangka panjang).
2.4.
Pekerja
Menurut konsep labour force approach atau pendekatan angkatan kerja,
pekerja tergolong ke dalam angkatan kerja yang bekerja dengan maksud
memperoleh pendapatan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus
menerus dalam seminggu sebelum pencacahan (Dumairy, 1996). Pekerja adalah
orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai
pekerjaan dan saat disensus atau disurvai memang sedang bekerja, serta orang
yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak
10
bekerja misalnya wanita karir yang sedang cuti melahirkan atau petani yang
sedang menanti panen.
2.5.
Inflasi
Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga secara umum yang
diakibatkan oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran di pasar.
Interaksi tersebut akan menghasilkan keseimbangan antara tingkat harga dan
jumlah output yang diminta dan yang ditawarkan di pasar.
Inflasi dapat terjadi melalui dua sisi, yaitu dari sisi permintaan (demand
pull inflation) dan sisi penawaran (cost push inflation). Inflasi dari sisi permintaan
(demand pull inflation) terjadi apabila secara agregat terjadi peningkatan terhadap
barang-barang dan jasa dalam memenuhi permintaan yang mendorong produsen
untuk menambah dana produksi dan menyebabkan pergeseran kurva permintaan.
Kondisi ini secara langsung dapat mengakibatkan inflasi, karena menyebabkan
naiknya harga output. Sebaliknya apabila secara agregat terjadi penurunan
penawaran terhadap barang dan jasa yang diakibatkan oleh meningkatnya biaya
produksi, maka terjadi pergeseran kurva penawaran yang secara potensial akan
mengakibatkan inflasi disertai kelesuan usaha dalam perekonomian, yang
ditunjukkan dengan menurunnya sejumlah output. Kondisi ini dinamakan cost
push inflation (Mankiw, 2000).
11
2.6.
Model Pertumbuhan
Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah modifikasi dari model
pertumbuhan yang digunakan oleh Kweka dan Morissey (2000). Mereka meneliti
tentang pengaruh pengeluaran sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi di
Tanzania dengan menggunakan data runtun waktu periode 1965-1996. Model
tersebut diterapkan untuk melihat pengaruh pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode
1975 sampai dengan 2004. Peneliti menggunakan model penelitian Kweka dan
Morissey karena model tersebut telah memenuhi syarat sebagai model
pertumbuhan dimana dalam variabel penjelasnya terdapat variabel kapital dan
tenaga kerja.
Persamaan atau model pertumbuhan yang digunakan Kweka dan Morissey
adalah sebagai berikut :
g = ao + a1 ( Ip / Y ) + a2 ( Ig / Y ) + a3 ( Hg / Y ) + a4 ( Cg / Y ) + e
dimana :
Y
= Gross Domestic Product (milyar),
Ip
= Investasi swasta (milyar),
Ig
= Pengeluaran investasi pemerintah (milyar),
Hg
= Pengeluaran investasi modal manusia pemerintah (milyar),
Cg
= Pengeluaran konsumsi pemerintah (milyar),
g
= Pertumbuhan ekonomi (ln Yt – ln Yt-1),
e
= Error.
(2.1)
12
Dalam penelitiannya, Kweka dan Morissey tidak mempunyai data jumlah
pekerja, oleh karena itu mereka menggunakan data pengeluaran investasi modal
manusia pemerintah sebagai proksinya. Namun dalam penelitian ini peneliti
mengganti variabel pengeluaran investasi modal manusia pemerintah dengan
pekerja. Hal tersebut dikarenakan menurut konsep labor force approach pekerja
mencerminkan angkatan kerja yang sebenarnya yang berpengaruh terhadap
perekonomian.
Selain itu peneliti mengganti variabel pengeluaran investasi pemerintah
(Ig) dan pengeluaran konsumsi pemerintah (Cg) dengan pengeluaran rutin
pemerintah dan pengeluaran pembangunan pemerintah. Hal tersebut dilakukan
karena pengeluaran rutin digunakan untuk kegiatan yang tidak produktif dan
cenderung mengarah kepada konsumsi, sedangkan pengeluaran pembangunan
mengarah kepada investasi. Kemudian peneliti juga memasukkan variabel inflasi
dalam model karena pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari adanya pengaruh
inflasi. Inflasi disebabkan oleh adanya interaksi permintaan dan penawaran di
pasar yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tingkat harga dan output.
2.7.
Penelitian Terdahulu
Kweka dan Morissey (2000), meneliti tentang pengaruh pengeluaran
sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania periode 1965-1996
dengan menggunakan data runtun waktu (time series) selama 32 tahun. Dasar
teori yang digunakan yaitu studi yang dilakukan oleh Barro (1990) yang dibangun
dari model yang dilakukan oleh Rati Ram (1986).
13
Dalam model penelitiannya digunakan empat variabel bebas, yaitu:
investasi swasta yang menggunakan data pembentukan swasta, pengeluaran
pemerintah yang produktif atau investasi fisik yang diproksikan dengan data
pengeluaran pembangunan atau modal total pemerintah, pengeluaran konsumsi
pemerintah yang merupakan jumlah pengeluaran pemerintah yang bersifat
konsumsi dikurangi pengeluaran di sektor pendidikan dan kesehatan, dan
pengeluaran modal manusia yang merupakan pengeluaran pemerintah di sektor
pendidikan dan kesehatan. Semua variabel yang digunakan menggunakan nilai riil
dengan menggunakan indeks harga konsumen tahun 1985. Metode analisis yang
digunakan yaitu metode Error Correction Model (ECM) dan pendekatan
kointegrasi Johansen serta Engel-Granger.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Kweka dan Morissey adalah
disatu sisi peningkatan pengeluaran produktif (investasi fisik) mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hubungan yang negatif
ini diperkirakan karena adanya ketidakefisienan investasi publik yang terjadi di
Tanzania pada periode penelitian. Namun di sisi lain, pengeluaran konsumsi
pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan pada waktu
tertentu berpengaruh pula terhadap konsumsi swasta. Kemudian ditemukan juga
bahwa tidak ada pengaruh pengeluaran publik dibidang modal manusia terhadap
pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta juga mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sihotang (2003), meneliti dampak kebijakan fiskal terhadap pendapatan
nasional di Indonesia periode 1969-2000. Peneliti menggunakan model persamaan
14
simultan dengan metode pendugaan parameter yang digunakan yaitu metode Two
Stage Least Square (TSLS). Persamaan simultan yang digunakan terdiri dari 14
persamaan termasuk persamaan identitas. Persamaan-persamaan tersebut yaitu
pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi, ekspor, impor, pendapatan nasional,
pendapatan disposibel, permintaan uang, penawaran uang, permintaan tenaga
kerja, penawaran tenaga kerja, tingkat pengangguran, laju inflasi, tingkat suku
bunga, dan tingkat upah. Selain mengestimasi persamaan-persamaan tersebut,
peneliti juga melakukan analisis simulasi kebijakan fiskal yaitu dengan
mengkombinasikan berbagai variabel fiskal dengan menggunakan data tahun
1969-2000 dimana persentase perubahan variabel fiskal tersebut disesuaikan
dengan rata-rata persentase perubahannya dari tahun 1969-2000. Variabelvariabel fiskal yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu:
1. Pengeluaran total yang terdiri dari subsidi, pengeluaran pembangunan,
pembayaran utang luar negeri beserta bunganya, belanja luar negeri
pemerintah, dan pengeluaran lain-lain.
2. Pengeluaran pembangunan yang merupakan bagian dari pengeluaran total.
3. Pengeluaran subsidi yang merupakan bagian dari pengeluaran total.
4. Penerimaan dari pajak total yang terdiri dari pajak ekspor, pajak impor (pajak
pertambahan nilai, bea masuk dan cukai), pajak bumi dan bangunan, pajak
penghasilan, serta penerimaan pajak lainnya.
5. Penerimaan dari bea masuk, cukai, dan pajak pertambahan nilai yang
merupakan bagian dari penerimaan pajak total.
15
6. Penerimaan dari pajak ekspor yang merupakan bagian dari penerimaan pajak
total.
7. Penerimaan dari migas.
Berdasarkan hasil estimasi dan validasi model ekonomi Indonesia dalam
penelitiannya secara umum variabel-variabel kebijakan fiskal kurang berpengaruh
terhadap pendapatan nasional, konsumsi, investasi, ekspor, impor, permintaan
uang, penawaran uang, permintaan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja, upah,
tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan pendapatan disposibel. Sedangkan
berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, kebijakan fiskal memiliki dampak
terhadap pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan inflasi di Indonesia.
Simulasi kebijakan fiskal selama tahun 1969 sampai dengan tahun 2000
menunjukkan bahwa kebijakan pengeluaran total pemerintah lebih dominan dalam
meningkatkan pendapatan nasional dibandingkan variabel-variabel kebijakan lain
terutama kebijakan penerimaan pajak total.
Sutriono (2006), meneliti tentang hubungan timbal balik antara
pengeluaran pemerintah dan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia periode
1970-2003. Metode yang digunakan adalah Granger Causality dan Vector
Autoregression (VAR) dengan memperlakukan kedua variabel sebagai variabel
endogen. Variabel-variabel yang digunakan yaitu: PDB, total pengeluaran
pemerintah
riil,
realisasi
pengeluaran
rutin
riil,
realisasi
pengeluaran
pembangunan riil, realisasi pengeluaran pembangunan (sektor pertanian dan
kehutanan), realisasi pengeluaran pembangunan (sektor transportasi,meteorologi
16
dan geofisika), dan realisasi pengeluaran pembangunan (sektor pendidikan,
kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan YME, pemuda dan olahraga).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara
perubahan (peningkatan atau penurunan) total pengeluaran pemerintah dengan
perubahan (peningkatan atau penurunan) PDB. Pengeluaran rutin tidak signifikan
mempengaruhi perubahan PDB karena lebih bersifat konsumtif dan tidak
produktif serta sebagian besar bersifat kontraktif seperti belanja untuk
pembayaran bunga utang. Sementara perubahan pengeluaran pembangunan
memiliki hubungan kausal positif dan signifikan terhadap perubahan PDB. Hal ini
dapat dijelaskan oleh pengaruh positif pengeluaran sektor pertanian, infrastruktur,
dan transportasi serta pendidikan terhadap PDB dan pengaruh positif perubahan
PDB terhadap pengeluaran pemerintah di sektor infrastruktur dan transportasi.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya mencakup perbedaan dalam periode penelitian dan variabel-variabel
penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan dari tahun 1975
sampai dengan 2004, yaitu selama kurun waktu 30 tahun. Kemudian variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi,
pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi
swasta, pekerja, dan inflasi.
Selain itu penelitian ini juga memasukkan variabel dummy krisis untuk
menganalisis dampak yang ditimbulkan dari krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia. Dengan menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen,
maka penelitian ini menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari
17
variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah,
investasi swasta, pekerja, inflasi, dan dummy krisis terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM).
Download