BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 UMUM
Demand Side Management (DSM)
adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh pengusaha untuk
mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik yang menangkut dan
waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau konsumen.
Manajemen sisi kebutuhan adalah rangkaian kegiatan institusi yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh
pengusaha untuk mempengaruhi pola konsumsi pelanggan
tenaga listrik
yang menangkut dan waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau
konsumen. Dengan manajemen sisi kebutuhan pengusaha dapat mengupaya
pengurangan pertumbuhan beban puncak sistem, menciptakan iklim yang
kompetitif dalam meningkatkan efisiensi pemakaian dan
produktifitas,
memberikan penghematan biaya konsumsi energi listrik, dan melestarikan
sumber daya alam serta mengurangi dampak lingkungan.
Strategi
manajemen
sisi
kebutuhan
terdiri
dari
peak
cliping
(pemangkasan beban puncak), Valley Filling, load shifting, konservasi energi,
startegi load growth, dan flexible load shape. Peak Cliping adalah program
untuk mengurangi beban pada saat Waktu Beban Puncak (WBP). Valley
Filling adalah program untuk menambah beban pada saat luar waktu beban
puncak (LWBP). Load shifting adalah penggeseran beban dari beban puncak
ke beban luar beban puncak. Konservasi energi adalah program untuk
menghemat pemakaian energi listrik. Load growth adalah program untuk
menaikan pemakaian energi listrik. Flexible load shape adalah program untuk
memperbaiki dan menjaga sistem dengan mengurangi pemadaman.
5
Faktor yang mempengaruhi menajemen sisi kebutuhan adalah
1. Kepercayaan pelanggan
a) Kondisi dan karakteristik sektor pelanggan
b) Citra perusahaan dimata pelanggan
2. Tanggapan pelanggan
a) Pola konsumsi sistem peralatan
b) Perubahan karakteristik dan teknologi peralatan
3. Strategi pemasaran kepada pelanggan
a) Tingkat pengetahuan pelanggan
b) Hubungan langsung dengan pelanggan
c) Iklan
d) Pemberian insentif kepada pelanggan
e) Pemberian insentif melalui tarif khusus
f) Kerjasama dengan asosiasi dan produsen alat
Upaya yang harus dilakukan untuk melihat pemakaian energi dan
pemilihan sumber energy bagi beban listrik dapat dilakukan juga melalui
program audit energi. Hal ini disebabkan audit energi akan memberikan
gambaran yang jelas mengenai kondisi kelistrikan suatu konsumen energi
listrik baik dari pembangkit sendiri maupun dari PLN. Audit energi adalah
teknik untuk menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara
untuk penghematanya. Proses audit energi secara bertahap adalah sebagai
berikut :
1. Audit awal
Menghitung dan menganalisis konsumsi energi listrik berdasar data dari
rekening listrik dan pengamatan visual kondisi dari data gedung beserta
peralatannya. Data yang dibutuhkan data rekening listrik, data beban dan
instalasinya, dan single diagram sistem kelistrikan. Dengan data tersebut
dapat diketahui luas bangunan, konsumsi energi listrik pertahun,
Intensitas Konsumsi Energi (IKE).
6
2. Audit rinci
Dari audit rinci dilakukan apabila yang IKE
tidak sesuai target yang
diinginkan. Audit enrgi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil
penggunaan energi pada bangunan gedung sehingga dapat diketahui
peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaianya cukup besar.
Kegiatan yang dilakukan dengan pengukuran parameter konsumsi energi
listrik seperti arus, tegangan, daya (Watt, VA, VAR), faktor daya, dan lux.
3. Identifikasi dan analisa peluang hemat energi
Dari Hasil audit awal dan audit rinci dapat diketahui peluang peluang
penghematan energi yang dikaitan dengan biaya energi listrik.
2. 2 SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem tenaga listrik meliputi sistem pembangkit, sistem trasmisi, dan sistem
distribusi. Pada sistem pembangkit merupakan pusat yang menghasilkan energi
listrik yang seperti : PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP, dan PLTD. Untuk
menyalurkan energi listrik
memerlukan banyak persyaratan, terutama masalah
lokasi yang tidak selalu bisa dekat dengan pusat beban seperti kota, kawasan
industri dan lainnya.
Akibatnya tenaga listrik tersebut harus disalurkan melalui sistem transmisi
yaitu :
- Saluran Transmisi
- Gardu Induk
- Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka akan
berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran transmisi,
Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus dikelola
dengan baik.
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan
maka akan berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran
7
transmisi, Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus
dikelola dengan baik.
PUSAT
PEMBANGKIT
TENAGA LISTRIK
INDUSTRI
BESAR
SALURAN
TRANSMISI TT
GARDU INDUK
JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH 20 KV
INDUSTRI
SEDANG
TRAFO
DISTRIBUSI
PJU
INDUSTRI KECIL
MALL
RUMAH TANGGA
JARINGAN
TEGANGAN
RENDAH 220 V
Gambar 2. 1. Sistem Tenaga Listrik
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTETI) adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik berskala besar
dari Pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi
maupun tegangan ekstra tinggi. SUTT/SUTET merupakan jenis Saluran Transmisi
Tenaga Listrik yang banyak digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena
harganya yang lebih murah dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah.
Pembangunan SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang aman bagi
lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional, diantaranya:
-
Ketinggian kawat penghantar
-
Penampang kawat penghantar
-
Daya isolasi
8
-
Medan listrik dan Medan magnet
-
Desis corona
Macam Saluran Udara yang ada di Sistem Ketenagalistrikan PLN P3B Jawa
Bali antara lain :
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV
c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTETI) 500 kV
Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang mempertimbangkan
masalah estetika, lingkungan yang sulit mendapatkan ruang bebas, keandalan yang
tinggi, serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran Kabel.
a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV
b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV
c. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLTT) 150 kV
Mengingat
bahwa
Saluran
kabel
biaya
pembangunannya
mahal
dan
pemeliharaannya sulit , maka jarang digunakan. Saluran Isolasi Gas (Gas
Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi dengan gas, misalnya: gas
SF6. Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat tinggi maka
saluran ini jarang digunakan.
Distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat GI
sampai ke konsumen. Ditinjau dari konfigurasi, jaringan distribusi dapat
dibedakan atas tiga system yaitu
1
Sistem Jaringan Radial
Struktur dengan system ini merupakan jaringan yang paling sederhana,
metode pengoperasiannya mudah, hubungan langsung dari titik
pengisian ke pemakai.
Ciri-ciri system jaringan ini :
a. Bentuk sederhana, mudah pelaksanaannya, system paling
murah
b. Pengoperasian dan perawatan mudah
9
c. Karena feeder sekunder pendek, pengaturan tegangan lebih
mudah dilakukan
d. Aliran pada jaringan berasal hannya dari satu arah sumber
pengisian
e. Bila feeder utama terganggu, feeder cabang pun terganggu,
maka keandalan rendah.
2
Sistem Gelang dan Jala
Pada system ini terdapat dua sumber dan arah pengisian yang satu
dapat sebagai cadangan, sehingga keandalan cukup tinggi, banyak
dipakai pada jaringan umum dan industri. Jika terjadi gangguan atau
pekerjaan pada salah satu jaringan, penyaluran tidak terputus karena
mempergunakan sumber pengisian cadangan atau arah yang lain.
3
Sistem Jaringan Spindel
Pada dasarnya struktur spindle merupakan struktur radial dimana
spindle adalah kelompok kumparan yang pola jaringannya ditandai
dengan ciri adanya sejumlah kabel yang keluar dari gardu induk
(feeder), kearah suatu titik temu yang disebut gardu hubung. Kumpulan
kabel dalam satu spindle dimaksudkan untuk menyalurkan energi ke
suatu daerah konsumen, yang terdiri dari maksimum enam buah kabel
kerja. Di sepanjang kabel inilah gardu distribusi ditempatkan dengan
satu buah kabel cadangan.
Pada sistem distribusi kita mengenal standart konstruksi jaringan
tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah, meliputi :
1. Standar Konstruksi JTM 1 Phase
a.
A1 = Tarikan lurus 0 0 -5 0
b.
A2 = Sudut belokan 5 0 -30 0
c.
A3 = Sudut belokan 30 0 -60 0
10
3.
4.
5.
2. 3
d.
A4 = Sudut belokan 60 0 -90 0
e.
A5 = Konstruksi akhir (dead end)
Standar Konstruksi JTM 1 Phase – 3 Phase
a.
B1 = Sudut belokan 0 0 -5 0
b.
B2 = Sudut belokan 5 0 -30 0
c.
B3 = Sudut belokan 30 0 -60 0
d.
B4
= Sudut belokan 60 0 -90 0
e.
B5
= Konstruksi akhir (dead end)
Standar Konstruksi JTM 3 Phase
= Sudut belokan 0 0 -5 0 Side Bracket
a.
C1
b.
C1-A= Sudut belokan 0 0 -5 0 Cross Arm
c.
C2
d.
C2-A= Sudut belokan 5 0 -10 0 Cross Arm
e.
C3
f.
C8-A= Sudut belokan 10 0 -90 0 Cross Arm
g.
C7-A = Konstruksi Akhir (dead end)
h.
C8
= Sudut belokan 5 0 -10 0 Side Bracket
= Sudut belokan 10 0 -60 0
= Konstruksi Akhir (dead end) double
Perlengkapan Konstruksi
a.
E1-1 = Konstruksi kawat tarik ( Down Guy)
b.
E2-1 = Konstruksi kawat tarik ( Over Head Guy)
c.
F1-2 = Anchor Assembilies
d.
M2-11= Pentanahan (ground Rod Type)
e.
CG 313= Dudukan Trafo 3 Phase
BEBAN DISTRIBUSI
Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban
penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua
11
beban listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang
menggunakan daya listrik.
2.3 1 Faktor daya beban
Beban listrik secara garis beban terdapat beban resistif mempunyai
faktor daya 1, beban induktif mempunyai faktor daya lagging dan beban
kapasitif mempunyai faktor daya leading.
a. Faktor Daya satu
Faktor daya satu tercapai jika beban merupakan beban tahanan murni.
I∠0o
V∠0o
Gambar 2.2 Phasor arus dan tegangan faktor daya satu
S =P
Gambar 2. 3 Segitiga daya faktor daya sama satu
a. Faktor daya lagging
12
Beban dengan faktor daya lagging berarti beban termasuk beban induktif.
Arus tertinggal terhadap tegangan , dengan diagram :
V∠0o
I ∠- θo
Gambar 2. 4 Phasor arus dan tegangan faktor daya lagging
S
Q
θ
P
Gambar 2. 5 Segi tiga daya faktor daya lagging
b. Faktor daya leading
Beban dengan faktor daya leading berarti beban termasuk beban kapasitif,
berarti arus mendahului tegangan , dengan diagram :
I ∠θo
V∠0o
Gambar 2. 6 Phasor arus dan tegangan faktor daya leading
13
θ
P
S
Q
Gambar 2. 8 Segi tiga daya faktor daya leading
Daya listrik dalam bentuk kompleks dapat dinyatakan oleh persamaan
S = P ± jQ ……………………………………………………………… (2.1)
dengan :
S
: daya kompleks (VA)
P
: daya aktif/nyata (Watt)
Q
: daya reaktif (VAR)
Besar kecilnya daya reaktif yang diserap oleh beban mengakibatkan
faktor daya sistem berbeda. Faktor daya minimal yang harus dipenuhi oleh
beban yang tersambung ke jaringan PLN di Indonesia adalah minimal 0.85
lagging. Bagi beban memiliki fakor daya kurang dari 0.85 lagging akan
dikenakan
denda
pinalti.
Oleh
karena
itu
denda
pinalti
dapat
diturunkan/dihilangkan perlu dipasang kompensasi daya reakif di sisi beban.
Keuntungan lain dari pemasangan kompensasi daya reaktif
adalah
14
menurunkan jatuh tegangan (menaikkan tegangan), mengurangi rugi-rugi
saluran, manambah penyediaan kapasitas daya (VA).
Kapasitor dapat
dipasang diterminal beban dan dipusat pengendalian beban.
Faktor daya dapat didefinisikan sebagai perbandingan daya yang
menghasilkan kerja (active power) dalam satuan watts atau kilowatts (kW)
dengan daya nyata (apparent power) dalam satuan volt-ampere atau kilovolt
ampere (kVA).
pf =
P
=
S
P
pf =
P
…………………………………………………(2.3)
VI
P+Q
……………………………………..(2.2)
P adalah daya riil atau daya aktif dalam satuan watt (W) atau kilo-watt (kW),
sedangkan Q adalah daya reaktif dalam satuan VAR atau kVAR. Bila
pengukuran daya dilakukan dalam periode waktu (jam) maka akan
didapatkan nilai Wh atau kWh untuk pengukuran daya aktif dan didapatkan
nilai VARh atau kVARh untuk pengukuran daya reaktif. Dari sini dapat
dihitung faktor daya rata – rata dalam kurun waktu tersebut dengan
persamaan
……………………………..
(2.4)
2. 3. 2 Beban Penerangan
Dalam
perencanaan
penerangan
bangunan
gedung,
badan
internasional telah merekomendasi tingkat kuat penerangan (Recommended
Illumination) yang berpedoman pada “Guide on Interior Lighiting” of the
international Commission on Illumination (Publication No. 29/2) seperti pada
tabel 2.1.
15
Tabel 2.1 Rekomendasi tingkat kuat penerangan secara horisontal (horizontal
illuminance recommendation) berdasarkan CIE.
Jenis Sistem
Penerangan
General Lighting
untuk ruangan
atau area dengan
aktifitas visual
sederhana
Level Iluminasi
(lux)
20
30
50
75
100
150
200
300
General Lighting
untuk ruang kerja
dalam ruangan
500
750
1000
atau
lebih tinggi
Penerangan
tambahan untuk
jenis penerangan
terlokalisir
2000
atau
lebih tinggi
Tempat atau Jenis Kegiatan
Minimum area bebas
Gudang/toko di luar bangunan
Jalan setapak luar bangunan, area
parkir mobil
Dok, dermaga
Ruang Teater, aula/hall, tempat tidur
hotel, kamar mandi
Ruang stok barang, toko, area bebas
indoor indistri
Minimum pada benda kerja
Ruang kerja kasar, Ruang mesin,
industri makanan, General proses pada
industri kimia,
Ruang kerja medium, kantor perakitan
kendaraan bermotor, Ruang mesin
cetak, ruang kantor umum, toko.
Ruang gambar, Laboratorium, Ruang
kantor dengan mesin khusus.
Ruang kerja halus, Ruang pemeriksaan
gambar, membedakan warna, ruang
instrument perakitan, ruang kerja presisi
lainnya.
Ruang kerja yang membutuhkan presisi
tinggi, Ruang operasi.
Sedangkan di Indonesia, standarisasi tata pencahayaan berpedoman
pada Badan Standar Nasional (BSN). Adapun rekomendasi untuk tingkat
kuat penerangan dapat dilihat pada tabel 2.2 dan Kebutuhan daya setiap
jenis ruang dalam Watt/m2 ditunjukkan tabel 2.3.
16
Tabel 2.2. Rekomendasi tingkat penerangan ruang dalam bangunan menurut BSN
Jenis Bangunan
Rumah tinggal
Jenis Bangunan
Fungsi Ruangan
Level Iluminasi/lux
Teras, garasi
60
Ruang tamu
120 – 150
Ruang makan
120 – 250
Ruang kerja
120 – 250
Kamar tidur
120 – 250
Kamar mandi
250
Dapur
250
Garasi
60
Fungsi Ruangan
Level Iluminasi/lux
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang computer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif
300
Ruang kelas
250
Lembaga
Perpustakaan
300
Pendidikan
Laboratorium
500
Ruang gambar
750
Kantin
200
Masjid
200
Gereja
200
Vihara
200
Perkantoran
Rumah
ibadah
17
Tabel 2. 3 Rekomendasi Kebutuhan daya setiap jenis ruang
Daya
Lokasi
Daya
Pencahayaan
Pencahayaan
Lokasi
maksimum
maksimum
2
(Watt/m2)
(Watt/m )
Ruang Kantor
15
Tangga
10
Auditorium
25
Ruang Parkir
5
Pasar swalayan
20
Ruang perkumpulan
20
Industri
20
Hotel
Kamar tamu
17
Daerah umum
20
Pintu masuk dengan kanopi
Lalulintas
sibuk
(hotel,
30
(kantor,
15
Tempat Penimbunan /tempat
2
bandara, teater)
Lalulintas
Rumah sakit
sedang
sekolah)
Ruang Pasien
Gudang
15
5
Jalan da Lapangan
kerja
Kafetaria
10
Tempat untuk santai (taman
1
rekereasi)
Garasi
2
Jalan kendaraan dan pejalan
1,5
kaki
Restauran
25
Lobi
10
Tempat parkir
2
2.3. 3 Beban Air Conditioner
Peralatan tata udara ini direkomendasikan untuk memenuhi effisiensi
minimum dan kriteria seperti ditunjuk pada tabel 4. Effisiensi ini harus diuji
18
kebenarannya melalui data yang diberikan oleh pabrik pembuat dengan
sertifikasi melalui cara pengetesan dan pengujian yang telah diakui.
Tabel 2. 4 Efisiensi minimum dari peralatan tata udara
Jenis Peralatan
Pendinginan
udara
Kapasitas unit
(Btu/jam)
< 65.000
65.000 s/d 135.000
'
135.000 s/d 240.000
240.000 s/d 760.000
>. 760.000
< 65.000
65.000 s/d 135.000
2135.000 s/d 240.000
< 240.000
Pendinginan
air
Sub Katagori
Effisiensi minimum
( COP)
Sistem split
Sistem paket
Sistem split dan paket
tunggal
2,6
2,5
2,5
Sistem split dan paket
Sistem split dan paket
Sistem split dan paket
2,5
2,5
2,4
2,73
3.08
2,81
2,81
Catatan :
1 TR
= 12.000 Btu/jam= 3517,2 W.
COP
= Coefficient of Performance
EER
= Energy Efficient Ratio
ARI
= AirConditioning and Refrigeration lnstitute.
Menurut Ashare 55-1981 daerah pengkondisian udara ada 4 yaitu :
1. Daerah merah, dengan kelembaban relatif (RH) lebih dari 75 % .
Daerah ini virus, bakteri, dan jamur akan meningkat polulasinya.
2. Daerah kuning , dengan kelembaban relatif ( 70% s/d 75 %).
Daerah ini terjadi static electricity terutama daerah yang lantainya
menggunakan karpet
3. Daerah Biru dengan kelembaban relatif (50% s/d 70 %). Daerah ini
mempunyai tingkat kenyamanan yang bagud dan cocok untuk
perkantoran.
19
4. Daerah coklat dengan kelembaban relatif kurang dari 50 %.
Daerah ini terlalu kering yang menyebabkan kita mudah terkena
infeksi saluran pernapasan.
2.3. 4 Beban Kipas angin/Fan
Rancangan sistem fan harus memenuhi ketentuan :
a) Untuk sistem fan dengan volume tetap, daya yang dibutuhkan
motor pada sistem fan gabungan tidak melebihi 1,36 W/(m
3
/jam)
b) Untuk sistem fan dengan volume aliran berubah, daya yang
dibutuhkan motor untuk sistem fan gabungan tidak melebihi
2,12 W/(m 3 /jam)
c) Setiap fan pada sistem volume aliran berubah atau VAV
(Variable Air Volume) dengan motor 60 kW atau lebih, harus
memiliki kontrol dan peralatan yang diperlukan agar fan tidak
membutuhkan daya lebih dari 50% daya rancangan pada 50%
volume rancangan berdasarkan data uji;
Ketentuan diatas tidak berlaku untuk fan dengan daya lebih kecil dari 7,5 kW
2.3. 5 Sistem Pompa/Motor
Sistem pompa dan pemipaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Sistem pemipaan harus dirancang agar laju kehilangan tekanan
akibat gesekan tidak melebihi dari 4 meter air per 100 meter
panjang ekuivalen pipa;
b) Sistem pompa yang melayani katup kontrol yang dirancang
untuk membuka dan menutup kontinu atau berlangkah harus
dirancang untuk memompakan aliran fluida yang variabel;
20
c) Aliran fluida harus dapat diubah dengan penggerak pompa
berkecepatan variabel, pompa ganda bertahap (multi stage),
atau pompa yang bekerja pada kurva performasi karakteristik;
d) Ketentuan di atas tidak harus dipenuhi, jika sistem pompa
hanya melayani satu katup kontrol, dan atau jika aliran minimum
yang diperlukan lebih dari 50% aliran rancangan;
2. 4 PEMILIHAN DAYA LANGGANAN PLN
Langganan PLN dapat langganan tegangan tinggi, tenggangan
menengah dan tegangan rendah. Untuk langganan tegangan tinggi bisanya
untuk beban industri, sehingga pada lokasi industri tersebut didirikan Gardu
Induk. Langganan tegangan menengah biasayanya untuk industri, bisnis, dan
Sosial. Pelanggan Tegangan menengah membutuhkan sebuah transfomator
distribusi. Transformator tersebut dapat sewa dengan PLN atau dari
transformator milik pelanggan. Langganan tegangan rendah
untuk rumah
tangga, bisnis, sosial, dan publik. Transformatornya menggunakan milik PLN.
Macam jenis penyambungan pelanggan dengan transformator bernacam –
macam Ditilik dari siapa yang menyediakan transformator, serta pada sisi
mana pengukuran dan pembatasan dilakukan (apakah pada sisi tegangan
menengah atau tegangan rendah), maka ada 3 (tiga) jenis sambungan untuk
daya di atas 200 kVA ini. Yaitu: (1) Sambungan TM/TM/TM, (2) Sambungan
TM/TM/TR, (3) Sambungan TM/TR/TR
1. Sambungan TM/TM/TM
Inilah sambungan, di mana pelanggan sendiri yang menyediakan
transformator. Sedangkan pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi
tegangan menengah (TM). Pada sambungan jenis ini, pembatas dan kWh
21
Meter ditempatkan di gardu PT. PLN (PERSERO), yang tanahnya disediakan
oleh calon pelanggan.
Sambungan jenis ini sering juga disebut sambungan Tegangan
Menengah (TM) Murni. Murni, karena pelanggan adalah pelanggan tegangan
menengah (daya di atas 200 kVA), dengan pengukuran dan pembatasan
juga dilakukan pada sisi tegangan menengah, serta tegangan listrik yang
diberikan kepada pelanggan adalah juga tegangan menengah. Karena itu,
sambungan jenis ini diberi simbol: Sambungan TM / TM / TM
2. Sambungan TM/TM/TR
Pada sambungan ini, pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi
tegangan menengah (TM). Tapi transformator disediakan oleh PT. PLN
(PERSERO), ini berarti PT. PLN (PERSERO) yang menurunkan tegangan
dari tegangan menengah (TM) menjadi tegangan rendah (TR). Ringkasnya,
tegangan listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah tegangan rendah
(TR) yang bisa langsung dimanfaatkan. Untuk itu kepada pelanggan
dikenakan sewa transformator yang besarnya dihitung berdasarkan daya
kontraknya.
Jadi, pelanggan adalah pelanggan tegangan menengah (daya di atas
200 kVA), pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi tegangan
menengah, tapi tegangan listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah
tegangan rendah. Karena itu, sambungan jenis ini diberi simbol TM/TM/ TR.
Seperti pada jenis Sambungan TM/TM/TM, pada sambungan TM/TM/TR ini
pelanggan juga harus menyediakan lokasi tanah untuk gardu PT. PLN
(PERSERO). Sementara pembatas daya dan kWh Meter ditempatkan di
gardu PT. PLN (PERSERO).
22
3. Sambungan TM/TR/TR
Inilah jenis sambungan di mana pelanggan adalah pelanggan
tegangan menengah (TM), tapi pembatasan dan pengukuran dilakukan di sisi
tegangan rendah (TR), serta mendapat pelayanan tegangan rendah (TR).
Jadi transformator disediakan oleh PT. PLN (PERSERO). Karena itu,
pelanggan dikenakan biaya sewa transformator.
2. 5. Penentuan Kapasitas Trafo Yang dibutuhkan pelanggan
Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban
penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua
beban listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang
menggunakan daya listrik, seperti contoh : motor listrik, Air Condition,
komputer, kipas angin, dan lain-lain. Adanya kenyataan bahwa semua beban
yang terpasang (baik penerangan maupun tenaga) tidak mungkin seluruhnya
bekerja bersamaan (simultan) maka daya maksimumnya lebih kecil daripada
seluruh beban yang terpasang. Pada siang hari hanya sebagian kecil lampu
dinyalakan, sedangkan mesin atau peralatan-peralatan yang bekerja terdapat
pula yang harus berurutan dan dalam waktu yang berbeda. Untuk
menentukan kebutuhan kapasitas daya listrik yang maksimum yang
diperlukan dapat dilakukan dengan cara perhitungan atau pengukuran
(Sulasno, 2001)
Untuk menentukan besarnya kapasitas transformator yang dipilih
hendaknya mengetahui kebutuhan daya maksimum. Besarnya daya
maksimum dipengaruhi oleh faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan (Fdm)
didefinisikan sebagai perbandingan antara kebutuhan maksimum dalam
sebuah sistem dengan total beban yang terpasang atau terhubung pada
sistem tersebut.
23
Fdm =
kebutuhan daya maksimum
............................... (2. 10)
Total daya terpasang
Tabel 2 .5 Faktor kebutuhan berdasar jenis bangunan ( Mashar.A , 2003)
No
Jenis Bangunan
1
Rumah Tinggal
2
Komplek Flat
Kenutuhan umum (tidak termasuk pemanas listrik)
Pemanas listrik atau pengkondisian uadra
3
4
0,6
0,8 – 1,0
Bangunan umum
Hotel dll
0,6 – 0,8
Kantor kecil
0,5 – 0,7
Kantor besar (bank, asuransi, administrasi umum)
0,7 – 0,8
Toko
0,5 – 0,7
Departeman store
0,7 – 0,9
Sekolah dll
0,6 – 0,7
Rumah sakit
0,5 – 0,75
Stadion restauran, teater
0,6 – 0,8
Industri
Pekerjaan logam
0,25
Industri logam
0,25
Industri pulp dan kertas
Industri spining
5
Faktor
kebutuhan
0,4
0,5 – 0,7
0,75
Industri karet
0,6 – 0,7
Industri kimia & perminyakan
0,5 – 0,7
Industri semen
0,8 – 0,9
Industri makanan
0,7 – 0,9
Pertambangan
Pekerjaan bawah tanah
Pemrosesan
1,00
0,8 – 1,00
Crane
0,7
Lift
0,5
24
Langganan PLN sangat tergantung pada besarnya daya yang akan
dipasang. Untuk menentukan biaya pasang baru dapat dihitung dengan
perhitungan sebagai berikut
⎛ Bp
⎞
Biaya Penyambungan = ⎜
xDaya ⎟ ..................( 2. 11)
⎝ VA
⎠
Bp adalah Biaya penyambungan, sedangkan Daya adalah Daya semu
yang akan dipasang dalam satuan VA. Bp tergantung dari golongan tarif dan
besar Daya yang akan dipasang. Golongan Tarif Dasar Listrik dikelompokan
menjadi beberapa kelompok seperti tabel 2.6
Tabel 2.6 Golongan Tarif Dasar Listrik
No
Golongan Tarif
1
B-1/TR
250 VA s/d 2200 VA
Batas Daya
2
B-2/TR
3
B-3/TM
Diatas 2200 VA s/d 200
kVA
Diatas 200 kVA
4
I-1/TR
450 VA s/d 14 kVA
5
I-2/TR
6
I-3/TM
Diatas 14 kVA s/d 200
kVA
Diatas 200kVA
7
I-4/TT
Diatas 30000 kVA
8
P-1/TR
250 VA s/d 200 kVA
9
P-2/TM
Diatas 200 kVA
10
P-3/TR
• TR = Tegangan Rendah
• TM = Tegangan Menengah
• TT = Tegangan Tinggi
Keterangan
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Bisnis Kecil
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Bisnis Menengah
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Bisnis Besar
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Industri kecil/ Rumah Tangga
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Industri Sedang
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Industri Menengah
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Industri Beasr
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Kantor Pemerintah Kecil dan
Sedang
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Kantor Pemerintah Besar
Golongan Tarif Untuk Keperluan
Penerangan Jalan
25
2. 6. Mengubah sistem langganan PLN
Sistem langganan listrik PLN di Indonesia terbagi atas beberapa
golongan tarif seperti Sosial (S), Rumah Tangga (R), Bisnis (B), Industri (I) ,
Publik (P) , Curah (C) dan Transportasi (T).
Untuk Golongan Sosial (S) menurut surat edaran Direksi PLN No.
081.E/012/DIR/2003 dan keputusan presiden no. 89 tahun 1992 tentang
penetapan Harga TDL (Tarif Dasar Listrik) yang diberlakukan sejak tahun
2003 dan yang masih berlaku hingga tahun 2005.
Setiap pelanggan
dilengkapi dengan APP dan pembatas arus.
Penentuan besarnya langganan tergantung pada kebutuhan masingmasing konsumen yang berupa kapasitas daya maksimum dengan
memperhitungkan cadangan. Berawal dari perhitungan jumlah daya beban
yang dibutuhkan oleh gedung atau bangunan. Penentuan faktor kebutuhan
yang disesuaikan dengan jenis beban. Kebutuhan daya maksimum adalah
faktor kebutuhan dikalikan dengan jumlah daya beban terpasang. Cadangan
dapat ditentukan dengan metoda kemungkinan sama dengan 15 – 25 % dari
peramalan beban puncak ( Warsito A, 1985 dan Avi Itzhak. J V B, 1980).
Dalam kenyataanya yang terjadi dalam perencanaan tidak sama
dengan
kenyataan
yang
ada
akibat
faktor
ekonomis
dan
aspek
pengembangan masa datang. Dengan demikian penentuan kebutuhan daya
dapat ditentukan dengan pemeriksaan kurva beban harian, mingguan ,
bulanan atau tahunan dengan interval 15 menit, 30 menit atau satu jam. Dari
kurva beban dapat diperoleh bebutuhan daya pada waktu beban puncak
sebagai kebutuhan beban maksimal aktual. Dengan menambahkn cadangan
akan menjadi kapasitas kebutuhan daya.
26
Jika faktor kebutuhan rendah berarti kapasitas beban terpasang bisa
diturunkan dan tetapi bila faktor kebutuhan tinggi maka kapasitas beban
terpasang tidak bisa diturunkan.
Dengan demikian peninjauan kembali sistem langganan listrik PLN
dapat dilakukan mengevaluasi kembalai kepasitas daya terpasang. Apabila
kapasitas daya terpasang jauh lebih kecil dari langganan daya, maka dapat
menjadi peluang penghematan energi dan biaya listrik dengan perubahan
sistem langganan PLN ( Penurunan daya), sebaliknya jika kapasitas daya
terpasang jauh lebih besar dengan sistem langganan perlu adanya
perubahan sistem langgan (menaikan langganan).
Dalam perhitungan daya terpasang dan kurva beban harian dapat
digunakan utntuk mengevaluasi jenis langganan listrik PLN. Pengubahan
daya langganan dapat menaikkan dan menurunkan daya langganan.
Perubahan daya langganan yang memberikan peluang penghematan biaya
listrik adalah penurunan daya langganan. Penurunan daya langganan ini
dilakukan konsumen mempunyai langganan telalu besar dan penggunaan
lebih kecil dari daya langganan. Dengan menurunkan daya langganan dan
ganti tarif dapat menghemat biaya listrik dalan setiap bulan.
27
Tabel 2. 7 Pembatas daya langganan
No
1
Golongan
S1/TR
Pembatas
(A)
Batas Daya (VA)
220
1
x
1
2
S2/TR
S2/TR
S2/TR
450
900
1300
1
1
1
x
x
x
2
4
6
3
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
>2200 - 200.000
2200
3500
4400
5500
7700
11000
13500
17600
22000
3900
6600
10600
13200
16500
23000
33000
41500
53000
66000
82500
105000
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
10
16
20
25
35
50
63
80
100
6
10
15
20
25
35
50
63
80
100
125
150
28
S2/TR
S2/TR
S2/TR
S2/TR
3
S3/TM
131000
147000
164000
197000
>200.000
233000
279000
329000
414000
526000
630000
3
3
3
3
PMT dengan Trafo
arus dan rele thermis
Overload
x
x
x
x
200
225
250
300
Download