KONTRA PRODUKTIF KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Kusma Supriatna Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya Jalan Raya Cilegon-Serang Km. 5, Drangong, Serang, Banten Email: [email protected] ABSTRAK Pemahaman dan Makna Keterbukaan Informasi Publik (Studi Fenomenologi tentang Pemahaman dan Makna Keterbukaan Informasi Publik Terhadap Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pemahaman PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten terhadap Keterbukaan Informasi Publik, mengetahui tentang makna pemohon informasi dari PPID di Lingkungan Provinsi Banten dan mengetahui tentang makna keterbukaan informasi publik dari PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori yang digunakan yaitu Fenomenologi Alfred Schutz, Teori Interaksionisme Simbolik, dan Teori Kontruksi Sosial. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa pemahaman PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten terhadap keterbukaan informasi publik sudah tinggi. PPID sudah mampu melakukan ekstrapolasi, yakni kemampuna melihat apa yang ada dibalik yang tertulis dan kemampuan apa yang akan terjadi akibat berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Makna pemohon informasi bagi PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten adalah sebagai pihak yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pihak yang menggunakan haknya untuk memperoleh informais publik, pihak yang asal meminta informasi untuk menaikan daya tawar, dan pihak yang menggunakan cara memohon informasi untuk bertemu dengan pejabat. Sedangkan makna keterbukaan informasi publik, dari sisi iedalisme, PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten adalah sebagai keniscayaan, tuntutan reformasi, dan bentuk pengawasan masyarakat. Semenatar itu, dalam pelaksanaannya, PPID memaknai eterbukaan informasi publik sebagai sarana bagi pemohon informasi untuk bertemu dengan para pejabat untuk mencapai “deal deal tertentu”, meningkatkan daya tawar pemohon, menambah pekerjaan dan sarana mencari kesalahan orang lain. demokrasi, setelah kekuatan eksekutif, legislatif Latar Belakang Reformasi tahun 1998 telah membawa perubahan mendasar bermasyarakat, dalam berbangsa dan dan yudikatif. kehidupan Satu dasawarsa setelah melewati masa bernegara. reformasi, revolusi keterbukaan informasi Tuntutan transparansi dan keterbukaan dalam semakin meluas dengan lahirnya Undang-undang penyelenggaraan pemerintahan merupakan sebuah Republik Indonesia Nomor keniscayaan. Tuntutan itu direspon positif para tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang- penyelengara undang ini lahir bertujuan untuk mewujudkan tata pemerintahan. Maka, lahirlah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 kelola Tahun 1999 tentang Pers. bertanggungjawab (good governance) melalui Undang-undang ini pemerintahan 14 Tahun 2008 memberikan kebebasan yang luar biasa kepada penerapan pers sebagai pilar keempat (fourth estate) dalam transparansi 30 yang prinsip-prinsip dan supermasi baik dan akuntabilitas, hukum serta Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 31 melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap dan alasan pengambilan keputusan kebijakan proses kebijakan publik. publik serta informasi tentang kegiatan Informasi merupakan salah satu bagian pelaksanaan kebijakan publik tersebut beserta yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di hasil-hasilnya harus terbuka dan dapat diakses dunia saat ini, terlebih dalam suatu negara oleh publik. demokrasi yang mengenal adanya pengakuan aparatur pemerintahan atau badan publik harus terhadap kebebasan dalam memperoleh informasi bersedia secara terbuka dan jujur memberikan bagi rakyatnya. Tertutupnya kebebasan dalam informasi yang dibutuhkan publik. memperoleh informasi dapat berdampak pada Sehingga ada konsekuensi bahwa Sedangkan implikasi penerapan UU KIP banyak hal seperti rendahnya tingkat pengetahuan terhadap dan wawasan warga negara yang pada akhirnya terbukanya akses bagi publik untuk mendapatkan juga berdampak pada rendahnya kualitas hidup informasi yang berkaitan dengan kepentingan suatu segi publik, terbukanya akses bagi publik untuk penyelenggaraan pemerintahan, tidak adanya berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan informasi yang dapat diakses oleh publik dapat kebijakan publik, termasuk didalamnya akses berakibat untuk pengambilan keputusan dan mengetahui bangsa. pada Sementara lahirnya itu dari pemerintahan yang otoriter dan tidak demokratis. Pemberlakuan atau publik adalah alasan pengambilan keputusan yang berkaitan dalam dengan kepentingan publik. Kemudian implikasi penyelenggaraan di Indonesia, secara garis besar yang dipandang sangat penting adalah dengan implikasinya melekat pada dua pihak, yaitu adanya penerapan UU KIP ini daya kritis penyelenggara pemerintahan dan masyarakat atau masyarakat publik. Pada pihak penyelenggara pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan ada beberapa implikasi penerapan UU KIP, pelayanan semakin seperti untuk diperkirakan tingkat penilaian atau pengaduan mengklasifikasikan informasi publik menjadi masyarakat atau publik terhadap kualitas layanan informasi yang wajib disediakan dan diumumkan publik juga semakin meningkat. kesiapan UU masyarakat KIP pemerintah secara berkala, informasi yang wajib diumumkan atau publik Implikasi publik lain terhadap kinerja terutama meningkat sejalan dan dengan serta merta, informasi yang wajib disediakan, dan meningkatnya daya kritis masyarakat, adalah informasi yang dikecualikan. Implikasi lain bagi peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pemerintah pada saat UU KIP diterapkan adalah hak-hak mereka dalam pelayanan publik yang semua berupa disediakan oleh pemerintah. Sehingga apabila kebijakan-kebijakan publik, baik yang berkenaan suatu saat terjadi ketimpangan atau permasalahan dengan pelayanan publik, pengadaan barang dan dalam pelayanan publik, maka akan banyak jasa pengaduan masyarakat berkaitan dengan kualitas urusan tata pemerintah, pemerintah, maupun kepemerintahan penyusunan pembangunan anggaran harus diketahui oleh publik, termasuk juga isi keputusan pelayanan pengetahuan publik tersebut. masyarakat Meningkatnya mengenai proses 32 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik penyelenggaraan pemerintahan, juga merupakan 2003 p.90). Selanjutnya peneliti mencari kerangka implikasi yang akan dihadapi dalam penerapan teori, kemudian membentuk kategori dalam UU KIP. Dan, hal tersebut dapat meningkatkan metode, operasionalisasi konsep, mengajukan minat dan keinginan masyarakat untuk berperan pertanyaan dalam wawancara dan mengumpulkan serta proses data dan informasi berhubungan dengan teori- penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan teori tersebut. kualitatif dipandang sesuai karena kapasitas masing-masing. dalam dan berpartisipasi dalam penelitian kualitatif penelitian harus dilakukan secara teliti, mendalam dan menyeluruh Metodelogi Penelitian Penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip- ini menggunakan metode fenomenologi, yaitu suatu pendekatan yang mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia mengkontruksi makna dan konsepkonsep penting, dalam kerangka intersubyektif karena pemahaman seseorang mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain. Secara harfiah, fenomenologi adalah studi yang memperlajari fenomena, seperti penampakan, segala yang muncul dalam pengalaman seseorang, cara seseorang mengalami sesuatu, dan makna yang dimiliki seseorang dalam pengalamannya. Namun, dalam hal ini fenomenologi lebih luas dari sekedar fenomena, yakni pengalaman sadar dari sudut pandang orang pertama (yang prinsip umum atau pola-pola yang berlaku umum sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam lokasi penelitian. Karena topik yang diangkatimplementasi UU KIP- bersifat sangat mendasar sehingga membutuhkan analisa yang mendalam dari penelitian ini adalah digunakan pendekatan dalam penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif, penelitian tidak dimulai dengan menguji teori untuk membuktikan, melainkan sebaliknya. Dalam pendekatan kualitatif, suatu teori dapat muncul dalam proses penelitian. yang digunakan dalam penelitian ini diawali mengembangkan Kondisi ini konsep. Artinya, alasan penggunaan pendekatan kualitatif memahami karena suatu penelitian situasi ini bertujuan sosial. Termasuk didalamnya adanya peristiwa, peran, interaksi dan kelompok. Metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi (Creswell, 2003 p.150) itu, maksud dari dipilihnya penelitian dengan jenis kualitatif deskriptif yaitu agar hasil yang dicapai dari penelitian ini juga dapat menjadi rekomendasi yang baik, jelas, dan berimbang bagi para pembuat keputusan serta untuk mendukung perencanaan di dalam organisasi. Melalui penelitian ini, penulis juga bermaksud untuk menjelaskan bagaimana makna Model induktif dalam penelitian kualitatif dengan pandang. dalam hubungan di antara gejala-gejala atau Selain yang sudut menuntut jawaban mengenai hakekat yang ada mengalami secara langsung). pendekatan berbagai teori atau membandingkan pola dengan teori lain (Creswell, keterbukaan informasi publik dari PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. Sementara itu, penelitian ini juga mengguanakan Paradigma konstruktivis, yaitu Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 33 paradigma di mana kebenaran suatu realitas sosial masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan menyusun institusi dan norma yang ada. Teori kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif konstruksi sosial berada di antara keduanya. (nisbi). Pertama, dilihat dari penjelasan ontologis, Paradigma konstruktivis juga dipengaruhi realitas yang dikonstruksi itu berlaku sesuai oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sruktural fungsional. Perspektif interaksi simbolis sosial. Kedua, paradigma konstruktivis ditinjau ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan dari konteks epistemologis, bahwa pemahaman kreatif tentang suatu realitas merupakan produk interaksi stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses antara peneliti dengan objek yang diteliti. Dalam sosial, individu manusia dipandang sebagai hal bersifat pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki ini, paradigma transaksional konteks atau aksiologi, passionate konstruktivis subjektif. yakni participation, Ketiga, peneliti sebagai makna manakala respons realitas terhadap sosial tersebut yang dikontrusikan dan dimaknakan secara subjektif menjembatani keragaman subjektivitas pelaku oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas sosial. itu secara objektif. Dalam konstruktivis ilmu-ilmu merupakan fasilitator mengembangkan sosial, paradigma salah satu dari Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan paradigma yang ada. Dua paradigma lainnya teori adalah klasik dan kritis. Paradigma konsruktivis adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap berada interpretivisme organisme harus beradaptasi secara fisik dengan (penafsiran) memiliki tiga jenis, yaitu interaksi lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian simbolik, juga di dalam perspektif fenomenologis dan hermeunetik. pengetahuannya struktur dikenal pemikiran dengan manusia. teori Manusia (Eriyanto 2004:13) menuliskan bahwa dalam berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya bisa disebut berada di antara teori fakta sosial dan secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus definisi sosial. Dalam teori fakta sosial struktur mengembangkan skema pikiran lebih umum atau sosial yang eksislah yang penting. Manusia adalah rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan produk dari masyarakat. Tindakan dan persepsi menginterpretasikan manusia ditentukan oleh struktur yang ada dalam tersebut. pengalaman-pengalaman masyarakat. Institusional, norma, sruktur dan Dalam penelitian ini, PPID yang notabene lembaga sosial menetukan individu manusia. adalah aparatur pemerintah menghadapi sebuah Sebaliknya adalah teori definisi sosial, manusialah kenyataan yang Manusia informasi publik. Aparatur pemerintah diwajibkan digambarkan sebagai identitas yang otonom. memberikan informasi publik yang dihasilkannya Melakukan kepada masyarakat, baik diminta maupun tidak membentuk masyarakat. pemaknaan dan membentuk dihadapkan dengan keterbukaan 34 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik diminta. Selain itu, desakan masyarakat untuk Keterbukaan Informasi Publik dari PPID di melaksanakan Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. keterbukaan informasi publik sangat kuat. Sedangkan definisi dari data sekunder Sementara di sisi lain, masyarakat sedang mengalami euphoria tentang adalah data-data yang diperoleh dari tangan keterbukaan kedua, misalnya data yang diperoleh dari data informasi ini setelah sebelumnya mengalami kepustakaan, Biro Pusat Statistik (BPS), Lembaga rezinm ketertutupan sebelum lahirnya Undang- Demografi, ataupun lembaga-lembaga sejenis. undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 Data sekunder pada penelitian ini diperoleh tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sehingga, melalui studi kepustakaan dalam usaha mendapat aparatur pemerintah dihadapkan untuk melayani informasi pada tahap awal penelitian serta pada permohonan informasi, yang terkadang diajukan saat melakukan analisis. Data kepustakaan yang dengan tidak realistis dan membabi buta. dikumpulkan terdiri dari buku, jurnal, makalah, Dalam kondisi seperti itu, bagaimana PPID mengkontruksi makna artikel surat kabar, dan artikel dari internet terkait keterbukaan UU KIP, kesiapan organisasi terhadap perubahan, informasi publik berdasarkan pengalaman sadar manajemen, perubahan organisasi, dan sistem mereka selama menjadi pelayanan masyarakat informasi. dalam bidang informasi publik. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menggambarkan, Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah Pejabat bagaiman PPID memaknai keterbukaan infromasi Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di publik tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif sendiri dapat dibagi dalam tiga bentuk yakni interview (wawancara), observations (pengamatan), dan documents (dokumen) (Patton, 2002 : 4). Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Data primer di dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada informan. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pejabat atau pihak-pihak yang memiliki wewenang dan pengaruh terhadap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Banten. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana Makna Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. Berdasarkan Keputusan Gubernur Banten Nomor 499.05/kep673-Huk/2001 tertanggal 1 Agustus 2011 tentang Informasi dan Penetapan Pejabat Dokumentasi Pengelola (PPID) di Lingkungan Pemprov Banten, PPID Pemerintah Provinsi Banten terdiri dari : 1. Tim Pertimbangan Tim Pertimbangan terdiri dari Sekretaris Daerah, Asisten Tata Praja, Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Asisten Administrasi Umum dan Kesejahteraan Rakyat, Staf Ahli Gubernur bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah. 2. PPID Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) PPID dijabat oleh Kepala Biro Hubungan 35 5) Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, PPID Daerah Provinsi Banten; 6) dibantu oleh : 1) Koordinator Bidang Pengelolaan dijabat oleh Kepala Bagian Dokumentasi 7) Protokol Sekretariat Daerah 8) 9) Kepala Bagian Badan Penanggulangan Sekretaris Badan Pendidikan dan 10) Sekretaris Badan Koordinasi pada Biro Hubungan Masyarakat dan Banten; Bidang 11) Pengaduan dan Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Banten; Penyelesaian Sengketa yang dijabat oleh 12) Sekretaris Inspektorat Provinsi Banten; Kepala Bagian Bantuan Hukum pada Biro 13) Sekretaris Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten; Koordinator bidang dalam melaksanakan 14) tugasnya dibantu oleh tiga orang pelaksana, yang ditetapkan oleh keputusan Kepala Biro PPID. 15) Sekretaris Dinas Sosial Provinsi Banten; 16) 3. PPID Pembantu Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten; PPID Pembantu tersebar pada setiap Satuan 17) Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang terdiri dari : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinisi Banten; Sekretaris Badan Perempuan dan Desa 19) 20) Daerah Provinsi Banten; dan Sekretaris Dinas SDA dan Permukiman Sekretaris Dinas Perindustrian dan Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten; 21) Politik Provinsi Banten; Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Pertanian Perdagangan Provinsi Banten; Provinsi Banten; Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Dinas Provinsi Banten; Pemberdayaan Masyarakat Sekretaris Peternakan Provinsi Banten; 18) Sekretaris Sekretaris Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten; Hubungan Masyarakat dan Protokol selaku 4) Sekretaris Pelatihan Provinsi Banten; Hukum Sekretariat Daerah 3) dan Penanaman Modal Daerah Provinsi 3) Koordinator 2) Penelitian Hubungan dan Penerangan Masyarakaty Protokol Sekretariat Daerah. 1) Badan Bencana Daerah Provinsi Banten; 2) Koordinator Bidang Pelayanan Informasi oleh Sekretaris Pengembangan Daerah Provinsi Banten; pada Biro Hubungan Masyarakat dan dijabat Sekretaris Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Banten; Informasi, Dokumentasi dan arsip, yang yang Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten; 22) Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Banten; 36 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik 23) 24) Sekretaris Dinas Budaya dan Pariwisata Transmigrasi pada Biro Kesejahteraan Provinsi Banten; Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Sekretaris Dinas Pertambangan dan Banten; Energi Provinsi Banten; 25) 26) 27) 28) 38) Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Banten; Provinsi Banten; Sekretaris Dinas Kelautan dan 39) 31) Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi 40) Kepala UPT se Provinsi Banten; Banten; 41) Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Sekretaris Dinas Kehutanan dan Kantor Penghubung Provinsi Banten; 42) RSUD Malingping Provinsi Banten; 43) dan DPRD Provinsi Banten; Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kepala Bagian Kerjasama pada Biro (KPID) Banten. Sekretariat Kepala Bagian Dokumentasi dan Sekretariat di atas, penulis mengkategorikan subyek penelitian sebagai berikut : 1. Tim Pertimbangan 2. PPID, yang terdiri dari PPID, koorditaor bidang, dan pelaksana 3. PPID Pembantu pada badan-badan di Banten; Kepala Bagian Perekonomian pada Biro Sekretariat Daerah Provinsi Banten; Kepala Bagian Analisis Data pada Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Banten; Kepala Bagian Tata Usaha pada Biro Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Provinsi Banten; 37) pada Berdasarkan tata pengorganisasian PPID Kepala Bagian Tata Laksana pada Biro Perekonomian Kepegawaian Daerah Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi 36) Kepala Sub Bagian Umum, Keuangan Kepala Bagian Umum pada Sekretariat Sekretariat Daerah Provinsi Banten; 35) Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Kepala Bagian Tata Usaha pada Satuan Informasi Hukum pada Biro Hukum 34) dan Provinsi Banten; Dinas Provinsi Banten; 33) Umum Sekretaris Pemerintahan 32) Bagian Kepegawaian pada Sekretariat Korpri Polisi Pamong Praja Provinsi Banten; 30) Kepala Perikanan Provinsi Banten; Perkebunan Provinsi Banten; 29) Kepala Bagian Protokol pada Biro Kepala Bagian Tenaga Kerja dan Lingkungan Pemprov Banten dan Sekretariat DPRD Provinsi Banten 4. PPID pembantu pada dinas-dinas di Lingkungan Pemprov Banten 5. PPID pembantu pada biro-biro di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Banten dan Sekretariat KORPRI. 6. PPID Pembantu pada kantor/sekretariat komisi/UPTD di Lingkungan Pemprov Banten. Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 37 4. Informan bersedia diwawancara dan direkam Para pejabat sebagaimana termaktub dalam keputusan Gubernur tersebut di atas, merupakan calon-calon informan dalam penelitian ini. Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif, peneliti tidak membatasi jumlah informan tetapi aktivitasnya selama wawancara atau selama penelitian berlangsung, 5. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian. (Kuswarno, 2009 : 60) mengutamakan pemenuhan data yang dibutuhkan penelitian (Bungin, 2003 : 55). Langkah awal Salah kendala dalam penelitian dimana peneliti adalah melakukan pendekatan dengan peneliti berada dalam lingkungan informan adalah para calon informan. Dalam hal ini, merupakan terjadinya bias data hasil penelitian. Untuk itu, langkah yang mudah bagi peneliti karena sehari- peneliti harus menjaga betul sehingga data-data hari pada yang diungkapkan informan kepada peneliti rangka adalah benar-benar berdasarkan hasil kontruksi pelaksanaan tugas sebagai pelayan informasi makna dari para informan yang berdasarkan publik maupun dalam rangka keperluan lainnya. pengalaman sadar mereka yang diungkapkan Sehingga, merupakan keuntungan bagi penelitian secara subyektif, yang merupakan hasil interaksi ini, karena diharapkan informan tersebut akan antara informan dengan pemohon informasi. memberikan adanya Untuk menjamin tidak terjadi bias peneliti sesuai dengan pengalaman dn kontruksi makna menggunakan kedekatan personal antara peneliti yang dia miliki dengan lugas dan tanpa rasa dengan informan, karena biasanya seseorang akan prasangka lain-lain. Namun demikian peneliti berbicara kepada orang-orang tetap akan menentukan informan yang betul-betul sesuatu hal secara blak-blakan. sering bergaul. Peneliti berada lingkungan kerja informan dalam informasi-informasi dapat pengalamannya apa mengartikulasikan untuk menjawab terdekat tentang Berdasarkan tahapan-tahapan dan kriteria pertanyaan umum informan di atas, informan bukanlah obyek penelitian, dengan memenuhi kriteria umum yang diobservasi semata, tetapi seseorang yang sebagai berikut: dapat dimintai penjelasannya tentang obyek yang 1. Informan harus mengalami langsung situasi diobservasi. Dalam hal ini, Creswell atau kejadian yang berkaitan dengan topik menyebutnya dengan Gaining Access dan making penelitian. Rapport mengenai tahapan pengumpulan data Syarat inilah yang mendukung sifat otentitas penelitian fenomenologi, yang dilakukan berdasarkan pendekatan siklus 2. Informan mampu menggambarkan kembali pengumpulan data. fenomena yang telah dialaminya, terutama Implementasi dalam sifat alamiah dan maknanya, 3. Informan kegiatan bersedia untuk terlihat penelitian membutuhkan waktu lama, yang dalam mungkin Keterbukaan Informasi di Pemprov Banten Provinsi Banten merupakan Provinsi ke30 di Indonesia. Sebagai daerah otonom, Provinsi Banten terbentuk berdasarkan Undang-undang 38 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik Nomor 23 Tahun 2000, yang disetujui DPR RI Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2008 pada tanggal 4 Oktober 2000. Sebelum menjadi tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja provinsi, Banten merupakan bagian dari Provinsi Sekretariat Daerah Provinsi Banten. Jawa Barat. Sejak berdirinya, Pemerintah Provinsi Banten memiliki untuk public relations (PR) ini ini bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melayani informasi kepada masyarakat oleh (good governace). Hal tersebut terlihat dari misi Pemerintah Provinsi Banten. Setiap periode kepemimpinan di pemerintahan, PR bertugas menjalankan kegiatan Provinsi kebijakan publik dan pelayanan publik. Banten komitmen selalu positif Keberadaan lembaga kehumasan atau menetapkan misi penerapan good governance. Salah pilar Banten. Di dunia Salah satu kegiatan PR pemerintah dalam bidang good kebijakan publik adalah memberikan berbagi governance adalah adanya keterbukaan informasi informasi tentang kebijakan pemerintahan yang publik. pelaksanaan mengikat rakyat atau masyarakat (Ardianto, 2011 keterbukaan informasi publik sudah dilaksanakan : 239). Sedangka menurut Mantan Menteri jauh sebelum berlakunya Undang-undang Nomor Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Birokrasi Feisal Tamin, fungsi dan peranan humas Publik. dalam pemerintahan adalah sebagai berikut : 1). Di satu Provinsi Provinsi Secara penerapan Banten kelembagaan, pelaksanaan keterbukaan informasi publik dengan dibentuknya Mengamankan lembaga kehumasan di Lingkungan Pemerintah pemerintah; 2). Memberi pelayanan informasi dan Provinsi Banten. Pada awal pembentukan pintu keterbukaan; 3). Menampung dan menyerap Pemerintah Provinsi Banten, struktur lembaga informasi; 4). Menjembatani secara aktif pihak kehumasan berbentuk bagian pada Biro Umum instansi dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Provinsi iklim/suasana lingkungan yang baik. dan dan publik; terjemahkan dan 5). kebijakan Menciptakan Banten, yang kepalanya dijabat pejabat struktural Ketika Undang-undang Nomor 14 Tahun esselon III. Sejak tahun 2002 lembaga kehumasan 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik ini dinaikan statusnya menjadi Biro Humas diterbitkan, Sekretariat Daerah Provinsi Banten berdasarkan menyambut positif era keterbukaan informasi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2002 tentang publik tersebut. Sebelum undang-undang tersebut Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah diberlakukan 29 April 2010, Pemprov Banten Provinsi Banten, yang kepalanya djabat oleh melalui Biro Humas dan Protokol sudah ancang- pejaat struktural esselon II. Demikian juga ketika ancang melaksanakan- nya dengan menerbitkan Pemerintah Keputusan Gubernur Nomor Provinsi Banten melakukan Pemerintah Provinsi Banten 019.05/Kep.244- perombakan terhadap stuktur organisasi pada Huk/2009 Tentang Pembentukan Tim Kehumasan tahun 2008. Saat itu, lembaga kehumasan di pada Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten bernama Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten, dan Biro Humas dan Protokol berdasarkan Peraturan Keputusan Gubernur 019.05/Kep.292-Huk/2010 Satuan Kerja Perangkat Daerah di Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 39 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 14 Banten 019.05/Kep.244-Huk/2009 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Tentang Pembentukan Tim Kehumasan pada Pada Agustus 2010, Pemerintah Republik Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Pemerintah Provinsi Banten. Tim Kehumasan Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan merupakan para pegawai pada satua kerja Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 perangkat dan tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. antara Salah satu poin penting PP tersebut adalah Nomor daerah menjembatani yang siap kesenjangan melayani informasi masyarakat dengan Pemerintah Provinsi Banten.1 Secara simultan pada awal tahun 2011, Pemerintah Provinsi Pemprov Banten, untuk membuat peraturan tentang tata kelola informasi publik dan Informatika penujukan Pejabat Pengelola Informasi dan menfasilitasi pembentukan Komisi Informasi Dokumentasi (PPID) paling lambat 23 Agustus Provinsi 2011. Komunikasi Banten. Pada 24 melalui satunya kepada badan publik, salah Dinas Perhubungan, Banten memerintahkan dan Februari 2011, Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah Untuk melaksanakan perintah tersebut, melantik Anggota Komisi Informasi Provinsi tanggal Banten masa bhakti 2010–2015 di Pendopo menerbitkan Peraturan Gubernur Banten Nomor Gubernur Banten. Penetapan anggota Komisi 16 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Informasi Provinsi informasi Publik dan Dokumentasi di Lingkungan Gubernur Banten Banten berdasarkan Nomor SK 497.05/Kep.69- 14 Pemerintah Juli Provinsi 2011, Pemprov Banten. Banten Peraturan ini Huk/2011. Menurut Gubernur Komisi Informasi mengatur tentang mekanisme pengelolaan dan memiliki tugas untuk menerima, memeriksa dan pelayanan informasi publik dan Dokumentasi di memutuskan permohonan penyelesaian sengketa Lingkungan Pemprov Banten. informasi publik melalui mediasi atau ajudikasi Peraturan tersebut, non-litigasi yang diajukan oleh setiap pemohon dengan informasi Gubernur publik berdasarkan perundang-undangan Banten Nomor 499.05/kep673- huk/2001 tertanggal 1 Agustus 2011 tentang melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan Gubernur dan DPRD Provinsi Banten. Saat itu, Dokumentasi (PPID) di Lingkungan Pemprov Gubernur juga menyampaikan bahwa dalam Banten. upaya mewujudkan pemerintahan yang clean kepada pejabat yang ditunjuk untuk memberikan governance pelayanan informasi publik kepada masyarakat.2 good berlaku penerbitan Surat Keputusan (SK) serta dan yang peraturan kemudian disusul governance. Komisi Informasi Provinsi Banten menjadi fasilitator untuk penyampaian informasi sebagaimana SK tersebut memberikan kewenangan Sampai dengan Oktober 2012, PPID sudah menerima permohonan informasi sebanyak 2 Supriatna, Kusma. 2012. Pelayanan Informasi di Pemerintah Provinsi Banten. Menara Banten Edisi IV Tahun 2012. Hal. 40 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik 83 permohonan. Sebanyak dapat dilayani sesuai Raperda Prakarsa DPRD tentang Keterbukaan dengan permintaan dan pemohon informasi dapat Informasi Publik.3 menerima pelayanan itu. Sebanyak 37 kasus Selain adanya fungsi kontrol langsung mengajukan sengketa informasi kepada Komisi dari masyarakat, lanjut Aeng, dengan adanya Informasi Provinsi Banten. keterbukaan Sebanyak 37 kasus diupayakan informasi publik ini bisa dimanfaatkan oleh investor untuk memberikan penyelesainnya melalui mediasi. Dan, sebanyak kepercayaannya 37 kasus pula berlanjut hingga ke proses sidang menanamkan modalnya. ajudikasi non litigasi, gugatan di Pengadilan Tata informasi publik ini bisa sebagai informasi publik Usaha Negara (PTUN) Serang. Dan, satu kasus bagi para investor yang ingin menanam modal di berlanjut hingga proses kasasi di Mahkamah Provinsi Banten,” katanya. Agung (MA) Rrepublik Indonesia. kepada Banten dalam “Raperda keterbukaan Raperda tentang Keterbukaan nformasi Sambutan positif keterbukaan informasi Publik disayhakan Gubernur Banten Hj. Ratu Atut di Provinsi Banten juga datang dari DPRD Chosiyah, SE bersama-sama DPRD Provinsi Provinsi Banten. Banten pada 28 September 2012, bersamaan Provinsi Peraturan Banten Daerah Pada 7 Maret 2012, DPRD menyerahkan Rancangan dengan peringatan Hari Hak Untuk Tahu (Right to (Raperda) mengenai Know Day) tahun 2012 dengan nama Peraturan keterbukaan informasi publik di Provinsi Banten. Daerah Penyerahan Raperda dari DPRD Provinsi kepada Keterbukaan Gubernur Banten tersebut dilaksanakan pada Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. acara Rapat Paripurna Penjelasan DPRD Banten sambutannya, Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut mengenai dua Raperda Prakarsa oleh Pimpinan Chosiyah, SE mengatakan pengesahan Raperda Badan Legislatif Daerah (Balegda) dan Komisi V tentang Tata Kelola Keterbukaan Informasi Publik DPRD Provinsi Banten. Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Dalam Raperda keterbukaan informasi Provinsi Banten tentang Tata Kelola Informasi Publik Dalam Dalam merupakan komitmen bersama untuk membangun publik, dewan menilai Raperda ini dianggap akuntabilitas dan transparansi dalam penting karena keterbukaan informasi harus penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. (good governance), yaitu melalui pelayanan Dengan adanya keterbukaan informasi publik informasi yang disediakan Pemerintah Provinsi yang transparan dan akuntabel, publik bisa Banten, baik melalui media cetak dan/atau mengontrol kinerja pemerintah. “Dengan adanya elektronik.4 kontrol yang langsung dilakukan masyarakat, maka pelayanan terhadap masyarakat pun akan bisa lebih baik lagi,” kata Ketua DPRD Banten, Aeng Haerudin, usai rapat paripurna penyerahan 3 http://bantenposonline.com/2012/03/08/dewan-serahkan-2raperda-inisiatif/. Diakses tanggal 16 November 2012 pukul 22.58 WIB. Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 41 menempati urutan kelima dalam membentuk Pembahasan Negara Komisi Informasi provinsi.6 Terbentuknya Komisi Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang Informasi di Provinsi Banten merupakan harapan Keterbukaan KIP) masyarakat untuk terciptanya good government di dalam Provinsi Banten. Bertepatan dengan peringatan di Provinsi satu tahun Komisi Informasi Provinsi Banten, Banten, menjadi sorotan masyarakat. Setahun Direktur Pusat Telaah dan Informasi Regional sebelum undang-undang tersebut dilaksanakan, (Pattiro) Serang, Patchurrahman mengatakan, KI sejumlah komponen mendesak badan publik, Banten terutama masyarakat karena tujuan akhir dibentuknya KI Semenjak disahkan, Undang-undang Informasi Publik keterbukaan penyelenggaraan informasi pemerintahan pemerintah (UU daerah untuk segera melaksanakan UU KIP di wilayah Provinsi menanggung harapan besar dari Banten adalah mewujudkan good government. Banten. Sejumlah LSM, lembaga riset, pers, tokoh Setelah 2 (dua) tahun UU KIP berjalan, masyarakat, dan organisasi mahasiswa gencar tuntutan keterbukaan informasi semakin menguat. melakukan sosialisasi dan mewacanakan UU KIP Masyarakat yang menggunakan haknya untuk ini sejak awal tahun 2009. Bahkan, beberapa tahu tokoh masyarakat, berinisiatif membentuk Tim makin banyak. Sebagai gambaran, berdasarkan Persiapan Pembentukan Komisi Informasi Publik data pada Pejabat Pengelola Informasi dan (TP-KIP) sebagai organisasi taktis yang bersifat Dokumentasi (PPID) di Lingkungan Pemerintah ad-hoc Provinsi (Pemprov) Banten, pada tahun 2011, yang mewadahi elemen-elemen tentang penyelenggaraan pemerintahan masyarakat tersebut guna mendorong pemerintah hanya sekitar untuk proaktif dalam menyambut pemberlakuan diajukan masyarakat kepada Pemprov UU KIP ini dengan melakukan percepatan Permohonan informasi melonjak pada tahun 2012. pembentukan Komisi Informasi di Provinsi Sampai dengan Juni 2012, permohonan informasi Banten. tersebut mencapi 62 permohonan, yang berasal TP-KIP organisasi ini yang aktif menjadi satu-satunya mengawal proses pembentukan komisi informasi, sehingga hampir 15 permohonan informasi yang Banten. dari perorangan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain. seluruh tahapan seleksi yang diselenggarakan oleh Pada umumnya, permohonan informasi tim seleksi nyaris tidak luput dari pengawasan dan tersebut kontribusi dari TP-KIP.5 Sebagian besar elemen keuangan negara, seperti Dokumen Pelaksanaan masyarakat Anggaran meyakini, pembentukan Komisi berhubungan (DPA), dengan Dokumen pengelolaan Kontrak, Data Informasi (KI) merupakan titik tolak kehidupan Pemenang Lelang Pengadaan Barang/Jasa, Data keterbukaan informasi di Banten. Realisasi Anggaran, dan lain-lain. Selama tahun Tanggal 24 Februari 2011, Komisi 2012, hanya satu permintaan informasi yang tidak Informasi Provinsi Banten dilantik Gubernur berhubungan dengan pengelolaan keuangan, yaitu Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah. Provinsi Banten dari organisasi kemasyarakatan Persatuan Pelajar 42 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik Muslim Indonesia (PPMI) Wilayah Banten, yang Banten menerbitkan Peraturan Gubernur Banten meminta informasi nama sekolah di seluruh Nomor 7 wilayah Provinsi Banten. 16 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan informasi Publik dan Dokumentasi di Pemerintah Provinsi Banten tidak bisa Lingkungan Pemerintah Peraturan Undang-undang KIP mengamanatkan, bahwa pengelolaan dan pelayanan informasi publik di informasi publik, yang menurut undang-undang Lingkungan didefinisikan sebagai informasi yang dihasilkan, Banten. tersebut, penyelenggara Keputusan penyelenggaraan negara tentang Pemerintah mekanisme Provinsi (Pemprov) Sedangkan aparatur pelaksana peraturan suatu badan publik yang berkaitan dengan dan mengatur Banten. mengelak atas permohonan informasi tersebut. disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh ini Provinsi Gubernur telah mengeluarkan Surat (SK) Gubernur Banten Nomor dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan 499.05/kep673-Huk/2001 tertanggal 1 Agustus badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang- 2011 Undang KIP serta informasi lain yang berkaitan Informasi dengan kepentingan publik, harus bisa diakses Lingkungan Pemprov Banten. masyarakat. memberikan kewenangan kepada pejabat yang tentang Penetapan dan Pejabat Dokumentasi Pengelola (PPID) di SK tersebut Maka, untuk meningkatkan pelayanan ditunjuk untuk memberikan pengelolaan dan informasi publik kepada masyarakat, UU KIP pelayanan informasi publik kepada masyarakat mengamanatkan bahwa setiap badan publik, salah sesuai dengan peraturan perundang-undangan satunya tentang KIP. Pemerintah menunjuk Pejabat Provinsi Pengelola Banten, Informasi harus dan Sejalan dengan penerbitan berbagai Dokumentasi (PPID). Menurut UU KIP, Pejabat peraturan pelaksanaan dalam implementasi UU Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah KIP, Pemprov Banten juga terus melaksanakan pejabat yang bertanggung jawab di bidang sosialisasi tentang KIP di Lingkungan Pemprov penyimpanan, Banten, pendokumentasian, penyediaan, bahkan kepada pemerintah dan/atau pelayanan informasi di badan publik. kabupaten/kota se-Provinsi Banten. Berdasarkan PPID ini, menurut Peraturan Pemerintah (PP) data pada Biro Humas dan Protokol Sekretariat Nomor Daerah Provinsi Banten, selama tahun 2010 dan 61 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia 2011, telah Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan sosialisasi tentang undang-undang Keterbukaan Informasi Publik, harus sudah terbentuk satu Informasi tahun sejak terbitnya PP tersebut, yaitu 23 Banten. Bahkan, pada tahun 2011, sosialisasi Agustus 2011. dikhususkan bagi Dalam melaksanakan perintah undang- sekretaris undang tersebut, tanggal 14 Juli 2011, Pemprov Perangkat dilaksanakan Publik kepada (delapan) aparatur kali Pemprov para calon PPID, yaitu dinas/badan Daerah, 8 pada Satuan Kerja kepala bagian yang membawahi urusan ketatausahaan pada biro/unit Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 43 kerja, dan kepala sub bagian tata usaha pada praktik (tindakan). Menurut Notoatmodjo (2003), kantor/RSUD Malimping/Sekretariat KPID, dan pengetahuan Kepala Bagian Umum pada Sekretariat DPRD kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu; 1) Provinis Banten. Hal ini dilaksanakan, dengan Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu tujuan optimalisasi pengelolaan dan pelayanan materi yang telah dipelajari sebehunnya. Orang informasi di Lingkungan Pemprov Banten sesuai yang telah tahu harus dapat mendefenisikan UU KIP. 8 yang (Comprehension) tentang Informasi Publik Menurut Kamus Psikologi kata mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam (Kartono, 7997 : 170-l7l). Jadi arti dari insight adatah suatu pemahaman atau penilaian yang beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang. Sementara itu, Suryadi Suryabrata menyatakan didapatkannya didapatkannya insight pemecahan persoalan dan adalah problem, mendapat pencerahan. Pemahaman dapat pula diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran (Suryabrata l99l : 298). Pemahaman itu bersifat dinamis. Dengan demikian pemahaman akan bersifat kreatif, ia akan menciptakan imajinasi-imajinasi pikiran yang tenang. Pemahaman merupakan salah satu aspek perilaku manusia sebagai efek dari proses pembelajaran. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia dalam domain, diartikan sebagai suatu obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar; pernahaman berasal dari kata “insight”' yang yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. "Dalam perkembangannya teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap dan 8 domain kemampuan untuk menjelaskan secara benar Pemahaman PPID terhadap Keterbukaan tiga dalam materi atau obyek tersebut; 2). Memahami Hasil dan Pembahasan dengan tercakup Data kegiatan Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Banten tahun 2010, 2011. 3). Aplikasi (application), diartikan sebagai untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi real (sebenarnya); 4). Analisis (analisys) adalah suatu komponen untuk menjabarkan suatu materi atau obyek; 5). Sistesis (syntesis) adalah menunjuk pada suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi menyusun, yang ada merencanakan, missal dapat meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada; 6). Evaluasi (evaluation) adalah berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sebuah konsep. Menurut Nana Sudjana (Sudjana 2006 :24), pemahaman dapat dibedakan dalarn tiga kategori, yaitu : a). Tingkat terendah adalah pemahaman terjemah, mulai terjemah dalam arti sebenarnya. Pemahaman terjemah yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya; 44 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik b). Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, tersebut. yakni menghubungkan bagian-bagian dengan informasi sebagai kewajiban pemerintah atau yang diketahui berikutnya atau menghubungkan konsekuensi reformasi. Kemampuan menafsirkan, beberapa bagian dari grafik dengan kejadian menurut Nana Sudjana menunjukkan PPID sudah membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, memiliki pemahaman yang sedang terhadap membedakan dua konsep yang berbeda; c). keterbukaan informasi publik. Beberapa istilah Pemahaman tingkat ketiga atau tertinggi adalah yang muncul dari pemahaman PPID terhadap pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi keterbukaan informasi publik menurut PPID diharapkan seseorang mampu melihat dibalik adalah sebagai berikut: 1). Keterbukaan informasi yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang publik merupakan wujud partisipasi masyarakat konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam pemerintahan; 2). Keterbukaan informasi dalam arti wakru, dimensi, kasus ataupun publik masalahnya. yakni Pemerintah dituntut terbuka kepada masyarakat, kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat karena dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tersurat meramalkan sesuatu dan memperluas menggunakan wawasan. Keterbukaan informasi publik merupakan bentuk Pemahaman ekstrapolasi Pemahaman PPID terhadap keterbukaan Mereka sebagai memahami konsekuensi dana dari keterbukaan dari reformasi. masyarakat; rangka 3). diperlukan dalam meningkatkan informasi merupakan salah satu tujuan dalam pengawasan masyarakat penelitian ini. Kualitas pelayanan informasi yang pemerintah; 4). Keterbukaan informasi publik diberikan oleh PPID sangat tergantung kepada diperlukan dalam rangka mewujudkan good pemahaman PPID terhadap keterbukaan informasi governance. terhadap kegiatan publik. Peneliti menduga, pemahaman PPID Penelitian ini juga menemukan bahwa terhadap keterbukaan informasi yang rendah PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten cenderung memiliki kualitas pelayanan informasi memiliki pemahaman dalam kategori tinggi. Hal yang buruk. Dan sebaliknya kualitas pelayanan ini dibuktikan dengan PPID untuk melakukan informasi yang baik akan diberikan oleh PPID ekstrapolasi yang memiliki pemahaman yang tinggi terhadap publik. keterbukaan informasi publik. kemampun PPID melihat dibalik yang tertulis Menurut kepada tingkatan pemahaman dalam terhadap Kemampuan undang-undang keterbukaan informasi ekstrapolasi dan adalah kemampuan tersebut, semua PPID di Lingkungan Pemerintah meramalkan sesuatu. Dalam hal ini, PPID Provinsi Banten sudah rurmpu menjelaskan meramalkan bahwa tentang keterbukaan informasi publik dengan keterbukaan informasi bahasa sendiri. Bahkan, pada umumnya ketika permohonan informasi yang ditujukan kepada peneliti menanyakan pengetahuannya tentang instansinya. keterbukaan informasi publik, PPID menafsirkan kebebasan kepada masyarakat untuk, meminta sendiri tentang keterbukaan informasi publik informasi yang berkaitan dengan instansinya akibat publik Undang-undang dari adanya akan banyak memberikan Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 45 masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut, rangka PPID dimaksud harus memberikan Berbagai mempersiapkan pelayanan upaya diri informasi dilakukan dalam tersebut. PPID untuk memenuhi diatas kewajiban Badan sebagaimana Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik. memberikan layanan informasi, antara lain : 1). Dari hasil penelitian diperoleh gambaran Menunjuk petugas pelayanan informasi; 2). bahwa tingkat kemampuan ekstrapolasi PPID Menindaklanjuti setiap permohonan informasi; 3). terhadap keterbukaan informasi publik sangat Menyediakan ruang pelayanan informasi; 4). dipengaruhi Menyelenggarakan sosialisasi; 5). Membangun diterima, pengalaman mengalami penyelesaian sistem pelayanan informasi berbasis website. sengketa informasi melalui mediasi dan/atau oleh jumlah perrnohonan yang Langkah persiapan pelayanan informasi sidang ajudikasi non litigasi di Komisi Informasi publik yang dilahirkan PPID sejalan dengan Pasal Provinsi Banten. Biro Humas dan Protokol Setda, 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Dinas Pendidikan dan Dinas Sumber Daya Air Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi dan Publik. Pasal tersebut mewajibkan setiap badan inforrnasi masing-masing sebanyak 66,45, dan 50 publik permohonan. dalam tersebut, yaitu melaksanakan sebanyak 36 kali, 6 kali dan 3 kali. Sedangkan Informasi pengalaman selain yang kepada informasi Publik melaksanakan menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan kewenangannya Badan Pengalaman permohonan penyelesaian sengketa inforrrasi melalui mediasi Publik 1). menerima wajib Publik : undang-undang Permukiman beradadi pemohon yang bawah Informasi dikecualikan penyelesaian sengketa infonnasi melalui sidang ajudikasi non litigasi masingmasing sebanyak 36 kali, 1 kali dan 3 kali. sesuaidengan ketentuan; 2). Badan Publik wajib Karakteristik di atas menunjukkan Biro menyeiiiakan Informasi publik yang akurat, benar, Humas dan Protokol Setda Dinas Pendidikan dan dan tidak menyesatkan; 3). Untuk melaksanakan Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman kewajiban sebagaimana di atas Badan Publik memiliki harus membangun dan mengembangkan sistem keterbukaan informasi publik yang dipengaruhi informasi dan dokumentasi untuk mengelola oleh Informasi Publik seuara baik dan efisien sehingga pengalaman menyelesaikan sengketa informasi. dapat akses dengan mudah; 4). Badan Publik Akibat pemahaman yang tinggi itu, PPID telah wajib membuat pertimbangan secara tertulis menetapkan setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi menindaklanjuti setiap permohonan informasi, hak setiap orang atas Informasi publik; 5). menyediakan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada nomor menyelenggarakan sosialisasi dan membangun 4 di atas, antara lain memuat pertimbangan sistem pelayanan informasi berbasis website. Hal politik, danlatau ini dilaksanakan atas pelaksanaan kewajiban pertahanan dan keemanan Negara; 6). Dalam sesuai undang-undang setelah mereka sendiri ekonomi,sosial, budaya pemahaman tingkat yang permohonan petugas ruang tinggi terhadap informasi pelayanan pelayanan dan informasi, informasi, 46 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik memiliki pemahaman yang tinggi terhadap undan- pemahaman terhadap yang tinggi terhadap UU undang tersebut. Hal ini berbeda dengan Biro KIP. Pengalaman melayani permohonan informasi umum dan perlengkapan dan Dinas Kehutanan dengan junlah yang besar dan biasa-bisa saja dan Perkebunan, yang masing-masing telah menentukan tindakan mereka untuk memberikan menerima permohonan informasi sebanyak 37 dan pelayanan informasi. 22 permohonan, pengalaman mediasi dan sidang Teori interaksionisme simbolik bisa juga ajudikasi non litigasi sebanyak 3 kali. Tingkat dijadikan pedoman dalam membahas pemahaman pemahaman PPID terhadap keterbukaan informasi publik, terhadap keterbukaan infomarsi publik bersifat sedang, karena melaksanakan UU yang KIP dengan menunjuk petugas layanan informasi, melaksanakan pelayanan informasi sesuai dengan menindaklanjuti setiap penrrohonan informasi, undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 dan menyelenggarakan sosialisasi UU KIP kepada Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi pegawai dan Publik. Titik tolak interaksi simbolik berasumsi Perlengkapan. Sementara Dinas Perindustrian dan bahwa realitas sosial sebagai proses dan bukan Perdagangan mendapatkan sesuatu yang bersifat statis. Menurut George permohonan informasi sekitar 20 permohonan. Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia Dinas ini, dalam melaksanakan UU KIP hanya dan melaksanakannya petugas masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan layanan inforrnasi dan menindaklanjuti setiap dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku permohonan informasi. manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang di intemal Biro Umum masing-masing Menurut dengan AIfred menunjuk Schutz, tugas lain. diwujudkan dirinya Mead dalam sendiri tindakan berkaitan menambahkan erat bahwa dalam dengan sebelum fenomenorogi adalah menghubungkan antara seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari- dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan hari, dan dari kegiatan dimana pengalaman dan orang lain dan mencoba memahami apa yang pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain diharapkan orang itu (Mulyana, 2007). mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, Sementara itu Herbert Blumer terdapat makna dan kesadaran (Kuswarno, 2009 : 17). tiga prinsip utama menurut Teori lnteraksionisme Dalam hal ini, PPID melakukan tindakan dalam Simbolik, yaitu : 1). Manusia bertindak melalui pelayanan inforrrasi. Tentu saja tindakan ini ada hal-hal pada makna yang ada di dalamnya; 2). hubungannya mereka Makna-makna tersebut muncul dari interaksi terhadap keterbukaan informasi publik, sehingga sosial; 3). Tindakan sosial merupakan hasil dari dengan tindakan-tindakan individu. tindakan dengan kesadarannya untuk pengetahuan mereka melaksanakan mempermudah pelayanan Dalam hal ini, PPID memahami informasi dengan menyiapkan SDM, sarana dan keterbukaan informasi publik dengan melakukan prasarana dan menindaklanjuti setiap permohonan tindakan-tindakan, informasi. Kesadaran itu muncul setelah adanya pelayanan informasi publik menindaklanjuti setiap seperti menunjuk petugas Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 47 permohonan informasi, menyediakan sarana dan sesuatu tidak prasarana pelayanan informasi publik, membuat pengetahuan yang dimilikinya serta lingkungan sistem pelayanan informasi berbasis website, dan yang mempengaruhi cara seseorang memandang menyelenggarakan sesuatu. sosialisasi keterbukaan terlepas dari latar belakang, informasi di lingkungannya. Tindakan PPID Menurut Schutz dalam menelaah tindakan tersebut berdasarkan pada pemaknaan yang seseorang yang umum dalam dunia kehidupan dimilikinya dan makna-makna tersebut muncul tidak setelah dengan biografinya. Makna yang terbangun dari setiap lingkungannya, dalam hal ini pemohon informasi. interaksi yang terbangun tidak lepas dari latar PPID melakukan interaksi dapat lepas dari pengaruh situasi belakang biografis. Proses pemaknaan di atas ini Makna Pemohon Informasi dari PPID di Lingkungan pemerintah Provinsi Banten proses interaksi dengan lingkungan. Dengan kata Pemohon informasi adalah dua pihak yang saling berinteraksi dalam proses pelayanan informasi. Sikap PPID dalam membentuk sistem relevansi yang menjalankan memberikan pelayanan informasi sangat dipengaruhi oleh lain, pembentukan sistem relevansi dalam proses interaksi sosial ini dapat dijadikan elemen pembentuk tujuan dalam setiap tindakan sosial yang dilakukan oleh individu. pemaknaan yang dimiliki PPID terhadap pemohon informasi. Sehubugan penelitian ini dengan bertujuan hal tersebut, bagaimana PPID memberikan makna terhadap pemohon informasi. Pemaknaan positif PPID terhadap pemohon informasi menyebabkan PPID bersikap terbuka dalam memberikan layanan informasi. Dalam pengertian, PPID sebagai pihak yang menguasai informasi akan mudah memberikan informasi tersebut kepada pemohon. Dan sebalik ya apabila PPID memiliki pemahanan yang negatif terhadap pemohon informasi cenderung bersikap tertutup. Dilihat dari fenomenologi, PPID merupakan aktor yang melakukaan tindakan sosial (melakukan pemaknaan terhadap pemohon informasi) yang saling terkait dengan tindakan aktor-aktor informan sesuatu, lain disekitamya. melakukan mereka berbeda-beda. pemahaman memaknai Proses Ketika terhadap sesuatu seseorang para secara memaknai Dalam hal PPID memaknai pemohon informasi, makna yang terbangun tidak terlepas dari setiap interaksi dan kondisi disekitarnya. Terdapat beberapa makna yang disampaikan informan dalam memandang pemohon informasi, yaitu melihat pemohon sebagai warga Negara yang memiliki hak untuk meminta informasi karena dilindungi undang-undang, pemohon informasi menjadi seseorang yang melakukan investigasi terhadap kegiatan yang ada di SKPD Pemprov Banten, pemohon informasi yang hanya sekedar meminta informasi tanpa tujuan yang jelas, dan pemohon informasi yang memiliki tujuan bertemu dengan pejabat. Pemaknaan tersebut tidak terlepas dari pengalaman PPID selama menjadi pelayanan informasi yang dipengaruhi oleh kondisi geografis seseorang, misalnya pengetahuan, latar belakang pendidikan atau jabatan PPID, dan intensitas pelayanan informasi. Pengetahuan dan 48 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik pemahaman PPID keterbukaan pemohon terhadap kebijakan, publik memandang informasi sebagai orang yang ciri pokoknya adanya pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. sedang Sementara itu dalam individu yang sama menggunakan haknya yaitu hak sebagai warga muncul negara untuk meminta informasi. Norma dasar pemohon penggunaan hak tersebut adalah Pasal 28F pemohon bersifat positif dan negatif. Makna Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen positif adalah PPID menyebut PPID sebagai pihak kedua, yang menyebutkan bahwa setiap orang yang berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahaa berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh rtan sebagai pihak yang menggunakan haknya informasi untuk mengembangkan pribadi dan untuk lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, Sedangkan makna negatif dari PPID terhadap memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, pemohon informasi adalah pemohon informasi dan sebagai pihak yang asal-asalan, berlebihan dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia penelitian yang informasi. tahu tentang Faktor-faktor Pemaknaan kegiatan terhadap terhadap pemerintahan. yang mempengaruhi semua pemaknaan tersebut adalah tingkat keseringan informan penelitian ini, dari sisi idealisme mengalami proses sengketa informasi di Komisi menyatakan, Informasi, sifat perorangan atau lembaga yang menggunakan pemohon dan haknya sebagai warga negara, yaitu hak ingin perrnohonan. PPID yang lebih sering mengalami tahu. Hak atas informasi merupakan hak dasar proses sengketa informasi, sifat permohonan yang yang yang dilayangkan pemohon bersifat positif cenderung transparan dan partisipatoris, merupakan jalan menilai positif pemohon informasi, sedangkan lempang bagi tersedianya jaminan pemenuhan PPID yang hanya satu kali mengalami sengketa hak-hak fundamental dan kebebasan lainnya. Hak cenderung, mendapatkan permohonan informasi atas informasi hanya dapat dibatasi oleh dan yang cenderung menyudutkan dan berlebihan, berdasarkan UU. Dan, pemerintah sebagai badan serta tidak memiliki aktivitas diluar kantor publik berkewajiban memenuhi hak warga Negara cenderung menilai negatif pemohon informasi. pemohon menjadi terhadap menemukan, berbeda berlebihan dalam mengajukan permohonan. (Arifin, Anwar, 2010 : 169). Hasil pemikiran informasi adalah sokoguru pemerintahan informasi. Pemenuhan kebebasan memperoleh merupakan salah satu hak informasi indikator atas publik dianutnya permohonan cara yang pemohon diajukan mengajukan Bersifat positif artinya, PPID memaknai pemohon informasi mengajukan sebagai permohonan pihak informasi yang karena konsepsi negara hukum sekaligus demokrasi yang memang benar-benar membutuhkan informasi bercirikan pengakuan atas hak asasi. Menurut yang Jimly Asshidiqie, dalam konsep negara hukum pemohon yang demokratis (democratische rechtsstaat) atau peraturan perundangan yang berlaku. Bersifat negara demokrasi berdasar atas hukum, salah satu negatif, PPID memaknai pemohon informasi yang dimintakan. informasi Sehingga tersebut PPID sesuai melayani dengan Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) memiliki tujuan bukan mendapatkan pemohon yang tidak memiliki tujuan yang jelas informasi. Tetapi, memohon informasi dengan dalam mengajukan permohonan. Artinya setelah alasan undang-undang tetapi memiliki tujuan lain. diajak berdiskusi beberapa pemohon informasi Seperti Dinas tidak membutuhkan informasi yang diminta tetapi misalnya. sekedar berniat bertemu dengan kepala Biro Pemohon informasi meminta informasi pengadaan Humas dan protokol. Sedangkan, PPID pembantu barang dan jasa, misalnya, pada ujung-ujungnya pata Biro umum dan perlengkapan mensinyalir pemohon informasi tersebut memintah “jatah” adanya motif lain dibalik pennohonan informasi. untuk diberikan pekerjaan penhadaan barang dan Indikasi tersebut antara lain, ketika pemohon jasa tersebut. Demikian juga diungkapkan oleh informasi mendapatkan PPID pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten. anggaran sebuah Pemohon mengajukan informasi langsung menyebut adanya indikasi permohonan informasi sekedar untuk bertemu penyelewengan, tanpa melakukan kajian atau dengan pejabat, dan selanjutnya membuat deal- penelitian terhadap pagu anggaran kegiatan deal tertentu dengan pejabat yang bersangkutan. tersebut. diungkapkan Perindustrian dan untuk 49 PPID pada Perdagangan, informasi hanya Dalam hal ini, tujuan keterbukaan informasi PPID pada data kegiatan, Dinas tentang maka pagu pemohon Perindustian dan sangat konttraproduktif dengan tujuan awal untuk perdagangan baru satu kali mengalami proses menciptakan sengketa informasi melalui mediasi dan sidang clean government dan good governance. ajudikasi non litigasi di Komisi Informasi. Selain Pemaknan positif dan negatif PPID itu pihak Dinas Perindustian dan perdagangan terhadap pemohon informasi sangat dipengaruhi sering menerima permohonan informasi yang oleh dan tidak memiliki tujuan jelas tentang penggunaan penyelesaian sengketa informasi. Biro Humas dan informasi. Hasil penelitian menunjukkan, PPID protokol serta Biro umum dan perlengkapan pada masing sengketa menilai pemohon informasi sebagai pihak yang, informasi sebanyak 36 kali dan 4 kali. Kedua unit mengajukan perrnohonan asal-asalan. PPID Dinas kerja pada Sekretariat Daerah Provinsi Banten ini perindustian memaknai positif. Memaknai positif, Biro Humas pemohon informasi sebagai pihak yang bertujuan dan Protokol menyebut pemohon informasi untuk menaikkan posisi tawar untuk menekan sebagai pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan pihak dinas. PPID pada Dinas Pendidikan dan pemerintahan. Sedangkan, PPID Biro umum dan PPID Protokol yang Permukiman telah mengalami beberapa kali memiliki hak untuk mengetahui proses perjalanan proses sengketa informasi melalui mediasi dan pemerintahan. Meskipun, dibalik penilaian positif, satu kali sidang ajudikasi non litigasi di Komisi keduanya menemukan keganjilan dari pemohon Informasi. Namun, PPID pada Dinas Pendidikan informasi. Biro Humas dan Protokol menemukan provinsi Banten, Ade Kosasih, S.Pd., M.Pd, kerap kuantitas masing permohonan telah menyebutnya informasi mengalami sebagai pihak Dinas pada Perindustrian dan Dinas dan Perdagangan perdagangan Sumber daya memaknai Air dan 50 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik menerima permohonan informasi yang berlebihan membutuhkan informasi dengan perbandingan 80 seperti meminta data dan informasi seluruh banding 20 persen. kegiatan pada Dinas pendidikan provinsi Banten PPID pada Dinas Kehutanan dan selama satu tahun. Menurut pengakuannya, perkebunan, Deni Andriani, S.Sos.,M.si, baru satu permohonan menyulitkan kali mengalami proses sengketa informasi baik dirinya untuk menyediakan seluruh permintaan melalui mediasi maupun sidang ajudikasi non tersebut. Dinas litigasi. Tetapi, sifat permohonan informasi yang Pendidikan sangat banyak dan mengunakan diterima rata-rata bersifat positif. Informasi yang anggaran yang sangat besar, mencapai ratusan diminta rata-rata data dan informasi kegiatan milyar. unggulan Dinas Kehutanan dan Perkebunan. informasi Maklum, tersebut kegiatan pada Sehubungan dengan hal tersebut, PPID Sebagai Dinas pemohon pembuatan Taman Hutan Raya Provinsi Banten. informasi berlebihan. Dan, dia menuduh pemohon Informasi yang diminta menyangkut nominal informasi menggunakan status pemohon untuk anggaran, tujuan pelaksanaan kegiatan, dan bisa bertemu dengan PPTK. Hal ini muncul sejauhmana kegiatan dilakukan. Dalam penelitian karena hasil interaksi antara dirinya dengan ini, PPID Dinas Kehutanan dan Perkebunan pemohon informasi yang menyatakan bahwa memaknai positif pemohon informasi, yaitu kepentingan sebenarnya dari pemohon informasi sebagai pihak yang berhak tahu atas inforrnasi bukan untuk mendapatkan informasi tetapi untuk publik yang ada di Lingkungan Dinas Kehutanan bertemu dengan pejabat. Dimana, hasil pertemuan dan Perkebunan. pada Pendidikan menilai tersebut tidak bisa diketahui lagi oleh dirinya. contoh, permintaan data kegiatan Pemaknaan seseorang obyek juga bisa Sementara PPID Pembantu pada Dinas dilihat dari sudut teori interaksioneine simbolik. Sumber Daya Air dan Permukiman, memaknai Menurut pemohon informasi sebagai investigator. Hal ini seseorang terhadap suatu obyek melihat kepada melihat karena PPID Pembantu Dinas SDA dan pemahaman perrnukiman seseorang kerap mendapatkan surat fenomenologi, terhadap atas proses pemaknaan pengalaman suatu subyektif peristiwa, maka permohonan informasi yang sifat minta klasifikasi interaksionisme simbolik fokus kepada penafsiran atas investigasi yang telah dilakukan oleh terhadap pemaknaan subyektif yang muncul dari pemohon informasi. Kalimat-kalimat investigasi hasil itulah yang membuat PPID Pembantu Dinas SDA lingkungannya dalam hal ini interaksi antara PPID dan permukiman menilai negatif sebagai pelaku dengan pemohon informasi. investigasi terhadap pemohon informasi. Hal ini interaksi dengan orang lain atau Dalam hal ini terdapat interaksi dengan disimpulkan setelah dikalkulasi bahwa antara pengoperan lambang-lambang antara PPID pemohon informasi sebagai pelaku investigasi dengan pemohon informasi. Dari pengoperan dengan pemohon informasi yang benar-benar lambang-lambang tersebut, kemudian muncul pemaknaan PPID terhadap pemohon informasi. Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 51 Proses pengoperan lambing-rambang ini yang orang lain. Mead menambahkan bahwa sebelum membedakan pemaknaan PPID terhadap pemohon seseorang bertindak ia membayangkan dirinya informasi. Simbolik dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan menyatakan, individu membentuk makna melalui orang lain dan mencoba memahami apa yang komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik diharapkan orang itu (Mulyana 2007). Gambaran terhadap kontruksi pembahasan di atas peneliti mengkontruksikan untuk bahwa terdapat dua sisi pemaknaan PPID menciptakan makna. Bahkan, tujuan dari interaksi Pemerintah Provinsi Banten terhadap pemohon adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal informasi. Sisi pertama, memandang pemohon ini penting karena tanpa makna yang srma dalam informasi positif. Mereka memaknai informasi berkomunikasi akan menjadi sulit atau bahkan sebagai warga negara yang sedang menggunakan tidak mungkin. haknya. Teori Interaksionisme apapun. interpretative Dibutuhkan diantara orang-orang Makna pemohon informasi dari PPID merupakan hasil interaksi dan pengoperan Selain itu pemohon informasi menunjukkan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam proses pemerintahan. Pemaknaan tersebut lambang-lambang antara PPID dengan pemohon muncul informasi. Artinya, PPID memberikan makna pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap terhadap pemohon informasi setelah melalui Undang-undang KIP. Sementara pada bagian lain, serangkaian pengalaman dalam melaksanakan PPID pelayanan informasi. Berbagai penemuan tersebut pengalarnan sadar mereka pada saat berinteraksi sejalan Interaksionisme dengan pemohon informasi. Ketika itu, terjadi Simbolik. Ide dasar teori interaksionisme simbolik pengoperan lambang-lambang antara kedua belah adalah bahwa tindakan dan interaksi manusia pihak. hanya dapat dipaharni melalui pertukaran simbol informasi dengan mayoritas dari LSM yang atau melayangkan dengan inti komunikasi Teori yang sarat makna. sebagai sisi memaknai PPID yang idealisme pemohon menerima permohonan PPID atas berdasarkan permohonan informasi bersifat Interaksionisme simbolik berakar dari dua kata negatif seperti tidak memiliki tujuan penggunaan yang bermakna berbeda yaitu interaksi dan yang jelas, meminta informasi secara berlebihan simbol. Simbolik mengandung pengertian pada dan makna yang terdapat pada situasi sosial tertentu di kegiatan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. mana pelaku berada di dalamnya, sedangkan Sehingga, PPID cenderung memaknai negatif interaksionis mengandung arti makib tersebut terhadap pemohon informasi. Bahkan cenderung dibentuk oleh interaksi di antara pelaku. memaknai pemohon informasi memiliki tujuan Menurut George Herbert Mead, cara lain, berita yakni melakukan bertemu investigasi PPTK, tidak terhadap sekedar manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri memohon informasi. Makna lainnya yang muncul berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead bahwa pemohon informasi memiliki motif tertentu melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi investigator, dan asal memohon informasi karena bagian dari perilaku manusia yaitu bagian dengan tidak memiliki tujuan yang jelas serta tidak 52 Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik relevan dengan aktivitas kesehariannya. Sedangkan, PPID yang mayoritas menerima permohonan informasi yang sifatnya positif cenderung memaknai pemohon sebagai pihak Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kuatitatif. Bandung: Tarsito Ratna K. Metodelogi penelitian Kajian Budaya dan Sosial Humaniora pada Umumnya, Pustaka pelajar, Yogyakarta 194 yang menggunakan haknya untuk tahu kegiatan pemerintahan. Sehingga mereka cenderung lebih terbuka dibanding dengan PPID yang banyak menerima permohonan dari pemohon yang sifatnya negatif. Daftar Pustaka Amsyah, Zulkifli, Drs. MLS. 2003. Manajemen Sistem Informasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design ; Choosing Among Five Traditions. The United states of America :sagePublikations, inc. Fatah, Eef Saefullah. 2000. Pengkhianatan Demokrasi Ala Orde Baru. Masalah dan Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional. PT Remaja Rosda Karya. Bandung. George R. Terry, Ph.D., office Management and control, Fourth Edition, Richard D. kwin Inc., Homewood, Ilinois, l962, Halaman 2l. Kartono, Kartini, Dali Gulo. 1997. Kamus Psikologi. Pustaka Setia Bandung. Kuswarno, E. 2009 Metode Penelitian Fenomenologi Konsepsi Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjadjaran, Bandung Lindlof Thomas R. 1995. Quolitative Communication Research Methods. California : Sage Publikations Inc. USA Moloeng, Lexy J- 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Schutz A. 1967. The Phenomenologi of The Social World. Evanston, IL : North Western Unviersity Press. Sudjana Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosda Karya. Bandung. Suryabarata, Suryadi. I991. Psikologi Pendidikan. Rajawali. Jakarta. Undang-undang dan Peraturan Lainnya: Peraturan Gubemur Banten Nomor 16 tahun 2011tentang Pedoman PengelolaanDokumentasi di Lingkungandan Pelayanan Informasi Publik danPemerintah Provinsi Banten. Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi Dan DokumentasiDi Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6l tahun 2010 tentangPelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor l4'Tahun2012 tentarg Keterbukaan Informasi Publik Peraturan Komisi Informasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentangStandar Layanan lnformasi Publik. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Keterbukaan lnformasi Publik Lain-Lain Data Kegiatan Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Bantentahun 2010,2011. Data Pelayanan informasi pada PPID di Lingkungan Pemerintah ProvinsiBanten, Juli20l2. Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) Data pada Komisi Informasi Provinsi Banten per Juli 2012. Harian Radar Banten edisi 2l Februari l2 hal l. Sekda Sosialisosikan UU KIP. Harian Radar Banten Edisi 20 Maret 2012, hal. 13, Permintaan Informasi Berujung Pemerasan. http://komisiinformasi.bantenprov.go.idlharusmampu-dorong-badan-publik-beriinformasi. Diakses tanggal 13 Agustus 2012 pukul 21.36 WIB. http://www.radarbanten.comlmod.php?mod:publis her&op:viewarlicle.artid:59270Pelayoaan Informasi Pemprov Banten mengecewakan. Diakses tanggal 2 Agustus 2012 pukul I I:31 AM. Ismanto, 2011. Banten Menuju Era Keterbukaan Informasi : Best Practice Pembentukan Komisi Informasi Provinsi dalam Jurnal Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 20 1 I LAB-ANE FISIP Untirta. Keat, Joan, Teori InteraksionismeSimbolik. http://id.shvoong.com/social-sciences/so ciology /22262 8 1 -teori-interaksionismesimbohk/ -#txz-223 -XYwU00, Diaksestzrrggal 13 Agustus 2012 pukul 14.58 WIB. 196 Laporan Kegiatan Sosialisasi Keterbukaan lnformasi Publik kepada SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten pada Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Banten tahun 2012. Supriatna Kusma. 2012. Kebebasan Pers dan Demokrasi, dalam Harian Umum Banten Raya Post Edisi 8 Februari 20l2,Hal. 4. Supriatna Kusma. 2012. Pemprov Patuhi KIP, dalam Harian umum KabarBanten Edisi 25 Februari 2012, Hal. 8. 53