3. Kusma Supriatna.1 - Portal Jurnal Universitas Serang Raya

advertisement
KONTRA PRODUKTIF KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Kusma Supriatna
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Serang Raya
Jalan Raya Cilegon-Serang Km. 5, Drangong, Serang, Banten
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pemahaman dan Makna Keterbukaan Informasi Publik (Studi Fenomenologi tentang
Pemahaman dan Makna Keterbukaan Informasi Publik Terhadap Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten). Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pemahaman PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten terhadap Keterbukaan
Informasi Publik, mengetahui tentang makna pemohon informasi dari PPID di Lingkungan Provinsi
Banten dan mengetahui tentang makna keterbukaan informasi publik dari PPID di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Banten. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori yang digunakan yaitu Fenomenologi Alfred
Schutz, Teori Interaksionisme Simbolik, dan Teori Kontruksi Sosial. Hasil penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa pemahaman PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten terhadap
keterbukaan informasi publik sudah tinggi. PPID sudah mampu melakukan ekstrapolasi, yakni
kemampuna melihat apa yang ada dibalik yang tertulis dan kemampuan apa yang akan terjadi akibat
berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Makna
pemohon informasi bagi PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten adalah sebagai pihak yang
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pihak yang menggunakan haknya untuk
memperoleh informais publik, pihak yang asal meminta informasi untuk menaikan daya tawar, dan pihak
yang menggunakan cara memohon informasi untuk bertemu dengan pejabat. Sedangkan makna
keterbukaan informasi publik, dari sisi iedalisme, PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten
adalah sebagai keniscayaan, tuntutan reformasi, dan bentuk pengawasan masyarakat. Semenatar itu,
dalam pelaksanaannya, PPID memaknai eterbukaan informasi publik sebagai sarana bagi pemohon
informasi untuk bertemu dengan para pejabat untuk mencapai “deal deal tertentu”, meningkatkan daya
tawar pemohon, menambah pekerjaan dan sarana mencari kesalahan orang lain.
demokrasi, setelah kekuatan eksekutif, legislatif
Latar Belakang
Reformasi tahun 1998 telah membawa
perubahan
mendasar
bermasyarakat,
dalam
berbangsa
dan
dan yudikatif.
kehidupan
Satu dasawarsa setelah melewati masa
bernegara.
reformasi,
revolusi
keterbukaan
informasi
Tuntutan transparansi dan keterbukaan dalam
semakin meluas dengan lahirnya Undang-undang
penyelenggaraan pemerintahan merupakan sebuah
Republik Indonesia Nomor
keniscayaan. Tuntutan itu direspon positif para
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-
penyelengara
undang ini lahir bertujuan untuk mewujudkan tata
pemerintahan.
Maka,
lahirlah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40
kelola
Tahun 1999 tentang Pers.
bertanggungjawab (good governance) melalui
Undang-undang ini
pemerintahan
14 Tahun 2008
memberikan kebebasan yang luar biasa kepada
penerapan
pers sebagai pilar keempat (fourth estate) dalam
transparansi
30
yang
prinsip-prinsip
dan
supermasi
baik
dan
akuntabilitas,
hukum
serta
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
31
melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap
dan alasan pengambilan keputusan kebijakan
proses kebijakan publik.
publik
serta
informasi
tentang
kegiatan
Informasi merupakan salah satu bagian
pelaksanaan kebijakan publik tersebut beserta
yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di
hasil-hasilnya harus terbuka dan dapat diakses
dunia saat ini, terlebih dalam suatu negara
oleh publik.
demokrasi yang mengenal adanya pengakuan
aparatur pemerintahan atau badan publik harus
terhadap kebebasan dalam memperoleh informasi
bersedia secara terbuka dan jujur memberikan
bagi rakyatnya. Tertutupnya kebebasan dalam
informasi yang dibutuhkan publik.
memperoleh informasi dapat berdampak pada
Sehingga ada konsekuensi bahwa
Sedangkan implikasi penerapan UU KIP
banyak hal seperti rendahnya tingkat pengetahuan
terhadap
dan wawasan warga negara yang pada akhirnya
terbukanya akses bagi publik untuk mendapatkan
juga berdampak pada rendahnya kualitas hidup
informasi yang berkaitan dengan kepentingan
suatu
segi
publik, terbukanya akses bagi publik untuk
penyelenggaraan pemerintahan, tidak adanya
berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan
informasi yang dapat diakses oleh publik dapat
kebijakan publik, termasuk didalamnya akses
berakibat
untuk pengambilan keputusan dan mengetahui
bangsa.
pada
Sementara
lahirnya
itu
dari
pemerintahan
yang
otoriter dan tidak demokratis.
Pemberlakuan
atau
publik
adalah
alasan pengambilan keputusan yang berkaitan
dalam
dengan kepentingan publik. Kemudian implikasi
penyelenggaraan di Indonesia, secara garis besar
yang dipandang sangat penting adalah dengan
implikasinya melekat pada dua pihak, yaitu
adanya penerapan UU KIP ini daya kritis
penyelenggara pemerintahan dan masyarakat atau
masyarakat
publik. Pada pihak penyelenggara pemerintahan,
penyelenggaraan
pemerintahan
ada beberapa implikasi penerapan UU KIP,
pelayanan
semakin
seperti
untuk
diperkirakan tingkat penilaian atau pengaduan
mengklasifikasikan informasi publik menjadi
masyarakat atau publik terhadap kualitas layanan
informasi yang wajib disediakan dan diumumkan
publik juga semakin meningkat.
kesiapan
UU
masyarakat
KIP
pemerintah
secara berkala, informasi yang wajib diumumkan
atau
publik
Implikasi
publik
lain
terhadap
kinerja
terutama
meningkat
sejalan
dan
dengan
serta merta, informasi yang wajib disediakan, dan
meningkatnya daya kritis masyarakat, adalah
informasi yang dikecualikan. Implikasi lain bagi
peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
pemerintah pada saat UU KIP diterapkan adalah
hak-hak mereka dalam pelayanan publik yang
semua
berupa
disediakan oleh pemerintah. Sehingga apabila
kebijakan-kebijakan publik, baik yang berkenaan
suatu saat terjadi ketimpangan atau permasalahan
dengan pelayanan publik, pengadaan barang dan
dalam pelayanan publik, maka akan banyak
jasa
pengaduan masyarakat berkaitan dengan kualitas
urusan
tata
pemerintah,
pemerintah,
maupun
kepemerintahan
penyusunan
pembangunan
anggaran
harus
diketahui oleh publik, termasuk juga isi keputusan
pelayanan
pengetahuan
publik
tersebut.
masyarakat
Meningkatnya
mengenai
proses
32
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
penyelenggaraan pemerintahan, juga merupakan
2003 p.90). Selanjutnya peneliti mencari kerangka
implikasi yang akan dihadapi dalam penerapan
teori, kemudian membentuk kategori dalam
UU KIP. Dan, hal tersebut dapat meningkatkan
metode, operasionalisasi konsep, mengajukan
minat dan keinginan masyarakat untuk berperan
pertanyaan dalam wawancara dan mengumpulkan
serta
proses
data dan informasi berhubungan dengan teori-
penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan
teori tersebut. kualitatif dipandang sesuai karena
kapasitas masing-masing.
dalam
dan
berpartisipasi
dalam
penelitian
kualitatif
penelitian
harus
dilakukan secara teliti, mendalam dan menyeluruh
Metodelogi Penelitian
Penelitian
untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip-
ini
menggunakan
metode
fenomenologi, yaitu suatu pendekatan yang
mencoba
mencari
pemahaman
bagaimana
manusia mengkontruksi makna dan konsepkonsep penting, dalam kerangka intersubyektif
karena pemahaman seseorang mengenai dunia
dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain.
Secara harfiah, fenomenologi adalah studi yang
memperlajari fenomena, seperti penampakan,
segala yang muncul dalam pengalaman seseorang,
cara seseorang mengalami sesuatu, dan makna
yang dimiliki seseorang dalam pengalamannya.
Namun, dalam hal ini fenomenologi lebih luas
dari sekedar fenomena, yakni pengalaman sadar
dari
sudut
pandang
orang
pertama
(yang
prinsip umum atau pola-pola yang berlaku umum
sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam
lokasi penelitian. Karena topik yang diangkatimplementasi UU KIP- bersifat sangat mendasar
sehingga membutuhkan analisa yang mendalam
dari
penelitian
ini
adalah
digunakan
pendekatan
dalam
penelitian
kualitatif. Pada penelitian kualitatif, penelitian
tidak dimulai dengan menguji teori untuk
membuktikan,
melainkan
sebaliknya.
Dalam
pendekatan kualitatif, suatu teori dapat muncul
dalam proses penelitian.
yang digunakan dalam penelitian ini diawali
mengembangkan
Kondisi
ini
konsep. Artinya, alasan penggunaan pendekatan
kualitatif
memahami
karena
suatu
penelitian
situasi
ini
bertujuan
sosial.
Termasuk
didalamnya adanya peristiwa, peran, interaksi dan
kelompok.
Metode
pendekatan
kualitatif
merupakan sebuah proses investigasi (Creswell,
2003 p.150)
itu,
maksud
dari
dipilihnya
penelitian dengan jenis kualitatif deskriptif yaitu
agar hasil yang dicapai dari penelitian ini juga
dapat menjadi rekomendasi yang baik, jelas, dan
berimbang bagi para pembuat keputusan serta
untuk
mendukung
perencanaan
di
dalam
organisasi. Melalui penelitian ini, penulis juga
bermaksud untuk menjelaskan bagaimana makna
Model induktif dalam penelitian kualitatif
dengan
pandang.
dalam hubungan di antara gejala-gejala atau
Selain
yang
sudut
menuntut jawaban mengenai hakekat yang ada
mengalami secara langsung).
pendekatan
berbagai
teori
atau
membandingkan pola dengan teori lain (Creswell,
keterbukaan informasi publik dari PPID di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten.
Sementara
itu,
penelitian
ini
juga
mengguanakan Paradigma konstruktivis, yaitu
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
33
paradigma di mana kebenaran suatu realitas sosial
masyarakat. Manusia yang membentuk realitas,
dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan
menyusun institusi dan norma yang ada. Teori
kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif
konstruksi sosial berada di antara keduanya.
(nisbi). Pertama, dilihat dari penjelasan ontologis,
Paradigma konstruktivis juga dipengaruhi
realitas yang dikonstruksi itu berlaku sesuai
oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif
konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku
sruktural fungsional. Perspektif interaksi simbolis
sosial. Kedua, paradigma konstruktivis ditinjau
ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan
dari konteks epistemologis, bahwa pemahaman
kreatif
tentang suatu realitas merupakan produk interaksi
stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses
antara peneliti dengan objek yang diteliti. Dalam
sosial, individu manusia dipandang sebagai
hal
bersifat
pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam
dalam
dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki
ini,
paradigma
transaksional
konteks
atau
aksiologi,
passionate
konstruktivis
subjektif.
yakni
participation,
Ketiga,
peneliti
sebagai
makna
manakala
respons
realitas
terhadap
sosial
tersebut
yang
dikontrusikan dan dimaknakan secara subjektif
menjembatani keragaman subjektivitas pelaku
oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas
sosial.
itu secara objektif.
Dalam
konstruktivis
ilmu-ilmu
merupakan
fasilitator
mengembangkan
sosial,
paradigma
salah
satu
dari
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang
menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan
paradigma yang ada. Dua paradigma lainnya
teori
adalah klasik dan kritis. Paradigma konsruktivis
adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap
berada
interpretivisme
organisme harus beradaptasi secara fisik dengan
(penafsiran) memiliki tiga jenis, yaitu interaksi
lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian
simbolik,
juga
di
dalam
perspektif
fenomenologis
dan
hermeunetik.
pengetahuannya
struktur
dikenal
pemikiran
dengan
manusia.
teori
Manusia
(Eriyanto 2004:13) menuliskan bahwa dalam
berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala
konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial
baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya
bisa disebut berada di antara teori fakta sosial dan
secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus
definisi sosial. Dalam teori fakta sosial struktur
mengembangkan skema pikiran lebih umum atau
sosial yang eksislah yang penting. Manusia adalah
rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan
produk dari masyarakat. Tindakan dan persepsi
menginterpretasikan
manusia ditentukan oleh struktur yang ada dalam
tersebut.
pengalaman-pengalaman
masyarakat. Institusional, norma, sruktur dan
Dalam penelitian ini, PPID yang notabene
lembaga sosial menetukan individu manusia.
adalah aparatur pemerintah menghadapi sebuah
Sebaliknya adalah teori definisi sosial, manusialah
kenyataan
yang
Manusia
informasi publik. Aparatur pemerintah diwajibkan
digambarkan sebagai identitas yang otonom.
memberikan informasi publik yang dihasilkannya
Melakukan
kepada masyarakat, baik diminta maupun tidak
membentuk
masyarakat.
pemaknaan
dan
membentuk
dihadapkan
dengan
keterbukaan
34
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
diminta. Selain itu, desakan masyarakat untuk
Keterbukaan Informasi Publik dari PPID di
melaksanakan
Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten.
keterbukaan
informasi
publik
sangat kuat.
Sedangkan definisi dari data sekunder
Sementara di sisi lain, masyarakat sedang
mengalami
euphoria
tentang
adalah data-data yang diperoleh dari tangan
keterbukaan
kedua, misalnya data yang diperoleh dari data
informasi ini setelah sebelumnya mengalami
kepustakaan, Biro Pusat Statistik (BPS), Lembaga
rezinm ketertutupan sebelum lahirnya Undang-
Demografi, ataupun lembaga-lembaga sejenis.
undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sehingga,
melalui studi kepustakaan dalam usaha mendapat
aparatur pemerintah dihadapkan untuk melayani
informasi pada tahap awal penelitian serta pada
permohonan informasi, yang terkadang diajukan
saat melakukan analisis. Data kepustakaan yang
dengan tidak realistis dan membabi buta.
dikumpulkan terdiri dari buku, jurnal, makalah,
Dalam kondisi seperti itu, bagaimana
PPID
mengkontruksi
makna
artikel surat kabar, dan artikel dari internet terkait
keterbukaan
UU KIP, kesiapan organisasi terhadap perubahan,
informasi publik berdasarkan pengalaman sadar
manajemen, perubahan organisasi, dan sistem
mereka selama menjadi pelayanan masyarakat
informasi.
dalam bidang informasi publik. Oleh karena itu,
penelitian
ini
mencoba
menggambarkan,
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Pejabat
bagaiman PPID memaknai keterbukaan infromasi
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di
publik tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kualitatif. Data kualitatif sendiri dapat
dibagi
dalam
tiga
bentuk
yakni
interview
(wawancara), observations (pengamatan), dan
documents (dokumen) (Patton, 2002 : 4). Data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung. Data primer di
dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara
langsung
kepada
informan.
Informan
yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu pejabat atau
pihak-pihak
yang
memiliki
wewenang
dan
pengaruh terhadap kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah
Provinsi
Banten.
Wawancara
dilakukan untuk mengetahui bagaimana Makna
Lingkungan
Pemerintah
Provinsi
Banten.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Banten Nomor
499.05/kep673-Huk/2001 tertanggal 1 Agustus
2011
tentang
Informasi
dan
Penetapan
Pejabat
Dokumentasi
Pengelola
(PPID)
di
Lingkungan Pemprov Banten, PPID Pemerintah
Provinsi Banten terdiri dari :
1. Tim Pertimbangan
Tim Pertimbangan terdiri dari Sekretaris
Daerah, Asisten Tata Praja, Asisten Ekonomi
dan
Pembangunan,
Asisten
Administrasi
Umum dan Kesejahteraan Rakyat, Staf Ahli
Gubernur bidang Hukum dan Hak Asasi
Manusia dan Kepala Biro Hukum Sekretariat
Daerah.
2. PPID
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
PPID dijabat oleh Kepala Biro Hubungan
35
5)
Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah.
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, PPID
Daerah Provinsi Banten;
6)
dibantu oleh :
1) Koordinator
Bidang
Pengelolaan
dijabat oleh Kepala Bagian Dokumentasi
7)
Protokol Sekretariat Daerah
8)
9)
Kepala
Bagian
Badan
Penanggulangan
Sekretaris
Badan
Pendidikan
dan
10)
Sekretaris
Badan
Koordinasi
pada Biro Hubungan Masyarakat dan
Banten;
Bidang
11)
Pengaduan
dan
Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Banten;
Penyelesaian Sengketa yang dijabat oleh
12)
Sekretaris Inspektorat Provinsi Banten;
Kepala Bagian Bantuan Hukum pada Biro
13)
Sekretaris Dinas Bina Marga dan Tata
Ruang Provinsi Banten;
Koordinator bidang dalam melaksanakan
14)
tugasnya dibantu oleh tiga orang pelaksana,
yang ditetapkan oleh keputusan Kepala Biro
PPID.
15)
Sekretaris
Dinas
Sosial
Provinsi
Banten;
16)
3. PPID Pembantu
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Banten;
PPID Pembantu tersebar pada setiap Satuan
17)
Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang terdiri
dari :
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinisi Banten;
Sekretaris
Badan
Perempuan
dan
Desa
19)
20)
Daerah Provinsi Banten;
dan
Sekretaris Dinas SDA dan Permukiman
Sekretaris
Dinas
Perindustrian
dan
Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Banten;
21)
Politik Provinsi Banten;
Sekretaris Badan Lingkungan Hidup
Pertanian
Perdagangan Provinsi Banten;
Provinsi Banten;
Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan
Dinas
Provinsi Banten;
Pemberdayaan
Masyarakat
Sekretaris
Peternakan Provinsi Banten;
18)
Sekretaris
Sekretaris Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Provinsi Banten;
Hubungan Masyarakat dan Protokol selaku
4)
Sekretaris
Pelatihan Provinsi Banten;
Hukum Sekretariat Daerah
3)
dan
Penanaman Modal Daerah Provinsi
3) Koordinator
2)
Penelitian
Hubungan dan Penerangan Masyarakaty
Protokol Sekretariat Daerah.
1)
Badan
Bencana Daerah Provinsi Banten;
2) Koordinator Bidang Pelayanan Informasi
oleh
Sekretaris
Pengembangan Daerah Provinsi Banten;
pada Biro Hubungan Masyarakat dan
dijabat
Sekretaris Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Banten;
Informasi, Dokumentasi dan arsip, yang
yang
Sekretaris Badan Ketahanan Pangan
Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi
Banten;
22)
Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga
Provinsi Banten;
36
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
23)
24)
Sekretaris Dinas Budaya dan Pariwisata
Transmigrasi pada Biro Kesejahteraan
Provinsi Banten;
Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi
Sekretaris Dinas Pertambangan dan
Banten;
Energi Provinsi Banten;
25)
26)
27)
28)
38)
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi
Humas dan Protokol Sekretariat Daerah
Banten;
Provinsi Banten;
Sekretaris
Dinas
Kelautan
dan
39)
31)
Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Provinsi
40)
Kepala UPT se Provinsi Banten;
Banten;
41)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada
Sekretaris
Dinas
Kehutanan
dan
Kantor Penghubung Provinsi Banten;
42)
RSUD Malingping Provinsi Banten;
43)
dan
DPRD Provinsi Banten;
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Kepala Bagian Kerjasama pada Biro
(KPID) Banten.
Sekretariat
Kepala
Bagian
Dokumentasi
dan
Sekretariat
di
atas,
penulis
mengkategorikan
subyek
penelitian sebagai berikut :
1. Tim Pertimbangan
2. PPID, yang terdiri dari PPID, koorditaor
bidang, dan pelaksana
3. PPID Pembantu pada badan-badan di
Banten;
Kepala Bagian Perekonomian pada Biro
Sekretariat
Daerah
Provinsi Banten;
Kepala Bagian Analisis Data pada Biro
Administrasi Pembangunan Sekretariat
Daerah Provinsi Banten;
Kepala Bagian Tata Usaha pada Biro
Umum dan Perlengkapan Sekretariat
Daerah Provinsi Banten;
37)
pada
Berdasarkan tata pengorganisasian PPID
Kepala Bagian Tata Laksana pada Biro
Perekonomian
Kepegawaian
Daerah
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi
36)
Kepala Sub Bagian Umum, Keuangan
Kepala Bagian Umum pada Sekretariat
Sekretariat Daerah Provinsi Banten;
35)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada
Kepala Bagian Tata Usaha pada Satuan
Informasi Hukum pada Biro Hukum
34)
dan
Provinsi Banten;
Dinas
Provinsi Banten;
33)
Umum
Sekretaris
Pemerintahan
32)
Bagian
Kepegawaian pada Sekretariat Korpri
Polisi Pamong Praja Provinsi Banten;
30)
Kepala
Perikanan Provinsi Banten;
Perkebunan Provinsi Banten;
29)
Kepala Bagian Protokol pada Biro
Kepala Bagian Tenaga Kerja dan
Lingkungan
Pemprov
Banten
dan
Sekretariat DPRD Provinsi Banten
4. PPID pembantu pada dinas-dinas di
Lingkungan Pemprov Banten
5. PPID
pembantu
pada
biro-biro
di
Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi
Banten dan Sekretariat KORPRI.
6. PPID Pembantu pada kantor/sekretariat
komisi/UPTD di Lingkungan Pemprov
Banten.
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
37
4. Informan bersedia diwawancara dan direkam
Para
pejabat
sebagaimana
termaktub
dalam keputusan Gubernur tersebut di atas,
merupakan calon-calon informan dalam penelitian
ini.
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif,
peneliti tidak membatasi jumlah informan tetapi
aktivitasnya selama wawancara atau selama
penelitian berlangsung,
5. Memberikan
persetujuan
untuk
mempublikasikan hasil penelitian.
(Kuswarno, 2009 : 60)
mengutamakan pemenuhan data yang dibutuhkan
penelitian (Bungin, 2003 : 55). Langkah
awal
Salah kendala dalam penelitian dimana
peneliti adalah melakukan pendekatan dengan
peneliti berada dalam lingkungan informan adalah
para calon informan. Dalam hal ini, merupakan
terjadinya bias data hasil penelitian. Untuk itu,
langkah yang mudah bagi peneliti karena sehari-
peneliti harus menjaga betul sehingga data-data
hari
pada
yang diungkapkan informan kepada peneliti
rangka
adalah benar-benar berdasarkan hasil kontruksi
pelaksanaan tugas sebagai pelayan informasi
makna dari para informan yang berdasarkan
publik maupun dalam rangka keperluan lainnya.
pengalaman sadar mereka yang diungkapkan
Sehingga, merupakan keuntungan bagi penelitian
secara subyektif, yang merupakan hasil interaksi
ini, karena diharapkan informan tersebut akan
antara informan dengan pemohon informasi.
memberikan
adanya
Untuk menjamin tidak terjadi bias peneliti
sesuai dengan pengalaman dn kontruksi makna
menggunakan kedekatan personal antara peneliti
yang dia miliki dengan lugas dan tanpa rasa
dengan informan, karena biasanya seseorang akan
prasangka lain-lain. Namun demikian peneliti
berbicara kepada orang-orang
tetap akan menentukan informan yang betul-betul
sesuatu hal secara blak-blakan.
sering
bergaul.
Peneliti
berada
lingkungan kerja informan dalam
informasi-informasi
dapat
pengalamannya
apa
mengartikulasikan
untuk
menjawab
terdekat tentang
Berdasarkan tahapan-tahapan dan kriteria
pertanyaan
umum informan di atas, informan bukanlah obyek
penelitian, dengan memenuhi kriteria umum
yang diobservasi semata, tetapi seseorang yang
sebagai berikut:
dapat dimintai penjelasannya tentang obyek yang
1. Informan harus mengalami langsung situasi
diobservasi.
Dalam
hal
ini,
Creswell
atau kejadian yang berkaitan dengan topik
menyebutnya dengan Gaining Access dan making
penelitian.
Rapport mengenai tahapan pengumpulan data
Syarat inilah yang mendukung
sifat otentitas penelitian fenomenologi,
yang dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
2. Informan mampu menggambarkan kembali
pengumpulan data.
fenomena yang telah dialaminya, terutama
Implementasi
dalam sifat alamiah dan maknanya,
3. Informan
kegiatan
bersedia
untuk terlihat
penelitian
membutuhkan waktu lama,
yang
dalam
mungkin
Keterbukaan
Informasi
di
Pemprov Banten
Provinsi Banten merupakan Provinsi ke30 di Indonesia. Sebagai daerah otonom, Provinsi
Banten terbentuk berdasarkan Undang-undang
38
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
Nomor 23 Tahun 2000, yang disetujui DPR RI
Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2008
pada tanggal 4 Oktober 2000. Sebelum menjadi
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
provinsi, Banten merupakan bagian dari Provinsi
Sekretariat Daerah Provinsi Banten.
Jawa Barat. Sejak berdirinya, Pemerintah Provinsi
Banten
memiliki
untuk
public relations (PR) ini ini bertujuan untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
melayani informasi kepada masyarakat oleh
(good governace). Hal tersebut terlihat dari misi
Pemerintah
Provinsi Banten. Setiap periode kepemimpinan di
pemerintahan, PR bertugas menjalankan kegiatan
Provinsi
kebijakan publik dan pelayanan publik.
Banten
komitmen
selalu
positif
Keberadaan lembaga kehumasan atau
menetapkan
misi
penerapan good governance.
Salah
pilar
Banten.
Di
dunia
Salah
satu kegiatan PR pemerintah dalam bidang
good
kebijakan publik adalah memberikan berbagi
governance adalah adanya keterbukaan informasi
informasi tentang kebijakan pemerintahan yang
publik.
pelaksanaan
mengikat rakyat atau masyarakat (Ardianto, 2011
keterbukaan informasi publik sudah dilaksanakan
: 239). Sedangka menurut Mantan Menteri
jauh sebelum berlakunya Undang-undang Nomor
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Birokrasi Feisal Tamin, fungsi dan peranan humas
Publik.
dalam pemerintahan adalah sebagai berikut : 1).
Di
satu
Provinsi
Provinsi
Secara
penerapan
Banten
kelembagaan,
pelaksanaan
keterbukaan informasi publik dengan dibentuknya
Mengamankan
lembaga kehumasan di Lingkungan Pemerintah
pemerintah; 2). Memberi pelayanan informasi dan
Provinsi Banten.
Pada awal pembentukan
pintu keterbukaan; 3). Menampung dan menyerap
Pemerintah Provinsi Banten, struktur lembaga
informasi; 4). Menjembatani secara aktif pihak
kehumasan berbentuk bagian pada Biro Umum
instansi
dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Provinsi
iklim/suasana lingkungan yang baik.
dan
dan
publik;
terjemahkan
dan
5).
kebijakan
Menciptakan
Banten, yang kepalanya dijabat pejabat struktural
Ketika Undang-undang Nomor 14 Tahun
esselon III. Sejak tahun 2002 lembaga kehumasan
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
ini dinaikan statusnya menjadi Biro Humas
diterbitkan,
Sekretariat Daerah Provinsi Banten berdasarkan
menyambut positif era keterbukaan informasi
Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2002 tentang
publik tersebut. Sebelum undang-undang tersebut
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah
diberlakukan 29 April 2010, Pemprov Banten
Provinsi Banten, yang kepalanya djabat oleh
melalui Biro Humas dan Protokol sudah ancang-
pejaat struktural esselon II. Demikian juga ketika
ancang melaksanakan- nya dengan menerbitkan
Pemerintah
Keputusan Gubernur Nomor
Provinsi
Banten
melakukan
Pemerintah
Provinsi
Banten
019.05/Kep.244-
perombakan terhadap stuktur organisasi pada
Huk/2009 Tentang Pembentukan Tim Kehumasan
tahun 2008. Saat itu, lembaga kehumasan di
pada
Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten bernama
Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten, dan
Biro Humas dan Protokol berdasarkan Peraturan
Keputusan Gubernur 019.05/Kep.292-Huk/2010
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
di
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
39
tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 14
Banten
019.05/Kep.244-Huk/2009
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Tentang Pembentukan Tim Kehumasan pada
Pada Agustus 2010, Pemerintah Republik
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan
Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
Pemerintah Provinsi Banten. Tim Kehumasan
Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
merupakan para pegawai pada satua kerja
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
perangkat
dan
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
antara
Salah satu poin penting PP tersebut adalah
Nomor
daerah
menjembatani
yang siap
kesenjangan
melayani
informasi
masyarakat dengan Pemerintah Provinsi Banten.1
Secara simultan pada awal tahun 2011,
Pemerintah
Provinsi
Pemprov
Banten,
untuk
membuat
peraturan tentang tata kelola informasi publik dan
Informatika
penujukan Pejabat Pengelola Informasi dan
menfasilitasi pembentukan Komisi Informasi
Dokumentasi (PPID) paling lambat 23 Agustus
Provinsi
2011.
Komunikasi
Banten.
Pada
24
melalui
satunya
kepada badan publik, salah
Dinas
Perhubungan,
Banten
memerintahkan
dan
Februari
2011,
Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah
Untuk melaksanakan perintah tersebut,
melantik Anggota Komisi Informasi Provinsi
tanggal
Banten masa bhakti 2010–2015 di Pendopo
menerbitkan Peraturan Gubernur Banten Nomor
Gubernur Banten. Penetapan anggota Komisi
16 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan
Informasi
Provinsi
informasi Publik dan Dokumentasi di Lingkungan
Gubernur
Banten
Banten
berdasarkan
Nomor
SK
497.05/Kep.69-
14
Pemerintah
Juli
Provinsi
2011,
Pemprov
Banten.
Banten
Peraturan
ini
Huk/2011. Menurut Gubernur Komisi Informasi
mengatur tentang mekanisme pengelolaan dan
memiliki tugas untuk menerima, memeriksa dan
pelayanan informasi publik dan Dokumentasi di
memutuskan permohonan penyelesaian sengketa
Lingkungan Pemprov Banten.
informasi publik melalui mediasi atau ajudikasi
Peraturan tersebut,
non-litigasi yang diajukan oleh setiap pemohon
dengan
informasi
Gubernur
publik
berdasarkan
perundang-undangan
Banten
Nomor
499.05/kep673-
huk/2001 tertanggal 1 Agustus 2011 tentang
melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
Penetapan Pejabat Pengelola Informasi dan
Gubernur dan DPRD Provinsi Banten. Saat itu,
Dokumentasi (PPID) di Lingkungan Pemprov
Gubernur juga menyampaikan bahwa dalam
Banten.
upaya mewujudkan pemerintahan yang clean
kepada pejabat yang ditunjuk untuk memberikan
governance
pelayanan informasi publik kepada masyarakat.2
good
berlaku
penerbitan Surat Keputusan (SK)
serta
dan
yang
peraturan
kemudian disusul
governance.
Komisi
Informasi Provinsi Banten menjadi fasilitator
untuk
penyampaian
informasi
sebagaimana
SK tersebut memberikan kewenangan
Sampai dengan Oktober 2012, PPID
sudah menerima permohonan informasi sebanyak
2
Supriatna, Kusma. 2012. Pelayanan Informasi di
Pemerintah Provinsi Banten. Menara Banten
Edisi IV Tahun 2012. Hal.
40
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
83 permohonan. Sebanyak dapat dilayani sesuai
Raperda Prakarsa DPRD tentang Keterbukaan
dengan permintaan dan pemohon informasi dapat
Informasi Publik.3
menerima pelayanan itu. Sebanyak 37 kasus
Selain adanya fungsi kontrol langsung
mengajukan sengketa informasi kepada Komisi
dari masyarakat, lanjut Aeng, dengan adanya
Informasi Provinsi Banten.
keterbukaan
Sebanyak
37
kasus
diupayakan
informasi
publik
ini
bisa
dimanfaatkan oleh investor untuk memberikan
penyelesainnya melalui mediasi. Dan, sebanyak
kepercayaannya
37 kasus pula berlanjut hingga ke proses sidang
menanamkan modalnya.
ajudikasi non litigasi, gugatan di Pengadilan Tata
informasi publik ini bisa sebagai informasi publik
Usaha Negara (PTUN) Serang. Dan, satu kasus
bagi para investor yang ingin menanam modal di
berlanjut hingga proses kasasi di Mahkamah
Provinsi Banten,” katanya.
Agung (MA) Rrepublik Indonesia.
kepada
Banten
dalam
“Raperda keterbukaan
Raperda tentang Keterbukaan nformasi
Sambutan positif keterbukaan informasi
Publik disayhakan Gubernur Banten Hj. Ratu Atut
di Provinsi Banten juga datang dari DPRD
Chosiyah, SE bersama-sama DPRD Provinsi
Provinsi Banten.
Banten pada 28 September 2012, bersamaan
Provinsi
Peraturan
Banten
Daerah
Pada 7 Maret 2012, DPRD
menyerahkan
Rancangan
dengan peringatan Hari Hak Untuk Tahu (Right to
(Raperda)
mengenai
Know Day) tahun 2012 dengan nama Peraturan
keterbukaan informasi publik di Provinsi Banten.
Daerah
Penyerahan Raperda dari DPRD Provinsi kepada
Keterbukaan
Gubernur Banten tersebut dilaksanakan pada
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
acara Rapat Paripurna Penjelasan DPRD Banten
sambutannya, Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut
mengenai dua Raperda Prakarsa oleh Pimpinan
Chosiyah, SE mengatakan pengesahan Raperda
Badan Legislatif Daerah (Balegda) dan Komisi V
tentang Tata Kelola Keterbukaan Informasi Publik
DPRD Provinsi Banten.
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Dalam Raperda keterbukaan informasi
Provinsi Banten tentang Tata Kelola
Informasi
Publik
Dalam
Dalam
merupakan komitmen bersama untuk membangun
publik, dewan menilai Raperda ini dianggap
akuntabilitas
dan
transparansi
dalam
penting karena keterbukaan informasi harus
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik
dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.
(good governance), yaitu melalui pelayanan
Dengan adanya keterbukaan informasi publik
informasi yang disediakan Pemerintah Provinsi
yang transparan dan akuntabel, publik bisa
Banten, baik melalui media cetak dan/atau
mengontrol kinerja pemerintah. “Dengan adanya
elektronik.4
kontrol yang langsung dilakukan masyarakat,
maka pelayanan terhadap masyarakat pun akan
bisa lebih baik lagi,” kata Ketua DPRD Banten,
Aeng Haerudin, usai rapat paripurna penyerahan
3
http://bantenposonline.com/2012/03/08/dewan-serahkan-2raperda-inisiatif/. Diakses tanggal 16 November
2012 pukul 22.58 WIB.
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
41
menempati urutan kelima dalam membentuk
Pembahasan
Negara
Komisi Informasi provinsi.6 Terbentuknya Komisi
Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang
Informasi di Provinsi Banten merupakan harapan
Keterbukaan
KIP)
masyarakat untuk terciptanya good government di
dalam
Provinsi Banten. Bertepatan dengan peringatan
di
Provinsi
satu tahun Komisi Informasi Provinsi Banten,
Banten, menjadi sorotan masyarakat.
Setahun
Direktur Pusat Telaah dan Informasi Regional
sebelum undang-undang tersebut dilaksanakan,
(Pattiro) Serang, Patchurrahman mengatakan, KI
sejumlah komponen mendesak badan publik,
Banten
terutama
masyarakat karena tujuan akhir dibentuknya KI
Semenjak
disahkan,
Undang-undang
Informasi
Publik
keterbukaan
penyelenggaraan
informasi
pemerintahan
pemerintah
(UU
daerah
untuk
segera
melaksanakan UU KIP di wilayah Provinsi
menanggung
harapan
besar
dari
Banten adalah mewujudkan good government.
Banten. Sejumlah LSM, lembaga riset, pers, tokoh
Setelah 2 (dua) tahun UU KIP berjalan,
masyarakat, dan organisasi mahasiswa gencar
tuntutan keterbukaan informasi semakin menguat.
melakukan sosialisasi dan mewacanakan UU KIP
Masyarakat yang menggunakan haknya untuk
ini sejak awal tahun 2009. Bahkan, beberapa
tahu
tokoh masyarakat, berinisiatif membentuk Tim
makin banyak. Sebagai gambaran, berdasarkan
Persiapan Pembentukan Komisi Informasi Publik
data pada Pejabat Pengelola Informasi dan
(TP-KIP) sebagai organisasi taktis yang bersifat
Dokumentasi (PPID) di Lingkungan Pemerintah
ad-hoc
Provinsi (Pemprov) Banten, pada tahun 2011,
yang
mewadahi
elemen-elemen
tentang
penyelenggaraan
pemerintahan
masyarakat tersebut guna mendorong pemerintah
hanya sekitar
untuk proaktif dalam menyambut pemberlakuan
diajukan masyarakat kepada Pemprov
UU KIP ini dengan melakukan percepatan
Permohonan informasi melonjak pada tahun 2012.
pembentukan Komisi Informasi di Provinsi
Sampai dengan Juni 2012, permohonan informasi
Banten.
tersebut mencapi 62 permohonan, yang berasal
TP-KIP
organisasi
ini
yang
aktif
menjadi
satu-satunya
mengawal
proses
pembentukan komisi informasi, sehingga hampir
15 permohonan informasi yang
Banten.
dari perorangan, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain.
seluruh tahapan seleksi yang diselenggarakan oleh
Pada umumnya, permohonan informasi
tim seleksi nyaris tidak luput dari pengawasan dan
tersebut
kontribusi dari TP-KIP.5 Sebagian besar elemen
keuangan negara, seperti Dokumen Pelaksanaan
masyarakat
Anggaran
meyakini,
pembentukan
Komisi
berhubungan
(DPA),
dengan
Dokumen
pengelolaan
Kontrak,
Data
Informasi (KI) merupakan titik tolak kehidupan
Pemenang Lelang Pengadaan Barang/Jasa, Data
keterbukaan informasi di Banten.
Realisasi Anggaran, dan lain-lain. Selama tahun
Tanggal
24
Februari
2011,
Komisi
2012, hanya satu permintaan informasi yang tidak
Informasi Provinsi Banten dilantik Gubernur
berhubungan dengan pengelolaan keuangan, yaitu
Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah. Provinsi Banten
dari organisasi kemasyarakatan Persatuan Pelajar
42
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
Muslim Indonesia (PPMI) Wilayah Banten, yang
Banten menerbitkan Peraturan Gubernur Banten
meminta informasi nama sekolah di seluruh
Nomor
7
wilayah Provinsi Banten.
16
tahun
2011
tentang
Pedoman
Pengelolaan informasi Publik dan Dokumentasi di
Pemerintah Provinsi Banten tidak bisa
Lingkungan
Pemerintah
Peraturan
Undang-undang KIP mengamanatkan, bahwa
pengelolaan dan pelayanan informasi publik di
informasi publik, yang menurut undang-undang
Lingkungan
didefinisikan sebagai informasi yang dihasilkan,
Banten.
tersebut,
penyelenggara
Keputusan
penyelenggaraan
negara
tentang
Pemerintah
mekanisme
Provinsi
(Pemprov)
Sedangkan aparatur pelaksana peraturan
suatu badan publik yang berkaitan dengan
dan
mengatur
Banten.
mengelak atas permohonan informasi tersebut.
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh
ini
Provinsi
Gubernur telah mengeluarkan Surat
(SK)
Gubernur
Banten
Nomor
dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan
499.05/kep673-Huk/2001 tertanggal 1 Agustus
badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-
2011
Undang KIP serta informasi lain yang berkaitan
Informasi
dengan kepentingan publik, harus bisa diakses
Lingkungan Pemprov Banten.
masyarakat.
memberikan kewenangan kepada pejabat yang
tentang
Penetapan
dan
Pejabat
Dokumentasi
Pengelola
(PPID)
di
SK tersebut
Maka, untuk meningkatkan pelayanan
ditunjuk untuk memberikan pengelolaan dan
informasi publik kepada masyarakat, UU KIP
pelayanan informasi publik kepada masyarakat
mengamanatkan bahwa setiap badan publik, salah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
satunya
tentang KIP.
Pemerintah
menunjuk Pejabat
Provinsi
Pengelola
Banten,
Informasi
harus
dan
Sejalan
dengan
penerbitan
berbagai
Dokumentasi (PPID). Menurut UU KIP, Pejabat
peraturan pelaksanaan dalam implementasi UU
Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah
KIP, Pemprov Banten juga terus melaksanakan
pejabat yang bertanggung jawab di bidang
sosialisasi tentang KIP di Lingkungan Pemprov
penyimpanan,
Banten,
pendokumentasian,
penyediaan,
bahkan
kepada
pemerintah
dan/atau pelayanan informasi di badan publik.
kabupaten/kota se-Provinsi Banten. Berdasarkan
PPID ini, menurut Peraturan Pemerintah (PP)
data pada Biro Humas dan Protokol Sekretariat
Nomor
Daerah Provinsi Banten, selama tahun 2010 dan
61
tahun
2010
tentang
Pedoman
Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia
2011,
telah
Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
sosialisasi tentang undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik, harus sudah terbentuk satu
Informasi
tahun sejak terbitnya PP tersebut, yaitu 23
Banten. Bahkan, pada tahun 2011, sosialisasi
Agustus 2011.
dikhususkan bagi
Dalam melaksanakan perintah undang-
sekretaris
undang tersebut, tanggal 14 Juli 2011, Pemprov
Perangkat
dilaksanakan
Publik
kepada
(delapan)
aparatur
kali
Pemprov
para calon PPID, yaitu
dinas/badan
Daerah,
8
pada
Satuan
Kerja
kepala
bagian
yang
membawahi urusan ketatausahaan pada biro/unit
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
43
kerja, dan kepala sub bagian tata usaha pada
praktik (tindakan). Menurut Notoatmodjo (2003),
kantor/RSUD Malimping/Sekretariat KPID, dan
pengetahuan
Kepala Bagian Umum pada Sekretariat DPRD
kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu; 1)
Provinis Banten. Hal ini dilaksanakan, dengan
Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu
tujuan optimalisasi pengelolaan dan pelayanan
materi yang telah dipelajari sebehunnya. Orang
informasi di Lingkungan Pemprov Banten sesuai
yang telah tahu harus dapat mendefenisikan
UU KIP.
8
yang
(Comprehension)
tentang
Informasi Publik
Menurut
Kamus
Psikologi
kata
mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan
yang mendalam (Kartono, 7997 : 170-l7l). Jadi
arti dari insight adatah suatu pemahaman atau
penilaian yang beralasan mengenai reaksi-reaksi
pengetahuan atau kecerdasan dan kemampuan
yang dimiliki seseorang. Sementara itu, Suryadi
Suryabrata
menyatakan
didapatkannya
didapatkannya
insight
pemecahan
persoalan
dan
adalah
problem,
mendapat
pencerahan. Pemahaman dapat pula diartikan
menguasai sesuatu dengan pikiran (Suryabrata
l99l : 298). Pemahaman itu bersifat dinamis.
Dengan demikian pemahaman akan bersifat
kreatif, ia akan menciptakan imajinasi-imajinasi
pikiran
yang
tenang.
Pemahaman
merupakan salah satu aspek perilaku manusia
sebagai efek dari proses pembelajaran. Benyamin
Bloom (1908) membagi perilaku manusia dalam
domain,
diartikan
sebagai
suatu
obyek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar;
pernahaman berasal dari kata “insight”' yang
yaitu
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor. "Dalam perkembangannya teori ini
dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap dan
8
domain
kemampuan untuk menjelaskan secara benar
Pemahaman PPID terhadap Keterbukaan
tiga
dalam
materi atau obyek tersebut; 2). Memahami
Hasil dan Pembahasan
dengan
tercakup
Data kegiatan Biro Humas dan Protokol
Sekretariat Daerah Provinsi Banten tahun 2010,
2011.
3). Aplikasi (application), diartikan sebagai untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada
suatu situasi atau kondisi real (sebenarnya); 4).
Analisis (analisys) adalah suatu komponen untuk
menjabarkan suatu materi atau obyek; 5). Sistesis
(syntesis)
adalah
menunjuk
pada
suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi
menyusun,
yang
ada
merencanakan,
missal
dapat
meringkas,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada; 6).
Evaluasi (evaluation) adalah berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria
yang
ditentukan
sendiri
atau
menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pemahaman
memerlukan
kemampuan
menangkap makna atau arti dari sebuah konsep.
Menurut Nana Sudjana (Sudjana 2006 :24),
pemahaman dapat dibedakan dalarn tiga kategori,
yaitu : a). Tingkat terendah adalah pemahaman
terjemah, mulai terjemah dalam arti sebenarnya.
Pemahaman
terjemah
yakni
kesanggupan
memahami makna yang terkandung didalamnya;
44
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
b). Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
tersebut.
yakni menghubungkan bagian-bagian dengan
informasi sebagai kewajiban pemerintah atau
yang diketahui berikutnya atau menghubungkan
konsekuensi reformasi. Kemampuan menafsirkan,
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian
menurut Nana Sudjana menunjukkan PPID sudah
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok,
memiliki pemahaman yang sedang terhadap
membedakan dua konsep yang berbeda; c).
keterbukaan informasi publik. Beberapa istilah
Pemahaman tingkat ketiga atau tertinggi adalah
yang muncul dari pemahaman PPID terhadap
pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi
keterbukaan informasi publik menurut PPID
diharapkan seseorang mampu melihat dibalik
adalah sebagai berikut: 1). Keterbukaan informasi
yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
publik merupakan wujud partisipasi masyarakat
konsekuensi atau dapat memperluas persepsi
dalam pemerintahan; 2). Keterbukaan informasi
dalam arti wakru, dimensi, kasus ataupun
publik
masalahnya.
yakni
Pemerintah dituntut terbuka kepada masyarakat,
kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat
karena dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan tersurat meramalkan sesuatu dan memperluas
menggunakan
wawasan.
Keterbukaan informasi publik merupakan bentuk
Pemahaman
ekstrapolasi
Pemahaman PPID terhadap keterbukaan
Mereka
sebagai
memahami
konsekuensi
dana
dari
keterbukaan
dari
reformasi.
masyarakat;
rangka
3).
diperlukan
dalam
meningkatkan
informasi merupakan salah satu tujuan dalam
pengawasan
masyarakat
penelitian ini. Kualitas pelayanan informasi yang
pemerintah; 4). Keterbukaan informasi publik
diberikan oleh PPID sangat tergantung kepada
diperlukan dalam rangka mewujudkan good
pemahaman PPID terhadap keterbukaan informasi
governance.
terhadap
kegiatan
publik. Peneliti menduga, pemahaman PPID
Penelitian ini juga menemukan bahwa
terhadap keterbukaan informasi yang rendah
PPID di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten
cenderung memiliki kualitas pelayanan informasi
memiliki pemahaman dalam kategori tinggi. Hal
yang buruk. Dan sebaliknya kualitas pelayanan
ini dibuktikan dengan PPID untuk melakukan
informasi yang baik akan diberikan oleh PPID
ekstrapolasi
yang memiliki pemahaman yang tinggi terhadap
publik.
keterbukaan informasi publik.
kemampun PPID melihat dibalik yang tertulis
Menurut kepada tingkatan pemahaman
dalam
terhadap
Kemampuan
undang-undang
keterbukaan
informasi
ekstrapolasi
dan
adalah
kemampuan
tersebut, semua PPID di Lingkungan Pemerintah
meramalkan sesuatu. Dalam hal ini, PPID
Provinsi Banten sudah rurmpu menjelaskan
meramalkan
bahwa
tentang keterbukaan informasi publik dengan
keterbukaan
informasi
bahasa sendiri. Bahkan, pada umumnya ketika
permohonan informasi yang ditujukan kepada
peneliti menanyakan pengetahuannya tentang
instansinya.
keterbukaan informasi publik, PPID menafsirkan
kebebasan kepada masyarakat untuk, meminta
sendiri tentang keterbukaan informasi publik
informasi yang berkaitan dengan instansinya
akibat
publik
Undang-undang
dari
adanya
akan
banyak
memberikan
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
45
masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut,
rangka
PPID
dimaksud
harus
memberikan
Berbagai
mempersiapkan
pelayanan
upaya
diri
informasi
dilakukan
dalam
tersebut.
PPID
untuk
memenuhi
diatas
kewajiban
Badan
sebagaimana
Publik
dapat
memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik
dan non elektronik.
memberikan layanan informasi, antara lain : 1).
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran
Menunjuk petugas pelayanan informasi; 2).
bahwa tingkat kemampuan ekstrapolasi PPID
Menindaklanjuti setiap permohonan informasi; 3).
terhadap keterbukaan informasi publik sangat
Menyediakan ruang pelayanan informasi; 4).
dipengaruhi
Menyelenggarakan sosialisasi; 5). Membangun
diterima, pengalaman mengalami penyelesaian
sistem pelayanan informasi berbasis website.
sengketa informasi melalui mediasi dan/atau
oleh jumlah
perrnohonan
yang
Langkah persiapan pelayanan informasi
sidang ajudikasi non litigasi di Komisi Informasi
publik yang dilahirkan PPID sejalan dengan Pasal
Provinsi Banten. Biro Humas dan Protokol Setda,
7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Dinas Pendidikan dan Dinas Sumber Daya Air
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
dan
Publik. Pasal tersebut mewajibkan setiap badan
inforrnasi masing-masing sebanyak 66,45, dan 50
publik
permohonan.
dalam
tersebut,
yaitu
melaksanakan
sebanyak 36 kali, 6 kali dan 3 kali. Sedangkan
Informasi
pengalaman
selain
yang
kepada
informasi
Publik
melaksanakan
menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan
kewenangannya
Badan
Pengalaman
permohonan
penyelesaian sengketa inforrrasi melalui mediasi
Publik
1).
menerima
wajib
Publik
:
undang-undang
Permukiman
beradadi
pemohon
yang
bawah
Informasi
dikecualikan
penyelesaian
sengketa
infonnasi
melalui sidang ajudikasi non litigasi masingmasing sebanyak 36 kali, 1 kali dan 3 kali.
sesuaidengan ketentuan; 2). Badan Publik wajib
Karakteristik di atas menunjukkan Biro
menyeiiiakan Informasi publik yang akurat, benar,
Humas dan Protokol Setda Dinas Pendidikan dan
dan tidak menyesatkan; 3). Untuk melaksanakan
Dinas Sumber Daya Air dan Permukiman
kewajiban sebagaimana di atas Badan Publik
memiliki
harus membangun dan mengembangkan sistem
keterbukaan informasi publik yang dipengaruhi
informasi dan dokumentasi untuk mengelola
oleh
Informasi Publik seuara baik dan efisien sehingga
pengalaman menyelesaikan sengketa informasi.
dapat akses dengan mudah; 4). Badan Publik
Akibat pemahaman yang tinggi itu, PPID telah
wajib membuat pertimbangan secara tertulis
menetapkan
setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi
menindaklanjuti setiap permohonan informasi,
hak setiap orang atas Informasi publik; 5).
menyediakan
Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada nomor
menyelenggarakan sosialisasi dan membangun
4 di atas, antara lain memuat pertimbangan
sistem pelayanan informasi berbasis website. Hal
politik,
danlatau
ini dilaksanakan atas pelaksanaan kewajiban
pertahanan dan keemanan Negara; 6). Dalam
sesuai undang-undang setelah mereka sendiri
ekonomi,sosial,
budaya
pemahaman
tingkat
yang
permohonan
petugas
ruang
tinggi
terhadap
informasi
pelayanan
pelayanan
dan
informasi,
informasi,
46
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
memiliki pemahaman yang tinggi terhadap undan-
pemahaman terhadap yang tinggi terhadap UU
undang tersebut. Hal ini berbeda dengan Biro
KIP. Pengalaman melayani permohonan informasi
umum dan perlengkapan dan Dinas Kehutanan
dengan junlah yang besar dan biasa-bisa saja
dan Perkebunan, yang masing-masing telah
menentukan tindakan mereka untuk memberikan
menerima permohonan informasi sebanyak 37 dan
pelayanan informasi.
22 permohonan, pengalaman mediasi dan sidang
Teori interaksionisme simbolik bisa juga
ajudikasi non litigasi sebanyak 3 kali. Tingkat
dijadikan pedoman dalam membahas pemahaman
pemahaman
PPID terhadap keterbukaan informasi publik,
terhadap
keterbukaan
infomarsi
publik bersifat sedang, karena melaksanakan UU
yang
KIP dengan menunjuk petugas layanan informasi,
melaksanakan pelayanan informasi sesuai dengan
menindaklanjuti setiap penrrohonan informasi,
undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
dan menyelenggarakan sosialisasi UU KIP kepada
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
pegawai
dan
Publik. Titik tolak interaksi simbolik berasumsi
Perlengkapan. Sementara Dinas Perindustrian dan
bahwa realitas sosial sebagai proses dan bukan
Perdagangan
mendapatkan
sesuatu yang bersifat statis. Menurut George
permohonan informasi sekitar 20 permohonan.
Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia
Dinas ini, dalam melaksanakan UU KIP hanya
dan
melaksanakannya
petugas
masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan
layanan inforrnasi dan menindaklanjuti setiap
dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku
permohonan informasi.
manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang
di
intemal
Biro
Umum
masing-masing
Menurut
dengan
AIfred
menunjuk
Schutz,
tugas
lain.
diwujudkan
dirinya
Mead
dalam
sendiri
tindakan
berkaitan
menambahkan
erat
bahwa
dalam
dengan
sebelum
fenomenorogi adalah menghubungkan antara
seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya
pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-
dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan
hari, dan dari kegiatan dimana pengalaman dan
orang lain dan mencoba memahami apa yang
pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain
diharapkan orang itu (Mulyana, 2007).
mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman,
Sementara itu Herbert Blumer terdapat
makna dan kesadaran (Kuswarno, 2009 : 17).
tiga prinsip utama menurut Teori lnteraksionisme
Dalam hal ini, PPID melakukan tindakan dalam
Simbolik, yaitu : 1). Manusia bertindak melalui
pelayanan inforrrasi. Tentu saja tindakan ini ada
hal-hal pada makna yang ada di dalamnya; 2).
hubungannya
mereka
Makna-makna tersebut muncul dari interaksi
terhadap keterbukaan informasi publik, sehingga
sosial; 3). Tindakan sosial merupakan hasil dari
dengan
tindakan-tindakan individu.
tindakan
dengan
kesadarannya
untuk
pengetahuan
mereka
melaksanakan
mempermudah
pelayanan
Dalam
hal
ini,
PPID
memahami
informasi dengan menyiapkan SDM, sarana dan
keterbukaan informasi publik dengan melakukan
prasarana dan menindaklanjuti setiap permohonan
tindakan-tindakan,
informasi. Kesadaran itu muncul setelah adanya
pelayanan informasi publik menindaklanjuti setiap
seperti
menunjuk
petugas
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
47
permohonan informasi, menyediakan sarana dan
sesuatu tidak
prasarana pelayanan informasi publik, membuat
pengetahuan yang dimilikinya serta lingkungan
sistem pelayanan informasi berbasis website, dan
yang mempengaruhi cara seseorang memandang
menyelenggarakan
sesuatu.
sosialisasi
keterbukaan
terlepas
dari
latar
belakang,
informasi di lingkungannya. Tindakan PPID
Menurut Schutz dalam menelaah tindakan
tersebut berdasarkan pada pemaknaan yang
seseorang yang umum dalam dunia kehidupan
dimilikinya dan makna-makna tersebut muncul
tidak
setelah
dengan
biografinya. Makna yang terbangun dari setiap
lingkungannya, dalam hal ini pemohon informasi.
interaksi yang terbangun tidak lepas dari latar
PPID
melakukan
interaksi
dapat
lepas
dari
pengaruh
situasi
belakang biografis. Proses pemaknaan di atas ini
Makna Pemohon Informasi dari PPID di
Lingkungan pemerintah Provinsi Banten
proses interaksi dengan lingkungan. Dengan kata
Pemohon informasi adalah dua pihak
yang saling berinteraksi dalam proses pelayanan
informasi.
Sikap
PPID
dalam
membentuk sistem relevansi yang menjalankan
memberikan
pelayanan informasi sangat dipengaruhi oleh
lain, pembentukan sistem relevansi dalam proses
interaksi sosial ini dapat dijadikan elemen
pembentuk tujuan dalam setiap tindakan sosial
yang dilakukan oleh individu.
pemaknaan yang dimiliki PPID terhadap pemohon
informasi.
Sehubugan
penelitian
ini
dengan
bertujuan
hal
tersebut,
bagaimana
PPID
memberikan makna terhadap pemohon informasi.
Pemaknaan positif PPID terhadap pemohon
informasi menyebabkan PPID bersikap terbuka
dalam memberikan layanan informasi. Dalam
pengertian, PPID sebagai pihak yang menguasai
informasi akan mudah memberikan informasi
tersebut kepada pemohon. Dan sebalik ya apabila
PPID memiliki pemahanan yang negatif terhadap
pemohon informasi cenderung bersikap tertutup.
Dilihat
dari
fenomenologi,
PPID
merupakan aktor yang melakukaan tindakan sosial
(melakukan
pemaknaan
terhadap
pemohon
informasi) yang saling terkait dengan tindakan
aktor-aktor
informan
sesuatu,
lain
disekitamya.
melakukan
mereka
berbeda-beda.
pemahaman
memaknai
Proses
Ketika
terhadap
sesuatu
seseorang
para
secara
memaknai
Dalam hal PPID memaknai pemohon
informasi, makna yang terbangun tidak terlepas
dari setiap interaksi dan kondisi disekitarnya.
Terdapat beberapa makna yang disampaikan
informan dalam memandang pemohon informasi,
yaitu melihat pemohon sebagai warga Negara
yang memiliki hak untuk meminta informasi
karena
dilindungi
undang-undang,
pemohon
informasi menjadi seseorang yang melakukan
investigasi terhadap kegiatan yang ada di SKPD
Pemprov Banten, pemohon informasi yang hanya
sekedar meminta informasi tanpa tujuan yang
jelas, dan pemohon informasi yang memiliki
tujuan bertemu dengan pejabat.
Pemaknaan tersebut tidak terlepas dari
pengalaman PPID selama menjadi pelayanan
informasi yang dipengaruhi oleh kondisi geografis
seseorang, misalnya pengetahuan, latar belakang
pendidikan atau jabatan PPID, dan intensitas
pelayanan
informasi.
Pengetahuan
dan
48
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
pemahaman
PPID
keterbukaan
pemohon
terhadap
kebijakan,
publik
memandang
informasi
sebagai
orang
yang
ciri
pokoknya
adanya
pengakuan
dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia.
sedang
Sementara itu dalam individu yang sama
menggunakan haknya yaitu hak sebagai warga
muncul
negara untuk meminta informasi. Norma dasar
pemohon
penggunaan hak tersebut adalah Pasal 28F
pemohon bersifat positif dan negatif. Makna
Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen
positif adalah PPID menyebut PPID sebagai pihak
kedua, yang menyebutkan bahwa setiap orang
yang berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahaa
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
rtan sebagai pihak yang menggunakan haknya
informasi untuk mengembangkan pribadi dan
untuk
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
Sedangkan makna negatif dari PPID terhadap
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
pemohon informasi adalah pemohon informasi
dan
sebagai pihak yang asal-asalan, berlebihan dan
menyampaikan
informasi
dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia
penelitian
yang
informasi.
tahu
tentang
Faktor-faktor
Pemaknaan
kegiatan
terhadap
terhadap
pemerintahan.
yang
mempengaruhi
semua
pemaknaan tersebut adalah tingkat keseringan
informan penelitian ini, dari sisi idealisme
mengalami proses sengketa informasi di Komisi
menyatakan,
Informasi,
sifat
perorangan atau lembaga yang menggunakan
pemohon
dan
haknya sebagai warga negara, yaitu hak ingin
perrnohonan. PPID yang lebih sering mengalami
tahu. Hak atas informasi merupakan hak dasar
proses sengketa informasi, sifat permohonan yang
yang
yang
dilayangkan pemohon bersifat positif cenderung
transparan dan partisipatoris, merupakan jalan
menilai positif pemohon informasi, sedangkan
lempang bagi tersedianya jaminan pemenuhan
PPID yang hanya satu kali mengalami sengketa
hak-hak fundamental dan kebebasan lainnya. Hak
cenderung, mendapatkan permohonan informasi
atas informasi hanya dapat dibatasi oleh dan
yang cenderung menyudutkan dan berlebihan,
berdasarkan UU. Dan, pemerintah sebagai badan
serta tidak memiliki aktivitas diluar kantor
publik berkewajiban memenuhi hak warga Negara
cenderung menilai negatif pemohon informasi.
pemohon
menjadi
terhadap
menemukan,
berbeda
berlebihan dalam mengajukan permohonan.
(Arifin, Anwar, 2010 : 169).
Hasil
pemikiran
informasi
adalah
sokoguru pemerintahan
informasi.
Pemenuhan
kebebasan
memperoleh
merupakan
salah
satu
hak
informasi
indikator
atas
publik
dianutnya
permohonan
cara
yang
pemohon
diajukan
mengajukan
Bersifat positif artinya, PPID memaknai
pemohon
informasi
mengajukan
sebagai
permohonan
pihak
informasi
yang
karena
konsepsi negara hukum sekaligus demokrasi yang
memang benar-benar membutuhkan informasi
bercirikan pengakuan atas hak asasi. Menurut
yang
Jimly Asshidiqie, dalam konsep negara hukum
pemohon
yang demokratis (democratische rechtsstaat) atau
peraturan perundangan yang berlaku. Bersifat
negara demokrasi berdasar atas hukum, salah satu
negatif, PPID memaknai pemohon informasi yang
dimintakan.
informasi
Sehingga
tersebut
PPID
sesuai
melayani
dengan
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
memiliki
tujuan
bukan
mendapatkan
pemohon yang tidak memiliki tujuan yang jelas
informasi. Tetapi, memohon informasi dengan
dalam mengajukan permohonan. Artinya setelah
alasan undang-undang tetapi memiliki tujuan lain.
diajak berdiskusi beberapa pemohon informasi
Seperti
Dinas
tidak membutuhkan informasi yang diminta tetapi
misalnya.
sekedar berniat bertemu dengan kepala Biro
Pemohon informasi meminta informasi pengadaan
Humas dan protokol. Sedangkan, PPID pembantu
barang dan jasa, misalnya, pada ujung-ujungnya
pata Biro umum dan perlengkapan mensinyalir
pemohon informasi tersebut memintah “jatah”
adanya motif lain dibalik pennohonan informasi.
untuk diberikan pekerjaan penhadaan barang dan
Indikasi tersebut antara lain, ketika pemohon
jasa tersebut. Demikian juga diungkapkan oleh
informasi
mendapatkan
PPID pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
anggaran
sebuah
Pemohon
mengajukan
informasi langsung menyebut adanya indikasi
permohonan informasi sekedar untuk bertemu
penyelewengan, tanpa melakukan kajian atau
dengan pejabat, dan selanjutnya membuat deal-
penelitian terhadap pagu anggaran kegiatan
deal tertentu dengan pejabat yang bersangkutan.
tersebut.
diungkapkan
Perindustrian
dan
untuk
49
PPID
pada
Perdagangan,
informasi
hanya
Dalam hal ini, tujuan keterbukaan informasi
PPID
pada
data
kegiatan,
Dinas
tentang
maka
pagu
pemohon
Perindustian
dan
sangat konttraproduktif dengan tujuan awal untuk
perdagangan baru satu kali mengalami proses
menciptakan
sengketa informasi melalui mediasi dan sidang
clean
government
dan
good
governance.
ajudikasi non litigasi di Komisi Informasi. Selain
Pemaknan positif dan negatif PPID
itu pihak Dinas Perindustian dan perdagangan
terhadap pemohon informasi sangat dipengaruhi
sering menerima permohonan informasi yang
oleh
dan
tidak memiliki tujuan jelas tentang penggunaan
penyelesaian sengketa informasi. Biro Humas dan
informasi. Hasil penelitian menunjukkan, PPID
protokol serta Biro umum dan perlengkapan
pada
masing
sengketa
menilai pemohon informasi sebagai pihak yang,
informasi sebanyak 36 kali dan 4 kali. Kedua unit
mengajukan perrnohonan asal-asalan. PPID Dinas
kerja pada Sekretariat Daerah Provinsi Banten ini
perindustian
memaknai positif. Memaknai positif, Biro Humas
pemohon informasi sebagai pihak yang bertujuan
dan Protokol menyebut pemohon informasi
untuk menaikkan posisi tawar untuk menekan
sebagai pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan
pihak dinas. PPID pada Dinas Pendidikan dan
pemerintahan. Sedangkan, PPID Biro umum dan
PPID
Protokol
yang
Permukiman telah mengalami beberapa kali
memiliki hak untuk mengetahui proses perjalanan
proses sengketa informasi melalui mediasi dan
pemerintahan. Meskipun, dibalik penilaian positif,
satu kali sidang ajudikasi non litigasi di Komisi
keduanya menemukan keganjilan dari pemohon
Informasi. Namun, PPID pada Dinas Pendidikan
informasi. Biro Humas dan Protokol menemukan
provinsi Banten, Ade Kosasih, S.Pd., M.Pd, kerap
kuantitas
masing
permohonan
telah
menyebutnya
informasi
mengalami
sebagai
pihak
Dinas
pada
Perindustrian
dan
Dinas
dan
Perdagangan
perdagangan
Sumber
daya
memaknai
Air
dan
50
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
menerima permohonan informasi yang berlebihan
membutuhkan informasi dengan perbandingan 80
seperti meminta data dan informasi seluruh
banding 20 persen.
kegiatan pada Dinas pendidikan provinsi Banten
PPID
pada
Dinas
Kehutanan
dan
selama satu tahun. Menurut pengakuannya,
perkebunan, Deni Andriani, S.Sos.,M.si, baru satu
permohonan
menyulitkan
kali mengalami proses sengketa informasi baik
dirinya untuk menyediakan seluruh permintaan
melalui mediasi maupun sidang ajudikasi non
tersebut.
Dinas
litigasi. Tetapi, sifat permohonan informasi yang
Pendidikan sangat banyak dan mengunakan
diterima rata-rata bersifat positif. Informasi yang
anggaran yang sangat besar, mencapai ratusan
diminta rata-rata data dan informasi kegiatan
milyar.
unggulan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
informasi
Maklum,
tersebut
kegiatan
pada
Sehubungan dengan hal tersebut, PPID
Sebagai
Dinas
pemohon
pembuatan Taman Hutan Raya Provinsi Banten.
informasi berlebihan. Dan, dia menuduh pemohon
Informasi yang diminta menyangkut nominal
informasi menggunakan status pemohon untuk
anggaran, tujuan pelaksanaan kegiatan, dan
bisa bertemu dengan PPTK. Hal ini muncul
sejauhmana kegiatan dilakukan. Dalam penelitian
karena hasil interaksi antara dirinya dengan
ini, PPID Dinas Kehutanan dan Perkebunan
pemohon informasi yang menyatakan bahwa
memaknai positif pemohon informasi, yaitu
kepentingan sebenarnya dari pemohon informasi
sebagai pihak yang berhak tahu atas inforrnasi
bukan untuk mendapatkan informasi tetapi untuk
publik yang ada di Lingkungan Dinas Kehutanan
bertemu dengan pejabat. Dimana, hasil pertemuan
dan Perkebunan.
pada
Pendidikan
menilai
tersebut tidak bisa diketahui lagi oleh dirinya.
contoh,
permintaan
data
kegiatan
Pemaknaan seseorang obyek juga bisa
Sementara PPID Pembantu pada Dinas
dilihat dari sudut teori interaksioneine simbolik.
Sumber Daya Air dan Permukiman, memaknai
Menurut
pemohon informasi sebagai investigator. Hal ini
seseorang terhadap suatu obyek melihat kepada
melihat karena PPID Pembantu Dinas SDA dan
pemahaman
perrnukiman
seseorang
kerap
mendapatkan
surat
fenomenologi,
terhadap
atas
proses
pemaknaan
pengalaman
suatu
subyektif
peristiwa,
maka
permohonan informasi yang sifat minta klasifikasi
interaksionisme simbolik fokus kepada penafsiran
atas investigasi yang telah dilakukan oleh
terhadap pemaknaan subyektif yang muncul dari
pemohon informasi. Kalimat-kalimat investigasi
hasil
itulah yang membuat PPID Pembantu Dinas SDA
lingkungannya dalam hal ini interaksi antara PPID
dan permukiman menilai negatif sebagai pelaku
dengan pemohon informasi.
investigasi terhadap pemohon informasi. Hal ini
interaksi
dengan
orang
lain
atau
Dalam hal ini terdapat interaksi dengan
disimpulkan setelah dikalkulasi bahwa antara
pengoperan
lambang-lambang
antara
PPID
pemohon informasi sebagai pelaku investigasi
dengan pemohon informasi. Dari pengoperan
dengan pemohon informasi yang benar-benar
lambang-lambang tersebut, kemudian muncul
pemaknaan PPID terhadap pemohon informasi.
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
51
Proses pengoperan lambing-rambang ini yang
orang lain. Mead menambahkan bahwa sebelum
membedakan pemaknaan PPID terhadap pemohon
seseorang bertindak ia membayangkan dirinya
informasi.
Simbolik
dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan
menyatakan, individu membentuk makna melalui
orang lain dan mencoba memahami apa yang
komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik
diharapkan orang itu (Mulyana 2007). Gambaran
terhadap
kontruksi
pembahasan di atas peneliti mengkontruksikan
untuk
bahwa terdapat dua sisi pemaknaan PPID
menciptakan makna. Bahkan, tujuan dari interaksi
Pemerintah Provinsi Banten terhadap pemohon
adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal
informasi. Sisi pertama, memandang pemohon
ini penting karena tanpa makna yang srma dalam
informasi positif. Mereka memaknai informasi
berkomunikasi akan menjadi sulit atau bahkan
sebagai warga negara yang sedang menggunakan
tidak mungkin.
haknya.
Teori
Interaksionisme
apapun.
interpretative
Dibutuhkan
diantara
orang-orang
Makna pemohon informasi dari PPID
merupakan
hasil
interaksi
dan
pengoperan
Selain
itu
pemohon
informasi
menunjukkan peran serta (partisipasi) masyarakat
dalam proses pemerintahan. Pemaknaan tersebut
lambang-lambang antara PPID dengan pemohon
muncul
informasi. Artinya, PPID memberikan makna
pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap
terhadap pemohon informasi setelah melalui
Undang-undang KIP. Sementara pada bagian lain,
serangkaian pengalaman dalam melaksanakan
PPID
pelayanan informasi. Berbagai penemuan tersebut
pengalarnan sadar mereka pada saat berinteraksi
sejalan
Interaksionisme
dengan pemohon informasi. Ketika itu, terjadi
Simbolik. Ide dasar teori interaksionisme simbolik
pengoperan lambang-lambang antara kedua belah
adalah bahwa tindakan dan interaksi manusia
pihak.
hanya dapat dipaharni melalui pertukaran simbol
informasi dengan mayoritas dari LSM yang
atau
melayangkan
dengan
inti
komunikasi
Teori
yang
sarat
makna.
sebagai
sisi
memaknai
PPID
yang
idealisme
pemohon
menerima
permohonan
PPID
atas
berdasarkan
permohonan
informasi
bersifat
Interaksionisme simbolik berakar dari dua kata
negatif seperti tidak memiliki tujuan penggunaan
yang bermakna berbeda yaitu interaksi dan
yang jelas, meminta informasi secara berlebihan
simbol. Simbolik mengandung pengertian pada
dan
makna yang terdapat pada situasi sosial tertentu di
kegiatan yang sedang dijalankan oleh pemerintah.
mana pelaku berada di dalamnya, sedangkan
Sehingga, PPID cenderung memaknai negatif
interaksionis mengandung arti makib tersebut
terhadap pemohon informasi. Bahkan cenderung
dibentuk oleh interaksi di antara pelaku.
memaknai pemohon informasi memiliki tujuan
Menurut George Herbert Mead, cara
lain,
berita
yakni
melakukan
bertemu
investigasi
PPTK,
tidak
terhadap
sekedar
manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri
memohon informasi. Makna lainnya yang muncul
berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead
bahwa pemohon informasi memiliki motif tertentu
melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi
investigator, dan asal memohon informasi karena
bagian dari perilaku manusia yaitu bagian dengan
tidak memiliki tujuan yang jelas serta tidak
52
Kontraproduktif Keterbukaan Informasi Publik
relevan
dengan
aktivitas
kesehariannya.
Sedangkan, PPID yang mayoritas menerima
permohonan informasi yang sifatnya positif
cenderung memaknai pemohon sebagai pihak
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik
Kuatitatif. Bandung: Tarsito
Ratna K. Metodelogi penelitian Kajian Budaya
dan Sosial Humaniora pada Umumnya,
Pustaka pelajar, Yogyakarta 194
yang menggunakan haknya untuk tahu kegiatan
pemerintahan. Sehingga mereka cenderung lebih
terbuka dibanding dengan PPID yang banyak
menerima
permohonan
dari
pemohon
yang
sifatnya negatif.
Daftar Pustaka
Amsyah, Zulkifli, Drs. MLS. 2003. Manajemen
Sistem Informasi. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and
Research Design ; Choosing Among Five
Traditions. The United states of America
:sagePublikations, inc.
Fatah,
Eef Saefullah. 2000. Pengkhianatan
Demokrasi Ala Orde Baru. Masalah dan
Masa Depan Demokrasi Terpimpin
Konstitusional. PT Remaja Rosda Karya.
Bandung.
George R. Terry, Ph.D., office Management and
control, Fourth Edition, Richard D. kwin
Inc., Homewood, Ilinois, l962, Halaman
2l.
Kartono, Kartini, Dali Gulo. 1997. Kamus
Psikologi. Pustaka Setia Bandung.
Kuswarno, E. 2009 Metode Penelitian
Fenomenologi Konsepsi Pedoman dan
Contoh
Penelitiannya,
Widya
Padjadjaran, Bandung
Lindlof
Thomas
R.
1995.
Quolitative
Communication
Research
Methods.
California : Sage Publikations Inc. USA
Moloeng, Lexy J- 2003. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Schutz A. 1967. The Phenomenologi of The Social
World. Evanston, IL : North Western
Unviersity Press.
Sudjana Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses
Belajar
Mengajar.
Rosda
Karya.
Bandung.
Suryabarata, Suryadi. I991. Psikologi Pendidikan.
Rajawali. Jakarta.
Undang-undang dan Peraturan Lainnya:
Peraturan Gubemur Banten Nomor 16 tahun
2011tentang
Pedoman
PengelolaanDokumentasi
di
Lingkungandan Pelayanan Informasi
Publik danPemerintah Provinsi Banten.
Peraturan Menteri dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2010tentang
Pedoman
Pengelolaan
Pelayanan
Informasi
Dan
DokumentasiDi
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri
Dan Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
6l tahun 2010 tentangPelaksanaan
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor l4'Tahun2012 tentarg Keterbukaan
Informasi Publik
Peraturan Komisi Informasi Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2010 tentangStandar
Layanan lnformasi Publik.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2012 tentang Keterbukaan
lnformasi Publik
Lain-Lain
Data Kegiatan Biro Humas dan Protokol
Sekretariat Daerah Provinsi Bantentahun
2010,2011.
Data
Pelayanan informasi pada PPID di
Lingkungan Pemerintah ProvinsiBanten,
Juli20l2.
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016)
Data pada Komisi Informasi Provinsi Banten per
Juli 2012.
Harian Radar Banten edisi 2l Februari l2 hal l.
Sekda Sosialisosikan UU KIP.
Harian Radar Banten Edisi 20 Maret 2012, hal.
13, Permintaan Informasi Berujung
Pemerasan.
http://komisiinformasi.bantenprov.go.idlharusmampu-dorong-badan-publik-beriinformasi. Diakses tanggal 13 Agustus
2012 pukul 21.36 WIB.
http://www.radarbanten.comlmod.php?mod:publis
her&op:viewarlicle.artid:59270Pelayoaan Informasi Pemprov Banten
mengecewakan. Diakses tanggal 2
Agustus 2012 pukul I I:31 AM.
Ismanto, 2011. Banten Menuju Era Keterbukaan
Informasi : Best Practice Pembentukan
Komisi Informasi Provinsi dalam Jurnal
Proceeding Simposium Nasional Otonomi
Daerah 20 1 I LAB-ANE FISIP Untirta.
Keat,
Joan, Teori InteraksionismeSimbolik.
http://id.shvoong.com/social-sciences/so
ciology /22262 8 1 -teori-interaksionismesimbohk/
-#txz-223
-XYwU00,
Diaksestzrrggal 13 Agustus 2012 pukul
14.58 WIB. 196
Laporan Kegiatan Sosialisasi Keterbukaan
lnformasi Publik kepada SKPD di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten
pada Biro Humas dan Protokol Sekretariat
Daerah Provinsi Banten tahun 2012.
Supriatna Kusma. 2012. Kebebasan Pers dan
Demokrasi, dalam Harian Umum Banten
Raya Post Edisi 8 Februari 20l2,Hal. 4.
Supriatna Kusma. 2012. Pemprov Patuhi KIP,
dalam Harian umum KabarBanten Edisi
25 Februari 2012, Hal. 8.
53
Download