salinan gubernur daerah istimewa yogyakarta peraturan gubernur

advertisement
SALINAN
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 2015
TENTANG
JAGA WARGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Menimbang :
a. bahwa nilai-nilai luhur kearifan budaya di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang merupakan salah satu bagian dari
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sistem
sosial yang hidup di dalamnya merupakan basis ketahanan
masyarakat dalam mewujudkan ketenteraman, ketertiban,
dan
kesejahteraan
masyarakat
serta pembangunan
manusia seutuhnya;
b. bahwa upaya menggali, menjaga, dan menumbuhkembangkan
nilai-nilai
luhur
tersebut
perlu
mengedepankan prakarsa masyarakat yang dilaksanakan
oleh pranata-pranata sosial baik yang sudah lama ada atau
yang dibentuk berdasarkan kebutuhan-kebutuhan akibat
perkembangan situasi dan kondisi masa kini atau
mendatang;
c. bahwa pranata-pranata sosial yang telah ada maupun
yang akan dibentuk dalam masyarakat perlu diatur dalam
sebuah sistem Jaga Warga agar dapat berjalan secara
harmonis dan bersinergi antara satu dengan yang lain;
d.
Mengingat
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Gubernur tentang Jaga Warga;
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3
jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 827);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5339);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5430);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5589);
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang
Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11
Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
1950 Nomor 58);
Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Nomor 9.
Tambahan Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 9);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG JAGA WARGA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Jaga Warga adalah upaya menjaga keamanan, ketenteraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyarakat serta menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur
yang ada di masyarakat oleh sekelompok orang dengan membentuk
lembaga jaga warga atau dengan mengoptimalkan pranata sosial yang
sudah ada.
2. Pranata Sosial adalah lembaga kemasyarakatan yang terbentuk
berdasarkan
tata
nilai,
perilaku
masyarakat
dalam
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dalam mewujudkan masyarakat yang
tenteram dan damai yang mempunyai nilai kearifan lokal serta mampu
menjaga keharmonisan di dalam masyarakat.
3. Daerah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
5. Desa/Kelurahan adalah Desa/Kelurahan di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Pasal 2
Tujuan penyusunan Peraturan Gubernur sebagai pedoman pelaksanaan
Jaga Warga bagi masyarakat, Pemerintah Desa/Kelurahan, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah.
Pasal 3
Pengelolaan Jaga Warga berasaskan:
a. kebersamaan;
b. sukarela;
c. kearifan lokal;
d. swadaya;
e. swakarsa; dan
f.
partisipasi.
Pasal 4
(1) Masyarakat dapat membentuk perkumpulan/paguyuban Jaga Warga di
tingkat dusun atau rukun warga.
(2) Perkumpulan/paguyuban Jaga Warga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibentuk atas prakarsa masyarakat dan/atau atas prakarsa
masyarakat yang difasilitasi Pemerintah Desa/Kelurahan
(3) Struktur kepengurusan Jaga Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berasal dari unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, unsur pemuda
dan perempuan serta perangkat Dusun/RW dan disesuaikan dengan
kearifan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pasal 5
(1) Lingkup wilayah kerja/pelayanan Jaga Warga mencakup:
a. wilayah satu dusun/rukun warga; atau
b. lintas dusun/rukun warga.
(2) Pengurus Jaga Warga yang lingkup wilayah kerja/pelayanannya lintas
dusun/rukun warga harus memilih 1 (satu) dusun/rukun warga dalam
wilayah kerja/pelayanannya sebagai tempat kedudukan.
Pasal 6
(1) Perkumpulan/paguyuban Jaga Warga mempunyai fungsi penanganan dan
penyelesaian gangguan sosial dalam kehidupan masyarakat/warga agar
tercapai keselarasan dan pencapaian tujuan ketenteraman dan
kesejahteraan masyarakat;
(2) Perkumpulan/paguyuban Jaga warga bertugas :
a.
menjaga,
menumbuhkan
dan
masyarakat terhadap lingkungan;
mengembangkan
kepedulian
b. membantu menciptakan keamanan, ketenteraman dan ketertiban di
masyarakat; dan
c.
membantu pihak berwenang dalam mengantisipasi dan menangani
kerawanan sosial dan bencana.
Pasal 7
Perkumpulan/paguyuban Jaga Warga berwenang :
a. membuat tata tertib kehidupan sosial yang disepakati warga masyarakat
dan/atau anggota di wilayah kerja dan/atau di dalam lembaga, organisasi,
atau perkumpulan yang tidak bertentangan dengan norma hukum;
b. melakukan upaya penegakan tata tertib yang telah disepakati
c. melakukan mediasi dan fasilitasi upaya pemecahan masalah sosial di
masyarakat; dan/atau
d. fasilitasi terhadap kepentingan masyarakat yang untuk sementara waktu
belum ditangani oleh pihak berwenang.
Pasal 8
Perkumpulan/paguyuban Jaga Warga berhak :
a. mendapat pembinaan dari Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten/Kota,
atau Pemerintah Daerah;
b. mengatur administrasi dan keuangan perkumpulan/paguyuban;
c. mengatur mekanisme kerja dan aktifitas internal perkumpulan/
paguyuban; dan
d. membentuk kepengurusan dan merekrut anggotanya sendiri.
Pasal 9
Pengurus Perkumpulan/paguyuban Jaga Warga wajib:
dan/atau
mencatatkan
keberadaan
a. mendaftarkan
paguyuban Jaga Warga ke Pemerintah Desa/Kelurahan; dan
b. melaporkan
anggotanya
kegiatan
perkumpulan/paguyuban
Jaga
Perkumpulan/
Warga
kepada
Pasal 10
Kepala dusun/rukun warga berwenang memberikan teguran kepada
Pengurus perkumpulan/paguyuban Jaga Warga yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
Pasal 11
melaksanakan
tugas
dan
wewenangnya,
pengurus
(1) Dalam
perkumpulan/paguyuban Jaga Warga harus memperhatikan kearifan
masyarakat setempat, kerukunan, dan musyawarah mufakat.
(2) Pedoman tata kerja pelaksanaan Jaga Warga disusun dalam buku
pedoman yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Pasal 12
(1) Kepala
dusun/rukun
warga
bertugas
membina
dan
memfasilitasi
perkumpulan/paguyuban Jaga Warga.
(2) Selain kepala dusun/rukun warga, Pemerintah Desa, Pemerintah
Kabupaten/Kota, atau Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi dan
membina perkumpulan/paguyuban Jaga Warga
Pasal 13
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) meliputi
pemberian
bimbingan,
supervisi,
dan
konsultasi
pelaksanaan,
pemberdayaan, dan penyelenggaraan Jaga Warga.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) meliputi
fasilitas atas pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban Jaga Warga.
Pasal 14
Perkumpulan/paguyuban yang memiliki fungsi Jaga Warga dan telah
ada sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini tetap dapat
menyelenggarakan tugasnya serta diakui sebagai Jaga Warga.
Pasal 15
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 23 Januari 2015
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
TTD
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal 23 Januari 2015
SEKRETARIS DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
TTD
ICHSANURI
BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 NOMOR
9
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,
DEWO ISNU BROTO I.S.
Pembina Tingkat I (IV/b)
NIP. 19640714 199102 1 001
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 2015
TENTANG
JAGA WARGA
I. UMUM
Keterlindungan warga di Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjadi
keniscayaan demi gerak dinamis masyarakat dalam rutinitas kehidupan
sehari-hari maupun dalam menyongsong masa depan. Amanat
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta Pasal 5 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa salah
satu tujuan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah untuk
“mewujudkan
kesejahteraan
dan
ketenteraman
masyarakat”.
Selanjutnya, Pasal 5 ayat (3) menyatakan bahwa “kesejahteraan dan
ketenteraman masyarakat… diwujudkan
berorientasi
pada
melalui
kebijakan
yang
kepentingan masyarakat dan pengembangan
kemampuan masyarakat”.
Aspek keterlindungan warga termaktub sebagai salah satu dari
sembilan bidang strategis dan diprioritaskan dari Arah Kebijakan
Renaisans Yogyakarta, sebagaimana disampaikan dalam Visi dan Misi
Gubernur DIY, Hamengku Buwono X, tahun 2012-2017. Arah Renaisans
Yogyakarta sendiri memiliki tujuan utama guna terciptanya peradaban
baru yang
unggul yang menghasilkan „manusia Indonesia yang utama‟ (jalma kang
utama), yang berasaskan „rasa keTuhanan, rasa kemanusiaan dan rasa
keadilan‟, dengan mengandalkan modal dasar „kebudayaan dan
pendidikan‟. Dalam bidang Keterlindungan Warga, Arah Renaisans
dipahami sebagai upaya penciptaan suasana atau iklim sosial-budaya,
politik, ekonomi dan keamanan yang kondusif sehingga setiap anggota
masyarakat
memiliki
kesempatan
yang
sama
untuk
mengembangkan potensinya secara maksimal.
Penegasan
nilai
penting
keterlindungan
warga
dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta, Peraturan Daerah Istimewa Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam
Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Arah Renaisans
Yogyakarta merupakan modal
utama
untuk
mengembangkan
pola-pola lama/baru dalam pengorganisasian masyarakat dalam
rangka menjaga ketertiban dan ketenteraman dan menyelesaikan
masalah-masalah sosialnya sendiri. Dalam hal ini, pewujudan
keterlindungan warga diselenggarakan berdasarkan pertimbangan
asas Keistimewaan DIY,
Berdasarkan nilai-nilai ini, pewujudan keterlindungan warga ini harus
dipahami dalam ruang lingkup yang tidak hanya terbatas pada
pengendalian tingkat kriminalitas dalam bentuk jumlah kuantitatif
penangkapan para pelaku kejahatan dan/atau pelanggar/perusak
ketertiban
dan
ketenteraman
masyarakat.
Namun
pewujudan
keterlindungan warga ini juga meliputi (i) upaya-upaya antisipatif
penanggulangan dan penyelesaian masalah-masalah sosial yang
berpotensi menciptakan tindak kriminal dan pelanggaran norma sosial;
(ii) upaya menghilangkan/mengurangi rasa ketakutan guna
menciptakan rasa aman dan tenteram pada diri setiap anggota
masyarakat secara keseluruhan baik tergabung dalam kelompok
mayoritas/minoritas kesukuan, agama, afiliasi politik dan statu kelas
ekonominya; (iii) meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga
mampu
mengatasi masalah-masalah rutin pribadi, sosial dan juga
ancaman bencana alam; dan
komponen
masyarakat
(iv)
mendorong
partisipasi
seluruh
untuk terlibat aktif menjaga ketertiban dan
ketenteraman di wilayah tempat tinggal/kerjanya.
Rencana
Pembangunan
Jangka
Yogyakarta Tahun 2005 - 2025
Panjang
Daerah
Istimewa
menyebutkan bahwa memudarnya
budaya di berbagai lapisan masyarakat menyebabkan ketahanan
budaya masyarakat semakin rentan terhadap perubahan globalisasi,
terjadinya ketegangan, ketidakserasian hubungan antarmasyarakat dan
terkikisnya nilai-nilai keluhuran di masyarakat. Nilai-nilai luhur dan
kearifan budaya lokal sebagai basis ketahanan budaya masih harus
dipertahankan untuk menjaga
perkembangan
zaman
keberlanjutan
dinamika
dan
sekaligus untuk menyaring masuknya
budaya-budaya asing yang kurang sesuai dengan tatanan, tuntunan
dan tontonan budaya lokal. Dengan demikian kebutuhan akan potensi
lembaga,
organisasi dan
infrasturktur sangat
diperlukan
dalam
menangani masalah kesejahteraan sosial.
Jaga Warga adalah model pengelolaan keamanan dan ketertiban umum
berbasis komunitas yang berpihak kepada masyarakat dengan
kedekatan polisi dan masyarakat sebagai pilar utamanya, merupakan
filosofi, upaya, atau gagasan tentang perwujudan keterlindungan
warga, penciptaan keamanan dan ketertiban umum yang meletakkan
urusan pengamanan lingkungan di dalam kerangka tanggung jawab
bersama
seluruh komponen
masyarakat
(community)
dalam
mengidentifikasi
masalah gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat di lingkungannya, serta dalam mencari solusi terhadap
pemecahan masalah tersebut menuju tercipta situasi dan kondisi
kamtibmas yang kondusif.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
TAMBAHAN BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9
Download