Penanggung Jawab Ir. Choirul Akhmad, ME Penulis Ir. Sahwalita, S.Hut., MP Editor Prof. Dr. Nina Mindawati Ir. Abdul Hakim Lukman, M.Si Ir. Agus Sofyan, M.Sc ISBN: 978 - 602 - 98588 - 1 - 5 Dipublikasikan Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kolonel H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu Palembang Telp. (0711) 414864 E-mail: [email protected] http: www.bpk-palembang.org Tahun 2013 KATA PENGANTAR Penanaman jenis tanaman hutan dapat menjadi pilihan investasi bagi masyarakat pada Hutan Rakyat (HR) dan pengusaha melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). Sungkai (Peronema canescen Jack.) merupakan jenis kayu mewah dan mudah dibudidayakan serta telah lama dikenal masyarakat. Saat ini, produktivitas kayu sungkai masih rendah dan sistem pemasaran kayu yang tidak transparan menjadi kendala dalam mendapatkan keuntungan. Pengembangan tanaman sungkai yang dilakukan selama ini tidak didukung dengan pengetahuan tentang teknik silvikultur yang tepat. Pada umumnya penanaman masih menggunakan pola sederhana dengan menanam tanpa pemeliharaan. Teknik silvikultur belum diterapkan, setelah ditanam tanaman sungkai dibiarkan “mandiri” tanpa sentuhan pemeliharaan singling/ penunggalan batang, prunning/pemangkasan dan thinning/penjarangan sehingga produktivitas tidak maksimal. Peningkatan produktivitas tanaman sungkai dapat dilakukan dengan penerapan silvikultur intensif, mulai dari penyediaan bibit, penanaman sampai dengan pemeliharaan termasuk pengendalian hama dan penyakit, pemanenan serta pemuliaannya. Melihat minat untuk menanam tanaman hutan mulai muncul akibat meningkatnya kesadaran tentang manfaat lingkungan dan tingginya harga kayu, maka diperlukan suatu panduan pengelolaan tanaman hutan khusunya jenis sungkai. Panduan ini sengaja disusun dengan bahasa yang sederhana agar mampu menjawab kebutuhan para petani tanaman hutan di lapangan. Melalui buku ini, diharapkan riap tanaman akan meningkat dan mampu menghasilkan kayu berkualitas. Teknik yang dikemukakan dalam buku ini merupakan hasil kumpulan berbagai informasi dari studi pustaka, hasil penelitian, komunikasi pribadi dengan pakar, peneliti, praktisi pengelola hutan tanaman sungkai, petani dan penyuluh kehutanan. Panduan ini ditujukan bagi petani pengelola hutan sungkai dan diharapkan juga bermanfaat bagi penyuluh, widyaiswara, peneliti, pemerhati, pembuat kebijakan, pengusaha, pihak-pihak yang peduli untuk pengembangan hutan sungkai, pengambil kebijakan dan semua pihak yang memerlukan. Semoga buku panduan ini dapat berguna dalam meningkatkan pengetahuan teknik silvikultur pengelola hutan sungkai di manapun berada. Palembang, Desember 2013 Kepala Balai, Ir. Choirul Akhmad, ME. NIP. 196701291994031007 Panduan Praktis untuk Petani i DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ........................................................................... i Daftar Isi ..................................................................................... iii Daftar Tabel ................................................................................ v Daftar Gambar ............................................................................ vii I. PENDAHULUAN ........................................................... 1 II. TEKNIK SILVIKULTUR ................................................... 5 III. PENYEDIAAN BIBIT ...................................................... 7 IV. PEMBUATAN BIBIT ...................................................... A. Secara Generatif .......................................................... B. Secara Vegetatif .......................................................... 13 13 14 V. PENANAMAN .............................................................. A. Pola Tanam .................................................................. B. Persiapan Lahan .......................................................... C. Penanaman .................................................................. 17 17 20 23 VI. PEMELIHARAAN .......................................................... A. Penyiangan gulma ....................................................... B. Pemupukan ................................................................. C. Penyulaman ................................................................. D. Penunggalan Batang (singling) .................................... E. Pemangkasan (Prunning) ............................................ F. Penjarangan (Tinning) ................................................. G. Pengendalian Hama dan Penyakit ............................... 27 27 29 29 30 30 32 33 VII. PEMANENAN .............................................................. 37 VIII. PEMULIAAN TANAMAN .............................................. 39 Bahan Bacaan ....................................................................... 41 Keterangan Istilah ................................................................ 45 Ucapan Terima Kasih ............................................................. 49 Panduan Praktis untuk Petani iii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Karakteristik lahan tempat tumbuh sungkai di Sumatera Selatan ......................................................... 22 Tabel 2. Karakteritik lahan tempat tumbuh sungkai di Jambi ... 22 Tabel 3. Karakteritik lahan tempat tumbuh sungkai di Riau ..... 23 iv Panduan Praktis untuk Petani DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tunas epikormik pada tanaman muda (a) dan tunas epikormik pada tanaman yang terserang penyakit pada bagian pucuk (b) ........................... 1 Gambar 2. Hutan sungkai memiliki manfaat lingkungan dan nilai estetika .......................................................... 3 Gambar 3. Kayu sungkai memiliki tekstur yang indah .............. 3 Gambar 4. Trubusan sungkai di tegakan alam (a) dan di kebun perbanyakan (b) ..................................................... 7 Gambar 5. Buah sungkai berwarna hijau (a) dan coklat siap dipanen (b) ............................................................. 9 Gambar 6. Kecambah sungkai di bak tabur ............................. 9 Gambar 7. Penyimpanan stek sebelum dibawa ke persemaian .............................................................. 11 Gambar 8. Bahan stek yang telah disusun rapi ........................ 11 Gambar 9. Bibit sungkai secara generatif ................................. 14 Gambar 10. Naungan di persemaian sungkai ............................ 15 Gambar 11. Sungkup bibit dari plastik bening ........................... 15 Gambar 12. Bibit masih didalam sungkup ................................ 16 Gambar 13. Bibit siap tanam ..................................................... 16 Gambar 14. Pola tanam monokultur sungkai ............................ 19 Gambar 15. Pola tanam campuran sungkai-sawit ..................... 20 Gambar 16. Pola tanam campuran sungkai-karet ..................... 20 Gambar 17. Persiapan lahan untuk pola tanam monokultur ...... 21 Gambar 18. Penanaman bibit sungkai (a) dan kondisi bibit setelah ditanam (b) ............................................... 25 Panduan Praktis untuk Petani v Gambar 19. Sungkai muda dengan pola tanam monokultur....... 25 Gambar 20. Sungkai berumur 9 bulan ....................................... 26 Gambar 21. Pemakaian mulsa pada tanam sungkai .................. 28 Gambar 22 Pemakaian cover crop pada tanaman sungkai ........ 28 Gambar 23. Teknik pemangkasan pada tanaman sungkai ......... 31 Gambar 24. Kondisi tegakan setelah pemangkasan ................... 32 Gambar 25. Serangan pada bagian pucuk tanaman berumur 1 tahun (a) dan serangan pada batang yang berumur 2,5 tahun (b) ............................................ 34 Gambar 26. Penyakit embun hitam menyerang tanaman sungkai berumur 7 bulan ....................................... 35 Gambar 27. Pohon induk (mother trees) sungkai ....................... 40 Gambar 28. Kebun perbanyakan sungkai di KHDTK Kemampo ................................................................ 40 Gambar 29. Plot uji klon sungkai di KHDTK Kemampo .............. 40 vi Panduan Praktis untuk Petani I. PENDAHULUAN Apa yang perlu diketahui tentang tanaman sungkai ? Sungkai termasuk tanaman hutan yang tidak memerlukan persyaratan tumbuh khusus dan mudah dalam pemeliharaan, serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman sungkai muda memiliki kemampuan bertunas (tunas epikormik) yang tinggi. Tunas ini akan lebih banyak muncul jika terjadi gangguan pada batang seperti: serangan hama/penyakit, luka atau posisi batang miring. Tanaman sungkai sulit melakukan pemangkasan alami (self prunning). (a) (b) Gambar 1. Tunas epikormik pada tanaman muda (a) dan tunas epikormik pada tanaman yang terserang penyakit pada bagian pucuk (b) Mengapa memilih sungkai (Peronema canescen Jack.) ? Sungkai (Peronema canescen Jack.) termasuk dalam suku verbenaceae yang memiliki kayu komersial bermutu tinggi dengan tekstur indah mirip jati, sehingga dikenal dengan “Jati Sabrang”. Kualitas kayu tinggi dengan kelas kuat II-III dan kelas awet III sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu relatif lama. Panduan Praktis untuk Petani 1 Kayu sungkai untuk konstruksi dan hasil olahannya berupa furniture dan veneer indah memiliki wilayah pemasaran yang luas untuk kebutuhan lokal dan ekspor. Sebaran alaminya luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat dikembangkan secara nasional. Tanaman sungkai telah banyak dikembangkan baik oleh petani berupa Hutan Rakyat (HR) maupun pengusaha, berupa Hutan Tanaman Industri (HTI). Termasuk jenis pioneer yang mampu hidup pada lahan marginal dan tahan terhadap kebakaran. Memiliki masa panen yang panjang sehingga memiliki fungsi lingkungan dalam pengaturan tata air (hidrologi), iklim lokal dan keragaman hayati. Bahan perbanyakan berlimpah baik generatif maupun vegetatif. Tidak memerlukan persyaratan tumbuh khusus, dengan ketinggian 0-600 m dpl, tanah kering sampai sedikit basah tapi tidak tergenang. Sudah dikenal masyarakat baik budidaya maupun pemanfaatan kayunya sehingga tinggal melakukan inovasi. Semua bagian tanaman sungkai dapat dimanfaatkan. Selain kayunya bagian daun dan akar digunakan sebagai obat herbal. Dapat ditanam secara monokultur, campuran dan agroforestry yang berpotensi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, pedagang, pengrajin dan industri pengolahan kayu. 2 Panduan Praktis untuk Petani Gambar 2. Hutan sungkai memiliki manfaat lingkungan dan nilai estetika Gambar 3. Kayu sungkai memiliki tekstur yang indah Perlukah buku panduan ? Penanaman sungkai selama ini masih dilakukan secara tradisional, sehingga riap volume, mutu kayu dan nilai lahan masih rendah. Petani sulit memperoleh informasi teknis tentang pengelolaan hutan sungkai yang benar. Belum banyak informasi tentang pengelolaan hutan sungkai, sehingga kurang dipahami dan kurang menarik bagi petani. Panduan Praktis untuk Petani 3 Mengugah kembali para petani mengenai peran hutan sungkai yang dikelola secara sederhana dan benar. Diperlukan buku panduan yang mudah dipahami dengan bahasa sederhana untuk dilaksanakan pada tingkat lapangan. Panduan ini untuk siapa ? Panduan ini diutamakan bagi pelaksana penanaman sungkai di lapangan dalam upaya meningkatkan mutu hutan sungkai melalui bibit unggul dan penerapan praktek silvikultur yang benar. Panduan pengelolaan hutan sungkai merupakan teknik budidaya yang sederhana sehingga mudah dilaksanakan oleh petani. Panduan ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi penyuluh, widyaiswara, peneliti, pemerhati, pembuat kebijakan, pengusaha dan pihak-pihak yang peduli untuk pengembangan hutan sungkai. 4 Panduan Praktis untuk Petani II. TEKNIK SILVIKULTUR Apa praktek silvikultur ? Mencakup semua tindakan yang diterapkan dalam pengelolaan tegakan hutan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kayu. Semua metode perlakuan terhadap tegakan dan tempat tumbuh yang pelaksanaannya mengacu pada perawatan selama rotasi dengan pengaturan sinar matahari, nutrisi dan air. Apa yang termasuk kegiatan silvikultur ? Semua tindakan yang dilakukan pada tegakan dan tempat tumbuh mulai dari persiapan lahan sampai akhir daur (panen). Kegiatan yang dilakukan meliputi: pengaturan jarak tanam, pemupukan, penunggalan batang, pemangkasan dan penjarangan. Bagaimana pengaruh silvikultur terhadap riap dan kualitas kayu ? Riap kayu sangat ditentukan oleh penerapan teknik silvikultur terhadap tegakan. Kualitas kayu ditentukan oleh banyak faktor seperti diameter dan tinggi batang bebas cabang, kerapatan kayu, arah serat kayu, perbandingan kayu teras dan kayu gubal dan persentase cacat kayu. Teknik silvikultur yang tepat dapat meningkatkan riap dan kualitas kayu. Beberapa teknik silvikultur yang dapat meningkatkan riap dan kualitas kayu, seperti: 1. Pemupukan pada awal pertumbuhan dapat mempercepat pertumbuhan pohon sehingga diperoleh batang berukuran besar. 2. Singling/penunggalan batang dapat mempercepat pertumbuhan karena unsur hara dipergunakan untuk memacu pertumbuhan batang pokok. 3. Prunning/pemangkasan dapat menambah tinggi batang bebas cabang dan mengurangi mata kayu. Panduan Praktis untuk Petani 5 4. Thinning/penjarangan memberikan ruang yang cukup bagi tanaman untuk memperoleh sinar matahari dan mengurangi persaingan dalam memperoleh unsur hara dan air. 6 Panduan Praktis untuk Petani III. PENYEDIAAN BAHAN BIBIT Bibit sungkai dapat diperoleh secara generatif dan vegetatif. Bibit sungkai yang diperoleh secara generatif berasal dari benih, sedangkan bibit secara vegetatif diperoleh dari trubusan/tunas baik dari cabang maupun akar. Selama ini bibit sungkai biasanya dipersiapkan secara vegetatif. Mengapa bibit sungkai dipersiapkan secara vegetatif ? Bibit secara generatif sulit didapat dalam jumlah banyak karena daya kecambah rendah 10 - 13,24%. Bahan perbanyakan vegetatif mudah didapat dalam jumlah banyak melalui trubusan akar dan batang. Kualitas bibit secara vegetatif memiliki sifat yang sama dengan pohon induk tempat bahan vegetatif diambil. Perbanyakan sungkai secara vegetatif mudah dilakukan dengan persentase hidup tinggi diatas 90%. Bahan vegetatif dapat diperoleh sepanjang tahun tanpa tergantung pada musim berbuah. (a) (b) Gambar 4. Trubusan sungkai di tegakan alam (a) dan di kebun perbanyakan (b) Panduan Praktis untuk Petani 7 A. Bibit dari benih Dari mana benih diperoleh ? Benih diambil dari pohon induk yang memiliki fenotif baik seperti batang lurus, batang bebas cabang tinggi dan diameter besar. Benih diambil dari pohon-pohon yang tumbuh secara mengelompok dalam satu hamparan atau dari berbagai tempat. Jangan memilih benih dari pohon yang tumbuh sendirian, karena melakukan penyerbukan sendiri kemungkinan besar kualitasnya tidak baik. Benih sungkai belum memiliki sumber benih berstandar. Sumber benih masih diambil dari pohon-pohon induk yang ada di alam atau hutan tanaman yang telah memenuhi kriteria sebagai sumber benih. Kapan waktu memanen benih ? Benih diambil saat buah sudah berwarna coklat menandakan buah sudah masak fisiologis. Buah diambil dari tajuk yang mengarah ke dalam atau berdekatan pohon lain, sehingga diharapkan buah yang diambil berkualitas. Bagaimana cara memanen benih ? Buah diambil dengan memotong tangkai buah, karena ukuran buahnya yang kecil. Buah diletakkan dalam wadah yang tertutup untuk menghindari buah jatuh atau pecah sehingga bijinya terbuang. Bagaimana penanganan benih ? Buah yang telah diambil dipisahkan atau dilepas dari tangkainya. Buang kotoran seperti sisa tangkai, daun dan bahan lainnya. Buah dijemur untuk menghindari serangan jamur dan meningkatkan daya kecambah. Benih yang telah kering dimasukan dalam wadah plastik lalu disimpan ditempat kering dan sejuk. 8 Panduan Praktis untuk Petani Benih ditabur dalam bak tabur yang berisi pasir steril. Penaburan dilakukan dengan mencampur benih dengan pasir halus dan kering. (a) (b) Gambar 5. Buah sungkai berwarna hijau (a) dan coklat siap dipanen (b) Gambar 6. Kecambah sungkai di bak tabur B. Bibit dari bahan vegetatif Dari mana bahan vegetatif diperoleh ? Bahan vegetatif yang terbaik dapat diperoleh dari kebun pangkas. Jika kebun pangkas belum tersedia, bahan vegetatif dapat diperoleh dari pohon induk yang terdapat di hutan alam atau hutan tanaman di sekitar lokasi. Bagaimana cara memilih pohon induk ? Pilih pohon yang memiliki penampilan unggul dibandingkan dengan pohon-pohon di sekitarnya, yaitu memiliki ciri: Panduan Praktis untuk Petani 9 1. 2. 3. 4. 5. Diameter batang dan tinggi pohon di atas rata-rata Batang bebas cabang tinggi Bentuk batang lurus Tajuk sehat dan seimbang Telah dewasa (berumur diatas 10 tahun) dan memiliki buah berkualitas 6. Bebas dari hama dan penyakit. Kapan dan bagaimana memilih bahan vegetatif ? Bahan vegetatif berupa trubusan/tunas tersedia sepanjang tahun. Kalau sulit ditemukan trubusan/tunas dapat dilakukan pemangkasan cabang atau pelukaan akar sehingga muncul trubusan/tunas baru (sungkai sangat mudah tumbuh trubusan/tunas). Bahan vegetatif (trubusan) dapat diambil jika trubusan telah memilih bahan berkayu dengan tinggi 150-200 cm dan diameter 1,53 cm. Waktu pengambilan trubusan disesuaikan dengan jadwal penanaman, kira-kira 3 bulan sebelum musim tanam. Pengambilan trubusan biasanya dilakukan pada akhir musim panas (diakhir Agustus sampai awal September), saat kondisi tanaman mengalami kondisi stagnan. C. Penanganan stek Bagaimana cara menangani stek ? Pilih stek yang memiliki nodus pendek sampai sedang dengan panjang ± 10-15 cm. Stek dipotong dengan panjang ± 100 cm. Stek disusun masing-masing 25 potong lalu diikat rapi. Setelah terkumpul rapi dan dikemas, kemudian langsung dibawa ke lokasi pembuatan bibit. 10 Panduan Praktis untuk Petani Bagaimana cara penyimpanan stek ? Jika bahan perbanyakan jauh dari lokasi pembuatan bibit, maka stek yang telah di ikat dimasukkan ke dalam kantong plastik bening besar. Untuk mempertahankan kondisi kesegaran stek di dalam plastik diberi cocopeat sebanyak 2 kg lalu diberi air sampai basah, kemudian diikat dengan tali rapiah. Stek dapat disimpan selama 2 minggu dengan persentase hidup mencapai 90%. Gambar 7. Penyimpanan stek sebelum dibawa ke persemaian Gambar 8. Bahan stek yang telah disusun rapi Panduan Praktis untuk Petani 11 IV. PEMBUATAN BIBIT A. Secara generatif Bagaimana menyapih kecambah ? Siapkan media berupa campuran tanah : kompos/pupuk kandang : arang sekam dengan perbandingan 3:1:1 dimasukkan dalam polybag. Kecambah siap disapih setelah berumur 4-6 minggu dengan ciri telah memiliki daun 4 pasang. Penyapihan dilakukan pagi hari sebelum jam 10.00 WIB atau sore hari setelah jam 16.00 WIB. Sebelum penyapihan media kecambah dibasahi terlebih dahulu. Media di sekitar kecambah diangkat dengan menggunakan papan/bambu pipih. Angkat kecambah dengan hati-hati hingga akar-akarnya lalu masukkan ke dalam wadah berisi air. Bagaimana cara penanaman semai ? Siram media tanam dengan menggunakan noozel yang kecil sehingga tidak merusak media. Buat lubang tanam dengan menggunakan bambu supaya saat penanaman akar tidak rusak. Semai dimasukkan ke dalam polybag dan ditutup dengan media secara perlahan. Siram media tanaman sampai basah supaya tidak kekeringan. Persentase hidup bibit sungkai dapat mencapai di atas 90%. Panduan Praktis untuk Petani 13 Gambar 9. Bibit sungkai secara generatif B. Secara vegetatif Bagaimana menyiapkan bahan perbanyakan stek ? Stek dipotong masing-masing sebanyak 2 nodus dengan kemiringan 450. Pangkal stek direndam dalam hormon pertumbuhan selama 10-15 menit. Bagaimana cara menanam stek ? Siapkan media berupa campuran tanah : kompos/pupuk kandang : arang sekam/pakis dengan perbandingan (3 : 1 : 1) dimasukkan dalam polybag. Polybag ditata di dalam bedengan dengan permukaan datar. Bedengan sebaiknya dipasang naungan dari paranet/shading net dengan intensitas cahaya 55%. Buat lubang tanam pada polybag supaya pada saat penanaman ujung stek tidak rusak. Stek yang telah direndam dalam hormon pertumbuhan ditanam pada polybag. Siram media dengan air menggunakan noozel yang kecil supaya tidak merusak media. 14 Panduan Praktis untuk Petani Bedeng stek ditutupi sungkup plastik bening dengan ketinggian ± 75 cm. Kondisi lingkungan di dalam sungkup dijaga sampai muncul tunas dan akar. Lakukan penyiraman setiap hari satu kali. Jika ada gejala serangan jamur semprot stek dengan dithine (pembasmi jamur). Gambar 10. Naungan di persemaian sungkai Gambar 11. Sungkup bibit dari plastik bening Panduan Praktis untuk Petani 15 Gambar 12. Bibit masih didalam sungkup Gambar 13. Bibit siap tanam 16 Panduan Praktis untuk Petani V. PENANAMAN Apa saja persiapan penanaman ? Sebagai langkah awal penanaman adalah menentukan pola tanam (monokultur, campuran atau agroforestry). Penentuan pola tanam dengan mempertimbangkan kondisi lahan dan tujuan penggunaan lahan. Pada lahan subur dan memiliki tenaga kerja sebaiknya memilih pola tanam agroforestry. Pada lahan kritis dan miring sebaiknya memilih pola tanam monokultur atau campuran dengan tujuan memperbaiki kondisi tanah dan mencegah longsor. Pemilik lahan sempit atau mengarap sendiri sebaiknya memilih pola tanam agroforestry atau campuran untuk memperoleh produk jangka pendek, menengah dan panjang. Lahan jauh dari tempat tinggal, pemilik memiliki lahan yang luas atau pemilik memiliki pekerjaan lain sebaiknya memilih pola tanam monokultur. A. Pola tanam Pola tanam monokultur Apa yang dimaksud pola tanam monokultur ? Hanya menanam satu jenis tanaman (sungkai). Ditanam secara serentak dengan jarak tanam yang sama, untuk tanaman sungkai biasanya dipilih jarak tanam 3x3 m atau 4x2 m. Apa saja kelebihan dan kelemahan pola tanam monokultur ? Pola tanam ini lebih mudah dalam pengerjaannya, karena pengolahan lahan dilakukan secara seragam. Menghasilkan kayu lebih banyak dengan kualitas lebih baik dibandingkan dengan pola tanam campuran atau agroforestry. Pengelolaannya lebih mudah karena jenis tanamannya sejenis. Panduan Praktis untuk Petani 17 Kelemahan pola ini apabila terjadi serangan hama dan penyakit lebih mudah menular dan menyebar. Persaingan antar pohon dalam memperoleh hara, air dan ruang tumbuh lebih tinggi. Pola tanam campuran Apa yang dimaksud pola tanam campuran ? Menanam lebih dari satu jenis pohon hutan baik seumur maupun tidak seumur. Pemilihan jenis tanaman diatur sesuai dengan kondisi tanaman, seperti tipe perakaran, ukuran tajuk sehingga tidak terjadi persaingan berat antar tanaman dalam mempeoleh unsur hara, sinar matahari dan air. Apa saja kelebihan dan kelemahan pola tanam campuran ? Lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta terpaan angin. Perbedaan daur tebang dan strata tajuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan. Memiliki diversitas produk tinggi sehingga mampu mengikuti perubahan permintaan pasar. Hati-hati terutama untuk jenis yang cepat tumbuh, karena sungkai bersifat intoleran sehingga pertumbuhannya dapat terhambat. Penebangan yang tidak serentak perlu dilakukan secara berhati-hati agar tidak merusak tanaman di sekitarnya. Pola tanam Agroforestry Apa yang dimaksud pola tanam agroforestry ? Pola tanam yang mengkombinasikan tanaman pokok (sungkai) dengan tanaman semusim. Pola ini dapat diterapkan pada awal penanaman dengan tujuan selanjutnya adalah pengelolaan tanaman sungkai (monokultur) atau pola campuran. 18 Panduan Praktis untuk Petani Apa saja kelebihan dan kelemahan pola tanam agroforestry ? Pengolahan tanah dan perawatan tanaman semusim sekaligus memenuhi kebutuhan tanaman pokok (sungkai). Pada awal penanaman petani telah memperoleh hasil jangka pendek berupa panen dari tanaman semusim seperti kacangkacangan, jagung, empon-empon, nilam dan lain-lain. Jika terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman semusim dapat menular pada tanaman pokok. Perlu kehati-hatian saat perawatan tanaman semusim agar jangan sampai merusak tanaman pokok. Tanaman apa saja yang dapat dikombinasikan dengan sungkai ? Belum banyak jenis yang dicoba dikombinasikan dengan sungkai, tetapi dapat disesuaikan dengan tujuan penanaman, kondisi lahan dan keuntungan secara finansial. Tanaman sungkai biasanya ditanam dengan jenis-jenis tanaman hutan dan perkebunan, seperti medang, durian, petai, gaharu, sawit dan lain-lain. Untuk tujuan menjaga lahan sungkai juga biasa ditanam sebagai pembatas lahan, karena sungkai tidak memiliki anakan secara alami. Variasi dengan jenis tanaman perkebunan baik untuk menjaga kondisi lingkungan dan menambah penghasilan petani karena memiliki berbagai penghasilan termasuk Hasil Hutan Bukan Kayu. Gambar 14. Pola tanam monokultur sungkai Panduan Praktis untuk Petani 19 Gambar 15. Pola tanam campuran sungkai-sawit Gambar 16. Pola tanam campuran sungkai-karet B. Persiapan lahan Kegiatan persiapan lahan disesuaikan dengan pola tanam yang akan diterapkan sehingga efesien dalam biaya dan efektif dalam pengerjaannya. 20 Panduan Praktis untuk Petani Persiapan lahan untuk pola tanam monokultur mulai dari pemilihan lokasi, pembersihan lahan (penebasan dan penebangan), perapihan (pencacahan dan penyusunan sisa tebas/tebang), pembongkaran akar, pembuatan lorongan dan penyiangan gulma. Apa saja yang diperlukan untuk persiapan lahan ? Peralatan yang digunakan pada persiapan lahan harus lengkap seperti: kompas, meteran, tali, cat untuk memudahkan pekerjaan. Gunakan tenaga kerja yang berpengalaman dalam persiapan lahan untuk tingkat pengusahaan HTI sehingga diperoleh informasi lahan lengkap meliputi: kesuburan dan luasan yang tepat. Hasil kegiatan persiapan lahan ini menentukan pola tanam dan kegiatan selanjutnya. Bagaimana kondisi lahan yang cocok untuk sungkai ? Secara alami sungkai tidak memerlukan persyaratan lahan khusus pada ketinggian 0-600 m dpl. Untuk meningkatkan produktivitas kondisi lahan tanaman sungkai memiliki faktor pembatas sebagai berikut tanah yang masam, kesuburan yang rendah dan tekstur tanah berpasir sehingga dapat dikembangkan secara luas. Sungkai akan tumbuh lebih baik pada lahan-lahan lembab dengan solum yang dalam seperti: di pinggir sungai, daerah buluran dan lembah. Gambar 17. Persiapan lahan untuk pola tanam monokultur Panduan Praktis untuk Petani 21 Karakteristik lahan tempat tumbuh sungkai di beberapa daerah: Tabel 1. Karakteritik lahan tempat tumbuh sungkai di Sumatera Selatan No. Sifat tanah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. pH H2O C-Org (%) N-Total (%) P-Bray I (ppm) K-dd (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) KTK (me/100g) Tekstur Kedalaman Harkat*) 0 – 20 cm 3,49 – 4,18 SM 1,39 – 2,95 R–S 0,14 – 0,26 R–S 4,95 – 23,55 SR – ST 0,06 – 0,45 SR – R 0,22 – 0,33 R 0,31 – 1,83 SR 0,07 – 0,60 SR – R 10,88 – 21,23 R-S LS, SL, L, CL, C**) Kedalaman Harkat*) 20 – 40 cm 3,47 – 4,29 SM 0,99 – 3,02 SR – T 0,10 – 0,21 R–S 4,20 – 15,45 SR – ST 0,13 – 0,26 R 0,22 – 0,44 R–S 0,25 – 1,53 SR 0,04 – 0,44 SR – R 11,05 – 20,75 R–S LS, SCL, CL, C**) Keterangan : SM = Sangat masam R = Rendah SR = Sangat rendah S = Sedang LS = Pasir berlempung L = Lempung SL = Lempung berpasir SCL = Lempung liat berpasir *) Balai Penelitian Tanah (2005) **) Balai Penelitian Tanah (2004) T = Tinggi ST = Sangat Tinggi CL = Lempung berliat C = Liat Tabel 2. Karakteritik lahan tempat tumbuh sungkai di Jambi No. Sifat tanah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. pH H2O C-Org (%) N-Total (%) P-Bray I (ppm) K-dd (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) KTK (me/100g) Tekstur Kedalaman Harkat*) 0 – 20 cm 3,66 – 4,17 SM 2,03 – 2,56 S 0,18 – 0,21 R–S 12,90 – 16,20 T – ST 0,16 – 0,24 R 0,22 R 0,60 – 0,73 SR 0,08 – 0,40 SR - R 15,23 – 22,23 R-S SiL, CL**) Keterangan: Sama dengan Tabel 1 SiL = Lempung berdebu SiCL = Lempung berpasir 22 Harkat*) Kedalaman 20 – 40 cm 3,82 – 3,87 0,98 – 2,72 0,11 – 0,22 6,15 – 9,75 0.06 - 0,13 0,22 – 0,33 0,53 - 0,60 0,07 – 0,20 17,40 SM SR – S R–S R–S SR – R R SR SR S SiCL, C**) CL = Lempung berliat C = Liat Panduan Praktis untuk Petani Tabel 3. Karakteritik lahan tempat tumbuh sungkai di Riau No. Sifat tanah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. pH H2O C-Org (%) N-Total (%) P-Bray I (ppm) K-dd (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) KTK (me/100g) Tekstur Kedalaman Harkat*) 0 – 20 cm 3,91 – 4,65 SM – M 1,80 – 3,38 R–T 0,18 – 0,76 R–T 5,85 – 28,95 R – ST 0,13 – 0,19 R 0,22 – 0,44 R–S 0,53 – 2,11 SR – R 0,12 – 0,37 SR 8,88 – 19,58 R-S LS, SCL, C**) Kedalaman 20 – 40 cm 3,87 – 4, 31 1,05 – 2,25 0,10 – 0,16 7,95 – 12,15 0,06 – 0,19 0,11 – 0,33 0,38 – 0,93 0,07 – 0,25 4,70 – 18,75 Harkat*) SM R–S R S–T SR – R R SR SR SR – S LS, SCL, CL**) Keterangan: Sama dengan Tabel 1 M = Masam C. Penanaman Apa saja yang perlu disiapkan sebelum penanaman ? Pengaturan jarak tanam harus ditentukan terlebih dahulu. Pembuatan ajir dapat menggunakan bambu atau batang kayu dengan tinggi 120 cm Pemasangan ajir dilakukan pada lubang tanam yang akan dibuat. Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan kondisi lahan dan tinggi bibit. Berapa jarak tanam sungkai ? Pola tanam monokultur biasa digunakan jarak tanam 3 x 3 m, jarak tanam yang rapat dilakukan untuk memperoleh bentuk batang yang lurus dan pertumbuhan meninggi lebih cepat. Setelah sungkai tumbuh tinggi untuk memperoleh diameter batang yang besar dilakukan penjarangan. Pola campuran disesuaikan dengan tanaman kombinasinya, untuk sungkai-sawit 9 x 8 m, sungkai-karet 12 x 6 m dan sungkai-gaharu 6 x 9 m. Sedangkan untuk campuran sungkai dengan medang, durian, petai pada lahan masyarakat ditanam dengan jarak tanam tidak teratur. Panduan Praktis untuk Petani 23 Pada Hutan Rakyat, sungkai biasanya ditanam sesuai kebutuhan petani dan kondisi lahan. Pada pola tanam agroforestry, sungkai dapat ditanam dalam larikan dengan jarak yang lebar. Tanaman semusim dapat ditanam antar larikan. Mengapa perlu pengaturan jarak tanam ? Pengaturan jarak tanam diperlukan untuk memudahkan pengerjaan penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pengaturan jarak tanam untuk memberikan ruang tumbuh pada tanaman secara optimal agar dapat memacu pertumbuhannya. Pengaturan jarak tanam untuk mengurangi persaingan antar tanaman dalam memperoleh hara dan air. Bagaimana pada kondisi lahan miring ? Penentuan jarak tanam dapat menyesuaikan dengan kondisi lahan. Penanaman dilakukan lebih rapat untuk mengantisipasi kematian tanaman dan jika tanaman tumbuh terlalu rapat setelah 5 tahun dapat dijarangi. Jarak tanam dibuat menyesuaikan kemudahan dalam penanaman dan pemeliharaan. Berapa ukuran lubang tanam ? Ukuran lubang tanam untuk bibit dari vegetatif: 30 x 30 x 40 cm, sedangkan untuk bibit generatif: 20 x 20 x 30 cm tergantung besarnya ukuran bibit. Setelah penggalian lubang tanam, ajir tetap dipasang untuk memudahkan pengeceran bibit setiap lubang tanam. Bagaimana cara penanaman sungkai ? Sebelum penanaman bibit harus sudah diaklimitasi 2 minggu dengan penjarangan polybag dan pembukaan naungan. Jika lokasi penanaman jauh dari persemaian bibit diangkut di sekitar penanaman untuk dikondisikan selama 1 minggu. Kemudian bibit diecer setiap lubang tanam. 24 Panduan Praktis untuk Petani Gunakan pupuk dasar agar memacu pertumbuhan awal. Pupuk dasar dapat berupa pupuk organik (1-2 kg/lubang tanam) atau pupuk an-organik (NPK 100 gr/lubang tanam). Masukkan pupuk dasar pada lubang tanam, tambahkan dengan sebagian tanah dan langsung bibit ditanam, kemudian tutup kembali dengan tanah. Tanah di sekitar tanaman dipadatkan supaya bibit tidak miring. (a) (a) (b) Gambar 18. Penanaman bibit sungkai (a) dan kondisi bibit setelah ditanam (b) Gambar 19. Sungkai muda dengan pola tanam monokultur Panduan Praktis untuk Petani 25 Gambar 20. Sungkai berumur 9 bulan 26 Panduan Praktis untuk Petani VI. PEMELIHARAAN Apa saja pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman sungkai ? Pemeliharaan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan riap tanaman dan kualitas kayu. Kegiatan yang dilakukan meliputi: penyiangan gulma, pemupukan, penyulaman, penunggalan batang, pemangkasan, penjarangan dan pengendalian hama/penyakit. A. Penyiangan gulma Apa saja yang termasuk gulma ? Semua tumbuhan yang sifatnya merugikan tanaman pokok seperti: rumput, semak, tunas pohon dan liana. Gulma selain merupakan saingan tanaman pokok dalam memperoleh cahaya, air dan unsur hara juga dapat membelit/melilit. Gulma dibersihkan secara periodik untuk tanaman sungkai muda sampai umur 2 tahun setiap 3 bulan sekali dan tanaman dewasa setiap 6 bulan sekali. Pembersihan gulma dapat dilakukan secara mekanik (penebasan) dan kimia (herbisida). Pada pelaksanaan biasanya dilakukan secara kombinasi antara mekanik dan kimia. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi gulma ? Gulma akan tumbuh cepat pada lahan-lahan kosong, biasanya pada areal tanaman muda. Untuk mengurangi pertumbuhan gulma pada tanaman muda dapat dipasang mulsa, baik yang berbahan plastik maupun seresah yang ada di sekitar tanaman. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menanam cover crop menggunakan jenis kacang-kacangan. Penanaman cover crop dapat bertahan lama karena tanaman akan tumbuh, selain itu ramah lingkungan dan meningkatkan biota tanah. Panduan Praktis untuk Petani 27 Gambar 21. Pemakaian mulsa pada tanam sungkai Gambar 22. Pemakaian cover crop pada tanaman sungkai 28 Panduan Praktis untuk Petani B. Pemupukan Jenis pupuk apa saja yang biasa dipakai ? Berdasarkan asalnya pupuk terdiri dari 2 jenis yaitu organik dan anorganik, kedua jenis pupuk ini dapat digunakan sesuai dengan kondisi lahan, pola tanam dan perhitungan ekonominya. Pemupukan dilakukan sampai tanaman berusia 3 tahun. Untuk tanaman sungkai dengan pola tanam monokultur pilih pupuk organik yang bersifat lambat urai karena tanaman sungkai memerlukan sedikit tambahan unsur hara. Bagaimana melakukan pemupukan ? Pupuk dasar Pupuk dasar diberikan sebelum dilakukan penanaman. Pemupukan dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam, kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah. Dosis pupuk (pupuk an-organik lambat urai) yang diterapkan adalah 100 gr/lubang tanam, atau pupuk organik/kompos 1-2 kg/lubang tanam. Pupuk lanjutan Pupuk lanjutan dimulai setelah tanaman berumur 6 bulan. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan pada bulan Mei dan November. Dosis pupuk yang diterapkan pada tahun pertama 200 gr/batang, tahun kedua dan ketiga 400 gr/batang. C. Penyulaman Apa yang dimaksud penyulaman ? Penyulaman adalah kegiatan penanaman yang dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, patah dan kerdil. Penyulaman dilakukan untuk mempertahankan jumlah tanaman atau kerapatan tanaman sesuai dengan rencana semula. Panduan Praktis untuk Petani 29 Penyulaman sebaiknya dilakukan sebelum tanaman berumur setahun untuk memperoleh pertumbuhan yang seragam. Penyulaman dilakukan pada musim penghujan untuk menghindari kematian tanaman. D. Penunggalan batang (singling) Apa guna melakukan penunggalan batang ? Penunggalan batang dilakukan untuk memperoleh batang yang berkualitas dan cepat tumbuh. Singling merupakan kegiatan penunggalan batang yang tumbuh lebih dari satu (multistem). Singling dilakukan periodik 2 minggu sekali karena tunas epikormik tumbuh sangat cepat dan dapat menyerap unsur hara lebih banyak sehingga mengganggu pertumbuhan batang pokok. Pemotongan tunas dilakukan dengan memotong bagian pangkal tunas dengan alat (parang) yang tajam supaya tidak meninggalkan sisa pada batang pokok. E. Pemangkasan (Prunning) Mengapa perlu pemangkasan ? Pemangkasan diperlukan untuk menambah tinggi batang bebas cabang dan mengurangi mata kayu. Kegiatan pemangkasan adalah pemotongan cabang dan ranting bagian bawah pada batang utama. Pemangkasan dilakukan supaya nutrisi tanaman terfokus pada batang utama. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk kayu bakar. Pada daerah rawan kebakaran dapat mengurangi resiko terjadinya kebakaran hutan. Kapan dilakukan pemangkasan ? Pemangkasan dilakukan mulai tahun ke-3. 30 Panduan Praktis untuk Petani Perlakuan pemangkasan dilakukan pada tanaman sungkai karena tidak mampu melakukan pangkasan alami/self prunning. Pemangkasan dilakukan awal musim penghujan sekitar akhir bulan Agustus. Pemangkasan cabang dan ranting dilakukan pada waktu masih berukuran kecil untuk mengurangi mata kayu dan cacat akibat luka. Pemangkasan dilakukan dengan total 50% dari tinggi total pohon, supaya pertumbuhan sungkai tidak terhambat. Bagaimana cara melakukan pemangkasan ? Pemotongan dilakukan dengan menyisakan bagian batang/cabang pada batang utama, supaya tidak melukai batang utama. Sisa batang terlalu panjang dapat merangsang tumbuh tunas atau sarang hama/penyakit dan menimbulkan cacat pada kayu berupa mata kayu lepas. Luka pada batang utama akibat pemangkasan menyebabkan luka besar yang sulit tertutup dan menjadi sarang hama/penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gergaji yang tajam untuk menghindari kerusakan pada batang atau luka yang terlalu besar. Adanya bagian pemotongan yang tidak rata dapat menimbulkan serangan hama dan penyakit dan merusak batang jika terkelupas. Gambar 23. Teknik pemangkasan pada tanaman sungkai Panduan Praktis untuk Petani 31 Gambar 24. Kondisi tegakan setelah pemangkasan F. Penjarangan (Thinning) Apa yang disebut penjarangan ? Penjarangan adalah tindakan pengurangan jumlah pohon pada suatu areal untuk memberikan ruang tumbuh yang cukup pada pohon terpilih. Kegiatan penjarangan untuk menjaga penyebaran tanaman menjadi merata. Mengapa perlu dilakukan penjarangan ? Penjarangan merangsang perkembangan tajuk dan pembentukan lingkaran tumbuh, sehingga menambah hasil panen. Hasil penjarangan yang berukuran besar dapat digunakan untuk kayu pertukangan dan souvenir, sedangkan yang berukuran kecil untuk kayu bakar. Bagaimana cara melakukan penjarangan ? Pada tanaman dengan pola monokultur sistem penjarangan lebih mudah dilakukan. 32 Panduan Praktis untuk Petani Pohon yang dijarangi adalah pohon yang cacat, terserang hama/penyakit, kerdil/lambat tumbuh, tertekan. Penjarangan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi lahan dan pohon yang tinggal. Jumlah pohon yang tinggal dapat berdasarkan pada tinggi pohon yang dipengaruhi oleh umur dan kesuburan tanah. Pada tanaman campuran, penjarangan lebih sulit dilakukan karena tajuk yang tumpang tindih dan kondisi tanaman yang berbeda. G. Pengendalian Hama dan penyakit Sungkai termasuk tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Informasi tentang adanya potensi serangan hama dan penyakit pada tanaman sungkai masih sangat terbatas. Sampai saat ini, serangan hama dan penyakit pada tanaman sungkai bersifat temporer terutama pada tanaman muda. Hama apa yang menyerang tanaman sungkai ? Hama penggerek batang Zeuzera coffeae Nietn. dan Xystrocera globosa Olivier, menyerang tanaman sungkai yang ditanam dengan sistem campuran/tumpangsari. Bentuk serangan: membentuk lubang gerek pada batang, tangkai daun dan batang muda. Serangan pada batang muda (pucuk) mengakibatkan pucuk mati dan menimbulkan banyak tunas-tunas baru. Panduan Praktis untuk Petani 33 a b Gambar 25. Serangan pada bagian pucuk tanaman berumur 1 tahun (a) dan serangan pada batang yang berumur 2,5 tahun (b) Bagaimana cara mengendalikan serangan? Menghindari penanaman campuran/tumpangsari dengan tanaman yang berpotensi sebagai inang hama penggerek seperti Acacia mangium. Mengatur jarak tanam, melakukan pemangkasan dan penjarangan untuk mengurangi kelembaban dan ruang gerak hama sehingga dapat menghambat perkembangbiakan hama. Menyuntik batang dengan methamidophos (69% SL) dengan konsentrasi 5 cc per 15 cc air. Sebanyak 20 cc larutan tersebut disuntikkan pada setiap titik injeksi. Banyaknya titik injeksi tergantung pada ukuran pohon dan jarak antar titik injeksi 20 cm, yang dibuat secara spiral. Penyakit apa yang menyerang tanaman sungkai ? Penyakit embun hitam jamur Meliola sp. Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat bercak-bercak berwarna hitam pekat, kering dan tipis pada permukaan daun 34 Panduan Praktis untuk Petani bagian atas. Koloni berwarna hitam dengan diameter sebesar 1 cm. Bercak hitam tersebut merupakan lapisan jamur dengan kumpulan miselium yang berwarna gelap. Embun hitam lama kelamaan meluas dan serangan lebih lanjut mengakibatkan daun tanaman kering kemudian rontok. Serangan penyakit ini terdapat pada daun-daun tua, pada tangkai 1 atau 2 dari bawah. Penyakit embun hitam cepat menular ke tanaman yang lain karena miselium patogen penyebab penyakit mudah terbawa oleh angin dan air hujan. Gambar 26. Penyakit embun hitam menyerang tanaman sungkai berumur 7 bulan Bagaimana cara pengendalian penyakit ? Pemangkasan pada daun-daun yang terserang berat sehingga diharapkan akan mengurangi tingkat serangan penyakit dan mencegah menyebarnya sumber inokulum ke tanaman lainnya. Pengendalian intensitas serangan penyakit embun hitam yaitu dengan pestisida nabati yang terdiri dari ekstrak daun mimba, temu hitam, jahe, onje, teh, kencur dan lengkuas. Panduan Praktis untuk Petani 35 VII. PEMANENAN Kapan sebaiknya sungkai dipanen ? Pemanenan bertujuan untuk mendapatkan hasil kayu dalam upaya memperoleh keuntungan. Pemanenan dilakukan dengan berbagai pertimbangan mulai dari kondisi pohon, lingkungan sampai ekonomi. Pada pola tanam monokultur, pemanenan dilakukan secara tebang habis serentak sesuai dengan permintaan atau peruntukannya seperti bahan veneer, furniture atau konstruksi. Pada pola tanam campuran biasa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi lahan atau kebutuhan pemilik lahan (tebang butuh). Pemanenan dilakukan pada umur berkisar 20-25 tahun. Pola tebang apa saja yang diterapkan pada tanaman sungkai ? Pola tebang yang diterapkan tergantung pada kondisi tanaman, yaitu: 1. Monokultur dengan kondisi tanaman satu jenis dan seumur, diterapkan pola tebang habis. Tanaman sungkai pada satu areal ditebang serentak, selanjutnya dilakukan peremajaan. 2. Tegakan campuran dengan umur berbeda dilakukan pola tebang pilih. Pada lahan masyarakat dikenal istilah tebang butuh. Penebangan dilakukan sangat hati-hati untuk menjaga kualitas tegakan tinggal. Bagaimana cara memanen tanaman sungkai ? Pemanenan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan chainsaw. Pemanenan dilakukan dengan menyisakan tunggak serendah mungkin dengan tinggi sekitar 5-10 cm dari permukaan tanah. Setelah pohon rebah, dilakukan pemangkasan cabang dan pembagian batang sesuai kebutuhan, biasanya dipotong dengan ukuran 2,5 m dan 4 m. Panduan Praktis untuk Petani 37 Potongan batang disarad ke pinggir jalan secara manual dengan dipukul atau ditarik. Selanjutnya diangkut ke tempat pengumpulan kayu (TPK) untuk didistribusikan ke pengguna. 38 Panduan Praktis untuk Petani VIII. PEMULIAAN TANAMAN Apa yang dimaksud program pemulian pohon ? Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kayu diperlukan dukungan bibit unggul, upaya yang dilakukan adalah melalui pemuliaan pohon. Pemuliaan pohon adalah kegiatan penyeleksian untuk memperoleh sifat genetik pohon yang terbaik sesuai dengan keinginan pengguna, misalnya memiliki pertumbuhan yang tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit dan lain-lain. Apa saja yang telah dilakukan oleh BPK Palembang dalam upaya memperoleh bibit unggul ? Konservasi sumberdaya genetik, meliputi: 1. Eksplorasi materi genetik meliputi 3 (tiga) provinsi yaitu Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. 2. Materi genetik diambil dari hutan alam dan hutan tanaman, dengan menentukan pohon induk di setiap areal. Pembangunan kebun perbanyakan (multiplication garden) 1. Kebun perbanyakan sebagai tempat pengumpulan materi genetik yang akan digunakan sebagai populasi dasar (Base population) pada program pemuliaan pohon. 2. Kebun perbanyakan dibangun di KHDTK Kemampo pada tahun 2010 dan 2011. Pembangunan plot uji klon (Clonal test) 1. Diharapkan dapat memilih klon-klon unggul yang dapat digunakan untuk mendukung penanaman sungkai skala luas. 2. Plot dibangun di KHDTK Kemampo pada tahun 2012. Panduan Praktis untuk Petani 39 Gambar 27. Pohon induk (mother trees) sungkai Gambar 28. Kebun perbanyakan sungkai di KHDTK Kemampo Gambar 29. Plot uji klon sungkai di KHDTK Kemampo 40 Panduan Praktis untuk Petani BAHAN BACAAN Balai Litbang Hutan Tanaman dan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 2002. Design Engineering Wanariset Kemampo. Palembang. Tidak dipublikasikan. Daniel Theodore W., John A. Helms and Frederick S. Baker. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Terjemahaan-Edisi kedua). Hardiyanto, E.B. 2010. Pemuliaan Pohon Lanjutan (KTB 620). Modul bahan ajar. Program Studi Ilmu Kehutanan. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Hardjowigeno, S. 2005. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. Hutacharern C, 1993. Insect pests. dalam Awang K dan Taylor D (eds). Acacia mangium, growing and utilization. Winrock International and FAO, Bangkok, Thailand. Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada. Jakarta. Marsono dan Sigit, P. 2005. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Martawijaya. A, Kartasujana.I, Mandang. Y.I, Kadir K dan Prawira.S.A. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Indonesia. (Cetakan III). Muslimin I dan Sahwalita. 2012. Aplikasi pupuk majemuk terkendali pada bibit sungkai (Peronema canescen Jack.) di persemaian. Prosiding seminar hasil Balai Penelitian Kehutanan Palembang: Peluang dan tantangan pengembangan usaha kayu rakyat, Palembang, 23 Oktober 2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor Panduan Praktis untuk Petani 41 Rahardjo, I.B. dan Suhardi. 2003. Pengaruh Beberapa Ekstrak Tanaman terhadap Bercak Hitam dan Embun Tepung pada Tanaman Mawar Varietas Pertiwi. Balai Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dn Pengembangan Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. Sahwalita dan Bambang Tejo Premono. 2012. Strategi pengembangan jenis sungkai sebagai usaha kayu rakyat. Prosiding seminar hasil Balai Penelitian Kehutanan Palembang: Peluang dan tantangan pengembangan usaha kayu rakyat, Palembang, 23 Oktober 2012. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor. Sahwalita dan I. Muslimin. 2010. Komposisi media stek pada sungkai (Peronema canescens Jack.) di persemaian. Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan. Sahwalita dan I. Muslimin. 2012. Aplikasi pupuk daun pada bibit sungkai (Peronema canescen Jack.) di persemaian. Prosiding seminar hasil Balai Penelitian Kehutanan Palembang: Peluang dan tantangan pengembangan usaha kayu rakyat, Palembang, 23 Oktober 2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor. Sahwalita, I. Muslimin dan J. Muara. 2011. Pengaruh media dan waktu simpan setek terhadap penyediaan bibit sungkai. Prosiding workshop sintesa hasil Penelitian Hutan Tanaman, 1 Desember 2010. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor Sahwalita, I. Muslimin dan J. Muara. 2011. Peran pupuk dasar dalam peningkatan pertumbuhan awal tanaman sungkai. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XIV, Penguatan pendidikan berbasis penelitian dalam pengolahan secara tepat pada kayu. Yogyakarta. Sahwalita, I. Muslimin dan R. Effendi. 2010. Perkecambahan benih sungkai (Peronema canescen Jack.) asal KHDTK Benakat, Muara Enim. Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan 42 Panduan Praktis untuk Petani Sahwalita dan T.A.A. Syabana. 2011. Pemakaian pupuk dasar untuk meningkatkan pertumbuhan awal tanaman sungkai (Peronema canescen Jack.). Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan Sahwalita dan T.A.A. Syabana. 2012. Pengaruh pemakaian mulsa terhadap pertumbuhan sungkai (Peronema canescen Jack.). Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah. Pustaka Buana. Bandung. Soetopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Syabana, T.A.A. dan Sahwalita. 2012. Pengaruh tinggi pemangkasan terhadap kemampuan bertunas tanaman sungkai (Peronema canescen Jack.) pada kebun perbanyakan. Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan. Syabana, T.A.A. dan Sahwalita. 2013. Informasi karakteristik tanah tempat tumbuh sungkai (peronema canescen jack.) di Sumatera. Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan. Umboh, A. H. 1997. Petunjuk Penggunaan Mulsa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Utami, S, Sahwalita dan, I. Anggraeni. 2013. Identifikasi dan tingkat serangan penyakit embun hitam pada tanaman sungkai (Peronema canescen Jack.) Laporan hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Tidak dipublikasikan Utami, S., Sahwalita dan I. Anggraeni. 2008. Serangan Penyakit Daun pada Jelutung Darat (Dyera costulata Hook.) dan Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.) di Sumatera Selatan. Tekno Hutan Tanaman Volume 1 Nomor 1, November 2008 :45-52. Panduan Praktis untuk Petani 43 KETERANGAN ISTILAH Batang bebas cabang : Bagian batang utama pada tanaman pokok yang tidak terdapat cabag dihitung dari permukaan tanah. Benih bersertifikat : Benih yang dikumpulkan dari sumber benih bersertifikat yang ditetapkan oleh badan sertifikasi. Benih unggul : Benih dengan penampilan fisik yang baik dan tidak tercampur kotoran (unggul secara fisik), memiliki daya simpan dan daya tumbuh tinggi (unggul secara fisiologis), mampu berkecambah seragam dan lebih cepat (unggul secara genetik). Diameter : Garis tengah dari benda yang berbentuk tabung, dapat dikonversi dari keliling batang. Ekologis : Bersifat hubungan timbal balik antar makhluk hidup, atau antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Fenotip : Suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Generatif : Bagian tanaman yang merupakan alat perkembangbiakan seperti bunga, buah atau benih. Genetik : Bersifat turunan dari induknya. Gulma : Segala jenis tumbuhan bawah yang dapat merusak atau mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Hama : Segala jenis hewan yang menimbulkan kerugian pada tanaman pokok. Panduan Praktis untuk Petani 45 Jenis eksotik : Jenis-jenis tanaman yang didatangkan dari luar untuk dikembangkan disuatu daerah baru Kadar air : Persentase kandungan air di dalam suatu materi. Kelas awet : Nilai yang diambil dari ketahanan kayu terhadap pengujian baik dilaboratorium maupun lapangan dengan lima klasifikasi. Kelas kuat : Nilai yang dirangkum berdasarkan berat jenis kayu dibagi kedalam lima kelas, semakin tinggi nilai berat jenis maka kayu semakin kuat. Klon : Sekumpulan pohon atau bibit yang memiliki kualitas genetik yang sama merupakan hasil perbanyakan vegetatif. Lahan marginal : Lahan-lahan yang miskin hara dan ionionnya mudah tercuci. Paranet : Alat pelindung dari cahaya matahari dan terpaan hujan yang berbentuk anyaman terbuat dari plastik (dapat dibeli di toko plastik atau toko pertanian). Penjarangan : Salah satu tindakan silvikultur untuk memberi ruang tumbuh pada pohon-pohon terpilih dan menghilangkan individu pohon yang tidak terpilih/cacat. Penyakit : Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau cacing. Penyerbukan sendiri : Penyerbukan bunga oleh serbuk sari dari pohon atau klon yang sama. Perlakuan pendahuluan: Segala perlakuan yang diterapkan pada benih sebelum ditabur sebagai upaya mempercepat berkecambah. 46 Panduan Praktis untuk Petani Pioneer : Jenis-jenis tumbuhan yang muncul diawal pada lahan yang terbuka. Seresah : Sisa-sisa bagian tanaman yang tidak terpakai seperti daun, ranting, tangkai buah, kelopak dan biji yang berada disekitar tanaman. Setek : Teknik pembiakan tanaman dengan cara mengambil potongan dari vegetatif (pucuk, batang, daun atau akar). Tajuk : Bagian teratas pohon yang terdiri cabang, ranting dan daun. Terubusan : Tunas yang tumbuh dari pemangkasan batang atau pelukaan akar. Vegetatif : Bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alat perkembangbiakan seperti akar, batang dan daun. Veneer : Lembaran kayu yang diperoleh dari irisan atau rautan yang biasanya disusun menjadi kayu lapis (plywood). Panduan Praktis untuk Petani 47 UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji bagi Allah swt yang melimpah segala Berkah dan RahmatNya, sehingga penyusunan panduan ini dapat diselesaikan. Tak lupa diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan panduan ini, terutama untuk seluruh staf Balai Penelitian Kehutanan Palembang, tim peneliti sungkai, Prof. Dr. Nina Mindawati, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bungo dan PT. Sentosa Bahagia Bersama serta khusus keluarga besarku, terimakasih atas motivasi dan telah membantu menjaga anak-anakku. Panduan Praktis untuk Petani 49