Fulltext - Jurnal Ilmiah Mahasiswa

advertisement
STUDY RUBBER CULTIVATION IN KENAGARIAN KOTO BERAPAK
DISTRICTS BAYANG SOUNTHERN COASTAL DISTRICTS
Oleh :
Zekri Rahmi, 1 Slamet Rianto, M.Pd.2 Rika Despica, S.Pd, M.Pd.3
ABSTRACK
This study aimed to obtain data and information on the study of rubber
cultivation in Kenagarian Koto Berapak Districk Bayang. Study cultivation of
rubber in terms of site selection, tillege and preparation plant, seed needs,
treatmen plant before it produces, after generating plant maintenance.
This tiype of research descriptive. Population in this study were rubber
farmer who have a rubber plantation in Kenagarian Koto Berapak Districts
Bayang southern coastal distrcts are nambered 134 rubber farmers. The sample of
respondents was take n by propotional random sampling as much as 50 % so that
the sample of respondents amounted to 67 rubber farmers. Data were analyzed
using descriptive statistics with percentage formula.
The results of the research study of rubber cultivation in Kenagarian Koto
Berapak Districts Bayang Southern Coastal Districts Are (1) rubber plant site
selection an area of land in the hinglamds and in general rubber farmer replied
forest as rubber pantations managed rubber farmers as much as 67 people (100%).
(2) Preparation tillage and planting will be undertaken by means of a rubber
farmer hoeing to conduct soil processing, 61 people (91%). (3) Planting rubber in
rubber farmers do done in the rainy season and the transport of rubber seedlings is
done by using a cart in order to reduce the risk of damage to seedlings of rubber,
rubber farmers who answered the cart as much as 52 people (78%) of 67
respondents. (4). Need seed used rubber farmers that local seed obtained from
purchased/requested from other farmers as many as 36 people (54%). (5)
Treatment resulted in rubber plant before doing rubber farmers to undertake
replanting, weeding and fertilizing, weeding is done 2 times a year by using a
sickle and machete. (6). Rubber plant care after generating, treatment is usually
doneweeding 1 times a year farmers in fertilization by sprinkling the fertilizer
around the rod and leave it open.
Key Words : Study Rubber Cultivation
1.Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.
2,3 Staf Pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara
yang kaya akan sumber daya alam
dan sumber daya manusia, Negara
Indonesia yang terkenal dengan
Negara agraris, dimana sebagian
produknya berada atau tinggal di
pedesaan, hal ini menunjukan
sebagian penduduk Indonesia mata
pencarian pokoknya adalah bertani
(Djamil.1993). Bentuk pertanian
Indonesia adalah pertanian tropika
yang meliput 4 kegiatan yaitu
pertanian, perkebunan, perikanan,
dan perternakan (Mubyarto.1973).
Pertanian adalah tulang punggung
kehidupan bahkan ada pendapat yang
lebih ekstrim mengatakan bahwa
kemakmuran
perekonomian
tergantung pada kemakmuran petani.
Hampir disemua masyarakat
pedesaan
di
Negara-negara
berkembang
menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian,
termasuk
Indonesia
dalam
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakat adalah, sebagai mana
pengelolaan SDA yang dimiliki
sehingga dapat dimanfatkan secara
optimal,
lestari
dan
tidak
menimbulkan dampak negativ bagi
lingkungan hidup (Ananto.1991).
Perilaku petani sebagai pengelola
pretanian dan sebagian pengambilan
keputusan untuk proses produksi di
pengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu faktor
yang berasal dari petani itu sendiri
sedangkan eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar petani
(Hermanto.1989).
Tanaman
karet
memiliki
peranan yang besar dalam kehidupan
perekonomian Indonesia banyak
penduduk yang hidup mengandalkan
komoditas penghasil getah karet
namun lahan karet yang ada tidak
diimbangi
dengan
pengelolaan
perkebunan karet yang hanya
dikelola
seadanya.
Akibatnya
produksi karet menjadi rendah, yang
harus dapat ditingkatkan jika dikelola
dengan baik. Karena iklim tropis
yang kita miliki sangat mendukung
untuk tanaman karet termasuk
tanaman yang mudah dikembangkan
oleh karena banyak masyarakat
membuka lahan untuk di jadikan
perkebunan karet, untuk membuka
lahan
perkebunanan
karet
masyarakat
harus
melakukan
pemilihan lokasi untuk perkebunan
karet,
selanjutnya
melakukan
pengolahan tanah dan persiapan
tanam, penanaman karet, kebutuhan
bibit
yang
digunakan
untuk
perkebunan karet, dan melakukan
perawatan sebelum menghasilkan
dan setelah menghasilkan. namun
banyak petani yang tidak atau kurang
mengerti
tentang
pengelolaan
tanaman karet dengan baik sehingga
produksi karet rendah dan tingkat ke
percayaan konsumen (pembeli) juga
menurun. (Penebar Swadaya : 2008).
Pola
kebijakan
petanian
ditunjukan
mengusahakan
agar
pertanian lebih efisien dan efektif,
karena
kebutuhan
pertanian
cenderung meningkat. Oleh sebab itu
petani
berusaha
segenap
kemampuannya untuk mengelola
tanah
dengan
baik
sehingga
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Kabupaten pesisir selatan merupakan
kabupaten yang sangat pesat
perkembangan perkebunan karet,
luas pesisir selatan  5.794,95 Km2
atau 13,70 persen dari luas total
wilayah provinsi Sumatra Barat,
yang terletak antara 00 - 95’ - 2028,6’
Lintang Selatan 100019’ - 101018’
Bujur Timur yang memanjang dari
Utara keselatan dengan panjang garis
pantai 234 Km. Kabupaten ini di
bentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1956 tentang
Pembentukan
daerah
Otonomi
kabupaten dalam lingkungan daerah
Provinsi Sumatra Barat. iklim dan
topografi Kabupaten pesisir selatan
mendukung
mengembangkan
tanaman karet.
Salah satu daerah penghasil
karet adalah kecamatan Bayang,
Luas perkebunan karet di Kecamatan
Bayang ini adalah seluas 1.113 Ha
(BPS 2012), Di kecamatan Bayang
ini pada umumnya penduduknya
bermata pencarian sebagai petani.
Salah satu usaha yang dikembangkan
adalah perkebunan karet, gambir, dan
jagung. Masyarakat Bayang terutama
kenegarian Koto Berapak banyak
berkebun karet dalam setiap Kepala
Keluarga
mempunyai
lahan
perkebunan karet.
Di kecamatan Bayang ini
sendiri terdiri dari 4 kenagarian yaitu
Pasar Baru, Koto Berapak, Gurun
Panjang, Talaok. Kenagarian di
setiap nagari di Kecamatan Bayang
sudah dikembangkan karet salah
satunya di kenagarian Koto Berapak
dan, umumnya petani karet di
kenagarian Koto Berapak sudah
memiliki lahan milik sendiri yang
luasnya 1 Ha atau lebih, dan hasil 1
Ha
rata
35-40
kg/minggu.
Seharusnya produksi karet 45-120
kg/minggu dengan harga Rp 6000
/kg, produksi tanaman karet tinggi
karena didukung iklim tropis dan
jenis tanah podsoil merah kuning
yang cukup cocok untuk tanaman
perkebunan seperti tanaman karet,
namun pada kenyataanya produksi
karet di kenagarian Koto Berapak
kecamatan Bayang masih rendah
baik kuantitas maupun kualitasnya
yaitu dari 1.113 Ha perkebunan karet
yang dimiliki produksinya hanya
1371 ton/tahun (BPS 2012).
Petani karet umumnya sudah
milik sendiri tetapi dikenagariaan ini
pengelolaan tanaman karet diduga
belum sesuai dengan budidaya
tanaman karet yag baik seperti
pemilihan lokasi, pengolahan tanah
dan persiapan tanam, penanaman,
kebutuhan bibit, perawatan tanaman
sebelum menghasilkan, perawatan
tanaman yang sudah menghasilkan.
Menurunya hasil produksi pertanian
karet di kenagarian Koto Berapak
belum melakukannya dengan baik
karena mendapat kendala-kendala
yang tidak bisa di lakukan petani
karet di kenagarian Koto Berapak
akibat dari adanya kendala-kendala
dalam mengelola tanaman karet ini
akan berakibat pada rendahnya hasil
produksi karet.
Oleh karena itu adanya
penelitian tentang sistem pengelolaan
tanaman karet di kanagarian Koto
Berapak dalam sebuah penelitian
yang berjudul
“Studi Budidaya Tanaman
Karet
di
Kenagarian
Koto
Berapak,
Kecamatan
Bayang
Kabupaten Pesisisr Selatan”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan
masalah yang telah di rumuskan,
maka tujuan penelitian ini adalah
Untuk mendapatkan, manganalisis,
mendeskripsikan,
dan
mengambarkan tentang :
1. Pemilihan lokasi tanaman karet di
kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
2. Pengolahan tanah dan persiapan
tanam
tanaman
karet
di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
3. Penananaman tanaman karet di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
4. Kebutuhan bibit tanaman karet di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
5. Perawatan tanaman
sebelum
menghasilkan tanaman karet di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
6. Perawatan tanaman yang sudah
menghasilkan tanaman karet di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah
di atas maka penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Dalam Nawi
(2004) di jelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah bentuk penelitiaan
yang
bertujuan
untuk
menggambarkan objek, kejadian atau
peristiwa sebagai mana adanya.
Menurut Nasution 2000 dalam
Novianti (2007) mengemungkakan
penelitian
deskriptif
adalah
mengemukakan fenomena sebagai
mana
adanya
sesuai
dengan
kenampakan dan sesuai dengan
kerangka acuan penelitian, fenomena
yang diperoleh kemudian dianalisis
dan
diinterpretasikan,
diambil
kesimpulan secara umum terhadap
situasi
atau
keadaan
yang
berlangsung.
Peneliti yang penulis lakukan
ini
adalah
bertujuan
pada
pengungkapan masalah yang terjadi
pada
masa
sekarang
dan
sebagaimana adanya, yang mana
penelitian ini akan mendeskripsikan
tentang budidaya tanaman karet oleh
petani karet dikenagarian Koto
Berapak Kecamatan Bayang.
Pengumpulan Data
Data
primer
diperoleh
lansung dari petani karet yang
memiliki kebun karet di Kenagarian
Koto Berapak Kecamatan Bayang
dan pengamatan lansung di lapangan,
sedangkan data sekunder diambil
dari data yang ada di Kantor Wali
Nagari Koto Berapak Kecamatan
Bayang.
Populasi penelitian, menurut
Nasution (1985:31) yang di maksud
dengan populasi penelitian adalah
keseluruhan objek yang
diteliti,
diwawancarai dimana peneliti akan
menarik kesimpulan tentang objek
tersebut.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh petani karet yang ada
di kenagarian Koto Berapak yang
berjumlah 134 kepala keluarga.
Berdasarkan
populasi
peneltian yang telah dikemukakan di
atas maka sampel responden di
ambil secara propotional random
sampling (Arikunto :1997), dengan
proporsi sebesar 50 % dari jumlah
kepala keluarga petani karet yang
ada pada di Kenagarian Koto
Berapak yang telah di tetepkan
dalam sampel wilayah penelitian.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
A. Profil Kecamatan Bayang
Kabupaten Pesisir Selatan
1. Kondisi geografis
a. Letak astronomis
Kecamatan Bayang secara
astronomis terletak pada 100° 29’
28’’ - 100° 35’ 28’’ BT dan 1° 11’
25’’ - 1° 19’ 25’’ LS dengan luas
daerah tercatat sebesar 328,24 km²
atau 5,71 % dari luas Kabupaten
Pesisir Selatan, (Sumber Pesisir
Selatan dalam angka Tahun 2013).
b. Letak geografis
1. Sebelah
Utara
berbatasan
dengan Kecamatan Bayang
Utara,
2. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Samudera Indonesia,
3. Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan IV Jurai,
4. Sebelah
Barat
berbatasan
dengan Kecamatan Koto XI
Tarusan,
(Sumber
Pesisir
Selatan dalam angka Tahun
2013).
c. Iklim
Kecamatan Bayang termasuk
pada daerah tropis dengan suhu ratarata 21-33°C dengan curah hujan
rata-rata 1535 mm/tahun. Keadaan
iklim menurut Oldeman (Climatologi
Map Of West Sumatera) adalah
termasuk tipe B2, dengan bulan
kering 3-4 bulan. Klasifikasi iklim
menurut Oldeman yang prinsip
dasarnya adalah adanya bulan basah
berturut-turut dan bulan kering
berturut-turut. Hal ini disebabkan
Oldeman dalam membuat klasifikasi
iklimnya
di
tekankan
untuk
keperluan pertanian karet sawah dan
palawija terhadap air. Kriteria bulan
basah berturut-turut
menurut
Oldeman adalah bulan yang di teliti
curah hujannya lebih besar 200 mm
dan terjadi secara berurutan, dan
yang di maksud bulan kering adalah
bulan yang curah hujanya kurang
dari 100 mm. Kondisi ini
menyebabkan sulitnya masyarakat
tani melakukan penanaman padi
sawah 2 kali setahun (IP 100%) pada
lahan sawah tanah hujan, (Sumber
Pesisir Selatan dalam angka Tahun
2013).
d. Tanah
Jenis tanah yang terdapat di
Kecamatan Bayang sebagian besar
berupa jenis Podzolik merah kuning
(PMK), dan selebihnya adalah
Latosol. Tanah ini merupakan tanah
yang dalam proses genesanya adalah
mengalami proses pelapukan lanjut
(tanah tua), yang ditandai dengan
penumpukan liat (clay) tinggi pada
horizon B, pada torsoil/lampisan olah
menjadi tipis. Untuk mengatasi
masalah ini perlu dilakukan tindakan
konservasi lahan, terutama pada
lahan yang slop atau tingkat
kemiringanya
melebihi
15%,
(Sumber Pesisir Selatan dalam angka
Tahun 2013).
e. Hidrologi
Kecamatan Bayang di lalui
oleh Batang Bayang yang merupakan
potensi sumber daya alam yang dapat
untuk mengembangkan pengairan
melalui bendungan kecil dan juga di
mafaatkan sebagai sumber air bersih
di Kecamatan Bayang, (Sumber
Kantor BPS Kota Padang Tahun
2013).
2. Demografis
Jumlah
penduduk
di
Kecamatan Bayang Tahun 2010
tercatat sekitar 36.699 jiwa, terdiri
dari 17.633 jiwa laki-laki dan 19.066
jiwa perempuan serta 10.189 kepala
rumah tangga dengan kepadatan
penduduk sekitar 571,85 jiwa pe
km², (Sumber Pesisir Selatan dalam
angka Tahun 2013).
PEMBAHASAN
Berdasarkan deskriptif data di
atas, maka dapat dijelaskan bahwa :
1. Pemilihan lokasi tanaman karet
di Kenagarian Koto Berapak
pemilihan lokasi tanaman
karet yang dikelola petani karet di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang terletak di
dataran tinggi atau di hutan, lokasi
dataran tinggi juga lebih bagus
mengahasilkan karet dari pada
dataran rendah. Karena karet yang
ditaman di daerah dataran tinggi
lebih sedikit air yang terkandung
dalam getah tersebut dari pada
dataran rendah atau di daerah rawa.
Pada umumnya di Kenagarian Koto
Berapak petani karet lebih banyak
menanam karet di daerah tinggi.
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan bahwa dari 67 orang
petani , 30 orang petani karet karet
yang menanam pada daerah dataran
tinggi, 10 orang yang menananm
karet pada dataran rendah, 27 orang
petani karet menanam pada daerah
lereng. Jadi di kenagarian Koto
Berapak ini petani karet mempunyai
lahan yang bervariasi.
Menurut Swastha (2002:24),
lokasi adalah tempat dimana suatu
usaha atau usaha aktivitas usaha
yang dilakukan.
2. Pengolahan tanah dan
Persiapan tanam tanaman karet
di Kenagarian Koto Berapak
Pengolahan
tanah
dan
persiapan tanam yang dilakukan
petani karet di kenagarian Koto
Berapak Kecamatan Bayang pada
umumnya. Pengolahan tanah yang
dilakukan petani karet sebelum
penanaman, yaitu melihat jenis tanah
terlebih dahulu dan tanah yang biasa
digunakan tanah merah kuning
(podsolik) atau biasa disebut dengan
tanah bukit. Petani yang menjawab
merah kuning (podsolik) sebanyak
56 orang (84%) dari 67 responden
Pengelolahan tanah yang dilakukan
petani
karet
menggunakan
cangkul.petani
yang
menjawab
cangkul sebanyak 61 orang (91%)
dari 67 responden, yang digunakan
sebagai alat untuk mengemburkan
tanah dan membuatan lobang tanam
sebelum melakukan penanaman.
Dalam
buku
Penebar
Swadaya : 2008. Pengolahan tanah
adalah
proses
dimana
tanah
digemburkan dengan menggunakan
bajak atau cangkul yang ditarik
dengan
menggunakan
berbagai
sumber tenaga, seperti tenaga
manusia, tenaga hewan, dan mesin.
Melalui proses ini kerak tanah
teraduk sehingga udara dan cahaya
matahari menyentuh tanah yang
dapat meningkatka kesuburan tanah .
Dari penjelasan tersebut tanah sangat
penting dalam penanaman karet,
karena
keadaan
tanah
juga
mempengaruhi budidaya karet.
3. Penanaman tanaman karet di
Kenagarian Koto Berapak
penanaman yang dilakukan
petani karet di Kenagarian Koto
Berapak Kecamatan Bayang pada
umumnya. Dilakukan petani karet
pada pagi hari terutama di musim
penghujan, kareana tanah masih
banyak mengandung air sehingga
karet yang ditanam menjadi lebih
subur dan tidak mudah mati. sebelum
dilakuakan penanaman bibit karet
harus menempuh jarak yang cukup
jauh walaupun masih terletak dalam
satu kebun petani yang menjawab
gerobak
sebagai
alat
untuk
melakukan
pengangkutan
yaitu
sebanyak 52 orang (78%) dari 67
orang responden. Kondisi ini
berkaitan dengan menurut buku
Penebar Swadaya : 2008, di bawah
ini.
Dalam
buku
Penebar
Swadaya : 2008. Penanaman adalah
proses pemindahan bibit tanaman
karet dari tempat pembibitan kelahan
yang telah disiapakan.
4. Kebutuhan bibit tanaman karet
di Kenagarian Koto Berapak
kebutuhan bibit yang biasa
digunakan petani karet di kenagarian
Koto Berapak kecamatan Bayang
pada umumnya. Bibit yang biasa
digunakan petani karet yaitu bibit
unggul dan bibit lokal, di kenagarian
Koto Berapa Kecamatan bayak
menggunakan bibit lokal sebanyak
36 orang (54%), dan yang
menggunkan bibit unggul sebanyak
29 orang (43%). Selain itu
pembibitan yang dilakukan petani
karet
umumnya
menggunakan
polibeg yang dibeli seharga 11.000
untuk bibit unggul dan 8.000 untuk
bibit lokal.
Menurut Karta Sapoetra
(1996) benih adalah biji tanaman
yang dipergunakan untuk keperluan
pengembangan usaha tani, yang
memiliki fungsi agronomi atau
merupakan kompenen agronomi.
Dengan demikian benih dituntut
untuk bermutu tinggi, sebab benih
harus mampu menghasilkan tanaman
yang berproduksi maksimal dengan
sarana yang maju.
5. Perawatan tanamana karet
sebelum menghasilkan di
Kenagarian Koto Berapak
perawatan tanaman karet
sebelum
menghasilkan
yang
biasanya dilakuan dengan melakukan
penyulaman,
penyiangan,
pemupukan.
Penyulaman
yang
dilakuakan petani karet di kenagarian
Koto Berapak Kecamatan Bayang
biasanya pada umur karet kurang
dari 1 tahun sebayak 54 orang (81%),
penyingan tanaman karet yang
dilakukan
petani
karet
yaitu
bervariasi
tujuan
melakukan
penyiangan untuk menjaga tanaman
karet dari penyakit yang dapat
menghambat pertumbuhan karet,
biasanya
waktu
penyiangan
dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan cara menggunakan sabit atau
parang dan ada juga petani karet
menggunakan herbisida atau racun
untuk membunuh siangan dengan
cara menyemprotkan herbisida.
Dalam
buku
(Penebar
Swadaya, 2008), perawatan adalah
perhatian kita terhadap suatu hal,
disini seuai dengan pembahasannya
adalah tanaman karet, jadi dengan
kata lain perawatan dapat diartikan
sebagai bentuk perhatian terhadap
tanaman karet oleh petani karet.
6. Perawatan tanaman karet
setelah menghasilkan di
Kenagarian Koto Berapak
perawatan tanaman karet
yang sudah menghasilkan yang
dilakukan petani karet di Kenagarian
Koto Berapak Kecamatan Bayang
biasanya
dilakukan
melakukan
penyiangan
dan
pemupukan,
penyiangan lahan tanaman karet
biasanya dilakaukan dengan dengan
cara manual, kimiawi, biologis, dan
kombinasi antara kimiawi-biologis.
Selanjutnya pemupukan tanaman
karet yang dilakukan petani karet di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan
Bayang
biasanya
dilakukan dengan cara menaburkan
pupuk disekeliling batang dan
membiarkanya terbuka sebanyak 51
orang (76%) dari 67 responden dan
pemupukan tanaman karet setelah
menghasilkan dilakuakn biasanya 6
bulan sekali untuk pembudidayaan
tanaman karet yang baik.
Menuru
buku
(Penebar
Swadaya, 2008), perawatan adalah
perhatian kita terhadap suatu hal,
disini seuai dengan pembahasannya
adalah tanaman karet, jadi dengan
kata lain perawatan dapat diartikan
sebagai bentuk perhatian terhadap
tanaman karetoleh petani karet.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dibahas pada bab
sebelumnya maka ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemilihan lokasi tanaman karet,
yang dimiliki petani karet di
kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang terletak pada
dataran tinggi atau hutan, karena
lahan yang terdapat di kenagarian
Koto Berapa Kecamatan Bayang
merupakan lahan di daerah
dataran tinggi dan pada umumnya
petani karet menjawab hutan
sebagai lokasi perkebunan karet
yang dikelola petani karet
sebanyak 67 orang (100%).
2. Pengolahan tanah dan persiapan
tanam yang dilakukan petani karet
di Kenagarian Koto Berapak
Kecamatan
Bayang
pada
umumnya dengan cara melihat
jenis tanah terlebih dahulu dan
tanah yang biasa digunakan tanah
merah
kuning
(podsolik).
Selanjutnya persiapan tanam yang
dilakukan
dengan
cara
mencangkul untuk melakukan
pengolahan tanah, petani karet
yang menjawab sebanyak 61
orang (91%).
3. Penanaman karet yang dilakukan
petani karet di Kenagarian Koto
Berapak Kecamatan
Bayang
dilakukan
pada
pagi
hari,
melakukan
penanaman
pada
musim
penghujan,
dan
pengangkutan bibit tanaman karet
dilakukan dengan menggunakan
gerobak agar mengurangi resiko
kerusakan bibit karet, petani karet
yang menjawab gerobak sebanyak
52 orang (78%).
4. Kebutuhan bibit yang digunakan
petani karet di Kenagarian Koto
Berapak Kecamatan Bayang yaitu
bibit lokal yang diperoleh dari
dibeli/diminta dari petani lain dan
Petani karet yang menjawab
sebanyak 36 orang (54%).
5. Perawatan tanaman karet sebelum
menghasilkan dilakuan petani
karet
dengan
melakukan
penyulaman, penyiangan, dan
pemupukan,
penyiangan
dilakukan 2 kali setahun dengan
menggunakan sabit dan parang.
Petani
yang
melakukan
penyiangan
demgan
menggunakan sabit dan parang
sebanyak 48 orang (72%).
6. Perawatan tanaman karet setelah
meghasilkan
petani
karet
melakukan perawatan biasanya
dengan melakukan penyiangan 1
kali dalam setahun petani yang
menjawab sebanyak 41 orang
(61%) dari 67 orang responden.
Petani
dalam
melakukan
pemupukan
dengan
cara
menaburkan pupuk disekeliling
batang
dan
membiarkannya
terbuka
dan
petani
yang
menjawab sebanyak 51 orang
(76%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
dan kesimpulan yang dikemukakan
di atas maka peneliti saran yang
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Di harapkan kepada petani karet
di Kenagarian Koto Berapak
Kecamatan
Bayang
agar
dilakukan
pemilihan
lokasi
perkebunan karet sesuai dengan
kriteria tanaman karet agar
tanaman karet dapat tumbuh
dengan baik.
2. Di harapkan kepada petani karet
di Kenagarian Koto Berapak
Kecamatan
Bayang
dalam
melakukan pengelolahan tanah
dan persiapan tanam sesuai
dengan budidaya tanaman karet.
3. Di harapkan kepada petani karet
di Kenagarian Koto Berapak
Kecamatan Bayang agar memilih
bibit unggul sebagai usaha tani
karet agar dapat mengembangkan
budidaya tanaman karet.
4. Di harapkan kepada seluruh
petani karet di Kenagarian Koto
Berapak Kecamatan Bayang agar
melakukan penanaman karet
sesuai dengan budidaya tanaman
karet untuk mengurangi kegagalan
dalam pengembangan tanaman
karet.
5. Di harapkan kepada petani karet
di Kenagarian Koto Berapak
Kecamatan
Bayang
agar
melakukan perawatan tanaman
karet sebelum menghasilakan,
melakuakan penyiangan secara
berkala dan sesuai dengan standar
budidaya tanaman karet.
6. Di harapkan kepada petani karet
di Kenagarian Koto Berapak
Kecamatan
Bayang
agar
melakukan perawatan tanaman
karet
setelah
menghasilkan,
dilakukan
penyiangan
dan
pemupukan
sesuai
dengan
budidaya tanaman karet.
7. Di harapkan kepada pemerintah
setempat
agar
melakukan
penyuluhan
terhadap
pengelolahan
tanaman
karet
kepada
petani
karet
di
Kenagarian
Koto
Berapak
Kecamatan Bayang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineke Cipta
Arikunto,
Suharsimi.
1983.
Menejemen Penelitian Jakarta :
Depdikbud Dikti.
Kartasapoetra, Ir, AG. (1996)
teknologi penelitian pertanian.
Huda
Matnawi.
Perlindungan
Yongyakarta
:
Anggota IKAPI
(1989).
tanaman.
Kanisius
Nasution.
1985.
Metodologi
Penelitian. Jakarta : Alumni.
Nawi, Marnis. 2004. Metodologi
Penelitian Geografi, Padang :
UNP.
Prof. Dr. Hasan Basri Jumin, M. Sc.
2010, Dasar-dasar Agronomi
(Jakarta pers).
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2008.
Panduan
Lengkap
Karet,
Jakarta : Penebar Swadaya,
Anggota IKAPI Jakarta.
Setiawan 2008. Bina produksi
perkebunan karet. Agromedia
Pustaka.
Download