STUDY RUBBER CULTIVATION IN KENAGARIAN KOTO BERAPAK DISTRICTS BAYANG SOUNTHERN COASTAL DISTRICTS Oleh : Zekri Rahmi, 1 Slamet Rianto, M.Pd.2 Rika Despica, S.Pd, M.Pd.3 ABSTRACK This study aimed to obtain data and information on the study of rubber cultivation in Kenagarian Koto Berapak Districk Bayang. Study cultivation of rubber in terms of site selection, tillege and preparation plant, seed needs, treatmen plant before it produces, after generating plant maintenance. This tiype of research descriptive. Population in this study were rubber farmer who have a rubber plantation in Kenagarian Koto Berapak Districts Bayang southern coastal distrcts are nambered 134 rubber farmers. The sample of respondents was take n by propotional random sampling as much as 50 % so that the sample of respondents amounted to 67 rubber farmers. Data were analyzed using descriptive statistics with percentage formula. The results of the research study of rubber cultivation in Kenagarian Koto Berapak Districts Bayang Southern Coastal Districts Are (1) rubber plant site selection an area of land in the hinglamds and in general rubber farmer replied forest as rubber pantations managed rubber farmers as much as 67 people (100%). (2) Preparation tillage and planting will be undertaken by means of a rubber farmer hoeing to conduct soil processing, 61 people (91%). (3) Planting rubber in rubber farmers do done in the rainy season and the transport of rubber seedlings is done by using a cart in order to reduce the risk of damage to seedlings of rubber, rubber farmers who answered the cart as much as 52 people (78%) of 67 respondents. (4). Need seed used rubber farmers that local seed obtained from purchased/requested from other farmers as many as 36 people (54%). (5) Treatment resulted in rubber plant before doing rubber farmers to undertake replanting, weeding and fertilizing, weeding is done 2 times a year by using a sickle and machete. (6). Rubber plant care after generating, treatment is usually doneweeding 1 times a year farmers in fertilization by sprinkling the fertilizer around the rod and leave it open. Key Words : Study Rubber Cultivation 1.Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat. 2,3 Staf Pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat. PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, Negara Indonesia yang terkenal dengan Negara agraris, dimana sebagian produknya berada atau tinggal di pedesaan, hal ini menunjukan sebagian penduduk Indonesia mata pencarian pokoknya adalah bertani (Djamil.1993). Bentuk pertanian Indonesia adalah pertanian tropika yang meliput 4 kegiatan yaitu pertanian, perkebunan, perikanan, dan perternakan (Mubyarto.1973). Pertanian adalah tulang punggung kehidupan bahkan ada pendapat yang lebih ekstrim mengatakan bahwa kemakmuran perekonomian tergantung pada kemakmuran petani. Hampir disemua masyarakat pedesaan di Negara-negara berkembang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, termasuk Indonesia dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah, sebagai mana pengelolaan SDA yang dimiliki sehingga dapat dimanfatkan secara optimal, lestari dan tidak menimbulkan dampak negativ bagi lingkungan hidup (Ananto.1991). Perilaku petani sebagai pengelola pretanian dan sebagian pengambilan keputusan untuk proses produksi di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari petani itu sendiri sedangkan eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar petani (Hermanto.1989). Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia banyak penduduk yang hidup mengandalkan komoditas penghasil getah karet namun lahan karet yang ada tidak diimbangi dengan pengelolaan perkebunan karet yang hanya dikelola seadanya. Akibatnya produksi karet menjadi rendah, yang harus dapat ditingkatkan jika dikelola dengan baik. Karena iklim tropis yang kita miliki sangat mendukung untuk tanaman karet termasuk tanaman yang mudah dikembangkan oleh karena banyak masyarakat membuka lahan untuk di jadikan perkebunan karet, untuk membuka lahan perkebunanan karet masyarakat harus melakukan pemilihan lokasi untuk perkebunan karet, selanjutnya melakukan pengolahan tanah dan persiapan tanam, penanaman karet, kebutuhan bibit yang digunakan untuk perkebunan karet, dan melakukan perawatan sebelum menghasilkan dan setelah menghasilkan. namun banyak petani yang tidak atau kurang mengerti tentang pengelolaan tanaman karet dengan baik sehingga produksi karet rendah dan tingkat ke percayaan konsumen (pembeli) juga menurun. (Penebar Swadaya : 2008). Pola kebijakan petanian ditunjukan mengusahakan agar pertanian lebih efisien dan efektif, karena kebutuhan pertanian cenderung meningkat. Oleh sebab itu petani berusaha segenap kemampuannya untuk mengelola tanah dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. Kabupaten pesisir selatan merupakan kabupaten yang sangat pesat perkembangan perkebunan karet, luas pesisir selatan 5.794,95 Km2 atau 13,70 persen dari luas total wilayah provinsi Sumatra Barat, yang terletak antara 00 - 95’ - 2028,6’ Lintang Selatan 100019’ - 101018’ Bujur Timur yang memanjang dari Utara keselatan dengan panjang garis pantai 234 Km. Kabupaten ini di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Otonomi kabupaten dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatra Barat. iklim dan topografi Kabupaten pesisir selatan mendukung mengembangkan tanaman karet. Salah satu daerah penghasil karet adalah kecamatan Bayang, Luas perkebunan karet di Kecamatan Bayang ini adalah seluas 1.113 Ha (BPS 2012), Di kecamatan Bayang ini pada umumnya penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Salah satu usaha yang dikembangkan adalah perkebunan karet, gambir, dan jagung. Masyarakat Bayang terutama kenegarian Koto Berapak banyak berkebun karet dalam setiap Kepala Keluarga mempunyai lahan perkebunan karet. Di kecamatan Bayang ini sendiri terdiri dari 4 kenagarian yaitu Pasar Baru, Koto Berapak, Gurun Panjang, Talaok. Kenagarian di setiap nagari di Kecamatan Bayang sudah dikembangkan karet salah satunya di kenagarian Koto Berapak dan, umumnya petani karet di kenagarian Koto Berapak sudah memiliki lahan milik sendiri yang luasnya 1 Ha atau lebih, dan hasil 1 Ha rata 35-40 kg/minggu. Seharusnya produksi karet 45-120 kg/minggu dengan harga Rp 6000 /kg, produksi tanaman karet tinggi karena didukung iklim tropis dan jenis tanah podsoil merah kuning yang cukup cocok untuk tanaman perkebunan seperti tanaman karet, namun pada kenyataanya produksi karet di kenagarian Koto Berapak kecamatan Bayang masih rendah baik kuantitas maupun kualitasnya yaitu dari 1.113 Ha perkebunan karet yang dimiliki produksinya hanya 1371 ton/tahun (BPS 2012). Petani karet umumnya sudah milik sendiri tetapi dikenagariaan ini pengelolaan tanaman karet diduga belum sesuai dengan budidaya tanaman karet yag baik seperti pemilihan lokasi, pengolahan tanah dan persiapan tanam, penanaman, kebutuhan bibit, perawatan tanaman sebelum menghasilkan, perawatan tanaman yang sudah menghasilkan. Menurunya hasil produksi pertanian karet di kenagarian Koto Berapak belum melakukannya dengan baik karena mendapat kendala-kendala yang tidak bisa di lakukan petani karet di kenagarian Koto Berapak akibat dari adanya kendala-kendala dalam mengelola tanaman karet ini akan berakibat pada rendahnya hasil produksi karet. Oleh karena itu adanya penelitian tentang sistem pengelolaan tanaman karet di kanagarian Koto Berapak dalam sebuah penelitian yang berjudul “Studi Budidaya Tanaman Karet di Kenagarian Koto Berapak, Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisisr Selatan”. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah di rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mendapatkan, manganalisis, mendeskripsikan, dan mengambarkan tentang : 1. Pemilihan lokasi tanaman karet di kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. 2. Pengolahan tanah dan persiapan tanam tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. 3. Penananaman tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. 4. Kebutuhan bibit tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. 5. Perawatan tanaman sebelum menghasilkan tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. 6. Perawatan tanaman yang sudah menghasilkan tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. METODE PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam Nawi (2004) di jelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah bentuk penelitiaan yang bertujuan untuk menggambarkan objek, kejadian atau peristiwa sebagai mana adanya. Menurut Nasution 2000 dalam Novianti (2007) mengemungkakan penelitian deskriptif adalah mengemukakan fenomena sebagai mana adanya sesuai dengan kenampakan dan sesuai dengan kerangka acuan penelitian, fenomena yang diperoleh kemudian dianalisis dan diinterpretasikan, diambil kesimpulan secara umum terhadap situasi atau keadaan yang berlangsung. Peneliti yang penulis lakukan ini adalah bertujuan pada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang dan sebagaimana adanya, yang mana penelitian ini akan mendeskripsikan tentang budidaya tanaman karet oleh petani karet dikenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. Pengumpulan Data Data primer diperoleh lansung dari petani karet yang memiliki kebun karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang dan pengamatan lansung di lapangan, sedangkan data sekunder diambil dari data yang ada di Kantor Wali Nagari Koto Berapak Kecamatan Bayang. Populasi penelitian, menurut Nasution (1985:31) yang di maksud dengan populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti, diwawancarai dimana peneliti akan menarik kesimpulan tentang objek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet yang ada di kenagarian Koto Berapak yang berjumlah 134 kepala keluarga. Berdasarkan populasi peneltian yang telah dikemukakan di atas maka sampel responden di ambil secara propotional random sampling (Arikunto :1997), dengan proporsi sebesar 50 % dari jumlah kepala keluarga petani karet yang ada pada di Kenagarian Koto Berapak yang telah di tetepkan dalam sampel wilayah penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan 1. Kondisi geografis a. Letak astronomis Kecamatan Bayang secara astronomis terletak pada 100° 29’ 28’’ - 100° 35’ 28’’ BT dan 1° 11’ 25’’ - 1° 19’ 25’’ LS dengan luas daerah tercatat sebesar 328,24 km² atau 5,71 % dari luas Kabupaten Pesisir Selatan, (Sumber Pesisir Selatan dalam angka Tahun 2013). b. Letak geografis 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bayang Utara, 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan IV Jurai, 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Koto XI Tarusan, (Sumber Pesisir Selatan dalam angka Tahun 2013). c. Iklim Kecamatan Bayang termasuk pada daerah tropis dengan suhu ratarata 21-33°C dengan curah hujan rata-rata 1535 mm/tahun. Keadaan iklim menurut Oldeman (Climatologi Map Of West Sumatera) adalah termasuk tipe B2, dengan bulan kering 3-4 bulan. Klasifikasi iklim menurut Oldeman yang prinsip dasarnya adalah adanya bulan basah berturut-turut dan bulan kering berturut-turut. Hal ini disebabkan Oldeman dalam membuat klasifikasi iklimnya di tekankan untuk keperluan pertanian karet sawah dan palawija terhadap air. Kriteria bulan basah berturut-turut menurut Oldeman adalah bulan yang di teliti curah hujannya lebih besar 200 mm dan terjadi secara berurutan, dan yang di maksud bulan kering adalah bulan yang curah hujanya kurang dari 100 mm. Kondisi ini menyebabkan sulitnya masyarakat tani melakukan penanaman padi sawah 2 kali setahun (IP 100%) pada lahan sawah tanah hujan, (Sumber Pesisir Selatan dalam angka Tahun 2013). d. Tanah Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Bayang sebagian besar berupa jenis Podzolik merah kuning (PMK), dan selebihnya adalah Latosol. Tanah ini merupakan tanah yang dalam proses genesanya adalah mengalami proses pelapukan lanjut (tanah tua), yang ditandai dengan penumpukan liat (clay) tinggi pada horizon B, pada torsoil/lampisan olah menjadi tipis. Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan tindakan konservasi lahan, terutama pada lahan yang slop atau tingkat kemiringanya melebihi 15%, (Sumber Pesisir Selatan dalam angka Tahun 2013). e. Hidrologi Kecamatan Bayang di lalui oleh Batang Bayang yang merupakan potensi sumber daya alam yang dapat untuk mengembangkan pengairan melalui bendungan kecil dan juga di mafaatkan sebagai sumber air bersih di Kecamatan Bayang, (Sumber Kantor BPS Kota Padang Tahun 2013). 2. Demografis Jumlah penduduk di Kecamatan Bayang Tahun 2010 tercatat sekitar 36.699 jiwa, terdiri dari 17.633 jiwa laki-laki dan 19.066 jiwa perempuan serta 10.189 kepala rumah tangga dengan kepadatan penduduk sekitar 571,85 jiwa pe km², (Sumber Pesisir Selatan dalam angka Tahun 2013). PEMBAHASAN Berdasarkan deskriptif data di atas, maka dapat dijelaskan bahwa : 1. Pemilihan lokasi tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak pemilihan lokasi tanaman karet yang dikelola petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang terletak di dataran tinggi atau di hutan, lokasi dataran tinggi juga lebih bagus mengahasilkan karet dari pada dataran rendah. Karena karet yang ditaman di daerah dataran tinggi lebih sedikit air yang terkandung dalam getah tersebut dari pada dataran rendah atau di daerah rawa. Pada umumnya di Kenagarian Koto Berapak petani karet lebih banyak menanam karet di daerah tinggi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 67 orang petani , 30 orang petani karet karet yang menanam pada daerah dataran tinggi, 10 orang yang menananm karet pada dataran rendah, 27 orang petani karet menanam pada daerah lereng. Jadi di kenagarian Koto Berapak ini petani karet mempunyai lahan yang bervariasi. Menurut Swastha (2002:24), lokasi adalah tempat dimana suatu usaha atau usaha aktivitas usaha yang dilakukan. 2. Pengolahan tanah dan Persiapan tanam tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak Pengolahan tanah dan persiapan tanam yang dilakukan petani karet di kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang pada umumnya. Pengolahan tanah yang dilakukan petani karet sebelum penanaman, yaitu melihat jenis tanah terlebih dahulu dan tanah yang biasa digunakan tanah merah kuning (podsolik) atau biasa disebut dengan tanah bukit. Petani yang menjawab merah kuning (podsolik) sebanyak 56 orang (84%) dari 67 responden Pengelolahan tanah yang dilakukan petani karet menggunakan cangkul.petani yang menjawab cangkul sebanyak 61 orang (91%) dari 67 responden, yang digunakan sebagai alat untuk mengemburkan tanah dan membuatan lobang tanam sebelum melakukan penanaman. Dalam buku Penebar Swadaya : 2008. Pengolahan tanah adalah proses dimana tanah digemburkan dengan menggunakan bajak atau cangkul yang ditarik dengan menggunakan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin. Melalui proses ini kerak tanah teraduk sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah yang dapat meningkatka kesuburan tanah . Dari penjelasan tersebut tanah sangat penting dalam penanaman karet, karena keadaan tanah juga mempengaruhi budidaya karet. 3. Penanaman tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak penanaman yang dilakukan petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang pada umumnya. Dilakukan petani karet pada pagi hari terutama di musim penghujan, kareana tanah masih banyak mengandung air sehingga karet yang ditanam menjadi lebih subur dan tidak mudah mati. sebelum dilakuakan penanaman bibit karet harus menempuh jarak yang cukup jauh walaupun masih terletak dalam satu kebun petani yang menjawab gerobak sebagai alat untuk melakukan pengangkutan yaitu sebanyak 52 orang (78%) dari 67 orang responden. Kondisi ini berkaitan dengan menurut buku Penebar Swadaya : 2008, di bawah ini. Dalam buku Penebar Swadaya : 2008. Penanaman adalah proses pemindahan bibit tanaman karet dari tempat pembibitan kelahan yang telah disiapakan. 4. Kebutuhan bibit tanaman karet di Kenagarian Koto Berapak kebutuhan bibit yang biasa digunakan petani karet di kenagarian Koto Berapak kecamatan Bayang pada umumnya. Bibit yang biasa digunakan petani karet yaitu bibit unggul dan bibit lokal, di kenagarian Koto Berapa Kecamatan bayak menggunakan bibit lokal sebanyak 36 orang (54%), dan yang menggunkan bibit unggul sebanyak 29 orang (43%). Selain itu pembibitan yang dilakukan petani karet umumnya menggunakan polibeg yang dibeli seharga 11.000 untuk bibit unggul dan 8.000 untuk bibit lokal. Menurut Karta Sapoetra (1996) benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usaha tani, yang memiliki fungsi agronomi atau merupakan kompenen agronomi. Dengan demikian benih dituntut untuk bermutu tinggi, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal dengan sarana yang maju. 5. Perawatan tanamana karet sebelum menghasilkan di Kenagarian Koto Berapak perawatan tanaman karet sebelum menghasilkan yang biasanya dilakuan dengan melakukan penyulaman, penyiangan, pemupukan. Penyulaman yang dilakuakan petani karet di kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang biasanya pada umur karet kurang dari 1 tahun sebayak 54 orang (81%), penyingan tanaman karet yang dilakukan petani karet yaitu bervariasi tujuan melakukan penyiangan untuk menjaga tanaman karet dari penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan karet, biasanya waktu penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara menggunakan sabit atau parang dan ada juga petani karet menggunakan herbisida atau racun untuk membunuh siangan dengan cara menyemprotkan herbisida. Dalam buku (Penebar Swadaya, 2008), perawatan adalah perhatian kita terhadap suatu hal, disini seuai dengan pembahasannya adalah tanaman karet, jadi dengan kata lain perawatan dapat diartikan sebagai bentuk perhatian terhadap tanaman karet oleh petani karet. 6. Perawatan tanaman karet setelah menghasilkan di Kenagarian Koto Berapak perawatan tanaman karet yang sudah menghasilkan yang dilakukan petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang biasanya dilakukan melakukan penyiangan dan pemupukan, penyiangan lahan tanaman karet biasanya dilakaukan dengan dengan cara manual, kimiawi, biologis, dan kombinasi antara kimiawi-biologis. Selanjutnya pemupukan tanaman karet yang dilakukan petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang biasanya dilakukan dengan cara menaburkan pupuk disekeliling batang dan membiarkanya terbuka sebanyak 51 orang (76%) dari 67 responden dan pemupukan tanaman karet setelah menghasilkan dilakuakn biasanya 6 bulan sekali untuk pembudidayaan tanaman karet yang baik. Menuru buku (Penebar Swadaya, 2008), perawatan adalah perhatian kita terhadap suatu hal, disini seuai dengan pembahasannya adalah tanaman karet, jadi dengan kata lain perawatan dapat diartikan sebagai bentuk perhatian terhadap tanaman karetoleh petani karet. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemilihan lokasi tanaman karet, yang dimiliki petani karet di kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang terletak pada dataran tinggi atau hutan, karena lahan yang terdapat di kenagarian Koto Berapa Kecamatan Bayang merupakan lahan di daerah dataran tinggi dan pada umumnya petani karet menjawab hutan sebagai lokasi perkebunan karet yang dikelola petani karet sebanyak 67 orang (100%). 2. Pengolahan tanah dan persiapan tanam yang dilakukan petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang pada umumnya dengan cara melihat jenis tanah terlebih dahulu dan tanah yang biasa digunakan tanah merah kuning (podsolik). Selanjutnya persiapan tanam yang dilakukan dengan cara mencangkul untuk melakukan pengolahan tanah, petani karet yang menjawab sebanyak 61 orang (91%). 3. Penanaman karet yang dilakukan petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang dilakukan pada pagi hari, melakukan penanaman pada musim penghujan, dan pengangkutan bibit tanaman karet dilakukan dengan menggunakan gerobak agar mengurangi resiko kerusakan bibit karet, petani karet yang menjawab gerobak sebanyak 52 orang (78%). 4. Kebutuhan bibit yang digunakan petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang yaitu bibit lokal yang diperoleh dari dibeli/diminta dari petani lain dan Petani karet yang menjawab sebanyak 36 orang (54%). 5. Perawatan tanaman karet sebelum menghasilkan dilakuan petani karet dengan melakukan penyulaman, penyiangan, dan pemupukan, penyiangan dilakukan 2 kali setahun dengan menggunakan sabit dan parang. Petani yang melakukan penyiangan demgan menggunakan sabit dan parang sebanyak 48 orang (72%). 6. Perawatan tanaman karet setelah meghasilkan petani karet melakukan perawatan biasanya dengan melakukan penyiangan 1 kali dalam setahun petani yang menjawab sebanyak 41 orang (61%) dari 67 orang responden. Petani dalam melakukan pemupukan dengan cara menaburkan pupuk disekeliling batang dan membiarkannya terbuka dan petani yang menjawab sebanyak 51 orang (76%). B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti saran yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Di harapkan kepada petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang agar dilakukan pemilihan lokasi perkebunan karet sesuai dengan kriteria tanaman karet agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. 2. Di harapkan kepada petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang dalam melakukan pengelolahan tanah dan persiapan tanam sesuai dengan budidaya tanaman karet. 3. Di harapkan kepada petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang agar memilih bibit unggul sebagai usaha tani karet agar dapat mengembangkan budidaya tanaman karet. 4. Di harapkan kepada seluruh petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang agar melakukan penanaman karet sesuai dengan budidaya tanaman karet untuk mengurangi kegagalan dalam pengembangan tanaman karet. 5. Di harapkan kepada petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang agar melakukan perawatan tanaman karet sebelum menghasilakan, melakuakan penyiangan secara berkala dan sesuai dengan standar budidaya tanaman karet. 6. Di harapkan kepada petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang agar melakukan perawatan tanaman karet setelah menghasilkan, dilakukan penyiangan dan pemupukan sesuai dengan budidaya tanaman karet. 7. Di harapkan kepada pemerintah setempat agar melakukan penyuluhan terhadap pengelolahan tanaman karet kepada petani karet di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta Arikunto, Suharsimi. 1983. Menejemen Penelitian Jakarta : Depdikbud Dikti. Kartasapoetra, Ir, AG. (1996) teknologi penelitian pertanian. Huda Matnawi. Perlindungan Yongyakarta : Anggota IKAPI (1989). tanaman. Kanisius Nasution. 1985. Metodologi Penelitian. Jakarta : Alumni. Nawi, Marnis. 2004. Metodologi Penelitian Geografi, Padang : UNP. Prof. Dr. Hasan Basri Jumin, M. Sc. 2010, Dasar-dasar Agronomi (Jakarta pers). Tim Penulis Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet, Jakarta : Penebar Swadaya, Anggota IKAPI Jakarta. Setiawan 2008. Bina produksi perkebunan karet. Agromedia Pustaka.