BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele
Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang
berasal dari Afrika. Pemberian nama lele dumbo bertujuan untuk membedakan lele
dumbo dengan lele jenis lainnya, terutama lele lokal atau yang lebih dikenal dengan
nama lele jawa. Lele jawa merupakan lele asli Indonesia (Khairuman, 2002).
Menurut Saanin (1986, 1995) ikan lele dumbo diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidae
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias gariepinus
Ciri khusus dari ikan lele dumbo antara lain bentuk badannya memanjang,
bagian kepala gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke
belakang. Ikan lele dumbo dengan mulutnya yang lebar dapat menghisap makanan
yang berasal dari organisme yang terdapat pada dasar perairan dan makanan
buatan. Bahkan dengan giginya yang tajam ikan lele dumbo sanggup menghabiskan
4
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
5
bangkai dengan cara mencabik-cabik bangkai tersebut. Ciri yang lainnya dari ikan
lele adalah memiliki sungut (Khairuman, 2002).
Ikan lele dumbo memiliki lima jenis sirip, yaitu sirip dada, sirip punggung,
sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dada berbentuk bulat agak memanjang
dengan ujung meruncing dan dilengkapi sepasang duri yang disebut dengan patil.
Patil pada lele dumbo tidak begitu kuat dan juga tidak begitu beracun, pada saat
masih muda. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut sedangkan
sirip tunggal adalah sirip punggung, sirip ekor, serta sirip dubur (Khairuman dan
Amri, 2002).
Pada saat ikan lele istirahat, ikan lele hidup secara berkelompok, dalam
situasi ini hanya sesekali muncul mengambil O2 dari udara bebas. Sifat lain yang
dimiliki ikan lele adalah suka meloncat ke atas permukaan air. Oleh karena itu, di
atas kolam banyak ditanami tumbuhan air atau diatas kolam dapat ditutupi dengan
anyaman bambu yang memiliki lubang kecil, dengan tujuan agar ikan lele tidak
dapat meloncat keluar dari kolam (Puspowardoyo, 2003).
2.2 Pertumbuhan Ikan
Pertumbuhan merupakan suatu proses hayati yang akan terus terjadi di dalam
tubuh suatu individu atau organisme. Pertumbuhan dapat didefinisikan dengan
pertambahan berat, panjang, dan volume
tubuh (Khairuman dan Amri, 2002).
Pertumbuhan adalah perubahan dalam panjang dan berat dari suatu hewan atau
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
6
individu pada
waktu
tertentu dan dapat
didefinisikan sebagai pertambahan
biomassa dalam suatu populasi (Darson, 2002).
Pertumbuhan pada setiap spesies mempunyai bentuk yang berbeda dengan
spesies yang lain. Pada umumnya pertumbuhan ikan lebih bervariasi dan fleksibel
dibandingkan dengan hewan yang lain karena pertumbuhan ikan langsung berhenti
setelah mencapai tingkat kematangan seksual (Murhananto, 2002).
Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor internal meliputi genetik, umur, sex, kematangan gonad,
hormon pertumbuhan dan kemampuan memanfaatkan pakan. Faktor eksternal
meliputi ketersediaan makanan, tingkat kompetisi, kualitas air, dan hama penyakit
(Purnama, 2003).
Pada daerah dataran tinggi, ikan dapat
hidup akan tetapi proses
pertumbuhannya lambat. Hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu yang kurang sesuai
dengan persyaratan untuk dapat
hidup maksimal. Batas maksimal syarat
pertumbuhan ikan lele di dataran tinggi adalah 600 meter di atas permukaan laut,
akan tetapi suhunya tidak boleh di bawah 22o C. Ikan lele dapat hidup di bawah
suhu 22o C tetapi proses pertumbuhannya akan terganggu atau lambat (Purnawati,
2002).
Pertumbuhan ikan akan tercapai apabila diberi sejumlah makanan yang
melebihi
kebutuhan
ikan untuk pemeliharaan tubuhnya. Pertumbuhan
dan
kelulusanan hidup juga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit
patologis (Kodri, 2004).
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
7
2.3 Padat Tebar
Padat
penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah
budidaya per satuan luas atau volume. Kepadatan ikan akan
mempengaruhi
pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan
alami mencukupi maka pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal (Unisa,
2000). Peningkatan kepadatan ikan dapat meningkatkan hasil (yield) selama pakan
tercukupi dan kualitas air tetap mendukung. Selain itu, Hepher (1978) menyatakan
pula bahwa intensifikasi budidaya
terhadap
dapat berhasil jika dilakukan pengawasan
empat faktor utama lingkungan, yaitu pengawasan suhu, penambahan
pakan, suplai oksigen, dan pembersihan limbah metabolisme. Dengan pengawasan
terhadap empat hal tersebut dapat memungkinkan untuk meningkatkan padat tebar
ikan tanpa mengurangi pertumbuhan individu ikan sehingga dapat meningkatkan
produksi (Unisa, 2000).
Pada pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi (intensifikasi), kondisi
lingkungan yang berubah antara lain menurunnya kandungan oksigen terlarut di air
dan meningkatnya limbah metabolisme, khususnya amonia. Akibat secara langsung
adalah menyebabkan kematian dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi
pertumbuhan ikan, sehingga kedua faktor tersebut
dianggap
sebagai faktor
pembatas budidaya ikan. Berkurangnya kandungan oksigen di air dapat menurunkan
tingkat
konsumsi pakan ikan, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber
energi dalam
proses metabolisme tubuh, pembentukan jaringan tubuh, aktivitas
pergerakan, dan aktivitas pengolahan makanan (Najiyati, 2001). Beberapa hasil
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
8
penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan pada kondisi oksigen terlarut
yang lebih rendah
menghasilkan
pertumbuhan yang lebih rendah. Kandungan
ammonia sebagai hasil metabolisme yang meningkat
cenderung
menyebabkan
gangguan yang bersifat fisiologis dan pemicu stress pada ikan. Colt & Amstrong
(1979) dalam Boyd (1990) menambahkan
ammonia di air akan
bahwa
meningkatnya kandungan
memungkinkan ikan lebih mudah terkena penyakit dan
menurunnya pertumbuhan ikan (Khairuman dan Amri, 2002).
Pada pemeliharaan ikan di kolam, ketika populasi/jumlah ikan sedikit, maka
secara otomatis pakan alami yang tersedia bagi jumlah ikan melebihi kebutuhan
yang dibutuhkan per ekornya, sehingga pertumbuhan akan dapat berjalan dengan
maksimal. Apabila jumlah pakan yang tersedia masih mencukupi kebutuhan
populasi/jumlah ikan maka pertumbuhan akan tetap baik meskipun terjadi
peningkatan jumlah populasi ikan. Pada usaha budidaya ikan pasti akan mengalami
suatu masalah, baik masalah yang diakibatkan dari dalam maupun luar. Contoh
faktor yang berasal dari luar salah satunya adalah pakan atau terjadi penurunan
kualitas lingkungan, seperti kekurangan oksigen atau meningkatnya akumulasi
limbah metabolisme (Purnawati, 2002).
Penelitian tentang pengaruh padat penebaran ikan telah banyak dilakukan
dan terbukti, bahwa padat
penebaran ikan yang
tinggi dapat
meningkatkan
biomassa ikan sebagai total hasil produksi tetapi belum dapat mempertahankan
berat rata-rata ikan. Hal ini dimungkinkan karena pada padat penebaran yang
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
9
tinggi, tingkat persaingan ikan untuk mendapatkan pakan juga meningkat sedangkan
pemanfaatan pakan oleh ikan untuk pertumbuhannya akan menurun (Unisa, 2000).
Peningkatan padat tebar ikan akan berpengaruh relatif terhadap tingkat
kelangsungan hidup ikan, artinya bahwa peningkatan padat penebaran ikan belum
tentu
menurunkan nilai kelangsungan hidup. Walaupun terlihat kecenderungan
bahwa
makin
meningkat padat penebaran ikan maka tingkat
kelangsungan
hidupnya akan makin kecil. Tingkat kematian yang terjadi cenderung disebabkan
karena proses penanganan yang kurang baik terutama dalam penyediaan pakan
dan pengelolaan kualitas air dalam mengimbangi meningkatnya kepadatan ikan
(Unisa, 2000).
Ikan jenis catfish terutama ikan lele dapat dipelihara dengan kepadatan
tinggi, karena ikan ini tidak bersifat teritorial, yaitu saling bersaing untuk
mendapatkan tempat hidup. Oleh karena itu, padat penebaran untuk ikan lele dapat
dinyatakan dalam jumlah ikan atau berat biomassa ikan per satuan volume (ekor/L
atau kg/m3) atau per satuan luasan wadah budidaya (ekor/m2 atau kg/m3).
Pemeliharaan ikan lele di dalam sistem air mengalir dengan bobot rata-rata 0,5-8 g/
ekor dan padat tebar 25-200 ekor/L, peningkatan padat penebaran hingga dua kali
lipat dapat meningkatkan hasil hingga 14-81 %, sedangkan padat penebaran yang
normal
untuk ikan
lele terutama yang berusia lebih dari dua minggu dapat
mencapai 10 ekor/L (Anwar, 2002).
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
10
Menurut Suyanto (2007) dalam usaha pembenihan lele dikenal dalam
beberapa tahapan, yaitu pemeliharaan tahap I, II, dan III
2.3.1
Pemeliharaan Tahap I
Pembenihan tahap I dimulai dari pemeliharaan calon induk kemudian
dikawinkan. Hasil telur yang menetas di kolam pembesaran pertama sampai benih
berumur 12-15 hari dengan ukuran panjang tubuh ikan antara 2-4 cm dengan padat
penebaran mencapai 50 ekor/m3.
2.3.2
Pemeliharaan Tahap II
Benih ikan yang berasal dari usaha pembenihan tahap I (umur 12-15 hari,
panjang 2-4 cm) kemudian dipelihara lagi selama 21-30 hari (3-4 minggu) sampai
ukuran panjang mencapai 5-8 cm. Padatan penebaran dapat mencapai
20-25
ekor/m3.
2.3.3
Pemeliharaan Tahap III
Benih yang berasal dari usaha tahap
II (umur antara 35-45 hari, dengan
panjang 5-6 cm) kemudian dipelihara lagi dalam tahap III selama 30 hari sehingga
ukuran panjang antara 10-15 cm dan berat antara 40-50 gram per ekor, dengan padat
penebaran mencapai 10 ekor/m3.
Jumlah benih yang ditebarkan pada saat ukuran benih 3-5 cm adalah 30-40
ekor/m3 (Khairuman, 2002). Pada benih yang panjangnya antara 5-8 cm jumlah padat
penebaran yang sesuai adalah 30-50 ekor/m3 (Khairuman, 2002).
Padat penebaran yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan ikan.
Hal ini disebabkan ikan–ikan tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain,
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
11
sehingga mengakibatkan kekurangan oksigen (O2) terlarut dan secara langsung akan
mempengaruhi nafsu makan (Effendi, 2002). Lele dapat hidup dengan padat
penebaran tinggi maupun pada kolam yang
kadar oksigennya rendah. Hal ini
disebabkan ikan lele mempunyai alat pernafasan tambahan (arborescent organ)
yang terletak di bagian kepala yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen
langsung dari udara untuk pernafasannya (Puspowardoyo dan Djarijah, 2003).
2.4 Pakan
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Agar dapat tumbuh dengan baik, ikan
pada umumnya membutuhkan nutrisi/gizi yang lengkap. Aspek kebutuhan gizi
pada ikan sama dengan makhluk yang lain, yaitu protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral agar dapat melakukan proses fisiologi dan biokimia selama
hidupnya (Khairuman dan Amri, 2002).
Berdasarkan jenis makanan, ikan dapat dibedakan/digolongkan menjadi 5
macam, yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), pemakan hewan lain
(carnivora), pemakan tumbuhan dan hewan lain (omnivora), pemakan plankton,
dan
pemakan
hancuran bahan organik (detritus). Ikan yang termasuk dalam
golongan karnivora, makanan pokoknya yang paling utama terdiri dari bahan-bahan
yang berasal dari hewan. Contoh ikan yang termasuk pemakan daging/hewan antara
lain ikan
gabus, ikan belut, ikan sidat, ikan
kakap, ikan lele, dan lain-lain
(Murhananto, 2002).
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
12
Berdasarkan sumbernya pakan ikan dibedakan menjadi dua, yaitu pakan
alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang terbentuk secara alami
pada habitatnya. Makanan alami ikan terdiri atas plankton, udang-udangan kecil,
siput, cacing, dan jentik nyamuk (Kodri, 2004). Jika dibudidayakan di kolam,
makanan tambahan dapat berupa dedak halus, sisa-sisa dapur, daging bekicot,
belatung,
dan pelet (Kodri, 2004). Oleh karena itu, lele digolongkan sebagai
pemakan segalanya (omnivora). Lele memang sangat rakus jika diberi makan apa
saja, bangkai saja dimakannya sehingga digolongkan sebagai pemakan bangkai
(scavenger). Pakan buatan merupakan
makanan yang sengaja dibuat dengan
komposisi seperti pada makanan alami dan ditambah beberapa unsur nutrien untuk
tujuan produksi yang optimal. Jika telah dibudidayakan, lele dapat diberi pakan
buatan seperti pelet (Kodri, 2004).
Kualitas nutrisi pakan pada umumnya dapat dilihat dari komposisi zat
gizinya seperti kandungan
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
lainnya (Kodri, 2004). Pakan berfungsi sebagai sumber energi, materi bagi
kehidupan, dan pertumbuhan ikan (Khairuman, 2002). Apabila makanan yang
diberikan pada ikan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, maka hal ini dapat
menjamin kehidupan ikan dan mempercepat proses pertumbuhan ikan (Khairuman,
2002).
Jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ikan secara umum berkisar 5-6%
berat tubuhnya per hari, tetapi dapat berubah tergantung kondisi lingkungannya
(Khairuman, 2002). Sebagai patokan jumlah makanan yang diberikan setiap hari
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
13
kira-kira 3-5% dari berat lele keseluruhan (Kodri, 2004). Untuk dapat hidup dan
berkembang
biak lele memerlukan
pakan. Ukuran dan jumlah
pakan yang
diberikan tergantung dari umur dan berat biomassa lele yang dipelihara. Pakan
alternatif yang dapat diberikan kepada lele antara lain ikan rucah atau ikan – ikan
hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak dikonsumsi manusia, limbah
peternakan ayam, limbah pemindangan ikan,
daging bekicot, atau keong mas
(Khairuman, 2002).
2.5 Kualitas Air
Air merupakan salah satu faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan
hanya lele, semua jenis ikan memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak.
Oleh karena itu, kualitas dan
kuantitas air
harus diperhatikan
agar kegiatan
budidaya berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Khairuman, 2002).
Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan
ikan dan binatang air lainnya. Ada beberapa jenis parameter kualitas air yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, di antaranya temperatur, oksigen
terlarut, dan pH (Puspowardoyo dan Djarijah, 2003).
2.5.1 Suhu
Suhu merupakan sifat fisika yang dapat mempengaruhi
nafsu makan dan
pertumbuhan ikan. Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan kematian
pada ikan, meskipun
kondisi
lingkungan lainnya dalam
keadaan optimal
(Purnawati, 2002).
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
14
Kisaran suhu yang diperlukan dalam budidaya ikan lele dumbo adalah antara
25–30oC. Suhu air berpengaruh besar terhadap proses metabolisme mahluk hidup di
perairan
tersebut dan semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen yang
terlarut dalam air (Purnawati, 2002).
2.5.2. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air
dan dibutuhkan agar dapat hidup dengan normal. Jika persediaan oksigen terlarut
dalam suatu perairan tidak sesuai atau kurang dari kondisi yang dibutuhkan oleh
ikan, maka akan berakibat pada berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan, dan
kesehatan ikan tersebut. Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5 – 6 ppm dianggap
yang paling baik untuk tumbuh dan berkembang biak ikan baik lele maupun ikan
yang lain yang dipelihara di kolam (Murhananto, 2002).
2.5.3. pH
Derajat keasaman (pH) air memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
pertumbuhan ikan. Peningkatan jumlah karbondioksida akan menyebabkan
menurunnya nilai pH dan sebaliknya. Pada umumnya nilai pH turun bersama
dengan turunnya kandungan mineral yang ada di perairan. Kisaran pH yang
cocok untuk semua jenis ikan termasuk ikan lele dumbo adalah sebesar 6,7 – 8,0
(Zonneveld et al., 1991). Pada
kisaran pH
tersebut ikan
tidak terganggu
pertumbuhan dan perkembangannya (Khairuman dan Amri, 2002).
Pertumbuhan Lele Dumbo..., Agus Priyanto, FKIP UMP, 2013
Download