1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan tidak terkendalinya pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal. Jika penyebaran tidak dikontrol, dapat mengakibatkan kematian. Kanker ini disebabkan oleh faktor eksternal (tembakau, bahan kimia, radiasi dan organisme menular) dan faktor internal (mewarisi mutasi, hormon, kondisi kekebalan tubuh, dan mutasi-mutasi yang terjadi dari metabolisme). Faktor penyebab akan bertindak bersama atau secara berurutan untuk menjadi kanker ganas. (American Cancer Society, 2011). Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan cara pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Cara pembedahan memiliki kekurangan yaitu hanya efektif untuk kanker secara lokal, sehingga untuk kanker yang letaknya menyebar kurang baik digunakan. Pengobatan kanker secara radiasi sinar X memiliki kelemahan karena radiasi yang digunakan dapat menimbulkan kerusakan jaringan normal di sekitar sel kanker. Radiasi ini juga dapat merusak jaringan epitel kulit sehingga akan menimbulkan penyakit lainnya. Pengobatan kanker dengan kemoterapi, bertujuan untuk merusak secara selektif sel kanker tanpa mengganggu sel normal. Tetapi tujuan ini sering mengalami kegagalan karena sedikit sekali obat antikanker yang bekerja secara selektif pada jaringan kanker. Siswandono (2008) Karena sedikitnya senyawa yang bersifat selektif terhadap sel kanker menyebabkan terus dilakukannya penelitian untuk mendapatkan senyawa baru yang bersifat selektif. Salah satu terapi yang dikembangkan baru-baru ini adalah terapi fotodinamik (photodynamic therapy, PDT). Menurut Morgan (2001) mengatakan terapi fotodinamik merupakan terapi yang menggunakan tiga komponen terapi. Tiga komponen itu adalah fotosensitizer, cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sensitizer, dan oksigen molekular. Fotosesitizer akan terakumulasi di target dan mengabsorbsi cahaya. Molekul singlet oksigen memediasi efek dari PDT, dan reaksinya dengan lipid dan 1 Doking Molekular Bakteriofeoforbid..., Ananta Wijaya, Fakultas Farmasi UMP, 2015 2 protein pada sel kanker adalah menyebabkan kerusakan dan downstream respon yang kemudian menuju kematian. Baru-baru ini, PDT telah diusulkan sebagai alternatif untuk mengatasi resistensi multidrug (MDR) untuk pengobatan antikanker (Patrick et al, 2009). Senyawa-senyawa dengan struktur dasar tetrapirol makrosiklik seperti porfirin dan turunannya diketahui aktif dan telah banyak dipelajari sebagai fotosensitizer untuk pengobatan kanker secara fotodinamik. Porfirin memiliki struktur dasar tetrapirol makrosiklik dengan cincin pirol yang tidak tereduksi. Tetrapirol makrosiklik dengan cincin pirol tidak tereduksi ini memiliki kelemahan dalam hal kedalaman penetrasi cahaya, sehingga hanya efektif untuk kanker yang ada pada permukaan jaringan. Bakteriofeoforbid a yang merupakan senyawa golongan Bacterioclorine. Senyawa ini memiliki struktur tetrapirol yang tereduksi pada dua cincin pirol. Struktur seperti ini ternyata dapat memperbaiki karakterisitik spektrum absorbsi senyawa fotosensitizer. Energi transisi akan mengalami pergeseran ke arah merah dan terjadi peningkatan intensitas absorbsi pada pita Q1 sehingga penetrasi cahaya akan lebih optimal (Bonnett, 1995). Senyawa obat seperti bakteriofeoforbid a di dalam tubuh akan berinteraksi dengan reseptor. Serum albumin manusia (Human Serum Albumin, HSA) adalah protein yang paling berlimpah dalam plasma. Sebagai konstituen protein terlarut utama dari sistem sirkulasi, memiliki banyak fungsi fisiologis dan farmakologis. Ini berperan penting dalam transportasi dan disposisi endogen dan ligan eksogen dalam darah (An, 2009). Dalam penelitiannya tentang porpirin, Olga Rinco menjelaskan bahwa memahami ikatan dari porpirin dan HSA sangat vital dalam penggunaan PDT (Rinco et al, 2009). Reseptor Periferal Benzodiazepin (Peripheral Benzodiazepine Receptor, PBR) merupakan reseptor di mitokondria yang mengikat secara natural termasuk porpirin seperti PPIX. Bisa dikatakan ligan alami dari PBR adalah porpirin atau struktur yang mirip dengan porpirin, dan yang menjadi alasan penggunaan PBR sebagai reseptor dalam penelitian ini karena ligan alaminya memiliki kemiripan dengan bakteriofeoforbid a dan turunannya sehingga diduga akan dapat berikatan dengan reseptor PBR. PBR terletak di luar membran mitokondria sehingga PBR menjadi tempat Doking Molekular Bakteriofeoforbid..., Ananta Wijaya, Fakultas Farmasi UMP, 2015 3 kontak antara inner dan outer membran dari mitokondria(IMM-OMM) (Bombalska, 2009). Doking Molekular adalah proses berikatannya dua molekul berdasarkan sifatsifat topografi dan energinya, yang bertujuan untuk mencari kesesuaian konformasi antara kedua molekul tersebut agar interaksi berlangsung dengan baik. Caranya adalah dengan mendekatkan molekul ligan kepada molekul reseptor kemudian menghitung energi interaksi antara kedua molekul tersebut (Djalil, 2012). Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bakteriofeoforbid a dalam berikatan dengan reseptor HSA dan PBR maka dilakukan penelitian dengan metode doking molekular. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang mendasari penelitian ini, seperti: 1. Bagaimana kemampuan bakteriofeoforbid a dan turunannya dalam berikatan dengan reseptor HSA dan PBR? 2. Berapa skor minimum yang diperoleh dari doking molekular bakteriofeoforbid a dan turunannya terhadap reseptor HSA dan peripheral benzodiazepine? C. Tujuan Penelitan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteriofeoforbid a dan turunannya dalam berikatan dengan reseptor HSA dan PBR sebagai fotosensitizer dalam terapi fotodinamik dengan metode doking molekuar. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam usaha mencari senyawa obat baru yang potensial sebagai fotosensitizer PDT untuk pengobatan penyakit kanker. Doking Molekular Bakteriofeoforbid..., Ananta Wijaya, Fakultas Farmasi UMP, 2015