Pengaruh Program Siaran Radio Pertanian Ciawi

advertisement
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Perkembangan Radio di Indonesia
Berkembangnya berbagai media massa yang terjadi diikuti juga dengan
berkembangnya media massa radio. Indonesia pun tidak luput dari perkembangan
media massa radio yang terjadi. Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari
zaman penjajahan Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde
baru. (Rousydiy, 1985).
1.
Zaman Penjajahan Belanda
Radio siaran yang pertama didirikan di Indonesia adalah Bataviase Radio
Vereneging (BRV) di Jakarta (Batavia tempo dulu) yang resmi didirkan pada
tanggal 16 Juni 1925. Pada saat itu Indonesia masih di jajah oleh Belanda dan
status dari radio tersebut berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara
serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta,
Surakarta, Semarang, Surabaya. Di antara sekian banyak radio siaran itu yang
terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio
Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari
pemerintah Hindia Belanda.
2.
Zaman Jepang
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai
konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta
dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku,
merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabangcabangnya di daerah dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung,
Purwakarta, Jogjakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
3.
Zaman Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945
berkumandang, radio siaran belum lagi terorganisir dalam organisasi yang
rapi. Maka pada tanggal 10 September 1945 pemimpin-pemimpin radio
8 siaran berkumpul untuk menuntut kepada Jepang untuk menyerahkan semua
studio radio beserta pemancar dan perlengkapannya. Sejak tanggal 27
Desember 1949 radio siaran di Indonesia memakai stasiun call Radio
Republik Indonesia Serikat kemudian menjadi stasiun call “Radio Indonesia
Merdeka.”
4.
Zaman Orde Baru
Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di
Indonesia, radio siaran yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Pada
waktu ini RRI mempunyai 49 stasiun di seluruh Indonesia.
2.1.2 Radio sebagai Media Komunikasi Massa
Para pakar komunikasi memberikan julukan pada radio sebagai kekuatan
kelima (The Fifth Estate, setelah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers (surat
kabar)). Agus Setiaman sepakat dengan julukan “The Fifth Estate” tersebut
bahwa “julukan ini barangkali tidaklah berlebihan karena dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki radio mempunyai pengaruh” (Setiaman, 2003).
Komunikasi massa tidak lepas dari pengaruh media yang menjadi alat
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Sebagai salah satu
media massa yang memberikan pengaruh terhadap khalayaknya, hingga saat ini
radio masih tetap banyak dimanfaatkan oleh banyak orang dalam memenuhi
kebutuhan informasi yang diperlukan.
Radio memiliki keunggulan dibandingkan dengan media massa lain.
Beberapa keunggulan radio yaitu (Riswandi, 2009):
1. Cepat dan langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari koran atau dan televisi,
dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa melalui proses yang
rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran televisi atau sajian media cetak.
2. Akrab. Radio siaran adalah alat yang “mendekatkan” atau mengakrabkan
pendengar/khalayak dengan penyiar atau bahkan dengan pemiliknya.
3. Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu
mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan
9 suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman
bagi mereka.
4. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, kultural, serta
kelas sosial.
5. Murah. Harga sebuah radio sekaligus mendengarkan siarannya relatif lebih
murah dibandingkan dengan harga sebuah televisi atau berlangganan media
cetak. Bahkan pendengar siaran radio pun tidak dipungut iuran sepeser pun.
6. Fleksibel. Siaran radio dapat dinikmati sambil mengerjakan hal lain tanpa
mengganggu aktivitas yang lain seperti belajar, memasak, mengemudi,
membaca surat kabar, dan sebagainya.
Menurut Changara (2006) kehadiran media massa lain seperti media
televisi ternyata tidak mampu menggeser penggemar radio. Radio bisa dinikmati
sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit, dan
semacamnya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada media lain seperti TV,
film, dan surat kabar.
2.1.3
Radio Siaran
Radio yang selanjutnya disebut radio siaran adalah media komunikasi
massa elektronik bersifat auditif yang menggunakan ranah publik (frekuensi).
Radio merupakan sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi
komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan.
Pemanfaatan radio semakin lama semakin bertambah. Sebagai salah satu media
massa, radio memiliki karakteristik yang khas dibandingkan media massa lain
yaitu (Riswandi, 2009): (1) Imajinatif, pesan radio dapat mengajak pendengarnya
untuk berimajinasi. (2) Auditif, sifat radio untuk didengar sehingga dengan
demikian sampai di pendengaran hanya sepintas dan tidak dapat diulang kembali.
(3) Mengandung gangguan, baik berupa gangguan yang disebabkan faktor
semantik maupun oleh faktor teknis. (4) Akrab. Meskipun radio merupakan media
komunikasi massa, akan tetapi radio siaran bisa “menyapa” pendengar secara
pribadi, seolah-olah teman akrab yang hadir di tengah-tengah pendengarnya. (5)
10 Identik dengan musik, radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga
menjadi media utama untuk mendengarkan musik.
Oleh berbagai pihak radio siaran dianggap memiliki kekuatan yang begitu
besar dan memiliki kekuasaan yang begitu hebat terhadap khalayaknya. Menurut
Setiaman (2003), paling tidak ada tiga faktor penyebab yang membuat radio
memiliki kekuatan yaitu:
1.
Radio siaran bersifat langsung
Artinya siaran radio dapat mencapai sasarannya tanpa mengalami proses
yang rumit. Sifat langsung ini menyebabkan tingkat aktualitas informasi
yang disajikan lebih aktual.
2.
Radio Siaran menembus jarak dan rintangan
Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan bagaimanapun jauhnya
audience yang dituju, radio dapat menembus halangan apapun yang
membatasinya.
3.
Radio siaran memiliki daya tarik
Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang
ada pada radio, yakni musik, kata-kata, dan efek suara.
Keuntungan radio siaran adalah sifatnya yang santai. Orang bisa
menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil bekerja bahkan sambil
mengemudikan mobil. Tidak demikian halnya dengan media massa yang lain.
2.1.4
Karakteristik dan Khalayak Pendengar Radio
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah
satu aktor dari proses komunikasi (Changara, 2006). Radio yang merupakan salah
satu media massa tentunya juga memiliki khalayak yang terlibat. Biasanya
khalayak dari media massa radio disebut sebagai khalayak pendengar. Menurut
Masduki (2002) dalam Puspitasari (2009) membagi pendengar radio dalam empat
kategori yakni pendengar aktif, pasif, selektif, dan spontan. Pendengar spontan
adalah pendengar yang tanpa sengaja mendengar suatu siaran radio dan relatif
lebih mudah teralih perhatiannya pada hal lain. Pendengar pasif adalah pendengar
yang sering mendengarkan suatu program radio tetapi jarang melakukan interaksi
11 dengan penyiar dan hanya mendengarkan siaran radio saja. Pendengar selektif
adalah pendengar yang hanya memilih untuk mendengarkan program siaran
tertentu yang memang diminati olehnya, baik dikarenakan kualitas program yang
ditawarkan maupun karena tertarik terhadap penyiar yang bersiaran. Pendengar
aktif adalah pendengar yang selalu mendengarkan siaran suatu stasiun radio dan
mereka juga sering aktif berinteraksi dengan penyiar pada saat siaran berlangsung
dengan mengirimkan sms atau telepon ke stasiun radio yang bersangkutan.
Menurut McQuail (2005) karakteristik individu yang berkaitan dengan
khalayak media massa meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan. Berbagai ahli mengemukakan bahwa pendengar radio siaran memiliki
sifat-sifat yang dapat diamati, diantaranya adalah heterogen, selektif dan aktif.
Effendy (2003) menyatakan bahwa salah satu sifat yang dimiliki oleh pendengar
radio adalah heterogen, yang berarti pendengar adalah massa, sejumlah orang
yang sangat banyak, terpencar-pencar dan tidak saling mengenal. Menurut
McQuail (2005) sifat selektif dilihat dari segi pendengar dapat memilih program
siaran radio yang disukainya.
Selain itu pendengar radio juga bersifat aktif.
Apabila menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, pendengar
aktif berfikir dan melakukan interpretasi, kemudian bertanya-tanya pada dirinya
apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar radio bernilai benar atau tidak.
2.1.5 Keterdedahan pada Siaran Radio
Rosengren (1974) dalam Morissan (2005) mengartikan terpaan media
(media exposure) sebagai penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan
atas kebutuhan seseorang. Penggunaan media ini terdiri dari jumlah waktu yang
digunakan untuk mengikuti media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai
hubungan antara khalayak media massa dengan isi media massa yang dikonsumsi
atau dengan media secara keseluruhan. Rubin (2005) mengartikan terpaan media
sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan media
yang mengacu pada utilitas, intensionalitas, selektivitas, dan keterlibatan khalayak
dengan media. Terkait dengan media massa radio, maka terpaan media disini
diartikan sebagai keterdedahan khalayak pada siaran radio yang dikategorikan
12 menjadi frekuensi khalayak mendengarkan siaran radio dan lamanya khalayak
mendengarkan siaran radio.
2.1.6 Program Siaran Radio
Pada umumnya setiap stasiun radio memiliki cara masing-masing dalam
mengemas siarannya agar menarik perhatian khalayak pendengar. Penyajian suatu
siaran yang menarik oleh stasiun radio akan menentukan keberhasilan dari radio
tersebut untuk menjaring khalayak pendengar dalam menyiarkan suatu informasi.
Tentu saja program siaran juga tidak terlepas dari penyajian yang dilakukan oleh
pihak stasiun radio. Program siaran yang dikemas secara menarik akan membuat
pendengar untuk terus mendengarkan siaran tersebut. Menurut Morissan (2005)
memproduksi program siaran memerlukan kemampuan dan keterampilan
sehingga menghasilkan produksi program yang menarik didengar. Secara umum
program siaran radio terdiri atas dua jenis, yaitu musik dan informasi. Kedua jenis
program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus
bisa memenuhi kebutuhan khalayak dalam hal musik dan informasi.
Program yang sering menjadi perhatian dari pihak stasiun radio untuk
dikemas secara menarik umumnya seperti berita radio, perbincangan (talk show),
info hiburan, dan jingle radio. Menurut Morissan (2005) bentuk penyajian berita
radio terdiri atas: (1) Siaran langsung (live report), yaitu reporter mendapatkan
fakta atau peristiwa dari lapangan dan pada saat bersamaan melaporkannya dari
lokasi. (2) Siaran tunda, reporter mendapatkan fakta dari lapangan, kemudian
kembali ke studio untuk mengolahnya terlebih dahulu sebelum disiarkan.
Informasi yang diperoleh ini dapat dikemas ke dalam berita langsung (straight
news) atau berita feature. Sementara perbincangan radio (talk show) biasanya
diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber
untuk membahas sebuah topik yang sudah dirancang sebelumnya. Adapun masih
menurut Morissan (2005) tiga bentuk program perbincangan yang banyak
digunakan oleh stasiun radio adalah: (1) One-on-one-show, yaitu bentuk
perbincangan saat penyiar dan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua
posisi mikropon terpisah di ruang studio yang sama. (2) Panel discussion,
pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber. (3) Call in
13 Show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar.
Topik ditentukan oleh penyiar kemudian pendengar diminta untuk memberikan
respon.
Sementara itu infotainment yang merupakan singkatan dari information
dan entertainment berupa kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan dikemas
secara easy listening. Infotainment dalam kemasan yang lebih lengkap disebut
majalah udara yaitu suatu acara yang memadukan antara musik, lagu, tuturan
informasi, berita, dan iklan (Morissan, 2005). Biasanya tema yang dibahas dalam
program ini antara lain wawancara artis penyanyi yang membahas album barunya,
interaktif dengan pendengar membahas suatu tema tertentu, dan lain-lain. Tiga
bentuk penyajian infotainment radio yang popular di Indonesia menurut Morissan
(2005) adalah: (1) Info-entertainment, penyampaian informasi dari dunia hiburan
dengan diselingi pemutaran lagu. (2) Infotainment, penyampaian informasi,
promosi dan sejenisnya dari dunia hiburan yang topiknya menyatu atau senada
dengan lagu-lagu atau musik yang diputar. (3) Infotainment dan entertainment,
sajian informasi khususnya berisi berita-berita aktual dilengkapi perbincangan
yang tidak selalu dari khazanah dunia hiburan, diselingi pemutaran lagu, iklan dan
sebagainya.
2.1.7 Penilaian terhadap Program Siaran Radio
Keberhasilan stasiun radio dalam menyajikan suatu program siaran akan
ditentukan oleh seberapa banyak khalayak pendengar yang tertarik untuk
mendengarkan program siaran yang disajikan. Di samping itu, keberhasilan suatu
program siaran yang disajikan oleh pihak stasiun radio akan digunakan dalam
menjaring khalayak pendengar yang lebih banyak untuk mau mendengarkan
program siaran tersebut. Ada atau tidaknya khalayak pendengar yang mengikuti
atau mendengarkan acara yang disajikan oleh suatu stasiun radio tentunya
menentukan keberhasilan dari program tersebut dalam menyajikan suatu siaran
yang menarik pendengar (Kermite,1997)
Menurut Kermite (1997) di dalam hasil penelitiannya, terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi ketertarikan khalayak pendengar untuk mengikuti
14 acara atau program siaran yang disajikan yaitu dengan memberikan penilaian
terhadap program siaran yang terdiri dari:
1) Kesesuaian waktu siaran, merupakan penempatan waktu untuk menyajikan
suatu acara/program yang sesuai dengan diinginkan oleh pendengar. Penempatan
waktu siaran yang tepat dilakukan oleh suatu stasiun radio maka akan
menyebabkan pendengar untuk mau terus mendengarkan siaran yang disajikan.
2) Pengemasan/cara penyajian siaran, pengemasan acara yang dilakukan dengan
baik secara tidak langsung membuat jumlah pendengar semakin menambah.
Apabila acara disajikan dengan menarik tentunya akan banyak pendengar yang
tertarik untuk mendengarkan acara – acara siaran yang disajikan.
3) Penyiar, yakni kualitas yang baik dimiliki oleh penyiar akan berpengaruh
terhadap ketertarikan pendengar untuk mengikuti acara/program yang disajikan.
Di samping itu suasana keakraban yang mampu dibangun oleh penyiar dengan
pendengar juga dapat menimbulkan ketertarikan pendengar untuk mengikuti atau
mendengarkan acara /program siaran yang disajikan.
Selain itu Oktaviana (2010) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa
durasi siaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi ketertarikan khalayak
pendengar dalam mendengarkan acara/program siaran yang disajikan oleh suatu
stasiun radio, serta tak luput mendapatkan penilaian dari pendengar. Durasi siaran
yang digunakan dengan jumlah waktu tidak terlalu lama atau tidak terlalu singkat
oleh stasiun radio akan menyebabkan khalayak pendengar merasa puas dengan
siaran yang diberikan. Hal ini dikarenakan apabila durasi siaran terlalu lama akan
membuat khalayak pendengar jenuh untuk mendengarkan siaran yang diberikan.
Sementara apabila durasi siaran terlalu sebentar akan membuat kebutuhan
informasi dari khalayak pendengar tidak sepenuhnya terpenuhi.
Hal tersebut kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Kaban (2009) yang
menyatakan bahwa materi siaran turut berpengaruh dalam menentukan
keberhasilan program siaran radio dan mendapatkan suatu penilaian dari
pendengar terhadap kualitasnya. Penggunaan materi siaran harus disajikan dengan
materi yang berbeda-beda. Penyajian materi yang berbeda-beda kepada pendengar
dimaksudkan agar tidak menjadi jenuh dengan materi yang itu-itu saja. Idealnya
15 semakin baik penilaian yang diberikan khalayak pendengar terhadap program
siaran maka program tersebut cukup dikatakan berhasil penyajiannya.
2.1.8
Efek Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa pada dasarnya memberikan penejelasan dimana
terdapat efek tertentu akibat dari pesan yang disampaikan oleh media kepada
komunikannya. Efek bukan hanya sekedar reaksi penerima terhadap pesan yang
dilontarkan oleh komunikator, melainkan merupakan panduan sejumlah kekuatan
yang bekerja dalam masyarakat. Bentuk konkrit dari efek dalam komunikasi
massa adalah terjadinya perubahan kognitif atau afektif atau perilaku khalayak
akibat pesan yang diterimanya.
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat
pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Menurut Rakhmat (2005)
efek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni:
1.
Efek Kognitif Komunikasi Massa
Efek kognitif komunikasi massa dimulai dengan menelaah pada
pembentukan dan perubahan citra hingga akhirnya terlihat pada efek
prososial kognitif media massa, yakni bagaimana media massa membantu
khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitif.
a. Pembentukan dan Perubahan Citra:
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. Media massa bekerja
untuk menyampaikan informasi. Bagi khalayak, informasi itu dapat
membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra. Realitas yang
ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi – realitas tangan –
kedua (second hand reality), akhirnya seseorang membentuk citra tentang
lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa.
b. Efek Prososial Kognitif
Informasi yang disampaikan oleh media massa memberikan manfaat yang
dikehendaki oleh masyarakat. Informasi yang diterima masyarakat dari media
16 massa menyebabkan mereka memperoleh kognitif yang mendalam tentang
bidang yang diminatinya (efek prososial kognitif)
2.
Efek Afektif Komunikasi Massa
Efek afektif berkaitan dengan perasaan, yang biasanya ditunjukkan dengan
pembentukan ataupun perubahan afektif. Afektif bersumber pada organisasi
kognitif – pada informasi dan kognitif yang dimiliki. Afektif pada seseorang
atau sesuatu bergantung pada citra yang dimiliki tentang orang atau suatu
objek. Media massa tidak mengubah afektif secara langsung. Media massa
mengubah dulu citra, dan citra mendasari afektif.
3.
Efek Behavioral Komunikasi Massa
Efek behavioral berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Tindakan akan dilakukan
seseorang bila dirinya sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan itu mungkin
timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal.
Dengan kata lain efek behavioral timbul setelah munculnya efek kognitif dan
efek afektif.
Akibat dari efek komunikasi massa adalah terjadinya perubahan pada diri
khalayak komunikasi massa yaitu perubahan kognitif, afektif, dan behavioral.
Respons kognitif merupakan penguasaan individu mengenai fakta-fakta yang
berhubungan dengan informasi yang disampaikan. Sementara respon afektif
adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan
informasi yang disampaikan kepada khalayak. Berdasarkan penelitian Mardianah
(2010) kognitif dan afektif pendengar terbentuk setelah mereka telah terdedah
oleh media massa.
2.2
Kerangka Pemikiran
Radio yang merupakan salah satu media massa dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat luas diharapkan dapat menyajikan suatu program siaran
untuk pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat yang berada di pedesaan.
Sebagai salah satu media komunikasi massa sudah tentu radio memiliki khalayak
pendengar yang mendengarkan siaran yang disajikannya.
17 Merujuk pada McQuail (2005) khalayak pendengar dari radio terdiri dari
berbagai macam karakteristik meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis
pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Berdasarkan karakteristik khalayak
pendengar tersebut akan dilihat seberapa besar hubungannya dengan keterdedahan
pendengar pada siaran radio. Selain itu akan dlihat juga seberapa besar
hubungannya dengan penilaian khalayak pendengar terhadap program siaran yang
disajikan, yang pada akhirnya akan terlihat hubungannya terhadap tingkat kognitif
dan afektif khalayak pendengar.
Program siaran yang menarik akan digunakan oleh pihak stasiun radio
untuk menjaring khalayak pendengar. Keterdedahan pendengar pada siaran radio
perlu diperhatikan dalam upaya untuk menjaring pendengar oleh pihak stasiun
radio. Merujuk Rosengren (1974) dalam Morissan (2005) tentang terpaan media,
keterdedahan pendengar pada siaran radio dapat dilihat dari frekuensi
mendengarkan dan lama mendengarkan. Semakin sering dan lama pendengar
mendengarkan siaran radio akan terlihat pengaruhnya bagi pendengar terhadap
program siaran yang disajikan.
Penilaian khalayak pendengar terhadap suatu program siaran juga perlu
diperhatikan oleh pihak stasiun radio untuk melihat respon pendengar terhadap
program siaran yang disajikan. Mengacu pada hasil penelitian Kermite (1997) dan
Oktaviana (2010), penilaian pendengar terhadap program siaran dapat dilihat pada
aspek materi/isi siaran, bentuk penyajian/cara penyajian siaran, penyiar yang
menyajikan siaran, durasi siaran yang digunakan, serta kesesuaian waktu siaran.
Semakin baik penilaian khalayak pendengar terhadap program siaran yang
disajikan akan terlihat juga pengaruhnya terhadap tingkat kognitif dan afektif
khalayak pendengar. Program siaran radio yang disajikan secara menarik oleh
pihak stasiun radio diduga mempengaruhi tingkat kognitif dan afektif khalayak
pendengar. Merujuk pada Mardianah (2010), tingkat kognitif dan afektif khalayak
pendengar radio diperkirakan terbentuk setelah mereka mendengarkan materi
siaran yang disajikan. Penjelasan di atas bergambar dalam kerangka berpikir
berikut (Gambar 1.)
18 Keterdedahan pada
Siaran Radio:
1. Frekuensi
mendengarkan
2. Lama
mendengarkan
Karakteristik
Khalayak
Pendengar:
1.
2.
3.
4.
5.
Penilaian terhadap
Program Siaran:
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Jenis pekerjaan
Kepemilikan
media massa
1. Materi/Isi Siaran
2. Bentuk Penyajian
/Cara Penyajian
3. Penyiar
4. Durasi siaran
5. Waktu siaran
Pengaruh Program
Siaran Radio:
1. Tingkat Kognitif,
dan
2. Tingkat Afektif
Keterangan
= berhubungan
Gambar 1. Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Karakteristik khalayak pendengar yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
pendidikan, jens pekerjaan, dan kepemilikan media massa berhubungan
signifikan dengan keterdedahannya pada siaran radio.
2. Karakteristik khalayak pendengar yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa
19 berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap program siaran
radio.
3. Keterdedahan pendengar pada siaran radio yang terdiri dari frekuensi
mendengarkan dan lama mendengarkan berhubungan signifikan dengan
penilaiannya terhadap program siaran.
4. Keterdedahan pendengar pada siaran radio berhubungan signifikan dengan
tingkat kognitif dan afektif pendengar
5. Penilaian pendengar terhadap program siaran berhubungan signifikan
dengan tingkat kognitif dan afektif pendengar
6. Terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dan post-test tingkat
kognitif dan afektif pendengar
2.4 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Operasional
Indikator
Pengukuran
Umur
Lamanya
massa
hidup
responden
sampai dengan
ketika mengisi
kuesioner
Usia
responden
pada
saat
penelitian
yang
dihitung
dalam
satuan tahun dan
dibulatkan
ke
ulang
tahun
terdekat
Pernyataan
responden
tentang umur pada saat
diwawancarai
yang
dikategorikan menjadi tiga
kategori yaitu: kategori
umur muda (≤ 25 tahun),
kategori umur dewasa (2637 tahun), dan kategori
umur tua (≥ 38 tahun)
Jenis Kelamin
Identitas
responden
berdasarkan
faktor biologis
yang tercatat
dalam
tanda
pengenal
Jenis
kelamin Pernyataan
responden
responden
pada tentang jenis kelamin saat
saat
mengisi diwawancarai
yang
kuesioner
dikategorikan menjadi dua
penelitian
kategori yaitu: Laki–Laki
(L) dan Perempuan (P)
Pendidikan
Lamanya
responden
memperoleh
atau mengikuti
pendidikan
formal
Jenjang
pendidikan
terakhir
yang
pernah ditempuh
responden
Pernyataan
responden
berkaitan dengan jenjang
pendidikan formal yang
pernah
ditempuh
oleh
responden, dikategorikan ke
dalam empat kategori yaitu:
Tidak Lulus SD, Lulus
SD/sederajat, Tamat SMP,
20 Tamat SMA.
Pekerjaan
Kegiatan atau
kesibukan
utama
yang
sedang
dijalankan oleh
responden
Kegiatan
atau
kesibukan utama
yang
dijalankan
oleh
responden
untuk memperoleh
nafkah/pendapatan
Pernyataan
responden
tentang jenis pekerjaan yang
dijalankannya
saat
penelitian
berlangsung.
Pekerjaan
responden
dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu: pertanian dan
non pertanian
Kepemilikan
media massa
Jenis
media
massa
yang
dimiliki oleh
responden
jumlah
media Pernyataan
responden
massa
yang mengenai jumlah media
dimiliki
oleh massa yang dimiliki untuk
responden.
menambah informasi selain
dari radio dan dikategorikan
menjadi tiga kategori yaitu
responden yang memiliki:
televisi, koran, televisi dan
koran
Frekuensi
Mendengarkan
Keseringan
/frekuensi
responden
mendengarkan
radio
Tingkat keseringan
responden
mendengarkan
siaran radio dalam
satu
minggu
terakhir
saat
penelitian
ini
berlangsung
Pernyataan
responden
tentang tingkat keseringan
mendengarkan siaran radio
RPC dalam satu minggu
terakhir, dan dibagi menjadi
tiga kategori yaitu rendah,
sedang, tinggi. Pengukuran
dilakukan
dengan
memberikan skor: skor 1 (12 kali tergolong kategori
rendah); skor 2 (3-4 kali
tergolong kategori sedang);
skor 3 (setiap hari tergolong
kategori tinggi)
Lama
Mendengarkan
waktu rata-rata
yang
diluangkan
oleh responden
untuk
mendengarkan
radio
dalam
sehari
Jumlah
waktu
responden
mendengarkan
siaran radio RPC
dalam satu minggu
terakhir pada saat
penelitian
Pernyataan
responden
tentang
jumlah
waktu
mendengarkan siaran radio
RPC dalam satu minggu
terakhir, dan dibagi menjadi
tiga kategori yaitu rendah,
sedang, tinggi. Pengukuran
dilakukan
dengan
memberikan skor: skor 1 (12
jam/hari tergolong
rendah); skor 2 (2-4 jam/
hari tergolong sedang); skor
3 (> 4 jam/hari tergolong
tinggi).
21 Materi siaran
Kualitas daya
tarik
materi
yang disajikan
dalam program
siaran
Jumlah
kualitas
daya tarik materi
yang
disajikan
pada
program
siaran dalam satu
minggu
terakhir
sebelum penelitian
dilaksanakan
Pernyataan
responden
tentang penilaian terhadap
daya tarik materi yang
disiarkan, dan dibagi dalam
empat tingkat pernyataan,
yaitu sangat tidak sesuai,
tidak sesuai, sesuai, dan
sangat sesuai. Pengukuran
dilakukan dengan membagi
dalam tiga kategori: skor <
27(tidak baik); skor 27
(cukup baik); skor > 27
(sangat baik)
Bentuk
penyajian/cara
penyajian
Cara
yang
digunakan
pihak
radio
dalam
menyajikan
program
siaran.
Berbagai penilaian
yang
diberikan
responden
terhadap
cara
penyampaian
materi
yang
disiarkan.
Pernyataan
responden
tentang penilaian terhadap
tingkat kesesuaian cara
penyampaian materi siaran
dengan yang diinginkannya,
dan dibagi dalam empat
tingkat pernyataan yaitu
sangat tidak sesuai, tidak
sesuai, sesuai, sangat sesuai.
Pengukuran
dilakukan
dengan membagi dalam tiga
kategori, yaitu: skor < 27
(tidak menarik); skor 27-28
(cukup menarik); skor > 28
(sangat menarik)
Penyiar
Seseorang
yang dipercaya
untuk
membawakan
program siaran
yang disajikan
Berbagai penilaian
yang
diberikan
responden
terhadap
kesesuaian
dari
penyiar
yang
menyajikan siaran
Pernyataan
responden
tentang penilaian terhadap
kesesuaian dari penyiar
yang menyajikan siaran, dan
dibagi dalam empat tingkat
pernyataan yaitu sangat
tidak sesuai, tidak sesuai,
sesuai,
sangat
sesuai.
Pengukuran
dilakukan
dengan
membagi
tiga
kategori, yaitu: skor < 26
(tidak interaktif); skor 2628,75 (cukup interaktif);
skor > 28,75 (sangat
interaktif)
Durasi siaran
Banyaknya
Berbagai penilaian Pernyataan
responden
waktu
yang yang
diberikan tentang penilaian terhadap
digunakan
responden
kesesuaian
banyaknya
22 untuk
menyajikan
program
siaran.
terhadap
banyaknya waktu
yang
digunakan
untuk menyajikan
program siaran
waktu yang digunakan
untuk menyajikan program
siaran. Pernyataan dibagi
menjadi
empat
tingkat
pernyataan yaitu sangat
tidak sesuai, tidak sesuai,
sesuai, dan sangat sesuai.
Pengukuran
dilakukan
dengan membagi dalam dua
kategori yaitu: skor ≤ 18
(tidak sesuai); skor > 18
(sesuai)
Waktu siaran
Waktu
yang
digunakan
untuk
menyajikan
program
siaran.
Berbagai penilaian
yang
diberikan
responden
terhadap
waktu
penyiaran
yang
digunakan pihak
radio
untuk
menyajikan
program
Pernyataan
responden
tentang penilaian terhadap
jumlah kesesuaian terhadap
waktu
penyiaran
yang
digunakan dan dibagi dalam
empat tingkat pernyataan
yaitu sangat tidak sesuai,
tidak sesuai, sesuai, sangat
sesuai.
Pengukuran
dilakukan dengan membagi
dalam tiga kategori, yaitu:
skor < 15 (tidak sesuai);
skor 15-17 (cukup sesuai);
skor > 17 (sangat sesuai)
Tingkat
Kognitif
kemampuan
untuk
memahami,
mengingat, dan
mendefinisikan
mengenai
informasi yang
disampaikan
melalui
program siaran
RPC
Tingkat
penambahan
pemahaman
responden
atas
informasi
yang
diberikan
dalam
program
siaran
RPC.
Aspek kognitif dikenali dari
pemahaman
maupun
kognitif
responden
mengenai materi siaran.
Pengukuran
dilakukan
dengan
mengkategorikan
berdasarkan
tingkat
pemahaman responden pada
nilai pre-test dan post-test
yaitu: nilai < 4 (rendah),
nilai 5-7 (sedang); nilai > 8
(tinggi).
Tingkat
Afektif
Perasaan suka
atau tidak suka
dari responden
terhadap
materi siaran
yang
disampaikan
melalui
program siaran
Perubahan tingkat
afektif responden
terhadap program
siaran RPC
Pernyataan
responden
tentang afektif berisi minat,
,apresiasi terhadap materi
siaran
program
RPC.
Pengukuran
dilakukan
dengan
mengaktegorikan
terhadap tingkat afektif
yang
ditunjukkan
oleh
responden, yaitu: a. saat
23 RPC
pre-test skor < 30 (rendah)
skor 30-35 (sedang), skor >
35 (tinggi), b. saat post-test
skor < 33 (rendah), 33-37
(sedang), skor > 37 (tinggi)
Download