BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Radio di Indonesia Berkembangnya berbagai media massa yang terjadi diikuti juga dengan berkembangnya media massa radio. Indonesia pun tidak luput dari perkembangan media massa radio yang terjadi. Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru. (Rousydiy, 1985). 1. Zaman Penjajahan Belanda Radio siaran yang pertama didirikan di Indonesia adalah Bataviase Radio Vereneging (BRV) di Jakarta (Batavia tempo dulu) yang resmi didirkan pada tanggal 16 Juni 1925. Pada saat itu Indonesia masih di jajah oleh Belanda dan status dari radio tersebut berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya. Di antara sekian banyak radio siaran itu yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. 2. Zaman Jepang Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabangcabangnya di daerah dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Jogjakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. 3. Zaman Kemerdekaan Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 berkumandang, radio siaran belum lagi terorganisir dalam organisasi yang rapi. Maka pada tanggal 10 September 1945 pemimpin-pemimpin radio 8 siaran berkumpul untuk menuntut kepada Jepang untuk menyerahkan semua studio radio beserta pemancar dan perlengkapannya. Sejak tanggal 27 Desember 1949 radio siaran di Indonesia memakai stasiun call Radio Republik Indonesia Serikat kemudian menjadi stasiun call “Radio Indonesia Merdeka.” 4. Zaman Orde Baru Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia, radio siaran yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Pada waktu ini RRI mempunyai 49 stasiun di seluruh Indonesia. 2.1.2 Radio sebagai Media Komunikasi Massa Para pakar komunikasi memberikan julukan pada radio sebagai kekuatan kelima (The Fifth Estate, setelah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers (surat kabar)). Agus Setiaman sepakat dengan julukan “The Fifth Estate” tersebut bahwa “julukan ini barangkali tidaklah berlebihan karena dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki radio mempunyai pengaruh” (Setiaman, 2003). Komunikasi massa tidak lepas dari pengaruh media yang menjadi alat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Sebagai salah satu media massa yang memberikan pengaruh terhadap khalayaknya, hingga saat ini radio masih tetap banyak dimanfaatkan oleh banyak orang dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Radio memiliki keunggulan dibandingkan dengan media massa lain. Beberapa keunggulan radio yaitu (Riswandi, 2009): 1. Cepat dan langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari koran atau dan televisi, dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran televisi atau sajian media cetak. 2. Akrab. Radio siaran adalah alat yang “mendekatkan” atau mengakrabkan pendengar/khalayak dengan penyiar atau bahkan dengan pemiliknya. 3. Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan 9 suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka. 4. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, kultural, serta kelas sosial. 5. Murah. Harga sebuah radio sekaligus mendengarkan siarannya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga sebuah televisi atau berlangganan media cetak. Bahkan pendengar siaran radio pun tidak dipungut iuran sepeser pun. 6. Fleksibel. Siaran radio dapat dinikmati sambil mengerjakan hal lain tanpa mengganggu aktivitas yang lain seperti belajar, memasak, mengemudi, membaca surat kabar, dan sebagainya. Menurut Changara (2006) kehadiran media massa lain seperti media televisi ternyata tidak mampu menggeser penggemar radio. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit, dan semacamnya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada media lain seperti TV, film, dan surat kabar. 2.1.3 Radio Siaran Radio yang selanjutnya disebut radio siaran adalah media komunikasi massa elektronik bersifat auditif yang menggunakan ranah publik (frekuensi). Radio merupakan sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Pemanfaatan radio semakin lama semakin bertambah. Sebagai salah satu media massa, radio memiliki karakteristik yang khas dibandingkan media massa lain yaitu (Riswandi, 2009): (1) Imajinatif, pesan radio dapat mengajak pendengarnya untuk berimajinasi. (2) Auditif, sifat radio untuk didengar sehingga dengan demikian sampai di pendengaran hanya sepintas dan tidak dapat diulang kembali. (3) Mengandung gangguan, baik berupa gangguan yang disebabkan faktor semantik maupun oleh faktor teknis. (4) Akrab. Meskipun radio merupakan media komunikasi massa, akan tetapi radio siaran bisa “menyapa” pendengar secara pribadi, seolah-olah teman akrab yang hadir di tengah-tengah pendengarnya. (5) 10 Identik dengan musik, radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik. Oleh berbagai pihak radio siaran dianggap memiliki kekuatan yang begitu besar dan memiliki kekuasaan yang begitu hebat terhadap khalayaknya. Menurut Setiaman (2003), paling tidak ada tiga faktor penyebab yang membuat radio memiliki kekuatan yaitu: 1. Radio siaran bersifat langsung Artinya siaran radio dapat mencapai sasarannya tanpa mengalami proses yang rumit. Sifat langsung ini menyebabkan tingkat aktualitas informasi yang disajikan lebih aktual. 2. Radio Siaran menembus jarak dan rintangan Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan bagaimanapun jauhnya audience yang dituju, radio dapat menembus halangan apapun yang membatasinya. 3. Radio siaran memiliki daya tarik Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada pada radio, yakni musik, kata-kata, dan efek suara. Keuntungan radio siaran adalah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil bekerja bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian halnya dengan media massa yang lain. 2.1.4 Karakteristik dan Khalayak Pendengar Radio Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi (Changara, 2006). Radio yang merupakan salah satu media massa tentunya juga memiliki khalayak yang terlibat. Biasanya khalayak dari media massa radio disebut sebagai khalayak pendengar. Menurut Masduki (2002) dalam Puspitasari (2009) membagi pendengar radio dalam empat kategori yakni pendengar aktif, pasif, selektif, dan spontan. Pendengar spontan adalah pendengar yang tanpa sengaja mendengar suatu siaran radio dan relatif lebih mudah teralih perhatiannya pada hal lain. Pendengar pasif adalah pendengar yang sering mendengarkan suatu program radio tetapi jarang melakukan interaksi 11 dengan penyiar dan hanya mendengarkan siaran radio saja. Pendengar selektif adalah pendengar yang hanya memilih untuk mendengarkan program siaran tertentu yang memang diminati olehnya, baik dikarenakan kualitas program yang ditawarkan maupun karena tertarik terhadap penyiar yang bersiaran. Pendengar aktif adalah pendengar yang selalu mendengarkan siaran suatu stasiun radio dan mereka juga sering aktif berinteraksi dengan penyiar pada saat siaran berlangsung dengan mengirimkan sms atau telepon ke stasiun radio yang bersangkutan. Menurut McQuail (2005) karakteristik individu yang berkaitan dengan khalayak media massa meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Berbagai ahli mengemukakan bahwa pendengar radio siaran memiliki sifat-sifat yang dapat diamati, diantaranya adalah heterogen, selektif dan aktif. Effendy (2003) menyatakan bahwa salah satu sifat yang dimiliki oleh pendengar radio adalah heterogen, yang berarti pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak, terpencar-pencar dan tidak saling mengenal. Menurut McQuail (2005) sifat selektif dilihat dari segi pendengar dapat memilih program siaran radio yang disukainya. Selain itu pendengar radio juga bersifat aktif. Apabila menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, pendengar aktif berfikir dan melakukan interpretasi, kemudian bertanya-tanya pada dirinya apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar radio bernilai benar atau tidak. 2.1.5 Keterdedahan pada Siaran Radio Rosengren (1974) dalam Morissan (2005) mengartikan terpaan media (media exposure) sebagai penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan atas kebutuhan seseorang. Penggunaan media ini terdiri dari jumlah waktu yang digunakan untuk mengikuti media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara khalayak media massa dengan isi media massa yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan media yang mengacu pada utilitas, intensionalitas, selektivitas, dan keterlibatan khalayak dengan media. Terkait dengan media massa radio, maka terpaan media disini diartikan sebagai keterdedahan khalayak pada siaran radio yang dikategorikan 12 menjadi frekuensi khalayak mendengarkan siaran radio dan lamanya khalayak mendengarkan siaran radio. 2.1.6 Program Siaran Radio Pada umumnya setiap stasiun radio memiliki cara masing-masing dalam mengemas siarannya agar menarik perhatian khalayak pendengar. Penyajian suatu siaran yang menarik oleh stasiun radio akan menentukan keberhasilan dari radio tersebut untuk menjaring khalayak pendengar dalam menyiarkan suatu informasi. Tentu saja program siaran juga tidak terlepas dari penyajian yang dilakukan oleh pihak stasiun radio. Program siaran yang dikemas secara menarik akan membuat pendengar untuk terus mendengarkan siaran tersebut. Menurut Morissan (2005) memproduksi program siaran memerlukan kemampuan dan keterampilan sehingga menghasilkan produksi program yang menarik didengar. Secara umum program siaran radio terdiri atas dua jenis, yaitu musik dan informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan khalayak dalam hal musik dan informasi. Program yang sering menjadi perhatian dari pihak stasiun radio untuk dikemas secara menarik umumnya seperti berita radio, perbincangan (talk show), info hiburan, dan jingle radio. Menurut Morissan (2005) bentuk penyajian berita radio terdiri atas: (1) Siaran langsung (live report), yaitu reporter mendapatkan fakta atau peristiwa dari lapangan dan pada saat bersamaan melaporkannya dari lokasi. (2) Siaran tunda, reporter mendapatkan fakta dari lapangan, kemudian kembali ke studio untuk mengolahnya terlebih dahulu sebelum disiarkan. Informasi yang diperoleh ini dapat dikemas ke dalam berita langsung (straight news) atau berita feature. Sementara perbincangan radio (talk show) biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah dirancang sebelumnya. Adapun masih menurut Morissan (2005) tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan oleh stasiun radio adalah: (1) One-on-one-show, yaitu bentuk perbincangan saat penyiar dan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikropon terpisah di ruang studio yang sama. (2) Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber. (3) Call in 13 Show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar. Topik ditentukan oleh penyiar kemudian pendengar diminta untuk memberikan respon. Sementara itu infotainment yang merupakan singkatan dari information dan entertainment berupa kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan dikemas secara easy listening. Infotainment dalam kemasan yang lebih lengkap disebut majalah udara yaitu suatu acara yang memadukan antara musik, lagu, tuturan informasi, berita, dan iklan (Morissan, 2005). Biasanya tema yang dibahas dalam program ini antara lain wawancara artis penyanyi yang membahas album barunya, interaktif dengan pendengar membahas suatu tema tertentu, dan lain-lain. Tiga bentuk penyajian infotainment radio yang popular di Indonesia menurut Morissan (2005) adalah: (1) Info-entertainment, penyampaian informasi dari dunia hiburan dengan diselingi pemutaran lagu. (2) Infotainment, penyampaian informasi, promosi dan sejenisnya dari dunia hiburan yang topiknya menyatu atau senada dengan lagu-lagu atau musik yang diputar. (3) Infotainment dan entertainment, sajian informasi khususnya berisi berita-berita aktual dilengkapi perbincangan yang tidak selalu dari khazanah dunia hiburan, diselingi pemutaran lagu, iklan dan sebagainya. 2.1.7 Penilaian terhadap Program Siaran Radio Keberhasilan stasiun radio dalam menyajikan suatu program siaran akan ditentukan oleh seberapa banyak khalayak pendengar yang tertarik untuk mendengarkan program siaran yang disajikan. Di samping itu, keberhasilan suatu program siaran yang disajikan oleh pihak stasiun radio akan digunakan dalam menjaring khalayak pendengar yang lebih banyak untuk mau mendengarkan program siaran tersebut. Ada atau tidaknya khalayak pendengar yang mengikuti atau mendengarkan acara yang disajikan oleh suatu stasiun radio tentunya menentukan keberhasilan dari program tersebut dalam menyajikan suatu siaran yang menarik pendengar (Kermite,1997) Menurut Kermite (1997) di dalam hasil penelitiannya, terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi ketertarikan khalayak pendengar untuk mengikuti 14 acara atau program siaran yang disajikan yaitu dengan memberikan penilaian terhadap program siaran yang terdiri dari: 1) Kesesuaian waktu siaran, merupakan penempatan waktu untuk menyajikan suatu acara/program yang sesuai dengan diinginkan oleh pendengar. Penempatan waktu siaran yang tepat dilakukan oleh suatu stasiun radio maka akan menyebabkan pendengar untuk mau terus mendengarkan siaran yang disajikan. 2) Pengemasan/cara penyajian siaran, pengemasan acara yang dilakukan dengan baik secara tidak langsung membuat jumlah pendengar semakin menambah. Apabila acara disajikan dengan menarik tentunya akan banyak pendengar yang tertarik untuk mendengarkan acara – acara siaran yang disajikan. 3) Penyiar, yakni kualitas yang baik dimiliki oleh penyiar akan berpengaruh terhadap ketertarikan pendengar untuk mengikuti acara/program yang disajikan. Di samping itu suasana keakraban yang mampu dibangun oleh penyiar dengan pendengar juga dapat menimbulkan ketertarikan pendengar untuk mengikuti atau mendengarkan acara /program siaran yang disajikan. Selain itu Oktaviana (2010) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa durasi siaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi ketertarikan khalayak pendengar dalam mendengarkan acara/program siaran yang disajikan oleh suatu stasiun radio, serta tak luput mendapatkan penilaian dari pendengar. Durasi siaran yang digunakan dengan jumlah waktu tidak terlalu lama atau tidak terlalu singkat oleh stasiun radio akan menyebabkan khalayak pendengar merasa puas dengan siaran yang diberikan. Hal ini dikarenakan apabila durasi siaran terlalu lama akan membuat khalayak pendengar jenuh untuk mendengarkan siaran yang diberikan. Sementara apabila durasi siaran terlalu sebentar akan membuat kebutuhan informasi dari khalayak pendengar tidak sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Kaban (2009) yang menyatakan bahwa materi siaran turut berpengaruh dalam menentukan keberhasilan program siaran radio dan mendapatkan suatu penilaian dari pendengar terhadap kualitasnya. Penggunaan materi siaran harus disajikan dengan materi yang berbeda-beda. Penyajian materi yang berbeda-beda kepada pendengar dimaksudkan agar tidak menjadi jenuh dengan materi yang itu-itu saja. Idealnya 15 semakin baik penilaian yang diberikan khalayak pendengar terhadap program siaran maka program tersebut cukup dikatakan berhasil penyajiannya. 2.1.8 Efek Komunikasi Massa Efek komunikasi massa pada dasarnya memberikan penejelasan dimana terdapat efek tertentu akibat dari pesan yang disampaikan oleh media kepada komunikannya. Efek bukan hanya sekedar reaksi penerima terhadap pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan merupakan panduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam masyarakat. Bentuk konkrit dari efek dalam komunikasi massa adalah terjadinya perubahan kognitif atau afektif atau perilaku khalayak akibat pesan yang diterimanya. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Menurut Rakhmat (2005) efek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni: 1. Efek Kognitif Komunikasi Massa Efek kognitif komunikasi massa dimulai dengan menelaah pada pembentukan dan perubahan citra hingga akhirnya terlihat pada efek prososial kognitif media massa, yakni bagaimana media massa membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. a. Pembentukan dan Perubahan Citra: Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Bagi khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi – realitas tangan – kedua (second hand reality), akhirnya seseorang membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. b. Efek Prososial Kognitif Informasi yang disampaikan oleh media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Informasi yang diterima masyarakat dari media 16 massa menyebabkan mereka memperoleh kognitif yang mendalam tentang bidang yang diminatinya (efek prososial kognitif) 2. Efek Afektif Komunikasi Massa Efek afektif berkaitan dengan perasaan, yang biasanya ditunjukkan dengan pembentukan ataupun perubahan afektif. Afektif bersumber pada organisasi kognitif – pada informasi dan kognitif yang dimiliki. Afektif pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra yang dimiliki tentang orang atau suatu objek. Media massa tidak mengubah afektif secara langsung. Media massa mengubah dulu citra, dan citra mendasari afektif. 3. Efek Behavioral Komunikasi Massa Efek behavioral berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Tindakan akan dilakukan seseorang bila dirinya sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Dengan kata lain efek behavioral timbul setelah munculnya efek kognitif dan efek afektif. Akibat dari efek komunikasi massa adalah terjadinya perubahan pada diri khalayak komunikasi massa yaitu perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Respons kognitif merupakan penguasaan individu mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan. Sementara respon afektif adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan kepada khalayak. Berdasarkan penelitian Mardianah (2010) kognitif dan afektif pendengar terbentuk setelah mereka telah terdedah oleh media massa. 2.2 Kerangka Pemikiran Radio yang merupakan salah satu media massa dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat luas diharapkan dapat menyajikan suatu program siaran untuk pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat yang berada di pedesaan. Sebagai salah satu media komunikasi massa sudah tentu radio memiliki khalayak pendengar yang mendengarkan siaran yang disajikannya. 17 Merujuk pada McQuail (2005) khalayak pendengar dari radio terdiri dari berbagai macam karakteristik meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Berdasarkan karakteristik khalayak pendengar tersebut akan dilihat seberapa besar hubungannya dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio. Selain itu akan dlihat juga seberapa besar hubungannya dengan penilaian khalayak pendengar terhadap program siaran yang disajikan, yang pada akhirnya akan terlihat hubungannya terhadap tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Program siaran yang menarik akan digunakan oleh pihak stasiun radio untuk menjaring khalayak pendengar. Keterdedahan pendengar pada siaran radio perlu diperhatikan dalam upaya untuk menjaring pendengar oleh pihak stasiun radio. Merujuk Rosengren (1974) dalam Morissan (2005) tentang terpaan media, keterdedahan pendengar pada siaran radio dapat dilihat dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan. Semakin sering dan lama pendengar mendengarkan siaran radio akan terlihat pengaruhnya bagi pendengar terhadap program siaran yang disajikan. Penilaian khalayak pendengar terhadap suatu program siaran juga perlu diperhatikan oleh pihak stasiun radio untuk melihat respon pendengar terhadap program siaran yang disajikan. Mengacu pada hasil penelitian Kermite (1997) dan Oktaviana (2010), penilaian pendengar terhadap program siaran dapat dilihat pada aspek materi/isi siaran, bentuk penyajian/cara penyajian siaran, penyiar yang menyajikan siaran, durasi siaran yang digunakan, serta kesesuaian waktu siaran. Semakin baik penilaian khalayak pendengar terhadap program siaran yang disajikan akan terlihat juga pengaruhnya terhadap tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Program siaran radio yang disajikan secara menarik oleh pihak stasiun radio diduga mempengaruhi tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Merujuk pada Mardianah (2010), tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar radio diperkirakan terbentuk setelah mereka mendengarkan materi siaran yang disajikan. Penjelasan di atas bergambar dalam kerangka berpikir berikut (Gambar 1.) 18 Keterdedahan pada Siaran Radio: 1. Frekuensi mendengarkan 2. Lama mendengarkan Karakteristik Khalayak Pendengar: 1. 2. 3. 4. 5. Penilaian terhadap Program Siaran: Umur Jenis kelamin Pendidikan Jenis pekerjaan Kepemilikan media massa 1. Materi/Isi Siaran 2. Bentuk Penyajian /Cara Penyajian 3. Penyiar 4. Durasi siaran 5. Waktu siaran Pengaruh Program Siaran Radio: 1. Tingkat Kognitif, dan 2. Tingkat Afektif Keterangan = berhubungan Gambar 1. Kerangka Berpikir 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Karakteristik khalayak pendengar yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, jens pekerjaan, dan kepemilikan media massa berhubungan signifikan dengan keterdedahannya pada siaran radio. 2. Karakteristik khalayak pendengar yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa 19 berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap program siaran radio. 3. Keterdedahan pendengar pada siaran radio yang terdiri dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap program siaran. 4. Keterdedahan pendengar pada siaran radio berhubungan signifikan dengan tingkat kognitif dan afektif pendengar 5. Penilaian pendengar terhadap program siaran berhubungan signifikan dengan tingkat kognitif dan afektif pendengar 6. Terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dan post-test tingkat kognitif dan afektif pendengar 2.4 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran Umur Lamanya massa hidup responden sampai dengan ketika mengisi kuesioner Usia responden pada saat penelitian yang dihitung dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat Pernyataan responden tentang umur pada saat diwawancarai yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu: kategori umur muda (≤ 25 tahun), kategori umur dewasa (2637 tahun), dan kategori umur tua (≥ 38 tahun) Jenis Kelamin Identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal Jenis kelamin Pernyataan responden responden pada tentang jenis kelamin saat saat mengisi diwawancarai yang kuesioner dikategorikan menjadi dua penelitian kategori yaitu: Laki–Laki (L) dan Perempuan (P) Pendidikan Lamanya responden memperoleh atau mengikuti pendidikan formal Jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh responden Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden, dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu: Tidak Lulus SD, Lulus SD/sederajat, Tamat SMP, 20 Tamat SMA. Pekerjaan Kegiatan atau kesibukan utama yang sedang dijalankan oleh responden Kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh responden untuk memperoleh nafkah/pendapatan Pernyataan responden tentang jenis pekerjaan yang dijalankannya saat penelitian berlangsung. Pekerjaan responden dikategorikan menjadi dua kategori yaitu: pertanian dan non pertanian Kepemilikan media massa Jenis media massa yang dimiliki oleh responden jumlah media Pernyataan responden massa yang mengenai jumlah media dimiliki oleh massa yang dimiliki untuk responden. menambah informasi selain dari radio dan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu responden yang memiliki: televisi, koran, televisi dan koran Frekuensi Mendengarkan Keseringan /frekuensi responden mendengarkan radio Tingkat keseringan responden mendengarkan siaran radio dalam satu minggu terakhir saat penelitian ini berlangsung Pernyataan responden tentang tingkat keseringan mendengarkan siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir, dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor: skor 1 (12 kali tergolong kategori rendah); skor 2 (3-4 kali tergolong kategori sedang); skor 3 (setiap hari tergolong kategori tinggi) Lama Mendengarkan waktu rata-rata yang diluangkan oleh responden untuk mendengarkan radio dalam sehari Jumlah waktu responden mendengarkan siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian Pernyataan responden tentang jumlah waktu mendengarkan siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir, dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor: skor 1 (12 jam/hari tergolong rendah); skor 2 (2-4 jam/ hari tergolong sedang); skor 3 (> 4 jam/hari tergolong tinggi). 21 Materi siaran Kualitas daya tarik materi yang disajikan dalam program siaran Jumlah kualitas daya tarik materi yang disajikan pada program siaran dalam satu minggu terakhir sebelum penelitian dilaksanakan Pernyataan responden tentang penilaian terhadap daya tarik materi yang disiarkan, dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam tiga kategori: skor < 27(tidak baik); skor 27 (cukup baik); skor > 27 (sangat baik) Bentuk penyajian/cara penyajian Cara yang digunakan pihak radio dalam menyajikan program siaran. Berbagai penilaian yang diberikan responden terhadap cara penyampaian materi yang disiarkan. Pernyataan responden tentang penilaian terhadap tingkat kesesuaian cara penyampaian materi siaran dengan yang diinginkannya, dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam tiga kategori, yaitu: skor < 27 (tidak menarik); skor 27-28 (cukup menarik); skor > 28 (sangat menarik) Penyiar Seseorang yang dipercaya untuk membawakan program siaran yang disajikan Berbagai penilaian yang diberikan responden terhadap kesesuaian dari penyiar yang menyajikan siaran Pernyataan responden tentang penilaian terhadap kesesuaian dari penyiar yang menyajikan siaran, dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi tiga kategori, yaitu: skor < 26 (tidak interaktif); skor 2628,75 (cukup interaktif); skor > 28,75 (sangat interaktif) Durasi siaran Banyaknya Berbagai penilaian Pernyataan responden waktu yang yang diberikan tentang penilaian terhadap digunakan responden kesesuaian banyaknya 22 untuk menyajikan program siaran. terhadap banyaknya waktu yang digunakan untuk menyajikan program siaran waktu yang digunakan untuk menyajikan program siaran. Pernyataan dibagi menjadi empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam dua kategori yaitu: skor ≤ 18 (tidak sesuai); skor > 18 (sesuai) Waktu siaran Waktu yang digunakan untuk menyajikan program siaran. Berbagai penilaian yang diberikan responden terhadap waktu penyiaran yang digunakan pihak radio untuk menyajikan program Pernyataan responden tentang penilaian terhadap jumlah kesesuaian terhadap waktu penyiaran yang digunakan dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam tiga kategori, yaitu: skor < 15 (tidak sesuai); skor 15-17 (cukup sesuai); skor > 17 (sangat sesuai) Tingkat Kognitif kemampuan untuk memahami, mengingat, dan mendefinisikan mengenai informasi yang disampaikan melalui program siaran RPC Tingkat penambahan pemahaman responden atas informasi yang diberikan dalam program siaran RPC. Aspek kognitif dikenali dari pemahaman maupun kognitif responden mengenai materi siaran. Pengukuran dilakukan dengan mengkategorikan berdasarkan tingkat pemahaman responden pada nilai pre-test dan post-test yaitu: nilai < 4 (rendah), nilai 5-7 (sedang); nilai > 8 (tinggi). Tingkat Afektif Perasaan suka atau tidak suka dari responden terhadap materi siaran yang disampaikan melalui program siaran Perubahan tingkat afektif responden terhadap program siaran RPC Pernyataan responden tentang afektif berisi minat, ,apresiasi terhadap materi siaran program RPC. Pengukuran dilakukan dengan mengaktegorikan terhadap tingkat afektif yang ditunjukkan oleh responden, yaitu: a. saat 23 RPC pre-test skor < 30 (rendah) skor 30-35 (sedang), skor > 35 (tinggi), b. saat post-test skor < 33 (rendah), 33-37 (sedang), skor > 37 (tinggi)