i Biologi Reproduksi Ikan buku ajar ii Biologi Reproduksi Ikan Is Yuniar Hang Tuah University Press 2017 iii Biologi Reproduksi Ikan Penyusun: Is Yuniar Perancang Sampul: Hari Bagus Soenarja Penerbit: Hang Tuah University Press Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Telp. (031) 5945864, 5945894 Fax.(031)5946261 Http://www.hangtuah.ac.id E-mail: [email protected] Cetakan: I. Surabaya II. Surabaya Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Biologi Reproduksi Ikan/Is Yuniar Cet.21-Surabaya: Hang Tuah University Press, 2017 ix + 138 hlm.; 14.5 x 21.5 cm ISBN 978-979-3153-78-0 I. Biologi ReproduksiivIkan 1. Judul. PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas terselesainya penulisan buku ajar yang berjudul “BIOLOGI REPRODUKSI IKAN”. Penulisan buku ajar ini bertujuan untuk melengkapi bahan kuliah dalam mata Genetika & Reproduksi yang merupakan mata kuliah prasyarat untuk mengambil mata kuliah Manajemen Produksi Benih dan sebagai acuan bagi mahasiswa yang ingin mendalami pengetahuan tentang kegiatan/proses reproduksi pada ikan, diantaranya pembentukan gamet di organ reproduksi, perkembangan gonad, dan tingkah laku ikan dalam kegiatan reproduksinya. Dalam proses pembuatan buku ajar ini dilengkapi dengan mind mapping dari topik utama Biologi Reproduksi Ikan, sehingga pembaca lebih mudah memahami alur pemikiran dan keterkaitan antara satu bab dengan bab yang lain. Buku ajar ini membahas tentang seksualitas ikan, menentukan jenis kelamin ikan dari ciri-ciri seksual sekunder, tingkah laku ikan sebelum terjadi kegiatan reproduksi, saat reproduksi (pemijahan) dan pasca reproduksi. Habitat untuk memijah tergantung dari masing-masing spesies ikan. v Dalam kegiatan manajemen pembenihan ikan mengikuti tahapan dalam siklus hidup ikan di alam. Siklus hidup ikan meliputi stadia induk, telur, larva, benih, juvenil, remaja, dewasa dan induk. Dalam reproduksi ikan ini, didasarkan pengamatan / kondisi di alam, dari literatur dan dari hasil penelitian para pelaku di bidang perikanan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ir. Nuhman, M.Kes. sebagai editor yang berperan dalam penyusunan penulisan buku ajar ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih pada Hang Tuah Press sehingga buku ajar ini diharapkan dapat tersebar lebih luas dan dimanfaatkan lebih banyak pihak. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan buku ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga buku ini ada manfaatnya, terutama bagi mahasiswa dan pembaca secara umum yang interes terhadap bidang perikanan. Surabaya, 1 April 2017 Is Yuniar vi KATA PENGANTAR Reproduksi Ikan merupakan salah satu ilmu dasar untuk mendukung pemahaman terhadap mata kuliah Manajemen Produksi Benih Ikan. Dalam menunjang mata kuliah ini diperlukan suatu bahan ajar untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari bidang ini. Dengan dibuatnya Buku Ajar “Biologi Reproduksi Ikan” ini akan menambah khasanah ilmu perikanan yang memang masih relatif rendah. Buku ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa memahami kegiatan/proses reproduksi pada ikan. Mengingat spesies ikan mencapai puluhan ribu (40.000 spesies) yang masing-masing memiliki tingkah laku reproduksi yang spesifik, namun pada prinsipnya ada golongan ikan yang memiliki kemiripan dalam kegiatan reproduksinya. Buku ajar ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar ikan yang dapat memudahkan pembaca untuk memahami materi. Diharapkan buku ajar ini, dapat sebagai bekal pengetahuan dasar di bidang perikanan khususnya budidaya perairan, serta dipakai untuk menyertai bahan kuliah lain. vii Materi dalam buku ajar ini , didasarkan pada SAP mata kuliah Genetika dan Reproduksi sehingga dapat memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan daya nalar dan keinginan untuk selalu mencari sumber informasi lain pengetahuannya. Surabaya, 1 April 2017 Dekan FTIK Dr.Viv Djanat Prasita, M.App.Sc viii yang akan melengkapi DAFTAR ISI halaman PRAKATA ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR ......................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................... 2 1.2 Biologi Reproduksi berkaitan dengan Fekunditas. ............... 5 1.3 Biologi Reproduksi berkaitan dengan usia/umur ertama kali mencapai dewasa. .............................................................. 6 1.4 Biologi Reproduksi berkaitan dengan tempat pemijahan/ perkembangbiakan. ............................................................ 6 1.5. Biologi Reproduksi berkaitan dengan kelompok perkawinan8 1.6. Biologi Reproduksi berkaitan dengan Sikap induk pada anak8 1.7. Biologi reproduksi berkaitan dengan spesies/jenis ikan ....... 9 1.8. Biologi reproduksi ikan berkaitan dengan jenis kelamin ikan9 1.9. Biologi Reproduksi berkaitan dengan daur hidup ikan ....... 10 1.10. Biologi Reproduksi berkaitan dengan faktor internal dan eksternal ........................................................................... 10 BAB II ANATOMI DAN ORGAN REPRODUKSI IKAN......................... 13 2.1 Seksualitas ........................................................................ 14 2.2. Sifat Seksual Primer........................................................... 15 2.3. Sifat Seksualitas Sekunder................................................. 18 BAB III IKAN HERMAFRODIT .......................................................... 28 3.1. Hermafrodit Sinkroni ........................................................ 29 3.2. Hermafrodit Protandri ...................................................... 29 3.3. Hermafrodit Protogini ....................................................... 30 3.4 Ikan hermafrodit .............................................................. 31 ix BAB IV 4.1. 4.2. 4.3. FEKUNDITAS ...................................................................... 32 Fekunditas Ikan ................................................................. 33 Macam-macam fekunditas ................................................ 33 Hubungan Fekunditas dengan ras, ukuran telur, pemijah berganda, umur, berat. ..................................................... 36 4.3.1 Fekunditas dengan ras ............................................. 36 4.3.2 Fekunditas dengan ukuran telur .............................. 37 4.3.3. Fekunditas pemijah berganda.................................. 37 4.3.5 Fekunditas dengan berat. ......................................... 39 4.4. Sistem pengelompokkan telur ikan berdasarkan jumlah kuning telur ...................................................................... 41 4.4.1. Oligolecithal .......................................................... 41 4.4.2. Telolecithal ............................................................. 41 4.4.3. Macrolecithal ......................................................... 41 4.5 Sifat telur .......................................................................... 42 BAB V PERKEMBANGAN GONAD .................................................. 43 5.1. Ovogenesis ....................................................................... 45 5.2. Spermatogenesis .............................................................. 55 BAB VI PEMBUAHAN.................................................................. 563 BAB VII SIKLUS HIDUP IKAN........................................................... 63 7.1. Induk ................................................................................ 64 7.2. Telur (Zigot) = embrio........................................................ 65 7.3. Larva ................................................................................. 67 7.4. Benih ................................................................................ 69 7.5. Juvenil ............................................................................... 69 7.6. Dewasa .............................................................................. 70 BAB VIII SIKLUS REPRODUKSI IKAN................................................. 71 8.1. Siklus Pemijahan ................................................................ 71 8.2. Siklus Reproduksi Tahunan Ikan ......................................... 72 8.3. Musim Pemijahan .............................................................. 73 8.4. Interaksi gonad, lingkungan dan sistem hormon................. 78 8.5. Hubungan Siklus Pemijahan dengan Lingkungan ................ 78 x BAB IX TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN ...................................... 83 9.1. Tingkah laku pemijahan ikan ............................................. 84 9.2. Pra Pemijahan ................................................................... 84 9.3. Pemijahan......................................................................... 85 9.4. Pasca Pemijahan ............................................................... 86 9.5. Komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan ................ 86 9.6. Feromon ........................................................................... 89 9.7. Pengenalan Seks dan Perubahan Tingkah Laku Seksual ..... 89 BAB X POLA PEMIJAHAN IKAN..................................................... 93 10.1. Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan .................................... 94 10.2. Kesempatan Melakukan Pemijahan.................................. 94 10.3. Pasangan dalam Pemijahan.............................................. 97 10.4. Jenis Kelamin Ikan ............................................................ 98 10.5. Partenogenetik ................................................................. 99 10.6. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder ................................ 99 10.7. Persiapan Sarang Pemijahan ........................................... 100 10.8. Tempat Terjadinya Pembuahan....................................... 100 10.9. Pengasuhan oleh Induk ................................................... 100 10.10Habitat Pemijahan ......................................................... 100 BAB XI IKAN AIR TAWAR ............................................................ 103 11.1. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) ............................ 103 11.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ........... 107 11.3 Ikan Tawes (Barbodes gonionotus) ................................. 110 11.4 Ikan Patin (Pangasius sp) ................................................ 114 11.5. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) .................................... 118 11.6 Ikan Cupang (Betta sp.) .................................................. 123 11.7. Ikan Lele (Clarias sp.)...................................................... 127 11.8. Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) ............................ 131 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Mind Mapping Biologi Reproduksi Ikan ................ 12 Gambar 2.1. Anatomi dan morfologi organ reproduksi ikan lele15 Gambar 2.2. Organ reproduksi ikan jantan . ............................. 17 Gambar 2.3. Ikan Nila (atas) dan Nila betina (bawah) ............... 19 Gambar 2.4. Ikan Rodeus amarus dengan ovipositornya .......... 20 Gambar 2.5. Ikan Nocomis biguttatus ...................................... 21 Gambar 2.6. Ikan Semotilus atromaculatus jantan ................... 21 Gambar 2.7. Ikan Amia calva (tanda bulatan hitam) ............... 222 Gambar 2.8. Ikan Gambusa afinis ............................................. 22 Gambar 2.9. Ikan Elasmobranchii jantan .................................. 23 Gambar 2.10. Ikan Lebistes ........................................................ 23 Gambar 2.11. Ikan Ceratias sp (deep-sea angler fish) ................. 24 Gambar 2.12. Ikan Xiphophorus (atas betina)............................ 25 Gambar 3.1. Ikan Serranus cabrilla ........................................... 29 Gambar 3.2. Ikan kakap putih (Lates calcarifer) ....................... 30 Gambar 3.3. Belut sawah (Monopterus albus). ......................... 30 Gambar 5.1. Oogenesis dan spermatogenesis .......................... 54 Gambar 6.1. Zigot hasil pembuahan ......................................... 56 Gambar 6.2. Perkembangan embrio pada ikan......................... 61 Gambar 7.1. Perkembangan Telur ikan Trout ........................... 67 Gambar 9.1. Intervensi lingkungan dalam kegiatan pemijahan . 87 Gambar 9.2. Peran hormon dalam proses ovulasi .................... 88 xii Gambar 9.3. Kegiatan Parental Care/Pengasuhan dari induk .... 91 Gambar 10.2 Ikan Lamprey (Petromyzon) ................................. 95 Gambar 10.3. Ikan knifefish (Ikan belida) ................................... 95 Gambar 10.4. Ikan Rivulines ...................................................... 96 Gambar 10.5. Ikan Lungfish/ Ikan paru paru .............................. 96 Gambar 10.6 Perkembangan telur pada GVBD ........................ 103 Gambar11.1. Ikan Gurami (Osphronemus guramy).................. 103 Gambar 11.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)107 Gambar 11.3. Ikan Tawes (Barbodes gonionotus) ..................... 110 Gambar 11.4. Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) ............... 114 Gambar 11.5. Ikan Nila (Oreoshromis niloticus) ........................ 118 Gambar 11.6. Ikan Cupang (Betta splendens) ........................... 123 Gambar 11.7. Ikan lele (Clarias sp) ........................................... 127 xiii xiv BAB I PENDAHULUAN Kerangka Isi Buku Ajar Biologi Reproduksi Ikan ini menjelaskan berbagai aspek yang berperan dalam reproduksi ikan, baik faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi seksualitas ikan, perkembangan gonadnya, dan faktor eksternal meliputi lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan reproduksi meliputi: keberadaan lawan jenis, suhu, aroma tanah, substrat. Secara alami ikan memiliki suatu kebiasaan/ tingkah laku spesifik menjelang kegiatan reproduksi/ perkawinan. Pada prapemijahan, ada ikan yang melakukan pembuatan sarang, yang dilakukan oleh si jantan, pada pasca pemijahan, ada ikan yang melakukan penjagaan dan pembersihan terhadap telur-telur yang telah dibuahi dsb. Standar Kompetensi : Setelah mempelajari buku ini diharapkan pembaca mampu memahami aspek-aspek yang g berperan dalam kegiatan reproduksi ikan, secara internal, eksternal dan tingkah laku dalam reproduksi ikan menjelang pemijahan, selama pemijahan dan pasca pemijahan. 1 Kompetensi Dasar: Setelah membaca buku ini pembaca mampu menjelaskan proses reproduksi pada ikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan reproduksinya hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan kegiatan reproduksi pada ikan dan mengkomunikasikan keterkaitan faktor-faktor yang terlibat dalam kegiatan reproduksinya. 1.1. Latar Belakang Ikan adalah salah satu hewan air yang sama dengan makhluk hidup lain yaitu melakukan reproduksi untuk meneruskan keturunan agar spesies ikan tersebut tidak punah. Pada ilmu perikanan, sistem reproduksi pada ikan jauh berbeda dengan sistem reproduksi hewan pada umumnya, mengingat reproduksi ikan terjadi pada perairan sehingga memiliki keunikan diantaranya tingkah laku ikan menjelang pemijahan. 2 Ikan tergolong vertebrata, bersifat poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Golongan ikan ini memiliki jenis yang beraneka ragam, ada yang menyebutkan 27.000 spesies di seluruh dunia, bahkan ada yang memperkirakan sebesar 40.000 jenis. Dari spesies ikan yang begitu besar, perlu untuk meneruskan keturunannya. Di alam, masing-masing spesies akan memijah dengan spesiesnya sendiri. Dalam hal ini si ikan memiliki insting untuk dapat menemukan pasangannya. Apa itu Reproduksi? Reproduksi adalah suatu proses biologis dalam memproduksi organisme baru. Dalam hal ini sebagai cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme adalah sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Reproduksi adalah proses alam dalam usaha pengabadian spesies dan proses pemunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan kombinasi perubahan genetik. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan tertentu setiap tahun. 3 Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi yang paling menonjol : 1) memijah hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia : 2) memijah dalam proporsi ketersediaan energi : dan 3) memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut akan mati. Berdasarkan ketiga strategi itu, maka ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur yang banyak, namun ukurannya kecil, sebagai konsekuensi dari sintasan yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur yang sedikit, ukuran atau diameter setiap telurnya dipastikan akan berukuran besar, dan kadang memerlukan perawatan yang lebih dari induknya. Berdasarkan strategi reproduksi yang dimiliki oleh ikan maka dikenal tipe reproduksi sexual dengan fertilisasi internal dan reproduksi sexual dengan fertilisasi eksternal. Reproduksi seksual dengan fertilisasi internal, dilakukan dengan menempatkan sperma ke dalam tubuh betina sehingga mengurangi kemungkinan kekeringan atau mengatasi kekurang dekatan sperma dan telur sehingga fertilisasi dapat berlangsung, sedangkan 4 fertilisasi eksternal, merupakan penggabungan dua gamet ( sperma dan telur ) di luar tubuh masing-masing induk secara terkoordinasi. 1.2 Biologi Reproduksi berkaitan dengan Fekunditas. Berapa banyak telur yang dapat dihasilkan dan seberapa ukuran telur yang mampu dihasilkan oleh seekor induk ikan? Tergantung spesies. Jumlah atau banyaknya telur yang dihasilkan setiap kg berat badan ikan disebut fekunditas relatif. Ukuran telur ikan digolongkan menjadi 3 yaitu : 1. Telur ukuran kecil dengan garis tengah 0,3 – 0,5 mm, fekunditasnya biasanya banyak (100.000 – 300.000 butir) dan tingkat kepedulian induknya kecil (negative parental care). Contohnya : ikan bandeng (Chanos chanos), ikan tawes (Punctius gonionotus), ikan tuna (Thunnus sp), dll. 2. Telur ukuran sedang dengan garis tengah 0,8 – 1,1 mm, fekunditasnya sedang (100.000 – 300.000 butir) dan tingkat kepedulian induknya sedang. Contohnya : ikan manvis (Pterophylum spp), ikan discus (Symphysodon discus). 3. Fekunditasnya kecil (5.000 – 50.000 butir) dan tingkat kepedulian induk besar (Positive parental care). Contohnya : ikan gurame (Osphronemus gouramy), ikan lele (Clarias spp), ikan nila (Tilapia niloticus), ikan mujair (Tilapia mossambica). 5 1.3 Biologi Reproduksi berkaitan dengan usia/umur pertama kali mencapai dewasa. Tiap spesies ikan mencapai tahap kedewasaan (mencapai kematangan gonad pertama kali, pada umur yang berbeda-beda). Demikian juga pada spesies yang sama, antara jantan dan betina mencapat tingkat kedewaasaan juga berbeda-beda. umumnya ikan jantan lebih cepat mencapai kedewasaan daripada ikan betina. Sebagai contoh, pada ikan mas jantan kurang dari 1 tahun sudah mencapai dewasa, sedangkan ikan betina dewasa pada usia 1,5 tahun. 1.4 Biologi Reproduksi berkaitan dengan tempat pemijahan/ perkembangbiakan. Spesies ikan akan melakukan aktivitas mempersiapkan tempat pemijahannya. Sesuai dengan kebiasaannya di alam, induk ikan akan mencari tempat yang dapat menjamin keturunannya mendapatkan tempat yang aman. Diantara kegiatan persiapan tersebut a.l.: a. Membuat lubang di permukaan Membuat lubang di permukaan dengan tujuan agar anaknya mudah mendapatkan udara. Contoh: ikan lele, membuat lubang dekat dengan permukaan. Induk jantan dan betina akan menjaga lubang tersebut. Ikan lele melakukan pemijahan secara berpasangan dan menjaga telurnya. b. Membuat lubang di dasar Ikan sapu sapu (sucker mouth) melakukan kegiatan membuat lubang di dasar sebelum melakukan pemijahan. 6 c. Mencari daerah bervegetasi Pada ikan yang sifat telurnya menempel, memerlukan media untuk menempelkan telurnya, Sebagai contohnya adalah ikan mas. d. Membuat sarang di dasar Sebagai contoh adalah ikan mujair dan tilapia e. Di kolom air umumnya pada ikan air laut. f. Membuat sarang mirip sarang burung Sebagai contoh ikan gurame. Ikan jantan gurame akan melakukan kegiatan pembuatan sarang yang terdiri dari akarakar pohon kelapa, rumput-rumput kering dan sebagainya, sehingga terbentuk sarang, mirip sarang burung. g. Pada genangan baru yang timbul karena musim penghujan (jadi daerah banjiran). i. Pada tempat yang ada aliran air, contohnya nilem, tawes. j. Pada dasar perairan, contohnya ikan sapu-sapu yang membuat lubang di dasar kolam/seperti terowongan. k. Di permukaan, dengan membuat sarang di permukaan, misalnya ikan sepat l. Di lubang-lubang di tepi perairan, contohnya ikan lele, ada juga , berupa lubang-lubang yang dibuat oleh ikan jantan, contolnya ikan tilapia. Ikan gurame membuat sarang di tepi kolarn di tempat lain yang dibuat dari rumput kering yang disusun seperti sarang burung manyar. Yang jantan yang membangun dan seekor jantan dapat melayani beberapa betina. 7 m. Di daerah yang bervegetasi air, ikan-ikan yang bisa menempelkan telur di daerah vegetasi, misalnya ikan mas, cat fish europian (Pangasius) memiliki telur dengan daya rekat tinggi. 1.5. Biologi Reproduksi berkaitan dengan kelompok perkawinan 1. Ada ikan yang memijah secara berpasang- pasangan (Lele dan gurame) 2. Ikan memijah secara beramai-ramai (massal) contohnya ikan mas, nila, tawes. 1.6. Biologi Reproduksi berkaitan dengan Sikap induk pada anak 1. parental care Ikan yang tergolong parental care umumnya tidak hanya melindungi dari gangguan musuh tetapi juga sambil menyediaan lingkungan yang sebaik mungkin untuk anak yang sedang dilindungi. Misalnya mengibas-ibaskan sirip ekor sehingga dapat meningkatkan oksigen terlarut, meletakkan telur dalam sarang, dll. Biasanya jumlah telur-telur yang induknya melakukan parental care dicirikan dengan jumlah telur relatif sedikit, sehingga untuk mempertahankan jumlah larva, anak ikan yang hidup, si induk melakukan parental care 2. Non parental care Pemeliharaan diserahkan pada lingkungan. Biasanya induk yang cenderung non parental care sangat selektif terhadap musim dan tempat. Biasanya tidak memijah pada musim 8 kemarau tetapi pada musim hujan, karena pada musim hujan, areal terendam lebih luas, banyak tersedia pakan alami sehingga anak-anak ikan/ larva mendapat jaminan hidup yang baik dari lingkungannya. Golongan ikan yang non parental care dicirikan dengan jumlah telur yang relatif banyak. Contoh ikan tawes 1 jt/kg BB induk, mas 80.000100.000/kg BB induk. 1.7. Biologi reproduksi berkaitan dengan spesies/jenis ikan Pengenalan jenis ikan berdasarkan ciri-ciri morfologi penting dipahami. Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap jenis ikan perlu menggunakan nama ilmiah. Pada ikan dengan spesies yang berbeda mempunyai kebiasaan yang berbeda. Tanda-tanda pengenalan jenis harus dicocokkan dengan anatomi dan morfologi dari sesuatu jenis ikan yang akan dipelajari, agar nama jenis (spesies) nya tidak salah. Disusul dengan pembedaan ikan jantan dan betinanya. Kesalahan dalam membedakan jenis kelamin dalam suatu spesies, akan menyebabkan kegagalan dalam perkawinannya kelak. 1.8. Biologi reproduksi ikan berkaitan dengan jenis kelamin ikan. Umumnya ikan jantan memiliki warna yang lebih cerah dibanding ikan betina, hal ini sebagai upaya untuk menarik perhatian lawan jenisnya. 9 Antara ikan jantan dan ikan betina dalam satu spesies dapat dibedakan dari morfologi tubuhnya, yang dikatakan sebagai sexual dimorfisme. 1.9. Biologi Reproduksi berkaitan dengan daur hidup ikan Pemahaman terhadap daur hidup spesies ikan yang terjadi di alam aslinya akan membantu memahami kondisi lingkungan yang dibutuhkan pada sebagian atau seluruh daur hidupnya. Sebagai contoh: Ikan sidat sebagai ikan anadromus, ketika musim pemijahan akan kembali ke laut dalam. 1.10. Biologi Reproduksi berkaitan dengan faktor internal dan eksternal Di alam, ikan akan melakukan kegiatan reproduksi tergantung musim, biasanya pada awal musim hujan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ikan melakukan kegiatan reproduksi diantaranya adalah faktor lingkungan meliputi: salinitas, cahaya, suhu, hujan, fotoperiode (lamanya periode terang dan gelap), kualitas air (pH, kesadahan), keberadaan substrat. Faktor internal meliputi faktor genetik, cukup umur (telah mencapai tingkat kedewasaan), kecukupan hormon gonadotrophin, kelengkapan organ reproduksi, dan sehat. Faktor internal dan eksternal akan bersinergi untuk memberi sinyal kepada hipothalamus untuk merangsang hipofisa menghasilkan hormon gonadotropin. hormon untuk dapat 10 berlangsungnya Kebutuhan kegiatan bereproduksi merupakan interaksi dari faktor lingkungan, sistem syaraf dan sistem hormon. Rangkuman Reproduksi adalah suatu proses biologis dalam memproduksi organisme baru. Reproduksi adalah suatu proses biologis dalam memproduksi organisme baru. Reproduksi pada ikan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: perkembangan gonad, seksualitas ikan sedangkan faktor eksternal meliputi keberadaan lawan jenis, suhu, daerah pemijahan, keberadaan substrat. Tes 1. Apa tujuan ikan melakukan reproduksi? 2. Jelaskan mekanisme proses reproduksi pada ikan dengan melibatkan faktor internal dan eksternal? Daftar Pustaka Woynarovich E, Horvath L. 1980. The Artificial Propagation of Warm Water Finfishes. A Manual Extension. Food And Agriculture. Organization of The United Nation. Basuki, F. 1999. Dasar-Dasar Teknik Pembenihan Ikan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro (Edisi Satu). Yamashita, M. 2000. Toward modeling of a general mechanism of MPF Formation during oocyte maturation in vertebrates. Zooll Sci 17 : 841-851. Nagahama, Y 1997. I7α,20β-dihydroxy-4-pregnen-3-one, a maturation-inducing hormone in fish oocytes . Mechanisms of synthesis and action. Steroid 62 : 190-196 11 Gambar 1.1. Mind Mapping Biologi Reproduksi Ikan 12 BAB II ANATOMI DAN ORGAN REPRODUKSI IKAN Standar Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami anatomi dan morfologi organ reproduksi ikan jantan, dan ikan betina. Dapat membedakan jantan dan betina berdasarkan ciri seksual primer dan sekunder Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan perbedaan anatomi dan morfologi organ reproduksi pada ikan jantan dan ikan betina hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan ciri-ciri ikan jantan dan ikan betina berdasarkan anatomi dan organ reproduksiny, dan keterkaitan ciriciri seksual primer dan sekunder. 13 2.1 Seksualitas Sebagian besar spesies ikan adalah gonokoristik (dioecious), di mana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Gonokoristik terdiri atas dua kelompok: 1) kelompok yang tidak berdifferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad dalam keadaan belum dapat di identifikasi (jantan atau betina) ; 2) kelompok yang berdiffrensiasi artinya sejak stadia juvenil sudah tampak jenis kelamin ( jantan atau betina). Secara umum seksualitas ikan dibedakan: Ikan jantan, ikan betina. Ikan jantan dicirikan dengan kemampuan ikan untuk menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan Ikan betina dicirikan dengan kemampuan ikan untuk menghasilkan gamet betina (ovum). Untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina dapat secara langsung melihat organ reproduksinya dengan cara membedah dan melihat gonad yang dimiliki ikan. Umumnya gonad ikan bentuknya memanjang, longitudinal dan berjumlah satu pasang, terletak di bawah gelembung renang. Pada beberapa ikan golongan catfish gonad jantan berbentuk pipih seperti pita dan bergerigi, sehingga bila dilakukan striping pada ikan jantan, sperma (milt) sulit keluar. Pada ikan mas gonad ikan jantan berbentuk seperti tabung, sehingga mudah keluar. Secara tidak langsung untuk menentukan jenis kelamin dengan melihat ciri-ciri seksual sekunder, yaitu terhadap performa ikan dengan melihat warnanya, ukuran, dan ciri-ciri lain yang dimiliki. 14 2.2. Sifat Seksual Primer Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan p embuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Dilakukan dengan cara membedah rongga perut, hingga dapat ditemukan gonad jantan (testis) dengan salurannya atau gonad betina (ovarium) dan salurannya. Gambar 2.1. Anatomi dan morfologi organ reproduksi ikan lele Alat kelamin betina, yaitu ovarium. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. 15 Oviduk ikan, sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran kelamin. Kelenjar kelamin jantan disebut testis. pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epitelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobul yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif. Saluran sperma terdiri dari dua bagian : pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk membuka lobul ( juxta testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital papila. pada beberapa ikan, misalnya pada ikan salmon, tidak memiliki kantong seminal, tetapi bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion seminal dan mengekresi hormon. 16 sumber: australia,useum. australianmuseum.net.au Gambar 2.2. Organ reproduksi ikan jantan (testis dan salurannya). Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. 17 Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus, bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bagian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menggunakan lubang yang sama. 2.3. Sifat Seksualitas Sekunder Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. 18 Gambar 2.3. Ikan Nila (atas) dan Nila betina (bawah) Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu : a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, ikan Rhodeus amarus yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. 19 Sumber: dita2indesign.sourceforge.net Gambar 2.4. Ikan Rodeus amarus dengan ovipositornya Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan. 20 Sumber: gallery.nanfa.org Gambar 2.5. Ikan Nocomis biguttatus Sumber: fish.dnr.cornell.edu Gambar 2.6. Ikan Semotilus atromaculatus jantan b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada 21 golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photo cornicus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya. Sumber: briancoad.com Gambar 2.7. Ikan Amia calva (tanda bulatan hitam) Sumber; pinalcountyaz.gov Gambar 2.8. Ikan Gambusa afinis 22 Gambar 2.9. Ikan Elasmobranchii jantan Sumber: Britannia.com Gambar 2.10. Ikan Lebistes sp. 23 Ciri seksual sekunder terdiri dari 2 jenis: a. Tidak berhubungan dengan kegiatan reproduksi Contoh: - Bentuk tubuh (ukuran ikan betina lebih besar). Pada ikan Ceratias sp betina memiliki ukuran tubuh lebih besar dibanding jantan. Perbandingannya 10 kali lipat dari si jantan. Gambar 2.11. Ikan Ceratias sp (deep-sea angler fish) - Sirip ekor lebih panjang pada ikan plati pedang jantan (Xiphophorus helleri). 24 - Warna tubuh lebih cemerlang pada ikan Lepomis Humilis jantan. Gambar 2.12. Ikan Xiphophorus helleri (atas betina, bawah jantan) b. Alat bantu pemijahan 25 Contoh: - Gonopodium pada ikan seribu (Lebistes reticulatus) jantan. - Modifikasi sirip dada heteorchir pada ikan Xenodexia sp jantan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke ovidak betina - Sirip perut yg termodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) pada Elasmobranchii jantan menjamin fertilisasi internal. - Tenaculum (semacam clasper yang terdapat pada bagian atas kepala) pd ikan Chimaera jantan. - Ovipositor pada ikan Rhodes amarus dan Careproctus. b. Puncak pemijahan (nauptial tubercle) ikan jantan terdapat benjolan pada sirip ekor tepat sebelum musim pemijahan dan hilang setelah pemijahan pada ikan minnow (Osmerus). c. Warna (=sifat sex dikromatisme)ikan jantan memiliki warna lebih cemerlang. Pada ikan Lepomis lumilis jantan terdapat bintik jingga yg lebih terang dan banyak. Pinggiran sirip ekor ikan mujair jantan warna merah. Rangkuman Ikan dibedakan seksualnya menjadi 2, yaitu jantan fungsional dan betina fungsional. Penentuan jantan dan betina dapat dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Pada ciri seksual sekunder, ada yang bersifat permanen dan terlibat langsung dalam kegiatan reproduksi, dan ada yang tidak. Ada juga yang muncul hanya menjelang kegiatan reproduksi. 26 Tes 1. Jelaskan mengapa disebut ikan betina 2. Jelaskan contoh ikan yang memiliki alat tambahan untuk melakukan kopulasi? Daftar Pustaka Effendi, Ikhsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Jakarta Ahmad Jauzi. 2005. Akuakultur. PT. Vivtoria Kreasi Mandiri: Jakarta Nyabakken, James. W. 1992. Biologi Laut. Gramedia Pustaka: Jakarta 27 BAB III IKAN HERMAFRODIT Standar Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami bahwa ada ikan yang mampu menghasilkan sel gamet jantan, dan sel gamet betina, secara bersamaan atau secara bergantian. Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan perubahan jenis kelamin ikan. Ketika mencapai dewasa pertama kali jantan selanjutnya menjadi betina, atau sebaliknya dan kedua-duanya dapat berfungsi bersamaan. Indikator: Dapat mendiskripsikan perubahan jenis kelamin ikan, dan mengkomunikasikan perubahan jenis kelamin terjadi setelah mencapai kedewasaan pertama kali. Selain kelompok gonokoristik, juga dikenal istilah hermafrodit yaitu di dalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad. Bila kedua jenis gonad berkembang secara serentak dan mampu berfungsi , keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. 28 Hermafrodit protandri, bila mencapai kedewasaan pertama kali berkelamin jantan namun seiring dengan berjalannya waktu akan berubah kelamin menjadi betina . Selain itu ada hermafrodit protogini yaitu bila pada awal kematangan gonad, berkelamin betina dan seiring dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi jantan. Ada 3 macam hermafrodit: 3.1. Hermafrodit Sinkroni Apabila didalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersamaan Contoh: Serranus cabrilla (sumber:fisingcy.com) Gambar 3.1. Ikan Serranus cabrilla 3.2. Hermafrodit Protandri yang berarti di dalam tubuh ikan tersebut mempunyai gonad yang mengadakan deferensiasi dari fase jantan ke betina 29 Contoh: Ikan kakap (Lates calcarifer),terjadi setelah ikan mencapai ukuran 3 kg. Sumber: www1.ocn.ne.jp Gambar 3.2. Ikan kakap putih (Lates calcarifer) 3.3. Hermafrodit Protogini yang merupakan keadaan sebalik dari hermaprodi protandri yaitu proses diferensiasinya berjalan dari fase betina ke fase jantan (Effendie, 2002). Gambar 3.3. Belut sawah (Monopterus albus). 30 3.4 Ikan hermafrodit Kerapu macan termasuk hermafrodit protogini, pada berat 4kg keatas, ikan kerapu macan sebagai betina, kemudian pada berat 8 kg ke atas berubah menjadi jantan pada fase inilah ikan kerapu macan terjadi masatransisi. Belum ada teknologi khusus yang dapat digunakan untuk menentukan waktu yang tepat si ikan akan menjadi jantan. Selama ini berdasarkan berat ikan dan umur ikan. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro Media Pustaka, Jakarta.Boyd. Water Quality in Ponds for Aquaculture, Birmingham Publishing Co., Birmingham,Alabama, USA. Effendi,M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Jakarta Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. Gufron, A dan AB. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1, 2, 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.Jakarta. Jangkaru, Z. 1994. Pembesaran Ikan Air Tawar Di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan.Penebar Swadaya. Jakarta. Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Agro Media Pustaka. Jakarta. SNI : 01 - 6484.2- 2000. Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas BenihSebar. Badan Standar Nasional. Zonneveld, N., Huisman, E.A., Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia. Jakarta 31 BAB IV FEKUNDITAS Standar Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu menjelaskan pengertian tentang fekunditas. Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan berbagai batasan tentang fekunditas, hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan fekunditas pada ikan yang melakukan kegiatan reproduksi sekali seumur hidup atau bertahap, dan hubungan fekunditas dengan umur, berat, ras, ukuran telur, pemijah berganda. 32 4.1. Fekunditas Ikan Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan rekruitmen (Bagenal dalam Effendi, 2002). Dari fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reprodusi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam. Selain itu, fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya. 4.2. Macam-macam fekunditas Telah banyak usaha-usaha untuk menerangkan dan membuat definisi mengenai fekunditas. Mungkin definisi yang paling dekat dengan kebenarannya adalah seperti apa yang terdapat pada ikan 33 Salmon (Onchorynchus sp). Ikan ini selama hidupnya hanya satu kali memijah dan kemudian mati. Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Tetapi karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lainlainnya. Bagenal (1978) dalam Effendi (2002) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk. Menurut Nikolsky (1963) dalam Effendi (2002) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerikal). Kalau ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Tetapi pada tahun 1969, Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas 34 individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yg mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat. Royce (1972) dalam Effendi (2002) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yg dihasilkan ikan selama hidup. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil, umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Lowe dan Garki (1975) dalam Effendi (2002) menyatakan bahwa fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yg dihasilkan selama masa hidup individu itu. Sehubungan dengan sifat ikan mujair yg mengerami anak-anaknya di dalam mulut, maka Bagenal dalam Effendi (2002) mengusulkan istilah fekunditas untuk ikan mujair sbb : a. “ovarian fecundity” yaitu jumlah telur matang yg ada dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan. c. “brooding fecundity” jumlah telur yg sedang dierami di dalam mulutnya. 35 Ikan yg termasuk ke dalam golongan vivipar, yaitu ikan yg melahirkan anak-anaknya mempunyai tiga macam fekunditas yaitu : 1. “prefertilizwd fecundity” yaitu jumlah telur di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan. 2. “fertilized fecundity” yaitu jumlah telur yg dibuahi di dalam ovarium. 3. “larva fecundity” ialah jumlah telur yg sudah menetas menjadi larva tetapi belum dikeluarkan. 4. fekunditas dengan panjang. fkunditas panjang kemungkinan akan tetap sama. fakunditas mutlak f = al (b) 4.3. Hubungan Fekunditas dengan ras, ukuran telur, pemijah berganda, umur, berat. 4.3.1 Fekunditas dengan ras Fekunditas stok yang berbeda dari spesies yang sama telah dipakai untuk pembeda ras oleh banyak peneliti. Ras yang berbeda mempunyai sifat fekunditas yang tidak sama demikian juga ukuran besar telurnya. Maka spesies yang berasal dari satu daerah penangkapan dapat diketahui dari jumlah telurnya. Berdasarkan hal ini, populasi dapat diketahui homogen atau heterogen. Ikan-ikan dari satu spesies hidup dalam berbagai habitat seperti sungai yang berbeda atau dalam perairan yang, berbeda garis lintang mungkin mempunyai perbedaan telur dalam fekunditasnya. 36 4.3.2 Fekunditas dengan ukuran telur Ukuran telur biasanya dipakai untuk menentukan kualitas yang berhubungan dengan kandungan kuning telur dimana telur yang berukuran besar menghasilkan larva berukuran besar daripada yang berukuran kecil. Dalam membuat perbandingan ukuran telur dengan fekunditas harus berasal dari ovari yang sama tingkat kematangannya. Sering diduga bahwa fekunditas dengan ukuran telur berkorelasi negatif. Pada ikan yang berpijah ganda didapatkan bahwa telur yang dikeluarkan pada pemijahan kemudian berukuran kecil. Walaupun tidak terdapat pada semua ikan namun didapatkan bahwa ukuran telur dan ukuran panjang ikan berkorelasi positif, dimana hal ini diikuti o!eh ikan yang berukuran besar berpijah terlebih dahulu. 4.3.3. Fekunditas pemijah berganda Ikan yang berpijah berulang-ulang dalam waktu lama akan melibatkan persoalan telur cadangan dan telur yang sudah berkembang. Kriterianya yaitu ada tidaknya kuning telur. Jumlah telur yang mempunyai kuning telur yang dihitung fekunditasnya untuk musim itu. Kriteria ini menurut Bagenal (1978) dalam Effendi (2002) telah digunakan oleh beberapa penulis De Sylva (dalam Bagenal, 1978) telah berhasil menduga jumlah angkatan (batch) dan jumlah telur tiap angkatan. 37 Apabila ikan mempunyai telur yang terdiri dari beberapa kelompok, maka kelompok telur yang sudah berkembang akan dikeluarkan pada suatu saat. Dengan membandingkan jumlah telur yang sudah mempunyai kuning telur dengan jumlah telur yang sudah sangat berkembang, dianggap dapat memberikan jumlah telur pada kelompok yang dikeluarkan tiap musim. 4.3.4. Fekunditas dengan umur. Pada beberapa species ikan, hubungan fekunditas dengan umur tidak selalu sama dalam arti bahwa umur itu ada yang tidak berpengaruh pada fekunditas, ada yang pengaruhnya sedikit dan ada pula yang pengaruhnya secara positip. Hal yang demikian itu benar apabila yang dilihatnya hanya hubungan antara fekunditas dengan umur saja tanpa melihat parameter lainnya. Variasi fekunditas individu itu sangat besar, meliputi setiap pengaruh termasuk juga umur. Ikan yang untuk pertama kalinya memijah (recruit spawners) fekunditasnya tidak besar seperti fekunditas ikan yang telah memijah beberapa kali tetapi berat tubuhnya sama. Hal ini sesuai dengan sifat umum, bahwa fekunditas ikan akan bertambah selama pertumbuhan. Ikan yang besar telurnya akan lebih banyak dari pada ikan yang lebih kecil. Tetapi korelasi ini ada batasnya dimana akan ada penurunan jumlah walaupun ikan itu bertambah besar atau tua. Ikan yang siklus hidupnya panjang seperti ikan sturgeon atau ikan mas, akan memperlihatkan penambahan jumlah telur yang cepat pada waktu umur-umur muda dan kemudian akan diikuti dengan kecepatan pertambahan yang semakin berkurang dan terus 38 menurun mencapai keadaan yang tetap. Adapun variasi jumlah telur ikan yang di dapat pada saat ini disebabkan karena variasi kelompok ukuran. Jumlah ukuran ikan yang besar hanya sedikit dan biasanya memperlihatkan pertambahan kecepatan fekunditas. Hal ini sebenarnya akibat perbaikan makanan. Tetapi pada ikan-ikan yang ukurannya terlampau besar, fekunditasnya secara relatif lebih sedikit. Ada korelasi antara fekunditas dengan umur dan juga dengan berat. 4.3.5 Fekunditas dengan berat. Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan itu daripada panjang. Namun dalam hubungan fekunditas dengan berat terdapat beberapa kesukaran. Berat akan cepat berubah pada waktu musim pemijahan. Misalnya ikan salmon dan sidat yang melakukan ruaya sebelum berpijah, mereka tidak lagi mengambil makanan, jadi berpuasa sampai ke tempat pemijahan. Material untuk pertumbuhan gonadnya diambil dari jaringan somatik. Oleh karena itu apabila mengikut sertakan korelasi fekunditas dengan berat somatik didalam membandingkan satu populasi dengan populasi atau diantara dua musim harus berhatihati. Jika fekunditas mutlak secara matematis dikorelasikan dengan berat total termasuk berat gonad akan menimbulkan kesukaran secara statistik. Sebabnya akan termasukkan telur dalam jumlah 39 yang lebih besar dari ikan yang sebenarnya berfekunditas kecil. Juga kesulitan yang sama akan timbul apabila fekunditas dihubungkan dengan faktor kondisi, karena dalam faktor kondisi itu yaitu: K= 100W L3 melibatkan berat total ikan itu. Disebabkan oleh kesulitan ini, maka banyak penulis menggunakan fekunditas relatif, yaitu berat telur persatuan berat ikan. Namun menggunakan fekunditas relatifpun mendapatkan kesukaran juga, karena tidak dapat dipakai membandingkan satu populasi dengan lainnya atau keadaan dari satu tahun ke tahun lainnya. Semula penggunaan fekunditas itu untuk menyatakan hasil yang menduga bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat adalah linier, yang perumusannya adalah: F = a + bW. Dalam beberapa hal menggunakan rumus tersebut hasilnya baik, tetapi beberapa penulis mendapatkan bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat adalah tidak linier. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa berat gonad pada awal kematangan berbeda dengan berat akhir dari kematangan itu karena perkembangan telur yang dikandungnya. Selama dalam proses perkembangan tersebut terjadi pengendapan kuning telur yang 40 berangsur-angsur serta terjadi hidrasi pada waktu hampir mendekati pemijahan. 4.4. Sistem pengelompokkan telur ikan berdasarkan jumlah kuning telur 4.4.1. Oligolecithal Telur yang mengandung kuning telur sangat sedikit jumlahnya. Contoh ikan yang mempunyai telur demikian adalah Amphioxus. 4.4.2. Telolecithal Telur telolecithal mengandung sejumlah kuning telur lebih banyak dari pada telur oligolecithal. lkan yang mempunyai telur telolecithal banyak terdapat di daerah yang bermusim empat, misalnya pada ikan Sturgeon. 4.4.3. Macrolecithal Telur yang mempunyai kuning telur relatif banyak dengan keping cytoplasma di bagian kutub animanya. Kebanyakan ikan memiliki golongan ini. 41 4.5 Sifat telur Telur ikan ada yang bersifat menempel, melayang, mengapung. Sebagai contoh telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Rangkuman Fekunditas ikan berhubungan erat dengan ras, ukuran telur, pemijahan berganda, umur, dan berat. Tes 1. Jelaskan yang dimaksud dengan fekunditas relative terhadap berat, beri contohnya. Daftar Pustaka Effendie, M.I .1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Effendie,M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Jakarta Sumantadinata, K. I 983. Perkembanganbiakan lkan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Husada. 42 BAB V PERKEMBANGAN GONAD Standar Kompetensi : Setelah membaca bab ini diharapkan pembaca akan dapat memahami proses pembentukan ovum mulai dari oogonia sampai ovum (oogenesis) dan proses pembentukan spermatozoa mulai dari spermatogonium sampai spermatozoa, termasuk proses pembelahannya (spermatogenesis). Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan proses /tahapan pembentukan ovum dan tahapan pembentukan spermatozoa ikan hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan proses spermatozoa. 43 pembentukan ovum dan 5.1. Oogenesis Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase meiosis pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian berkembang dan tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis di hati, kemudian dilepas dalam darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis. Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan stadianya. Menurut Nagahama (1983) stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Yamamoto dalam Nagahama (1983) membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir nukleolus), stadium oil drop stadium yolk primer, sekunder, tertier, dan stadium matang. Proses perkembangan gonad dan ovulasi pada ikan diatur oleh 44 sistem hormon. mempengaruhi Hormon estrogen, terutama estradiol 17 β sintesis vitelogenin di hati dan hormon gonadotrofin berfungsi mempercepat proses kematangan akhir oosit dalam persiapan ovulasi ataupun spermiasi. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Ovidak ikan, sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. PadaTeleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Perkembangan telur di dalam ovarium berlangsung melalui beberapa stadia sebagai berikut : Stadia 1 : Bakal sel telur yang masih kecil disebut ovogonium (archovogonium). Ukuran sel sama kecil dengan sel-sel tubuh lainnya (8 – 12 µ). Sel ini memperbanyak diri dengan pembelahan mitosis. Stadia 2 : Sel telur tersebut tumbuh menjadi ukuran 12-20µ dan folikel mulai terbentuk disekeliling sel telur. Folikel 45 Stadia 3 : Stadia 1, 2 Stadia 4 : Stadia 5 : Stadia 6 : Stadia 7 : tersebut fungsinya memberi makanan dan melindungi telur yang sedang berkembang itu, sehingga diniding sel telur tampak rangkap. Pada stadia ini sel telur tumbuh menjadi lebih besar lagi sampai sebesar 40-200µ dan tertutup di dalam follikel. dan 3 ini merupakan tahapan sebelum pengumpulan makanan (nutrient) di dalam telur itu (tahap previtellogenesis). Pada stadia ini dimulai pembentukan dan pengumpulan kuning telur (yolk) yang disebut proses “vitellogenesis”. Sel telur trus tumbuh menjadi berukuran 200 – 350µ. Di dalam sitoplasmanya terkumpul butir-butir lemak (lipoid). Menandai fase ke 2 dar vitellogenesis. Sitoplasma sekarang penuh dengan butir-butir lipoid dan mulailah pembentukan kuning telur. Ukuran sel telur menjadi 350-500μ. Ini merupakan fase ketiga dari proses vitellogenesis, dimana lempeng-lempeng kuning telur mendesak butirbutir lipoid ke tepi sel, sehigga terbentuk dua buah cincin. Nukleoli yang berperan dalam pembentukan protein da pengumpulan makanan terlihat menempel pada dinding/membren nukleus. Ukuran telur sekarang 600 – 900μ Proses vitellogenesis selesai, telur menjadi berukuran 900-1000µ. Ketika pengumpulan kuning telur berakhir, nucleoli tertarik ke dalam pusat nucleus. Mikropil (yaitu lubang kecil pada dinding sel telur, sebagai jalan masuk bagi sperma) terbentuk pada stadia ini. 46 Stadia 4,5,6 dan 7 disebut stadia vitellogenesis, terbentuk kuning telur yang berkumpul di dalam sel telur itu. Telur ini sekarang secara material telah lengkap. Untuk sampai pada stadia ini, ikan betina memerlukan makanan yang banyak mengandung protein serta suhu lingkingan pada kisaran yang cocok. Setelah selesainya stadia 7 itu, telur tetap pada keadaan ini untuk waktu beberapa bulan tanpa perubahan, dan disebut fase “dormant” atau “istirahat” atau dikenal sebagai telur matang gonad. Fase dormant ini akan berakhir dan terjadilah ovulasi jika terjadi keadaan lingkungan yang cocok, atau sebaliknya telur fase dormant tersebut akan mengalami kerusakan dan di serap bila kondisi yang cocok tidak kunjung datang dalam waktu yang cukup lama. Ovulasi ialah keadaan dimana telur-telur di dalam ovarium telah lepas dari dinding dan jatuh ke dalam rongga ovarium itu. Jika keadaan ini telah terjadi, maka bila perut ikan diurut ke arah lubang kelamin, telur-telur tersebut akan keluar dengan lancar. Proses ovulasi ini dikendalikan atau dipengaruhi oleh hormon gonadotrofin di dalam tubuh ikan. Sedangkan proses pembentukan hormon tersebut dipengaruhi oleh kondisi alam/lingkungan. 47 Gambar 3. 1 Gambar the fate of development eggs 48 5.2. Spermatogenesis Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium menjadi spermatid disebut spermatogenesis, sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa. awal spermatogenesis ditandai dengan perkembangan spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer, selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid sekunder yang diploid . Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid. Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. 49 Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus, bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bagian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, dari sini akan terbentuk kantung sperma. Ductus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menggunakan lubang yang sama. Proses ini diawali dengan pembentukan spermatogonium berubah jadi spermatocyt primer kemudian berkembang menjadi spermatocyt sekunder à spermatid à spermatozoa à spermatophore (spermatozoa tapi masih ada dalam vas deferens). Tempat Proses Spermatogenesis: Proses ini diawali dari spermatogonium sampai spermatocyt sekunder terjadi pada saluran efferent. Selanjutnya spermatid sampai spermatozoa terjadi pada ujung saluran efferent. Spermatophore terjadi pada saluran utama sperma sampai dengan vas deferent. Biasanya sperma yang telah masak akan mengalami kondisi dorman dan apabila di luar tubuh memungkinkan maka sperma akan dikeluarkan bersama degan cairan sperma yang disebut plasma. Plasma dihasilkan oleh tubuli seminiferi dan kelenjar tambahan yang disebut sebagai vesikula seminalis. Secara umum gabungan dari sperma dan plasma disebut sebagai semen. Plasma berfungsi sebagai penyangga (buffer). Selama dalam saluran efferent (yaitu fase spermatocyt sampai sperma) hidupnya dipelihara oleh sel-sel sertoli yang berfungsi memberikan makanan, menciptakan kondisi 50 yang aman untuk calon-calon sperma. Sperma ikan selama di dalam tubuh dalam kondisi pasif, akan tetapi jika dikeluarkan dari tubuh ikan akan segera bergerak aktif (apabila telah kontak dengan air). Penyebab aktifitas sperma: Untuk ikan air tawar yaitu tekanan hypotonis air, dan pada ikan air asin yaitu tekanan hypertonis air. NaCl: cairan yang menyamakan tekanan sel dengan tekanan luar, ada batas kejenuhan perubahan tekanan terhadap pergerakan sperma. Jika terlalu tinggi (lebih dari jenuh) akan mati. Struktur spermatozoa: 1. Kepala: Mengandung lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti yang hampir mengisi seluruh bagian kepala. Pada Elasmobranchii dan Rana ada Acrosoma (tudaung depan pada sperma). Pada Teleostei pada bagian kepala (belakang) diselaputi oleh tududng perisai yang disebut tudung belakang. Pada tudung belakang ini melekat sentriol depan dan filament porous (untuk mengatur rangsang). 2. Leher: Ada di belakang kepala, didalamnya terdapat: sentriol depan dan filament porous bagian depan 3. Badan : di belakang leher, pada badan terdapat sentriol, filament porous dan mitokondria 4. Ekor: terdiri dari bagian ujung di bagian utama. Pada bagian ujung hanya mengandung sitoplasma dan bagian utama terdapat filament diselingi sedikit sentriol, Filamen porous adalah kerangka lunak, saraf penggerak. Aktifitas 51 sperma berlangsung sangat singkat, diperkirakan waktunya 0,5 menit sampai beberapa menit, sedang jumlah spermatozoon untuk setiap cc semen/mani berkisar antara 10.000 – 20.000 juga hal ini tergantung kekentalan semen. Abnormalitas pada sperma: 1. Sperma dapat berbentuk abnormal Sperma dapat berbentuk lain dari biasa, hal ini karena kegagalan spermiogenesis (dari spermatid jadi sperma). Contoh: Kepala dua, ekor bercabang dua, kepala besar/kecil. Ekor kusut. 2. Kerapatan sperma Kerapatan sperma dalam tiap cc semen akan menentukan kemandulan, hal ini disebabkan rendahnya jumlah sperma akan mengganggu keberhasilan pembuahan. 3. Gerakan sperma Sifat gerakan sperma menentukan juga kemandulan ikan, jika gerakan terlalu lambat atau gerakan tidak menentu arahnya maka pembuahan sulit berlangsung. Ketahanan di luar tubuh: Spermatozoa mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah antara lain: 1. Terlalu rendah/tingginya suhu medium akan merusak pertumbuhan dan kemamuan membuahi. 2. Perubahan pH akan merusak spermatozoa, pH terlalu asam/basa akan mematikan spermatozoa 52 Rangkuman: Proses ovogenesis dimulai dari oogonium berkembang menjadi oosit primer, kemudian oosit sekunder, ootit dan ovum yang siap diovulasikan. Proses spermatogenesis dimulai dari spermatogonium, spermatosit primer, kemudian menjadi spermatosit skunder, spermatid, dan akhirnya menjadi spermatozoa. Tes : 1. Jelaskan tahapan perkembangan hingga menjadi spermatozoa? 2. Bagaimana struktur spermatozoa 3. Apa kriteria spermatozoa yang abnormal? Daftar Pustaka: Nagahama, 1 Waynarovich E. and Horvath, L. (1980): The Artificial Propagation of warm water fishes a manual for extension FAO fish tech paper 201:183 Pp. http://intanriani.wordpress.com/pembentukan-gamet-jantanspermatogenesis/ http://iqbalali.com/2008/02/01/spermatogenesis-vs-oogenesis/ http://sandurezu.wordpress.com/2010/06/07/spermatogenesis/ http://www.docstoc.com/docs/7099115/SPERMATOGENESIS-DANOOGENESIS http://www.scribd.com/ainirutser/d/57122105-Sperm-a-to-Genesis http://www.fao.org/docrep/005/AC742E/AC742E04.htm diunduh pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 05.00 wib. 53 Gambar 5.1. Oogenesis dan spermatogenesis 54 BAB VI PEMBUAHAN Standar Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami proses pembuahan pada ikan. Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan macammacam proses pembuahan pada ikan hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan proses pembuahan dan mengkomunikasikan perkembangannya. Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak). Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma 55 dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan mamalia. Namun ada sebagian dari golongan pisces yang melakukan pembuahan di dalam. Gambar 6.1. Zigot hasil pembuahan Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui anus. Saat akan bertelur, ikan betina 56 mencari tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui anus, sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam (tergantung suhu perairan). Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup. Tingkah laku pemijahan yang umum terjadi di ikan cichlid adalah mereka menyimpan telurnya di dalam mulut, yang kemudian dipelihara sampai anaknya sudah mampu untuk mencari makan sendiri. Parenting habits ini dilakukan oleh ikan yang mempunyai nilai fekunditas kecil. Reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan reproduksi, dapat dipastikan akan menganggu keseimbangan alam. Terkait dengan rantai makanan, apabila salah 57 satu mata rantai tersebut hilang, mengakibatkan ketidakseimbangan proses alam ini, terutama ekosistemnya. Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan. Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Cara reproduksi ikan yang ada antara lain : 1. Ovipar, sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya 2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio dapat suplai makanan dari induk. Anak ikan keluar dari tubuh induknya menyerupai induk dewasa 3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, tidak mendapat suplai makan dari induk dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan live bearers Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan seksual ikan antara lain spesies, ukuran, dan umur. Secara umum ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka waktu hidup yang relatif pendek, akan mencapai kematangan kematangan seksual 58 lebih cepat dibandingkan ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external fertilization). Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar. Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh si jantan. Proses pembuahan sel telur (oosit) oleh sel sperma berlangsung di luar tubuh ikan dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam sebuah sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot. Sebaliknya ikan yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang berkembangbiak secara ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly. Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan setiap kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas. 59 Proses kawinnya ikan didahului dengan pematangan sel-sel telur pada betina dan sel-sel sperma dalam testis pada ikan jantan. Selanjutnya proses kawin(spawning) pada ikan ini berlangsung secara alamiah/insting Diketahui ada cara lain dalam perkembangbiakan ikan yang direkayasa oleh manusia. Prosesini disebut induced spawning. Namun proses ini umumnya adalah untuk mematangkan gonad pada ikan yang dirangsang sedemikian rupa sehingga ikan mudah mengeluarkan telurnya dan mempercepat proses fertilisasi. Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan merupakan individu terpisah. Akan tetapi, pada beberapa famili, seperti Sparidae dan Serrinadae, jantan dan betinanya bisa terdapat pada satu invidu sehingga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai hermaphroditic. Pada hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama dihasilkan (baik pada waktu sama, maupun berbeda), selanjutnya mereka kawin dengan jenis hermafrodit lainnya. Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi pada ikan hermaphrodit yang akanmengeluarkan telur dan sperma secara simultan. Pada jenis hermafrodit yang lain pembuahan internal sendiri juga berlangsung. 60 sumber: akuakultur.blogspot.com Gambar 6.2. Perkembangan embrio pada ikan Rangkuman Proses pembuahan pada ikan yaitu diawali dengan bertemunya ovum dengan spermatozoa. Sel-sel spermatozoa akan me. Di perairan sel spermatozoa akan menuju ovum dengan bantuan feromon yang dikeluarkan sel telur, hanya satu sel spermatozoa yang beerhasil masuk melalui lubang mikrofil, selanjutnya terjadi peleburan dari nukleus betina dan nukleus jantan, dan akan menjadi zigot. 61 Tes 1. Bagaimana tahapan perkembangan zigot sampai menetas? DAFTAR PUSTAKA Aras Syazili, 2011, Embrio ikan. , aquacultur.blogspot.com /2011/04/embrio-ikan.html. Diunduh pada 24 Juni 20112 pukul 03.00 62 BAB VII SIKLUS HIDUP IKAN Standar Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami tahapan siklus hidup ikan di alam, meliputi induk, telur, larva, benih, juvenil,remaja, dewasa, induk. Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan macammacam tahapan dalam siklus hidup ikan hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan masing-masing tahapan dalam siklus hidup ikan. Tahapan Siklus Hidup Ikan · Siklus hidup ikan di alam meliputi stadia induk, telur, larva, benih, juvenil, remaja, dewasa dan induk. 63 7.1. Induk · Stadia induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Dalam stadia ini, gonad ikan betina sudah dapat memproduksi telur dan gonad ikan jantan sudah dapat memproduksi sperma. Ikan dengan stadia demikian sudah dapat melakukan aktivitas reproduksi (pemijahan). · Selain keberadaan telur dan sperma dalam tubuh, induk betina dan induk jantan dibedakan yakni ikan betina umumnya memiliki alat kelamin berupa lubang, sedangkan induk ikan jantan berupa tonjolan. Induk ikan betina umumnya juga memiliki perut yang buncit dan bila diraba pada bagian tersebut terasa lembek dan tidak keras, sedangkan induk ikan jantan relatif ramping, warna tubuh yang khas, seperti dahi yang lebih menonjol (bengkung), sirip punggung yang lebih panjang, warna dan pola warna yang lebih cemerlang dan menarik, serta yang lebih aktif dan galak . · Induk dalam melanjutkan keturunannya bisa bersifat parental care atau non-parental care . Induk ikan budidaya yang bersifat parental care (aktif atau pasif) adalah induk yang menjagai keturunannya (telur, larva, atau benih), sedangkan yang bersifat non parental care adalah induk yang tidak peduli terhadap keturunannya. Parental care pasif diwujudkan oleh induk dalam memproduksi telur yang berukuran cukup sebagai sumber energi bagi embrio dan larva dalam memulai kehidupan. Bentuk parental care pasif 64 lainnya adalah adanya zat racun pada telur sehingga dihindari oleh ikan predator (pemangsa). · Pada parental care aktif, induk jantan maupun betina secara aktif menjaga telur, larva atau benih. Sifat penjagaan tersebut dilakukan sejak pemilihan dan penyiapan tempat dan substrat untuk menempelkan telur, mengumpulkan dan membuat sarang hingga mengoksigenasi telur dengan cara mengipasi telur menggunakan sirip dada dan ekor, membersihkan substrat telur dan larva menggunakan mulut dan sirip dada, menjaga dan mengusir predator, menginkubasi telur dan larva di dalam mulut ( mouth breeder ), atau menempatkan telur di tempat tersembunyi dan aman. 7.2. Telur (Zigot) = embrio · Stadia telur (yang dibuahi) adalah output dari aktivitas pemijahan dan ketika menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan setelah keluar dari tubuh induk bersifat melekat (adesif) dan tidak melekat (nonadesif). Telur yang melekat memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air. Sifat pelekatan telur dibagi menjadi dua macam, yaitu pada objek (substrat) dan antar telur sehingga membentuk rumpun atau masa telur. · Tempat pelekatan (substrat) telur berupa benda keras dan lunak. Substrat benda keras seperti batu, pipa paralon, dan kaca akuarium biasanya digunakan untuk penempelan telur ikan siklid seperti ikan diskus, manvis, louhan, nila dan 65 mujair. Benda lunak seperti ijuk, akar eceng gondok, daun tanaman air dan lempeng akar pakis sering digunakan sebagai substrat penempelan telur ikan mas, lele, neon tetra, dan mas koki. · Telur yang bersifat tidak melekat dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan berat jenisnya terhadap air, yaitu mengapung dipermukaan air, melayang di dalam kolam air, dan menggelinding di dasar wadah. · Telur yang dibuahi selanjutnya berkembang menjadi embrio dan menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi (mati). Untuk perkembangan, digunakan energi yang berasal dari kuning telur ( yolk sac ) dan kemudian butir minyak ( oil globule ). Oleh karena itu, kuning telur terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi mewadahinya maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva (menetas). 66 Gambar 7.1. Perkembangan Telur ikan trout 7.3. Larva · Larva adalah anak ikan yang berukuran sangat kecil dan belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti 67 induknya). Larva masih dalam proses perkembangan (development) menuju bentuk yang definitif. Pada saat tersebut, larva belum memiliki organ tubuh yang lengkap, bahkan organ yang sudah ada pun masih bersifat sederhana (primitif) sehingga belum berfungsi maksimal. Larva adalah anak ikan yang memiliki morfologi, anatomi, dan fisiologi yang masih sederhana dan terus berkembang menuju kesempurnaan. · Untuk keperluan perkembangan, larva membawa cadangan energi tersebut (endogenous feeding) untuk perkembangan organ tubuh. Oleh karena itu, kuning telur dan butir minyak akan menyusut dan habis sejalan dengan perkembangan organ tubuh larva. Sebelum kuning telur habis, larva diharapkan sudah bisa memangsa dan mengonsumsi serta mencerna pakan dari luar ( exogenous feeding ). Dengan demikian, terjadi overlap antara endogenous feeding dengan exogenous feeding ). Apabila terjadi gap antara endogenous feeding dengan exogenous feeding, kemungkinan besar larva akan mati. · Dengan ukuran tubuh larva yang kecil dan bukaan mulut larva juga kecil, dibutuhkan pakan larva yang berukuran lebih kecil dari bukaan mulut tersebut. Pakan larva ikan umumnya berupa pakan alami, biasanya dari golongan zooplankton. Hampir semua larva ikan, baik ikan herbivora, omnivora, maupun karnivora bersifat predator ( predatory stage ). Oleh karena itu, pakan alami larva umumnya berupa zooplankton. 68 7.4. Benih · Benih adalah anak ikan yang memiliki bentuk tubuh definitive seperti induknya. Benih berbeda dengan induknya dalam ukuran dan tingkah laku reproduksinya saja. Tingkah laku makan ( feeding habits ) ikan stadia ini sudah mengarah kepada jeniis makanan seperti yang dikonsumsi secara alami oleh induknya. Perilaku makan ikan herbivora sudah mulai tampak pada stadia benih, padahal pada stadia larva masih bersifat karnivora ( predatory stage ). · Laju pertumbuhan ikan stadia benih mulai meningkat dan akan melesat lebih cepat lagi pada stadia juvenil. Oleh karena itu, pada fase ini faktor pakan dan pemberian pakan serta lingkungan, terutama oksigen terlarut ( dissolved oxygen, DO), amoniak, karbondioksida dan suhu harus diperhatikan. Pakan (secara kuantitas dan kualitas) yang dikonsumsi oleh ikan akan dimetabolisir sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan buangan metabolisme (amoniak dan karbondioksida). 7.5. Juvenil · Juvenil adalah ikan yang memiliki bentuk tubuh seperti induknya, tetapi lebih kecil dan organ reproduksinya masih dalam perkembangan sehingga belum berfungsi. Pada stadia ini, laju pertumbuhan ikan berada dalam kecepatan yang maksimum sebelum melambat ketika memasuki stadia dewasa. Hal ini disebabkan hampir seluruh energi 69 yang diperoleh dari makanan digunakan untuk keperluan pertumbuhan daging (somatic). 7.6. Dewasa · Organ reproduksi ikan dewasa dan ikan induk sudah berfungsi sehingga berpotensi melakukan reproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan. Pada stadia ini, laju pertumbuhan daging (somatic) ikan melambat karena sebagian energi yang diperoleh dari aktivitas feeding digunakan untuk pertumbuhan reproduktif (generatif) seperti perkembangan, pertumbuhan dan pematangan gonad serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif lainnya seperti pencarian pasangan kawin, percumbuan dan sebagainya. Rangkuman: Tahapan siklus hidup ikan di alam, meliputi induk, telur, larva, benih, juvenil,remaja, dewasa, induk. Tes: 2. Jelaskan masing-masing tahapan siklus hidup ikan di alam.! Daftar Pustaka Waynarovich E. and Horvath, L. (1980): The Artificial Propagation of warm water fishes a manual for extension FAO fish tech paper 201:183 Pp. 70 BAB VIII SIKLUS REPRODUKSI IKAN Standar Kompetensi: Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami siklus reproduksi ikan yang merupakan sinkronisasi dari sifat endogenous dengan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan gonad. Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan keterkaitan sifat endogenous dengan faktor lingkungan sebagai pemicu dalam kecepatan perkembangan gonad, sehingga dapat terjadi reproduksi sebagai siklus tahunan hingga 90% benar. Indikator: Dapat mendiskripsikan perkembangan gonad dan mengkomunikasikan keterkaitan sifat endogenous, lingkungan dan kecepatan perkembangan gonad. 8.1 Siklus Pemijahan Siklus reproduksi / pemijahan ikan berhubungan erat dengan perkembangan gonad, terutama ikan betina. Secara umum tahaptahap perkembangan gonad ikan jantan adalah spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder spermatid, metamorfose 71 dan spermatozoa. Volume gonad ikan jantan bisa mencapai 5% dari bobot total tubuhnya. Sedangkan tahap perkembangan ikan betina meliputi oogonia, oosit primer, oosit sekunder dan ova atau telur. Karena siklus reproduksi terkait erat dengan perkembangan gonad ikan betina, maka pembahasan tentang siklus reproduksi lebih ditekankan pada kematangan gonad ikan betina dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Periode antara siklus reproduksi ke siklus reproduksi berikutnya tergantung tingkat kematangangonad yang sudah dicapai. Ada yang membutuhkan waktu singkat namun ada juga membutuhkan waktu yang lama hingga tahunan. Faktor eksternal memegang peranan yang penting, terutama ketersediaan pakan yang ada di lingkungan. 8.2. Siklus Reproduksi Tahunan Ikan Ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan yang memacu perkembangan gonad dan dipertahankan siklusnya selama ikan masih mampu bereproduksi. Siklus reproduksi ikan bersifat endogenous dan ketika disinkronisasikan dengan musim akan memberi isyarat pada otak untuk merespon kondisi lingkungan tersebut. Cahaya dan suhu merupakan faktor lingkungan penting yang menginisiasi dan mengatur kecepatan perkembangan gonad. Faktor tersebut bekerja sebagai isyarat yang memperantarai perbedaan setiap fase dari siklus reproduksi ikan 72 Sinyal atau isyarat yang mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan ritme reproduksi tahunan dengan ritme lingkungan dalam setiap tahun bertindak sebagai kalender yang sesuai dengan perubahan-perubahan suhu, pencahayaan dan ketersediaan makanan bagi larva dalam setiap musim yang berbeda setiap tahun Ikan yang memiliki periode pemijahan musiman mempunyai suatu penanda jam internal ketika musim pemijahan datang (Gambar 1) 8.3. Musim Pemijahan Proses pemijahan adalah proses yang ditujukan oleh suatu spesies ikan dalam bentuk tingkah laku melakukan perkawinan. Pada ikan air tawar yang hidup di perairan tropis, terlihat bahwa musim memijah ikan lebih panjang waktunya. Setiap individu lain, namun demikian masih tetap terlihat adanya puncak-puncak musim memijah dalam setiap periode waktu tertentu (Peter dan Hontela dalam Deswita 1995). Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan gonad semakin besar dan berat. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan sampai selesai (Effendie, 1997). Abidin (1996) menyatakan selama dalam proses perkembangan baik dalam tahap pertumbuhan maupun tahap pematangan gonad atau produksi, gonad ikan akan mengalami perubahan-perubahan, seperti perubahan berat, volume serta perubahan morfologi. Perubahan-perubahan ini sering dipakai sebagai indikator dalam menentukan tingkat perkembangan gonad dalam proses oogenesis pada ikan betina atau spermatogenesis 73 pada ikan jantan. Bye (1984) menyatakan bahwa umumnya species ikan menunjukkan siklus reproduksi tahunan (annual), tengah tahunan (binual) dan siklus reproduksi akan tetap berlangsung selama fungsi reproduksi masih normal. Ikan adalah hewan air yang melaksanakan kegiatan reproduksi secara temporal. Pemijahan ikan kebanyakan bersifat musiman, sementara beberapa jenis diantaranya dapat memijah beberapa kali dalam setahun. Pemijahan periodik setiap spesies ikan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, baik suhu ataupun cahaya berpengaruh pada organ-organ indera dan selanjutnya mempengaruhi berturut-turut sistem syaraf pusat, hipotalamus, hipofisis dan akhirnya memacu perkembangan gonad Faktor endogen yang terutama melibatkan peran hormon-hormon yang berkaitan dengan organ-organ reproduksi menimbulkan ritme internal atau circannual periodicity yang mengatur (paling tidak sebagian) reproduksi musiman Proses perkembangan alat reproduksi ikan dan pemijahannya secara alami merupakan respon terhadap rangsangan lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, fluktuasi penyinaran ataupun sirkulasi air merupakan faktor yang sangat berperan dalam pengaturan aktivitas reproduksi musiman ikan Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus reproduksi ikan di perairan terdiri dari faktor fisika, kimia dan biologi. Untuk ikan di daerah 74 tropis faktor fisika yang utama mengontrol siklus reproduksi adalah substrat dan arus, faktor kimia adalah gas-gas terlarut; pH, nitrogen, metabolik, alkalinity, kesadahan dan zat buangan yang berbahaya bagi kehidupan ikan di perairan. Selanjutnya faktor biologi di bagi atas faktor biologi dalam dan faktor biologi luar. Faktor biologi dalam meliputi faktor fisiologi individu dan respon terhadap berbagai faktor lingkungan. Faktor biologi luar yang penting adalah predator dan kompetisi sesama spesies ikan tertentu atau dengan spesies lain. Berdasarkan dinamika perkembangan oosit, Wallace dan Selma (1980) dan De Vlamming dalam Syandri (1993) mengklasifikasikan pola perkembangan gonad ikan Teleostei ada tiga type yaitu: · Tipe Sinkronisme total, oosit dalam ovari dibentuk dalam waktu yang bersamaan, tumbuh bersama-sama melalui tahapan perkembangan dan tidak ditemukan adanya oosit pada tingkat perkembangan yang berbeda. · Type ovari demikian ditemukan pada species yang bersifat anadromus dan katadromus yang mempunyai musim pemijahan sangat terbatas dan harus bermigrasi cukup jauh untuk mencapai lokasi pemijahan · Tipe Sinkronisme kelompok, ditemukan paling tidak dua populasi yang berbeda pada tingkat perkembangan oosit yang berbeda. Kebanyakan species Cyprinidae mempunyai pola perkembangan ovari yang demikian. · Tipe Asinkronisme, ditemukan oosit pada tingkat perkembangan yang berbeda, sementara oosit baru terus 75 muncul. Ditemukan pada spec ies ikan yang memijah sepanjang tahun. Lowe Me Connel (1975) menyatakan bahwa berdasarkan kepada pola pemijahannya, ada 4 tipe reproduksi ikan air tawar yang mengisi perairan tropis yaitu : · Tipe “Big Bang Spawner” yaitu species ikan yang memijah satu kali seumur hidupnya. · Tipe “Total Spawner” yaitu golongan ikan yang mengeluarkan telurnya secara keseluruhan pada satu kali memijah. Tipe reproduksi seperti ini mempunyai fekunditas yang tinggi dan musim pemijahan yang terbatas. · Tipe “Partial Spawner” atau “Multiple Spawner” yaitu ikan yang berpijah di sungai dikaitkan dengan fluktuasi tingginya permukaan air akibat hujan atau banjir. Beberapa ikan dari famili Cyprinidae, Characoida e dan Siluridae tergolong pada pemijahan ini. · Tipe “Small Brood Spawner” yaitu golonga n ikan air tawar yang mempunyai fekunditas sangat sedikit dan umumnya species ikan yang melindungi telur dan anak di dalam mulutnya. Dalam pemijahan di alam, telur dibuahi oleh sperma dalam air setelah dikeluarkan oleh induk betina. Proses ini biasanya didahului oleh aktivitas percumbuan oleh kedua induk ikan tersebut. Pemijahan induk ikan secara alamiah bisa berlangsung secara berkelompok atau berpasangan. 76 8. 4. Interaksi gonad, lingkungan dan sistem hormon Ada 3 komponen yang mempengaruhi proses pemijahan pada ikan, yaitu gonad, sistem hormon dan lingkungan. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lainnya. · Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu proses pemijahan dapat berlangsung, yaitu : · Individu ikan jantan dan betina sudah matang gonad. Ikan yang siap untuk dipijahkan sudah berada pada tingkat kematangan IV (Effendie, 1997). Tingkat kematangan gonad dari suatu individu dapat ditunjukan dengan melihat alat kelamin ataupun morfologi dari tubuh ikan yang akan dipijahkan. · Adanya rangsangan lingkungan. Hal ini berhubungan timbulnya ransangan hormon dalam tubuh ikan untuk memijah. Menurut Harvey dan Hoar (1979), kondisi lingkungan seperti hujan, habitat, oksigen terlarut, suhu, cahaya, fisika kimia air lainnya akan merangsang otak untuk memerintahkan kelenjar hipothalamus dan hipofisa mensekresikan atau melepas hormon dalam merangsang p emijahan ikan · Adanya rangsangan dari lawan jenis. Menurut Effendie (2004), dalam proses pemijahan, keberadaan lawan jenis kelamin akan merangsang induk ikan untuk memijah. Rangsangan ini disebabkan oleh feromen, yaitu suatu zat yang dikeluarkan oleh ikan yang berlawanan jenis kelaminnya tersebut. · Adanya substrat. Pada ikan yang memiliki sifat telur menempel, adanya subtrat pemijahan dapat merangsang terjadinya pemijahan (Effendie, 2004). 77 8. 5. Hubungan Siklus Pemijahan dengan Lingkungan 8.5.1 Stimulasi Cahaya Pembesaran secara bertahap perkembangan gonad induk ikan yang memasuki masa pra-pemijahan tergantung fotoperiode (pencahayaan lingkungan secara alami) dan suhu. Fotoperiode panjang (siklus terang lebih lama dari pada siklus gelap) menginduksi pengaruh pemauan proses perkembangan gonad ikan. Fotoperiode pendek (siklus gelap lebih lama dari pada siklus terang) menyebabkan kerusakan siklus pemijahan yang menjurus pada regresi /atresia gonad. Pengaruh stimulasi perubahan pencahayaan lingkungan (fotoperiode) diterima sel fotoreseptor retina mata ikan, kemudian impuls cahaya tersebut diteruskan ke organ pineal yang terdapat pada bagian atas diensefalon otak ikan. Organ pineal bertindak sebagai transducer neuroendocrinal (sinyal yang dapat mengubah informasi isyarat cahaya masuk menjadi isyarat untuk memproduksi hormon), yang selanjutnya sinyal ini diteruskan ke hipotalamus. Stimulasi cahaya lingkungan dalam mempengaruhi pemacuan sekresi hormon yang diproduksi pada hipotalamus untuk menginduksi pelepasan hormon gonadotropin pada hipofisis terhadap pemasakan gonad. 78 Secara alami, faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, curah hujan dan sirkulasi air sangat mempengaruhi aktivitas pemijahan induk-induk ikan yang telah masak gonad. Interaksi antara stimulus eksternal yang menggerakkan sinyal-sinyal hormonal dalam pengaturan siklus reproduksi tahunan ikan berfungsi sebagai pemacu untuk melepaskan hormon yang diproduksi pada sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad yang terkait dengan pembentukan sperma dan telur. Faktor kunci penting adalah ada atau tidaknya penghambatan sekresi Gonadotrophine Releasing Hormone (GnRH) yang diproduksi sel neurosekretorik hipotalamus akibat pengaruh faktor lingkungan merupakan mekanisme jalur pengaturan tahapan perkembangan gonad ikan Gonad sebagai organ reproduksi ikan memiliki beberapa fungsi penting yang berkaitan dengan produksi hormon-hormon steroid, produksi gamet maupun untuk menginduksi dan mempermudah terjadinya pemijahan ikan. Gonad jantan (testis) dan gonad betina (ovarium) penting dalam melangsungkan proses-proses reproduksi ikan yang dimulai dari perkembangan setiap fase gametogenesis (spermatogenesis dan oogenesis) sampai dengan fertilisasi antara spermatozoa dan ovum. Testis pada ikan Teleostei berjumlah sepasang dan dibentuk oleh tubulus longitudinalis. Umumnya testis ikan ditopang secara memanjang oleh mesorchia ginjal pada bagian atas rongga tubuh, 79 dan testis ikan terletak di sepanjang daerah ginjal sampai ke lubang urogenital papila dihubungkan oleh vas deferens yang merupakan saluran keluarnya spermatozoa Testis tersusun atas tubulus seminiferus dan sel-sel interstitialis (sel Leydig) yang terletak diantara tubulus-tubulus tersebut. Pada ikan, pemberian nama sel Leydig sering digunakan dalam istilah biologi reproduksi mamalia yang dianggap homolog dengan lobule boundary cells yang terdapat diantara tubulus seminiferus (Hoar, 1984). Tubulus seminiferus, terdiri atas : (1) tunika jaringan penyambung fibrosa ; (2) lamina basalis yang merupakan dinding dasar tempat melekatnya sel-sel spermatogonia (sel-sel folikel testis) dan (3) epitel germinativum. Epitel germinativum ini terdiri atas sel Sertoli dan primordial germ cells (sel germinal testis). Sel Sertoli mempunyai fungsi nutritif yakni memberikan nutrien-nutrien yang diperlukan untuk perkembangan sel-sel spermatogenik dan fungsi endokrin yakni mensekresikan suatu protein pengikat androgen (ABP : Androgen Binding Protein) yang berperan untuk mengikat dan mengkonsentrasikan testosteron yang penting untuk melangsungkan proses-proses spermatogenesis Primordial germ cells merupakan calon sel spermatogenik yang terletak diantara lamina basalis dan lumen tubulus seminiferus. Selsel ini berkembangbiak beberapa kali dan berdiferensiasi sampai membentuk spermatozoa dalam proses spermatogenesis. Ketika dimulai proses spermatogenesis, sel Sertoli membentuk 80 siste-siste (merupakan siste seminiferus) bersamaan dengan perubahan bentuk dari spermatogonia sekunder menjadi spermatosit primer. Siste-siste ini berdiferensiasi secara sinkronis menjadi spermatosit sekunder, spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa Sel Leydig merupakan tempat penyimpanan kolesterol-kolesterol dalam bentuk droplet-droplet lipid (butiran lemak) dalam sitoplasmanya. Kolesterol tersebut merupakan prekursor (bahan baku) untuk selanjutnya diubah menjadi progesteron dan akhirnya diubah menjadi testosteron oleh proses enzimatik setelah diinduksi LH (Luteinizing Hormone). Ringkasan Siklus reproduksi ikan yang merupakan sinkronisasi dari sifat endogenous dengan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan gonad. Tes 1. Faktor endogenous yang dapat mempengaruhi perkembangan gonad ikan, bagaimana mekanismenya? 2. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam terjadinya siklus reproduksi. Bagaimana prosesnya? Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan; Pencernaan. PAU Ilmu Hayat IPB. 215 Ellis, A.E. 1988. Fish Vaccination. Academic Press. 255 h. 81 http://putraderita.blogspot.com/2012/03/peranan-hormon-dariluarinjeksi-pada.html. Diunduh tanggal 25 Juni 2012 pukul 20.00 wib Effendi, I. 2004. Pengantar Budidaya . Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta 82 BAB IX TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN Standar Kompetensi Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami tingkah laku pemijahan pada ikan meliputi: pra pemijahan, pemijahan, dan pasca pemijahan (spawning). Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan tingkah laku pemijahan pada ikan meliputi, pra pemijahan, pemijaahan dan pasca pemijahan hingga 90 % benar Indikator: Dapat mendiskripsikan pola tingkah laku pemijahan pada ikan yang tergolong pra pemijahan, pemijahan dan pasca pemijahan dan mengkomunikasikan keterkaitan sifat ikan dengan aktivitasnya pada masing-masing fase. 83 9.1. Tingkah laku pemijahan ikan Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan reproduksi dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra pemijahan, fase pemijahan, fase pasca pemijahan. Berdasarkan hal ini maka tingkah laku ikan itu dapat Pula dibagi menjadi tiga yaitu tingkah laku pada fase pra pemijahan, tingkah laku ikan pada fase pemijahan dan tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan. Tingkah laku reproduksi ini berhubungan erat dengan sifat ikan itu sendiri. Apakah ikan itu melakukan perlindungan terhadap keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya dapat dikatakan relatif lebih banyak variasinya dari pada ikan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan. 9.2. Pra Pemijahan Macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan diantaranya ialah: aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan dan lainlain. Pada ikan yang bertelur di sarang, maka kegiatan pra pemijahan meliputi pembuatan sarang busa (pada ikan sepat), sarang dari anyaman rumput-rumput kering dan akar (pada ikan gurame). Ikan cupang jantan akan menampilkan atraksi-atraksi yang atraktif di depan betina, diantaranya membuka tutup insangnya sambil digetar- 84 getarkan hingga insangnya yang berwarna merah akan nampak jelas. Pada sebagian ikan yang lain, pada fase ini si jantan akan membersihkan permukaan substrat sebagai tempat menempelnya telur dengan cara meniup-niupkan udara dari mulutnya. 9.3. Pemijahan Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah: Bersamaan dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Pada waktu pemijahan ini si ikan betina berenang lebih cepat, diikuti ikan jantan, hingga nampak seperti berkejarkejaran. Sekali waktu ikan betina akan melompat-lompat dan diikuti pengeluaran telurnya (spawning) disusul si jantan mengeluarkan spermanya dekat dengan sel telur dikeluarkan. Hal ini dimungkinkan agar proses pembuahan dapat terjadi dengan baik. 85 9.4. Pasca Pemijahan Tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang sedang berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain. Semua tingkah laku ikan itu merupakan resultante sejumlah rangsangan motoris yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan internal berasal dari sekresi hormon, sedangkan rangsangan luar berasal dari berbagai macam sumber seperti faktor lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang dimediasikan melalui organ-organ sensori dari visual. Begitu ikan memperlihatkan suatu tindakan sebenarnya merupakan suatu fenomena yang dinamik, termasuk tingkah laku "hibernasi" dan "aestivasi" musim panas. Sebagai tambahan terhadap fungsi dalam pengaturan tingkah laku, sistem hormon juga mengatur perkembangan sifat seksual sekunder yang berhubungan erat dengan interaksi tingkah laku. Yang memegang peranan penting dalam sifat seksual sekunder ini adalah steroid_yang dihasilkan gonad. Hal ini meliputi pewarnaan tubuh dalam pemijahan sebagai daya tarik pasangannya, persaingan antara ikan-ikan jantan, mempertahankan isolasi reproduksi dan bentuk-bentuk structural pada tubuh yang mrliputi timbulnya semacam jerawat di atas kepala pada masa pemijahan , modifikasi sirip seperti gonopodium ikan 86 famili poeciliidae temasuk sifat seksual pada ikan yang dipengaruhi steroid. 9. 5. Komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan Gonad, Sinyal Lingkungan, Sistem Hormon sumber: FAO Gambar 9.1. Intervensi lingkungan dalam kegiatan pemijahan 87 Gambar 9.2. Peran hormon dalam proses ovulasi 88 9.6. Feromon Feromon adalah bahan kimia disekresi dan disampaikan ke reseptor pembau dengan reaksi yang spesifik. Fungsi feromon ikan dapat dibagi tiga,yakni: (1) Sebagai alarm dan pengenalan spesies, (2) Untuk pengenalan seks dan perubahan tingkah laku seksual, (3) Untuk pengenalan wilayah 9.7. Pengenalan Seks dan Perubahan Tingkah Laku Seksual Teleostei dan beberapa elasmobranch melakukan komunikasi dengan sinyal kimia untuk mengontrol fertilitas, koordinasi seksual, dan koordinasi tingkah laku seksual. Pada beberapa spesies, ikan jantan tertarik untuk berintegrasi dengan betina melalui bau. Steroid seks merupakan salah satu bahan kimia yang secara spontan membangkitkan afinitas elektrik organolfaktori. Pada ikan mas misalnya, jantan dewasa dapat membedakan ikan betina matang gonad melalui feromon yang terkandung dalam cairan ovary yang dilepaskan sesaat setelah ovulasi. Substansi daya tarik dari gonad umumnya bersumber dari feromon seks yang terlarut dalam air. Ikan guppy (Poecilia reticulate) jantan tertarik pada air yang sebelumnya ditempati betina, terutama oleh betina yang sedang bunting. Feromon seks juga menyebabkan sinkronisasi pelepasan sperma dari jantan dan telur dari betina ikan karper (Cyprinus carpio) sehingga pembuahan dapat terjadi secara efektif. 89 Induk dalam melanjutkan keturunan bisa bersifat parental care atau non parental care Parental care pada ikan : Induk ikan secara aktif menjaga telur, larva bahkan benih. 90 Gambar 9.3. Kegiatan Parental Care/Pengasuhan dari induk 91 Rangkuman: Tingkah laku reproduksi pada ikan meliputi: pra pemijahan, pemijahan, dan pasca pemijahan (spawning). pemijahan meliputi: pembuatan sarang, Kegiatan pra pencarian daerah pemijahan yang sesuai, mencari pasangan, dll, sedangkan pada kegiatan pemijahan meliputi gerakan-gerakan perayuan yang dilakukan jantan, hingga si betina mengeluarkan telur-telurnya diikuti si jantan mengeluarkan spermanya. Pada kegiatan pasca pemijahan meliputi penjagaan telur-telur yang sudah dibuahi atau si kedua induk segera pergi. Tes 2. Kegiatan parental care yang dilakukan ikan dalam bentuk apa saja? 3. Bagaimana interaksi pengaruh lingkungan, ikan yang matang gonad dan hormon, sehingga terjadi kegiatan pemijahan? Daftar Pustaka http://www.fao.org/docrep/005/AC742E/AC742E00.HTM diunduh tanggal 20 Juni 2012 pukul 10.00 wib. Waynarovich E. and Horvath, L. (1980): The Artificial Propagation of warm water fishes a manual for extension FAO fish tech paper 201:183 Pp. 92 BAB X POLA PEMIJAHAN IKAN Standar Kompetensi Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami pola pemijahan/ spawning pada ikan, meliputi kesempatan melakukan pemijahan, pasangan dalam pemijahan, kepastian jenis kelamin ikan, partenogenesis, karakteristik jenis kelamin sekunder, persiapan sarang pemijahan, tempat terjadinya pembuahan, pengasuhan oleh induk. Kompetensi Dasar: Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan tingkah laku pemijahan pada ikan meliputi, pra pemijahan, pemijaahan dan pasca pemijahan hingga 90 % benar Indikator: Dapat mendiskripsikan pola tingkah laku pemijahan pada ikan yang tergolong pra pemijahan, pemijahan dan pasca pemijahan dan mengkomunikasikan keterkaitan sifat ikan dengan aktivitasnya pada masing-masing fase. 93 10.1. Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari. Beberapa pola pemijahan (perkawinan) ikan berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin, pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya. Tentu saja mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak faktor baik internal maupun eksternal. 10.2. Kesempatan Melakukan Pemijahan. a. Semelparous (memijah sekali kemudian mati) Contoh: ikan salmon, lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisau-pisau). efendybloger.blogspot.com Gambar 10.1. Ikan Salmon (Onchorynchus sp) 94 Gambar 4.2 Ikan Lamprey (Petromyzon) fishingmania.mywapblog.com Gambar 10.3. Ikan knifefish (Ikan belida) b. Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya) Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tidak bersamaan. contoh: ikan-ikan rivulines. 95 by Loureiro, M. fishbase.us Gambar 5. Ikan Rivulines c. Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun contoh: sebagian besar ikan asuk dalam kategori ini Elasmobranchii (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan berparu-paru), perciforms, Betta spp. (ikan cupang). ulysitompul.blogspot.com Gambar 6. Ikan Lungfish/ Ikan paru paru 96 10.3. Pasangan dalam Pemijahan. a. Promiscuous: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. Jadi ikan jantan akan membuahi beberapa ikan betina dan ikan betina akan dibuahi oleh beberapa pejantan. Contoh: herring, livebearers, sticklebacks, surgeon fish. b. Polygamous Polygyny: ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. contoh: sebagian besar jenis chichlids (mujaer), serranidae, angelfish (maanvis), gurami. c. Polyandry : ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. contoh: anemone fishes (nemo). d. Monogamy : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa periode pemijahan. contoh: serranus (jenis beronang), beberapa jenis cichlid (misalnya ikan Oscar), jawfish, hamlets, cat fish (lele) 10.4. Jenis kelamin Ikan a. Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin. contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranchii, cypriniformes, salmoniformes). b. Hermaphroditic : kemungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan gonad. 97 - Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus. - Sequential (ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya). - Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan. contoh: Anemone fishes, Lates calcalifer (ikan kakap). - Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah menjadi jantan) contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp. 10.5. Partenogenetik (Terjadi perkembangan telur tanpa pembuahan). a. Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan telurnya saja. contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (jantan tidak berkontribusi terhadap material genetik, hanya sebagai trigger). b. Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan, tetapi tidak pada musim pemijahan berikutnya. contoh: Poeciliopsis. 10.6. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder a. Monomorphic b. Sexually dimorphic c. Polymorphic 98 10.7. Persiapan Sarang Pemijahan a. Tidak membuat sarang, dilakukan oleh ikan yang cenderung meyerakkan (menyebarkan) telurnya ke perairan. contoh: ikan salmon, ikan tawes dan nilem. b. Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujaer). 10.8. Tempat Terjadinya Pembuahan a. External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan. b. Internal:pembuahan terjadi didalam tubuh ikan betina. contoh:elasmobranch, livebearers. c. Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberapa jenis cichlids, ikan arwana. 10.9. Pengasuhan oleh Induk a. Induk tidak mengasuh anaknya, contoh: sebagian besar species ikan b. Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea catfishes, greenlings c. Betina mengasuh anaknya: 99 Ovipar tanpa pengasuhan pasca pemijahan, contoh: Oreochromis Ovovivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: rock fishes (Sebastes) Vivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: elasmobranch, Poecillia d. Pengasuhan bersama ikan jantan dan betina, contoh: discus, cichlasoma e. Bantuan oleh juvenil lainnya: beberapa jenis cichlid Afrika. 10.10. Habitat Pemijahan: a. Litofil b. Pelagofil c. Fitofil d. Bentofil 100 Gambar 10.6. Perkembangan telur pada fase GVBD Telur ikan pada kondisi Geminal Vesicle Breakdown (GVBD) pada ikan yang memiliki habitat pelagofil dan pada ikan benthofil. Rangkuman: Pola pemijahan/ spawning pada ikan, meliputi kesempatan melakukan pemijahan ada yang hanya satu kali seumur hidup, ada yang beberapa kali dalam setahun. Pasangan dalam pemijahan, pada ikan ada yang monogami ada yang poligami. Kepastian jenis kelamin ikan (gonochorisme) ada yang sudah diketahui pada saat masih muda, ada yang baru diketahui menjelang dewasa. 101 Tes: 4. Apa yang dimaksud dengan gonochorisme 5. Bagaimana proses perubahan jenis kelamin pada ikan hermafrodit? Daftar Pustaka: Waynarovich E. and Horvath, L. (1980): The Artificial Propagation of warm water fishes a manual for extension FAO fish tech paper 201:183 Pp. http://genomics.aquaculture-europe.org../ cryocyte.ocean.org.il. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2012. pukul 12.00 wib. 102 BAB XI IKAN AIR TAWAR 11.1. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Gambar 11.1 Ikan Gurami (Osphronemus goramy) a. Klasifikasi: Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Osphronemidae Genus : Osphronemus Spesies : Osphronemus goramy Nama binomial Osphronemus goramy 103 b. Tingkah laku pemijahan: Pada kegiatan pra pemijahan: Jantan akan mempersiapkan sarang berupa anyaman dari rumput-rumput kering, hingga membentuk seperti sarang burung. Ketika menjelang pemijahan ikan jantan akan melakukan kegiatan perayuan pada ikan-ika betina yang sudah matang gonad. Setelah pemijahan berakhir, induk jantan melakukan pemijahan dengan induk yang lain dalam satu siklus reproduksi Ciri-ciri induk betina dan jantan: a. Betina - Berumur antara 2-5 tahun. - Dahi menonjol. - Dasar sirip dada terang gelap kehitaman. - Dagu putih kecoklatan. - Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak. - Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan. b. Jantan - Dahi menonjol. - Dasar sirip dada terang keputihan. - Dagu kuning. - Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik. - Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. c. Fekunditas: 100.000 butir/kg BB d. Pola pemijahan : Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. 104 e. Pasangan dalam Pemijahan: Polygamous polygyny : perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:4, kemampuan jantan untuk mengawini lebih dari satu induk dalam satu kali siklus pemijahan. f. Jenis kelamin Ikan Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin. g. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder :Monomorfik h. Habitat Pemijahan: perairan dengan air jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi i. Rangsangan Lingkungan: petrichor, aliran air/ air hujan, vegetasi (daun keladi) j. Tingkah laku pemijahan: Induk jantan akan membuntuti ikan betina dan menciumi bagian ventral ikan betina, hingga melakukan gerakan bergulingan, menghadang dari depan. k. Tempat Terjadinya Pembuahan Eksternal: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan di sarang yang sudah dibuat. l. Pengasuhan oleh Induk (Parental care): Setelah pemijahan berakhir, induk betina akan menutupi sarang dengan rumput kering dan si betina menjaga di depan sarang. Pada saat menjaga calon anaknya ini, induk betina akan mengipas-ipaskan sirip terutama sirip ekornya ke arah sarang dan gerakan ini akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air . 105 m. Lama pemijahan: Dalam keadaan normal, proses pemijahan biasanya berlangsung selama dua hari setelah sarang selesei dibuat. Pemijahan dapat terjadi sore hari, sekitar pukul 13.00 – 17.00 hingga menjelang malam. n. Daftar Pustaka: Goernaso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta. Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK . Pusat Perbukuan DepartemenPendidikan Nasional.Jakarta. Guzfir, 2009. Suyanto, SR. 1991. Klasifikasi Ikan Bawal . http://guzfir. blogspot.com. diunduh tanggal 25 Juni 2012 106 11.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Gambar 11.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) a. Klasifikasi: (Saanin, 1968) Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Cypriniformes Famili : Characidae Genus : Colossoma Spesies : Colossoma macropomum c. Pola pemijahan: Telurnya menyebar, pemijahannya beramai-ramai alias massal. Bereproduksi pada awal dan selama musim hujan. d. Jenis kelamin: Berdasarkan ciri seksual sekunder, dapat ditentukan jenis kelamin, terutama morfologi dan warna (dikromatisme). 107 e. Fekunditas relatif: 100.000 butir/kg BB f. Ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut: a. Betina - Mulai matang gonad 2 – 4 tahun dengan berat 3 – 4 kg - perut buncit, lembek dan lubang kelamin berwarna kemerahan - induk ikan betina memiliki postur tubuh melebar dan pendek, operculum halus dan warna kulit lebih gelap - Perut dan bibir urogenitalnya berwarna merah atau kemerah-merahan. Perut lembek dan lubangkelamin agak membuka. g. b. Jantan - postur ikan jantan relatife lebih langsing, panjang danoperculumnya agak kasar (Abbas, 2001) - Jantan: perut langsing, warna merah, bila diurut dari perut kearah kelamin keluar cairan berwarna putih/sperma. Kesempatan Melakukan Pemijahan: sekali setahun atau lebih. Pemijahan dilakukan pada musim hujan. i. Pasangan dalam Pemijahan: Polygamous polygyny : Sebaiknya perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:1, j. Jenis kelamin Ikan: Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin. 108 k. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder : dikromatisme l. Habitat Pemijahan: Daerah yang paling disukai adalah hulu sungai yang biasanya pada musim kemarau kering, sedangkan pada musim hujan tergenang. m. Tingkah laku pemijahan: Hidup secara bergerombol di daerah yang airnya tenang. Sebelum musim kawin tiba, induk yang sudah matang akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan reproduksi. Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar induk betina. Induk betina kerap kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala induk jantan. Apabila telah sampai puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma. Daftar Pustaka: Arie, Usni.2000. Budidaya Bawal Air Tawar. Jakarta : Penerbit Swadaya Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001. Khairul Amri, Khairul dan Khairuman, 2008. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Rahman,Nur. 2011. Diakses 4 Desember 2012. Klasifikasi Dan Deskripsi Ikan Bawal Air Tawar. http://nurrahman08.student.ipb.ac.id/2011/09/29/klasifikasi -dan-deskripsi-ikan-bawal-air-tawar-colossomamacropomum/ Saanin. H., 1968. Identifikasi dan Klasifikasi Ikan-ikan di Indonesia. 109 11.3 Ikan Tawes (Barbodes gonionotus) Gambar 11.3 Ikan Tawes (Barbodes gonionotus) a. Klasifikasi: Pyllum: Cordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Cypriniformes Famili: Cyprinidae Genus : Barbodes Species: Barbodes gonionotus Nama Asing : java carp, silver barb Nama Lokal: tawes, taweh atau tawas, lampam jawa Keterangan: Tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang, banyak ditemukan di Pulau jawa. Hal ini juga yang menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus. Namun, berubah menjadi Puntim gonionotus, dan terakhir berubah menjadi Barbodes gonionotus. Species : Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850) 110 b. Pola Pemijahan: Memijah pada musim penghujan dan bergerombol. c. Ciri-ciri induk betina dan jantan: a.Betina - induk tawes betina umur kurang lebih 1,5 tahun. - Perutnya mengembang kearah genetal (pelepasan) bila diraba lebih lembek - Lubang dubur berwarna agak kemerah-merahan - Tutup insang bila diraba lebih licin - Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan kehitam-hitaman. b.Jantan - memijah pada umur kurang lebih 1 tahun, - Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan (sperma) - Tutup insang bila diraba terasa kasar d. Kesempatan melakukan pemijahan:sepanjang tahun, di musim hujan · Fekunditas: Jumlah telur yang dapat dihasikan sekitar 1000 butir/gram berat badan. Telur mengendap pada dasar perairan (demersal) dan menetas dalam waktu 13-20 jam Umumnya induk betina dapat mengahsilkan telur hingga 111 20.000 butir/ekor/ Induk yang digunakan untuk pemijahan harus sehat, tidak mengalami cacat fisik, baik bentuk badan maupun sisiknya (Nugroho & Kristanto 2008: 119--120). d. Jenis kelamin ikan (gonochorisme) e. Karakteristik Jenis kelamin Sekunder f. Habitat pemijahan: sungai, rawa, perairan tawar, airnya jernih, tenang dan mengalir kecil shingga suplai oksigen juga terpenuhi. Suhu 22-28 OC, pH 7 g. Rangsangan Lingkungan: vegetasi, aliran air/ air hujan. h. Tingkah laku pemijahan: Di perairan umum memijah pada musim penghujan. i. Tempat Terjadinya Pembuahan, di permukaan, terutama betina suka melompat-lompat ke udara j. Pengasuhan oleh Induk (Parental care) k. Lama pemijahan: Pemijahan ikan tawes biasanya terjadi pada malam hari, yaitu pukul 19.00--22.00. Daftar Pustaka: Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008 Sumber: http://www.dkp.go.id Anonimous, 2001. Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc =3a8 diunduh pada 24 Juni 2012 CAB International. 2006. Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850). 2006: 1 hlm. 112 http://www.cabicompendium.org/NamesLists/AC/Full/PUNTGO.ht m, 3 Juli 2010, pk. 10.10. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi ikan: Dasar pengembangan teknologi perikanan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: vii + 204 hlm. Torres. 2010. Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850). April 2010: 1 hlm. http://www.fishbase.org/physiology/MorphDataSummary. php?genusname=Barbonymus&speciesname=gonionotus& autoctr=290, 1 Juli 2010, pk. 13.01. 113 11.4 Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Gambar 11.4. Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus ) a. Klasifikasi: Pyllum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: OstariophysiCypriniformes Famili: Pangasidae Genus : Pangasius Species: Pangasius hypophthalmus Nama Inggris: Catfish; Nama Lokal: Patin Siam. Jenis ikan patin di Indonesia cukup banyak, diantaranya Pangasius poluranodo (ikan juaoro), Pangasius macronema (ikan rius, riu, lancang), Pangasius micronemus (wakal, riu scaring) Pangasius nasutus (pedado) dan Pangasius nieuwenhuisil (lawang). b. Pola pemijahan: Di alam memijah tergantung musim, memijah secara massal. 114 c. Ciri-ciri induk ikan: a. Betina - Induk betina yang sudah matang gonad yaitu umur kurang lebih 3 tahun, berat minimal 1,5 – 2 kg/ekor, perut membesar ke arah anus, perut terasa empuk dan halus saat diraba, kloaka membengkak dan berwarna merah tua, kulit di bagian perut lembek dan tipis, keluar beberapa butir telur berbentuk bundar dan berukuran seragam jika bagian sekitar kloaka ditekan. b. Jantan - Jantan yang sudah matang gonad yaitu umur minimal 2 tahun, berat 1,5 – 2 kg/ekor, kulit perut lembek dan tipis, alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua, keluar cairan sperma berwarna putih jika perut diurut ke arah anus. d. Kesempatan melakukan pemijahan: termasuk ikan yang kawin musiman biasanya pada musim hujan (Bulan November – Maret), Perbandingan induk jantan dan betina adalah 3 : 2. e. Jenis kelamin ikan (gonochorisme) f. Karakteristik Jenis kelamin Sekunder 115 g. Fekunditas: telur induk betina 10% dari berat tubuh induk. 120 000 - 200 000 butir /ekor . 8500 butir /kg BB h. Habitat Pemijahan: Ikan patin di alam bebas biasanya sembunyi di dalam liang – liang di tepi sungai atau kali dan menetap di dasar perairan (domersal). Ikan ini baru keluar dari liang pada malam hari (nocturnal).Di alam ikan patin bersifat karnivora, tetapi di tempat pemeliharaan (budidaya) bersifat omnivora (pemakan segala). i. Rangsangan Lingkungan: air yang digunakan harus bersih, jernih, dan mengalir terus – menerus guna menyuplai oksigen serta menggerakkan telur yang sedang ditetaskan. Kedua, suhu udara dan suhu air di unit pembenihan harus stabil tidak berfluktuas. j. Tingkah laku pemijahan k. Tempat Terjadinya Pembuahan: Air tawar dan payau dengan aliran air yang tenang, terutama di sungai-sungai berlumpur atau berpasir. l. Pengasuhan oleh Induk (Parental care) m. Lama pemijahan: n. Daftar Pustaka: Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal. Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rieka Cipta, Jakarta. 179 hal. Nurhasanah.1997.Petunjuk teknis pembenihan ikan patin indonesia Pangasius djambal. IRD dan Pusat Riset Perikanan Budidaya Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Karya Pratama. Jakarta. Rustidja. 2004. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. 116 Sumandinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indondesia. PT. Sastra Hudaya. Bogor. Sunarma, A. 2004. Teknik Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus). BBPBAT. Sukabumi. Susanto, H. dan Khairul Amri. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.90 hal . 2001. Budidaya Ikan Patin, Jakarta: Penebar Swadaya. http://fauzan-mustopa.blogspot.com/2010/10/ikan-patinsiam-pangasius-hypophthalmus.html 117 11.5. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Gambar 11.5 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) a. Klasifikasi: Filum : Chordata Sub-Filum : Vertebrata Kelas (class) : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis sp Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino. Ikan Nila pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 118 · Bentuk badan pipih kesamping memanjang; · Garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah; · Pada sirip pungung terdapat garis-garis miring; dan · Mata tampak menonjol & besar, tepi mata berwarna putih. · Mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah; b. Pola pemijahan: perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1. Termasuk Polygamous Polygyny Induk nila ukuran 250 – 400 gram/ekor siklus pemijahannya 10 – 12 hari, jika sudah > 500 g, siklusnya berubah menjadi 20-25 hari. Ciri telah terjadi pemijahan adalah terbentuknya lekukan-lekukan berbentuk bulat didasar kolam dengan diameter 30-50 cm. c. Ciri-ciri induk ikan: Betina: - mulai memijah pada umur 6 s/d 8 bulan - Kedewsaan pertama tercapai pada umur 4-6 bulan dengan bobot 100-250 g. - Dagu berwarna putih. Sirip dada berwarna kehitaman. - Perut berwarna putih & mengem Jantan: - Dagu berwarna kemerahan atau kehitaman - Sirip dada berwarna cokelat Perut pipih, (Normal, kemps) dengan warna kehitaman, jika dipijat mengeluarkan cairan. - Alat kelamin berbentuk beruncing. Mempunyai 2 buah lubang yaitu 119 bang & jika dipijat tidak mengeluarkan cairan. - Alat kelamin berbentuk bulan sabit. - Mempunyai 3 buah lubang yaitu anus, genital/telur & lubang urine.alam. anus & sperma). urogenital (urine & d. Kesempatan melakukan pemijahan: Nila termasuk ikan yang dapat memijah sepanjang tahun , Jenis ikan ini dapat memijah 6-7 kali/tahun.dan e. Perbandingan jantan betina: memasangkan induk jantan dengan betina dengan perbandingan 1:3. f. Fekunditas: Seekor induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1000 - 1500 butir g. Jenis kelamin ikan: Gonochorisme h. Karakteristik Jenis kelamin sekunder: i. Habitat Pemijahan: airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi j. Rangsangan Lingkungan: aroma tanah, pengaliran air baru, dasar tanah berpasir. k. Lamanya pemijahan sampai benih lepas dari perawatan induk adalah sekitar 14 hari (Djarija, 1994). l. Tingkah laku pemijahan: Saat pemijahan ikan jantan akan membuat sarang dan menjaganya. Telur yang telah dibuahi dierami oleh induk 120 betina di dalam mulutnya. Penjagaan oleh betina masih terus dilanjutkan sampai seminggu setelah telur-telur tersebut menetas. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh ikan jantan berupa lekukan berbentuk bulat dengan diameter sebanding seukuran tubuhnya di dasar perairan dalam daerah teritorial (Suyanto, 1988). Ikan betina yang siap memijah akan mengeluarkan telur di lubang yang telah dipersiapkan oleh jantan dan telur-telur tersebut akan dibuahi oleh ikan jantan. Setelah telur dibuahi, telur tersebut akan dikumpulkan oleh ikan betina dan dierami di dalam mulut sampai menetas. m. Tempat terjadinya pembuahan: Ikan betina yang siap memijah akan mengeluarkan telur di lubang yang telah dipersiapkan oleh jantan dan telur-telur tersebut akan dibuahi oleh ikan jantan. Setelah telur dibuahi, telur tersebut akan dikumpulkan oleh ikan betina dan dierami di dalam mulut sampai menetas. Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberpa jenis cichlids, ikan arwana. n. Pengasuhan oleh induk Parental care: Saat pemijahan ikan jantan akan membuat sarang dan menjaganya. Telur yang telah dibuahi dierami oleh induk betina di dalam mulutnya. Penjagaan oleh betina masih 121 terus dilanjutkan sampai seminggu setelah telur-telur tersebut menetas. Lama pengeraman di dalam mulut berkisar antara 1 – 2 minggu tergantung suhu air. Setelah larva dilepas oleh induk betina, larva-larva tersebut akan kembali ke dalam mulut induk betina apabila ada bahaya yang mengancam. o. Lama pemijahan: Pemijahan sebagiand emi sebagian (partial spawner = heterochronal) pada ikan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Lamanya pemijahan sampai benih lepas dari perawatan induk adalah sekitar 14 hari (Djarija, 1994). Daftar Pustaka: http://juprimalino.blogspot.com/2012/01/habitat-dan-reproduksiikan-nila-gift.htmlb diunduh tanggal 15 Juli 2012 Adi Sucipto, 2012. Tukar pasangan dan produksi benih ikan nila. http://www.adisucipto.com/2012/02/tukar-pasangan-danproduksi-benih-ikan-nila/ diunduh pada 24 Juni 2012 Kuncoro, E.B. 2002. Ikan Siklid. Jakarta: Penebar Swadaya. Suyanto, R. 1994. Nila. Jakarta ; Penebar Swadaya. 122 11.6 Ikan Cupang (Betta slendens) Gambar 11.6 Ikan Cupang (Betta slendens) a. Klasifikasi: Fillum : Chordata Subfillum : Craeniata Kelas : Osteichthyes Subkelas : Actinopterygii Superordo : Teleostei Ordo : Percomorphoidei Family : Anabantidae Genus : Betta pesies : Betta splendens 123 b. Tingkah laku pemijahan: Proses pemijahan cupang diawali dengan sibuknya ikan jantan mengeluarkan buih busa dari mulutnya lalu diletakkan pada permukaan sebagai sarang telur. Setelah itu pejantan akan mencari betina yang siap untuk dijadikan pasangan. Setelah didapatkan pasangan yang cocok, maka betina akan mengeluarkan sel telur diikuti dengan pelepasan sel sperma oleh jantan. Telur yang sudah dibuahi akan dibawa oleh jantan menuju buih yang ada di permukaan. Dalam masa sampai penetasan, ikan jantan akan menjaga telur sampai benar-benar menetas, bahkan sampai anakan cupang tersebut mandiri. Jika ada buih yang pecah, maka jantan akan segera membuat buih busa yang sama sehingga telur benar-benar bisa menetas. c.Ciri-ciri induk ikan: a. Betina - ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina 124 b. Jantan Kematangan gonad dari ikan cupang ini dilihat dari banyaknya bintik hitam yang terdapat pada sirip punggung jantan. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan adalah 6-7 bulan. d. Kesempatan melakukan pemijahan: e. Jenis kelamin ikan (gonochorisme) f. Karakteristik Jenis kelamin Sekunder: g. Habitat Pemijahan: Kolam airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi h. Rangsangan Lingkungan: tumbuhan mengapung. i. Tingkah laku pemijahan: Jika bintik hitam banyak, maka ikan cupang jantan sudah siap untuk melakukan pemijahan. Selain itu ikan jantan akan terlihat sibuk dalam mempersiapkan sarang tempat penetasan telur. j. Tempat Terjadinya Pembuahan: terjadilah fertilisasi eksternal k. Pengasuhan oleh Induk (Parental care). Jantan membuat sarang busa, ketika pemijahan terjadi jantan membantu menempelkan telur-telur yang telah dibuahi dengan meniup-niupkan telur ke arah sarang busa. l. Lama pemijahan: beberapa jam, dan bertahap 125 DAFTAR PUSTAKA Daelami, D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya. Id.wikipedia.org/wiki/cupang. Yuniar, Is., 2003. Pemberian hormon metiltestosteron sebagai upaya maskulinisasi ikan cupang anakan (tidak dipublikasikan) Yuniar, Is., 2003. Pengaruh suhu dan hormon metiltestosteron terhadap rasio jantan dan betina yang dihasilkan. (Tesis). 126 11.7. Ikan Lele (Clarias sp.) Gambar 11.7. Ikan Lele (Clarias sp.) a. Klasifikasi Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Atinopterygii. Ordo: Siluriformes. Famili: Clariidae. Genus: Clarias (Scopoli, 1777) b. Pola pemijahan: Di alam ikan lele dapat memijah spenajang tahun, monogami. c. Ciri-ciri induk ikan: 127 a. Betina Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan, warna kulit dada agak terang, kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya di belakang anus, gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung, perutnya lebih gembung dan lunak, bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan berupa sel ovum - d. e. b. Jantan - Kepala indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan lele betina, warna kulit dada indukan jantan agak tua bila dibanding indukan betina. - kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan, gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng, perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina, bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa) serta kulit jantan yang lebih halus dibanding betina. Kesempatan melakukan pemijahan: sepanjang tahun. Jenis kelamin ikan : (gonochorisme) 128 f. Karakteristik Jenis kelamin Sekunder: genital pore dan genital papilla g. Habitat Pemijahan: sungai yang tidak berarus deras, perairan umum/genangan air yang tenang. h. Rangsangan Lingkungan: air baru, sarang berupa lubang yang sudah dibuat si jantan. i. Tingkah laku pemijahan; Proses pemijahan diawali dengan berenangnya betina mendekati jantan. Keduanya melakukan sentuhan tubuh secara berkali-kali. Setelah itu mereka berdua menciptakan pergerakan dengan cara mengibaskan ekor mereka. Keduanya lalu bekerja sama menggali lubang pada kerikil yang bersih sampai diameternya mencapai 30 cm. Dalam porses matting betina mendorong kepala mereka ke pusat tubuh jantan sampai pada keadaan seperti terikat. Keduanya tetap dalam posisi ini dalam 10 menit sampai betina lepas dari ikatan. Hal ini akan terjadi secara berulang sampai betina membuat lubang sebagai tanda siap untuk mengeluarkan sel telur. Setelah lubang dibuat, maka betina akan bergerak menuju jantan dan mengajaknya ke tempat lubang yang telah dibuat. j. Tempat Terjadinya Pembuahan: Setelah itu akan terjadi proses matting lagi kemudian betina akan mengeluarkan telur pada lubang diikuti jantan yang mengeluarkan sperma. Setelah telur dikeluarkan, betina akan membuat lingkaran tempat telur berada, lalu jantan akan menjaga telur-telur tersebut dengan cara berenang di sekitar sarang telur. 129 k. l. Pengasuhan oleh Induk (Parental care): Penjagaan telur Lama pemijahan: Proses mating bisa terjadi berkali-kali, sehingga secara keseluruhan proses reproduksi ikan lele bisa berlangsung selama 20 jam. Daftar Pustaka Wikipedia. 2007. Lele. Jakarta: Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. www.wikipedia.org (12 April 2007). Wolfgang, R. 2007. Catfish. www.planetcatfish.com (21 September 2007). 130 11.8. Nama Ikan: Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) a. Klasifikasi: Phyllum : Kelas: Ordo: Famili: Genus: Species: nama Asing: nama Lokal: Chordata Pisces Anabantoidae Belontiidae Trichogaster Trichogaster pectoralis snakeskinned gouramy, spotted gouramy sepat siam Morfologi: Sepat siam mirip dengan gurami, tetapi memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Terdapat bintik hitam di bagian tengah batang ekornya, 131 lehingga ikan ini disebut sebagai spotted gouramy. Selain itu, warna tubuhnya yang belang-belang seperti kulit ular membuat ikan ini juga diberi nama snakeskinned gouramy. Sementara itu, julukan sepat siam diberikan karena selain banyak terdapat di Siam,Thailand diduga berikan karena bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan dengan spat jenis lainnya. b. Pola Pemijahan: Pemijahan berpasangan, diawali dengan pembuatan sarang, penjagaan telur oleh jantan, pengusiran betina, dan siap memakan anak-anaknya. Biasanya pemijahan terjadi pada musim kemarau, karena sarang busanya tidak rusak oleh arus air hujan. c. Ciri-ciri induk ikan: a. Betina umur telah mencapai 7 bulan. - sirip punggung membulat dan pendek, tidak mencapai dasar pangkal sirip ekor. - tinggi badan tidak setinggi jantan 132 b. Jantan -sirip punggungnya panjang, bentuk sirip punggungnya lancip -Tinggi tubuhnya relatif lebih tinggi dibanding betina. - Warna lebih cerah d. Kesempatan melakukan pemijahan: e. Jenis kelamin ikan (gonochorisme) f. Fekunditaas: Sekali memijah biasanya betina akan mengeluarkan 150– 200 butir telur. g. Habitat Pemijahan: sepat siam ini membutuhkan air tenang tidak menyukai air yang deras. rawa, dari rawa yang berair tawar sampai rawa yang berair payau h. Rangsangan Lingkungan: tumbuhan air yang mengapung seperti eceng gondok, rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air[ i. Tingkah laku pemijahan: membuat sarang busa yang dilakukan ikan jantan. Ikan sepat siam ini pada waktu pemijahan akan membuat gelembung busa pada substart. ikan jantan akan membuat sarang busa atau sarang gelembung dari air ludahnya, sebagai tempat memijah dan menyimpan telur hingga menetas nanti. Percumbuan dan pemijahan akan berlangsung di sarang ini, dan sesudah telur dikeluarkan dan dibuahi, sepat betina akan diusir keluar oleh si jantan. j. Tempat Terjadinya Pembuahan: di dekat sarang busa k. Pengasuhan oleh Induk (Parental care): telur dijaga si jantan. Beberapa hari berikutnya burayak (anak-anak ikan) mulai aktif berenang. Pada saat itu hendaknya ikan jantan dipisahkan dari anak-anaknya, agar burayak-burayak itu tidak dimakannya. 133 l. Lama pemijahan: beberapa jam m. Daftar Pustaka: http://zonaikankita.blogspot.com/2012/02/sepat-mutiaratrichogaster-leeri.html diunduh pada tanggal 24 Juni 2012 http://hobiikan.blogspot.com/2009/12/kolam-pemijahanikan-sepat-siam.html tanggal 24 Juni 2012 http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/04/siklusreproduksi-ikan.html. Diunduh tanggal 24 Juni 2012 pukul 01.30 wib http://ml.scribd.com/doc/53752503/Reproduksi-pada-Ikan. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2012, pukul 03.00 wib http://manusia-uchiha.blogspot.com/2011/12/habitatpemijahan-pada-ikan.html. Dunduh pada Tanggal 24 juni 2012 http://www.fishingcy.com/photos/saltfish/hannos.jpg . Diunduh pada tanggal 24 juni 2012 http://rexson-napitupulu.blogspot.com/2011/10/sistemreproduksi-ikan.html tanggal 24 Juni 202 http://riskyhandayani.wordpress.com/2011/05/07/ 24 Juni 2012 Tugas: Buat klasifikasi pada ikan jenis yang lain mulai dari: pola pemijahan, habitat pemijahan, kesempatan melakukan pemijahan. 134 Glosarium Buncak : tumpukan (nomina) Dewasa : de.wa.sa [a] (1) sampai umur tertentu telah mencapai kematangan kelamin; Ikan dikatakan dewasa apabila gonad sudah fungsional, bila jantan mampu menghasilkan spermatozoa, dan bila betina mampu menghasilkan sel telur . Dikromatisme : dari perbedaan warna dapat menentukan jenis kelami jantan dan betina Dikromatisme : dari perbedaan warna dapat menentukan jenis kelami jantan dan betina Elasmobranchi : golongan ikan bertulang rawan Fertilisasi : pembuahan Gamet: sel sperma atau telur, terutama yg matang dan sudah berfungsi dl pembiakan secara seksual (n Bio) Gonad: organ hewan yg menghasilkan gamet-gamet; kelenjar kelamin (n Bio) Hermafrodit : makhluk (manusia, hewan, tumbuhan) yg berkelamin dua jenis, jantan dan betina sekaligus. Kematangan gonad: menunjukkan suatu tingkatan kematangan sexual ikan Kolom air : badan air arah vertikal Ovarium : ova.ri.um [n ] alat kelamin dalam yg membentuk sel telur Oviduk : saluran pengeluaran produk gamet betina Lubang urogenital: satu lubang yang digunakan bersama-sama, untuk pengeluaran urine dan gamet Ovipositor: ovi.po.si.tor (n Zoo) struktur atau alat khusus pada ikan untuk bertelur Parental care: pengasuhan induk ikan kepada keturunannya, dapat berupa penjagaan, memasukkan larva ke dalam mulut dll. Performa : penampilan (nomina) 135 petrichor : khas. aroma yang menyertai pertama hujan setelah lama hangat musim kering . atau bau menyenangkan yang menyertai hujan pertama setelah musim kering ". Poikiloterm : poi.ki.lo.term [n] vertebrata berdarah dingin yg menyesuaikan suhu darahnya secara bebas dan harmonis dng suhu lingkungannya. Reproduksi ikan : pengembangbiakan ikan Reproduksi aseksual : perbanyakan makhluk hidup tanpa terjadinya fusi dari benih jantan dan benih betina Reproduksi seksual : perbanyakan melalui penggabungan benih jantan dan benih betina Sarang busa: busa yang dihasilkan dari air liur ikan sepat atau ikan cupang, yang fungsinya untuk menempelkan telur-telur yang telah dibuahi Musim pemijahan: suatu masa waktu tertentu dimana ikan-ikan melakukan pemijahan, biasanya terjadi pada awal musim hujan. Seksualitas : sek.su.a.li.tas [n] (1) ciri, sifat, atau peranan seks; (2) dorongan seks; (3) kehidupan seks Sintasan : survival rate= daya hidup Sucker mouth : mulut penghisap bagi ikan sapu-sapu / pembersih kaca Testis: alat kelamin laki-laki yg menghasilkan mani; buah zakar (nomina) Tingkah laku reproduksi : kelakuan/ tingkah polah yang ditunjukkan ikan menjelang kegiatan reproduksi Vegetasi : ve.ge.ta.si [n] kehidupan (dunia) tumbuh-tumbuhan atau (dunia) tanam-tanaman: hubungan antara -- dan iklim sangat erat Vertebrata : ver.te.bra.ta [n Bio] binatang yg bertulang belakang (spt binatang menyusui dan burung) 136 Indeks iteroparous, 104 kesadahan, 11 larva, 78 lobular, 18, 56 macrolecithal, 45 meschorchium, 56 mesovarium, 56 messenterium, 56 monomorphic, 108 non parental care, 9 nukleolus, 51 nukleus, 51 oligolecithal, 44 oogenesis, 50 oogonia, 82 oosit primer, 82 ovarian fecundity, 39 oviduk, 20 ovipar, 67 oviparus, 69 ovipositor, 22 ovogonium, 59 ovovivipar, 72 ovum, 16 parenting habit, 68 pasca pemijahan, 95 poikiloterm, 3 polyandry, 107 polygamous, 106 polymorphic, 108 pra pemijahan, 95 anadromus, 11 anterior, 51 buccal, 109 ciri seksual primer, 15 clasper, 25 cleavage, 73 dewasa, 6 diensefalon, 89 dioecious, 16 diploten, 50 eksternal fertilization, 71 Elasmobranchii, 19 embrio, 67 epitel germinativum, 91 fase dorman, 62 fekunditas, 41 feromon, 100 fertilisasi, 5 fotoperiode, 11 genital papila, 18 gonadotrofin, 11 gonokoristik, 31 gynogenetic, 108 hermafrodit, 31 hibernasi, 97 hipertonis, 63 hipofisa, 85 hipotalamus, 85 Hybridogenetic, 108 hypotonis, 63 internal fertilization, 71 137 primer, 55 spermatosit primer, 50 spermatozoa, 16 stimulasi cahaya, 89 stripping, 17 sucker mouth, 7 tenaculum, 29 total spawner, 87 tubular, 56 urogenital, 68 uterus, 20 vas deferens, 52 vesikula seminalis, 21 vitellogenesis, 54 vitelogenin, 51 viviparus, 71 zigot, 67 previtellogenesis, 53 promiscuous, 106 protogini, 34 protogynous, 108 reproduksi, i, 1 salmon, 18 sel leidig, 92 sel sertoli, 92 semelparous, 103 semen, 64 sexual, 5 sexually dimorphic, 108 sinkroni, 31 sitoplasma, 53 sosog, 113 spawning ground, 137 spermatogonium, 49 spermatosit 138 139 140