1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan
pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar
harga. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan
dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Pasar modal diharapkan mampu
menjadi alternative pendanaan bagi perusahaan Indonesia dan dapat juga dilihat
sebagai alternative dalam berinvenstasi.
Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan
adalah hasil dan risiko. Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik
yang sebanding. Umumnya semakin tinggi risiko, semakin besar hasil yang
diperoleh dan semakin kecil risiko semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh.
Pada dasarnya, semua jenis investasi memiliki kemungkinan merugi. Besarnya
potensi kerugian akan sebanding dengan besarnya potensi keuntungan yang dapat
diperoleh. Dan sebaliknya semakin besarnya potensi keuntungan yang dapat
diperoleh disini, maka semakin besar juga potensi kerugian yang dapat timbul.
Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk memprediksi arah pergerakan
harga saham
Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun tergolong berisiko
tinggi adalah investasi saham. Saham perusahaan public sebagai komoditi
investasi tergolong beresiko tinggi, karena sifat komoditinya yang sangat peka
terhadap perubahan yang terjadi, baik perubahan di dalam negeri maupun di luar
negeri, perubahan di bidang politik, ekonomi, dan moneter. Perubahan tersebut
berdampak positif yang berarti naiknya kurs saham atau berdampak negatif yang
berarti turunnya kurs saham. Untuk itulah dalam melakukan unvestasi dalam
bentuk saham, investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan emiten, sehingga dapat meminimalisasi
1
kerugian yang dapat timbul dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan
emiten yang bersangkutan.
Pergerakan saham pada dasarnya dipengaruhi oleh teori ekonomi yang
paling dasar, yaitu hukum permintaan dan hukum penawaran. Harga saham akan
naik jika semakin banyak pihak yang ingin membeli suatu saham, sedangkan
harga saham akan turun jika yang terjadi sebaliknya. Jadi sebenarnya harga saham
ditentukan oleh investor yang bertransaksi di pasar modal dan harga tersebut
sekaligus mewakili pendapat kebanyakan investor. Untuk mengatasi perubahan
harga saham tersebut diperlukan analisis harga saham. Dalam melakukan analisis
dan memilih saham, ada dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan yaitu
aspek fundamental dan aspek teknikal. Aspek fundamental merupakan faktor yang
diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham yang dapat mencerminkan
kondisi perusahaan emiten.
Terkadang harga saham banyak ditentukan oleh faktor spekulasi dan
estimasi prospek perusahaan yang berlebihan. Jika ini terjadi maka harga suatu
saham biasa akan naik sangat tinggi, jauh meninggalkan nilai bukunya, ataupun
sebaliknya.
Akibatnya,
kapitalisasi
pasar
saham
perusahaan
itu
akan
menggelembung secara berlebihan dan jauh melewati prospek perusahaan yang
sebenarnya dan berbagai pihak akan kesulitan memprediksi harga saham
perusahaan tersebut. Fluktuasi nilai saham perusahaan ditentukan oleh perubahan
dari laba perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan, hal tersebut
menyebabkan nilai intriksi perusahaan menjadi ukuran yang sangat penting bagi
investor untuk mengambil keputusan dalam membeli saham suatu perusahaan.
Untuk itulah perlu melakukan valuasi saham sebelum mengambil keputusan
investasi. Valuasi saham adalah mengestimasi nilai saham yang sebenarnya
(intrinsik value) berdasarkan data fundamentalnya.
Fundamental
analysis
(analisis
fundamental)
merupakan
analisis
mengenai ekonomi, industri, dan perusahaan yang menentukan nilai saham
perusahaan. Analisis fundamental memfokuskan pada statistik laporan keuangan
perusahaan untuk menentukan harga saham dinilai secara tepat. Sebenarnya,
dalam menganalisis nilai suatu saham akan lengkap jika menggunakan analisis
fundamental dan analisis teknikal. Dengan melakukan analisis fundamental
2
investor dapat memproyeksikan dan menilai suatu perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan bagi investor.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai analisis perusahaan yang
merupakan bagian ke tiga dari analisis fundamental. Dalam hal ini penulis akan
menganalisis kasus pada emiten PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Melihat dari
kondisi perekonomian yang sedang mengalami konsolidasi pasca krisis keuangan
global emiten consumer goods seperti PT Indofood Sukses akan menjadi incaran
utama pelaku pasar, karena berpotensi memberikan capital gain yang cukup besar
daripada sektor lain. Sebab, sebagian besar produknya dipasarkan di dalam negeri
dan menjadi barang kebutuhan sehari-hari baik itu makanan maupun minuman.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan
sebagai berikut;
1. Bagaimana kondisi kinerja keuangan (Rasio keuangan) berdasarkan atas
laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk setiap tahunnya.
2. Bagaimana intrepetasi/ deskripsi kinerja keuangan Indofood Sukses Makmur
Tbk.
3
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Ruang Lingkup Fundamental Analysis
Kebanyakan informasi fundamental memfokuskan pada statistik ekonomi,
indusrtri, dan perusahaan. Ada empat konsep dasar dalam melakukan analisis.
Pendekatan yang digunakan untuk menganalsis sebuah perusahaan dilakukan
melalui empat tahap (top-down analysis) (Sukamulja, 2008):
1. melihat kondisi ekonomi secara umum (economic aspect);
2. melihat kondisi industri (industry aspects);
3. melihat kondisi perusahaan (company aspects);
4. melihat nilai saham perusahaan (stock valuation).
1. Economic Analysis (Analisis Ekonomi)
Ekonomi dipelajari untuk menentukan kondisi secara makro/keseluruhan
untuk melihat lingkungan pasar saham pada saat ini kondusif/tepat atau tidak.
Apakah inflasi perlu diwaspadai? Apakah tingkat bunga cenderung naik atau
turun? Berapa penghasilan rata-rata masyarakat saat ini yang mampu untuk
investasi? Berapa konsumsi masyarakat saat ini? Bagaimana neraca pembayaran
negara saat ini, defisit atau surplus? Apakah money supply saat ini diperbanyak
atau dikurangi (tight money policy)? Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah hal-hal
yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi ekonomi, apakah kondusif untuk
berinvestasi di pasar saham.
Aspek ekonomi dapat bersifat internasional, regional, dan nasional baik
secara makro maupun mikro. Lingkungan ekonomi internasional, lingkungan
ekonomi domestik, dan lingkungan bisnis. Contoh harga minyak dunia; harga
emas dunia; tingkat bunga dunia, regional dan nasional; inflasi; nilai tukar;
kondisi politik; neraca pembayaran; cadangan devisa; dan bencana alam.
4
2. Industry Analysis
Industri perusahaan jelas mempengaruhi perusahaan. Analisis industri
merupakan lingkungan industri untuk melihat prospect of industry. Misal, tahun
2006: jangka panjang: pertambangan, gas, dan energi; telekomunikasi; jangka
menengah: infrastruktur dan properti serta pendukungnya; jangka pendek:
tergantung fluktuasi musiman, seperti pertanian, makanan). Jangka panjang dan
menengah digunakan untuk real gain, jangka pendek digunakan untuk netting.
Mengetahui kondisi industri perusahaan amat penting. Walaupun saham
yang bagus tetapi jika berada dalam industri yang sedang mengalami kesulitan,
maka return yang diperoleh hanya cukup saja. Ada suatu pepatah yang
menyatakan bahwa a weak stock in a strong industry is preferable to a strong
stock in a weak industry. Jadi, saham yang tidak bagus tetapi dalam industri yang
bagus lebih menguntungkan daripada saham bagus dalam industri buruk.
3. Company Analysis
Analisis perusahaan digunakan untuk mengetahui kesehatan finansial
perusahaan
yang
bersangkutan.
Untuk
mengetahui
kesehatan
keuangan
perusahaan dilakukan dengan mempelajari laporan keuangan. ratio keuangan, dan
cash flow.
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan 5 rasio keuangan yang
masing-masing mewakili dalam perhitungan matematisnya menggunakan variabel
yang berkaitan langsung dengan sekuritas saham diantaranya Earning Per Share,
Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning Rati, Dividend Per Share.
4. Penilaian Harga Saham
Setelah melihat kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan, analis
fundamental memperkirakan saham perusahaan apakah overvalued, undervalued,
atau correctly valued (pas/tepat/wajar). Beberapa model penilaian dapat
digunakan untuk menilai harga suatu saham. Dalam penilaian tersebut termasuk
juga menggunakan model dividen (dividend model) yang memfokuskan pada
harga sekarang melalui besarnya saham yang diekspektasikan; model earning
5
(earnings model), fokus terhadap ekspektasi earnings; dan model aset (asset
model), fokus terhadap nilai aset perusahaan.
Dividen perusahaan merupakan pencerminan atas current performance
(kinerja perusahaan sekarang) dan future prospect (prospek dimasa depan).
Earnings merupakan pencerminan prestasi perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan. Earnings berasal dari dividend (pembagian keuntungan perusahaan)
dan capital gain (kenaikan harga saham dihitung pada saat saham di jual
dikurangi saat saham di beli). Aset memperlihatkan harta yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan, makin tinggi aset makin berkembang perusahaan tersebut.
2.2 Analisis Perusahaan
Untuk mengetahui apakah saham suatu perusahaan layak dijadikan pilihan
investasi, maka sebelumnya harus dilakukan analisis terhadap perusahaan
bersangkutan. Hasil analisis tersebut harus bisa memberikan gambaran tentang
nilai perusahaan tersebut, karakteristik internalnya, kualitas perusahaan dan
kinerja manajemennya serta prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Tandelilin (2010: 364), dalam melakukan analisis perusahaan,
investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada dua komponen utama dalam
analisis fundamental yaitu earning per share dan price earning ratio. Dua
komponen (earning per share, EPS dan price earning ratio, P/E) diutamakan
dalam analisis perusahaan karena tiga alasan:
1. Kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik
saham.
2. Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning.
3. Adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
2.2.1
EPS dan Informasi Laporan Keuangan
Earning per share (EPS) diperoleh dengan menghitung perbandingan
antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi
pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan. Bagi para investor,
informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna,
6
karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.
Informasi (termasuk EPS) yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian
perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan
seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh
perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan
perusahaan yang bisa mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.
Berdasarkan informasi yang dikandungnya, ada tiga laporan utama dalam laporan
keuangan (Tandelilin, 2010: 365), yaitu:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial
perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca memberikan gambaran aktiva,
kewajiban, dan ekuitas perusahaan hanya pada saat laporan tersebut disusun.
Penyusunan pos-pos yang terdapat dalam neraca disusun berdasarkan urutan
likuiditas (untuk aktiva) dan jangka waktu jatuh temponya (untuk pasiva).
Laporan posisi keuangan disebut juga sebagai neraca karena antara sisi aktiva
dan sisi pasiva (kewajiban + ekuitas), masing-masing harus sama jumlahnya
atau dalam posisi seimbang.
2. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba (income statement) adalah ringkasan profitabilitas
perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Laporan rugi
laba ini menunjukkan penghasilan (revenues) yang diperoleh selama satu
periode, biaya (expenses) yang dikeluarkan dalam satu periode, dan elemenelemen lain pembentuk laba.
Unsur biaya yang tercantum dalam laporan rugi laba:

Biaya produksi.

Biaya administrasi dan umum.

Biaya bunga.

Buaya pajak penghasilan.
7
3. Laporan Aliran Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal
dari tiga sumber aktivitas: (1) operasi perusahaan, (2) investasi dan (3)
aktivitas finansial yang dilakukan perusahaan. Ada dua perbedaan antara
laporan arus kas dengan laporan rugi laba dan neraca perusahaan:

Neraca dan laporan rugi laba disusun atas dasar metode akrual akuntansi,
sedangkan laporan arus kas hanya mencatat transaksi yang menyebabkan
aliran kas secara nyata.

Laporan rugi laba memasukkan pos depresiasi untuk “menghaluskan”
pengeluaran modal yang terlalu besar dalam laporan rugi laba.
2.2.2
Analisis Rasio Keuangan
Pada makalah ini penulis akan menggunakan rasio keuangan yang masing-
masing mewakili dalam perhitungan matematisnya menggunakan variabel yang
berkaitan langsung dengan sekuritas saham diantaranya Earning Per Share,
Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning Rati, Dividend Per Share.
a) Earning Per Share (EPS), merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dari setiap lembar saham bagi pemiliknya.
Secara formulasi:
EPS 
Laba bersih setelah bunga dan pajak
Jumlah saham beredar
b) Return On Equity (ROE), mewakili rasio profitabilitas. ROE merupakan salah
satu pengukur efisiensi perusahaan. ROE sama dengan rentabilitas modal
sendiri. Semakin tinggi ROE, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba semakin tinggi, yang mengakibatkan permintaan dalam perusahaan
meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan harga saham.
Secara formulasi:
ROE

Laba bersih setelah bunga dan pajak
Jumlah modal sendiri
c) Debt to Equity Ratio (DER), mewakili rasio solvabilitas untuk mengukur
tingkat leverage (pengganti hutang) terhadap total share holders equity.
Semakin tinggi DER semakin rentan terhadap fluktuasi kondisi perekonomian.
8
Perusahaan akan mengalami penurunan penjualan, biaya naik dan tingkat
penggunaan aktiva menurun. Debt ratio perusahaan adalah leverage ratio
(rasio hutang) dihitung dari total liabilities di bagi dengan total assets. Rasio
ini mengukur seberapa besar aset total yang didanai oleh hutang. Sebagai
contoh, debt ratio 40% mengindikasikan bahwa 40% aset perusahaan telah
didanai oleh hutang. Hutang bagaikan pedang bermata dua. Pada kondisi
ekonomi buruk (resesi) atau tingkat bunga tinggi, maka perusahaan dengan
rasio hutang tinggi akan mengalami problem keuangan. Sebaliknya, dalam
keadaan ekonomi baik (boom), maka hutang dapat digunakan untuk memacu
mendapatkan keuntungan lebih besar melalui tingkat pertumbuhan keuangan
pada biaya rendah. Secara formulasi:
d) Price Earning Ratio (PER), mewakili rasio pasar. PER merupakan
perbandingan antara harga pasar per lembar dengan laba per lembar. PER
menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi atau rendah.
e) Dividend Per Share (DPS), menjelaskan besarnya deviden yang diterima oleh
pemodal dari setiap lembar saham. Harga saham bergerak sesuai dengan
kekuatan penawaran dan permintaan atas saham di pasar sekunder. Tinggi
rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh penilaian pembeli dan
penjual terhadap kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dapat diamati
dari berbagai indikator kinerja dan rasio keuangan, sehingga dapat dikatakan
bahwa investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.
9
BAB III
ANALISIS KOMPARATIF
3.1
Kondisi kinerja keuangan (Rasio keuangan) berdasarkan atas
laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Mengnalisis kondisi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan tersebut. Rasio
keuangan dapat memberikan gambaran singkat mengenai kondisi perusahaan.
Ada bermacam-macam rasio keuangan yang dapat digunakan. Rasio-rasio
keuangan yang akan digunakan saat ini antara lain EPS, PER, ROA, ROE, PBV,
DER. Dengan menggunakan rasio-rasio diatas kita akan dapat melihat kondisi
perusahaan lebih dalam.
Ringkasan Rasio Keuangan EPS, PER, ROA, ROE, PBV, dan DER
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 2005-2009
Rasio
2005
2006
2007
2008
2009
EPS (Rp)
13,13
70,01
103,81
117,81
179,47
PER (x)
19,28
26,69
7,89
14,84
15,04
ROA (%)
2,88
7,60
6,99
6,57
7,61
ROE (%)
9,88
24,85
28,98
30,59
32,06
PBV (Rp)
456,20
522,13
754,60
967,92
1.098,81
DER
2,33
2,13
2,62
3,11
2,68
Sumber: www.idx.co.id (data diolah kembali)
Pada tabel ringkasan rasio keuangan yang terdiri EPS, PER, ROA, ROE,
PBV, dan DER pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005-2009 di
atas, perhitungan didasarkan pada laporan keuangan baik neraca maupun laba rugi
yang dipublikasikan di www.idx.co.id (data terlampir). Secara keseluruhan,
kondisi kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005-2009 mengalami
pertumbuhan, meskipun cenderung fluktuatif, namun di akhir periode penelitian
2009 kondisi masing-masing variable menunjukkan kualitas kinerja untuk
10
memulihkan kondisi-kondisi pada periode sebelumnya. Masing masing variable
tersebut akan dijelaskan terperinci pada sub berikutnya.
3.2
Bagaimana intrepetasi/ deskripsi kinerja keuangan Indofood Sukses
Makmur Tbk.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, maka penulis dapat
mengintrepetasikan rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
1. Earning Per Share (EPS)
Komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham (earning per share/EPS). Informasi
EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS perusahaan
bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan hasil penghitungan EPS seperti yang terlihat pada tabel
diatas, nilai EPS PT Indofood mengalami perkembangan setiap periodenya. Hal
ini disebabkan karena perolehan laba bersih perusahaan yang semakin meningkat,
implikasinya banyak investor yang ingin menginvestasikan dananya di
perusahaan, sehingga harga saham PT Indofood mengalami kenaikan setiap
periodenya (dapat dilihat pada tabel harga saham PT Indofood). Sehingga
semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan maka semakin besar pengembalian
modal dari setiap lembar sahamnya.
Harga Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 2005-2009
Tahun
Harga Saham
(Rp)
2005
1,020
2006
1,130
2007
1,520
2008
2,125
2009
2,280
11
2. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap
earnings. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai harga saham
terhadap kelipatan dari earnings. Dalam menghitung PER, terlebih dahulu perlu
mengetahui Earning per Share (EPS), dimana EPS merupakan perbandingan
antara laba bersih (EAT) terhadap jumlah saham. Secara formulasi, rumus untuk
menghitung PER adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi PER perusahaan umumnya
mengalami peningkatan, namun pada 2008 yang disebabkan karena krisis global
mempengaruhi perusahaan yang bergerak dalam food and beverage ini sehingga
kondisi PER mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan PER Industri, PER
perusahaan berada diatasnya, sehingga saham PT Indofood sangat diminati para
investor. Berikut ini adalah perbandingan antara PER perusahaan dengan PER
industry yang bergerak dalam food and beverage.
PER (x)
2005
2006
2007
2008
2009
INDF
19,28
26,69
7,89
14,84
15,04
Industri
16,98
11,98
8,75
13,04
13,47
PER PT Indofood berada di atas PER industry yang bergerak dalam food
and beverage. Kondisi tersebut dapat dianalisis bahwa PER digunakan untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham perusahaan yang dicerminkan
oleh EPS nya. PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa
dengan Earning Per Share. Makin besar PER suatu saham, maka saham tersebut
akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Kesediaan
investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek
perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
mempunyai PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar
mengharapkan pertumbuhan dan laba yang tinggi di masa mendatang.
12
3. Return On Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur
keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang
tersedia. Berikut ini adalah perkembangan Return on Assets PT Indofood Sukses
Makmur Tbk Periode 2005-2009.
Return On Asset PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005-2009
2005
425,761,000,000 14,786,084,000,000
2.88
2006
1,225,224,000,000 16,112,493,000,000
7.60
2007
2,065,229,000,000 29,527,466,000,000
6.99
2008
2,599,823,000,000 39.594.264.000.000
6.57
2009
3,093,132,000,000 40,629,575,000,000
7.61
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
Berdasarkan tabel tersebut, laba operasi (Earning Before Interest
Tax/EBIT) PT Indofood pada umumnya mengalami peningkatan dari periode ke
periodenya.
Kondisi
laba
operasi
periode
terakhir
pada
angka
Rp3,093,132,000,000. Demikian pula kondisi aktiva PT Indofood mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini mencerminkan pengelolaan alokasi dana
yang mampu dioperasikan secara optimal sehingga memperbaiki posisi aktiva
perusahaan meskipun tingkat pertumbuhan kenaikan laba dan total aktivanya
tidak merata.
Meskipun tingkat laba operasi maupun total aktivanya meningkat setiap
tahunnya, Return On Asset (ROA) PT Indofood fluktuatif karena tingkat
pertumbuhan laba operasi dan total aktivanya tidak merata. ROA tertinggi dicapai
pada akhir periode 2009 dengan angka 7.61%. PT Indofood berusaha untuk selalu
konsisten meningkatkan ROA nya dari periode ke periode, tentunya dengan
memperbesar aktiva yang proporsional sehingga menghasilkan tingkat laba yang
mampu memperbaiki tingkat ROA perusahaan.
13
4. Return On Equity (ROE)
Analisis Return on Equity merupakan analisis yang lazim digunakan oleh
investor dan pimpinan perusahaan, untuk mengukur seberapa besar keuntungan
yang menjadi hak pemilik modal sendiri. ROE merupakan indikator rentabilitas
yang penting, karena ROE merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan modal
yang maksimal bagi pemilik modal.
Berdasarkan analisis, ROE PT Indofood mengalami peningkatan
signifikan setiap periodenya, hal tersebut mengindikasikan perolehan laba yang
berasal dari modal sendiri mengalami peningkatan, artinya kinerja perusahaan
dalam memperoleh profitabilitas yang dibiayai dengan modal perusahaan itu
sendiri semakin baik. Hal ini mengakibatkan banyak investor ingin memiliki
saham perusahaan, karena dominan investor melihat aspek fundamental
didasarkan pada ROE yang menggambarkan laju pertumbuhan suatu perusahaan
dari periode ke periode karena diprediksikan periode yang akan datang akan
mengalami peningkatan.
5. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) merupakan suatu metode estimate harga saham
yang menggunakan variabel nilai buku per lembar saham. Dalam hal ini PBV
menghitung seberapa besar jumlah saham yang bereadar akan mampu dipenuhi
dari modal sendiri (equity) yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan analisis, PBV PT Indofood periode 2005-2009 mengalami
kenaikan.Nilai PBV tertinggi dicapai di akhir periode 2009 sebesar Rp.1.098,81
Secara teoretis semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut
dikategorikan undervalued yang mana sangat baik untuk investasi jangka panjang
bagi investor. Berdasarkan hasil penelitian, tingginya nilai PBV ini juga dapat
mengindikasikan meningkatnya kualitas dan kinerja fundamental emiten
perusahaan (fundamentally wrong) dalam hal ini PT Indofood Tbk.
14
6. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan imbangan antara hutang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal
sendiri semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya. Berikut ini adalah Debt
to Equity Ratio PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2003-2009.
Debt to Equity Ratio (DER) PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 2003-2009
Tahun
2005
Liabilities
(Rp)
(a)
10,042,583,000,000
Equity
(Rp)
(b)
4,308,448,000,000
DER
(x)
(a/b)
2.33
2006
10,523,697,000,000
4,931,086,000,000
2.13
2007
18,679,042,000,000
7,126,596,000,000
2.62
2008
26,435,324,000,000
8,498,749,000,000
3.11
2009
25,872,358,000,000
9,647,997,000,000
2.68
Berdasarkan tabel, kondisi Debt to Equity Ratio (DER) PT Indofood
umumnya didominasi oleh utang yang setiap periodenya terus meningkat.
Meskipun demikian, diimbangi dengan keadaan modal perusahaan (Equity) yang
setiap tahunnya mampu ditingkatkan seiring dengan perolehan laba operasi
perusahaan. Kondisi liabilities tertinggi PT Indofood adalah tahun 2008 pada
angka Rp26,435,324,000,000 dan perusahaan berusaha menekan utangnya di
tahun berikutnya yaitu 2009 dengan penurunan sebesar Rp. 562,966,000,000
sehingga rasio DER pada akhir 2009 juga mengalami penurunan. Rasio DER
terendah dicapai pada 2006 pada angka 2.13 kali. Namun demikian, secara umum
kondisi DER perusahaan mampu memberikan informasi kepada para investor
bahwa proporsi utang terhadap equity masih berada di batas wajar.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, masing-masing rasio keuangan dalam
hubungannya dengan penilaian saham yang terdiri dari rasio EPS, PER,
ROA, ROE, PBV, dan DER pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 2005-2009 dimana perhitungan didasarkan pada laporan keuangan
baik neraca maupun laba rugi yang dipublikasikan di www.idx.co.id.
Secara keseluruhan, kondisi kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 2005-2009 mengalami pertumbuhan, meskipun cenderung
fluktuatif, namun di akhir periode penelitian 2009 kondisi masing-masing
variable menunjukkan kualitas kinerja untuk memulihkan kondisi-kondisi
pada periode sebelumnya.
4.2
Rekomendasi
Investor dalam memilih alokasi investasi tetap harus mendasarkan pada
penilaian investasi baik analisis teknikal maupun analisis fundamental.
Secara laporan keuangan, PT Indofood Tbk memiliki kinerja yang baik
yang dibuktikan dengan pertumbuhan EPS dan ROE, dimana kedua
variable tersebut merupakan rasio yang banyak digunakan para investor
dalam penilaian saham. Berdasarkan hal tersebut, saham PT Indofood Tbk
layak untuk dimiliki karena prospeknya diprediksi akan terus tumbuh di
masa yang akan datang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Body, Kane, Marcu, Investments, Mc Graw Hill, 2007.
Eduardus Randelilin. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.
Stow, Robinson, Pinto, McLeavy, Equity Asset Valuation, CFA Institute, 2002.
Sukmawati Sukamulja. 2008. Analisis Fundamental, Teknikal dan Program
Metastock.
http://sahamfundamental.blogspot.com/
17
Download