bab iv restrukturisasi modal dengan kuasi reorganisasi

advertisement
BAB IV
RESTRUKTURISASI MODAL DENGAN
KUASI REORGANISASI: PEMBAHASAN DAN LESSON
LEARNED
4.1.
TAHAPAN-TAHAPAN
PELAKSANAAN
KUASI
REORGANISASI
Laporan keuangan PT. Grahaniaga Tatautama pada tahun 2006, 2007 dan
2008 menunjukkan adanya keuntungan usaha perusahaan baik operasional
maupun non operasional. Hal ini memberikan keyakinan kepada para pemegang
saham bahwa prospek usaha perusahaan kedepan akan semakin baik. Oleh sebab
itu para pemegang saham berkeinginan agar bisa diberikan dividen, mengingat
sejak
berdirinya perusahaan sampai tahun 2008,
perusahaan belum pernah
memberikan dividen kepada para pemegang saham. Bagi para pemegang saham,
dividen adalah suatu bentuk pengembalian investasi yang sudah di investasikan
kedalam saham perusahaan.
Berdasarkan keinginan dari para pemegang saham tersebut, maka
manajemen diminta untuk melakukan restrukturisasi modal secara terbatas atau
yang disebut dengan istilah kuasi-reorganisasi. Dengan kuasi-reorganisasi maka
saldo negatif laba yang ditahan akan menjadi nol dan laporan keuangan
98
99
perusahaan akan mencerminkan nilai sekarang, sehingga perusahaan dapat
melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham.
Adapun tahapan-tahapan kuasi-reorganisasi sbb:
a. Penelitian terhadap kemungkinan dilakukan kuasi-reorganisasi
Pada tahapan ini manajemen melakukan penelitian terhadap
pengeliminasian defisit laba ditahan terhadap akun-akun ekuitas dengan
urutan prioritas sebagai berikut:
1. Selisih Penilaian Aset dan Kewajiban dan selisih penilaian yang sejenis
2. Tambahan Modal Disetor dan sejenisnya; dan
3. Modal Saham
Adapun tujuan dari Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk
mengetahui faktor penyebab defisit saldo laba ditahan, mengetahui dapat atau
tidaknya PT. Grahaniaga Tatautama memenuhi persyaratan pelaksanaan
kuasi-reorganisasi, dan untuk mengetahui penyajiannya pada laporan
keuangan PT. Grahaniaga Tatautama, disamping kinerja perusahaan sebelum
dan sesudah kuasi-reorganisasi.
Adapun langkah-langkah teknik analisis kuantitatif adalah sbb:
1. Kemungkinan penerapan kuasi-reorganisasi dengan tahap; mengeliminasi
saldo defisit, penjurnalan dan penyajiannya dalam laporan keuangan PT.
Grahaniaga Tatautama.
2. Menghitung ratio keuangan sebelum dan sesudah kuasi-reorganisasi.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa PT. Grahaniaga Tatautama
mengalami defisit laba ditahan yang disebabkan oleh kerugian beban
100
keuangan karena kondisi perekonomian yang kurang mendukung terhadap
perkembangan dunia usaha. Defisit laba ditahan
tersebut terutama
diakibatkan oleh devaluasi mata uang yang berakibat pada meningkatnya
jumlah hutang dalam nilai rupiah, dan tingginya denda atas keterlambatan
pembayaran bunga dan pokok hutang.
PT. Grahaniaga Tatautama, sesuai hasil penelitian dapat memenuhi
semua persyaratan pelaksanaan kuasi-reorganisasi seperti yang tercantum
dalam PSAK No.51. Adapun persyaratan yang dapat dipenuhi oleh
perusahaan adalah perusahaan memiliki rasio likuiditas dan leverage serta
pendapatan operasional
yang cukup baik. sehingga PT. Grahaniaga
Tatautama dapat menerapkan kuasi-reorganisasi.
Kinerja PT. Grahaniaga Tatautama, sebelum dan sesudah kuasireorganisasi
tidak
menunjukkan
adanya
perubahan.
Sehingga
dapat
disimpulan bahwa pelaksanaan kuasi-reorganisasi PT. Grahaniaga Tatautama
dapat segera dilakukan tanpa harus diikuti dengan masuknya investor baru
untuk memperkuat posisi modal sendiri.
b. Konsultasi dengan Kantor Akuntan Publik
Pada tahap ini manajemen melakukan konsultasi dengan Akuntan
Publik terkait syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagaimana diatur dalam
PSAK No. 51 (Revisi 2003) tentang Akuntansi kuasi-reoragnisasi dan
penyajian laporan keuangan sesudah diadakan proses kuasi-reorganisasi.
101
c. Konsultasi dengan Konsultan Pajak dan Hukum
Pada tahap ini dimana manajemen mendapatkan masukan-masukan
perihal kewajiban dan hak-hak perpajakan bilamana perusahaan melakukan
Kuasi-Reorganisasi. Konsultan hukum akan memberikan pendapat terhadap
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan kuasi-reorganisasi
terkait dengan anggaran dasar perseroan dan ketentuan peraturan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”).
d.
Meminta persetujuan kepada Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa
(”RUPSLB”) untuk melakukan proses kuasi-
reorganisasi
e. Penunjukan konsultan penilai.
4.2
PRO
dan
KONTRA
ATAS
PELAKSANAAN
KUASI-
REORGANISASI
Semenjak berdirinya PT. Grahaniaga Tatautama pada tahun 1989 dan
usaha komersial pengelolaan gedung dimulai pada 1 Juni 1993 dengan modal
ditempatkan dan disetor sebesar Rp. 13.000.000.000,-. Pada tahun 2004 telah
terjadi perubahan modal saham ditempatkan dan modal saham disetor menjadi
sebesar Rp. 267.437.500.000,-,. Pada tahun 1998 dimana terjadi krisis moneter
perusahaan juga tak luput dari kerugian valas yang cukup besar sehingga sampai
dengan tahun 2008 perusahaan masih menderita defisit modal sebesar Rp.
102
219.219.476.908,- Akibatnya sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang tercantum pada pasal 70
sampai dengan pasal 73 perusahaan tidak dapat membagikan dividen kepada para
pemegang saham.
Dimana bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 71 disebutkan sebagai berikut:
(1) Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk
cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (1) diputuskan oleh
RUPS.
(2) Seluruh
laba
bersih
setelah
dikurangi
penyisihan
untuk
cadangan
sebagaimanadimaksud dalam pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.
(3) Dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh dibagikan apabila
Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
Pasal 72 disebutkan sebagai berikut;
(1) Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku berakhir
sepanjang diatur dalam anggaran dasar perseroan.
(2) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi kecil dari
pada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.
(3) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
mengganggu
atau
menyebabkan
Perseroan
tidak
dapat
kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.
memenuhi
103
(4) Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah
memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan
pada ayat (2) dan ayat (3).
(5) Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian,
dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang
saham kepada Perseroan.
(6) Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng
atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat
mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, di mana perusahaan
mempunyai laba operasional pada tahun 2006 sebesar Rp. 10 milyar, tahun 2007
sebesar Rp. 16 milyar dan tahun 2008 sebesar Rp. 26 milyar disamping
berdasarkan business plan yang realistik untuk 5 tahun – 10 tahun mendatang
memperlihatkan perusahaan akan memperoleh laba operasional tetapi belum
cukup untuk menutup defisit atas laporan keuangan perusahaan.
Sehingga apabila perusahaan harus menunggu sampai lebih dari 10 tahun
mendatang agar defisit tersebut menjadi positif, tentunya para pemegang saham
tidak akan memperoleh keuntungan investasi apapun dalam kepemilikan
Perseroan tersebut. Ada beberapa pemikiran agar kepentingan Pemegang Saham,
Perseroan, Kreditur dan pemangku kepentingan lainnya dapat dipenuhi namun
juga tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku maka
manajemen melakukan kajian atas kuasi-reorganisasi secara hukum (True
Reorganization) dan kuasi-reorganisasi semu. Begitu juga terhadap pelaksanaan
104
kuasi-reorganisasi apakah secara hukum atau secara semu tentunya ada beberapa
keuntungan dan kerugiannya .
Sebagai contoh apabila ada perusahaan yang mengalami defisit modal
sebesar Rp. 219 milyar dibandingkan dengan modal ditempatkan dan disetor
sebesar Rp. 267 milyar tentunya tidak dapat dilakukan dengan cara kuasireorganisasi secara legal oleh karena prosedur dan persyaratannya sangat rumit
serta memakan persetujuan kepada beberapa pihak yang tentunya akan memakan
waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Kuasi-reorganisasi secara hukum;
a. Kuasi-reorganisasi yang berpedoman pada PSAK no. 51 (Revisi 2003)
tentang Akuntansi kuasi-reorganisasi
b. Penambahan setoran tunai modal dari pemegang saham lama selain dana yang
diperlukan cukup besar juga tidak sesuai dengan tujuan perseroan untuk dapat
memberikan dividen kepada pemegang saham; atau
c. Mengundang investor baru; atau
d.
Menurunkan nilai nominal per lembar saham sehingga selisihnya menjadi
agio saham dan kemudian untuk menutup defisit modal, hal ini juga tidak
akan mencukupi serta memerlukan persetujuan dari RUPSLB, Kreditur dan
Menkumham sebagaimana UUPT No. 40 pasal 44 sampai dengan pasal 62;
atau
e. Melakukan Penilaian Kembali Aktiva dan Kewajiban dan atas selisih lebih
hasil dari penilaian tersebut untuk menutup defisit modal, bilamana penilaian
kembali ini untuk tujuan perpajakan maka atas selisih lebih hasil penilaian
105
kembali aktiva akan menjadi objek pajak dan dikenakan pajak dengan tarif
10% sehingga memerlukan biaya yang cukup besar serta memberatkan
keuangan perusahaan.
Bilamana Perseroan melaksanakan Kuasi-Reorganisasi Semu maka
persyaratannya cukup sederhana tidak memakan waktu yang cukup lama serta
biaya relatif lebih murah namun harus terpenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut;
1. Kuasi-Reorganisasi yang berpedoman pada PSAK no. 51 (Revisi 2003)
tentang Akuntansi Kuasi-Reorganisasi.
2. Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku
3. Tidak ada perubahan hukum dalam struktur permodalan
4. Penilaian kembali aktiva dan kewajiban bukan untuk tujuan perpajakan
sehingga atas selisih lebih hasil penilaian kembali aktiva dan kewajiban bukan
menjadi objek pajak.
5. Selisih lebih hasil penilaian kembali aktiva dan kewajiban digunakan untuk
mengeliminasi defisit laba ditahan sehingga laba ditahan menjadi nol.
6. Laporan Keuangan perusahaan terdapat dua versi yaitu untuk tujuan
komersial dengan tujuan pajak oleh karena adanya perbedaan tetap (fixed
Different) dari hasil penilaian kembali aktiva dan kewajiban
7. Laporan keuangan secara pajak selalu mencerminkan keadaan sebelum
adanya penilaian kembali aktiva dan kewajiban, sehingga saldo laba ditahan
masih mencerminkan defisit laba ditahan
106
8. Perbedaan laporan keuangan secara pajak dan komersial berakhir sampai
dengan surplus penilaian kembali menjadi nol.
9. Bila dalam Kuasi-Reorganisasi unsur ekuitas selain modal saham tidak cukup
untuk eliminasi defisit maka perusahaan harus melakukan True KuasiReorganisasi.
Berdasarkan pertimbangan diatas dan adanya keinginan dari manajemen
untuk dapat memberikan pengembalian investasi kepada para pemegang saham
atas investasinya dalam perusahaan maka pelaksanaan Kuasi-Reorganisasi Semu
tentunya menjadi salah satu pilihan
yang paling murah biayanya dan tidak
bertentangan dengan peraturan yang ada, meskipun pembayaran dividen oleh
perusahaan bukan berasal dari laba ditahan namun berasal dari laba operasional
tahun berjalan sehingga dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham
akan menjadi objek pajak penghasilan.
Sebagaimana disebutkan diatas bilamana perusahaan tidak melakukan
Kuasi-Reorganisasi Semu maka sesuai dengan business plan perusahaan sampai
dengan sepuluh tahun kedepan belum mampu untuk menutup saldo negatif laba
ditahan sehingga sesuai dengan UUPT No. 40 Tahun 2007 tidak diperbolehkan
membayar dividen kepada para pemegang saham.
107
4.3. KEUNTUNGAN dan KERUGIAN DILAKUKAN KUASIREORGANISASI
Keuntungan dengan dilakukanya kuasi-reorganisasi sesuai dengan PSAK
nomor 51 akan dinikmati oleh beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
Perusahaan
1.
Perseroan dapat memulai awal yang baik (fresh start), dengan posisi neraca
menunjukan nilai sekarang dan tanpa dibebani defisit;
2.
Tanpa melalui reorganisasi nyata yang dilakukan dengan menilai kembali
akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengelimanasi defisit
3.
Dengan tidak adanya defisit, maka akan memberikan dampak positif bagi
para pemegang saham perseroan karena perseroan dapat melakukan
pembagian dividen sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas (“UUPT”);
dan
4.
Tidak memerlukan keterlibatan hukum (legal) dan pihak pajak
5.
Tidak memerlukan investor baru
6.
Tidak ada perubahan nilai nominal, jumlah lembar saham dan prosentase
kepemilikan
7.
Memudahkan untuk mendapatkan investor baru
8.
Terbuka peluang untuk menjadi perusahaan terbuka (go public)
9.
Investor
108
10.
Memaksimalkan return atas share yang dimilikinya
11.
Tambahan setoran modal dapat dihindari
12.
Kepemilikan saham tidak terdilusi
13.
Investor dapat menambah kepemilikan pada saat perusahaan go public
Vendor
1. Adanya jaminan pembayaran oleh karena prosentase aktiva dibandingkan
dengan kewajiban menjadi sangat besar
2. Adanya jaminan kelangsungan hidup perusahaan sehingga kecil kemungkinan
untuk dilikuidasi
3. Sebagai bahan referensi ke pelanggan yang lain
Kerugian atas dilakukannya kuasi-reorganisasi adalah :
1. Modal saham menurun
2. Perusahaan membuat 2 Laporan keuangan pada akhir tahun yang berbeda
untuk tujuan Pajak dan komersial
3. Untuk tujuan pajak perusahaan harus memakai laporan keuangan mengacu
pada
sebelum adanya kuasi-reorganisasi
4. Adanya perbedaan tetap (Permanent Different) nilai Aktiva dan Modal secara
komersial dengan pajak
5. Secara komersial tingkat keuntungan menjadi lebih kecil (biaya depr.
Membesar)
6. ROA dan ROE semakin kecil (Komersial)
109
7. Dividen merupakan objek pajak bagi pemegang saham
Dalam pelaksanaan kuasi-reorganisasi PT. Grahaniaga Tatautama tidak
terdapat penurunan modal saham karena hasil selisih lebih penilaian kembali
aktiva dan kewajiban cukup untuk menutup saldo defisit laba ditahan. Dengan
demikian tidak ada penurunan nilai nominal per lembar saham maupun setoran
modal baru dari para pemegang saham lama maupun tidak memerlukan investor
baru.
4.4. SYARAT-SYARAT PENGAKUAN, PENGUKURAN dan
PENGUNGKAPAN
1. Mengalami defisit dalam jumlah yang material dan alasan perusahaan
melakukan kuasi-reorganisasi.
Karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, banyak perusahaanperusahaan yang mengalami kerugian besar tidak terkecuali PT.
Grahaniaga Tatautam yang mempunyai hutang dalam mata uang USD
sebesar USD 95,9 juta dari catatan atas Laporan Keuangan tertanggal 31
Desember 2003.
Sebagai akibat dari krisis ekonomi yang buruk yang ditandai
dengan nilai tukar valuta asing yang sangat fluktuatif, tingkat bunga yang
tinggi, likuiditas yang ketat serta banyaknya perusahaan yang mengurangi
110
aktifitas maupun bangkrut
sehingga mempengaruhi kondisi kesehatan
perusahaan untuk melakukan operasional.
2. Perusahaan Harus memiliki Status Kelancaran Usaha dan Memiliki
Prospek Yang Baik Pada Saat Kuasi-Reoragnisasi Dilakukan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan kuasi
reorganisasi selain dari pada yang telah disebutkan diatas perihal
perusahaan mengalami kerugian yang material juga perusahaan harus
memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek usaha yang baik.
Saldo laba setelah kuasi-reorganisasi harus menjadi nol, dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan Laporan Akuntan Independen Atas Penerapan
Prosedur Yang Disepakati dalam Rangka Kuasi-Reorganisasi terhadap
laporan Keuangan Konsolidasi PT. Grahaniaga Tatautama Dan Anak
Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 pada halaman 1,
telah
diungkapan perihal Prosedur dan temuan yang bersangkutan disajikan
sebagai berikut:
a. Prospek Perusahaan
Kami telah melakukan validasi prospek usaha PT. Grahaniaga
Tatautama dan Anak “(Perusahaan)” berdasarkan proyeksi keuangan
untuk lima tahun ke depan (2009 – 20014) dan asumsi-asumsi yang
mendasarinya. Proyeksi keuangan Perusahaan menunjukan arus kas
dan laba yang positif untuk kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang.
111
Kami tidak menjumpai penyimpangan-penyimpangan yang signifikan
sebagai hasil Penerapan prosedur tersebut dan menyimpulkan bahwa
Perusahaan
memiliki
prospek
usaha
yang
baik
dan
bisa
mempertahankan kelangsungan usahanya untuk masa yang akan
datang.
b. Kepatuhan Terhadap Peraturan dan Perundang-undangan Yang
Berlaku
Kami
memverifikasi
kepatuhan
Perusahaan
terhadap
Peraturan Perundang- undangan yang berlaku khususnya Undangundang No. 40 tahun 2007
mengenai
Perseroan
Terbatas
(PT)
Undang-undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan serta Undangundang dan peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Neraca Konsolidasi Tanggal 31 Maret 2009 sebelum KuasiReorganisasi
Kami mereview akun-akun neraca konsolidasi per 31 Maret
2009 sebelum Kuasi-Reorgnisasi sesuai dengan Standar Jasa Akuntansi
dan Review yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia terutama
melalui permintaan keterangan kepada pejabat PT. Grahaniaga Tatautama
dan Perusahaan Anak serta prosedur analitik yang diterapkan atas data
keuangan.
112
4. Neraca Konsolidasi Tanggal 31 Maret 2009 Setelah KuasiReorganisasi
Kami memverifikasi akun-akun neraca konsolidasi PT.
Grahaniaga Tatautama dan Perusahaan Anak tanggal 31 Maret 2009 yang
disajikan berpedoman pada cara penilaian aktiva tetap dan kewajiban,
sesuai dengan PSAK No. 51 (Revisi 2003) mengenai Akuntansi KuasiReorganisasi dengan proses pencatatan dan hasil akhir sebagai berikut:
a. Jumlah Aset bertambah sebesar Rp. 333.105.553.825 menjadi sebesar
Rp. 536.761.067.710 yang disebabkan peningkatan jumlah Akun
Investasi Properti sebesar Rp. 333.651.953.051 menjadi sebesar Rp.
466.880.090.000 dan penurunan Aset Tetap sebesar Rp. 546.399.226
menjadi sebesar Rp. 3.862.276.462 . investasi properti dan Aset Tetap
yang telah dinilai oleh PT. Actual Kencana Appraisal sesuai laporan
tertanggal 30 Aspril 2009.
b. Jumlah Kewajiban tidak mengalami perubahan, yaitu tetap sebesar Rp.
146.664.732.970.
c. Selisih Penilaian Aset dan Kewajiban sebesar Rp. 333.105.553.825
tersebut digunakan untuk mengeliminasi Saldo Rugi tersebut
menghasilkan Saldo Kredit Penilaian Aset dan Kewajiban sebesar Rp.
122.658.834.740 dicatat didalam Ekuitas.
113
5. Perusahaan Tidak Sedang Menghadapi Permohonan Kepailitan
Sesuai dengan Laporan Keuangan PT. Grahaniaga Tatautama per
31 Desember 2008, total hutang perusahaan sebesar Rp. 121.847 juta yang
terdiri dari Hutang Lancar sebesar Rp. 11.096 juta dan Hutang Tidak
Lancar sebesar Rp. 110.751 juta. Total hutang ini memang sangat besar
persentasinya jika dibandingkan dengan total aset yang berjumlah hanya
sebesar Rp. 170.065 juta atau 71% aset dibiayai dengan hutang. Namun
keadaan ini tidak membuat PT. Grahaniaga Tatautama pada posisi
dipailitkan karena tidak ada kreditur yang melakukan permohonan pailit
atas PT. Grahaniaga Tatautama. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang yang telah disyahkan pada tanggal 8 Oktober Tahun
2004.
6. Tidak Bertentangan Dengan Peraturan Perundangan Yang Berlaku.
Sesuai dengan Laporan Akuntan Independen Atas Penerapan
Prosedur Yang Disepakati Dalam Rangka Kuasi-Reorganisasi Terhadap
Laporan Keuangan Konsolidasi pada Prosedur dan Temuan, diungkapkan
bahwa perusahaan tidak melakukan penyimpangan terhadap peraturan
yang berlaku.
7. Saldo ekuitas Sesudah Kuasi-Reorganisasi Harus Positif
114
Dalam neraca per 31 Maret 2009 pada saat terjadinya KuasiReorganisasi, total ekuitas PT. Grahaniaga Tatautama adalah sebesar Rp.
56.990 juta (saldo kredit)
yang terdiri dari Modal dasar sebesar Rp.
267.437 juta (saldo Kredit) dan Saldo Rugi sebesar Rp. 210.446 juta
(saldo Debet), setelah perusahaan melakukan Penilaian Kembali atas Aset
dan Kewajibannya maka Saldo Rugi sebesar Rp. 210.446 juta dieliminasi,
maka saldo ekuitas manjadi sebesar Rp. 390.096 juta atau Saldo Rugi
menjadi Nol.
Setelah terpenuhinya syarat-syarat untuk melakukan KuasiReorganisasi, maka kemudian PT. Grahaniaga Tatautama memilih metode
pelaksanaan Kuasi -Reorganisasi. Dimana dalam melaksanakan KuasiReorganisasi PT. Grahaniaga Tatautama tidak menggunakan metode truereorganization
namun lebih memilih reorganisasi semu, yaitu dengan
melakukan penilaian kembali seluruh aktiva dan kewajiban pada nilai
wajarnya dan penghapusan defisit ke tambahan modal setoran dan modal
saham, dengan tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan defisit dan
menampilkan aktiva dan kewajiban pada nilai sekarang sesuai PSAK No.
51 angka 12,14,15 sebagai berikut :
a. Kuasi-reorganisasi dilakukan dengan metode reorganisasi akuntansi
(accounting reorganization method). dalam metode ini aktiva dan
kewajiban dinilai kembali sebesar nilai wajarnya. Saldo laba negatif
(defisit) dan selisih penilaian kembali di eliminasi ke akun tambahan
modal setoran.
115
b. Dalam melakukan kuasi-reorganisasi, aktiva dan kewajiban harus
dinilai kembali dengan wajar.
c. Nilai wajar dan kewajiban ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Bila
nilai pasar tidak tersedia, estimasi nilai wajar didasarkan pada
informasi terbaik yang tersdia. Estimasi nilai wajar dilakukan dengan
mempertimbangkan harga aktiva sejenis dan teknik penilaian yang
paling sesuai dengan karakteristik aktiva dan kewajiban yang
bersangkutan.
Ada beberapa tehnik penilaian aktiva dan kewajiban antara lain
meliputi;
1. Nilai sekarang (present value atau arus kas diskontoan (discounted
cash flow) dengan mempertimbangkan tingkat resiko yang
dihadapi;
2. Model penentuan harga opsi (option-pricing models);
3. Penentuan harga matriks (matrix pricing); dan
4. Analisis fundamental (fundamental analysis).
d. Selisih antara nilai wajar aktiva dan kewajiban dengan nilai bukunya
diakui atau dicatat pada akun saldo laba.
e. Saldo negatif dari saldo laba (retained earnings) setelah proses
penilaian aktiva dan kewajiban dihapus ke tambahan modal setoran.
Apabila tambahan setoran modal tidak mencukupi, saldo negatif
tersebut dihapuskan ke modal saham.
116
Adapun tehnik penilaian aktiva dan kewajiban yang telah
dilakukan pada tanggal 31 Maret 2009 adalah sbb;
Akun
Cara Penilaian
Kas dan Setara kas
Piutang usaha
Piutang lain-lain
Uang muka
Pajak dibayar dimuka
beban dibayar dimuka
Properti investasi
Aset tetap
beban ditangguhkan
Aset tidak lancar lainnya
Nilai nominal
Nilai yang dapat direalisasi
Nilai yang dapat direalisasi
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai yang dapat direalisasi
Revaluasi oleh appraisal independen
Revaluasi oleh appraisal independen
Nilai yang dapat direalisasi
Nilai yang dapat direalisasi
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Nilai nominal
Hutang usaha
Hutang pajak
Biaya masih harus dibayar
Pendapatan diterima dimuka
Kewajiban pajak tangguhan
Hutang lain-lain
Hutang bank jangka panjang
Uang jaminan pelanggan
Kewajiban tidak lancar lainnya
Hutang pemegang saham
Kewajiban imbalan kerja
Jurnal-Jurnal
Hasil Kuasi Reorganisasi
No.
General Ledger
1
Untuk mencatat selisih hasil penilaian aset dn kewajiban:
Investasi Property – Land
Investasi Property – Buildings
Investasi Property - Building Equipment
Investasi Property - Building Infrastrukture
Vehicles
Debet
xx
xx
xx
xx
Credit
117
Office Furniture & Fixture
Computer Equipment
Difference on Valuation of Assets and Liabilities
2
xx
xx
xx
Eliminasi saldo R/E per 31 Maret 2009 dengan selisih penilaian aset dan kewajiban:
Differences on Valuation of Assets and Liabilities
xx
Profit (Loss) up to Previous Year
3
xx
Untuk mencatat tambahan (pengurangan) beban depresiasi atas kenaikan (penurunan)
nilai properti investasi dan aset tetap untuk periode April - Juni 2009:
Depreciation Investment Property - Buildings
Depreciation Investment Property - Buildings Infrastructure
Depreciation Investment Property - Buildings Equipment
Depreciation Vehicles
Accum. Depr.- Office Furniture & Fixture
Accum. Depr.- Computer Equipment
Depreciation - Office Furniture & Fixture
Depreciation – Equipment
Accum. Depr.- Investment Property Buildings
Accum. Depr.- Investment Property Buildings Equipment
Accum. Depr.- Investment Property Buildings Infrastructure
Accum. Depr.- Vehicle
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Pada bab III dikatakan bahwa sesudah Kuasi Reorganisasi sesuai
dengan pengertian pasal 4 ayat 1 huruf m yaitu:
Pasal 4
1. Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk : m
selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
118
Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008 tangal 23
Mei 2008 Tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap pasal 5 disebutkan;
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan diatas nilai
sisa buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 10% (sepuluh persen).
Karena
PT.
reorganisasi semu,
Grahaniaga
Tatautama
melaksanakan
kuasi-
disamping revaluasi aktiva dan kewajiban untuk
pelaporan keuangan komersial (bukan untuk kepentingan pajak) hal ini
dimungkinkan sesuai PSAK No. 51 tahun 2003. Sehingga atas kenaikan
dan penurunan aktiva maupun kewajiban tidak terhutang pajak sebesar
10%. Kebijakan ini ditempuh oleh perusahaan karena kondisi keuangan
tidak memadai untuk membayar kewajiban pajak atas selisih lebih hasil
revaluasi aktiva tetap atau kerugian secara pajak (loss carry forward)
perusahaan yang telah lewat waktu, sehingga tidak lagi mencukupi untuk
dikompensasikan dengan selisih lebih hasil revaluasi aktiva tetap secara
pajak.
Adapun konsekuensi atas pelaksanaan kuasi-reorganisasi semu
sesuai dengan PSAK No. 51 tahun 2003 dan perusahaan tidak
melaksanakan revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan maka dalam
laporan keuangan pada akhir tahun perusahaan wajib menyajikan laporan
keuangan yaitu Neraca dan Laba (rugi) baik secara komersial maupun
secara pajak. Atas penambahan nilai aktiva yang tercermin pada laporan
Neraca komersial, merupakan perbedaan tetap bila disandingkan dengan
119
Laporan Neraca menurut pajak, begitu pula atas perbedaan pengakuan
biaya penyusutan maka perbedaan ini merpakan beda tetap dan akan
tercermin pada pos aktiva pajak tangguhan.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan pasal 4 ayat 2 adalah Penghasilan dibawah ini dapat dikenai
pajak yang bersifat final dan pada huruf d bahwa atas penghasilan dari
transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan , usaha jasa
kontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan dan/atau bangunan;
Secara pajak bahwa usaha utama PT. Grahaniaga Tatautama merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang persewaan perkantoran (tanah dan
bangunan) yang telah dikenakan pajak yang bersifat final yaitu pasal 4
ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
sebesar 10% dari pendapatan. Sehingga atas biaya – biaya yang timbul
tidak lagi dapat diperhitungkan dalam penghitungan laporan Laba-Rugi
pajak kecuali terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan yang belum
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final akan dilakukan
perhitungan pengenaan pajak penghasilan tersendiri secara proporsional
atau memakai dasar indentifikasi khusus.
Bila dikaji lebih dalam kuasi-reorganisasi merupakan perencanaan
pajak (tax planning) yang mutakhir karena menyenangkan bagi berbagai
pihak. Bagi manajemen, Kuasi-reorganisasi membantu manajemen
(terutama bagi pimpinan perusahaan) karena dengan kuasi-reorganisasi
beban masa lalu dapat dilepaskan dari tim manajemen. Bagi pemegang
120
saham, Kuasi-reorganisasi manajemen adalah hal yang positif, karena
memberikan kesempatan untuk dapat memperoleh dividen yang sebelum
hal ini tidak dimungkinkan berdasarkan Undang-Undang Perseroan oleh
karena adanya defisit modal, namun dengan adanya kuasi-reorganisasi ini
pemegang saham tetap dapat memperoleh dividen serta tidak memerlukan
adanya tambahan modal disetor.
Dari perspektif pajak, Kuasi-reorganisasi berdampak positif oleh
karena penerimaan dividen bagi pemegang saham merupakan objek pajak.
Jika tidak dilakukan kuasi-reorganisasi maka tertutup kemungkinan
perusahaan untuk dapat melakukan pembayaran dividen serta pembayaran
pajak oleh penerima dividen.
4.5 LESSON LEARNED
Pengalaman yang diperoleh dari model Kuasi-Reorganisasi semu
sesuai dengan PSAK No. 51 (Revisi 2003) sebagaimana yang dilakukan
oleh PT. Grahaniaga Tatautama dapat menjadi reference bagi perusahaan
lain oleh karena pelaksanaannya cukup sederhana, tidak memerlukan
waktu yang lama, tidak ada keterlibatan hukum maupun pajak dan sangat
murah biayanya, tentunya hal ini dapat ditiru oleh perusahaan lain, namun
demikian ada beberapa hal harus menjadi perhatian antara lain sebagai
berikut:
121
•
Perusahaan memiliki kemampuan memperoleh laba operasional yang
cukup baik
•
Perusahaan memiliki likuiditas yang baik
•
Aktiva perusahaan khususnya tanah dan bangunan menjadi faktor
penentu selisih lebih hasil penilaian yang cukup besar
•
Selisih lebih hasil penilaian kembali aktiva dan kewajiban cukup
untuk mengeliminasi saldo defisit laba ditahan
•
Pembayaran dividen kepada para pemegang saham tidak akan
mengganggu likuiditas, operasional perusahaan dan kewajiban kepada
kreditur.
Berdasarkan pengalaman perusahaan baik yang telah terbuka (go
public) maupun tertutup yang melakukan Kuasi-Reorganisasi secara hukum
sebagaimana disebutkan di Bab III menunjukan bahwa kinerja perusahaan
menjadi lebih baik dan mampu melakukan pembayaran dividen, sebagai
contoh :
•
PT. Bank Central Asia Tbk (“BCA”) setelah melakukan KuasiReorganisasi, BCA terus menghasilkan laba yang meningkat dari tahun ke
tahun, dan mampu membagikan dividen. Selain itu, harga saham Rp.
1.400/saham pada saat Kuasi-Reorganisasi displit untuk kedua kalinya
menjadi Rp. 350/saham pada Juni 2004, pada saat ini harga pasarnya Rp.
4.800.
122
•
PT. Puspetindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembuatan peralatan pabrik yang telah dibeli oleh Ridjaludin Tanamar
pada tahun 2003 dari BPPN dengan discount 80%, sehingga akhirnya
menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan (termasuk seluruh
hutang-hutangnya) dan selanjutnya Ridjaludin melakukan “turn around”
PT. Puspetindo salah satu kiat yang dilakukan yaitu memperbaiki neraca
dengan metoda yang disebut “Kuasi-Reorganisasi”. Dengan metoda ini
akumulasi kerugian yang berlangsung selama berpuluh-puluh tahun bisa
dihapus dengan mengurangi, atau “diganti” nilai dengan ekuitas lainnya,
sehingga pada akhirnya perusahaan bisa memperoleh pinjaman dari bank
untuk modal kerja dan yang terpenting para pemilik sahamnya bisa
memperoleh dividen untuk pertama kali dalam sejarah perusahaan
tersebut.
•
PT. Sierad Produce Tbk. melaksanakan Kuasi Reorganisasi secara hukum
dan akuntansi pada tahun 2009 untuk menghilangkan akumulasi kerugian
yang signifikan pada neraca perseroan per tanggal 30 Juni 2009 sebesar
Rp. 2.377 milyar, dengan beberapa tahapan yang cukup panjang dan
membutuhkan persetujuan dari pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan tersebut.
Pelaksanaan kuasi-reorganisasi secara hukum PT. Sierad Produce Tbk,
yaitu dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Menurunkan modal dasar perseroan;
123
b. Menurunkan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan dengan
menurunkan nilai nominal saham Perseroan; dan
c. Menjumpakan (set off) antara jumlah dari agio yang timbul sebagai akibat
penurunan modal sebagaimana dimaksud diatas dan selisih hasil revaluasi
aset dan kewajiban Perseroan dengan saldo defisit Perseroan.
Maka Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,
penurunan
modal
perseroan
sebagaimana
dimaksud
diatas
dilaksanakan dengan memperhatiakan hal-hal sebagai berikut:
a. Diperolehnya persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa; dan
b. Diperolehnya persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (“Menkumham”) atas pengubahan Anggaran Dasar
Perseroan sehubungan dengan pengurangan modal perseroan.
c. Memperoleh persetujuan dari kreditur
d. Memperoleh persetujuan dari BAPEPAM
e. Memperoleh
persetujuan
dari
Direktorat
Jenderal
Pajak
dalam
pelaksanaan Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk tujuan perpajakan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-12/PJ/2009
tanggal 23 Februari 2009.
Download