perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MODEL BIMBINGAN BELAJAR MELALUI TEKNIK MIND MAP UNTUK MENGATASI KESULITAN MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS PADA PESERTA DIDIK KELAS V (Penelitian di SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh : ESTI NURJAYANTI NIM K3108021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Esti Nurjayanti NIM : K3108021 Jurusan/ Program Studi : IP/ Bimbingan dan Konseling Menyatakan BELAJAR bahwa skripsi MELALUI saya berjudul TEKNIK “MODEL MIND BIMBINGAN MAP UNTUK MENGATASI KESULITAN MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS PADA PESERTA DIDIK KELAS V (Penelitian di SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan Esti Nurjayanti commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MODEL BIMBINGAN BELAJAR MELALUI TEKNIK MIND MAP UNTUK MENGATASI KESULITAN MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS PADA PESERTA DIDIK KELAS V (Penelitian di SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh : ESTI NURJAYANTI NIM K3108021 Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Desember 2012 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Siti Sutarmi Fadhilah, M.Pd NIP. 19540812 198103 2 001 Dr. Asrowi, M.Pd NIP. 19550808 198503 1 002 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” ~Al-Insyirah:6~ ”Hadapilah segala kesulitan dengan jiwa yang tenang. Pekerjaan sekecil apapun harus dikerjakan dengan penuh perhatian, karena hal - hal yang kecil itu yang bisa menyebabkan hal - hal yang besar “ ~ Lao Tze ~ “It is literally true that you can succeed best and quickest by helping others to succeed (Ini adalah sebuah kebenaran bahwa Anda bisa sukses luar biasa dengan cepat bila Anda membantu orang lain untuk juga merasakan sukses).” ~ Napoleon Hill ~ commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini kepada: Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa memanjatkan doa kepadaku dalam setiap sujudnya, senantiasa menghiburku dikala susah dan menjadikanku lebih tegar. Kakak dan adikku, yang senantiasa ada saat suka maupun duka. Keluarga besarku yang aku sayangi atas motivasi dan doa yang diberikan. Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Keefektifan Bimbingan Belajar melalui Teknik Mind Map untuk Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris pada Peserta Didik Kelas V (Penelitian di SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan atas izin penyusunan skripsi. 3. Dra. Siti Mardiyati, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang turut membantu memperlancar jalannya penyelesaian skripsi dan ujian skripsi. 4. Dr. Siti Sutarmi Fadhilah, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan, arahan, dukungan dan dengan sabar membimbing. 5. Dr. Asrowi, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan mengajar, membimbing dan memberi masukan atau ide-ide terhadap penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya. 7. Bapak dan ibu yang telah mengajari penulis banyak hal. 8. Sunardi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Gentan 03 yang telah memberikan kesempatan penulis untuk meneliti di sekolah tersebut. to user 9. Dani Sapujowati, S.Pd selaku commit guru bahasa Inggris atas bantuan dan kerjasamanya. viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10. Sahabat-sahabat Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 terima kasih untuk persaudaraan dan kebersamaan selama ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah dengan ikhlas membantu dan memberikan semangat sampai terselesaikannya skripsi ini. Bantuan, doa dan dukungan dari bapak, ibu maupun rekan-rekan semuanya semoga mendapat balasan yang sesuai oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Surakarta, Desember 2012 Penulis commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Esti Nurjayanti. MODEL BIMBINGAN BELAJAR MELALUI TEKNIK MIND MAP UNTUK MENGATASI KESULITAN MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS PADA PESERTA DIDIK KELAS V (Penelitian di SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris melalui teknik mind map pada peserta didik kelas V di SDN Gentan 03. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) dan menggunakan pola eksperimen one group pre-test post-test design untuk menguji keefektifan bimbingan belajar melalui teknik mind map. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo yang berjumlah 9 peserta didik. Studi pendahuluan dari daftar nilai ulangan harian bahasa Inggris menunjukkan peserta didik kelas V SDN Gentan 03 yang berjumlah 14 peserta didik, 9 diantaranya mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris tingkat tinggi dan sedang. Selain itu dari hasil pengumpulan data melalui angket ternyata 43% mengalami kesulitan belajar tinggi. Peserta didik yang berjumlah 9 ini kemudian diberikan test bahasa Inggris sebagai pre-test dan post-test serta diberikan bimbingan belajar melalui teknik mind map. Bedasarkan penilaian ahli, modul yang dikembangkan mendapat kelayakan dengan prosentase rata-rata sebesar 92%, dari penilaian praktisi diperoleh 91% kemudian dalam uji coba terbatas diperoleh 75%, sedangkan untuk hasil evaluasi tanggapan akhir penelitian diperoleh 98,61%. Hasil penelitan tersebut pada data yang bersifat empirik dianalisis secara statistik dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata post-test menunjukkan 7,9167 lebih besar dari rerata pre-test yaitu 4,5556, jadi ada peningkatan signifikan kemampuan bahasa Inggris antara sebelum dan sesudah intervensi pada peserta didik kelas V. Berdasarkan uji Wilcoxon yang mendasarkan pada rangking positif = 5, diperoleh nilai z hitung sebesar -2,670 dan probabilitas (p) 0,004 (uji dua sisi). Oleh karena z hitung diperoleh hasil minus (-) dan probabilitas (p) lebih kecil dari α = 0,005, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar melalui teknik mind map efektif untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03. Kata Kunci : bimbingan belajar, teknik mind map, kesulitan mempelajari bahasa Inggris commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Esti Nurjayanti. LEARNING GUIDANCE MODEL THROUGH MIND MAP TECHNIQUE TO OVERCOME ENGLISH LEARNING DIFFICULTY IN THE FIFTH GRADES (EXAMINATION ON SDN GENTAN 03 BULU SUKOHARJO ACADEMIC YEAR 2011/2012). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. December 2012. This research aims to overcome English learning difficulty using mind map technique in the fifth grades of SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo. This research use the Research and Development approach using one group pre-test post-test design experiment pattern to examine the effectiveness of learning guidance through mind map technique. The subject of research was the fifth grades of SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo that consisting of 9 students. Preliminary study from the list English daily test showed that students in the fifth grades of SDN Gentan 03 who totaled 14 students, 9 of them have difficulty to learning English of high and middle levels. In addition, from data collection through questionnaires apparently 43% higher learning difficulties. Students who totaled 9 is then given English test as a pre-test and post-test, and given guidance learned through mind map techniques. Based on expert judgment, the module gets developed feasibility with an average percentage of 92%, from 91% valuation practitioners obtained later in the limited trial gained 75%, while for the final response evaluation results were obtained 98.61%. The research results on the empirical data that is statistically analyzed with the Wilcoxon test. The result of research showed that the mean post-test of 7,9167 was higher than the mean pre-test of 4,5556, so there was a significant improvement in English language competency between before and after intervention in the fifth grades. Considering the Wilcoxon test based on positive ranking = 5, it could be found the z statistic value of -2,670 and probability value (p) of 0,005 (two-way test). Because the z statistic value was negative (-) and the probability (p) value was lower than α = 0,005, it could be concluded that the learning guidance through mind map technique was effective to overcome English learning difficulty in the fifth grades of SDN Gentan 03. Keywords: learning guidance, mind map technique, English learning difficulty commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ x DAFTAR ISI ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6 1. Manfaat teoritis ........................................................................ 6 2. Manfaat praktis ........................................................................ 6 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori .................................................................................. 8 1. Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris ...................................... 8 a. Pengertian Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris ................. 8 b. Kriteria Gejala Kesulitan Belajar ........................................... 10 c. Faktor Penyebab Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris ........ to user Anak Usia SD ............. 2. Karakteristik dan Tugascommit Perkembangan 12 xii 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD) .......................... 15 b. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD) ........... 16 3. Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris bagi Anak Usia SD ....... 17 4. Konsep Dasar Bimbingan Belajar .............................................. 18 a. Pengertian Bimbingan Belajar ............................................... 18 b. Fungsi Bimbingan Belajar ..................................................... 20 c. Pendekatan dalam Bimbingan Belajar .................................... 21 5. Konsep Dasar Teknik Mind Map ................................................ 23 a. Pengertian Mind Map ............................................................. 24 b. Kegunaan Mind Map .............................................................. 24 c. Cara Membuat Mind Map ...................................................... 26 d. Keunggulan Mind Map dalam Pembelajaran .......................... 29 6. Keefektifan Bimbingan Belajar Melalui Teknik Mind Map untuk Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris ...................... 29 B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 30 C. Hipotesis ....................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................. 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 32 C. Subjek Penelitian ........................................................................... 33 D. Variabel Penelitian ........................................................................ 34 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36 F. Prosedur Penelitian ........................................................................ 38 G. Validitas Data ................................................................................ 43 H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 43 BAB IV PROSES DAN HASIL PENELITIAN SERTA PEMBAHASANNYA A. Proses dan Hasil Penelitian ............................................................ 44 1. Tahap Studi Pendahuluan ........................................................... 44 2. Tahap Merancang Model ........................................................... 46 3. Tahap Pengembangan Model .................................................... user 4. Uji Rasional Kelayakancommit Model to .................................................. 47 xiii 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Revisi Model ............................................................................. 49 6. Uji Coba Terbatas ..................................................................... 50 7. Uji Efektivitas Model ................................................................ 50 a. Pengujian Pre-test dan Post-test ............................................ 52 1. Pre-test ............................................................................. 52 2. Post-test ............................................................................ 57 b. Pengujian Hipotesis ............................................................. 62 B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 64 C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 65 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ....................................................................................... 67 B. Rekomendasi .................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 69 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Fungsi Bagian Otak................................................................................... 23 2. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Map.................................................... 25 3. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 33 4. Kisi Angket Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris .................................. 37 5. Hasil Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Bahasa Inggris .............................. 44 6. Tingkat Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris ........................................ 45 7. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital ..................... 53 8. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation ........... 54 9. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season .... 55 10. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan ...................... 56 11. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital ................... 57 12. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation ......... 58 13. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season . 59 14. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan ..................... 60 15. Hasil Pre-test dan Post-test Tiap Pokok Bahasan ..................................... 61 16. Deskripsi Data Hasil Pre-test dan Post-test ............................................. 62 17. Hasil Uji Wilcoxon ............................................................................... 63 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Contoh Mind Map ..................................................................................... 27 2. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 31 3. Bagan Pemberian Treatment .................................................................... 41 4. Prosedur Penelitian Pengembangan .......................................................... 42 5. Prosentase Skor Angket Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris ............... 46 6. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk Pokok Bahasan Hospital ......... 53 7. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk Pokok Bahasan Transportation 54 8. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris Pokok Bahasan Weather and Season 55 9. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk Ketiga Pokok Bahasan ............. 56 10. Grafik Hasil Post-test bahasa Inggris untuk Pokok Bahasan Hospital ..... 58 11. Grafik Hasil Post-test bahasa Inggris untuk Pokok Bahasan Transportation 59 12. Grafik Hasil Post-test bahasa Inggris Pokok Bahasan Weather and Season 60 13. Grafik Hasil Post-test bahasa Inggris untuk Ketiga Pokok Bahasan ........ commit to user xvi 61 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Instrument Angket ...... .............................................................. 73 2 Form Penilaian Modul ............................................................. 76 3 Daftar Nama Peserta Didik Kelas V .......................................... 79 4 Tabulasi Hasil Angket (Studi Pendahuluan) ............................... 80 5 Data Subjek Pre-test dan Post-test .............................................. 81 6 Distribusi Nomor Item Soal Bahasa Inggris ............................... 82 7 Soal Pre-test Pemahaman Kosakata Bahasa Inggris ................... 83 8 Kunci Jawaban Soal Pre-test ..................................................... 85 9 Soal Post-test Pemahaman Kosakata Bahasa Inggris .................. 86 10 Kunci Jawaban Soal Post-test .................................................... 88 11 Tabulasi Hasil pre-test ............................................................. 89 12 Hasil Nilai Pre-test Bahasa Inggris ............................................ 90 13 Tabulasi hasil post-test ............................................................. 91 14 Hasil Nilai Post-test Bahasa Inggris ........................................... 92 15 Lembar Evaluasi dan Tanggapan Akhir Penelitian ..................... 93 16 Dokumentasi ............................................................................. 94 17 Hasil Penilaian Modul dari Ahli ................................................ 96 18 Hasil Penilaian Modul dari Praktisi .......................................... 97 19 Hasil Evaluasi Uji Coba Terbatas .............................................. 98 20 Hasil Evaluasi dan Tanggapan Akhir Penelitian ......................... 99 21 Presensi Kehadiran Peserta Didik .............................................. 100 22 Satuan Layanan ......................................................................... 101 23 Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ............................... 107 24 Surat Keputusan Dekan tentang Izin Penyusunan Skripsi .......... 108 25 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 109 26 Surat Pernyataan Kesediaan Penelitian ...................................... commit to user Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................... 110 27 xvii 111 1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaan sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian, penanganan dan prioritas secara baik oleh pemerintah, keluarga dan pengelola pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju karena pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan disegala bidang. Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama pada sistem pendidikan, sehingga diharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil secara efektif dan efisien. Apabila tujuan pendidikan tidak digariskan secara tegas maka pendidikan akan mengalami ketidakpastian dalam prosesnya (M. Jumali dkk, 2008:52). Uraian tersebut dapat dimaknai bahwa keberadaan tujuan pendidikan merupakan hal yang penting di dalam menjalankan proses pendidikan karena sebagai pedoman untuk merencanakan proses pendidikan. Sesuai dengan amanat UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003). Berdasarkan paparan Undang-Undang tersebut menunjukkan bahwa pendidikan nasional mempunyai berbagai fungsi dan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah melalui metode atau teknik pembelajaran yang tepat kepada peserta didik. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik. Pembelajaran commit to user sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas 1 perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran menurut psikologi kognitif yaitu dengan mengaktifkan indera peserta didik dengan menggunakan media belajar agar memperoleh pemahaman (Gino dkk, 1996:34). Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran peserta didik perlu menggunakan media belajar seperti media cetak dan media elektronik sehingga didapatkan pemahaman. Adapun ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar peserta didik yaitu motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek yang belajar. Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) merupakan pembelajaran yang paling penting keberadaannya karena tanpa mendapat pembelajaran di SD atau yang sederajat seseorang tidak akan mungkin dapat mengikuti pembelajaran di SMP. Ibrahim Bafadal (2003:9) menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang dalam mengikuti pendidikan di SD sangat menentukan keberhasilan dalam mengikuti pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Hal tersebut menunjukkan besarnya peranan pendidikan di Sekolah Dasar, sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk menjadi Sekolah Dasar yang bermutu. Sekolah Dasar dapat dikatakan bermutu baik apabila mampu mengemban misinya dalam rangka mencapai tujuan kelembagaannya. Menurut Direktorat Pendidikan Dasar misi yang diemban oleh Sekolah Dasar antara lain melakukan proses edukasi, sosialisasi dan transformasi. Direktorat Pendidikan Dasar menambahkan, ada lima komponen yang menentukan mutu pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar, manajemen pendidikan yang efektif dan efisien, buku dan sarana belajar yang memadai, penampilan sekolah yang baik, serta partisipasi aktif masyarakat. Pada praktiknya, banyak ditemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran seperti kesulitan dalam memusatkan perhatian atau mengingat, yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran. Hal tersebut commit to user diperkuat dengan hasil wawancara peneliti terhadap guru Bahasa Inggris SDN 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Gentan 03 Bulu Sukoharjo yang menyatakan bahwa banyak peserta didik kelas V yang mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris. Kesulitan belajar tersebut diantaranya ditandai dengan hasil belajar peserta didik yang rendah, sulit menerima penjelasan dari guru, dan kurang mampu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Selain wawancara terhadap guru Bahasa Inggris, peneliti juga memperoleh daftar nilai ulangan harian dari guru bahasa Inggris tersebut. Hasil dari daftar nilai tersebut menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai rata-rata dibawah KKM sejumlah 9 peserta didik dari 14 peserta didik. KKM yang telah ditetapkan pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SDN Gentan 03 tersebut yaitu 6.8. Sebagai pendukung studi pendahuluan, peneliti juga melakukan penyebaran angket pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03 yang terdiri dari 14 peserta didik. Kategori kesulitan belajar Bahasa Inggris yang dialami peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap peserta didik di SD Negeri Gentan 03 menunjukkan bahwa sebanyak 36% mempunyai tingkat kesulitan belajar Bahasa Inggris yang rendah, 21% mempunyai tingkat kesulitan belajar Bahasa Inggris yang sedang, dan sebanyak 43% peserta didik mempunyai tingkat kesulitan belajar Bahasa Inggris yang tinggi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, maka peserta didik yang mempunyai tingkat kesulitan belajar Bahasa Inggris tinggi dan sedang perlu diatasi. Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan yang menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam mencapai hasil belajar atau tujuan pengajaran (Thulus Hidajat, 1990:98). Hal ini berarti bahwa peserta didik yang gagal dalam mencapai hasil belajar atau tujuan pengajaran dikatakan mengalami kesulitan belajar. Cara untuk mempelajari sesuatu dengan baik, peserta didik perlu mendengarnya, melihatnya, menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapat. Pada pembelajaran konvensional kegiatan pembelajaran terpusat pada guru commitmendengarkan to user sedangkan peserta didik hanya duduk, dan menerima informasi. 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Cara penerimaan informasi dilakukan dengan membuat catatan dalam bentuk catatan yang monoton dan linear. Pada dasarnya peserta didik dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing, tetapi mereka terbiasa dalam menuangkan pikiran yang kurang efektif seperti model dikte dan mencatat semua yang didiktekan guru, mendengar ceramah dan mengingat isinya, serta menghafal katakata penting dan artinya. Hal ini terjadi dalam proses belajar mengajar sehingga kreativitas peserta didik tidak muncul dan menimbulkan masalah-masalah ketika peserta didik berusaha mengingat kembali materi yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dahulu pernah diingat. Beberapa anak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas atau dalam berkonsentrasi karena catatan ataupun ingatannya belum teratur. Berdasarkan masalah tersebut diperlukan teknik pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam belajar yaitu dengan peta pikiran atau mind map. Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak dengan cara mencatat yang kreatif dan efektif (Tony Buzan, 2007:4). Paparan tersebut berarti bahwa mind map sangat tepat dalam upaya peserta didik mengingat pelajarannya. Mind map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan yang memungkinkan menyusun fakta dan pikiran sehingga cara kerja otak dilibatkan sejak awal. Hal ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Manfaat membuat mind map diantaranya adalah hemat waktu, mengembangkan skill organisasi dan meningkatkan memori. Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang Psikolog berkebangsaan Inggris pada awal 1970-an (Walfajri, 2011). Tony Buzan terilhami oleh pengalamannya ketika masih kuliah yang juga dialami oleh sebagian besar teman-temannya yaitu merasa kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar tersebut antara lain sering mengalami ketinggalan mencatat, lupa dengan pelajaran yang baru diajarkan, kesulitan menangkap inti dari pelajaran, dan lambat dalam membaca. commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Mind map merupakan suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual yang menggunakan kata-kata, warna, garis, dan gambar sehingga memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Otak berpikir dalam bentuk warna dan gambar sehingga mind map ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah. Konsep mind map ini menjadi semakin kuat dan disukai, setelah diketahui pula ternyata tokoh-tokoh penting dunia juga menggunakan pola-pola mind map untuk mencatat hasil-hasil riset, gagasan-gagasan penting, temuan-temuan atau pemikiran-pemikirannya. Menurut Beccary (2009), tokoh-tokoh penting dunia tersebut antara lain Leonardo da Vinci, Newton, Darwin, Marie Curie, dan Thomas Jefferson. Metode pembelajaran inovatif seperti mind map ini sudah mulai diterapkan di beberapa bimbingan belajar di Jambi (Dion Eprijum Ginanto, 2011). Hasilnya adalah bahwa peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini terbukti dengan banyaknya peserta didik yang bergabung pada lembaga bimbingan belajar yang menerapakan metode seperti ini. Berdasarkan survey pada alumni dari Eastern University, menunjukkan bahwa pengguna mind map pada business environment mencapai 87%, government environment 76%, education environment 98% (Joanne M. Tucker dkk, 2010:11). Penelitian tentang mind map juga pernah dilakukan Alfi Sapitri (2010) tentang penerapan strategi belajar mind map sebagai suatu strategi belajar Biologi. Hasil penelitian pada siklus I diperoleh persentase seluruh aktivitas sebesar 51,79% sedangkan di siklus II diperoleh persentase seluruh aktivitas sebesar 72,07% meningkat sebesar 20,28%. Respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan strategi belajar mind map sangat positif. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan teknik mind map dengan judul “Model Bimbingan Belajar Melalui Teknik Mind Map untuk Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Peserta Didik Kelas V (Penelitian di SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012)”. commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Rumusan Masalah Fokus masalah dari penelitian ini adalah : 1. Seperti apakah profil awal kesulitan mempelajari bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03? 2. Apakah model bimbingan belajar melalui teknik mind map layak digunakan untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03? 3. Apakah teknik mind map efektif untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui profil awal kesulitan belajar Bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03. 2. Mengetahui tingkat kelayakan model bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03. 3. Mengetahui efektivitas penggunaan metode mind map untuk mengatasi kesulitan belajar Bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dapat mengetahui efektivitas bimbingan belajar dengan teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari Bahasa Inggris pada peserta didik. 2. Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri : 1) Bagi kepala sekolah, dapat merekomendasikan kepada guru bidang studi untuk mengaplikasikan teknik mind map sebagai alternatif pembelajaran to user didik. untuk mengatasi kesulitan commit belajar peserta 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Guru dapat menggunakan model layanan bimbingan belajar dengan teknik mind map untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 3) Bagi peserta didik dapat mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan teknik belajar mind map. commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris a. Pengertian Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya. Mulyadi (2010:6) menjelaskan bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas seperti learning disorder (ketergantungan belajar), learning disabilities (ketidakmampuan belajar), learning disfunction (ketidakfungsian belajar), under achiever (pencapaian rendah) dan slow learner (lambat belajar). Pengertian mengenai learning disorder, learning disabilities, learning disfunction, under achiever dan slow learner akan dijelaskan sebagai berikut. Learning disorder merupakan keadaan suatu proses belajar seseorang yang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan. Hal ini berakibat hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki. Learning disabilities adalah ketidakmampuan seorang peserta didik yang mengacu pada gejala tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. Learning disfunction merupakan gejala dalam proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan-gangguan psikologis lainnya. Under achiever mengacu pada peserta didik yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Sedangkan slow learner merupakan kondisi peserta didik yang lambat dalam to user proses belajarnya sehinggacommit membutuhkan waktu yang lebih lama 8 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dibandingkan dengan peserta didik yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Uraian di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian lebih luas daripada pengertian-pengertian learning disorder, learning disabilities, learning disfunction, under achiever, dan slow learner. Individu yang tergolong seperti tersebut di atas, akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar. Hal tersebut berarti bahwa kesulitan mempelajari bahasa Inggris dapat dimaknai sebagai suatu kondisi proses belajar bahasa Inggris yang mengalami hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan tertentu dalam belajar. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing bagi peserta didik. Meski demikian pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar (SD) bukan hal baru di Indonesia. Saat ini banyak SD di perkotaan maupun di pedesaan telah berani mengenalkan bahasa Inggris, khususnya kepada peserta didik kelas IV – VI. Pengajaran Bahasa Inggris di SD masih mengalami beberapa kendala terutama di SD pedesaan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh para peserta didik yaitu kesulitan dalam mempelajari bahasa Inggris. Seorang peserta didik dapat diduga mengalami kesulitan belajar, jika yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuantujuan belajarnya (Burton dalam Mulyadi, 2010:8). Hal tersebut dapat dimaknai sebagai ciri seseorang yang mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukkan melalui kegagalan yang dialaminya. Kegagalan belajar diidentifikasikan oleh Burton dalam Mulyadi (2010:8) yaitu sebagai berikut: 1. Peserta didik dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh guru. Sistem pendidikan di Indonesia, angka nilai batas lulus ialah angka 6 atau 60 (60% dari ukuran yang diharapkan); peserta didik ini dapat digolongkan ke dalam “lower group”. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang hasil belajarnya terutama dalam pelajaran bahasa Inggris commit to user perpustakaan.uns.ac.id 10 digilib.uns.ac.id mencapai nilai kurang dari 60% dari ukuran yang diharapkan maka peserta didik tersebut dikatakan gagal. 2. Peserta didik dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, intelegensi dan bakatnya, peserta didik ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3. Peserta didik dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial, maka peserta didik tersebut dapat dikategorikan ke dalam “slow learner”. 4. Peserta didik dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Peserta didik ini dapat dikategorikan ke dalam “slow learner” atau belum matang sehingga harus menjadi pengulangan b. Kriteria Gejala Kesulitan Belajar Kriteria untuk menetapkan gejala kesulitan belajar diperlukan untuk menandai individu yang mengalami kesulitan belajar. Kriteria ini akan dapat ditentukan batas individu yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Menurut Mulyadi (2010:10) kemajuan belajar individu dapat dilihat dari segi tujuan yang harus dicapai, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan potensinya, kedudukannya dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama dan dapat dilihat dari kepribadiannya. Berdasarkan hal ini, kriteria kesulitan belajar dapat ditentukan dari tingkat pencapaian tujuan, perbandingan antara potensi dengan prestasi, kedudukan dalam kelompok dan tingkah laku yang nampak. Adapun cara untuk mengetahui peserta didik yang mendapatkan hambatan dalam pencapaian tujuan adalah sebelum proses belajar mengajar dimulai, tujuan dirumuskan secara jelas dan operasional. Hasil belajar yang dicapai merupakan ukuran tingkatan pencapaian tujuan tersebut. Secara commit to user statistik berdasarkan “distribusi normal” seseorang dikatakan berhasil jika perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari tujuan yang harus dicapai. Teknik yang dapat dipakai ialah dengan menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar. Apabila menggunakan hasil sistem skala nilai 0-10, maka peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 6 atau 5 ke bawah diidentifikasi sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis angka-angka rapor setiap peserta didik baik secara keseluruhan maupun menurut mata pelajaran tertentu. Apabila menggunakan sistem skala nilai 100, maka batas kesulitan belajar ialah nilai 60. Jika nilai-nilainya masih berupa skor mentah, maka dapat ditetapkan batasnya yaitu 0,25 standar deviasi di atas rata-rata. Mereka yang mendapat nilai kurang dari 0,25 standar deviasi di atas rata-rata, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Misalnya hasil suatu mata pelajaran tertentu dari 50 peserta didik diperoleh rata-rata sebesar 60, dengan standar deviasi sebesar 10, maka batas normal kesulitan adalah 60+0,25x10=62,5, sehingga mereka yang mendapat nilai kurang dari 62,5 dianggap mengalami kesulitan belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang peserta didik tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa bakat maupun kecerdasan. Anak yang mempunyai potensi tinggi cenderung dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi pula. Peserta didik yang mendapat kesulitan belajar ialah jika terdapat perbedaan yang besar antara potensi dengan prestasi. Potensi peserta didik dapat diketahui dengan melaksanakan tes kemampuan yaitu tes bakat atau tes inteligensi. Hal tersebut masih sulit untuk dilaksanakan pada setiap sekolah, tetapi para guru dapat memperkirakan tingkat waktu kemampuan peserta didik melalui pengamatan yang teliti dan sistematis dalam jangka waktu yang cukup lama. Patokan ini dapat diketahui peserta didik yang mendapatkan prestasi jauh di bawah potensinya atau dianggap mengalami kesulitan belajar. Kedudukan seseorang dalam kelompoknya merupakan ukuran dalam pencapaian hasil belajar. Seorang peserta didik yang mendapat nilai 8 mungkin akan dianggap terpandai jika peserta didik lainnya mendapat nilai 7 ke bawah. Sebaliknya dianggap kurang, jika peserta didik yang lain mendapat commit to user akan dapat memberikan arti jika nilai 8 ke atas. Nilai yang dicapai seseorang perpustakaan.uns.ac.id 12 digilib.uns.ac.id telah dibandingkan dengan yang lain dalam kelompoknya. Secara statistik, peserta didik diperkirakan mengalami kesulitan belajar jika menduduki urutan paling bawah dalam kelompoknya. Berdasarkan teknik ini guru dapat mengurutkan seluruh peserta didik berdasarkan nilai yang dicapainya mulai dari nilai yang tinggi sampai nilai yang terendah, sehingga setiap peserta didik memperoleh nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki sebanyak 25% dari bawah dianggap mengalami kesulitan belajar. Misalnya ada 60 peserta didik dan telah diurutkan kedudukannya berdasarkan nilainya, maka yang menghadapi kesulitan belajar adalah 15 peserta didik yang di bawah. Teknik lain adalah dengan membandingkan prestasi belajar setiap peserta didik dengan prestasi rata-rata kelompok (dengan nilai rata-rata kelas). Mereka yang mendapat angka di bawah nilai rata-rata kelas, dianggap mengalami kesulitan belajar, baik secara keseluruhan maupun setiap mata pelajaran. Berdasarkan kedua teknik tersebut, maka guru dapat mengetahui peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar, sehingga dapat dianalisis untuk memberikan bimbingan kepada mereka. Hasil belajar yang dicapai oleh seorang peserta didik akan nampak dalam tingkah lakunya. Setiap proses belajar mengajar akan menghasilkan perubahan dalam aspek-aspek tingkah lakunya. Peserta didik yang tidak berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola tingkah laku yang menyimpang. Misalnya menunjukkan sikap acuh tak acuh, melalaikan tugas, menentang, membolos, menyendiri, dusta, kurang motivasi serta gangguan emosional lainnya. Selanjutnya gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan dalam bebagai jenis kesulitan dalam keseluruhan proses belajar. Jenis-jenis kesulitan belajar tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya. c. Faktor Penyebab Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Ada beberapa faktor penyebab peserta didik mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Menurut Duta (2012) faktor-faktor penghambat tersebut antara lain faktor lingkungan, tata bahasa (grammar), malu, malas commit to user perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id belajar, minimnya kosakata (vocabulary), tidak fokus dan tidak mempunyai komitmen. 1). Lingkungan Lingkungan sangat mempengaruhi keterampilan dalam berbahasa Inggris. Anak-anak yang terlahir di Inggris sudah tentu lambat laun akan bisa berbahasa inggris. Berbeda dengan orang-orang di luar Inggris dalam hal ini yaitu di Indonesia. Bagi peserta didik yang ingin bisa berbahasa inggris dengan baik, maka ada baiknya jika membuat lingkungan yang mendukung untuk belajar bahasa inggris. 2). Tata bahasa (Grammar/Structure) Tata bahasa/grammar sering kali menjadi kendala tersendiri bagi pemula yang ingin belajar bahasa inggris. Tata bahasa Inggris berbeda dengan tata bahasa Indonesia, sehingga peserta didik terutama di SD akan merasa kesulitan ketika menggunakan kalimat dalam bahasa Inggris. 3). Malu Pada kenyataannya rasa malu menjadi penghambat untuk praktik bahasa Inggris. Ada kemungkinan individu yang sudah mempunyai perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris, tetapi mereka malu untuk mempraktikkannya. Sehingga mengakibatkan perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris tersebut menjadi tidak berkembang. 4). Malas belajar Rasa malas untuk mempelajari bahasa Inggris sudah tentu akan mengakibatkan seseorang tidak bisa berbahasa Inggris. Apabila peserta didik ingin bisa berbahasa inggris, maka harus menghantam rasa malas belajar. Peserta didik sebaiknya mulai menyisihkan waktu untuk belajar bahasa inggris, misalnya 15 menit per hari untuk sekedar membaca buku bahasa Inggris. 5). Minim Kosakata (vocabulary) Sedikitnya perbendaharaan kosakata mempengaruhi peserta didik untuk bisa berbahasa Inggris dengan baik. Untuk itu peserta didik harus commit tosetiap user hari. memperbanyak kosakata (vocabulary) perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id 6). Tidak fokus Banyaknya materi yang harus dipelajari dalam bahasa Inggris menjadi faktor penghambat dalam belajar bahasa Inggris. Tidak sedikit pemula yang tidak fokus untuk belajar bahasa Inggris. Misalnya saat ini belajar listening, satu bulan kemudian sudah beralih belajar grammar, bulan berikutnya belajar pronunciation, kemudian seteerusnya. Sangat sulit rasanya bila belajar bahasa Inggris namun tidak fokus. Jadi, peserta didik harus fokus di satu bidang terlebih dahulu, kemudian belajar tahap berikutnya bila materi sebelumnya sudah kuasai dengan baik. 7). Tidak punya komitmen Tidak ada komitmen dalam belajar bahasa Inggris, membuat peserta didik tidak bersemangat dalam mempraktikkan, belajar atau membaca bukubuku bahasa Inggris. 2. Karakteristik dan Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD) Pada pembagian tahapan perkembangan anak usia SD, ada dua masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanakkanak akhir (10-12 tahun). Perkembangan anak menunjuk pada perubahan fungsional dan kualitatif anak, misalnya perubahan fungsi pikir dari yang kurang berkualitas menjadi berkualitas tinggi. Periodisasi perkembangan berdasarkan psikologi untuk anak usia SD dikemukakan oleh pakar popular yaitu Piaget. Menurut Sutan Zanti Arbi dkk (1991:58) sifat khas anak usia SD perlu dijadikan landasan dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengajaran bagi mereka. Pengajaran serupa perlu dirancang dan dilaksanakan sehingga sajian memungkinkan bagi anak dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing) dan mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya (experiencing). Sifat-sifat khas yang terdapat pada anak usia SD adalah sebagai berikut: 1) Sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realita di sekitarnya. 2) Telah mulai terbentuk user dan disadarinya aturan-aturancommit dirinya.to3) Tidak lagi semata-mata tergantung perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id pada orang yang lebih tua. 4) Suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungannya. 5) Sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain. 6) Sudah memiliki self esteem (pertimbangan) tentang kemampuan, kekuatan, dan keistimewaan yang dimiliki sendiri. 7) Telah dapat memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 8) Telah dapat berkompetisi yang sehat. 9) Telah mempunyai sifat kepemimpinan. 10) Telah muncul kebutuhan akan persahabatan. a. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD) Menurut Kurnia Septa (2011), ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didiknya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik peserta didiknya. Selain karakteristik juga perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai berikut. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 16 digilib.uns.ac.id Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta peserta didik untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, peserta didik membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, dan moral. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah anginnya, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup. b. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD) Menurut Havighurst (dalam Desmita 2010:35), bahwa ada beberapa to harus user terpenuhi. Tugas perkembangan tugas perkembangan anak usiacommit SD yang perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id merupakan sejumalah tugas yang timbul pada suatu fase perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang. Havighurst menambahkan bahwa tugas perkembangan anak usia SD antara lain: a) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik. b) Membina hidup sehat. c) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. d) Belajar menjalankan peranan social sesuai dengan jenis kelamin. e) Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat. f) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif. g) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai. h) Mencapai kemandirian pribadi. Dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan sehingga mereka memerlukan perhatian khusus dari orang lain, terutama orangtua dan guru. Keberhasilan seseorang menunaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu merupakan pertanda keberhasilan untuk menunaikan tugas pada fase berikutnya. 3. Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris bagi Anak Usia SD Diantara berbagai mata pelajaran yang dianggap menjadi kendala bagi sebagian peserta didik adalah bahasa Inggris. Menurut Anne Ahira (2011), pelajaran bahasa Inggris dijadikan salah satu jenis pelajaran wajib di berbagai tingkat pendidikan di Indonesia. Pada saat ini mata pelajaran bahasa Inggris sudah diberikan pada peserta didik di Sekolah Dasar (SD). Di beberapa kota besar pun sudah banyak dijumpai sekolah berlabel internasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak peserta didik khususnya bagi anak usia SD yang mengalami masalah atau kesulitan dalam mempelajari bahasa Inggris. Menurut Anne Ahira (2011), masalah-masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Kesulitan dalam mengingat kata-kata. Kadangkadang kata yang baru saja didengar pada saat guru mengajar dengan mudahnya hilang dari ingatan. Penyebab dari masalah ini diantaranya adalah user atau metode belajar yang kurang karena faktor daya konsentrasicommit pesertatodidik, perpustakaan.uns.ac.id 18 digilib.uns.ac.id menyenangkan bagi peserta didik. (2) Pengucapan yang salah. Bagi kebanyakan orang sudah sangat terbiasa dengan pengucapan seperti yang tertulis, terutama bagi peserta didik tingkat SD. Pengucapan kata dalam bahasa Inggris mempunyai perbedaan dengan tulisannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Cara pengucapan kata dalam bahasa Inggris terdapat dalam kamus bahasa Inggris, namun banyak peserta didik yang tidak bisa membaca simbol-simbol pengucapan yang ada dikamus tersebut. (3) Fasih mengucapkan tetapi tidak bisa menuliskan kata yang benar. Sebagian peserta didik bisa mengucapkan kata dalam bahasa Inggris secara fasih tetapi mereka terkadang tidak bisa menuliskan kata tersebut dengan benar. (4) Tensis yang banyak aturannya sehingga sulit dihafalkan. Tensis yang berjumlah 16 membuat peserta didik kesulitan dalam menghafal. Masalah yang sering dijumpai yaitu peserta didik tidak mengetahui tensis mana yang harus dipakai ketika ingin mengungkapkan sebuah ide atau ingin membuat kalimat padahal mereka mengerti tensis. 4. Konsep Dasar Bimbingan Belajar a. Pengertian Bimbingan Belajar Menurut Winkel (1991:125) bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Cara-cara belajar yang salah mengakibatkan materi pelajaran tidak dikuasai dengan baik sehingga dalam mengikuti materi pelajaran tersebut akan timbul kesulitan. Menurut Pedoman PPL UMN Malang dalam Caray (2011) bimbingan belajar peserta didik adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosa, memprognosa dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Bimbingan belajar menurut Priyatno (1994:286) merupakan salah satu user diselenggarakan di sekolah. bentuk layanan bimbingan commit yang to penting 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami peserta didik dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan karena tidak mendaapatkan layanan bimbingan yang memadai. Jika permasalahan peserta didik tidak segera ditemukan solusinya, peserta didik akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar (Sucitae dalam Caray, 2011). Caray (2011) menambahkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah: 1) Identifikasi masalah peserta didik, 2) Diagnosa, 3) Prognosa, 4) Pemberian Bantuan, 5) Follow up (tindak lanjut). 1) Identifikasi Masalah Peserta didik Identifkasi masalah peserta didik adalah untuk menentukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan. Langkah ini sangat mendasar sekali dan merupakan awal kegiatan bimbingan terhadap peserta didik yang bermasalah, untuk menentukan masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan belajar peserta didik, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Dikandung maksud agar peserta didik yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data dapat melalui observasi, wawancara, instrumen. 2) Diagnosa Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai rumusanrumusan masalah peserta didik, jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam pelajaran, serta kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga mempengaruhi belajarnya. 3) Prognosa Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan kepadanya. 4) Pemberian Bantuan Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin. 5) Tindak Lanjut Tindak lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau ketidakberhasilan, usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan. b. Fungsi Bimbingan Belajar Menurut Caray (2011) Bimbingan belajar mempunyai beberapa fungsi, antara lain fungsi kuratif, penyesuaian, akselerasi dan terapi. Fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut: a). Fungsi Kuratif Tindak lanjut dari bimbingan belajar merupakan usaha memperbaiki kekurangtepatan yang sebelumnya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas antara lain kekurangan dalam merumuskan tujuan, dalam menggunakan metode, dalam menggunakan media pemilihan bahan dan materi pelajaran dalam menyusun evaluasi dan pengelolaan pelajaran. b). Fungsi Penyesuaian Bimbingan belajar adalah salah satu motivasi ekstrinsik agar peserta didik menyesuaikan diri dengan situasi belajar di kelas. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kondisi pribadinya, sehingga ia memiliki peluang yang besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. c). Fungsi Akselerasi Peserta didik yang lambat belajar dapat ditingkatkan kecepatan belajarnya melalui program bimbingan belajar, karena materi dan waktu yang disediakan telah disesuaikan dengan kesulitan yang dialami peserta didik. commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d). Fungsi Terapi Pemberian bimbingan belajar secara langsung atau tidak langsung menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian peserta didik yang menunjukkan adanya penyimpangan tingkah laku belajar. Pentingnya pemberian bimbingan belajar dapat dilihat dari berbagai segi. Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada peserta didik dalam satu kelas yang prestasi belajarnya rendah jauh dibawah prestasi belajar rata-rata kelas. Guru memiliki tanggung jawab atas keberhasilan peserta didik seluruh kelas, atau tanggung jawab atas tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. c. Pendekatan dalam Bimbingan Belajar Dalam memberikan bimbingan belajar diperlukan adanya pendekatanpendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan peserta didik. Menurut Chasiyah dkk (2009:107), ada tiga pendekatan yang paling populer dan sering digunakan yaitu pendekatan preferensi sensori, pendekatan multiple intelligences serta pendekatan berdasarkan wilayah otak. Pendekatanpendekatan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Pendekatan preferensi sensori Secara umum, manusia menggunakan tiga preferensi sensori yaitu visual, auditori dan kinestetik. Sebagian peserta didik belajar terutama dengan menggunakan keterampilan auditori untuk memproses informasi yang didengar, sebagian lagi lebih menggunakan keterampilan visual untuk memproses informasi yang sama dan sebagian lagi suka menggunakan keterampilan fisik melalui peran peragaan atau pembelajar kinestetis. b. Pendekatan multiple intelligences Pendekatan multiple intelligences terdiri dari kecerdasan linguistik (bahasa), kecerdasan kecerdasan musikal, logika-matematika, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal. commit to user kecerdasan jasmani-kinestetik, visual-spasial, kecerdasan 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Pendekatan berdasarkan wilayah otak Ada pengaruh dominasi otak kanan dan otak kiri dalam belajar peserta didik. Pengaruh ini disebabkan karena fungsi-fungsi dasar yang berbeda dari belahan otak tersebut. Salah satu pendekatan yang dapat diberikan guru dalam memberikan bimbingan belajar yaitu dengan pendekatan berdasarkan wilayah otak. Guru atau pembimbing dapat memberikan pendekatan ini kepada peserta didik sebagai salah satu cara dalam membantu peserta didik mengatasi masalah kesulitan belajar. Berdasarkan penelitian terhadap model gaya belajar dari Dunn dan Dunn (dalam Chasiyah dkk 2009:118) telah membuktikan bahwa tipe orang yang memproses dengan otak kiri lebih menyukai lingkungan belajar yang sunyi, pencahayaan yang terang dan dirancang secara formal. Sebaliknya tipe orang yang memproses dengan otak kanan lebih menyukai kebisingan atau menggunakan alunan musik, pencahayaan redup dan rancangan informal. Walaupun demikian, peserta didik yang mampu mengintegrasikan penggunaan kedua belahan otak akan lebih baik karena dapat memanfaatkan fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dalam situasi apapun. Mind map merupakan salah satu dari teknik atau model pembelajaran yang cara bekerjanya menggunakan otak kanan dan kiri. Dengan mind map mampu mengaktifkan tugas-tugas otak kanan antara lain warna, gambar dan dimensi sedangkan tugas-tugas otak kiri antara lain tulisan, urutan penulisan dan hubungan antar kata. Hal tersebut menurut Tony Buzan (2007:6) bahwa fungsi bagian otak sebelah kiri yaitu untuk kata-kata, logika, angka, sekuens (urutan), linearitas, analisis dan daftar; sedangkan fungsi bagian otak sebelah kanan yaitu untuk ritme, kesadaran, imajinasi, warna dan dimensi. Fungsi bagian otak juga dikemukakan oleh Barbara Prashnig (dalam Chasiyah 2009:117) yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini. commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 2.1 Fungsi Bagian Otak Belahan kiri Analitis Terpecah menjadi detail-detail dan bagian-bagian komponen, tidak peduli atau berminat pada keseluruhan Fokus Memusatkan perhatian pada detail kecil, membidik pada area aktivitas yang kecil. Serial Sepotong demi sepotong, berurutan, auditori, logika, bahasa, matematika. Memerinci Memahami segala sesuatu melalui langkah demi langkah dan bagian demi bagian. Temporal Memerhatikan waktu, meruntut sesuatu satu demi satu. Logis Menarik kesimpulan berdasarkan logika: yang satu mengikuti yang lain secara logis, misalnya sebuah teori matematika atau artikel yang dikemukakan dengan baik. Belahan kanan Pandangan umum Melihat seluruh gambar besar, mengaitkan seluruh situasi, tidak memandang pada detail, memadukan. Menyebar Menyebar ke seluruh area yang luas, tidak terkonsentrasi di satu tempat. Simultan Relasi spasial, visual, irama dan aliran musik. Sintesis Menyatukan segala sesuatu bersamasama untuk membentuk keseluruhan. Non-temporal Tanpa pengertian waktu. Intuitif Membuat lompatan-lompatan wawasan, sering didasarkan pada pola-pola yang tidak lengkap, prasangka, perasaan atau citra visual. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru dapat memberikan pendekatan kepada peserta didik dalam membimbing belajarnya. Salah satu pendekatan yang digunakan dapat mengacu pada fungsi bagian otak, sehingga teknik mind map dapat dijadikan sebagai salah satu teknik belajar yang cara bekerjanya menggunakan otak kanan dan kiri. 5. Konsep Dasar Teknik Mind map Konsep dasar teknik mind map ini terdiri dari pengertian, kegunaan, commit to user cara membuat dan keunggulan mind map. Pembahasan mengenai pengertian, 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kegunaan, cara membuat dan keunggulan mind map akan dijelaskan sebagai berikut. a. Pengertian Mind map Mind map adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan dalam mengingat banyak informasi (Bobbi DePorter, 2010:225). Teknik mind map merupakan teknik baru untuk mencatat yang bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak kanan). Keterlibatan kedua belahan otak akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, dan bentuk memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind map yang dibuat oleh peserta didik dapat bervariasi pada setiap materi, karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri peserta didik setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh peserta didik ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan mind map. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar peserta didik terutama dalam proses pembuatan mind map. b. Kegunaan Mind map Mind map dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Menurut Michael Michalko dalam Tony Buzan (2007:6) kegunaan metode mind map yaitu mengaktifkan otak, memungkinkan untuk fokus pada pokok bahasan, meunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian serta memungkinkan untuk mengelompokkan konsep. Selain itu menurut Tony Buzan (2007:4) mind map dapat menolong peserta didik untuk a) lebih baik dalam mengingat, b) mendapatkan ide brilian, c) menghemat waktu dan dapat memanfaatkan waktu commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan sebaik-baiknya, d) mendapatkan nilai yang lebih bagus, e) mengatur pikiran dan hobi, f) serta lebih banyak bersenang-senang. Tony Buzan (2007:17) menambahkan bahwa yang dapat dilakukan dengan menggunakan mind map yaitu untuk mengingat-ingat, membuat catatn dengan lebih baik, memunculkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan menghadapi ujian dengan mudah. Menurut Yovan dalam Astutiamin (2009), keutamaan metode pencatatan menggunakan mind map, antara lain: 1) Tema utama terdefinisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah, 2) Level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama, 3) Hubungan masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali, 4) Lebih mudah dipahami dan diingat, 5) Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur mind map, sehingga mempermudah proses pengingatan, 6) Masing-masing mind map sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan. 7) Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci. Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (mind map). Tabel 2.2. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind map Catatan Biasa Mind map 1. Hanya berupa tulisan-tulisan 1. Berupa tulisan, simbol dan gambar saja 2. Hanya dalam satu warna 3. Untuk mereview 2. Berwarna-warni ulang memerlukan waktu yang lama 4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama 5. Statis 3. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek 4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif 5. Membuat kreatif commit to user individu menjadi lebih perpustakaan.uns.ac.id 26 digilib.uns.ac.id c. Cara Membuat Mind map Sebelum membuat mind map, perlu dipersiapkan beberapa peralatan. Peralatan untuk membuat mind map antara lain kertas, pulpen berwarna dan otak (Tony Buzan, 2007:11). Paparan tersebut berarti bahwa peralatan dalam membuat mind map sangat sederhana. Menurut Tony Buzan (2007:10), ada lima langkah membuat mind map untuk anak yaitu sebagai berikut: a) Pergunakanlah selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa pulpen berwarna. Pastikanlah kertas tersebut diletakkan menyamping, b) Buatlah sebuah gambar yang merangkum subjek utama di tengah-tengah kertas. Gambar itu melambangkan topik utama, c) Buatlah beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, masingmasing untuk setiap ide utama yang ada mengenai subjek. Cabang-cabang utama tersebut melambangkan subtopik utama, d) Berilah nama pada setiap ide dan lebih menarik lagi buatlah gambar-gambar kecil mengenai masingmasing ide tersebut. Setiap kata dalam mind map akan digaris bawahi. Hal ini karena kata-kata merupakan kata-kata kunci, dan pemberian garis bawah seperti pada catatan biasa menunjukkan tingkat kepentingannya, e) Dari setiap ide yang ada, tariklah garis penghubung lainnya yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Tambahkan buah pikiran ke setiap ide tadi. Cabangcabang tambahahan ini melambangkan detail-detail yang ada. Tony Buzan dalam Astutiamin (2009) telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar mind map yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal, berikut adalah ringkasan dari Law of Mind map (MM): a) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan ditengahtengah kertas dan lebih baik berupa image dengan minimal 3 warna, b) Garis: lebih tebal untuk BOIs (Basic Ordering Ideas) dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat, c) Kata: menggunakan kata commit usergaris, harus selalu menggunakan kunci saja dan hanya satu kata untukto satu 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat, d) Gambar: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, dan tabel karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Apabila memungkinkan gunakan image yang 3 dimensi agar lebih menarik lagi, e) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs, f) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1. Berikut disajikan contoh mind map. commit to userMind map Gambar 2.1. Contoh perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id Aplikasi mind map dalam pembelajaran dalam tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis mind map, yaitu: 1) Overview: tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada peserta didik tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal semester, overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat master mind map yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus. Sejak awal peserta didik sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi peserta didik yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan, 2) Preview: tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Peserta didik diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah inview, 3) Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, sehingga suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama inview ini, peserta didik diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan, 4) Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh peserta didik. Hal ini akan dapat membantu peserta didik untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu peserta didik mengingatkan kembali bahan yang telah commit to user diajarkan pada pertemuan sebelumnya. perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id d. Keunggulan mind map dalam Pembelajaran Menurut Tony Buzan dalam Alfi Sapitri (2010) keunggulan mind map dalam pembelajaran, antara lain: a) Ide utama materi pelajaran ditentukan secara jelas, b) Menarik perhatian mata dan otak sehingga memudahkan kita berkonsentrasi, c) Dapat melihat gambaran menyeluruh sekaligus detailnya, d) Hubungan antar informasi yang satu dengan yang lainnya lebih jelas, e) Terdapat pengelompokan informasi, f) Prosesnya menyenangkan (fun), tidak membosankan karena banyak menggunakan unsur otak kanan, seperti gambar, warna, dan dimensi, g) Ditinjau dari segi waktu, mind map juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena mind map dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal dalam waktu yang lebih singkat, h) Bagi banyak pembelajar, teknik ini sangat mengurangi stres dibandingkan dengan cara mencatat tradisional, i) Sifatnya unik sehingga mudah diingat Menurut Tony Buzan dalam Alfi Sapitri (2010) untuk menggunakan mind map sangat mudah, hanya perlu memperhatikan 3 prinsip dasar dari mind map yaitu gambar, warna dan asosiasi. a. Gambar (Visualize/Image/Symbol). Gunakan sebanyak mungkin kode, dimensi, atau gambar. b. Warna (Colour). Gunakan warna sebanyak mungkin c. Asosiasi (Association/branch). Gunakan asosiasi yang menghubungkan satu informasi dengan informasi lain, diusahakan meliuk atau melengkung, pangkal tebal lalu menipis, semakin jauh dari pusat dan semakin menipis, menyebar ke segala arah. 6. Keefektifan Bimbingan Belajar dengan Teknik Mind map untuk Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Kesulitan belajar merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi pada peserta didik, namun terkadang peserta didik tidak menyadarinya. commit to user Peserta didik biasanya dipandang bodoh oleh orang lain karena tidak dapat 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mencapai prestasi yang diinginkan atau gagal dalam suatu pembelajaran. Kenyataannya peserta didik yang gagal dalam pembelajaran belum tentu memiliki IQ yang kurang atau dapat dikatakan bodoh, mereka kemungkinan memiliki sebab-sebab lain yang mengakibatkan dirinya gagal. Penyebab tersebut salah satunya yaitu karena teknik belajar yang digunakan kurang efektif sehingga peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Upaya untuk mengatasinya yaitu dengan pemberian bimbingan belajar. Pemberian bimbingan belajar terkait dengan teknik mind map merupakan suatu bantuan pembelajaran yang diberikan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu dengan menggunakan teknik pemetaan pikiran (mind map). Mind map merupakan salah satu teknik belajar yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Bimbingan belajar dengan teknik mind map memiliki tujuan yaitu sebagai upaya untuk membantu peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah belajar, salah satunya untuk mengatasi kesulitan belajar. Belajar dengan menggunakan mind map akan membantu menemukan cara memudahkan otak belajar dan mengingat informasi (Tony Buzan, 2007:7). Hal ini berarti bahwa mind map dapat dijadikan salah satu teknik untuk memudahkan peserta didik dalam belajar khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris sehingga efektif untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. Mind map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang cenderung linear dan satu warna. B. Kerangka Pemikiran Pada kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik peserta didik yang beraneka ragam. Ada peserta didik yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula peserta didik yang dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar peserta didik ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat commitfisiologis, to user sehingga pada akhirnya dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Salah satu upaya guru dalam membantu peserta didiknya yang mengalami kesulitan belajar adalah dengan bimbingan belajar melalui teknik mind map. Berdasarkan uraian di atas apabila digambarkan dalam kerangka pemikiran dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut adalah sebagai berikut: Peserta didik berhasil tanpa mengalami kesulitan belajar Karakteristik peserta bahasa Inggris didik yang beraneka Bimbingan belajar dengan teknik ragam Peserta didik mind map mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah: Model bimbingan belajar melalui teknik mind map efektif untuk mengatasi kesulitan mempelajari Bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo. commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan pengembangan atau disebut dengan R and D (Research and Development). Sugiyono (2009:297) mengemukakan bahwa R&D (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Modul bimbingan belajar melalui teknik mind map adalah kemasan baru yang berisi tiga materi (bagian), bagian satu berisi materi mengenai pentingnya pelajaran bahasa Inggris, bagian dua berisi bimbingan belajar melalui teknik mind map, dan bagian tiga berisi belajar bahasa Inggris melalui teknik mind map. Modul berisi materi bimbingan yang berkenaan dengan suatu unit materi bimbingan yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan treatment. Modul bimbingan belajar melalui teknik mind map tersebut khususnya ditujukan bagi guru bahasa Inggris SD Negeri Gentan 03 agar dapat digunakan sebagai pedoman atau panduan dalam mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gentan 03 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Alasan memilih sekolah tersebut karena di SD Negeri Gentan 03 terdapat banyak peserta didik kelas V yang mengalami kesulitan belajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini dapat diketahui melalui daftar nilai ulangan harian dari guru bahasa Inggris yang menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai rata-rata dibawah KKM sejumlah 9 peserta didikcommit dari 14topeserta user didik. Sebagai pendukung data 32 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yaitu dari hasil angket kesulitan belajar bahasa Inggris yang diisi oleh para peserta didik kelas V SDN Gentan 03 pada tanggal 18 Februari 2012 yang menunjukkan 43% mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris tingkat tinggi. Selain itu berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Inggris di SD tersebut bahwa guru bahasa Inggris tersebut belum pernah menggunakan teknik mind map dalam pembelajaran karena belum mengetahui mengenai teknik tersebut. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Bulan No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan Proposal 3 Persiapan Penelitian 4 Pengumpulan Data 5 Mengolah Data 6 Penyusunan Laporan C. Subjek Penelitian Penelitian ini mengambil beberapa subjek penelitian yaitu subjek ahli, subjek praktisi, dan subjek peserta didik. Rincian masing-masing subjek dapat commit to user dijelaskan sebagai berikut: 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Subjek uji kelayakan, terdiri dari: 1. Subjek ahli Subjek ahli sebagai penilai produk dari segi isi, konsep, dan tampilan kebahasan. Pemilihan subjek ini didasarkan pada kriteria tingkat pendidikan dan kompetensi bidang yang relevan dengan produk penelitian yaitu berjumlah 3 orang, 1 oleh ahli bahasa Inggris dan 2 oleh ahli bimbingan. 2. Subjek praktisi Subjek praktisi diambil dari guru Bahasa Inggris di SDN Gentan 03 dan berperan dalam memberikan penilaian terhadap modul intervensi yang akan digunakan dalam memberikan layanan. b. Subjek lapangan terbatas Subjek lapangan terbatas yang digunakan yaitu subjek peserta didik kelas V yang mengikuti bimbingan belajar di Gama Integra Sukoharjo yang berjumlah 5 orang. c. Subjek uji keefektifan Subjek uji keefektifan yang digunakan yaitu subjek peserta didik kelas V SDN Gentan 03 yang mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris yang berjumlah 9 peserta didik. Peserta didik tersebut akan diberikan pretest, treatment, dan posttest. D. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yang dikaji dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar bahasa Inggris, sedangkan variabel bebasnya adalah bimbingan belajar melalui teknik mind map. Definisi konseptual kesulitan belajar yaitu menurut Mulyadi (2010:6) bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas seperti learning disorder (ketergantungan belajar), learning disabilities (ketidakmampuan belajar), learning disfunction (ketidakfungsian belajar), under achiever (pencapaian rendah) dan commit to user slow learner (lambat belajar). Menurut Thulus Hidajat, (1990:98) kesulitan belajar 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id merupakan suatu keadaan yang menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam mencapai hasil belajar atau tujuan pengajaran. Definisi konseptual bimbingan belajar yaitu menurut Winkel (1991:125) bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Menurut Pedoman PPL UMN Malang dalam Caray (2011) bimbingan belajar peserta didik adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosa, memprognosa dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Definisi konseptual mind map adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan dalam mengingat banyak informasi (Bobbi DePorter, 2010:225). Menurut Tony Buzan, (2007:4) mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak dengan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Definisi operasional kesulitan belajar bahasa Inggris yaitu suatu kondisi proses belajar bahasa Inggris yang mengalami berbagai gangguan mencakup pemahaman dan kemampuan dalam mencapai keberhasilan belajar bahasa Inggris yang dapat ditandai dengan adanya gejala-gejala yang nampak. Definisi operasional bimbingan belajar melalui teknik mind map yaitu layanan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik melalui teknik mind map. Mind map merupakan suatu teknik dalam memahami kerangka konsep materi pelajaran yang didasarkan pada cara kerja otak menyimpan informasi yang dibuat oleh kata-kata, warna, garis dan gambar. Tujuan bimbingan belajar dengan teknik mind map salah satunya yaitu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dapat menghambat peserta didik dalam meraih prestasi belajarnya. commit to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id E. Teknik Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan adalah data kesulitan belajar bahasa Inggris. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN Gentan 03 yang mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris. Cara yang digunakan di dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar nilai ulangan harian mata pelajaran bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03 2. Test kognitif bahasa Inggris sebagai pretest dan posttest untuk mengetahui perubahan hasil belajar bahasa Inggris sebelum dan sesudah menggunakan teknik mind mind. 3. Angket untuk pendukung studi pendahuluan dalam mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris. Cara yang digunakan di dalam pengumpulan data untuk studi pendahuluan dalam mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris adalah dengan menggunakan angket. Pilihan jawaban yang digunakan dalam angket terdiri empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai. Pengumpulan data dengan pembuatan angket melalui proses sebagai berikut: 1. Menulis konsep dasar dalam pembuatan instrumen angket sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu tentang kesulitan belajar dengan mendefinisikannya menurut para ahli. 2. Definisi operasional dari variabel terikat Definisi operasional kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang mengalami berbagai gangguan mencakup pemahaman dan kemampuan dalam mencapai keberhasilan belajar yang dapat ditandai dengan adanya gejala-gejala yang nampak. 3. Menentukan aspek-aspek dari konsep dasar 4. Mencari indikator-indikator yang akan diteliti yang digunakan untuk mengukur tercapainya aspek-aspek dari konsep dasar. 5. Penulisan kisi-kisi pernyataan yang mengarah pada indikator yang telah commit to user ditetapkan. 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Konsep dasar Aspek yang Indikator Nomor Soal 1. Sulit menerima pelajaran 7, 11, 25, 35 2. Sulit berkonsentrasi 6, 13, 29, 31 diteliti Kesulitan belajar a. Pemahaman adalah suatu dalam kondisi proses belajar belajar yang dalam belajar mengalami 3. Kurangnya perhatian, berbagai minat dan bakat peserta gangguan didik terhadap pelajaran mencakup b. Kemampuan pemahaman dan dalam kemampuan belajar 1. Metode belajar yang 1, 5, 14, 21, 33, 37 4, 12, 19,23, 26 digunakan 2. Inteligensi/kecerdasan dalam mencapai 8, 10, 17, 24, 32, 40 keberhasilan 3. Pembagian waktu belajar 9, 15, 20, 30, 39 1. Belum dapat mencapai 3, 18, 28, 38 belajar yang dapat ditandai c. Hasil belajar dengan adanya tingkat ketuntasan yang gejala-gejala diharapkan yang nampak. 2. Tingkat penguasaan materi pelajaran yang 2, 16, 22, 27, 36, 34 rendah 6. Menyusun item-item pernyataan pada angket Penulisan item pernyataan merupakan proses menuliskan kisi-kisi pernyataan dalam suatu format angket dengan adanya pengaturan tertentu. commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 7. Uji coba lapangan Uji coba lapangan bertujuan untuk meneliti adanya item-item pernyataan yang cenderung ditolak responden dan untuk meneliti adanya kemungkinan bahasa yang tidak jelas. Pengujian angket dengan cara memberikan angket pada peserta didik. 8. Skoring berdasarkan skala penilaian yang telah ditentukan. Proses pemberian skor pada angket yang telah diisi oleh responden uji coba lapangan angket. Pemberian skor angket berdasarkan skala penilaian yang telah ditentukan. Subjek yang mendapat skor rendah mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kesulitan belajar bahasa Inggris yang diperoleh individu. Hasil studi pendahuluan dengan menggunakan angket ditemukan peserta didik yang mengalami tingkat kesulitan mempelajari bahasa Inggris yang berbedabeda. Peserta didik yang mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris tingkat tinggi dan sedang selanjutnya diberikan tes kognitif bahasa Inggris. Tes tersebut dibuat oleh guru bahasa Inggris berdasarkan pokok bahasan mata pelajaran bahasa Inggris untuk kelas V SD dengan bekerjasama dengan peneliti. Tes bahasa Inggris tersebut digunakan sebagai pre-test dan post-test yang diberikan kepada peserta didik. F. Prosedur Penelitian Penelitian yang digunakan yaitu dengan mengembangkan teknik mind map berupa panduan intervensi. Panduan intervensi merupakan materi belajar yang dapat digunakan untuk dipelajari secara mandiri berupa satu unit materi. Wujud dari panduan intervensi dapat berupa bahan cetak untuk dibaca dan bahan cetak ditambah dengan tugas. Panduan intervensi kesulitan belajar bahasa Inggris ditujukan kepada peserta didik SD Negeri Gentan 03 kelas V melalui bimbingan belajar teknik mind map. Adapun mengenai tahapan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Tahap 1 (Studi Pendahuluan) Studi pendahuluan bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai dasar pengembangan model. Studi pendahuluan terdiri dari dua kegiatan, yaitu studi pustaka dan studi empiris kesulitan belajar bahasa Inggris. Studi pustaka untuk memahami konsep kesulitan belajar bahasa Inggris, konsep bimbingan belajar melalui teknik mind map. Sumber yang digunakan antara lain, buku, jurnal, dan artikel. Kegiatan need assessment yang dilakukan melalui survey lapangan dengan menerapkan instrument angket. 2. Tahap 2 (Merancang Teknik Mind Map) Tahap ini dilakukan dengan studi literatur dan kajian hasil penelitian sebelumnya yang relevan untuk menjadi landasan dasar penelitian ini. Berdasarkan studi dan kajian tersebut maka disusunlah modul bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris kelas V di SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo. 3. Tahap 3 (Pengembangan Teknik Mind Map) Pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah mengembangkan teknik mind map. Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan modul yang berpotensi menjadi produk. Kelayakan produk dapat diperoleh melalui uji rasional dengan memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh ahli. Uji modul dilakukan dengan guru bahasa Inggris SD untuk membahas tentang langkah-langkah penerapan teknik mind map yang sesuai untuk anak SD. Produk yang berupa modul ini mempunyai kriteria, antara lain: (a) tujuan realistis; (b) isi modul sesuai dengan karakteristik anak SD; dan (c) metode serta strategi yang menarik untuk mengasah ranah kognitif, psikomotor, dan afektif peserta didik. Pengembangan modul, disusun dengan struktur sebagai berikut: a). Sampul, b). Halaman Pengesahan, c). Kata Pengantar d). Daftar Isi, e). Isi Modul: Bagian I berisi Pentingnya Pelajaran Bahasa Inggris, Rangkuman, Lembar Tugas Peserta Didik dan Daftar Pustaka; Bagian II berisi Bimbingan commit to user Belajar melalui teknik Mind Map terdiri dari Pengertian Bimbingan Belajar, perpustakaan.uns.ac.id 40 digilib.uns.ac.id Tujuan Bimbingan Belajar, Fungsi Bimbingan Belajar, Pengertian Mind Map, Manfaat Mind Map, Kelebihan Mind Map, Cara Membuat Mind Map, Rangkuman, Lembar Tugas Peserta Didik dan Daftar Pustaka; Bagian III berisi Belajar Bahasa Inggris melalui Teknik Mind Map yang terdiri dari Tujuan Belajar Bahasa Inggris melalui Teknik Mind Map, Contoh-Contoh Mind Map pada Pelajaran Bahasa Inggris, Rangkuman, Lembar Tugas Peserta Didik dan Daftar Pustaka. 4. Tahap 4 (Uji Rasional Kelayakan Mind Map) Tahapan selanjutnya adalah menguji kelayakan dari panduan intervensi terhadap ahli, dalam rangka untuk mencari validitas isi, kelayakan materi, kelayakan panduan, dan kelayakan operasionalisme materi. Pendapat para ahli tersebut dijadikan masukan bagi kesempurnaan modul. 5. Tahap 5 (Revisi Panduan Intervensi melalui Teknik Mind Map) Tahap revisi ini, terdapat kegiatan pokok yang dilakukan, yaitu melakukan validitas untuk memperoleh panduan intervensi melalui Teknik Mind Map yang layak secara isi dan operasionalisasinya sebagai panduan untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris. 6. Tahap 6 (Uji Coba Terbatas) Kegiatan uji coba terbatas merupakan kegiatan menyusun rencana untuk melakukan uji terbatas. Kemudian menyiapkan guru dan fasilitator dalam rangka membantu tercapainya pelaksanaan uji coba terbatas. Selanjutnya sebagai masukan untuk perbaikan panduan intervensi dilakukan proses refleksi, sehingga diketahui tingkat kelayakan isi dan operasional pada pengembangan mind map pada praktisi dan peserta didik. 7. Tahap 7 (Uji Efektivitas) Pada tahap ini efektivitas mind map untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris peserta didik diuji. Uji keefektifan panduan intervensi dengan metode eksperimen dengan design one group pretest-posttest design. Menurut Cynthia, (2002: 80) in a one group pretest/posttest design, begin with review of the baseline data, conduct the program, and re-collect data to see if it is commit to userHal ini berarti bahwa penggunaan different from original baseline measures. 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id one group pretest-posttest design karena peneliti hendak ingin mengetahui perubahan subjek antara sebelum dan sesudah treatment. Sehingga akan diketahui keefektifan teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris peserta didik kelas V SD Negeri Gentan 03. Adapun pola dan prosedurnya adalah sebagai berikut: Pengukuran (T1) (Pretest) Perlakuan (X) (Treatment) Pengukuran (T2) (Posttest) Gambar 3.1 Bagan Pemberian Treatment Keterangan : T1: Pre test yaitu tes yang dilakukan sebelum diberikan teknik mind map untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris X: Teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris (treatment) Treatment dilakukan dengan memberikan perlakuan pada subjek dengan menerapkan teknik mind map. Sebelum membuat mind map, peserta didik perlu mempersiapkan beberapa peralatan. Peralatan untuk membuat mind map antara lain kertas, pulpen berwarna dan otak (Tony Buzan, 2007:11). Menurut Tony Buzan proses pembuatan mind map dapat dibagi menjadi lima langkah: 1). Pergunakan selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa pulpen berwarna. Pastikan kertas tersebut diletakkan menyamping. 2). Buatlah sebuah gambar yang merangkum subjek utama di tengah-tengah kertas. Gambar itu melambangkan topik utama. 3). Buatlah beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, masing-masing untuk setiap ide utama yang ada mengenai subjek. Cabang-cabang utama tersebut melambangkan subtopik commit to user utama. 4). Berilah nama pada setiap ide di atas dan akan lebih baik bila 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ditambahkan gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut. Setiap kata dalam mind map akan digaris bawahi. Hal ini karena kata-kata merupakan kata-kata kunci, dan pemberian garis bawah seperti pada catatan biasa menunjukkan tingkat kepentingannya. 5). Dari setiap ide yang ada, bisa ditarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Tambahkan buah pikiran ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada. T2: Post test yaitu tes yang dilaksanakan setelah diberikan teknik mind map untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris Pemberian post-test dilakukan untuk mengetahui perubahan peserta didik yang dialami sebelum pemberian treatment dengan sesudah pemberian treatment. Untuk mempermudah dalam pembacaan prosedur penelitian tersebut, dapat digambarkan seperti pada diagram di bawah ini: Tahap III Tahap I 1. Kondisi objektif di lapangan 2. Kajian teoritik 3. Kajian hasil Tahap II Merancang produk Pengembangan Layanan Bimbingan Belajar Melalui Teknik Mind Map Tahap VI Uji Coba Terbatas Tahap IV Tahap V Revisi Uji Kelayakan Rasional Tahap VII Uji Efektivitas to user Gambarcommit 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id G. Validitas Data Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji validitas isi atau content validity (uji rasional), melalui review professional judgement oleh dosen pembimbing. Validitas isi pada instrumen angket menggunakan validasi oleh ahli yang masukan-masukan dari ahli dapat dijadikan rujukan, sehingga instrumen menjadi layak digunakan untuk penelitian. Sedangkan uji validitas modul dalam penelitian ini menggunakan validitas isi atau content validity (uji rasional) melalui review professional judgement oleh guru bahasa Inggris. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon yang merupakan pengukuran non-parametrik. Wilcoxon digunakan untuk menguji efektivitas bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Apabila hasilnya signifikan, maka dapat diketahui bahwa bimbingan belajar melalui teknik mind map efektif untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Perhitungan selengkapnya akan dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS for Windows version 16. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES DAN HASIL PENELITIAN SERTA PEMBAHASANNYA A. Proses dan Hasil Penelitian 1. Tahap Studi Pendahuluan Tahap studi pendahuluan yang digunakan yaitu dengan menggunakan data hasil nilai ulangan harian bahasa Inggris. Dari hasil nilai tersebut diketahui bahwa ada 9 peserta didik yang memperoleh nilai rata-rata dibawah rata-rata kelas dan berada di bawah nilai KKM. Oleh karena itu 9 peserta didik tersebut perlu diberikan layanan bimbingan belajar agar masalah kesulitan mempelajari bahasa Inggris dapat teratasi. Berikut disajikan tabel hasil nilai rata-rata ulangan harian peserta didik kelas V pada mata pelajaran bahasa Inggris. Tabel 4.1 Hasil nilai rata-rata ulangan harian bahasa Inggris NO NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Angga Deni Setiawan Bilal Setya Pambudi David P. Dimas Dwi Kusworo Doni Muktiana Ela Endah Rinjani Firli H. Handika Kevin Linda P. Putri Erniati Widiyanti Windy Prihartiwi Wisnu Rata-rata kelas Nilai rata-rata 6.1 7.65 5.9 7.6 5.3 7.85 6 6.2 5.6 6.35 5.5 8.05 9.65 5.35 6.65 commit to user 44 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hasil rata-rata kelas yaitu 6.65, sehingga peserta didik yang nilai rata-ratanya berada di bawah nilai rata-rata kelas dapat dikatakan memiliki kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Oleh karena di SDN Gentan 03 memiliki kriteria tersendiri untuk menetapkan keberhasilan dalam belajar peserta didik yaitu 6.8 untuk mata pelajaran bahasa Inggris, maka peserta didik yang mencapai nilai rata-rata dibawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 6.8 dapat dikatakan memiliki kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Selain itu terdapat juga data pendukung dalam tahap studi pendahuluan ini yaitu dengan menggunakan instrumen angket yang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 Februari 2012 di SD Negeri Gentan 03 Bulu Sukoharjo. Peserta didik yang diberikan angket kesulitan mempelajari bahasa Inggris adalah peserta didik kelas V yang terdiri dari 9 laki-laki, dan 5 perempuan. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa dari 14 peserta didik nilai minimum diperoleh skor 50, skor maximum 103, mean diperoleh 72,5714 dan standart deviasi 19,27818. Penghitungan dengan menggunakan spss 16.0 for windows. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa dari 14 peserta didik, 6 peserta didik memiliki tingkat kesulitan tinggi dengan prosentase 43% dengan skor angket antara 49 sampai 68, 3 peserta didik memiliki tingkat kesulitan sedang dengan prosentase 21% dengan skor angket antara 69 sampai 88, dan 5 peserta didik memiliki tingkat kesulitan rendah dengan prosentase 36% dengan skor angket antara 89 sampai 103. Tabel 4.2 Tingkat Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Tingkat Kesulitan Skor Angket Prosentase Frekuensi Tinggi 49-68 43 % 6 Sedang 69-88 21 % 3 Rendah 89-103 36 % 5 commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berikut disajikan pula diagram prosentase skor angket kesulitan mempelajari bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03. Diagram Prosentase Skor Angket Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris 36% 43% kesulitan tinggi kesulitan sedang kesulitan rendah 21% Gambar 4.1 Prosentase Skor Angket Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Tabulasi hasil angket kesulitan mempelajari bahasa Inggris dapat dilihat di lampiran 4. Berdasarkan hasil angket kesulitan mempelajari bahasa Inggris tersebut menunjukkan bahwa banyak peserta didik kelas V di SDN Gentan 03 yang mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Peneliti menggunakan angket tersebut untuk digunakan sebagai studi pendahuluan untuk mencari need assessment yang nantinya akan diberikan treatment. Need assesment ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai profil awal kesulitan mempelajari bahasa Inggris SD dengan mengisi angket sebanyak 40 butir. 2. Tahap Merancang Model Setelah melakukan studi literatur serta kajian hasil – hasil penelitian yang relevan untuk memperkuat landasan penelitian dan pengembangan ini, maka langkah selanjutnya adalah merancang model hipotetik bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Kegiatan merancang model hipotetik dilakukan dengan menyusun modul bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Pada pelaksanaannya, peneliti melakukan studi literatur dan hasil penelitian commit to user ini antara lain di Perpustakaan yang relevan dengan penelitian dan pengembangan perpustakaan.uns.ac.id 47 digilib.uns.ac.id Program Studi Bimbingan dan Konseling, Perpustakaan FKIP UNS, Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, website lokal, nasional maupun internasional, dan toko buku Gramedia Surakarta. Setelah memperoleh pandangan dan pengetahuan yang lebih lengkap, kemudian peneliti merancang model. Model hipotetik ini juga berdasarkan pada buku pegangan peserta didik kelas V semester genap untuk pembuatan contoh dari mind map mata pelajaran bahasa Inggris. 3. Tahap Pengembangan Model Berdasarkan landasan teori dan hasil temuan pada need asessmen maka tujuan pengembangan model ini adalah untuk mengembangkan keefektifan bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Tahap pengembangan model secara rinci diuraikan sebagai berikut: Model Hipotetik Bimbingan Belajar melalui Teknik Mind Map untuk Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris Berdasarkan studi pendahuluan menunjukkan bahwa peserta didik kelas V di SDN Gentan 03 masih banyak yang mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Menurut Guru bahasa Inggris di SDN tersebut bahwa kemampuan kosakata bahasa Inggris (vocabulary) peserta didik masih kurang sehingga peserta didik mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal. Ungkapan tersebut telah terbukti berdasarkan hasil pre-test bahasa Inggris yang telah diberikan kepada peserta didik kelas V. Upaya untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris sangat penting karena bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa internasional. Oleh karena itu perlu disusun Modul Bimbingan Belajar melalui Teknik Mind map untuk Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris. Modul ini merupakan materi bimbingan belajar yang diberikan oleh guru bahasa Inggris kepada peserta didik kelas V untuk mempermudah peserta didik dalam memahami dan menerapkan teknik mind map dalam mata pelajaran bahasa Inggris. commit to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4. Uji Rasional Kelayakan Model Uji kelayakan modul dilakukan oleh ahli bimbingan, ahli bahasa Inggris dan praktisi guru bahasa Inggris yang sudah berpengalaman (expert judgment). Para ahli tersebut yang terlibat dalam penilaian modul sejumlah tiga orang. Tiga orang tersebut adalah Ibu Siti Sutarmi Fadhilah, Bapak Asrowi dan Ibu Rusli Rahmawati, sedangkan untuk praktisi yaitu ibu Dani Sapujowati untuk dilibatkan dalam validasi modul ini dengan alasan untuk mencari masukan yang bervariasi sehingga dapat menemukan validitas rasional secara efektif dan efisien. Dalam mengetahui validitas rasional modul diperlukan masukan dalam bentuk penilaian secara langsung terhadap modul dengan memberikan pengarahan, catatan maupun form penilaian yang diisi oleh pakar. Form penilaian berisi tentang bentuk modul, isi modul, ketermudahan digunakannya modul, serta penggunaan bahasa. Hal-hal yang dievaluasi untuk uji rasional para ahli sebagai berikut: a) Bentuk Modul Bentuk modul mencakup cover modul, judul modul, kata pengantar, serta gambar-gambar dalam modul. Hasil penilaian para ahli menunjukkan bahwa hal tersebut sudah cukup baik dan menarik dari segi bentuk. b) Isi Modul Isi modul mencakup rumusan tujuan, rincian materi, topik bahasan, tugas peserta didik serta sajian gambar. Hasil penilaian ahli menunjukkan rumusan tujuan, rincian materi dan tugas peserta didik sudah sesuai bagi tingkat perkembangan peserta didik kleas V, topik bahasan juga sudah sesuai dengan rumusan tujuan, tetapi untuk sajian gambar disarankan untuk dilengkapi agar mendukung setiap aspek dalam materi sehingga akan menarik peserta didik. c) Ketermudahan Digunakannya Modul Ketermudahan digunakannya modul mencakup keterbacaan serta ketermudahan dilaksanakan. Hasil penilaian ahli menunjukkan modul tersebut sudah memenuhi dari segi kemudahan keterbacaan kata-kata dalam modul dan mudah untuk dilaksanakan karena disesuaikan dengan kebutuhan commit to user peserta didik. 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d) Penggunaan Bahasa Penggunaan bahasa mencakup pemahaman bahasa dan tingkat kesukaran bahasa. Hasil penilaian ahli menunjukkan dalam langkah-langkah pembuatan mind map perlu dibenahi bahasa yang digunakan agar peserta didik mudah memahaminya. Hasil penilaian modul oleh ahli diperoleh tingkat kelayakan produk yang disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Penilaian Modul pada Uji Ahli Ahli No Menilai kurang Menilai baik SK K B SB Total Aspek 1 2 3 4 1 Bentuk/Perwajahan 0 0 54.1% 45.9% 100% 2 Isi Modul 0 0 9.93% 90.07% 100% Ketermudahan 3 digunakan 0 0 48.39% 51.61% 100% 4 Penggunaan Bahasa 0 0 27.27% 72.73% 100% 0 0 34.92% 65.08% 100% Rata-rata Penilaian ketiga ahli tersebut telah menunjukkan prosentase pencapaian sebesar 65.08% pada penilaian sangat baik dan 34.92% pada penilaian baik sehingga modul dapat dikatakan layak sebagai bahan bimbingan belajar. 5. Revisi Model Hasil uji validitas dari pakar maupun dari praktisi kemudian dijadikan bahan untuk merevisi dalam menyempurnakan modul bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Revisi modul yang dilakukan peneliti dari expert judgement praktisi sebanyak dua kali. Expert judgement pertama dilakukan pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012 kepada praktisi bahasa Inggris yaitu guru bahasa Inggris di SDN Gentan 03. Dari hasil expert judgement tersebut peneliti memperoleh masukan tentang isi dari commit to user modul bimbingan belajar bahwa perlu adanya penyederhanaan bahasa yang perpustakaan.uns.ac.id 50 digilib.uns.ac.id digunakan dalam pemaparan materi, selain itu bentuk tulisan yang digunakan dalam modul dicari bentuk huruf yang cukup menarik dan jelas sehingga peserta didik akan tertarik untuk membacanya. Expert judgement kedua dilakukan pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012 kepada praktisi bahasa Inggris. Masukan yang diperoleh peneliti yaitu pada setiap materi pada modul lebih dilengkapi gambar-gambar yang mendukung agar peserta didik lebih tertarik. Setelah modul diperbaiki dari hasil expert judgement praktisi, selanjutnya modul dikonsultasikan kepada ibu Siti Sutarmi Fadilah dan bapak Asrowi sebagai ahli bimbingan. 6. Uji Coba Terbatas Modul yang telah direvisi sesuai dengan saran dan masukan para ahli dan praktisi kemudian diuji secara terbatas kepada peserta didik kelas V di bimbingan belajar Gama Integra yang berjumlah 5 peserta didik. Dari hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa modul bimbingan belajar melalui teknik mind map ini perlu ditambahkan contoh-contoh mind map pada pelajaran bahasa Inggris yang lebih banyak agar peserta didik memahami benar mengenai mind map. Untuk selanjutnya hal ini menjadi bahan pertimbangan agar modul menjadi lebih baik. Atas dasar tersebut, maka peneliti membuat mind map dari materi bahasa Inggris kelas V untuk dijadikan contoh dalam membuat mind map yang selanjutnya dicantumkan pada isi materi modul. Selain itu setiap bagian materi perlu adanya rangkuman tersendiri agar peserta didik lebih mudah memahami isi materi. Peneliti juga memberikan form penilaian modul kepada peserta didik yang berjumlah 5 anak, dalam uji coba terbatas tersebut diperoleh skor rata-rata 75%. Sedangkan hasil form penilaian modul dari uji praktisi sebesar 91%. 7. Uji Efektivitas Model Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa penelitian ini untuk menguji keefektifan bimbingan belajar melalui teknik mind map dalam mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris maka intervensi perlu dilakukan. Sebelum diberikan intervensi mengenai bimbingan belajar melalui teknik mind map, peserta didik perlu diberikan pre-test terlebih dahulu. Pre-test diberikan atas commitberpedoman to user persetujuan guru bahasa Inggris dengan pada materi pelajaran bahasa perpustakaan.uns.ac.id 51 digilib.uns.ac.id Inggris. Setelah diketahui banyaknya peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM dari hasil pre-test, maka kemudian peserta didik diberikan intervensi yang pelaksanaannya berpedoman pada modul yang telah dibuat. Pelaksanaan intervensi dilakukan selama empat kali pertemuan. Penjelasan mengenai pelaksanaan intervensi pada tiap pertemuan sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Intervensi pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 14 Mei 2012 selama 35 menit. Semua peserta didik hadir dalam pertemuan pertama ini. Intervensi ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Intervensi ini berupa pemberian materi mengenai pentingnya pelajaran bahasa Inggris, hal ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik dalam mempelajari bahasa Inggris. Setelah pemberian materi selesai selanjutnya peserta didik diberikan tugas yang bertujuan untuk mengetahui pentingnya pelajaran bahasa Inggris bagi peserta didik. 2) Pertemuan Kedua Intervensi pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin 18 Mei 2012 selama 70 menit. Semua peserta didik hadir dalam pertemuan kedua ini. intervensi ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Intervensi ini berupa pemberian materi mengenai bimbingan belajar melalui teknik mind map yang berisi pengertian, tujuan, fungsi dari bimbingan belajar serta pengertian, manfaat, kelebihan dan cara membuat mind map. Selanjutnya peserta didik diberi tugas untuk membuat mind map. 3) Pertemuan Ketiga Intervensi pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin 21 Mei 2012 selama 35 menit. Semua peserta didik hadir dalam pertemuan ketiga ini. Intervensi ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Intervensi ini berupa pemberian materi mengenai belajar bahasa Inggris melalui teknik mind map yang berisi tujuan belajar bahasa Inggris serta contohcontoh mind map pada pelajaran bahasa Inggris. 4) Pertemuan Keempat Intervensi pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Senin 25 Mei 2012 selama 35 menit. Semua peserta didik hadir dalam pertemuan keempat ini. commit to user Intervensi ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Intervensi perpustakaan.uns.ac.id 52 digilib.uns.ac.id ini merupakan kelanjutan dari pertemuan ketiga yaitu mengenai contohcontoh mind map pada pelajaran bahasa Inggris. Selanjutnya peserta didik diberikan tugas yang bertujuan untuk mengetahui komentar peserta didik mengenai apakah teknik mind map mempermudah dalam belajar bahasa Inggris. a. Pengujian Pre-test dan Post-test 1. Pre-test Dalam membuktikan bahwa peserta didik tersebut benar-benar mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris, maka diperlukan test bahasa Inggris. Test bahasa Inggris tersebut digunakan sebagai pre-test dan post-test untuk mengetahui perubahan kesulitan sebelum dan sesudah treatment. Test bahasa Inggris diberikan oleh guru bahasa Inggris dengan menyesuaikan materi pelajaran bahasa Inggris kelas V. Menurut guru bahasa Inggris tersebut, kendala utama kesulitan mempelajari bahasa Inggris yang dialami peserta didik adalah karena kurangnya kemampuan kosakata (vocabulary), sehingga test bahasa Inggris yang diberikan berupa test pemahaman kosakata bahasa Inggris. Test pemahaman kosakata bahasa Inggris diberikan pada peserta didik kelas V yang memiliki tingkat kesulitan bahasa Inggris tinggi dan sedang. Test yang diberikan berjumlah 40 soal, materi soal yang diberikan sudah pernah diajarkan sebelumnya dengan tanpa menggunakan teknik belajar mind map. Materi tersebut tentang tiga pokok bahasan yaitu hospital, transportation, dan weather and season. Materi mata pelajaran bahasa Inggris kelas V semester genap terdiri dari lima pokok bahasan, tiga pokok bahasan yang diambil tersebut dipilih secara acak dari lima pokok bahasan yang ada. Soal pre-test pemahaman kosakata bahasa Inggris dapat dilihat dilampiran 11. Hasil pre-test dijelaskan sebagai berikut: a. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan 1 “hospital” Berdasarkan hasil pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital diperoleh nilai 3.30 (minimum), 6.00 (maximum), 4.9556 (mean), 1.00885 (Std. Deviation) dan 1.018 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for commit to user 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil pre-test dalam pokok bahasan hospital. Tabel 4.4 Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital Kategori Rentangan Nilai Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 Berdasarkan tabel tersebut dapat Jumlah Frekuensi 0 5 4 0 dimaknai bahwa % 0% 56% 44% 0% hasil pre-test menunjukkan terdapat 0 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 5 peserta didik. Kategori rendah yang memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 4 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini: Frekuensi 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai Gambar 4.2. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital b. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan 2 “transportation” commit to user 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation diperoleh nilai 3,00 (minimum), 7,00 (maximum), 4,5556 (mean), 1,42400 (Std. Deviation) dan 2,028 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil pre-test dalam pokok bahasan transportation. Tabel 4.5 Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation Kategori Rentangan Nilai Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 Berdasarkan tabel tersebut dapat Jumlah Frekuensi 0 2 7 0 dimaknai bahwa % 0% 22% 78% 0% hasil pre-test menunjukkan terdapat 0 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 2 peserta didik. Kategori rendah yang memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 7 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : 7 6 frekuensi 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai commitInggris to user Gambar 4.3. Grafik Hasil Pre-test bahasa untuk pokok bahasan transportation 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan 3 “weather and season” Berdasarkan hasil pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season diperoleh nilai 2,00 (minimum), 6,00 (maximum), 4,1444 (mean), 1,31635 (Std. Deviation) dan 1,733 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil pre-test dalam pokok bahasan transportation. Tabel 4.6 Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season Kategori Rentangan Nilai Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 Jumlah Frekuensi 0 3 6 0 % 0% 33% 67% 0% Berdasarkan tabel tersebut bahwa hasil pre-test menunjukkan terdapat 0 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 3 peserta didik. Kategori rendah yang memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 6 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : 7 6 frekuensi 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai commit to user 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Gambar 4.4. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season d. Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan Berdasarkan hasil pre-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan diperoleh nilai 3,25 (minimum), 6,00 (maximum), 4,5556 (mean), 0,91667 (Std. Deviation) dan 0,840 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil pre-test dalam ketiga pokok bahasan. Tabel 4.7 Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan Kategori Rentangan Nilai Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 Jumlah Frekuensi 0 3 6 0 % 0% 33% 67% 0% Berdasarkan tabel tersebut bahwa hasil pre-test menunjukkan terdapat 0 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 3 peserta didik. Kategori rendah yang memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 6 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : 7 6 frekuensi 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Gambar 4.5. Grafik Hasil Pre-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan Hasil tersebut menunjukkan bahwa beberapa peserta didik kelas V SDN Gentan 03 benar-benar mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris, maka sudah selayaknya mereka diberikan layanan bantuan berupa bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Pada pelaksanaan bimbingan belajar ini perlu adanya kerjasama dengan guru bahasa Inggris di SDN Gentan 03. Dalam mata pelajaran bahasa Inggris, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah sebesar 6,8. Hasil nilai pre-test bahasa Inggris dapat dilihat di lampiran 12. 2. Post-test Setelah peserta didik diberikan pre-test kemudian dilakukan bimbingan belajar melalui teknik mind map selama 4x pertemuan, selanjutnya peserta didik diberi test bahasa Inggris lagi sebagai post-test untuk melihat perubahan yang terjadi. Soal post-test pemahaman kosakata bahasa Inggris dapat dilihat dilampiran 13. Hasil post-test kesulitan mempelajari bahasa Inggris peserta didik kelas V adalah sebagai berikut. a. Hasil post-test bahasa Inggris pokok bahasan 1 “ hospital” Berdasarkan hasil post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital diperoleh nilai 6,70 (minimum), 9.30 (maximum), 7,8556 (mean), 0,92481 (Std. Deviation) dan 0,855 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil post-test dalam pokok bahasan hospital. Tabel 4.8 Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital Kategori Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Rentangan Nilai 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 commit to user Jumlah Frekuensi 5 4 0 0 % 56% 44% 0% 0% 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan tabel tersebut dapat dimaknai bahwa hasil post-test menunjukkan terdapat 5 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 4 peserta didik. Kategori rendah yang memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 0 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : Frekuensi 7 6 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai Gambar 4.6. Grafik Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan hospital b. Hasil post-test bahasa Inggris pokok bahasan 2 “transportation” Berdasarkan hasil post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation diperoleh nilai 6,00 (minimum), 10,00 (maximum), 7,6667 (mean), 1,22474 (Std. Deviation) dan 1,500 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil post-test dalam pokok bahasan hospital. Tabel 4.9 Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation Jumlah Frekuensi % Tinggi 7,6-10 4 44% Sedang 5,1-7,5 5 56% Rendah 2,6-5 0 0% Sangat Rendah 0-2,5 0 0% Berdasarkan tabel tersebut dapat dimaknai bahwa hasil post-test Kategori Rentangan Nilai menunjukkan terdapat 4 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 5 peserta didik. Kategori rendah yang commit to user 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 0 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : 7 6 Frekuensi 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai Gambar 4.7. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan transportation c. Hasil post-test bahasa Inggris pokok bahasan 3 “weather and season” Berdasarkan hasil post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season diperoleh nilai 6,70 (minimum), 10,00 (maximum), 8,1444 (mean), 1,04057 (Std. Deviation) dan 1,083 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil post-test dalam pokok bahasan weather and season. Tabel 4.10 Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season Kategori Rentangan Nilai Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 Jumlah Frekuensi 6 3 0 0 % 67% 33% 0% 0% Berdasarkan tabel tersebut dapat dimaknai bahwa hasil post-test menunjukkan terdapat 6 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris commit antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor to user 60 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 3 peserta didik. Kategori rendah yang memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 0 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2.5 berjumlah 0 peserta didik. Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : 7 6 frekuensi 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai Gambar 4.8. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk pokok bahasan weather and season d. Hasil post-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan Berdasarkan hasil post-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan diperoleh nilai 6,75 (minimum), 9,75 (maximum), 7,9167 (mean), 0,96014 (Std. Deviation) dan 0,922 (variance), perhitungan menggunakan spss 16.0 for windows. Berikut disajikan tabel untuk hasil post-test dalam ketiga pokok bahasan. Tabel 4.11 Hasil Post-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan Kategori Rentangan Nilai Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5 Jumlah Frekuensi 5 4 0 0 % 56% 44% 0% 0% Berdasarkan tabel tersebut dapat dimaknai bahwa hasil post-test menunjukkan terdapat 5 peserta didik yang berada pada kategori tinggi yaitu yang memiliki skor test bahasa Inggris antara 7,6 sampai 10. Kategori sedang pada skor antara 5,1 sampai 7,5 dengan frekuensi 4 peserta didik. Kategori rendah yang commit to user 61 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memiliki skor antara 2,6 sampai 5 dengan frekuensi 0 peserta didik, sedangkan kategori sangat rendah pada skor antara 0 sampai 2,5 berjumlah 0 peserta didik. Frekuensi Tabel di atas, dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini : 7 6 5 4 3 2 1 0-2.5 2.6-5 5.1-7.5 7.6-10 rentangan nilai Gambar 4.9. Hasil Post-test bahasa Inggris untuk ketiga pokok bahasan Hasil post test menunjukkan peningkatan dari hasil pre-test yang telah diujikan sebelumnya. Hasil nilai post-test bahasa Inggris dapat dilihat pada lampiran 14. 3. Perbandingan Pre-test dan Post-test Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga dapat diperoleh perbandingan antara pre-test dan post-test. Pre-test dan post-test bahasa Inggris diberikan kepada sejumlah 9 peserta didik dari kelas V yang berada pada kategori kesulitan belajar tinggi dan sedang dari hasil instrument angket yang telah diberikan pada saat studi pendahuluan. Data mengenai 9 peserta didik tersebut dapat dilihat pada lampiran 5. Gabungan tiga pokok bahasan yang diujikan sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Pre-test dan Post-test Tiap Pokok Bahasan Pokok Bahasan 1. Hospital 2. Transportation 3. Weather and season Mean Pre-test 4,9556 4,5556 4,1444 commit to user Mean post-test 7,8556 7,6667 8,1444 62 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dari tabel di atas, pada mean pre-test pokok bahasan 1 diperoleh 4,9556, sementara mean post-test diperoleh skor 7,8556. Pada pokok bahasan 2 diperoleh skor mean pre-test 4,5556 sedangkan post-testnya meningkat menjadi 7,6667. Pada pokok bahasan 3 skor mean pre-test menunjukkan skor 4,1444 sedangkan pada post-test menunjukkan skor 8,1444. Berikut disajikan grafik hasil pre-test dan post-test bahasa Inggris. Berdasarkan tabel di atas, dapat dimaknai bahwa ada peningkatan antara skor pre-test dan post-test. Sementara jika diakumulasi hasil pre-test bahasa Inggris diperoleh nilai mean yaitu 4,5556, sedangkan akumulasi mean untuk hasil post-test bahasa Inggris yaitu 7,9167. Hal ini berarti bahwa kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada peserta didik kelas V dapat diatasi dengan adanya bimbingan belajar melalui teknik mind map. b. Pengujian Hipotesis Analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil pre-test dengan post-test untuk mengetahui perubahan hasil belajar bahasa Inggris dalam mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03 adalah dengan menggunakan uji Wilcoxon. Pengujian hipotesis secara rinci dijelaskan sebagai berikut: H0: Bimbingan Belajar Melalui Teknik Mind map tidak Efektif Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo H1: Bimbingan Belajar Melalui Teknik Mind map Efektif Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03 Bulu Sukoharjo Tabel 4.13 Deskripsi Data Hasil Pre-test dan Post-test Pre-test Post-test N 9 9 Mean 4,5556 7,9167 Std. Deviation 0,91667 0,96014 commit to user Variance 0,840 0,922 63 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Rerata skor sebelum perlakuan (pre-test) diperoleh (Mean) 4,5556, (Std. Deviation) 0,91667, dan (Variance) 0,840, dibandingkan dengan sesudah perlakuan (post-test) diperoleh Mean 7,9167, (Std. Deviation) 0,96014, dan (Variance) 0,922. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan statistik deskriptif hasil rerata post-test (7,9167) lebih besar dari rerata pre-test (4,5556), jadi ada peningkatan kemampuan bahasa Inggris antara sebelum dan sesudah intervensi pada peserta didik kelas V. Selanjutnya untuk hasil uji Wilcoxon sebagai berikut. Tabel 4.13 Hasil Uji Wilcoxon Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N post – pre Mean Rank Sum of Ranks Negative Ranks 0a .00 .00 Positive Ranks 9b 5.00 45.00 Ties 0c Total 9 a. post < pre b. post > pre c. post = pre Test Statisticsb post – pre -2.670a Z Asymp. Sig. (2-tailed) .004 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Berdasarkan uji Wilcoxon yang mendasarkan pada rangking positif = 5 di atas, diperoleh nilai z hitung sebesar -2,670 dan probabilitas (p) 0,004 (uji dua sisi). Dari tabel negative rank menunjukkan nilai 0, sehingga tidak ada angka post-test yang lebih kecil dari pre-test. Sedangkan dari tabel positif rank commit to user menunjukkan nilai 9 yang berarti ada 9 data (semua data) yang angka post-testnya 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id lebih besar dari pre-test. Oleh karena z hitung diperoleh hasil minus (-) dan probabilitas (p) lebih kecil dari α = 0,005, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dari data dan analisis tersebut di atas dapat diyakini bahwa peningkatan kemampuan bahasa Inggris atau penurunan kesulitan mempelajari bahasa Inggris diakibatkan oleh adanya perlakuan yang berupa bimbingan belajar melalui teknik mind map. Jadi dapat disimpulkan bahwa Modul Bimbingan Belajar Melalui Teknik Mind map Efektif Mengatasi Kesulitan Mempelajari Bahasa Inggris, sehingga H1 diterima sedangkan H0 ditolak. B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil uji kelayakan dari subjek ahli menunjukkan 92%, subjek praktisi 91%, subjek uji coba terbatas 75% dan subjek uji keefektivan diperoleh 98,61% sehingga layak digunakan. Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh nilai z hitung sebesar -2,670 dan probabilitas (p) 0,004 (uji dua sisi). Hasil z hitung diperoleh minus (-) dan probabilitas (p) lebih kecil dari α = 0,005, maka H 1 diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan secara signifikan kemampuan bahasa Inggris antara sebelum dan sesudah intervensi pada peserta didik kelas V. Metode mencatat yang baik harus membantu dalam mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi dan memberikan wawasan baru. Mind map yang dikembangkan oleh Tony Buzan Kepala Brain Foundation memungkinkan terjadinya semua hal itu (Bobbi DePorter, 2010:225). Para ahli pernah menyangka bahwa otak otak memproses dan menyimpan informasi secara linear, seperti metode mencatat tradisional. Menurut Bobbi DePorter (2010:225) bahwa para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa otak mengambil informasi melalui gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan kemudian memisah-misahkannya kedalam bentuk linear misalnya pidato atau karya tulis. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukannya dalam bentuk gambar warna-warni, symbol, bunyi dan perasaan (Damasio dalam Bobbi DePorter, 2010:225). commit to user 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Mind map menirukan proses berpikir ini, yakni memungkinkan untuk berpindah-pindah topik. Dengan mind map dapat merekam informasi melalui simbol, gambar dan warna persis seperti cara otak memprosesnya. Oleh karena mind map melibatkan kedua belah otak sehingga dapat mengingat informasi dengan lebih mudah. Para jenius seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, Charles Darwin, Sir Isaac Newton, Albert Einstein, Sir Winston Churchill, Pablo Picasso, William Blake, Thomas Edison, Galileo, Thomas Jefferson, Richard Feynman, Marie Curie, Martha Graham dan Ted Hughes menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan mengingat pikiran mereka adalah karena otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna (Tony Buzan, 2007:7). Berdasarkan survey pada alumni dari Eastern University, menunjukkan bahwa pengguna mind map pada business environment mencapai 87%, government environment 76%, education environment 98% (Joanne M. Tucker dkk, 2010:11). Penelitian tentang mind map juga pernah dilakukan Alfi Sapitri (2010) tentang penerapan strategi belajar mind map sebagai suatu strategi belajar Biologi. Hasil penelitian pada siklus I diperoleh persentase seluruh aktivitas sebesar 51,79% sedangkan di siklus II diperoleh persentase seluruh aktivitas sebesar 72,07% meningkat sebesar 20,28%. Respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan strategi belajar mind map sangat positif. Berdasarkan hasil uji penelitian secara statistik dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows dan secara teori yang telah dikembangkan oleh Tony Buzan maka berarti bahwa bimbingan belajar melalui teknik mind map efektif untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03. C. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dari nilai-nilai posttest semua peserta didik mengalami peningkatan, jika dilihat dari kriteria kesulitan belajar menurut Mulyadi (2010:10) bahwa secara statistik berdasarkan “distribusi commit to dapat user menguasai sekurang-kurangnya normal” seseorang dikatakan berhasil jika 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 60% dari tujuan yang harus dicapai. Hal ini berarti bahwa peserta didik kelas V telah berhasil karena nilai post-test berada di atas 6. Namun demikian, di SDN Gentan 03 mempunyai kriteria tersendiri atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk bahasa Inggris. KKM bahasa Inggris di SDN Gentan 03 ditetapkan 6.8, sedangkan nilai minimum hasil post-test dari keseluruhan pokok bahasan adalah 6,75 yang diperoleh dari salah satu peserta didik kelas V. Peneliti menyadari bahwa karakteristik peserta didik berbeda-beda, sehingga akan menimbulkan pola pikir serta kepribadian yang berbeda pula. Waktu belajar peserta didik untuk bisa memahami materi pun berbeda-beda, ada yang dengan cepat, sedang, lambat bahkan sangat lambat. Selain itu waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas sehingga memungkinkan peserta didik masih perlu banyak waktu lagi untuk diberikan bimbingan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti pada saat pelaksanaan intervensi bahwa peserta didik yang diketahui belum dapat mencapai tingkat KKM tersebut memang terlihat pendiam dan pemalu. Setelah diselidiki lebih lanjut dari hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris bahwa peserta didik tersebut memang cenderung pemalu, tidak mau bertanya apabila tidak paham, keingintahuannya cukup rendah, cenderung pendiam sehingga cukup pasif dibandingkan dengan yang lainnya, selain itu ia juga cengeng, ketika ada suatu hal yang tidak ia suka atau ada masalah sedikit saja dia mudah menangis. Peneliti pada saat memberikan intervensi juga melihat bahwa ketika pada bagian peserta didik tersebut, ia cenderung tidak mau kalau tugasnya dilihat orang lain termasuk peneliti. Dari beberapa hal di atas ada kemungkinan bahwa hal tersebut yang menjadi penyebab peserta didik tersebut masih mengalami kesulitan mempelajari bahasa Inggris jika dilihat dari KKM yang telah ditentukan di SDN Gentan 03. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Simpulan hasil penelitian tentang keefektifan bimbingan belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris kelas V Sekolah Dasar diuraikan sebagai berikut: 1. Berdasarkan penilaian ahli, modul yang dikembangkan mendapat kelayakan dengan prosentase rata-rata sebesar 92%, dari penilaian praktisi diperoleh 91% kemudian dalam uji coba terbatas diperoleh 75%, sedangkan untuk hasil evaluasi tanggapan akhir penelitian diperoleh 98,61%. 2. Berdasarkan uji Wilcoxon yang mendasarkan pada rangking positif = 5, diperoleh nilai z hitung sebesar -2,670 dan probabilitas (p) 0,004 (uji dua sisi). Tanda negatif (-) menandakan mean skor post-test lebih besar daripada pre-test sehingga ada perbedan yang signifikan antara skor pretest dan post-test untuk test bahasa Inggris peserta didik kelas V SDN Gentan 03. Oleh karena z hitung diperoleh hasil minus (-) dan probabilitas (p) lebih kecil dari α = 0,005, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar melalui teknik mind map efektif untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada peserta didik kelas V SDN Gentan 03 tahun pelajaran 2011/2012. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Rekomendasi untuk peserta didik Peserta didik yang mengalami masalah dalam belajarnya yaitu kesulitan dalam belajar dapat diberikan layanan berupa bimbingan belajar to user melalui teknik mind map. commit Mind map dijadikan sebagai teknik belajar yang 67 68 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menarik bagi peserta didik karena dalam penerapannya menggunakan gambar, garis dan dengan tulisan yang berwarna-warni. Bagi peserta didik dapat menggunakan mind map di dalam pembelajaran sebagai salah satu keterampilan belajar yang efektif untuk mengatasi kesulitan belajar, dalam hal ini terutama pada pelajaran bahasa Inggris. 2. Rekomendasi untuk guru (pendidik) a. Guru bahasa Inggris dapat mencoba atau menggunakan teknik mind map dalam pengajaran kepada peserta didik sehingga diharapkan peserta didik dapat mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Teknik mind map dapat digunakan guru dalam mengenalkan kosakata (vocabulary) terhadap peserta didik, agar peserta didik mudah mengingatnya karena menggunakan gambar, garis dan warna. b. Dalam pelaksanaan teknik mind map, tidak terpaku pada mata pelajaran bahasa Inggris saja tetapi dapat juga diterapkan pada mata pelajaran yang lainnya seperti IPS, IPA, dan bahasa Indonesia. 3. Rekomendasi untuk para peneliti lain Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik mind map dalam mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris pada jenjang pendidikan yang lain seperti SMP/sederajat ataupun pada tingkat SMA/sederajat sehingga diperoleh subjek yang lebih banyak. Penggunaan waktu yang lebih lama untuk memberikan intervensi kepada para peserta didik sangat disarankan, terutama pada bagian pembuatan mind map. Hal ini dimaksudkan agar hasil intervensi lebih dirasakan manfaatnya bagi para peserta didik. commit to user