PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS X1 PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DI SMA NEGERI 1 LOHIA Oleh: Asmal Tifa Guru SMA Negeri 1 Lohia e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Lohia pada materi pokok struktur atom melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia pada siswa kelas X1 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah siswa 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan nilai rata-rata 76. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif NHT, Aktivitas belajar, Hasil belajar melakukan aktivitas sendiri siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Yamin, 2007: 75). Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Saat pembelajaran belangsung siswa mampu memberikan umpan balik terhadap guru. Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa akan menjadikan pembelajaran yang efektif sehingga guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, tetapi ada yang paling penting adalah kemampuan guru yang mengajar dan membimbing siswa. Dimana salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Menurut Nasution (1999: 61), hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan instruksional umum yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik. Hasil belajar ini menayatakan apa yang akan dapat dilakukan atau dikuasai oleh siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri 1 Lohia pada pelajaran kimia di kelas X1 diperoleh ketuntasan belajar hanya mencapai 63,63% atau hanya 14 dari 22 siswa yang mempunyai nilai memenuhi Kriteria PENDAHULUAN Pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan, antara lain dalam bentuk seminar pendidikan, pemantapan kinerja guru, pemantapan materi-materi pelajaran serta model pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, termasuk mata pelajaran kimia. Dengan berbagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat sekolah yang berperan adalah guru. Oleh karena itu guru merupakan sebagai pemegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam menjalankan proses pembelajaran yang optimal melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan berbagai karakteristik siswa atau kemampuan berpikir siswa dengan harapan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya siswa memiliki integritas tinggi dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menciptakan hasil belajar yang berkompeten sesuai dengan bidang ilmu yang diminati. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari nilai hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan indikator kualitas proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, cara guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas (Rusyan, 1994: 25). Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau [61] Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya siswa kelas X1 sebagian besar masih cenderung pasif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan proses kegiatan pembelajaran, siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan, gagasan ataupun menanggapi pertanyaan serta memberikan respon dalam proses pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya sangat kurang. Tidak ada pola kooperatif (kerjasama) antar siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran meningkatkan kualitas pembelajaran,hasil belajar kimia di SMA Negeri 1 Lohia. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar dan membangkitkan semangat siswa mempelajari kimia adalah dengan melibatkan siswa berperan aktif dalam pemecahan masalah selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pemecahan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar dimana tiap kelompok kecil terdiri dari 3 – 5 orang siswa. Langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir bersama dan menjawab. Menurut Ibrahim (2000: 28) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan penekanan pada pemberian struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Model pembelajaran NHT dikembangkan pertama kalinya oleh Kagan (1993), dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan struktur atom merupakan suatu model yang diharapkan dapat memberi peran yang aktif dan motivasi kepada siswa agar mereka mempelajari dengan sungguh-sungguh materi yang diajarkan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran NHT melalui tindakantindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X1 pada materi pokok struktur atom di SMA Negeri 1 Lohia. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia kelas X1 pada semester ganjil 2013/2014. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X1 berjumlah 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Menurut Aqib Zainal (2006) tahapan-tahapan dalam rancangan penelitian ini mengikuti rancangan penelitian tindakan kelas pada umumnya yang memuat perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Skema dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut: (Ismail, 2002) Gambar 1. Skema Penelitian Tindakan Kelas Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus dapat diimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan langkahlangkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir bersama dan menjawab. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari tes dan observasi. Tes siklus dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan deskripsi statistik yaitu: a. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa (RHBS), digunakan rumus: b. Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar secara klasikal, digunakan rumus : [62] c. kurangnya kemampuan guru dalam mengatur proses pembelajaran baik dalam kelas maupun di luar kelas. Apalagi untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, maka peran guru dalam mengelola kelas sangat dibutuhkan. Penilaian aktivitas guru, dilakukan oleh dua guru sejawat untuk mendapatkan hasil yang valid. Data hasil penilaian aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan telah menunjukkan kategori baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru sangat menguasai materi pokok struktur atom. Setelah melihat observasi aktivitas guru juga dapat melihat aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar. Kriteria aktivitas mengajar guru (KAMG) dengan rumus: d. Kriteria aktivitas belajar siswa (KABS) dengan rumus: x 100 (Sudjana, 2002: 67) Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 90 ≤ ≤100 : Kategori sangat baik 70 ≤ ≤89 : Kategori baik 60 ≤ ≤69 : Kategori cukup baik < 59 : Kategori kurang baik (Ibrahim Muslim dkk, 2000). Berdasarkan data aktivitas siswa secara keseluruhan telah menunjukkan penampilan cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa sangat senang dengan materi pokok struktur atom. Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Hasil belajar siswa pada siklus I No. Subjek Nilai Ket. 1 RDL 72 ST 2 SB 58 BT 3 AS 73 ST 4 IH 61 BT 5 FV 77 ST 6 MY 57 BT 7 RN 73 ST 8 ZS 74 ST 9 WY 59 BT 10 TT 74 ST 11 FA 52 BT 12 FT 55 BT 13 RW 62 BT 14 MR 63 BT 15 ROS 70 ST 16 ROY 70 ST 17 POI 61 BT 18 PIA 70 ST 19 BM 60 BT 20 CU 73 ST 21 BO 60 BT 22 DP 62 BT Jumlah 1413 Rata-Rata 64 Nilai Tertinggi 77 Nilai Terendah 52 Jumlah ST 10 Jumlah BT 12 ST% 46% BT% 54% Indikator ketuntasan penelitian telah berhasil apabila terjadi peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal hingga mencapai nilai KKM adalah 70. HASIL PENELITIAN Tindakan Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus I, hal yang dilakukan pertama kali oleh peneliti yaitu menentukan jadwal pelaksanaan siklus I, menyiapkan perangkat (RPP) rencana pelaksanaan pembelajaran, lembaran observasi aktivitas siswa, guru, dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b. Tahap Pelaksanaan dan Observasi Tahapan ini, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun diimplementasikan pada tahap pelaksanaan. Dalam siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang direncanakan dan difokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia pada materi pokok struktur kimia. Pelaksanaan pembelajaran pada akhir siklus I proses belajar mengajar siswa diberi tes dengan harapan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Selain hasil belajar siswa, dilakukan pula penilaian terhadap aktivitas guru. Sebab dalam proses pembelajaran terkadang kegagalan suatu pembelajaran tidak hanya diakibatkan oleh kemampuan siswa namun dapat pula disebabkan oleh [63] Hasil siklus I setelah menerapkan model pembelajaran tipe NHT diperoleh nilai rata-rata belajar siswa adalah 64 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 46%. Nilai yang diperoleh jika interprestasikan masuk dalam kategori kurang baik. Walaupun jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak dari yang tidak tuntas, namun hasil tersebut belum mencapai persentase ketuntasan yang dikehendaki peneliti/guru dalam PTK ini yaitu sebesar ≥ 70%. Sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. c. lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Setelah melihat observasi aktivitas guru juga dapat melihat observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar siklus II dapat diamati pada aspekaspek kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh siswa dengan menerapkan metode pembelajaran tipe NHT mendapatkan penilaian ketegori sangat baik, hal ini ditunjukkan bahwa siswa telah meningkat dalam kegiatan belajar pembelajaran. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam menerapkan model pembelajaran NHT diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Refleksi Berdasarkan pengamatan dari dua kolaborator, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih terdapat kekurangan terhadap aktivitas siswa dan guru kimia, yang perlu diperbaiki diantaranya: 1) Guru memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi hasil presentase suatu kelompok lain. 2) Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok tentang materi yang sedang dipelajari. 3) Guru harus menyuruh siswa dalam tiap kelompok untuk mengumpulkan tugas atau latihan. Tabel 6. Hasil belajar siswa pada siklus II No. Subjek Nilai Ket. 1 RDL 88 ST 2 SB 74 ST 3 AS 87 ST 4 IH 76 ST 5 FV 86 ST 6 MY 71 ST 7 RN 81 ST 8 ZS 77 ST 9 WY 69 ST 10 TT 78 ST 11 FA 56 BT 12 FT 59 BT 13 RW 78 ST 14 MR 77 ST 15 ROS 80 ST 16 ROY 81 ST 17 POI 70 ST 18 PIA 80 ST 19 BM 72 ST 20 CU 83 ST 21 BO 62 BT 22 DP 75 ST Jumlah 1660 Rata-Rata 75 Nilai Tertinggi 88 Nilai Terendah 56 Jumlah ST 19 Jumlah BT 3 ST% 86% BT% 14% Tindakan Siklus II a. Tahap perencanaan Berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II direncanakan perbaikan-perbaikan agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Perencanaan siklus diawali dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada siklus I, dan dilengkapi dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa. b. Tahap Pelaksanaan dan Observasi Pelaksanaan siklus II mengikut perencanaan yang telah dibuat yang mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu oleh seorang guru sebagai kolaborator. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes siklus II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan dan aktivitas guru. Hasil observasi aktivitas guru tampak diamati pada aspek-aspek kegiatan belajar mengajar siklus II yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatife tipe NHT mendapatkan penilaian yang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru telah mulai meningkatkan kinerjanya. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan model pembelajaran NHT diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan [64] Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa disiklus II dengan rencana pembelajaran terlihat bahwa rentang nilai yang diperoleh siswa sebesar dengan rata-rata 75. Berdasarkan analisis data hasil penilaian hasil belajar pada siklus II nampak bahwa siswa yang tuntas sebanyak 19 orang siswa atau 86% dan yang tidak tuntas sebanyak 3 orang siswa atau 14%, ini berarti indikator keberhasilan siklus II telah tercapai. guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) dapat dilihat pada gambar grafik berikut: c. Refleksi Berdasarkan hasil observasi siklus II, hasil belajar siswa untuk ulangan harian data-data yang diperoleh dari pengamatan pada siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II diatas indikator keberhasilan yang ditetapkan. Penelitian ini dikatakan berhasil karena ketuntasan klasikal memenuhi nilai 86% diatas indikator yang ditetapkan. Gambar 2. Nilai rata-rata dan Hasil belajar siklus I dan siklus II Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 46% dengan nilai rata-rata 64. Hal ini menunjukkan dari 22 siswa yang mengikuti pelajaran kimia materi struktur atom, terdapat 10 siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sedangkan nilai 12 siswa belum memenuhi KKM. Hasil pencapaian yang diperoleh belum memenuhi target pada penelitian ini yaitu 54%, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Tindakan siklus II diperoleh nilai ketuntasan secara klasikal 86% dengan nilai rata-rata kelas 75 dengan kategori baik. Nilai ini menunjukkan 22 siswa yang mengikuti pelajaran terdapat 19 siswa memiliki nilai di atas KKM. Meningkatnya nilai siswa sejalan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Banyak siswa telah menyukai materi yang telah diajarkan dan telah aktif dalam menerima materi secara langsung bahkan termotivasi dengan siswa lainnya. Adanya kompetensi antarsiswa mengakibatkan siswa makin termotivasi untuk tampil lebih baik dari temannya pada kelompok lain. Aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah - langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam hasil pembelajaran, menjelaskan, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan materi struktur atom dengan baik. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dari dua pengamat yang melakukan penilaian terhadap PEMBAHASAN Problematika yang dihadapi oleh guru kimia di SMA Negeri 1 Lohia adalah intelegensi siswa dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran yang berbeda, ada yang berani dan adapula yang merasa takut, dan sebagainya. Maka hal ini menjadi tantangan bagi guru kimia untuk terus menemukan bibit baru. Untuk itu setiap masalah yang didapatkan perlu dilakukan suatu inovasi untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Salah satu inovasi yang dilakukan guru kimia adalah melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan penekanan pada pemberian struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual (Ibrahim, 2000). Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat meningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkat hasil belajar siswa terhadap materi yang disampaikan [65] DAFTAR PUSTAKA aktivitas guru, terjadi peningkatan aktivitas dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh aktivitas guru sebesar 75% (kategori baik) pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 83% (kategori baik). Keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa selain karena model pembelajaran yang tepat, di dukung pula oleh kemampuan guru yang telah berpengalaman dalam melatih siswa dan menguasai materi. Aktivitas belajar siswa merupakan langkahlangkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dari pengamat yang melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa, terjadi peningkatan aktivitas dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh aktivitas siswa sebesar 67% (kategori cukup baik) pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 92% (kategori sangat baik). Keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar tergantung model pembelajaran yang tepat, di dukung pula oleh intelegensi siswa yang telah berpengalaman dalam menerima materi. Aqib Zainal. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Yrama Widya. Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. University Press. Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas. Kagan. 1993. Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together. [Online]. Tersedia: http://Alt.Red/clnerwork/numbered. htm. [5 desember 2010]. Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, cet-ke-3. Rusyan, Tabrani. 1994. Pendekatan dalam Proses BelajarMengajar. Bandung. Remaja Jaya. Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses belajar Mangajar.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar – Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari dua siklus yang dilakukan pada pembelajaran disimpulkan hasil observasi aktivitas siswa setiap siklus cenderung meningkat dari kategori cukup menjadi kategori baik, setelah melakukan tindakan model pembelajaran kooperatif NHT melalui siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru ada perubahan sehingga terjadi proses belajar lebih efektif. Dengan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur atom pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan nilai rata-rata 75. [66]