Oleh:

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
(NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS X1 PADA
MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DI SMA NEGERI 1 LOHIA
Oleh:
Asmal Tifa
Guru SMA Negeri 1 Lohia
e-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X1 SMA
Negeri 1 Lohia pada materi pokok struktur atom melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia pada siswa kelas X1 tahun pelajaran 2013/2014 yang
berjumlah siswa 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Hasil
observasi aktivitas siswa siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I
diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian meningkat
pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan nilai rata-rata 76.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif NHT, Aktivitas belajar, Hasil belajar
melakukan aktivitas sendiri siswa. Proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
(Yamin, 2007: 75). Aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar
(Sardiman, 2006: 96). Saat pembelajaran belangsung siswa
mampu memberikan umpan balik terhadap guru. Sardiman
(2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan
belajar keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2009:
179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa akan menjadikan
pembelajaran yang efektif sehingga guru tidak hanya
menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun,
guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran siswa tidak hanya ditentukan
oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, tetapi
ada yang paling penting adalah kemampuan guru yang
mengajar dan membimbing siswa. Dimana salah satu faktor
yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam
mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Menurut
Nasution (1999: 61), hasil belajar siswa dirumuskan
sebagai tujuan instruksional umum yang dinyatakan dalam
bentuk yang lebih spesifik. Hasil belajar ini menayatakan
apa yang akan dapat dilakukan atau dikuasai oleh siswa
dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri
1 Lohia pada pelajaran kimia di kelas X1 diperoleh
ketuntasan belajar hanya mencapai 63,63% atau hanya 14
dari 22 siswa yang mempunyai nilai memenuhi Kriteria
PENDAHULUAN
Pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu
atau kualitas pendidikan, antara lain dalam bentuk
seminar pendidikan, pemantapan kinerja guru,
pemantapan materi-materi pelajaran serta model
pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, termasuk
mata pelajaran kimia. Dengan berbagai upaya
meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat sekolah yang
berperan adalah guru. Oleh karena itu guru merupakan
sebagai pemegang peranan penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan dalam menjalankan proses pembelajaran
yang optimal melalui pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan berbagai karakteristik siswa atau
kemampuan berpikir siswa dengan harapan mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik.
Salah satu tujuan pembelajaran siswa dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya siswa
memiliki integritas tinggi dalam mengembangkan potensi
yang mereka miliki untuk menciptakan hasil belajar yang
berkompeten sesuai dengan bidang ilmu yang diminati.
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran dapat dilihat dari nilai hasil belajar. Hasil
belajar siswa merupakan indikator kualitas proses
pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang
berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa,
media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran, cara guru memotivasi
siswa agar belajar dengan baik serta strategi dan model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas
(Rusyan, 1994: 25).
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
[61]
Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70. Penyebab rendahnya
hasil belajar siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya siswa kelas X1 sebagian besar masih
cenderung pasif dalam mengikuti proses kegiatan
pembelajaran. Selama kegiatan proses kegiatan
pembelajaran, siswa jarang sekali mengajukan
pertanyaan, gagasan ataupun menanggapi pertanyaan
serta memberikan respon dalam proses pembelajaran.
Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa
dan siswa dengan lingkungannya sangat kurang. Tidak
ada pola kooperatif (kerjasama) antar siswa dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilaksanakan
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran
meningkatkan kualitas pembelajaran,hasil belajar kimia
di SMA Negeri 1 Lohia. Salah satu cara untuk
meningkatkan hasil belajar dan membangkitkan semangat
siswa mempelajari kimia adalah dengan melibatkan siswa
berperan aktif dalam pemecahan masalah selama proses
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pemecahan
masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
belajar dimana tiap kelompok kecil terdiri dari 3 – 5
orang siswa. Langkah-langkah model pembelajaran NHT
adalah penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir
bersama dan menjawab.
Menurut Ibrahim (2000: 28) bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu
model pembelajaran yang memberikan penekanan pada
pemberian struktur yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan lebih dirincikan oleh
penghargaan kooperatif dari pada penghargaan
individual. Model pembelajaran NHT dikembangkan
pertama kalinya oleh Kagan (1993), dengan melibatkan
para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
mengenai isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan
struktur atom merupakan suatu model yang diharapkan
dapat memberi peran yang aktif dan motivasi kepada
siswa agar mereka mempelajari dengan sungguh-sungguh
materi yang diajarkan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan
maka dilakukan
penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan model pembelajaran NHT melalui tindakantindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang
sebelum melakukan tindakan tersebut. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa
kelas X1 pada materi pokok struktur atom di SMA Negeri
1 Lohia.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Lohia kelas X1 pada semester ganjil 2013/2014. Penelitian
dilakukan pada siswa kelas X1 berjumlah 22 siswa yang
terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Menurut Aqib Zainal (2006) tahapan-tahapan dalam
rancangan penelitian ini mengikuti rancangan penelitian
tindakan kelas pada umumnya yang memuat perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting). Skema dari penelitian tindakan
kelas sebagai berikut:
(Ismail, 2002)
Gambar 1. Skema Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
dua siklus. Setiap siklus dapat diimplementasikan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan langkahlangkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir
bersama dan menjawab.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan
kelas (PTK) ini terdiri dari tes dan observasi. Tes siklus
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
siswa. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru
selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa tes pada setiap akhir siklus.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan deskripsi
statistik yaitu:
a. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa (RHBS),
digunakan rumus:
b. Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar secara
klasikal, digunakan rumus :
[62]
c.
kurangnya kemampuan guru dalam mengatur proses
pembelajaran baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Apalagi untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak,
maka peran guru dalam mengelola kelas sangat
dibutuhkan. Penilaian aktivitas guru, dilakukan oleh dua
guru sejawat untuk mendapatkan hasil yang valid. Data
hasil penilaian aktivitas guru selama kegiatan belajar
mengajar secara keseluruhan telah menunjukkan
kategori baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru sangat
menguasai materi pokok struktur atom. Setelah melihat
observasi aktivitas guru juga dapat melihat aktivitas
siswa selama kegiatan belajar mengajar.
Kriteria aktivitas mengajar guru (KAMG) dengan
rumus:
d. Kriteria aktivitas belajar siswa (KABS) dengan rumus:
x 100
(Sudjana, 2002: 67)
Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap
suatu materi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
90 ≤
≤100
: Kategori sangat baik
70 ≤
≤89
: Kategori baik
60 ≤
≤69
: Kategori cukup baik
< 59
: Kategori kurang baik
(Ibrahim Muslim dkk, 2000).
Berdasarkan data aktivitas siswa secara keseluruhan
telah menunjukkan penampilan cukup baik. Hal ini dapat
dilihat bahwa siswa sangat senang dengan materi pokok
struktur atom. Setelah dilakukan kegiatan observasi
guru,dan siswa juga dapat melihat hasil belajar siswa
melalui tes siklus. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3. Hasil belajar siswa pada siklus I
No.
Subjek
Nilai
Ket.
1
RDL
72
ST
2
SB
58
BT
3
AS
73
ST
4
IH
61
BT
5
FV
77
ST
6
MY
57
BT
7
RN
73
ST
8
ZS
74
ST
9
WY
59
BT
10
TT
74
ST
11
FA
52
BT
12
FT
55
BT
13
RW
62
BT
14
MR
63
BT
15
ROS
70
ST
16
ROY
70
ST
17
POI
61
BT
18
PIA
70
ST
19
BM
60
BT
20
CU
73
ST
21
BO
60
BT
22
DP
62
BT
Jumlah
1413
Rata-Rata
64
Nilai Tertinggi
77
Nilai Terendah
52
Jumlah ST
10
Jumlah BT
12
ST%
46%
BT%
54%
Indikator ketuntasan penelitian telah berhasil
apabila terjadi peningkatan ketuntasan belajar
secara klasikal hingga mencapai nilai KKM adalah
70.
HASIL PENELITIAN
Tindakan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I, hal yang
dilakukan pertama kali oleh peneliti yaitu
menentukan jadwal pelaksanaan siklus I,
menyiapkan
perangkat
(RPP)
rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembaran observasi
aktivitas siswa, guru, dan hasil belajar siswa
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
b. Tahap Pelaksanaan dan Observasi
Tahapan ini, peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
diimplementasikan pada tahap pelaksanaan. Dalam
siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
direncanakan dan difokuskan pada penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia pada
materi pokok struktur kimia. Pelaksanaan
pembelajaran pada akhir siklus I proses belajar
mengajar siswa diberi tes dengan harapan untuk
mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan.
Selain hasil belajar siswa, dilakukan pula
penilaian terhadap aktivitas guru. Sebab dalam proses
pembelajaran
terkadang
kegagalan
suatu
pembelajaran tidak hanya diakibatkan oleh
kemampuan siswa namun dapat pula disebabkan oleh
[63]
Hasil siklus I setelah menerapkan model
pembelajaran tipe NHT diperoleh nilai rata-rata belajar siswa
adalah 64 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai
46%. Nilai yang diperoleh jika interprestasikan masuk dalam
kategori kurang baik. Walaupun jumlah siswa yang tuntas
belajar lebih banyak dari yang tidak tuntas, namun hasil
tersebut belum mencapai persentase ketuntasan yang
dikehendaki peneliti/guru dalam PTK ini yaitu sebesar ≥
70%. Sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II.
c.
lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Setelah melihat observasi aktivitas guru juga dapat
melihat observasi aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar siklus II dapat diamati pada aspekaspek kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh
siswa dengan menerapkan metode pembelajaran tipe
NHT mendapatkan penilaian ketegori sangat baik, hal
ini ditunjukkan bahwa siswa telah meningkat dalam
kegiatan belajar pembelajaran. Dengan penyempurnaan
aspek-aspek
di atas dalam menerapkan model
pembelajaran NHT diharapkan
siswa dapat
menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan
mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa
juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus.
Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dari dua kolaborator, dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih terdapat
kekurangan terhadap aktivitas siswa dan guru kimia, yang
perlu diperbaiki diantaranya:
1) Guru memberikan kesempatan kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentase suatu kelompok lain.
2) Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok
tentang materi yang sedang dipelajari.
3) Guru harus menyuruh siswa dalam tiap kelompok untuk
mengumpulkan tugas atau latihan.
Tabel 6. Hasil belajar siswa pada siklus II
No.
Subjek
Nilai
Ket.
1
RDL
88
ST
2
SB
74
ST
3
AS
87
ST
4
IH
76
ST
5
FV
86
ST
6
MY
71
ST
7
RN
81
ST
8
ZS
77
ST
9
WY
69
ST
10
TT
78
ST
11
FA
56
BT
12
FT
59
BT
13
RW
78
ST
14
MR
77
ST
15
ROS
80
ST
16
ROY
81
ST
17
POI
70
ST
18
PIA
80
ST
19
BM
72
ST
20
CU
83
ST
21
BO
62
BT
22
DP
75
ST
Jumlah
1660
Rata-Rata
75
Nilai Tertinggi
88
Nilai Terendah
56
Jumlah ST
19
Jumlah BT
3
ST%
86%
BT%
14%
Tindakan Siklus II
a. Tahap perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II
direncanakan perbaikan-perbaikan agar hasil belajar
siswa dapat meningkat. Perencanaan siklus diawali
dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
yang didasarkan pada siklus I, dan dilengkapi dengan
lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
b. Tahap Pelaksanaan dan Observasi
Pelaksanaan siklus II mengikut perencanaan
yang telah dibuat yang mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu
oleh seorang guru sebagai kolaborator.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
tes siklus II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan dan aktivitas guru. Hasil observasi
aktivitas guru tampak diamati pada aspek-aspek
kegiatan belajar mengajar siklus II yang dilaksanakan
oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatife tipe NHT mendapatkan penilaian yang
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru telah mulai
meningkatkan kinerjanya. Dengan penyempurnaan
aspek-aspek
di atas dalam penerapan model
pembelajaran NHT diharapkan
siswa dapat
menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan
mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
[64]
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa disiklus II dengan rencana pembelajaran
terlihat bahwa rentang nilai yang diperoleh siswa sebesar
dengan rata-rata 75. Berdasarkan analisis data hasil
penilaian hasil belajar pada siklus II nampak bahwa
siswa yang tuntas sebanyak 19 orang siswa atau 86% dan
yang tidak tuntas sebanyak 3 orang siswa atau 14%, ini
berarti indikator keberhasilan siklus II telah tercapai.
guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan
II) dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
c.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus II, hasil
belajar siswa untuk ulangan harian data-data yang
diperoleh dari pengamatan pada siklus II
menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan
siswa dan hasil belajar dalam proses
pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II
sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II diatas
indikator keberhasilan yang ditetapkan. Penelitian
ini dikatakan berhasil karena ketuntasan klasikal
memenuhi nilai 86% diatas indikator yang
ditetapkan.
Gambar 2. Nilai rata-rata dan Hasil belajar siklus I dan
siklus II
Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 46% dengan nilai rata-rata 64.
Hal ini menunjukkan dari 22 siswa yang mengikuti
pelajaran kimia materi struktur atom, terdapat 10
siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sedangkan
nilai 12 siswa belum memenuhi KKM. Hasil
pencapaian yang diperoleh belum memenuhi target
pada penelitian ini yaitu 54%, sehingga penelitian
dilanjutkan pada siklus II. Tindakan siklus II
diperoleh nilai ketuntasan secara klasikal 86%
dengan nilai rata-rata kelas 75 dengan kategori baik.
Nilai ini menunjukkan 22 siswa yang mengikuti
pelajaran terdapat 19 siswa memiliki nilai di atas
KKM. Meningkatnya nilai siswa sejalan dengan
meningkatnya hasil belajar siswa. Banyak siswa
telah menyukai materi yang telah diajarkan dan telah
aktif dalam menerima materi secara langsung bahkan
termotivasi dengan siswa lainnya. Adanya
kompetensi antarsiswa mengakibatkan siswa makin
termotivasi untuk tampil lebih baik dari temannya
pada kelompok lain.
Aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah - langkah
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terlaksana dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul
di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati
siswa dalam hasil pembelajaran, menjelaskan, dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan materi struktur atom dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dari
dua pengamat yang melakukan penilaian terhadap
PEMBAHASAN
Problematika yang dihadapi oleh guru kimia
di SMA Negeri 1 Lohia adalah intelegensi siswa
dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran
yang berbeda, ada yang berani dan adapula yang
merasa takut, dan sebagainya. Maka hal ini menjadi
tantangan bagi guru kimia untuk terus menemukan
bibit baru. Untuk itu setiap masalah yang
didapatkan perlu dilakukan suatu inovasi untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang ada.
Salah satu inovasi yang dilakukan guru kimia
adalah melakukan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberikan penekanan pada pemberian struktur
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan
kooperatif dari pada penghargaan individual
(Ibrahim, 2000).
Penelitian
Tindakan
Kelas
dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT, dapat meningkatan hasil belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin meningkat hasil
belajar siswa terhadap materi yang disampaikan
[65]
DAFTAR PUSTAKA
aktivitas guru, terjadi peningkatan aktivitas dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh
aktivitas guru sebesar 75% (kategori baik) pada
siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 83%
(kategori baik). Keberhasilan guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa selain karena
model pembelajaran yang tepat, di dukung pula
oleh kemampuan guru yang telah berpengalaman
dalam melatih siswa dan menguasai materi.
Aktivitas belajar siswa merupakan langkahlangkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dari
pengamat yang melakukan penilaian terhadap
aktivitas siswa, terjadi peningkatan aktivitas dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh
aktivitas siswa sebesar 67% (kategori cukup baik)
pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi
92% (kategori sangat baik). Keberhasilan siswa
dalam meningkatkan hasil belajar tergantung model
pembelajaran yang tepat, di dukung pula oleh
intelegensi siswa yang telah berpengalaman dalam
menerima materi.
Aqib Zainal. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT
Yrama Widya.
Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. University
Press.
Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta. Depdiknas.
Kagan. 1993. Cooperative Learning
Structure,
Numbered Heads Together.
[Online]. Tersedia:
http://Alt.Red/clnerwork/numbered. htm.
[5 desember 2010].
Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta:
Bumi Aksara, cet-ke-3.
Rusyan, Tabrani. 1994. Pendekatan dalam Proses BelajarMengajar. Bandung. Remaja Jaya.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses belajar
Mangajar.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar –
Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Oemar Hamalik. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dari dua siklus yang dilakukan pada pembelajaran
disimpulkan hasil observasi aktivitas siswa setiap
siklus cenderung meningkat dari kategori cukup
menjadi kategori baik, setelah melakukan tindakan
model pembelajaran kooperatif NHT melalui siklus
I dan siklus II menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan guru ada perubahan
sehingga terjadi proses belajar lebih efektif.
Dengan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi struktur atom pada siklus
I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian
meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan
belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan
nilai rata-rata 75.
[66]
Download