Summary Report Des 08, 2007 Publication Page Date Issues Headline Summary Direktur Kampanye Greenpeace Brasil, yang tergabung dalam jaringan CAN, Marcelo Fortudo mengatakan kombinasi dari kedua kepentingan kelompok Negara yang berbeda itu telah menyebabkan proses penyusunan strategi bersama mengantisipasi perubahan iklim menjadi terhambat. “Focus perundingan dimeja UNFCCC pun saat ini sudah bergeser tidak lagi pada upaya pengurangan emisi karbon dan penyelamatan hutan, tetapi lebih pada masalah uang yang terkait dengan perdagangan karbon,” ujarnya kemarin. Bisnis Indonesia 8 08 Des 07 Negara Maju incar kredit karbon murah Fokus Perundingan UNFCCC Bergeser Verolme melihat Australia sudah menunjukan sinyal yang positif melalui komitmen meratifikasi Protokol Kyoto. Jepang dan Kanada dalam forum UNFCCC terlihat berupaya melindungi AS. Pemerintah RI menyiapkan dua mekanisme pembiayaan kerusakan lingkungan, Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas R.M. Dewo Broto Joko P, mengatakan “Kedua channel itu adalahpembiayaan bilateral dan melalui trust fund yang dikelola Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia /ADB). Donor nanti bisa memilih, mau langsung atau melalui perantara.” Bisnis Indonesia 8 08 Des 07 Kedatangan Diederic dan 16 awak Rainbow Warrior lainnya di Bali Menunggu Keajaiban dari Rainbow Warior ”I’m a see man,” ujar Diederick seraya tertawa, saat ditanya profesi dan pekerjaan utamanya. Dia telah bergabung denga Greenpeace dalam 12 tahun terakhir. Kedatangan Diederick dan 16 awak RainBow Warrior lainnya di Bali berhubungan erat denga berlangsungnya Konferensi Para Pihak ke-13 dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB tantang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang berlangsung hingga 14 Desember mendatang. Beragam spanduk berisi slogan untuk menyelamatkan bumi, terutama laut dan beragan biotanya, mewarnai 24 kapal nelayan yang mengelilingi RainBow Warrior dalam perjalanannya menuju pelabuhan. Kehadiran RainBow Warrior kemarin memang bukan untuk pertama kalinya ke Indonesia. Kapal tersebut telah tujuh kali berlayar di perairan Indonesia, yaitu pada 1985, 1997, 2002, 2004, 2005, 2006, dan 2007. Wawancara dengan Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar Bagaimana Anda menilai jalannya sidang COP-13 sejauh ini? Kalau saya nilai, sejauh ini perkembangannya cukup positif. Sekarang saya sedang ngomong disini. Diruang lain, para delegasi masih terus bernegosiasi. Kalau ada perundingan yang macet, tentu presiden COP (Conferece on Parties) harus langsung kesana. Bisnis Indonesia Media Indonesia 8 7 08 Des 07 Sejauh ini COP13 cukup positif 08 Des 07 Bali sebagai titik awal proses persetujuan akan adaptasi praktis Negara Berkembang Tinggal Tunggu Tanggal Mainnya Berharap Bali Lahirkan Hal Besar Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer kemarin mengatakan pada pekan pertama COP-13 harus sudah menyelesaikan sejumlah draf kongkret untuk dibawa kepertemuan tingkat menteri. Anda yakintarget ini dapat tercapai? Ya. Memang target kita pada pekan pertama adalah merampungkan proposal konkret mengenai mekanisme dana adaptasi dan tranfer teknologi. Sekarang mereka masih bekerja keras. Saya akan menerima laporan tersebut pada hari sabtu pukul 15:00. Kalau sebelum itu ada kendala tentu saya harus turun tangan. Negara-negara seperti negara asal saya (Belanda) sudah mampu membayar untuk keluar dari masalah. Tetapi masih banyak negara-negara lain yang tidak mampu mambayar,” ucap Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer barkali-kali dalam berbagai kesempatan pidato. Boer mengharap Bali sebagai titik awal proses persetujuan akan aksi adaptasi praktis. Dari Bali, kerangka kerja dana adaptasi agar dapat memulai pendanaan proses-proses adaptasi nyata terwujud. Tak hanya itu, kerangka kerja sama teknologi dengan negara berkembang dan fase awal reduksi emisi dengan mencegah deforestasi di negara berkembang diharapkan terwujud. Mekanisme pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan atau REDD membelah suara kelompok organisasi masyarakat sipil. Kesan keterbelahan ini menguat dengan pernyataan Erna Witoelar, Duta Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Tujuan Pembangunan Milenium. Kompas The Jakarta Post 13 26 08 Des 07 8 Dec 07 Pendapat Masyarakat Sipil Terbelah Pergerakan/aksi LSM Lingkungan mengenai REDD Polemik REDD Menguat Aktivis Berteriak Untuk Proteksi Hutan, Keadilan Gender Erna Witoelar menyesalkan sikap keras sebagian organisasi nonpemerintah (NGO) terhadap REDD. ”Jangan menolak begitu saja dan marah-marah terus di luar. Saya ingin Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) menjadi bagian dari solusi,” tegas Erna, yang tampaknya gerah mendengar pernyataan Rachman dako dari Walhi kepada GubernurPapua Barnabas Suebu. Pada diskusi soal perubahan iklim di Bali yang sedang berlangsung sekarang ini, berbagai proposal yang diajukan oleh pemerintah berbagai negara didukung penuh oleh berbagai organisasi dan LSM yang berkaitan dengan pengurangan emisi dari penghindaran deforestasi, perdagangan karbon sampai pengumpulan dana untuk membantu program perlindungan hutan. Proposal terakhir yang diajukan oleh pemerintah ke forum adalah Reducing Emmision from Deforestration and Degradation (REDD) – dimana proposal tersebut tidak termasuk dalam Kyoto Protocol. Skema perlindungan hutan tersebut diharapkan dapat diluncurkan secara penuh setelah 2012. Aktivis dari Center for Organisation Reserach and Education mengungkapkan bahwa ada sekitar 25.000 orang terusir dari lahan tradisional mereka di India tahun lalu untuk ”melindungi” lingkungan. Anastasia menambahkan bahwa pendekatan berdasarkan pasar tidak efektif namun sangat merugikan. Managing Coordinator dari Global Forest Coalition – Simone Lovera mengkritisi pendekatan pasar neoliberal dengan menjadikan lingkungan hutan sebuah aset yang dapat diperjual belikan. Lovera menambahkan bahwa proyek tersebut hanya akan menguntungkan konsultan kehutanan dan perempuan menjadi pihak yang sangat dirugikan. REDD merupakan topik yang paling hangat dan sering dibicarakan dalam rapat Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai perubahan iklim. Indonesia merupakan salah satu kontributor karbon di dunia. Pemerintah provinsi Aceh, Papua Barat yang didukung oleh berbagai LSM internasional dan broker karbon telah sangat aktif mencari caya untuk melaksanakan REDD di wilayahnya masingmasing. Ketika fokus pengurangan deforestasi digaungkan di wilayah Aceh dan Papua, bencana terus berlangsung di Kalimantan dan Sumatra. Emisi karbon yang berasal dari Indonesia dihasilkan oleh kebakaran hutan, konversi hutan, industry penebangan kayu yang tidak bertanggung jawab dan aktifitas lain yang menghancurkan keberadaan hutan. Salah satu contohnya adalah penghancuran dan pembakaran lahan gambut yang dapat menghasilkan sekitar 3 kali lipat karbon dari hutan tropis biasa. The Jakarta Post 31 8 Dec 07 Diskusi tentang REDD REDD, Penyelamatan atau Aksi Nyata? Apabila Indonesia ingin serius dalam mengurangi emisi, issue mengenai deforestasi, degradasi hutan dan pembakaran hutan gambut harus ditanggulangi. Dalam memberikan kontribusi yang besar dalam mengurangi emisi, Indonesia harus lebih aktif dalam menyikapi tantangan yang sulit mengenai rehabilitasi, pemulihan hutan di daerah Sumatra dan Kalimatan, dan juga mencegah kebakaran hutan. Ini juga berarti pemerinah perlu menghentikan industry minyak kelapa sawit dan perkayuan. Tantangan yang luar biasa ini datang dengan biaya yang sangat tinggi. Proposal REDD harus dianalisa lebih teliti dan digabungkan kedalam konteks yang lebih luas mengenai deforestasi dan tidak memiliki fokus yang sempit seperti emisi karena deforestasi. Penyelesaian tentang masalah ketidaksetaraan dalam kepemilikan lahan, diskrimasi terhadap orang-orang dan petani asli daerah, korupsi dan keterlibatan militer dalam politik dan ekonomi, dan konsumsi berlebih di negara-negara berpenghasilan tinggi dan industrialisasi yang tidak terkontrol merupakan penyelesaian terhadap inti dari penyebab deforestasi. The Jakarta Post The Jakarta Post 26 31 8 Dec 07 Kompetisi antara negara maju dan berkembang dalam konteks perubahan iklim 8 Dec 07 Serba-serbi acara pararel Global Warming Summit Batasan Gas Rumah Kaca untuk (Negaranegara) Miskin Terlihat Tidak Akan Terjadi Dalam Diskusi di Bali Iklim luar dan dalam yang berbeda The Jakarta Post 25 8 Dec 07 Pergerakan/aksi LSM Lingkungan LSM sebagai grup lobi terbesar The Jakarta Post 25 8 Dec 07 Serba-serbi Global Warming Summit Seorang Penyanyi Mengirimkan Pesan Iklim Kemungkinan bagi negara-negara berkembang seperti Cina untuk memotong jumlah gas rumah kaca menjadi lebih kecil. Negosiasi dilaksanakan untuk menyepakati roadmap yang akan menggantikan Kyoto Protokol pada tahun 2009. Menurut De Boer – Kepala Skretariat UN untuk perubahan iklim, negosiasi berjalan dengan cukup baik. Namun, Negara-negara kaya sepertinya setuju bahwa saat ini cukup sulit untuk menuntut partisipasi Negaranegara berkembang untuk membatasi emisi. Banyak negara berkembang mengharapkan insentif seperti bantuan teknologi ramah lingkungan apabila mereka diharapkan untuk menurunkan produksi emisi mereka. Ada perbedaan atmosfer yang cukup nyata di dalam dan di luar ruang negosiasi di Climate Change Summit di Nusa Dua Bali. Ketika negosiasi antar negara berlangsung di dalam ruangan, sekitar 70 exhibitor berusaha menjual ide-ide untuk menyelamatkan planet bumi dari pemanasan global di lobi hotel. Berdasarkan daftar peserta dari UN Framework Convention on Climate Change, grup lobi terbesar adalah International Emssions Trading Association (IETA) yang anggotanya mencapai 7.5% dari total 4.483 peserta. Ke 336 anggota IETA berprofesikan pengacara, ahli keuangan, pedagang emisi, konsultan, dan ahli perdagangan emisi dari perusahaan-perusahaan seperti Shell. LSM dengan delegasi terbesar kedua adalah ICLEI – Local Governments for Sustainability dan yang ketiga adalah WWF. Franky Sihalatua – penyanyi Indonesia tampil dalam acara Civil Society Forum Friday, membawakan pesan peringatan perubahan iklim melalui lagunya. Indonesia dapat bernafas lega setelah laboran terbaru menempatkan Indonesia dalam daftar negara terbaik dalam usahanya mempromosikan permasalahan perubahan iklim. The Annual Climate Change Performance Index (CCPI) yang dikeluarkan oleh sebuah institusi riset berbasis di Jerman, Germanwatch and Climate Action Network (CAN) Europe – menempatkan Indonesia dalam peringkat 15 – jauh lebih baik dari tahun lalu – di peringkat ke 43. CCPI mengevaluasi 3 faktor antara lain trend emisi perkapita dari sektor energi, transportasi, perumahan, industri; tingkat emisi nasional dan peraturan untuk menyikapi perubahan iklim. CCPI belum cantumkan kadar emisi yang diakibatkan oleh penggunaan lahan dan kebakaran hutan. Indonesia menurut Wetlands International duduk di peringkat ke 3 – produser gas emisi terbesar setelah Amerika Serikat dan Cina – setelah kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra. The Jakarta Post 25 8 Dec 07 Indonesia dan perubahan iklim Republik Indonesia di Peringkat ke 15 Dalam Index Iklim The Jakarta Post 32 8 Dec 07 Serba-serbi Global Warming Summit Artis Memperingatkan Soal Pemanasan Pemasangan hidran kebakaran yang menggambarkan keluarnya kobaran api (seharusnya air) yang provokatif karya seni dari Awan Simatupang Pergerakan Sosial Bergabung Melawan Pemanasan Global Lebih dari 200 orang dari 4 benua berkumpur dalam sebuah forum bernama Kampung Solidaritas untuk planet yang dingin dimulai pada hari Jumat lalu di Kampong CSO di area Nusa Dua. Kegiatan tersebut berlangsung dari 7-10 Desember. Kampong telah menjadi tempat dimana banyak aktifis LSM, penduduk asli dan petani bertemu. Koalisi nasional di kampung solidaritas menulis sebuah position paper yang difokuskan pada hubungan antara ketidakadilan global dan diskusi iklim. Mereka juga melibatkan diskusi mengenai penghapusan hutan negara dan penanaman keluarga dan perkebunan kelapa sawit. Koalisi tersebut terdiri dari 14 LSM nasional seperti SPI, SNI, SP, Institute for Global Justice, Women Solidarity (SP) dan Walhi. The Jakarta Post 25 8 Dec 07 Pergerakan/aksi LSM Lingkungan The Jakarta Post 28 8 Dec 07 Kompetisi antara negara maju dan berkembang dalam konteks perubahan iklim Perbedaan antara diskusi UN mengenai perubahan iklim dan WTO: Inti permasalahannya ada pada masalah persaingan. Pemerintahpemerintah di WTO tidak setuju satu dengan yang lain karena mereka berusaha untuk mendapatkan competitive advantage mereka masing-masing. Dibandingkan dengan diskusi perubahan iklim, issue yang dihadapi cukup serupa – dimana Amerika menghadiapi defisit perdagangan yang cukup besar dibandingkan dengan Cina. Amerika tidak akan mau bertindak (mengurangi emisi) karena takut akan mengurangi competitive advantage dari perusahaan-perusahaan Amerika. Dunia Diharapkan Untuk Menempatkan Kerjasama Di Atas Persaingan Diskusi perubahan iklim berubah menjadi diskusi perdagangan: Negara-negara melalui mentri perdagangannya menggunakan isu perubahan iklim sebagai cara untuk mencari akses pasar dan competitive advantage. Uni Eropa dan Amerika Serikat datang dengan proposal untuk memperkenalkan teknologi mereka (untuk menyiasati perubahan iklim) kepada negara-negara berkembang. Salah satu kunci penting untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah kepercayaan dan kerjasama. Negara-negara maju harus membangun kepercayaan negara-negara berkembang dengan membuktikan bahwa mereka semua siap melangkah di barisan terdepan dan mengambil aksi radikal. Dengan demikian negaranegara berkembang akan melihat ini sebagai transaksi yang adil. Kompas Kompas 13 18 8 Dec 07 8 Dec 07 Perubahan iklim Emil Salim Merasa Tersinggung Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim merasa tersinggung dengan aksi Civil Society Forum, pemuda dari beberapa LSM yang meneriaki Emil sebagai antek negara asing. REDD Negara Maju Akan Terima REDD Menteri Kehutanan MS Kaban mengatakan bahwa negara maju penghasil emisi karbon diyakini akan menerima skema kompensasi perdagangan karbon yang digagas Indonesoa dalam program REDD. Kompas Kompas 12 38 8 Dec 07 Pasukan pengamanan Gelar Pasukan UNFCCC Gelar pasukan pengamanan dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali diikuti 999 personel. 8 Dec 07 Bahan pencemar Asap Rokok Sama Dengan Polusi Karbon Di tengah acara workshop mengenai dampak perubahan iklim terhadap kemiskinan dan lingkungan yang diprakarsai oleh Civil Society Forum, salah satu peserta tiba-tiba protes mengenai asap rokok yang disemburkan oleh peserta lain. Indonesia berada di posisi ke-15 dari 56 negara dalam Indeks Kinerja Perubahan Iklim yang dikeluarkan setiap tahun oleh German Watch dan Climate Action Network Eropa. Menurut Jan Burck dari German Watch dan Matthias Duwe dari Climate Action Network Eropa, ranking ini belum menunjukkan kinerja yang sudah baik dalam menangani perubahan iklim global, bahkan bagi Swedia sebagai negara dengan peringkat tertinggi. Kompas 35 8 Dec 07 Perubahan iklim RI Di Posisi Ke-15: Indeks Kinerja Perubahan Iklim Indeks ini merupakan penilaian dari tren emisi di suatu negara dengan orientasi utama pada sektor energi, transportasi, perubahan, dan industri (50 persen dari penilaian), tingkat emisi saat ini menurut data IPCC (30 persen), dan kebijakan di bidang iklim (20 persen). Sedangkan Malaysia berada pada peringlat 49, sedikit meningkat dari posisi tahun sebelumnya, peringkat 55. Kompas 36 8 Dec 07 Wakil organisasi dalam UNFCCC IETA Terbesar Organisasi nonpemerintah yang terbesar wakilnya dalam UNFCCC adalah Asosiasi Perdagangan Emisi (IETA), di mana mengirimkan 336 delegasi. Jumlah ini meliputi 7,5 persen dari keseluruhan peserta UNFCCC. Kompas 36 8 Dec 07 UNFCCC Kami Melakukan Konferensi UNFCCC bisa menjadi ajang untuk menunjukkan bakat kepemimpinan para peserta. Delegasi setiap negara dituntut bisa menetapkan penurunan emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 setidaknya sepertiga dari basis emisi tahun 1990. Tuntutan demokratisasi lingkungan dipastikan siap menguat. Konflik yang terjadi akibat tekanan negara maju atas negara pemilik hutan dan desakan negara berkembang terhadap negara industri penyebab utama pemanasan global seharusnya diselesaikan. Kompas 6 8 Dec 07 Konflik antara negara maju dan negara berkembang Hak Dasar atas Iklim Usulan OPEC memasukkan carbondioxide capture storage in geological formation (CSS) sebagai pembangunan bersih baru didukung oleh beberapa negara maju. CSS ini banyak ditentang oleh negara pemilik hutan seperti Indonesia, China, Brazil karena melalui penyuntikkan CO2 ke perut bumi, negara penghasil minyak memperoleh kredit karbon lebih besar. Sebagai anggota OPEC, Indonesia mengusulkan CSS melalui mekanisme transfer teknologi. Kompas Kompas 36 37 8 Dec 07 8 Dec 07 Eksploitasi alam Perubahan iklim Suara Korban di Luar Sidang Semakin Keras Cuaca Tak Lagi Mudah Ditebak Dalam Temu Rakyat se-Asia Pasifik di Sumber Klampok, Bali, pada 6-7 Desember 2007, peserta menyerukan keprihatinan mereka sebagai korban eksploitasi sumber daya alam. Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don Marut menyatakan bahwa forum ini menunjukkan skeptisme mereka terhadap persidangan yang hanya berbicara soal teknis dan perdagangan. Perubahan iklim menyebabkan sejuta pertanyaan bagi para petani karena musim hujan yang tiba-tiba berhenti. Menghadapi kondisi tersebut, petani kaya yang memiliki lahan luas langsung mengganti tanaman rusak. Namun, bagi sebagian yang pas-pasan cukup memperbaiki dengan memberikan pupuk dan obat dengan intensif. Kompas Koran Tempo 38 8 Dec 07 Hasil UNFCCC Indonesia akan Bersikap Lebih Keras: Hasil Diplomasi di UNFCCC Kurang Memuaskan B18 8 Dec 07 Perubahan iklim Emil Salim, Sang Begawan Koran Tempo B18 8 Dec 07 Kebutuhan bahan bakar nabati Agrofuel, Berkah Sekaligus Ancaman Koran Tempo B18 8 Dec 07 Fasilitas sepeda Genjot Sepeda Media Indonesia 6 8 Dec 07 Proposal CDM Baru 11 Proposal CDM RI Diakreditasi: Terhambat Teknologi dan Sosialisasi Indonesia sebagai tuan rumah UNFCCC dan salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia bersikap terlalu lunak terhadap negara-negara industri maju. Karena itu, delegasi Indonesia bertekad mengubah cara diplomasi dalam negoisasi. Salah satu bukti kurang optimalnya diplomasi delegasi Indonesia terungkap dalam pernyataan ketiga negara (Inggris, Australia, Jerman) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui REDD. Menurut Wahyudi Wardoyo dari Balitbang Departemen Kehutanan, posisi Indonesia sebagai pengusul program menjadi serba salah dalam forum UNFCCC. Emil Salim sebagai Ketua Delegasi Indonesia UNFCCC menunjukkan kehebatannya menerangkan posisi Indonesia dengan gamblang dan bahasa Inggris yang fasih. Saat ini kebutuhan bahan bakar nabati baru 0,1 persen dari total kebutuhan transportasi dunia. Angka ini akan berlipat 250 kali karena negara-negara maju secara progresif menaikkan pemakaian bahan bakar nabati. Akibatnya, perebutan lahan antara pertanian tradisional dan agrofuel terjadi. Hutan, sabana, gambut, dan lahan pertanian beralih menjadi lahan agrofuel. Sekitar 200 sepeda disediakan panitia dalam konferensi ini. Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kerja Sama Luar Negeri Liana Bratasida mengatakan sosialisasi proyek CDM belum merata. Saat ini Indonesia sudah mengajukan 24 proposal untuk program CDM, namun baru 11 yang diakreditasi. Program CDM ini membutuhkan waktu lama untuk bisa disetujui, bisa sampai 2,5 tahun. Selain penurunan emisi, kegiatan yang bisa dilakukan dalam CDM ialah penyerapan emisi (carbon sink) yang bisa dilakukan di sektor kehutanan. Media Indonesia 7 8 Dec 07 Perdagangan karbon Aktivis Gerak Lawan Tolak Neoliberalisme Republika 2 8 Dec 07 Insentif REDD Sikap Negara Maju Soal Insentif REDD tidak Jelas Republika Republika 2 4 8 Dec 07 8 Dec 07 UNFCCC KTT perubahan iklim Masyarakat Adat Merasa Tersisih Menungggu Keajaiban Dari Bali Lebih dari 100 orang aktivis Gerakan Rakyat Lawan Neokolonialisme-Imperialisme (Gerak Lawan) berunjuk rasa di parkiran Bali Tourism Board Development Busa Dua, Bali. Selain organisasi dalam negeri, hadir juga LSM asing seperti dari Jepang, Australia, Brazil, Kamboja, Hong Kong, India, Kolombia. Dalam orasinya, mereka menolak perdagangan karbon sebagai bentuk neokolonialisme baru. Komitmen negara-negara maju yang akan memberikan dana insentif untuk negara-negara berkembang masih dipertanyakan. Menurut Wahyudi Wardojo, Dirjen Litbang Departemen Kehutanan, ada tiga tahap implementasi REDD, (1) pengembangan kemampuan melaksanakan skema di negara-negara berkembang, (2) mulai 2008 hingga 2012 merupakan uji coba dari metodologi dan mekanisme, (3) implementasi penuh paska Protokol Kyoto. Masyarakat adat yang tergabung dalam Forum Internasional Masyarakat Adat tentang Perubahan Iklim (IFIPCC) merasa disisihkan dalam negosiasi kesepakatn internasional untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. IFIPICC kecewa karena sebelumnya dijanjikan bisa menyampaikan pandangan dalam COP 13 ini. Selama 10 hari, Indonesia menjadi tuan rumah KTT tentang Perubahan Iklim Dunia. Isu utama dunia adalah menyelamatkan dunia dari bahaya perubahan iklim akibat pemanasan global. Perkembangan baru dari KTT yang patut diacungi jempol ini adalah sikap Kevin Ruud, Perdana Menteri Australia yang baru, telah meratifikasi Protokol Kyoto. Kesalahan terbesar berbagai kesepakatan penyelamatan lingkungan adalah kealpaan memasukkan pengaturan dunia usaha, institusi keuangan, dan TNCs. Padahal institusi ini paling bertanggung jawab atas timbulnya polusi dan pemanasan global. Ada beberapa bukti yang menunjukkan Tkorporasi transnasional NCs sebagai pelaku utama kerusakan lingkungan. (1) Aktivitas TNCs menyumbang lebih dari separuh gas rumah kaca yang disemburkan sektor-sektor industri. (2) TNCs secara riil memiliki kontrol khusus atas produksi dan penggunaan CFC (chlorofluorokarbon) dan senyawa kimia terkait yang merusak ozon. (3) TNCs mendominasi perdagangan sektor pertambangan. (4) TNCs penyebar utama sistem produksi tidak ramah lingkungan. (5) TNCs mendominasi perdagangan sumber daya alam dan komoditas. Republika Media Indonesia 2 7 8 Dec 07 8 Dec 07 Clean Development Mechanism Perubahan iklim RI Perjuangkan Penyederhanaan CDM Tren Perubahan Iklim di 56 Negara: Komitmen RI Terbaik di ASEAN Delegasi Indonesia memperjuangkan penyederhanaan skema Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) sehingga proyek ini bisa merata di segala kawasan. Liana Bratasida, delegasi Indonesia mengusulkan agar metodologi yang ada bisa diterapkan pada proyek CDM sejenis lain tanpa perlu diverifikasi lagi. Menurut Liana, proyek CDM kurang berkembang di kawasan Afrika dan Asia Tenggara karena rumit dan memakan waktu. Saat ini Indonesia sudah meregister 11 proyek CDM di CDM EB. Program CDM ini membutuhkan waktu lama untuk bisa disetujui, bisa sampai 2,5 tahun. Pendataan terbaru dari Greenwatch dan Climate Action Network Eropa menunjukkan Indonesia berada di atas Thailand, Singapura, dan Malaysia. Menurut Jan Burck dari German Watch yang merilis Climate Change Performance Index (CCPI) 2008, ranking Indonesia ke-15 ini belum menunjukkan kinerja yang sudah baik dalam menangani perubahan iklim global, bahkan bagi Swedia sebagai negara dengan peringkat tertinggi. Indeks ini merupakan penilaian dari tren emisi di suatu negara dengan orientasi utama pada sektor energi, transportasi, perubahan, dan industri (50 persen dari penilaian), tingkat emisi saat ini menurut data IPCC (30 persen), dan kebijakan di bidang iklim (20 persen).