1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian tentang etika

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian tentang etika dan orientasi etika semakin marak dilakukan baik di
dalam maupun di luar negeri. Penelitian etika ini terjadi dipicu oleh semakin
banyaknya pelanggaran etika yang terjadi. Kepercayaan masyarakat terhadap
profesi akuntan mengalami perubahan signifikan sebagai akibat dari sebuah
skandal keuangan perusahaan, termasuk Enron, Worldcom, Tyco, dan Adelphia
Communication (Agoglia et.al, 2009 dalam Irawati dkk, 2012). Di Indonesia, isuisu etika di dunia bisnis belakangan ini juga banyak menarik perhatian
masyarakat. Kasus impor dan ekspor ilegal, pekerja-pekerja Indonesia ilegal,
illegal logging, kasus Buyat/Minahasa, kasus Freeport, manupulasi laporan
keuangan PT. KAI, kasus penggelembungan nilai (mark up) PT. Kimia Farma
Tbk, kasus Lapindo Brantas serta banyak lagi kasus lainnya (Febrianty, 2011).
Sorotan yang diberikan kepada profesi akuntansi disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya praktik-praktik profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan
etika. Hal ini menyebabkan dampak yang kurang baik terhadap profesi akuntansi.
Secara historis akuntan dipresepsikan sebagai profesi yang lebih menekankan
etika dibanding profesi lain (Ross, 1998 dalam Mutmainah, 2006). Akuntan
memiliki kewajiban untuk menegakkan standar tertinggi dalam perilaku etis
sebagai pertanggungjawaban terhadap perusahaan, profesi, publik dan diri sendiri.
Adanya kontroversi dalam lingkungan siapa yang paling bertanggung jawab
1
2
dalam pelaporan keuangan dan kritik yang diarahkan pada pelaporan, maka
diperlukan restorasi kepercayaan publik terhadap profesi (Haywood, dkk, 2004
dalam Rustiana, 2006). Banyaknya kasus tentang penyelewengan etika ini
menyebabkan krisis kepercayaan masyarakat sehingga profesi akuntansi
diragukan
profesionalismenya.
Untuk
tetap
mempertahankan
sikap
profesionalismenya, kesadaran etis dan sikap profesional menjadi hal yang sangat
penting bagi seorang akuntan (Louwers, et al, 1997 dalam Januarti, 2011).
Akuntan memiliki hubungan yang unik dengan pengguna jasa dan
bertanggung jawab juga kepadanya, sementara akuntan mendapat penugasan dan
mendapatkan fee dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun
bertanggung jawab terhadap pengguna laporan keuangan (Purnamasari, 2006).
Profesi akuntansi yang sering mendapat sorotan adalah auditor. Auditor
merupakan suatu profesi yang kompleks dimana hanya terdapat jumlah yang
relatif sedikit dari profesi ini mempunyai derajat keahlian pada suatu spesialisasi
bidang tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan dan
ikatan profesinya. Profesi auditor mempunyai kedudukan profesi yang unik
dibandingkan dengan profesi lain. Seorang auditor dalam melaksanakan audit
bukan semata untuk kepentingan klien, melainkan juga untuk pihak lain yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Profesi ini mendapat
kepercayaan dari klien untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
disajikan oleh klien. Sehubungan dengan posisi tersebut maka auditor dituntut
untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien
dan pihak ketiga, kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan didukung
3
suatu keahlian audit dan pemahaman terhadap profesi auditor sehingga akan
selalu berupaya melaksanakan tugasnya secara konsisten.
Dalam menjalankan tugasnya sering kali auditor dihadapkan dalam keadaan
dilema etis yang melibatkan antara dua pilihan nilai yang bertentangan. Sebagai
contoh proses auditing. Seorang auditor akan mengalami dilema ketika tidak
terjadi kesepakatan dengan klien mengenai kesepakatan beberapa aspek dan
tujuan pemeriksaan. Apabila auditor memenuhi tuntutan klien maka akan
melanggar standar pemeriksaan dan etika profesi, tetapi apabila tidak memenuhi
tuntutan klien dikhawatirkan akan berakibat pada pemberhentian penugasan oleh
klien. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan
individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan akhir.
Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan auditor dan berbagai profesi
lain dalam bidang akuntansi tidak akan terjadi apabila setiap auditornya
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai
moral dan etika secara memadahi dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya
(Ludigdo dan Machfoedz, 1999 dalam Puba, 2011). Oleh karena itu terjadinya
berbagai kasus penyelewengan etika ini seharusnya memberi kesadaran untuk
lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi akuntansi.
Hal yang paling dibutuhkan dalam menghadapi situasi dilema etis adalah
persepsi etis dan pertimbangan etis auditor sedangkan keputusan yang diambil
sangat dipengaruhi oleh profesionalitas individu. Keputusan etis merupakan
sebuah keputusan yang bisa diterima oleh masyarakat yang sesuai dengan etika
4
dan asas perilaku yang disepakati secara umum. Pengambilan keputusan etis bagi
auditor diperlukan dalam rangka meraih kepercayaan masyarakat terhadap
kualitas bidang jabatan tersebut tanpa melihat kepada individu pelaksananya
(Nadirsyah dan Yanthi, 2009). Tingkah laku yang berdasarkan etika menunjukan
bahwa seseorang tidak hanya mementingkan kepentingan sendiri melainkan juga
kepentingan orang lain dan etika berperan mempererat hubungan dalam
bermasyarakat. Dua komponen pengambilan keputusan etis, yaitu sensitivitas
(persepsi) etis dan pertimbangan etis (Rest,1986 dalam Januarti, 2011). Judgment
(pertimbangan)
yang
berhubungan
dengan
etika
dan
berperilaku
etis
mengharuskan auditor untuk memiliki kemampuan dalam menghadapi pokokpokok persoalan yang muncul yang berkaitan dengan etika. Kepedulian dan
kepekaan terhadap etika merupakan tanggung jawab profesi dan hal tersebut
memerlukan latihan atau kebiasaan untuk sensitif terhadap pertimbangan etis
dalam seluruh aktifitasnya (Purba, 2011).
Hebert, et al. (1990) dalam Januarti (2011) menyatakan bahwa persepsi etis
adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui adanya masalah-masalah etis
yang terjadi dilingkungan kerjanya. Sedangkan yang dimaksud dengan
pertimbangan etis adalah penilaian mengenai bermacam-macam tindakan yang
dibenarkan oleh moral (Thorne, 2000 dalam Januarti 2011). Faktor penting dalam
pengambilan keputusan adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan individu
pembuat keputusan yang merupakan hasil dari proses sosialisasi. Faktor-faktor
individual tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan
sejak lahir (gender, umur, kebangsaan dan lain-lain) sedangkan faktor-faktor
5
lainnya adalah organisasi, lingkungan kerja, profesi dan lain sebagainya (Januarti,
2011). Komsiyah dan Indriantoro (1998) dalam Januarti (2011) menyatakan
bahwa setiap individu memiliki personal ethical philosophy (filosofi etis pribadi)
yang akan menentukan persepsi etis dan pertimbangan etisnya sesuai dengan
peran yang disandangnya. Lingkungan juga bisa mempengaruhi persepsi etis
seseorang.
Persepsi etis dan pertimbangan etis akuntan Indonesia diatur dalam kode etik
akuntan. Kode etik ini menjadi pedoman bagi seorang akuntan, baik akuntan
publik, pemerintah, manajemen atau akuntan pendidik. Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang merupakan wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya
dalam hal ini memegang peranan penting dalam menilai kinerja keuangan suatu
perusahaan. Akuntan publik mendapat sorotan dari banyak pihak karena dianggap
memiliki kontribusi dalam banyak kasus kebangkrutan perusahaan. Akuntan
publik dihadapkan pada suatu krisis kepercayaan dan keraguan atas integritas,
kredibilitas dan profesionalisme profesi (Kahn, 2002; Muhammad, 2002 dalam
Rustiana, 2006) sehingga berdampak negatif terhadap profesi akuntansi. Dengan
persetujuan Menteri Keuangan maka KAP diberi kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan klien. Dalam
menjalankan tugasnya KAP tidak sembarangan dan berpedoman dengan
peraturan. Auditor berperan sangat aktif dan strategis dalam mengaudit semua
laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan klien sebagai bentuk
pertanggungjawaban KAP. Seperti halnya dengan auditor dan akuntan lainnya,
6
akuntan publik sering dihadapkan dalam kondisi dilema etis yang sarat dengan
perilaku etis.
Persepsi dan pertimbangan etis seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa
variabel pengetahuan sistem nilai yang dimiliki oleh seseorang, misal
pengalaman, komitmen profesional, dan orientasi etika (Stead, et al. 1990 dalam
Januarti, 2011). Beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perilaku etis auditor
dalam kondisi konflik audit berupa locus of control, komitmen profesional dan
kesadaran etis (Utami et al, 2007 dalam Nadirsyah dan Yanthi, 2009). Sementara
Fallah (2007) mengungkapkan bahwa sensitivitas etika auditor dipengaruhi oleh
faktor budaya etis organisasi dan orientasi etika.
Pengalaman auditor berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih pula (Christ,
1993 dalam Herliansyah dan Ilyas 2006). Seseorang yang mempunyai
pengetahuan yang lebih dalam menjalankan tugasnya akan menghasilkan
pekerjaan yang lebih baik pula dibandingkan seseorang yang memiliki sedikit
pengetahuan. Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006)
menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu
pengalaman auditor merupakan faktor yang berpengaruh pada saat mengambil
keputusan saat dihadapkan pada dilema etis.
Persepsi etis dan pertimbangan etis juga dipengaruhi oleh komitmen
profesional. Seorang profesional merasa lebih senang mengasosiasikan diri
mereka dengan organisasi profesi mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya dan
7
mereka juga ingin lebih menaati norma, aturan dan kode etik profesi dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi (Restuningdiah, 2009). Komitmen
profesional mempengaruhi auditor dalam pengambilan keputusan etis dalam
kondisi dilema etis.
Penelitian tentang pengaruh orientasi etis (ethical orientation) terhadap
pertimbangan etis (ethical judgment) sangat menarik untuk diteliti karena
orientasi etis ini akan berpengaruh pada perilaku etis yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap pertimbangan etis. Pertimbangan etis seseorang akan
berpengaruh ketika pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etis.
Penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa orientasi etis berpengaruh pada
perilaku etis auditor dan pada akhirnya mempengaruhi ethical judgment auditor
(Shaub et al., 1993 dan Douglas et al., 2001 dalam Purba, 2011). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh orientasi etis terhadap persepsi dan
pertimbangan etis.
Persepsi dan pertimbangan etis auditor juga ditentukan oleh budaya etis
organisasi. Hunt dan Vitell (1986) dalam Purba (2011) menyatakan bahwa budaya
etis organisasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan etis. Budaya etis organisasi merupakan suatu gabungan dari nilai-nilai
etis individu para manajer dengan kebijakan informal dan formal atas etika
organisasi (Hunt et al., 1989 dalam Purba, 2011). Budaya etis organisasi memiliki
pengaruh yang kuat terhadap pemikiran dan perilaku etis orang-orang dalam suatu
perusahaan. Budaya etis ini akan memandu orang-orang dalam perusahaan ketika
membuat penilaian dan pertimbangan dalam pekerjaannya.
8
Locus of control merupakan faktor individual yang mempengaruhi persepsi
dan pertimbangan etis. Locus of control merupakan sikap yang timbul dari diri
sendiri untuk mengendalikan atau tidak mengendalikan sikap sebagai akibat
peristiwa yang terjadi pada dirinya. Rotter (1966) dalam Suwarni dkk (2011) telah
menghubungkan perilaku dan psikologi kognitif. Pandangan Rotter mengungkap
bahwa perilaku (penghargaan dan hukuman) dan melalui ketidaktentuan seperti
penghargaan serta hukuman, individu/seseorang akan memegang kepercayaan
tentang apa penyebab dari tindakan mereka. Kepercayaan ini pada akhirnya akan
memicu sikap dan perilaku seseorang yang mempengaruhi juga terhadap persepsi
dan pertimbangan etis seseorang.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mempelajari hubungan dari auditor
dengan konflik peran yang muncul dari situasi dilema etis, tapi masih jarang yang
mengidentifikasi proses dan mekanisme yang mendasari pernyataan pemikiran
auditor, ketika merumuskan sebuah pertimbangan etis. Penelitian mengenai
persepsi dan pertimbangan etis sangat layak untuk diteliti lebih lanjut. Selain
hasilnya yang masih sangat beragam, pertimbangan etis ini akan sangat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan yang dihadapkan pada
dilema etis.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pengalaman Auditor, Komitmen Profesional,
Orientasi Etis, Nilai Etika Organisasi, Budaya Etis Organisasi dan Locus Of
Control Terhadap Persepsi dan Pertimbangan Etis (studi pada KAP di
Yogyakarta dan Solo)”. Penelitian ini merupakan replikasi dari Januarti (2011).
9
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan
sampel penelitian adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di
Yogyakarta dan Solo pada tahun 2013. Auditor menarik untuk dijadikan obyek
penelitian, karena auditor sebagai salah satu profesi dibidang akuntansi yang
paling sering menghadapi situasi dilema etis etika ketika menjalankan
pekerjaannya. Penelitian ini juga menambah variabel Locus of control sebagai
variabel independen.
B. Rumusan Masalah
Dalam menjalankan profesinya, auditor dihadapkan pada situasi dilema etis.
Dalam menghadapi dilema etis maka pertimbangan etis sangat berperan dalam
mengambil keputusan etis. Pertimbangan etis auditor akan berbeda-beda
tergantung sistem nilai yang dimiliki masing-masing individu seperti pengalaman,
komitmen profesional, orientasi etika, locus of control dan faktor situasional yaitu
budaya etis organisasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap persepsi dan
pertimbangan etis?
2. Apakah komitmen profesional berpengaruh positif terhadap persepsi dan
pertimbangan etis?
3. Apakah orientasi etis berpengaruh positif terhadap persepsi dan pertimbangan
etis?
10
4. Apakah budaya etis organisasi berpengaruh positif terhadap persepsi dan
pertimbangan etis?
5. Apakah locus of control berpengaruh positif terhadap persepsi dan
pertimbangan etis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pertimbangan etis auditor ketika
menghadapi situasi dilema etis dalam menjalankan tugasnya. Secara khusus
penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif pengalaman auditor
terhadap persepsi dan pertimbangan etis.
2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif komitmen profesional
terhadap persepsi dan pertimbangan etis.
3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif orientasi etis terhadap
persepsi dan pertimbangan etis.
4. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif budaya etis organisasi
terhadap persepsi dan pertimbangan etis.
5. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif locus of control terhadap
persepsi dan pertimbangan etis.
11
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi bagi ikatan profesi untuk mengendalikan sikap etika
auditor agar dapat melakukan pertimbangan etis yang tidak bias dalam proses
pembuatan keputusan.
2. Memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya jurusan akuntansi
agar dapat lebih memberikan dan mengembangkan materi tentang etika,
akuntansi keperilakuan, auditing didalam kurikulum perkuliahanagar dapat
menunjang profesionalisme para calon auditor ketika praktik dilapangan.
3. Memberikan kontribusi bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP) agar
dapat mengendalikan nilai-nilai dan budaya etis organisasi untuk menjaga
kredibilitas perusahaan dan profesi auditor.
Download