Untitled - Perpustakaan Universitas Jember

advertisement
DETERMINAN PROKSI DALAM GAMBARAN JUMLAH KEMATIAN IBU BERDASARKAN
STATUS MATERNAL DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007 – 2011
Mury Ririanty
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku, Email : [email protected]
Abstract
Over the last four years, Jember became the largest contributor to maternal deaths in the
province of East Java. Maternal deaths in Jember had been recorded with the publication of the
health profile of Jember in mid- year. To formulate policies related to efforts to reduce
maternal mortality in Jember , assessment of the determinants proxy of maternal mortality by
maternal status was done in Jember necessary as a basis for planning health programs
reducing maternal mortality to achieve the MDG 's 2015. This study uses descriptive research
by reviewing documentation of health profiles Jember Health Office began in 2007-2011 and
accompanied triangulation on the Jember Health department . The result for the year 2007 to
2011 , The cumulative number of maternal deaths in Jember many as 236 cases . Maternal
status of a group of mothers to be the highest contributor to maternal mortality rate of 96
cases , followed by postpartum maternal deaths in the group with 82 cases and 58 cases of
pregnant women. Determinants of maternal mortality based on the proxy status is more due to
childbirth bleeding , eclampsia , abortion and uterine repture 4 where T is the intermediary of
all the proxy determinants . Too young , too old , too often and too close to giving birth . It
takes an innovative health programs to communities in providing an understanding of the
importance of maintaining good health of the mother during pregnancy , childbirth or in the
postpartum period in which the understanding of not only the duties and responsibilities of
private capital but it is the responsibility of the entire family .
Keyword :
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) diperkirakan terjadi 287.000 di seluruh dunia pada tahun
2010 dengan angka kematian ibu sebesar 210 kasus per 100.000 kelahiran hidup. 99% dari
jumlah kematian ibu tersbut terjadi di negara-negara berkembang yang sebagian besar terjadi
di negara-negara afrika utara dengan 162.000 kasus dan negara-negara asia tenggara
sebanyak 83.000 kasus Di negara-negara asia tenggara, Indonesia merupakan negara dengan
jumlah kematian ibu tertinggi kedua dengan 220 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Dengan
pembanding jumlah kelahiran hidup yang sama, Kamboja 250 kasus, Myanmar 200 kasus,
Thailand 48 kasus, Malaysia 29 kasus, Brunei Darussalam 24 kasus dan Singapura 3 kasus
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
[1]
upaya.
Kementerian Kesehatan RI guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui RPJMN
2010-2014 dan mendukung pencapaian MDG’s tahun 2015. Trend AKI di Indonesia secara
nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan penurunan yang signifikan.
AKI di Indonesia pada tahun 1995 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
persalinan
yang
belum
[2]
. Namun akibat komplikasi kehamilan atau
sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 ibu yang
meninggal setiap tahunnya. Dengan kondisi ini, pencapaian target MDGs terkait penurunan AKI
akan sulit dicapai. Badan Pusat Statistik memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru
mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
sedangkan angka tersebut masih jauh dari target RPJMN tahun 2014 sebesar 118 per 100.000
kelahiran hidup apalagi mencapai target MDG’s 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015
[2]
.
Estimasi jumlah kematian ibu tertinggi menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2010 berada di
provinsi Jawa Barat sebesar 2280 kematian ibu. Sedangkan Jawa Timur berada pada posisi
kelima dengan jumlah 500 kematian ibu selama 1 tahun
[3]
.
Kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2008-2011 menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Berdasarakan laporan rutin Kematian Ibu Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2008 terjadi 487 kasus kematian ibu di Jawa Timur dan
meningkat menjadi 535 kasus pada tahun 2009. Lalu pada tahun 2010, kasus kematian ibu
meningkat lagi menjadi 598 kasus dan pada tahun 2011 terjadi lonjakan kasus kematian ibu
menjadi 627 kasus
[4]
. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011, dari 38
Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kabupaten Jember menjadi Kabupaten/Kota dengan angka
kematian ibu tertinggi dengan jumlah kasus sebesar 54 kematian ibu. Selama empat tahun
terakhir, Kabupaten Jember menjadi penyumbang kasus kematian ibu terbanyak di Provinsi
Jawa Timur.
Kasus kematian ibu di Kabupaten Jember selama ini telah terdata dan tertuang dalam
laporan profil kesehatan Kabupaten Jember pada pertengahan tahun setiap tahunnya. Untuk
menyusun kebijakan-kebijakan terkait upaya penurunan AKI di Kabupaten Jember, pengkajian
determinan proksi terjadinya kematian ibu berdasarkan status maternal perlu dilakuan di
Kabupaten Jember sebagai dasar untuk merencanakan program kesehatan penurunan angka
kematian ibu demi tercapainya MDG’s 2015.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif karena peneliti hanya mengamati
dan mencari data yang berkaitan dengan penelitian tanpa memberi perlakuan terhadap subjek
penelitian. Kegiatan pengkajian data dilakukan pada bulan Maret 2013. Data yang digunakan
pada penelitian ini adalah data sekunder antara lain seluruh data yang terkait dengan variabel
yang diangkat untuk diteliti dalam penelitian ini, berasal dari Profil Kesehatan Kabupaten
Jember tahun 2007 sampai 2011. Data tersebut meliputi jumlah kematian ibu dan berdasarkan
status ibu, jumlah kematian ibu berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, jumlah dan
perkembangan strata Posyandu, persentase cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (K1K4), persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan serta persentase
cakupan pelayanan nifas. Data sekunder lain dalam penelitian ini adalah bahan bacaan lain
yang dianggap relevan terhadap kajian. Selain itu untuk melengkapi data dan membandingkan
hasil kajian, peneliti mengunduh data dari situs-situs yang dianggap terpercaya dalam
mempublikasikan datanya serta deskripsi triangulasi data pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember, tepatnya Kepala Promosi Kesehatan dan UKBM.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Metode dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya
[5]
. Dalam penelitian
ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember, khususnya dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jember yang diterbitkan
setiap tahun sekali pada tengah tahun. Data yang dikaji anatara lain
Angka kematian ibu
(AKI), Jumlah kematian ibu, Jumlah kematian ibu berdasarkan status ibu, Jumlah kematian ibu
berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, Jumlah dan perkembangan strata Posyandu,
Persentase cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (K1-K4, Persentase cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Persentase cakupan pelayanan nifas.
Penyajian data dalam bentuk tabel diagram batang. Diagram batang umumnya
digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai suatu objek penelitian dalam kurun
waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan keterangan-keterangan dengan batang-batang
tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang-batang terpisah. Diagram merupakan
bentuk
gambar
yang
menyatakan
menerangkan sesuatu hal
[6]
(berupa)
data-data
berfungsi
menjelaskan,
atau
.Teknik analisis data dalam penelitian deksriptif ini dilakukan tanpa
melakukan uji statistik dan dilakukan dengan mengkomparasikan hasil gambaran yang ada
dengan referensi-refersnsi yang mendukung penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems, Tenth Revision
[7]
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat masa hamil
atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari
setiap
penyebab
yang
berhubungan
dengan atau diperburuk
oleh kehamilan atau
pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau insidental (Syafrudin dan
Hamidah, 2009). Selain itu, dalam ICD-X, juga disebutkan definisi alternatif terkait kematian ibu
yaitu Pregnancy-Related Death dan Late Maternal Death. Pregnancy-Related Death adalah
kematian seorang wanita selama kehamilan atau 42 hari setelah terminasi kehamilan, tanpa
mempedulikan penyebab kematiannya. Sedangkan Late Maternal Death adalah kematian
seorang wanita karena penyebab langsung atau tidak langsung yang lebih dari 42 hari, namun
kurang dari setahun setelah terminasi kehamilan.
Kematian ibu sendiri dibedakan menjadi dua kelompok
[7]
, yaitu kematian obstetri
langsung (direct obstetric death) yaitu kematian yang timbul sebagai akibat komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian, ketidaktepatan
penanganan, atau dari rangkaian peristiwa yang timbul dari keadaan-keadaan tersebut di atas.
Komplikas-komplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik perdarahan antepartum maupun
postpartum, preeklamsia/ eklamsia, infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan
muda. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu kematian yang
diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan atau penyakit
yang timbul selama kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung, akan
tetapi diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan penderita
menjadi semakin buruk. Kematian obstetri tidak langsung ini disebabkan misalnya oleh karena
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, tuberkulosis, HIV/AIDS, dan
lain-lain.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2007 sampai 2011
[8]
, jumlah
kematian ibu menurut status ibu digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Grafik Kematian Ibu Berdasarkan Status Ibu Kabupaten Jember Tahun 2007-2011
Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu berdasarkan status ibu
bersifat fluktuatif. Jumlah kasus kematian ibu tertinggi pada saat kehamilan terjadi pada tahun
2010 dengan 16 kasus dan terendah pada tahun 2007 dengan 8 kasus. Kasus kematian ibu
tertinggi pada saat persalinan terjadi pada tahun 2007 dengan 28 kasus dan terendah pada
tahun 2008 dengan 14 kasus. Sedangkan kasus kematian ibu tertinggi pada saat nifas terjadi
pada tahun 2010 dengan 24 kasus dan terendah pada tahun 2007 dengan 3 kasus. Secara
keseluruhan, selama tahun 2007 sampai 2011, kasus kematian ibu tertinggi berada pada saat
persalinan sebanyak 97 kasus, kemudian pada saat nifas sebanyak 81 kasus dan terakhir pada
saat kehamilan dengan 58 kasus.
Selama tahun 2007 sampai 2011, Secara kumulatif jumlah kematian ibu di Kabupaten
Jember sebanyak 236 kasus. Status ibu bersalin merupakan kelompok ibu yang menjadi
penyumbang AKI tertinggi sebesar 96 kasus, diikuti kematian pada kelompok ibu nifas dengan
82 kasus dan kelompok ibu hamil dengan 58 kasus. Hal ini sesuai dengan teori determinan
kematian ibu (McCarthy dan Maine, 1992)
[9]
. yang menyatakan bahwa salah satu determinan
proksi kematian ibu adalah komplikasi saat persalinan. Komplikasi obstetri ini merupakan
penyebab langsung kematian ibu, yaitu pendarahan, eklampsia, partus macet, abortus dan
rupture uteri. Intervensi yang bisa dilakukan adalah melaksanakan P4K (Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan. Komplikasi). Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi
obstetri tersebut merupakan intervensi jangka pendek. Hal ini berarti hasilnya akan dapat
segera terlihat dalam bentuk penurunan AKI. Namun, intervensi hanya pada penyebab
langsung saja tidak akan menyelesaikan masalah kematian ibu secara tuntas. Dalam jangka
panjang, penurunan AKI harus memperhatikan dan dilengkapi dengan intervensi terhadap
determinan antara dan kontekstual.
Determinan Jauh
Status Masyarakat
Status Keluarga dalam
masyarakat Masyarakat
Status Wanita dalam Keluarga
dan masyarakat
Determinan Antara
Status Kesehatan Ibu
Status Reproduksi
Akses pelayanan
Kesehatan
Perilaku
Kesehatan
Penyebab lain yang tidak diketahui
Determinan Proksi
Komplikasi:
Kehamilan,
Persalinan dan
Nifas
Kehamilan
Kematian Ibu
Gambar 2 Determinan Kematian Ibu
[9]
.
Sesuai dengan data SKRT tahun 2001 (dalam Ina, 2010), bahwa 61% penyebab
kematian ibu berada pada saat tahap persalinan yaitu pendarahan 27%, ekslampsia 23% dan
infeksi persalinan 11%. Hal ini memang berbanding lurus dengan rendahnya cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jember. Meskipun belum ada
penelitian untuk membuktikan hal ini, namun berdasarkan kajian Profil Kesehatan Kabupaten
Jember tahun 2007 sampai 2010, persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan baru mencapai 100% pada tahun 2011. Bahkan pada tahun 2011 tersebut, masih
terdapat 12 wilayah kerja puskesmas di 10 kecamatan yang persentase cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatannya belum mencapai 100%. Selain itu, faktor budaya juga memegang
peranan penting dalam pemilihan penolong persalinan. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari
Kepala Promosi Kesehatan dan UKBM Dinas Kesehatan Kabupaten Jember sebagai berikut :
“Saat ibu sudah merasakan komplikasi kehamilan, terjadi perdebatan sengit antara
suami dan mertuanya tentang siapa dan dimana persalinan akan dilakukan. Dan perdebatan ini
bisa samapi 2-3 jam. Akhirnya ibu meninggal karena terlambat untuk dirujuk selain itu mayoritas
masyarakat Jember adalah suku Madura. Dalam sistem rumah tangga masyarakat Madura,
pembuat keputusan utama bukanlah suami melainkan ibu dari ibu hamil, mertua atau
neneknya. Hal ini juga terjadi pada pembuatan keputusan terkait siapakah yang akan menolong
persalinan ibu hamil”
Sedangkan jumlah kematian ibu tertinggi berdasarkan status ibu per tahun bersifat
variatif. Pada tahun 2007 dan 2009, kelompok ibu bersalin menjadi penyumbang kasus
kematian ibu tertinggi dengan 28 dan 20 kasus. Lalu pada tahun 2008 dan 2010 kelompok ibu
nifas yang menjadi penyumbang kasus kematian ibu tertinggi dengan 17 dan 25 kasus.
Sedangkan pada tahun 2011, kelompok penyumbang tertinggi kasus kematian ibu berada pada
kelompok ibu bersalin dan ibu nifas yang sama-sama menyumbang 20 kasus. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa jumlah dan angka kematian ibu di Kabupaten Jember didominasi oleh
kelompok ibu bersalin dan nifas. Sehingga dengan adanya kajian ini, salah satu solusi yang
diharapkan bisa menurunkan AKI yaitu dengan meningkatkan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan dan cakupan perawatan nifas.
Secara teori, determinan proksi atau determinan dekat pada kematian ibu terjadi akibat
adanya komplikasi kehamilan dan persalinan. Determinan ini merupakan determinan langsung
kematian ibu. pendarahan, eklampsia, partus macet, abortus dan rupture uteri. Intervensi yang
bisa dilakukan adalah melaksanakan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan.
Komplikasi). Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi obstetri tersebut merupakan
intervensi jangka pendek. Hal ini berarti hasilnya akan dapat segera terlihat dalam bentuk
penurunan AKI. Namun, intervensi hanya pada penyebab langsung saja tidak akan
menyelesaikan masalah kematian ibu secara tuntas. Dalam jangka panjang, penurunan AKI
harus memperhatikan dan dilengkapi dengan intervensi terhadap determinan antara dan
[9]
kontekstual .
Secara terperinci determinan proksi dari kehamilan khususnya persalinan yang ada di
Kabupeten Jember jika dikaitkan dengan teori McCarthy dan Maine yang ada yaitu pendarahan,
eklampsia, partus macet dan reture uteri. Pendarahan masih menjadi faktor utama determinan
proksi persalinan yang mengakibatkan kematian. Pendarahan pada persalinan diakibatkan
karena proses persalinan yang tidak aman ditolong dukun yang tak terlatih, Proses
pengguguran kandungan yang disengaja dan tidak aman, Usia ibu terlalu muda ( kurang dari 20
tahun ) Ibu yang hamil usia muda kondisi alat kandungan belum siap sehingga mudah terjadi
perdarahan, Ibu terlalu tua ( lebih dari 35 tahun ), Melahirkan anak dengan jarak terlalu dekat,
kurang dari 2 tahun, Terlalu sering melahirkan, misalnya ibu yang melahirkan lebih dari 3 kali,
Kondisi kesehatan ibu akibat penyakit kronis dan anemia ( kurang darah ) dan gisi yang buruk,
Gangguan pembekuan darah, Gangguan kelemahan kontraksi otot rahim setelah bayi dan ari ari lahir
[9]
. Melihat faktor penyebab pendarahan ternyata 4 T masih mendominasi dalam faktor
ini yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering. Hal ini sesuai dengan data
dalam profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember bahwa Tahun 2011 dari 54
kematian ibu, 14 diantaranya atau sekitar 39% berusia >35 tahun.
Kasus eklampsia atau keracunan saat melahirkan ditandai dengan hipertensi dan
adanya protein dalam urin pada kehamilan > 20 minggu. Bila kehamilan disertai hipertensi
160/110mmHg dan protein di urine (+3). Ada pula eklampsia yang tidak disertai tekanan darah
terlalu tinggi dan hal ini yang perlu diwaspadai dimana tekanan darah 135/85 mmHg namun
disertai sakit kepala terus menerus, rasa nyeri pada ulu hati, bengkak pada bagian kaki timbul
rasa mual bahkan muntah serta adanya gangguan penglihatan
[11]
. Hal ini bisa dicegah dengan
rutinnya ibu hamil melakukan K1- K4 sehingga jika terdeteksi lebih awal akan mudah ditangani.
Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember bahwa Tahun 20072011 sebenarnya setiap tahunnya cakupan K1-K4 meningkat terus menerus. Persentase
cakupan pelayanan K1 tertinggi berada pada tahun 2011 sebesar 112,49% atau 39.200 dari
34.864 sasaran ibu hamil. Sedangkan persentase cakupan pelayanan K1 terendah berada
pada tahun 2007 sebesar 90,59% atau 40.302 dari 44.487 sasaran ibu hamil. Persentase
cakupan pelayanan K4 tertinggi berada pada tahun 2011 sebesar 94,48% atau 32.938 dari
34.864 sasaran ibu hamil. Sedangkan persentase cakupan pelayanan K1 terendah berada
pada tahun 2007 sebesar 73,88% atau 32.867 dari 44.487 sasaran ibu hamil. Artinya walaupun
cakupan telah meningkat namun faktor prilaku yang membentuk determinan proksi baik itu
secara langsung ataupun tidak langsung oleh setiap ibu hamil sebelum persalinan perlu
diperhatikan.
Partus macet atau biasa disebut sebagai partus lama
pada multi merupakan fase
terakhir dari suatu partus yang macet sehingga timbul gejala-gejala pada ibu seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan. Penyebanya bisa
karena kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, penolong persalinan yang salah,
janian besar, perut ibu yang menggantung dan ketuban pecah dini
[11].
Pada partus macet inilah
umumnya kasus kematian ibu banyak dikarenakan pertolongan persalinan yang tidak
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada atau menggunakan tenaga dukun. Data dalam
profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember bahwa Tahun 2007-2011 persentase
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jember mengalami
peningkatan setiap tahun. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
tertinggi berada pada tahun 2011 sebesar 106,42 atau 35.414 dari 33.279 sasaran ibu bersalin.
Sedangkan persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terendah berada pada
tahun 2007 sebesar 80,72% atau 31.147 dari 38.585 sasaran ibu bersalin memperoleh
pelayanan nifas sesuai standar.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) selaku badan yang
menangani kesejahteraan keluarga memaparkan bahwa berdasarkan SDKI ada 9,1% atau
sekiranya 9 juta perempuan yang terakumulatif baik telah menikah ataupun belum menikah
yang tidak menginginkan kehamilan
[12]
. Hal ini menunjukkan bahwa proses persalinan yang
tidak aman dan dipaksakan terutama oleh tenaga non kesehatan sering menyebabakan
kematian akibat pendarahan yang tidak tertolong. Mengingat untuk melakukan aborsi yang
diperbolehkan dan aman bagi kesehatan banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang
ibu.
Rupture uteri yaitu robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam
persalinan. Faktor resiko ibu yang mengalami ini yaitu persalinan dengan riwayat sectio
caesar,partus macet dan
induksi persalinan
[11]
. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2007-2011 menunjukkan bahwa dengan rentang usia leih
dari sama dengan 35 tahun angka kematian ibu 38% maka menunjukkan resiko untuk Sectio
Caesar (SC) pada ibu hamil dan terjadi rupture uteri jadi meningkat pula. Selain itu terlalu dekat
jarak melahirkan dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun juga sangat beresiko terjadinya hal
serupa.
Determinan proksi dalam gambaran jumlah kematian ibu berdasarkan status di
Kabupaten Jember tahun 2007-2011 memang bukan satu-satunya kajian yang bisa
memecahkan permasalahan kesehatan ibu pada saan hamil, bersalin ataupun nifas. Namun
dengan mengkaji determinan proksi ini diharapkan program kesehatan yang berdasarkan data
dan fenomena yang ada melalui riset menjadi lebih matang dalam perencaannya. Tidak ada
lagi pelaksanaan program berdasarkan “apa adanya dana” namun lebih mementingkan
pemecahan masalah sehingga pelaksanaa program menjadi berdasarkan “adanya fakta dan
data”.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang diadapatkan dalam kajian ini antara lain:
1. Selama tahun 2007 sampai 2011, Secara kumulatif jumlah kematian ibu di Kabupaten
Jember sebanyak 236 kasus. Status ibu bersalin merupakan kelompok ibu menjadi
penyumbang AKI tertinggi sebesar 96 kasus, diikuti kematian pada kelompok ibu nifas
dengan 82 kasus dan kelompok ibu hamil dengan 58 kasus.
2. Determinan proksi pada AKI berdasarkan status persalinan lebih dikarenakan pendarahan,
eklampsia, abortus dan repture uteri dimana 4 T masih menjadi perantara dari semua
determinan proksi tersebut di Kabupaten Jember. Terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
dan terlalu dekat dalam melahirkan.
3. Nilai-nilai kultural dan sosial yang dipercaya seorang ibu dan keluarga dalam proses
kehamilan, persalinan dan nifas menjadi dimungkinkan menjadi determinan perantara pada
kajian angka kematian Ibu ini karena seringnya menjadi nilai yang menggerakkan perilaku
tanpa memperhatikan rasionalitas dan logika.
Saran dalam kajian ini yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:
1. Perlu pengkajian lagi terkait determinan perantara dan jauh dengan tidak mengabaikan
determinan
proksinya
sehingga
memunculkan
pemecahan
masalah
pada
setiap
determinannya.
2. Dibutuhkan program yang inovatif bagi masyarakat untuk memahami terkait kehamilan,
persalinan dan nifas. Program sebisa mungkin melalui pemberdayaan masyarakat sehingga
dapat juga merubah nilai sosial dan kepercayaan secara mandiri yang tidak rasional dan
logis dari masyarakat.
3. Diperlukan media yang efektif dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil.
4. Perlu penyebaran informasi terkait jumlah AKI kepada seluruh masyarakat khususnya
Kabupaten Jember sebagai proses pembelajaran dari fakta yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
1)
WHO, UNICEF, UNFPA and The World Bank. 2010. Trends in Maternal Mortality: 1990 to
2010.
Geneva
:
Department
of
Reproductive
Health
and
Research.
WHOhttp://www.unfpa.org/webdav/site/global/shared/documents/publications/2012/Trends
_in_maternal_mortality_A4-1.pdf
2)
Kementerian
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional.
2007.
Laporan
Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007. Jakarta :
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. http://p3b.bappenas.go.id/handbook/docs
/14.%20%20MDG%202007%20report%20BI.pdf
3)
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak. Buku Saku Kesehatan Neonatal.
2003. Jakarta
4)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 20072011. 2012.Surabaya
5)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 2006. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
6)
Budiarto, Eko. Metode Penelitian Kedokteran. 2003. Jakarta : EGC
7)
Syafrudin dan Hamidah. Kebidanan Komunitas. 2003. Jakarta : EGC
8)
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Profil Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 20072011. 2012. Jember
9)
Fibriana, Arulita Ika. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal. Tesis
2007.
Program
Studi
Magister
Epidemiologi
Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/16634/1/ARULITA_IKA_FIBRIANA.pdf
10) Adil, Abu Abdurrahman. Janin Pandangan Al-Qur’an dan Ilmu Kedokjteran. 2009.
Surabaya. Pustaka Rahmat
11) Saefuddin, Abdullah, dkk. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Sagung Setyo.
Jakarta. 2006
12) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Angka Kematian Ibu Melahirkan 2007.
www.menkokesra.go.id/deputi6‎.
Download