BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan "sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat sains (the nature of science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula digunakan dalam UN dan UASBN. Sains dalam Kurikulum Sekolah Dasar Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di SD. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di SD. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran 6 7 itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Usman Samatowa (2006) mengemukakan empat alasan sains dimasukan dalam kurikulum SD yaitu: 1. Bahwa sains berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. 2. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian, "Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. 3. Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. 4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan. Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPA di SD/ MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Wikipedia.com). Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas V Semester 2 adalah sebagai berikut: 8 33 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas V Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya Indikator Pencapaian Kompetensi 5.1. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) o o o o o o o o o Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis. Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan. Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari. Membuat magnet. Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah. Memprediksi seinya tidak ada gaya gravitasi di bumi. Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus). Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan. Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan seharihari. 5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat o o o o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda. Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda. Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana. Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana. 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 6.1. Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung). o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan. o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna. o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari. 34 9 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Indikator Pencapaian Kompetensi o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana. o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai. o Menggunakan bahan/benda yang sesuai. o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan. o Menguji cara kerja model yang dibuat. o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik. o Menerapkan prinsip keselamatan kerja. 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah o Mengidentifikasi komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *) 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya o Menjelaskan pentingnya air. o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar. 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air. o Melakukan pembiasaan cara menghemat air. o Membuat suatu laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus. o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan. o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi. 2.1.2 Media Animasi Istilah media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar sering disinonimkan dengan istilah media pendidikan. Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar. Pemakaian media pengajaran dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Animasi adalah susunan gambar diam yang disusun sehingga menimbulkan efek seolah-olah tampak bergerak. Tulisan yang bergerak dari mengahadap kiri berubah ke kanan, itu adalah contoh animasi yang sederhana. Sebelum dihasilkan suatu movie diperlukan suatu proses kejadian dan juga teknik menggerakan suatu objek gambar. Proses menggerakkan objek tersebut yang dikenal dengan menganimasi. Istilah animasi berasal dari film kartun yang dibuat oleh walt disney di mana karakter yang dijadikan tokohnya adalah binatang atau animal (Yudhiantoro, 2006). Animasi merupakan gerakan objek maupun teks yang diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Prinsip dari animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakan dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi. Pertama, animasi tanpa sistem kontrol, animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian sebenarnya (behavioural realism), tanpa ada kontrol sistem, bisa jadi animasi terlalu cepat, pengguna tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan detil tertentu karena tidak ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, animasi dengan sistem kontrol, animasi ini 13 dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk menyesuaikan animasi dengan kapasitas pemrosesan informasinya. Namun kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal atas materi yang dipelajari menyebabkan siswa tidak tahu mana bagian yang penting dan harus diperhatikan guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, animasi memanipulasi langsung (Direct-manipulation Animation (DMA)). DMA menyediakan fasilitas untuk pengguna berinteraksi langsung dengan control navigasi (misal tombol dan slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang. Animasi sebagai media ilmu pengetahuan memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan. Animasi yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga dapat berupa animasi interaktif yang pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi (Suwarna, 2007). Menurut Harun dan Zaidatun (2004) animasi mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Berikut beberapa kelebihan animasi, apabila digunakan dalam bidang pendidikan: 1. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. 4. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit 14 untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Selama ini animasi digunakan dalam media pembelajaran untuk dua alasan. Pertama, menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya tidak ada hubungan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada murid atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007). Animasi teks (tulisan) merupakan salah satu bagian animasi yang dapat diimplementasikan untuk menambahkan efek animasi dan mempercantik tampilan paket bahan ajar multimedia yang akan dikembangkan (Adri, 2008). Untuk menjalankan animasi diperlukan program khusus (Softwore) salah satunya adalah program macromedia flash. Menurut Adjie (2005), animasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada objek, dalam jarak dan waktu yang tertentu. Perubahan dapat berupa perubahan posisi, bentuk, dan warna. Memilih metode, media, dan materi pembelajaran Model ASSURE (artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id) adalah pedoman langkah-langkah perencanaan untuk memilih dan memanfaatkan media (Heinich, Molenda, Russel, dan Smaldino, 2002). Mereka mengungkapkan model ini berdasarkan asumsi Gagne pada tahun 1965, bahwa proses belajar-mengajar itu melalui beberapa tahap yang disebut “events of instruction”. Untuk itu pembelajaran yang telah didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan minat siswa, yang kemudian di susul dengan menyajikan materi baru, melibatkan umpan balik siswa (feedback), mengukur pemahaman siswa (assesing) dan diteruskan ke aktivitas berikutnya. Heinich dkk. (2002) juga menguraikan enam langkah yang merupakan “blue print” rencana pembelajaran yang berfungsi menguraikan rencana pembelajaran, yaitu: 1. Menganalisis pebelajar, 2. Menetapkan tujuan pembelajaran, 15 3. Memilih metode, media, dan materi, 4. Menggunakan media dan materi, 5. Memerlukan partisipasi pebelajar, dan 6. Evaluasi dan revisi. Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu berdasarkan review dari Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (2002). 1. Pemilihan media and materials Khusus untuk pemilihan media pembelajaran, Heinich dkk (2002) menggunakan 3 (tiga) langkah dalam tahapan ini, yaitu : a. Memilih metode. Perancang tidak mungkin memiliki keyakinan bahwa hanya ada satu metode yang unggul dibanding metode lain. Untuk itu perlu dipilih metode yang bisa sesuai dengan gaya belajar siswanya. b. Memilih format media. Format media adalah bentuk fisik tempat dimasukan dan dipajangkannya suatu media, misalnya flip chart, slide, video, dan multimedia. Dalam memilih format media dipertimbangkan sejumlah media dan teknologi yang tersedia, ragam pebelajar dan tujuan yang ingin dicapai. c. Menghasilkan bahan ajar khusus. Pemilihan bahan ajar sebelumnya mempertimbangkan tujuan, siswa, biaya, keahlian teknis, peralatan, fasilitas dan waktu. Heinich dkk (2002) menjabarkan beberapa langkah yang dapat dilakukan: 2. Utilize media and materials. Penggunaan media dan bahan ajar oleh pembelajar dan pebelajar berpedoman kepada 5P: a. Preview, Tinjaulah materi. Proses penyeleksian bahan ajar ini menentukan materi yang cocok dengan tujuan dan kondisi siswa. b. Prepare the Material, Persiapkan bahan ajar dengan; mengumpulkan semua materi dan peralatan yang akan diperlukan, kemudian menentukan urutan penggunaan materi dan medianya c. Prepare the embironment, Mempersiapkan lingkungan belajar (di lab, di pusat media, atau di lapangan olah raga, fasilitas termasuk tempat duduk, ventilasi, pencahayaan dan sebagainya. d. Prepare the Learners, Mempersiapkan siswa sama pentingnya dengan memberikan pengalaman belajar. Sampaikan tinjauan isi pelajaran, dasar pemikiran tentang topik yang akan dikaji, dan berikan motivasi 16 e. Provide the Learning Experience, memberikan pengalaman belajar seperti mengeksplorasi topik, misalnya di internet, membahasa isi, mempersiapkan materi untuk portofolio atau menyampaikan informasi ke rekan sekelasnya. 3. Evaluasi penggunaan metode dan media pembelajaran. Model ASSURE mengevaluasi penggunaan metode dan media pembelajaran. Evaluasi dilakukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan; a. apakah bahan ajar pembelajarannya efektif? b. apakah dapat ditingkatkan? c. apakah efektif ditinjau dari pencapaian belajar siswa? d. apakah presentasi memakan waktu lebih dari semestinya? Bahan pembelajaran dievaluasi untuk menentukan apakah bisa digunakan dimasa mendatang atau perlu dimodifikasi. Untuk mengevaluasi metode dan media pembelajaran dapat menggunakan diskusi kelas, wawancara perorangan dan pengamatan perilaku siswa dengan mengajukan pertanyaan; a. apakah media membantu siswa dalam mencapai tujuan? b. apakah media efektif menarik perhatian siswa? c. apakah media memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi? Jika terdapat kekurangan, maka perbaiki bagian yang kurang tersebut. Ajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. bagaimana reaksi siswa terhadap metode dan media yang dipakai? b. apakah pengajar merasa puas dengan nilai bahan ajar dan metode yang dipilih? Dari beberapa teori para ahli diatas disimpulkan media animasi merupakan penggabungan dua unsur atau lebih media terdiri dari teks, gambar, audio dalam format soft were dengan perangkat komputer jinjing dan ditayangkan LCD (Lyquid Crystal Display) ke layar. Fungsi Media Pembelajaran Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi 17 kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal). Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan. Pendapat lain dikemukan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) bahwa fungsi media pembelajaran diantaranya: 1. Memperjelas dan memperkaya/ melengkapi informasi yang diberikan secara verbal. 2. Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian informasi. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. 4. Menambah variasi penyajian materi. 5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7. Memberikan pengalaman yang lebih kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa. 9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian melalui benda-benda 18 tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu, memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang dihadapi pebelajar. Kenyataan ini didukung oleh lsan teori penggunaan media yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience). 2.1.3 Model Pembelajaran Langsung Pembelajaran langsung (Direct Instrcution) digunakan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran yang guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Sementara itu, menurut Roy Killen (1998:2), direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/mengerjakan tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model 19 pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu. Namun, jika guru menginginkan siswa belajar menemukan konsep lebih jauh dan melatihkan keterampilan berpikir lainnya, maka model ini kurang cocok. Berdasarkan uraian di atas, maka diidentifikasi beberapa karakteristik model pembelajaran langsung; (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Suatu model pembelajaran dicirikan dengan adanya sintaks (tahapan-tahapan) yang spesifik sesuai dengan hasil kajian penggagasnya. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, dan waktu. Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran yang menekankan pada aktivitas akademik. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran, dan meminimalisasikan kegiatan non akademik di antara siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan penggunaan waktu. Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa salah satu karakteristik model pembelajaran langsung adalah adanya tahapan atau sintaks, berikut ini disajikan dua tahapan model pembelajaran langsung yang digagas oleh Bruce dan Weil; serta gagasan Slavin. 1. Tahapan model pembelajaran langsung Bruce dan Weil. Sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996:349) adalah sebagai berikut; orientasi, presentasi, Latihan terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan mandiri. a. Orientasi 20 Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa : i. kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; ii. mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; iii. memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; iv. menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan v. menginformasikan kerangka pelajaran. b. Presentasi Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: i. penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek; ii. pemberian contoh-contoh konsep; iii. pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan iv. menjelaskan ulang hal-hal yang sulit. c. Latihan terstruktur Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah. d. Latihan terbimbing Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. e. Latihan mandiri 21 Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan. 2. Tahapan Model Pembelajaran Langsung Slavin Slavin (2003:222) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut. a. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. b. Mereviu pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. c. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. d. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok. f. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. g. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran langsung mengutamakan pendekatan deduktif, dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Suasana pembelajaran terkesan lebih terstruktur dengan peranan guru yang lebih 22 dominan. Apabila model pembelajaran langsung diterapkan secara efektif akan memberikan nilai tambah antara lain sebagai berikut. a) Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran secara jelas. b) Waktu untuk berbagai kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat. c) Guru dapat mengendalikan urutan kegiatan pembelajaran. d) Terdapat penekanan pada pencapaian akademik. e) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat. f) Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik. Selain itu, model pembelajaran langsung juga disukai karena guru dapat mengendalikan siswa dalam hal apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar. Penggunaan Pembelajaran Langsung Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut. b. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti. c. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilanketerampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving). d. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis) e. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan. f. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik. g. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik. h. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen. 23 i. Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur. j. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung antara lain sebagai berikut. 1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. 3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. 4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. 5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. 6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. 7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa. 8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. 9. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan. 10. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu 24 permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. 11. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memng dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari. 12. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. 13. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini. 14. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat). 15. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut. 16. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif. 17. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung, antara lain: 1. Model pembelajaran langsung bersr pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. 2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. 25 3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. 4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. 5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa. 6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. 7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. 8. Model pembelajaran langsung memberi siswa cara png guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara png ini. 9. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan. 10. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. 11. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham. 26 12. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru. Penerapan Model Pembelajaran Langsung dalam Pembelajaran a. Persiapan Guru sebelum Menerapkan Pembelajaran langsung Menuliskan secara rinci hal-hal yang akan diajarkan dalam format tertentu dengan langkah-langkah yang berurutan dan membuat catatan yang diperlukan untuk mengimplementasikan rencana ke dalam tindakan. Langkah-langkah perencanaan sebagai berikut: a. Perjelas tujuan pembelajaran dalam topik pelajaran yang dipilih. Perumusan tujuan adalah hal yang mendasar, karena pertama, rumusan tujuan akan mengarahkan persiapan mengajar . Kedua, dapat menginformasikan kepada siswa mengapa setiap topik/konsep penting dipelajari. Untuk memperjelas tujuan pelajaran, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Apa yang akan siswa ketahui atau yang dapat siswa kuasai di akhir pelajaran? 2) Bagaimana pelajaran ini berhubungan dengan pelajaran sebelumnya atau dengan bagaimana pelajaran ini berhubungan dengan topik lain yang telah dipelajari siswa? 3) Prasyarat pengetahuan apa yang diperlukan siswa untuk memahami pelajaran ini? 4) Apa yang diharapkan dikerjakan siswa setelah mempelajari pelajaran (bacaan tambahan, PR, kerja praktikum)? 5) Bagaimana akan mengembangkan pelajaran ini pada pelajaran berikutnya? b. Rumuskan/tetapkan hasil belajar yang harapkan dari siswa setelah mempelajari topik pelajaran. Hasil belajar adalah pernyataan mengenai kemampuankemampuan siswa yang diharapkan dapat dikuasai atau diunjukkerjakan setelah akhir pelajaran. c. Tentukan hambatan-hambatan (waktu dan sumber belajar) yang mungkin dihadapi. Beberapa hambatan mungkin dapat hadapi ketika akan mengajar, 27 misalnya keterbatasan sumber belajar, keragaman karakteristik siswa, konteks yang berhubungan dengan waktu pembelajaran (jadwal pembelajaran pada siang hari). Semua hambatan hendaknya diantisipasi karena dapat mempengaruhi proses pembelajaran. d. Pilih isi materi pelajaran yang akan disampaikan. Materi pelajaran merupakan hal pokok yang harus tentukan sebelum mengajar sejalan dengan perumusan hasil belajar yang harapkan dapat dikuasai oleh siswa. Seringkali perlu memilih contoh-contoh tambahan untuk mendukung informasi yang akan disampaikan kepada siswa. sebaiknya tidak selalu berasumsi bahwa siswa akan mengerti contoh-contoh yang diberikan. e. Organisasikan isi materi pelajaran ke dalam urutan yang sistematis. Setelah memilih materi pelajaran yang akan disampaikan, materi pelajaran tersebut disusun ke dalam urutan yang sistematis untuk disampaikan kepada siswa. Siswa akan mengasimilasi materi pelajaran lebih mudah bila terstruktur dengan baik. Ketika memutuskan bagaimana cara mempresentasikan bahan pelajaran, ikuti prinsip-prinsip umum pengorganisasian berikut. f. Yakinkan bahwa siswa mengerti setiap tujuan pelajaran yang dirumuskan. g. Jelaskan ide-ide secara sederhana agar mudah dimengerti. h. Bantu siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang akan mereka pelajari, dan dengan beberapa bagian informasi baru yang akan jelaskan. i. Pilah-pilah materi ke dalam bagian-bagian kecil, tetapi dapat digabungkan secara keseluruhan secara bermakna. j. Gunakan analogi dan contoh-contoh untuk membantu siswa mengerti. k. Berikan rangkuman pada bagian-bagian yang penting dari pelajaramn. l. Jika memungknkan, gunakan gambar-gambar, grafik, diagram, model untuk mendukung penyajian pelajaran. m. Tentukan metode yang cocok untuk menyajikan materi pelajaran atau untuk melibatkan siswa dalam belajar. n. harus mengetahui betul tujuan atau hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah pelajaran selesai dan tentu materi utama yang akan sampaikan 28 sebelum memutuskan strategi atau model pembelajaran atau metode pembelajaran yang akan dipilih. Strategi,model, dan metode yang akan gunakan akan membantu siswa mencapai tujuan pelajaran. o. Tentukan bagaimana akan mengases siswa apakah mereka sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. p. Cara melaksanakan asesmen harus berhubungan dengan hasil belajar atau tujuan yang ingin dicapai oleh siswa . Oleh karena itu metode dan instrumen asesmen harus bisa mengukur tujuan yang telah rumuskan. q. Rencanakan bagaimana sehingga akan mengevaluasi keberhasilan proses siswa , dapat memutuskan apakah harus melengkapi atau memodifikasi. Evaluasi pembelajaran adalah proses membuat keputusan mengenai kualitas dan nilai dari pembelajaran yang telah lakukan. Cara memperoleh data untuk membuat evaluasi dapat dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada siswa atau secara informal dari perbincangan dengan siswa ketika meminta umpan balik. Evaluasi dapat lakukan dari refleksi hasil pembelajaran. Hasi evaluasi pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran ke arah yang lebih baik. Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Langsung Tahap Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Mendemonstrasikan keterampilann (pengetahuan procedural) atau mempresentasikan pengetahuan (deklaratif) Membimbing pelatihan Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Guru mempersiapkan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari 29 Dari uraian yang dikemukakan diatas, disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan langkah-langkah menyampaikan tujuan pembelajaran, mempresentasikan pengetahuan, mengerjakan lembar kerja siswa, memberikan umpan balik ,menyimak buku ajar dan mengerjakan soal latihan 2.1.4 Hasil Belajar Menurut Djamarah (1996), hasil belajar merupakan prestasi dan kesan-kesan yang diperoleh dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas hasil belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Purwanto (1989:3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Surahmad (1997:88) berpendapat hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif edukatif yang diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku. Hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 30 1. Ranah Kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif. Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor. Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar 1) Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan pengertian; 3) Sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamalamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Besarnya hasil belajar seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara sederhana, pengukuran menurut Wardani NS (2010; 2.4) diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut. 31 Hasil belajar seringkali diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh angka jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan/metode dan media yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar. (Arikunto, 2005). Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimilikaki siswa melalui pengalaman belajar. Hasil belajar yang diteliti pada aspek kognitif mencakup pengetahuan dan pemahaman. Hasil belajar pada aspek ini diukur dengan menggunakan tes. Hasil belajar dalam ranah afektif dan psikomorik meliputi mengajukan dan menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan media serata mengkomunikasikan. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Gunawan Sigit (2010) berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbantuan Media Internet Pada Siswa Kelas VI SDN Mergosono 3 Kota Malang. Skripsi, Jurusan KSDP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Malang, menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab penguasaan materi pembelajaran IPA yang lemah di tingkat sekolah dasar adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga peserta didik kesulitan dalam memahami materi pembelajaran IPA. Internet adalah salah satu media yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran IPA. Selain pengunaan e-mail siswa sebagai sarana belajar dan komunikasi guru, pembelajaran mandiri menggunakan buku elektronik (BSE), dan penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk memvisualisasikan materi, pembelajaran berbasis internet untuk KBM, dapat meningkatkan penguasaan materi khususnya pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN Mergosono 3 Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan internet, peningkatan keaktifan, dan hasil belajar siswa kelas VI melalui pembelajaran IPA berbantuan internet di SDN Mergosono 3 kecamatan Kedungkng kota Malang yang melibatkan 43 siswa tahun pelajaran 2009-2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tahapan siklus Kemmis 32 & MC. Taggart, dengan menggunakan 2 siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dan dokumentasi. Setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan, yakni pada siklus 1 dilakukan pertemuan pada tanggal 4 Maret 2010, 8 Maret 2010, dan 9 Maret 2010. Siklus 2 dilakukan pada tanggal 12 Maret 2010, 13 Maret 2010, dan 17 Maret 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media internet sangat diperlukan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya prosentase peningkatan keaktifan, dan hasil belajar siswa setelah mengikuti PBM, dimana pada siklus 1 rata-rata keaktifan siswa mencapai 34,88%, dan hasil belajar 56 (pra tindakan). Sedangkan kenaikan yang cukup signifikan ditunjukkan pada siklus II, dimana rata-rata keaktifan siswa mencapai 75,97 % (meningkat 41,09%) dan hasil belajar 75,58 yang mengalami peningkatan sebanyak 19,58. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar guru SD memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pembelajaran berbasis IT, sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. Penelitian yang sejalan dengan peneliti di atas yakni Penggunaan media ritatoon untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi cara hewan menyusaikan diri dengan lingkungan kelas V SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo dilakukan oleh Arofatul Azizah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan proses penggunaan media ritatoon dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo (2) Mendeskripsikan Aktivitas siswa pada penggunaan media ritatoon dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo (3) Mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model Hopkins yang tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperolah dari hasil observasi dan hasil tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media ritatoon di SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, serta pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa (2) Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media ritatoon di SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo mengalami peningkatan (3) Hasil belajar IPA dengan menggunakan media ritatoon di SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo dapat meningkat. peningkatan ini dapat diketahui dari hasil 33 belajar siswa kelas V terbukti Pada observasi awal nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,1 siklus I 67,5, dan pada siklus II 76,5. Sehingga mengalami peningkatan dari observasi awal ke siklus I sebesar 9,2 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 9. Prosentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I 62,5 % dan siklus II adalah 87,5 % atau lebih dari 80 % sehingga pembelajaran dikatakan berhasil. Berdasakan hasil penelitian, disarankan pada guru Mata Pelajaran IPA di kelas V untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Dalam pembelajaran IPA disarankan menggunakan media ritatoon, agar siswa menjadi lebih aktif, kreatif, serta pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa (2) Apabila aktivitas belajar siswa rendah, maka perlu ditingkatan lagi melalui upaya yang terencana dan berkesinambungan. Penggunaan media ritatoon merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. (3) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran, hendaknya selalu memberi kesempatan pada siswa untuk memunculkan gagasan-gagasan maupun pertanyaanpertanyaan, baik secara lisan maupun tertulis. Penelitian tentang media animasi pernah dilakukan oleh Rusdianto (2008), dengan judul pengaruh penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung pada model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model Makassar pada konsep sistem pencernaan makanan. Dan menggunakan kelas control dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen digunakan media animasi sedangkan kelas kontrol menggunakan media transparansi, yang masing-masing dilaksanakan empat kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diberikan evaluasi berupa tes tertulis untuk melihat pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif, nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen adalah 83,0 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,4. Jadi ada pengaruh penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung dalam pembelajaran langsung terhadaphasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model Makassar, yang hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan media animasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol. Penelitian lainnya yaitu oleh Furoidah, Maya Fanny (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Animasi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VI MI Surya Buana Malang. Skripsi, 34 Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media animasi pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media animasi lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan media animasi. 2.3 Kerangka Berpikir Salah satu cita-cita Bangsa Indonesia yang terkandung dalan pembukaan UndangUndang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan perhatian semua komponen bangsa, dimana guru memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian cita-cita itu. Oleh karena itu, sangat diharapkan usaha dan kerja keras dari guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka mutu pembelajaran harus ditingkatkan dengan menggunakan model-model pembelajaran serta media yang digunakan dalam pembelajaran. Kondisi awal pra penelitan proses pembelajaran yang telah berlangsung guru belum memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V masih rendah 78.8%, 4 dari 22 siswa nilai hasil belajar masih dibawah KKM yang ditetapkan. Tindakan yang dilaksanakan untuk peningkatan hasil belajar yaitu dengan memanfaatkan media animasi. Pelaksanaan tindakan dalam 3 siklus, siklus 1 dan 2 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan ketiga diadakan penilaian tertulis, hasil penilaian sebagai tolok ukur keberhasilan pebaikan peningkatan prestasi siswa. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah media pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Materi pembelajaran yang menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang 35 logis disajikan melaui media animasi agar terjadi persamaan pemahaman pada siswa. Penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung mampu memberikan stimulus kepada siswa untuk lebih bersemangat belajar dan perhatiannya terfokus pada materi. Dengan demikian, maka dapat siswa lebih banyak mengingat materi yang diberikan yang akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini digunakan media animasi. Media animasi memiliki keunggulan dapat menjelaskan alur atau proses yang rumit serta memiliki tampilan yang menarik namun salah satu kelemahannya adalah materi yang ada di dalam animasi sulit untuk dapat dirubah atau ditambah jika sewaktu-waktu terdapat kesalahan atau kekurangan. Animasi yang digunakan pada penelitian ini adalah gambar yang bergerak dan kata (tulisan) bergerak yang ada hubungannya dengan materi yang diberikan ditayangkan dalam bentuk slide Microsoft power point. Animasi memerlukan perangkat-perangkat untuk menayangkannya yaitu komputer dan LCD. Berhasilnya pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya, tidak lepas dari usaha guru dalam meningkatkan aktivitas, minat dan perhatian siswa dalam belajar. OIeh karena itu selain metode mengajar juga diperlukan adanya media pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan tidak membosankan. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 3.1 berikut ini. 36 Guru menggunakan metode ceramah PBM Hasil belajar rendah di bawah KKM Menyampaikan tujuan pembelajaran Perbaikan dg model pembelajaran langsung Presentasi materi cahaya & sifat-sifatnya dengan media animasi Mengerjakan LKS Hasil Belajar Semakin Meningkat Tes Formatif Umpan balik guru dan siswa Pemanta pan Media Animasi materi cahaya Rubrik P Observasi Menyimak materi buku ajar dan mengerjakan soal latihan Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Upaya Penggunaan Media Animasi dalam Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SDN Wonosegoro 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.”