Penggunaan Media Animasidalam Model Pembelajaran Langsung

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran IPA di SD
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas
merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences
(ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,
mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi,
zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.
IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan
kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang
tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta
mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat
terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama
semakin sempit, sehingga semboyan "sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan
semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini sains dan teknologi
manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi
(komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat sains (the
nature of science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of
technology).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
obervasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula digunakan dalam UN dan UASBN.
Sains dalam Kurikulum Sekolah Dasar
Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode
Ilmiah sehingga perlu diajarkan di SD. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa
sains perlu diajarkan di SD. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran
6
7
itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Usman Samatowa (2006) mengemukakan
empat alasan sains dimasukan dalam kurikulum SD yaitu:
1. Bahwa sains berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang
lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan
bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering
disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk
teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter
yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
2. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan
dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada
suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian, "Dapatkah
tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
3. Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak.
maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang
dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.
Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPA di SD/ MI merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan
KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Wikipedia.com).
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas V Semester 2
adalah sebagai berikut:
8 33
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
Indikator Pencapaian Kompetensi
5.1. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi
melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis.
Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.
Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.
Membuat magnet.
Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.
Memprediksi seinya tidak ada gaya gravitasi di bumi.
Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus).
Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan.
Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan seharihari.
5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
o
o
o
o
Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.
Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.
Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
6.1. Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya
o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung
atau cekung).
o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.
o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
34
9
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa
dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau
lensa sederhana.
o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai.
o Menggunakan bahan/benda yang sesuai.
o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.
o Menguji cara kerja model yang dibuat.
o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik.
o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
7.1
Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan
o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
7.2
Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
o Mengidentifikasi komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus
7.3
Mendeskripsikan struktur bumi
o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)
7.4
Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhinya
o Menjelaskan pentingnya air.
o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.
7.5
Mendeskripsikan perlunya penghematan air
7.6
Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
7.7
Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat
mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air.
o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
o Membuat suatu laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat
kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus.
o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
2.1.2 Media Animasi
Istilah media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar sering disinonimkan
dengan istilah media pendidikan. Media pendidikan adalah media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi
mutu mengajar dan belajar. Pemakaian media pengajaran dalam pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Animasi adalah susunan gambar diam yang disusun sehingga menimbulkan efek
seolah-olah tampak bergerak. Tulisan yang bergerak dari mengahadap kiri berubah ke
kanan, itu adalah contoh animasi yang sederhana. Sebelum dihasilkan suatu movie
diperlukan suatu proses kejadian dan juga teknik menggerakan suatu objek gambar.
Proses menggerakkan objek tersebut yang dikenal dengan menganimasi. Istilah animasi
berasal dari film kartun yang dibuat oleh walt disney di mana karakter yang dijadikan
tokohnya adalah binatang atau animal (Yudhiantoro, 2006).
Animasi merupakan gerakan objek maupun teks yang diatur sedemikian rupa
sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami (2007), animasi
adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah satu keunggulan
animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis
dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan
urutan kejadian.
Prinsip dari animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakan dengan memaparkan
atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan
yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan
menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media
pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual
dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat.
Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi. Pertama, animasi tanpa
sistem kontrol, animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian sebenarnya
(behavioural realism), tanpa ada kontrol sistem, bisa jadi animasi terlalu cepat, pengguna
tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan detil tertentu karena tidak ada
fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, animasi dengan sistem kontrol, animasi ini
13
dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk menyesuaikan animasi dengan kapasitas
pemrosesan informasinya. Namun kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal atas
materi yang dipelajari menyebabkan siswa tidak tahu mana bagian yang penting dan
harus diperhatikan guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, animasi memanipulasi
langsung (Direct-manipulation Animation (DMA)). DMA menyediakan fasilitas untuk
pengguna berinteraksi langsung dengan control navigasi (misal tombol dan slider).
Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang.
Animasi sebagai media ilmu pengetahuan memiliki kemampuan untuk dapat
memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan hanya gambar
dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara
melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan.
Animasi yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh,
selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga dapat berupa
animasi interaktif yang pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan
merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. Urutan kegiatan
belajaranya dapat meliputi melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi,
meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi (Suwarna, 2007).
Menurut Harun dan Zaidatun (2004) animasi mempunyai peranan yang tersendiri
dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran. Berikut beberapa kelebihan animasi, apabila digunakan dalam bidang
pendidikan: 1. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara
visual dan dinamik. 2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah.
Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan
media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan
pembelajaran secara maya. 4. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran
yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi
serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5. Persembahan secara visual
dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses
penerapan konsep atau pun demonstrasi. Adapun kelemahan dari media animasi ialah
membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit
14
untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di
dalamnya sulit untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian
siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan
perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak
penting.
Selama ini animasi digunakan dalam media pembelajaran untuk dua alasan.
Pertama, menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya
berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya
akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya tidak ada hubungan dengan materi
yang akan diberikan kepada murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk
memberikan pemahaman kepada murid atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007).
Animasi teks (tulisan) merupakan salah satu bagian animasi yang dapat
diimplementasikan untuk menambahkan efek animasi dan mempercantik tampilan paket
bahan ajar multimedia yang akan dikembangkan (Adri, 2008). Untuk menjalankan animasi
diperlukan program khusus (Softwore) salah satunya adalah program macromedia flash.
Menurut Adjie (2005), animasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada objek, dalam
jarak dan waktu yang tertentu. Perubahan dapat berupa perubahan posisi, bentuk, dan
warna.
Memilih metode, media, dan materi pembelajaran Model ASSURE (artikel ini disalin
dari website http://blog.tp.ac.id) adalah pedoman langkah-langkah perencanaan untuk
memilih dan memanfaatkan media (Heinich, Molenda, Russel, dan Smaldino, 2002).
Mereka mengungkapkan model ini berdasarkan asumsi Gagne pada tahun 1965, bahwa
proses belajar-mengajar itu melalui beberapa tahap yang disebut “events of instruction”.
Untuk itu pembelajaran yang telah didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan
minat siswa, yang kemudian di susul dengan menyajikan materi baru, melibatkan
umpan balik siswa (feedback), mengukur pemahaman siswa (assesing) dan diteruskan
ke aktivitas berikutnya. Heinich dkk. (2002) juga menguraikan enam langkah yang
merupakan “blue print” rencana pembelajaran yang berfungsi menguraikan rencana
pembelajaran, yaitu:
1. Menganalisis pebelajar,
2. Menetapkan tujuan pembelajaran,
15
3. Memilih metode, media, dan materi,
4. Menggunakan media dan materi,
5. Memerlukan partisipasi pebelajar, dan
6. Evaluasi dan revisi.
Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu berdasarkan review dari Heinich, Molenda,
Russell, dan Smaldino (2002).
1. Pemilihan media and materials Khusus untuk pemilihan media pembelajaran, Heinich
dkk (2002) menggunakan 3 (tiga) langkah dalam tahapan ini, yaitu :
a. Memilih metode. Perancang tidak mungkin memiliki keyakinan bahwa hanya ada
satu metode yang unggul dibanding metode lain. Untuk itu perlu dipilih metode
yang bisa sesuai dengan gaya belajar siswanya.
b. Memilih format media. Format media adalah bentuk fisik tempat dimasukan dan
dipajangkannya suatu media, misalnya flip chart, slide, video, dan multimedia.
Dalam memilih format media dipertimbangkan sejumlah media dan teknologi yang
tersedia, ragam pebelajar dan tujuan yang ingin dicapai.
c. Menghasilkan bahan ajar khusus. Pemilihan bahan ajar sebelumnya
mempertimbangkan tujuan, siswa, biaya, keahlian teknis, peralatan, fasilitas dan
waktu. Heinich dkk (2002) menjabarkan beberapa langkah yang dapat dilakukan:
2. Utilize media and materials. Penggunaan media dan bahan ajar oleh pembelajar dan
pebelajar berpedoman kepada 5P:
a.
Preview, Tinjaulah materi. Proses penyeleksian bahan ajar ini menentukan materi
yang cocok dengan tujuan dan kondisi siswa.
b.
Prepare the Material, Persiapkan bahan ajar dengan; mengumpulkan semua
materi dan peralatan yang akan diperlukan, kemudian menentukan urutan
penggunaan materi dan medianya
c.
Prepare the embironment, Mempersiapkan lingkungan belajar (di lab, di pusat
media, atau di lapangan olah raga, fasilitas termasuk tempat duduk, ventilasi,
pencahayaan dan sebagainya.
d.
Prepare the Learners, Mempersiapkan siswa sama pentingnya dengan
memberikan pengalaman belajar. Sampaikan tinjauan isi pelajaran, dasar
pemikiran tentang topik yang akan dikaji, dan berikan motivasi
16
e.
Provide the Learning Experience, memberikan pengalaman belajar seperti
mengeksplorasi topik, misalnya di internet, membahasa isi, mempersiapkan materi
untuk portofolio atau menyampaikan informasi ke rekan sekelasnya.
3. Evaluasi penggunaan metode dan media pembelajaran.
Model ASSURE mengevaluasi penggunaan metode dan media pembelajaran.
Evaluasi dilakukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan;
a. apakah bahan ajar pembelajarannya efektif?
b. apakah dapat ditingkatkan?
c. apakah efektif ditinjau dari pencapaian belajar siswa?
d. apakah presentasi memakan waktu lebih dari semestinya?
Bahan pembelajaran dievaluasi untuk menentukan apakah bisa digunakan dimasa
mendatang atau perlu dimodifikasi. Untuk mengevaluasi metode dan media
pembelajaran dapat menggunakan diskusi kelas, wawancara perorangan dan
pengamatan perilaku siswa dengan mengajukan pertanyaan;
a. apakah media membantu siswa dalam mencapai tujuan?
b. apakah media efektif menarik perhatian siswa?
c. apakah media memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi?
Jika terdapat kekurangan, maka perbaiki bagian yang kurang tersebut. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. bagaimana reaksi siswa terhadap metode dan media yang dipakai?
b. apakah pengajar merasa puas dengan nilai bahan ajar dan metode yang dipilih?
Dari beberapa teori para ahli diatas disimpulkan media animasi merupakan
penggabungan dua unsur atau lebih media terdiri dari teks, gambar, audio dalam
format soft were dengan perangkat komputer jinjing dan ditayangkan LCD (Lyquid
Crystal Display) ke layar.
Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz,
seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu:
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi,
media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi
17
kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat
“kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau
simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan
penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang
visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan
mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa
yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi
dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal). Dengan
menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan
beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna
bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan
memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal
melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan
belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan,
melakukan langsung, dan memerankan.
Pendapat lain dikemukan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) bahwa fungsi media
pembelajaran diantaranya: 1. Memperjelas dan memperkaya/ melengkapi informasi yang
diberikan secara verbal. 2. Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian informasi. 3.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. 4. Menambah variasi
penyajian materi. 5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah,
dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan
lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7. Memberikan pengalaman
yang lebih kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8. Meningkatkan keingintahuan
(curiousity) siswa. 9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret)
berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian melalui benda-benda
18
tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi
seperti inilah kehadiran media pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang
sedemikian rupa, media akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di
samping itu, memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat
keabstrakan pengalaman yang dihadapi pebelajar. Kenyataan ini didukung oleh lsan teori
penggunaan media yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori Kerucut Pengalaman
Dale (Dale’s Cone of Experience).
2.1.3 Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung (Direct Instrcution) digunakan untuk merujuk pada pola-pola
pembelajaran yang guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah
bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh
guru. Sementara itu, menurut Roy Killen (1998:2), direct instruction merujuk pada berbagai
teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara
langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan
seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal
ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur,
mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.
Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan
waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah
pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajar/mengerjakan tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas
sangat positif. Model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan
belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai
penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai
media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang
dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif,
(yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi). Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model
19
pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara
langsung kepada siswa, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh
guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau
keterampilan tertentu. Namun, jika guru menginginkan siswa belajar menemukan konsep
lebih jauh dan melatihkan keterampilan berpikir lainnya, maka model ini kurang cocok.
Berdasarkan uraian di atas, maka diidentifikasi beberapa karakteristik model
pembelajaran langsung; (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2)
pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah
terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru.
Suatu model pembelajaran dicirikan dengan adanya sintaks (tahapan-tahapan) yang
spesifik sesuai dengan hasil kajian penggagasnya. Selain harus memperhatikan sintaks,
guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan
variabel-variabel lingkungan lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru,
harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, dan waktu.
Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran yang menekankan pada aktivitas akademik.
Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas siswa dan
melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar
selama pembelajaran, dan meminimalisasikan kegiatan non akademik di antara siswa.
Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki
harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan
demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan penggunaan waktu.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa salah satu karakteristik model
pembelajaran langsung adalah adanya tahapan atau sintaks, berikut ini disajikan dua
tahapan model pembelajaran langsung yang digagas oleh Bruce dan Weil; serta gagasan
Slavin.
1. Tahapan model pembelajaran langsung Bruce dan Weil. Sintaks model pembelajaran
langsung menurut Bruce dan Weil (1996:349) adalah sebagai berikut; orientasi,
presentasi, Latihan terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan mandiri.
a. Orientasi
20
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa
jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa :
i.
kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa;
ii.
mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran;
iii.
memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan;
iv.
menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang
akan dilakukan selama pembelajaran; dan
v.
menginformasikan kerangka pelajaran.
b. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep
maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
i. penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai
siswa dalam waktu relatif pendek;
ii. pemberian contoh-contoh konsep;
iii. pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan
iv. menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
c. Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru
yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon
siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
d. Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep
atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengases kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
e. Latihan mandiri
21
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat
dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam
fase bimbingan latihan.
2. Tahapan Model Pembelajaran Langsung Slavin
Slavin (2003:222) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut.
a. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.
Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja
siswa yang diharapkan.
b. Mereviu pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang
telah dikuasai siswa.
c. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi,
menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan
sebagainya.
d. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan
konsep.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau
menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
f. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu
terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap
respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
g. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang
telah mereka pelajari.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran langsung mengutamakan
pendekatan deduktif, dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan
motorik. Suasana pembelajaran terkesan lebih terstruktur dengan peranan guru yang lebih
22
dominan. Apabila model pembelajaran langsung diterapkan secara efektif akan
memberikan nilai tambah antara lain sebagai berikut.
a) Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran secara jelas.
b) Waktu untuk berbagai kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
c) Guru dapat mengendalikan urutan kegiatan pembelajaran.
d) Terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
e) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
f) Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
Selain itu, model pembelajaran langsung juga disukai karena guru dapat
mengendalikan siswa dalam hal apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar.
Penggunaan Pembelajaran Langsung
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan
menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
b. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki
struktur yang jelas dan pasti.
c. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilanketerampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada
siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
d. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya
menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa
suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
e. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan
pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f.
Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan suatu kegiatan praktik.
h. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu
siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
23
i.
Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan
penjelasan yang sangat terstruktur.
j.
Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa
atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat
pada siswa.
Kelebihan Model Pembelajaran Langsung antara lain sebagai berikut.
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai
apa yang harus dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang
relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata
pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan
dan antusiasme siswa.
8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada
siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam
menyusun dan menafsirkan informasi.
9. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan
lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang
pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa
dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
10. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model
pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu
24
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu
pengetahuan dihasilkan.
11. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam
memng dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang
menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran
sehari-hari.
12. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya
ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok
belajar dengan cara-cara ini.
13. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia
secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil
penelitian terkini.
14. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan
untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang
seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
15. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu
tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika
siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas
tersebut.
16. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila
model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
17. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga
guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung, antara lain:
1. Model pembelajaran langsung bersr pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak
semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa.
2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.
25
3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan,
teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi
dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran
langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah,
kemandirian, dan keingintahuan siswa.
6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan
model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan
banyak perilaku komunikasi positif.
7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model
pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup
untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
8. Model pembelajaran langsung memberi siswa cara png guru mengenai bagaimana
materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh
siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara png ini.
9. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi
yang disampaikan.
10. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa
percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui.
Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka
sendiri.
11. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru
sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat
membuat siswa tidak paham atau salah paham.
26
12. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya,
banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang
dimaksudkan oleh guru.
Penerapan Model Pembelajaran Langsung dalam Pembelajaran
a. Persiapan Guru sebelum Menerapkan Pembelajaran langsung
Menuliskan secara rinci hal-hal yang akan diajarkan dalam format tertentu dengan
langkah-langkah yang berurutan dan membuat catatan yang diperlukan untuk
mengimplementasikan rencana ke dalam tindakan. Langkah-langkah perencanaan
sebagai berikut:
a. Perjelas tujuan pembelajaran dalam topik pelajaran yang dipilih.
Perumusan tujuan adalah hal yang mendasar, karena pertama, rumusan tujuan
akan mengarahkan persiapan mengajar . Kedua,
dapat menginformasikan
kepada siswa mengapa setiap topik/konsep penting dipelajari. Untuk memperjelas
tujuan pelajaran, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Apa yang akan siswa
ketahui atau yang dapat siswa kuasai di akhir
pelajaran?
2) Bagaimana pelajaran ini berhubungan dengan pelajaran sebelumnya atau
dengan bagaimana pelajaran ini berhubungan dengan topik lain yang telah
dipelajari siswa?
3) Prasyarat pengetahuan apa yang diperlukan siswa untuk memahami
pelajaran ini?
4) Apa yang diharapkan dikerjakan siswa setelah mempelajari pelajaran
(bacaan tambahan, PR, kerja praktikum)?
5) Bagaimana akan mengembangkan pelajaran ini pada pelajaran berikutnya?
b. Rumuskan/tetapkan hasil belajar yang harapkan dari siswa setelah mempelajari
topik pelajaran. Hasil belajar adalah pernyataan mengenai kemampuankemampuan siswa yang diharapkan dapat dikuasai atau diunjukkerjakan setelah
akhir pelajaran.
c. Tentukan hambatan-hambatan (waktu dan sumber belajar) yang mungkin
dihadapi. Beberapa hambatan mungkin dapat hadapi ketika akan mengajar,
27
misalnya keterbatasan sumber belajar, keragaman karakteristik siswa, konteks
yang berhubungan dengan waktu pembelajaran (jadwal pembelajaran pada siang
hari). Semua hambatan hendaknya diantisipasi karena dapat mempengaruhi
proses pembelajaran.
d. Pilih isi materi pelajaran yang akan disampaikan. Materi pelajaran merupakan hal
pokok yang harus tentukan sebelum mengajar sejalan dengan perumusan hasil
belajar yang harapkan dapat dikuasai oleh siswa. Seringkali perlu memilih
contoh-contoh tambahan untuk mendukung informasi yang akan disampaikan
kepada siswa. sebaiknya tidak selalu berasumsi bahwa siswa akan mengerti
contoh-contoh yang diberikan.
e. Organisasikan isi materi pelajaran ke dalam urutan yang sistematis. Setelah
memilih materi pelajaran yang akan disampaikan, materi pelajaran tersebut
disusun ke dalam urutan yang sistematis untuk disampaikan kepada siswa. Siswa
akan mengasimilasi materi pelajaran lebih mudah bila terstruktur dengan baik.
Ketika memutuskan bagaimana cara mempresentasikan bahan pelajaran, ikuti
prinsip-prinsip umum pengorganisasian berikut.
f.
Yakinkan bahwa siswa mengerti setiap tujuan pelajaran yang dirumuskan.
g. Jelaskan ide-ide secara sederhana agar mudah dimengerti.
h. Bantu siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang akan mereka pelajari, dan dengan
beberapa bagian informasi baru yang akan jelaskan.
i.
Pilah-pilah materi ke dalam bagian-bagian kecil, tetapi dapat digabungkan secara
keseluruhan secara bermakna.
j.
Gunakan analogi dan contoh-contoh untuk membantu siswa mengerti.
k. Berikan rangkuman pada bagian-bagian yang penting dari pelajaramn.
l.
Jika memungknkan, gunakan gambar-gambar, grafik, diagram, model untuk
mendukung penyajian pelajaran.
m. Tentukan metode yang cocok untuk menyajikan materi pelajaran atau untuk
melibatkan siswa dalam belajar.
n. harus mengetahui betul tujuan atau hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai
siswa setelah pelajaran selesai dan tentu materi utama yang akan sampaikan
28
sebelum
memutuskan strategi atau model pembelajaran atau metode
pembelajaran yang akan dipilih. Strategi,model, dan metode yang akan gunakan
akan membantu siswa mencapai tujuan pelajaran.
o. Tentukan bagaimana akan mengases siswa apakah mereka sudah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
p. Cara melaksanakan asesmen harus berhubungan dengan hasil belajar atau
tujuan yang ingin dicapai oleh siswa . Oleh karena itu metode dan instrumen
asesmen harus bisa mengukur tujuan yang telah rumuskan.
q. Rencanakan bagaimana
sehingga
akan mengevaluasi keberhasilan proses siswa ,
dapat memutuskan apakah harus melengkapi atau memodifikasi.
Evaluasi pembelajaran adalah proses membuat keputusan mengenai kualitas dan
nilai dari pembelajaran yang telah
lakukan. Cara memperoleh data untuk
membuat evaluasi dapat dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada
siswa atau secara informal dari perbincangan dengan siswa ketika meminta
umpan balik. Evaluasi dapat
lakukan dari refleksi hasil pembelajaran. Hasi
evaluasi pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran ke arah yang lebih
baik.
Tabel 2.2
Sintak Model Pembelajaran Langsung
Tahap
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
siswa
Mendemonstrasikan keterampilann
(pengetahuan procedural) atau
mempresentasikan pengetahuan (deklaratif)
Membimbing pelatihan
Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik
Memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
Peran Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi
latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik
Guru mempersiapkan kesempatan untuk
melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari
29
Dari uraian yang dikemukakan diatas, disimpulkan bahwa model pembelajaran
langsung
adalah
pembelajaran
yang
dilaksanakan
dengan
langkah-langkah
menyampaikan tujuan pembelajaran, mempresentasikan pengetahuan, mengerjakan
lembar kerja siswa, memberikan umpan balik ,menyimak buku ajar dan mengerjakan soal
latihan
2.1.4
Hasil Belajar
Menurut Djamarah (1996), hasil belajar merupakan prestasi dan kesan-kesan yang
diperoleh dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas hasil belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari
dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya
bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Purwanto (1989:3), menyatakan
bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah
diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Surahmad (1997:88) berpendapat
hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif
edukatif yang diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku.
Hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada
apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalaman belajarnya
dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
30
1. Ranah Kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif. Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor. Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih
menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi
oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam
hasil belajar 1) Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan pengertian; 3) Sikap dan
cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua
proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi
bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah
suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang,
serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamalamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu
ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Besarnya hasil belajar seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara
sederhana, pengukuran menurut Wardani NS (2010; 2.4) diartikan sebagai kegiatan atau
upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran
adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan
individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada suatu aspek
dengan mengikuti cara-cara yang urut.
31
Hasil belajar seringkali diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah.
Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media
yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh angka
jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan/metode
dan media yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus
mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar. (Arikunto,
2005).
Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah
perubahan kemampuan yang dimilikaki siswa melalui pengalaman belajar. Hasil belajar
yang diteliti pada aspek kognitif mencakup pengetahuan dan pemahaman. Hasil belajar
pada aspek ini diukur dengan menggunakan tes. Hasil belajar dalam ranah afektif dan
psikomorik meliputi mengajukan dan menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan media
serata mengkomunikasikan.
2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Gunawan Sigit (2010) berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Melalui Pembelajaran Berbantuan Media Internet Pada Siswa Kelas VI SDN Mergosono 3
Kota Malang. Skripsi, Jurusan KSDP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Malang,
menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab penguasaan materi pembelajaran IPA
yang lemah di tingkat sekolah dasar adalah kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga peserta didik kesulitan dalam memahami materi pembelajaran IPA.
Internet adalah salah satu media yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran IPA.
Selain pengunaan e-mail siswa sebagai sarana belajar dan komunikasi guru,
pembelajaran mandiri menggunakan buku elektronik (BSE), dan penggunaan media
animasi dalam model pembelajaran langsung untuk memvisualisasikan materi,
pembelajaran berbasis internet untuk KBM, dapat meningkatkan penguasaan materi
khususnya pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SDN Mergosono 3 Kota Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan internet, peningkatan keaktifan,
dan hasil belajar siswa kelas VI melalui pembelajaran IPA berbantuan internet di SDN
Mergosono 3 kecamatan Kedungkng kota Malang yang melibatkan 43 siswa tahun
pelajaran 2009-2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tahapan siklus Kemmis
32
& MC. Taggart, dengan menggunakan 2 siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, tes, dan dokumentasi. Setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan, yakni
pada siklus 1 dilakukan pertemuan pada tanggal 4 Maret 2010, 8 Maret 2010, dan 9 Maret
2010. Siklus 2 dilakukan pada tanggal 12 Maret 2010, 13 Maret 2010, dan 17 Maret 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media internet sangat
diperlukan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya prosentase peningkatan keaktifan, dan hasil
belajar siswa setelah mengikuti PBM, dimana pada siklus 1 rata-rata keaktifan siswa
mencapai 34,88%, dan hasil belajar 56 (pra tindakan). Sedangkan kenaikan yang cukup
signifikan ditunjukkan pada siklus II, dimana rata-rata keaktifan siswa mencapai 75,97 %
(meningkat 41,09%) dan hasil belajar 75,58 yang mengalami peningkatan sebanyak 19,58.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar guru SD memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang pembelajaran berbasis IT, sehingga pembelajaran yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal.
Penelitian yang sejalan dengan peneliti di atas yakni Penggunaan media ritatoon
untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi cara hewan menyusaikan diri dengan
lingkungan kelas V SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo dilakukan oleh Arofatul Azizah.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan proses penggunaan media ritatoon
dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo (2) Mendeskripsikan
Aktivitas siswa pada penggunaan media ritatoon dalam pembelajaran IPA kelas V SDN
Tambak Kalisogo I Sidoarjo (3) Mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN
Tambak Kalisogo I Sidoarjo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, sedangkan rancangan penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas model Hopkins yang tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Data penelitian diperolah dari hasil observasi dan hasil tes. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
media ritatoon di SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo membuat siswa menjadi lebih aktif,
kreatif, serta pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa (2) Aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan media ritatoon di SDN Tambak Kalisogo I Sidoarjo
mengalami peningkatan (3) Hasil belajar IPA dengan menggunakan media ritatoon di SDN
Tambak Kalisogo I Sidoarjo dapat meningkat. peningkatan ini dapat diketahui dari hasil
33
belajar siswa kelas V terbukti Pada observasi awal nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah
58,1 siklus I 67,5, dan pada siklus II 76,5. Sehingga mengalami peningkatan dari observasi
awal ke siklus I sebesar 9,2 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 9. Prosentase siswa yang
tuntas belajar pada siklus I 62,5 % dan siklus II adalah 87,5 % atau lebih dari 80 %
sehingga pembelajaran dikatakan berhasil. Berdasakan hasil penelitian, disarankan pada
guru Mata Pelajaran IPA di kelas V untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Dalam
pembelajaran IPA disarankan menggunakan media ritatoon, agar siswa menjadi lebih aktif,
kreatif, serta pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa (2) Apabila
aktivitas belajar siswa rendah, maka perlu ditingkatan lagi melalui upaya yang terencana
dan berkesinambungan. Penggunaan media ritatoon merupakan salah satu alternatif
dalam pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. (3)
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran, hendaknya selalu memberi
kesempatan pada siswa untuk memunculkan gagasan-gagasan maupun pertanyaanpertanyaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Penelitian tentang media animasi pernah dilakukan oleh Rusdianto (2008), dengan
judul pengaruh penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung pada
model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri
Model Makassar pada konsep sistem pencernaan makanan. Dan menggunakan kelas
control dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen digunakan media animasi
sedangkan kelas kontrol menggunakan media transparansi, yang masing-masing
dilaksanakan empat kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diberikan evaluasi berupa
tes tertulis untuk melihat pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif, nilai rata-rata hasil belajar
biologi siswa kelas eksperimen adalah 83,0 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,4.
Jadi ada pengaruh penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung
dalam pembelajaran langsung terhadaphasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri
Model Makassar, yang hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan media
animasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol.
Penelitian lainnya yaitu oleh Furoidah, Maya Fanny (2009) melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Animasi Pembelajaran Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VI MI Surya Buana Malang. Skripsi,
34
Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan media animasi pembelajaran memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa yang dibelajarkan menggunakan media animasi lebih tinggi daripada siswa yang
dibelajarkan tanpa menggunakan media animasi.
2.3 Kerangka Berpikir
Salah satu cita-cita Bangsa Indonesia yang terkandung dalan pembukaan UndangUndang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan perhatian semua komponen bangsa,
dimana guru memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian cita-cita itu. Oleh
karena itu, sangat diharapkan usaha dan kerja keras dari guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka mutu pembelajaran harus
ditingkatkan dengan menggunakan model-model pembelajaran serta media yang
digunakan dalam pembelajaran.
Kondisi awal pra penelitan proses pembelajaran yang telah berlangsung guru belum
memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA materi cahaya dan
sifat-sifatnya pada siswa kelas V masih rendah 78.8%, 4 dari 22 siswa nilai hasil belajar
masih dibawah KKM yang ditetapkan. Tindakan yang dilaksanakan untuk peningkatan
hasil belajar yaitu dengan memanfaatkan media animasi. Pelaksanaan tindakan dalam 3
siklus, siklus 1 dan 2 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan ketiga diadakan
penilaian tertulis, hasil penilaian sebagai tolok ukur keberhasilan pebaikan peningkatan
prestasi siswa. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah media
pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada
pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai alat
bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids).
Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman
kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Materi pembelajaran yang menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh
bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang
35
logis disajikan melaui media animasi agar terjadi persamaan pemahaman pada siswa.
Penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung mampu memberikan
stimulus kepada siswa untuk lebih bersemangat belajar dan perhatiannya terfokus pada
materi. Dengan demikian, maka dapat siswa lebih banyak mengingat materi yang
diberikan yang akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini digunakan media animasi. Media animasi memiliki keunggulan
dapat menjelaskan alur atau proses yang rumit serta memiliki tampilan yang menarik
namun salah satu kelemahannya adalah materi yang ada di dalam animasi sulit untuk
dapat dirubah atau ditambah jika sewaktu-waktu terdapat kesalahan atau kekurangan.
Animasi yang digunakan pada penelitian ini adalah gambar yang bergerak dan kata
(tulisan) bergerak yang ada hubungannya dengan materi yang diberikan ditayangkan
dalam bentuk slide Microsoft power point. Animasi memerlukan perangkat-perangkat untuk
menayangkannya yaitu komputer dan LCD.
Berhasilnya pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran IPA materi cahaya dan
sifat-sifatnya, tidak lepas dari usaha guru dalam meningkatkan aktivitas, minat dan
perhatian siswa dalam belajar. OIeh karena itu selain metode mengajar juga diperlukan
adanya media pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan mudah dipahami
dan tidak membosankan. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 3.1 berikut ini.
36
Guru
menggunakan
metode ceramah
PBM
Hasil belajar
rendah di
bawah KKM
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Perbaikan dg
model
pembelajaran
langsung
Presentasi materi cahaya &
sifat-sifatnya dengan media
animasi
Mengerjakan LKS
Hasil Belajar
Semakin
Meningkat
Tes Formatif
Umpan balik guru dan
siswa
Pemanta
pan
Media
Animasi
materi
cahaya
Rubrik P
Observasi
Menyimak materi buku
ajar dan mengerjakan soal
latihan
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir Upaya Penggunaan Media Animasi dalam Model Pembelajaran
Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung dapat meningkatkan
hasil belajar IPA tentang cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SDN Wonosegoro
01 kecamatan Bandar kabupaten Batang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.”
Download