Inventarisasi, Verifikasi, Dan Sosialisasi Kalender

advertisement
Inventarisasi, Verifikasi dan Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu
yang Dinamis di Papua
1)
Petrus A Beding, Merlin Rumbarar, dan Abdul Sabur2
1)
Balai Pengkajian Teknologi PertanianPapua
2)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
Jl. Yahim Sentani No. 49 Kotak Pos 256
E-mail : [email protected]
Abstrak
Perubahan iklim (climate changes) merupakan salah satu fenomena alam dimana terjadi perubahan
nilai unsur-unsur iklim baik secara alamiah maupun yang dipercepat akibat aktifitas manusia di
muka bumi ini. Sejak revolusi industri dimulai hingga sekarang telah menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu udara global. Selain meningkatkan itu, perubahan iklim juga menyebabkan
anomali iklim seperti fenomena Enso (El-Nino dan La-Nina), IOD (Indian Ocean Dipole),
penurunan atau peningkatan suhu udara secara ekstrem, curah hujan dan musim bergeser dari pola
biasanya dan tidak menentu serta permukaan air laut meningkat dan terjadinya rob di beberapa
wilayah. Untuk mengantisipasi dampak pemanasan global, kementerian Pertanian RI telah
menerbitkan peta kalender tanam hingga tingkat kecamatan se Indonesia sebagai upaya
menyediakan data dan informasi spasial dan temporal mengenai perubahan iklim. Implementasi
dan sosialisasi peta kalender tanam (katam) terpadu di Papua telah dilaksanakan sejak 2012
melibatkan pemerintah provinsi, Badan Klimatologi dan Geofisika, perguruan tinggi, dan
penyuluh. Artikel ini menyajikan verifikasi, validasi dan sosialisasi pemanfaatan katam terpadu
yang dilakukan di kabupaten Jayapura, Merauke, nabire, Waropen, Mimika dan kota jayapura.
Komponen yang diamati pada MK 2015 meliputi kegiatan sosialisasi (kehadiran stakeholder dan
sinergitas dengan kegiatan lain), aspek implementasi katam terpadu (sumber informasi, petani
yang menerapkan katam, luas lahan yang menerapkan katam, informasi katam yang diterapkan,
agroekosistem, komoditas, varietas, dan indeks pertanaman), serta media sosialisasi (jenis media
yang digunakan, jumlah media yang diproduksi, tema yang dipromosikan serta jumlah BPP
penerima). Hasil verifikasi menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah menerapkan kalender
tanam sesuai komoditas di masing-masing wilayah. Sedangkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa
sebagian besar petani dan penyuluh telah mengadopsi kalender tanam sehingga produksi padi
dapat ditingkatkan. Sosialisasi, verifikasi, dan evaluasi katam perlu dilakukan secara berkala agar
hasilnya dapat bermanfaat dalam mengantisipasi perubahan iklim melalui penyesuaian kalender
tanam dari waktu ke waktu.
Kata kunci : evaluasi kalender tanam, perubahan iklim, produksi komoditas pertanian.
Pendahuluan
Dalam dua dekade terakhir, isu perubahan iklim terus menguat dan menjadi entri poin
penting dalam menyusun perencanaan pengembangan pertanian, khususnya tanaman pangan.
Perubahan iklim yang ditandai oleh perubahan pola dan distribusi curah hujan, peningkatan suhu
udara, dan peningkatan muka air laut berdampak langsung terhadap kerentanan pertanian
diwilayah tertentu ( Badan Litbang Pertanian , 2012). Perubahan iklim telah membuat sebaran
hujan tidak merata bahkan curah hujan harian ekstrim dapat mencapai 234 mm/hari (Farmanta,
2012). Perubahan iklim akibat pemanasan global telah berdampak luas terhadap berbagai aspek
kehidupan. Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius. Tanaman pangan
merupakan sub sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Kegagalan panen disuatu
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1701
sentra produksi dapat menyebabkan keguncangan di daerah lain, terlebih pada daerah yang bukan
sentra pertanian. Perubahan pola curah hujan, peningkatan kejadian iklim ekstrim, serta kenaikan
suhu udara dan permuakaan air laut telah menyebabkan produksi pertanian, terutama sub sektor
tanaman pangan menurun secara signifikan (Kementerian Pertanian, 2012).
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak
terhadap berbagai segi kehidupan. Hal itu adalah akibat memendeknya siklus hidup tanaman,
khususnya periode pengisian bulir serealia. Selain itu, meningkatnya suhu rata-rata sebesar 200C
dan curah hujan sebesar 7% (Kumar and Parikh, 2001) telah menurunkan keuntungan petani
hingga 8,4% di India, 6-9% di Pakistan (Sultana dan Ali 2006).Meningkatnya curah hujan telah
menyebabkan banjir dan kegagalan panen padi di Bangladesh (Paul dan Rashid, 1993).
Indonesia sebagai Negara agraris tidak luput dari kerugian akibat perubahan iklim global.
Kekeringan di Indonesia akibat gelombang panas El Nino tahun 1997 telah mengakibatkan
kegagalan panen, kekurangan air, dan kebakaran hutan dan semak seluas 9,7 lahan (Cruz et al,
2007). Pantauan Departemen Pertanian RI, selang 1993-2002 terjadi kekeringan lahan Peningkatan
Sinergi dan Inovasi Teknologi Untuk Kedaulatan Pangan 15 pertanian seluas 220.380 hektar yang
mengakibatkan lahan sawah puso seluas 39.912 ha yang nilainya setara dengan 174.000 ton gabah
kering giling. Selain itu, selang Januari-Juli 2007 (6 bulan), lahan sawah yang mengalami
kekeringan seluas 268.518 hektar. Kecenderungan semakin rawannya ketersediaan pangan di
Indonesia perlu mendapat perhatian dan penanganan terpadu. Pengaruh kegagalan panen dan harga
pangan yang makin meningkat dapat mengganggu proses pertumbuhan ekonomi. Tingginya harga
bahan pangan dan komoditi lainnya dapat berakibat pada peningkatan inflasi.Rawannya ketahanan
pangan merupakan salah satu akibat menurunnya produksi komoditas pertanian karena perubahan
iklim.
Kementerian Pertanian RI melalui Balai Penelitian Agroklimat (Balitklimat) sejak 2012
telah menerbitkan peta kalender tanam se Indonesia sebagai upaya menyediakan data dan
informasi spasial dan temporal mengenai perubahan iklim. Peta kalender tanam (KATAM) terpadu
adalah peta yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan, terutama
padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan air. Peta ini secara khusus disusun
untuk mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program ketahanan
pangan pada umumnya. Peta kalender tanam diharapkan juga menjadi salah satu informasi yang
operasional dalam menghadapi anomali dan perubahan iklim. Untuk mengatasi perubahan iklim
yang tidak menentu dan tidak mudah diprediksi, maka peta katam tidak hanya disusun berdasarkan
kondisi periode tanam yang dilakukan oleh petani saat ini, tetapi juga disusun berdasarkan tiga
kejadian iklim yaitu tahun basah (TB), tahun kering (TK), dan tahun normal (TN) serta katam
disusun melalui spasialisasi pola dan katam yang selama ini diterapkan oleh petani (eksisting).
Dengan demikian kalender dan pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan
masing-masing kondisi iklim tersebut.
Untuk itu, Badan Litbang Pertanian telah menyusun teknologi adaptif dengan perubahan
iklim yaitu sistem informasi Kalender Tanam (Katam) terpadu (Badan Litbang Pertanian , 2012) .
Katam merupakan teknologi yang memuat berbagai informasi tanam pada skala kecamatan, dan
suatu perangkat yang berguna untuk mempermudah stakeholders dan petani dalam penentuan : 1.
Prediksi awal musim hujan, 2. awal usim tanam, 3. Ppola Tanam, 4.luas tanam potensial,
5.rekomendasi pemupukan, 6. Tutup tanam , 7.rekomendasi varietas padi, 8. Potensi serangan 2
organisme pengganggu tanaman (OPT ), 9.wilayah rawan banjir dan kekeringan, 10. resiko
penuruan produksi akibat bencana (BBSDLP, 2012)
1702
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Manfaat Katam antara lain : (1) menentukan waktu tanam pada setiap musim yaitu musim
hujan (MH) dan musim kemarau (MK), (2) m enentukan pola, rotasi tanam dan rekomendasi
teknologi pada skala kecamatan , (3) menduga potensi luas tanam untuk mendukung sistem
perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan, (4) mengurangi resiko penurunan dan
kegagalan produksi serta kerugian petani akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT. Pada tahun
2014 telah dilakukan kegiatan sosialisasi, verifikasi dan validasi Katam Terpadu. Kegiatan
sosialisasi Katam Terpadu dan MH 2015 telah dilaksanakan di 8 Kabupaten/kota Provinsi Papua
baik tingkat provinsi, kabupaten maupun kecamatan. Verifikasi terhadap sistem informasi Katam
Terpadu telah dilakukan terhadap luas baku lahan. Kegiatan validasi rekomendasi sistem informasi
Katam Terpadu telah dilakukan pada 8 kabupaten, rekomendasi yang dipakai jadwal tanam,
rekomendasi varietas maupun rekomendasi pupuk. Semakin menonjolnya isu perubahan iklim
maka penerapan Katam sangat mendukung upaya adaptasi sekaligus mitigasi dalam
pengamanan/penyelamatan atau pengurangan resiko, pemantapan pertumbuhan produksi, dan
mengurangi dampak sosial-ekomomi.
Hasil dan Pembahasan
Koordinasi intern dan antar institusi
Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Papua.
Pertemuan dilaksanakan 1 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini akan dibahas kemajuan dan
tindak lanjut kegiatan untuk bulan berikutnya. Koordinasi antar institusi dilakukan dengan BMKG
Provinsi Papua, BPTPH Provinsi Papua
Sosialisasi Sistem Informasi Katam Terpadu
Musim Kemarau Sosialisasi sistem informasi kalender tanam terpadu MK 2015 Provinsi Papua
telah dilaksanakan di 4 kabupaten/kota. Media yang digunakan dalam
sosialisasi ini yaitu media cetak, elektronik dan tatap muka. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan
secara sinergi dengan Kegiatan Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan
Teknologi UPSUS PJK, dan Komoditas Utama Kementan dan lLokasi pelaksanaan dan jumlah
kehadiran penyuluh dan petugas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Lokasi Pelaksana Sosialisasi MK1/II 2015, kehadiran peserta dan sinergitas
No
Lokasi
Kabuapten
Distrik
Waropen
Urei Fasei
Jayapura
Sentani
Merauke
Merauke
Kota Jayapura
Abepura
BPP yang menghadiri
Sinergi dengan
BPP Kab. Waropen
BPP Kab. Jayapura
BPP Kurik, Animba, Merauke
BPP Jota Jayapura
UPSUS PJK
Pelatihan PL
Sekolah lapang iklim
UPSUS PJK
Gambar 1. Menunjukan bahwa sebagian besar perserta yang menghadiri
kegiatan
sosialisasi adalah Penyuluh dan dan Dinas pertanian di yang ada di kabupaten dan kota serta
petani. Sedangkan jumlah peserta terbanyak adalah penyuluh yang hadir mengikuti kegiatan
sosialisasi terbanyak terdapat pada Kab. Jayapura?
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1703
Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan secara sinergi dengan Kegiatan Identifikasi Calon
Lokasi, Koordinasi,Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, dan Komoditas Utama
Kementan dan menjadi narasumber pada kegiatan diklat teknis budidaya padi, jagung dan kedelai
bagi penyuluh yang diadakan Balai Diklat Pertanian Jayapura Provinsi Papua. Adapun pelaksana
sosialiasi dilakukan pada wilayah kota dan kabupaten yang memiliki hamparan sawah maupun
lahan kering agar pelaksana Katam Terpadu telaksana secara efisein dan tepat sasaran. Sementara
itu, penyuluh lebih banyak dihadirkan karena pada tahap ini sasaran sosialisasi lebih diberatkan
pada penyuluh yang menjadi mediator dan motivator petani di lapangan. Meskipun demikian
pelaksana sosialisasi tetap menghadirkan para petani dan peserta dari dinas pertanian.
Tabel 2. Menyajikan Informasi hasil evaluasi terhadap implementasi Katam terpadu di
lahanan sawah dan kering.
Tabel. 2 Implementasi katam Terpadu di pada lahan sawah dan lahan kering
Kabupaten
Jayapura
Kota
Jayapura
Nabire
Waropen
Merauke
1704
Sumber
Informasi
Agromemperoleh Katam yang
Komoditas & varietas
ekosistem
informasi
diterpakan
BPTP/
Jadwal
Lahan
IR 64, Ciherang,
Penyuluh
tanam,
sawah
Membramo,
sistim Jarwo
Situpategang, Inpari
7, Inpari 16, dan
inpari 21
BPTP/
Jadwal
Lahan
IR 64, Cigeulis
Penyuluh
tanam,
Sawah
sistim Jarwo
BPTP/
Jadwal
Lahan
Ciherang, Inpari 22
Penyuluh
tanam,
sawah
dan 23
sistim
Jarwo,
Variatas
BPTP/
Jadwal
Lahan
Inpari 20, IR 64
Penyuluh
tanam,
sawah
sistim Jarwo
BPTP/
Jadwal
Lahan
Cigeulis, Ciherang,
Penyuluh
tanam,
Sawah
Inpari 13, Inpari 16,
sistim
Inpari 21, Inpari 23
Jarwo,
dan situpategang
variatas
Indeks
Pertanaman
2 kali
2 kali
3 kali
1 kali
3 kali
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Seluruh informasi mengenai kalender Tanam Terpadu diperoleh petani dari BPTP dan para
penyuluh. Informasi Katam Terpadu yang dimanfaatkan oleh petani meliputi jadwal Tanam,
sistem tanam Jarwo dan variatas yang diterapkan pada lahan sawah dengan rata-rata indeks
pertanaman 2 kali dalam satu tahun.
Verifikasi sistem informasi Katam terpadu Untuk memantau akurasi dan kebenaran
informasi serta menambah informasi yang ada dalam sistem informasi kalender tanam terpadu MK
2015, maka telah dilakukan verifikasi luas baku sawah di 5 kabupaten yaitu Kabupaten Merauke,
Nabire, Waropen, Jayapura dan kota Jayapura. Hasil verifikasi luas baku sawah kondisi rill di
lapangan dengan sistem Katam Terpadu dari beberapa kabupaten tenyata belum sesuai dengan
yang ada di lapangan, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan kedepan.
Bahan informasi sistem informasi Katam Terpadu MK 2015 yang disampaikan melalui
media cetak, elektonik maupun tatap muka secara langsung yaitu berupa bahan cetak katam, info
BPP dan CD) dan buku inovasi teknologi mendukung swasembada padi, jagung dan kedelai di
Provinsi Papua yang didalamnya ada rekomendasi informasi Kalender Tanam Terpadu. Adapun
pada Tabel 3. Bahan informasi kalender tanam terpadu yang disampaikan ke stakholder
Tabel. 3. Bahan informasi kalender tanam terpadu yang disampaikan ke stakholder
No
1.
Jenis Media yang Digunakan
(cetak/elektronik)
Poster
2.
File presentase
3.
Handoud
Jumlah media
yang diproduksi
5
1
500
Judul/Tema
Didiseminasikan
KATAM
TERPADU
KATAM
TERPADU
KATAM
TERPADU
Jumlah BPP
yang menerima
12
12
15
Kesimpulan
1.
Informasi yang ada pada sistem informasi kalender tanam masih ada yang belum sesuai
2.
sehingga masih perlu penyempurnaan lagi
Sasaran sosialiasasi Katam Terpadu di Provinsi Papua sebagian besar adalah para penyuluh
3.
Secara umum Hasil verifikasi luas baku lahan sawah MK 2015 yang dilakuan pada 5
Kabupaten tidak sesuai dengan dengan kondisi eksisting yang ada.
4.
Jumlah petani yang menerapkakan informasi Katam Terpadu masih beragam pada tiap
distrik, namun namun terbanyak melakukan penerapannya yakni pada kabupaten merauke
Daftar Pustaka
Badan Litbang Pertanian. 2012. Petunjuk Teknis Gugus Tugas. Kalender Tanam Terpadu dan
Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
BBSDLP. 2012. Lokakarya Nasional. Perubahan Iklim. Balai Besar Sumber Daya Lahan
Pertanian. Bogor.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1705
Cruz, R.V., Harasawa H., Lal M., Wu S., Anokhin Y., Punsalmaa B., Honda Y., Jafari M., Li C.,
dan Huu Ninh N. 2007. Asia, In Climate Change 2007: Impacts, Adaptati on and
Vulnerability. Contributi on of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change, Parry ML, Canziani OF, Paluti kof JP, van
der Linden PJ and Hanson CE (eds) Cambridge University Press, Cambridge, United
Kingdom, 469-506.
Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi,
Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL - PTT. Dirjen Tanaman Pangan.72 p.
Farmanta Y. 2012. Intersepsi Hujan oleh Tajuk Tanaman Kelapa Sawit . Tesis. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kementerian Pertanian. 2011. Peraturan Menteri Pertanian No. 45/Permentan/OT.140/8/2011.
Kementerian Pertanian. Jakarta. 90 hal.
Kementerian Pertanian. 2012. Seminar Kalender Tanam dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Pertanian dan Tanaman. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Kumar, K. S. K. dan Parikh J. 2001.Indian agriculture and climate sensitivity. Global
Environmental Change 11(2): 147-154.
Paul dan Rashid. 1993. Flood damage to rice crop in Bangladesh. The Geographical Review 83(2):
151-159
Sultana H dan Ali N. 2006.Vulnerability of wheat production in different climatic zones of
Pakistan under climate change scenarios using CSM-CERES-Wheat Model. Paper
presented in the Second International Young Scientists‘ Global Change Conference,
Beijing, 7-9 November 2006, organised by START (the global change SysTem for
Analysis, Research and Training) and the China Meteorological Administration of
agricultural land. Climate Research 3: 97–110.
1706
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Download