Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi 272 ISOLASI

advertisement
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PEKTINOLITIK DARI TANAH MANGROVE
DI MARGOMULYO BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
Isolation and Idenetification Pectinolytic Bacteria from Mangrove Soil at Margomulyo Balikpapan,
Kalimantan Timur
Putri M. Al Asna1, Febriani S. A. Nugraheni2, Utami Sri Hastuti1
1
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
2
Pascasarjana Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5, Malang
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Mangrove merupakan tumbuhan yang banyak hidup di daerah pantai dan muara yang berperan sebagai habitat
berbagai jenis fauna. Sebagian mangrove di daerah Margomulyo mati karena proses alami dan sebagian karena
penebangan, sehingga terdapat sisa batang mangrove mengalami pelapukan. Dalam kulit batang mangrove tersebut
terdapat pektin. Bakteri pektinolitik yang hidup dalam tanah mangrove berperan dalam proses penguraian senyawa
pektin menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat menjadi nutrisi bagi mangrove. Penelitian ini bertujuan
untuk: 1) mengidentifikasi bakteri pektinolitik di dalam tanah mangrove 2) menghitung Indeks Hidrolisis Pektin pada
setiap spesies bakteri pektinolitik 3) menentukan spesies bakteri pektinolitik yang paling potensial menguraikan
pektin. Sampel tanah diambil secara acak dari 10 titik di kawasan mangrove, dan diencerkan sampai tingkat
pengenceran 10-10. Sampel dari setiap tingkat pengenceran diinokulasikan pada media Nutrien Agar. Pengujian
bakteri pektinolitik dan penentuan indeks hidrolisis pektin dilakukan pada medium Vincent Agar. Hasil penelitian ini
menunjukkan 1) Ada lima spesies bakteri pektinolitik yang berasal dari tanah mangrove, yaitu; Vibrio
parahemoliticus, Providensia stuartii, Pseudomonas pseudomallei, Listeria monocytogenes, dan Bacillus cereus ; 2)
Penghitungan indeks hidrolisis pektinolitik dari lima spesies bakteri amilolitik tersebut dalam rentangan 2,46-7,12; 3)
Spesies bakteri pektinolitik yang memiliki indeks hidrolisis pektinolitik tertinggi adalah Pseudomonas pseudomallei
yaitu 7,12.
Kata Kunci: bakteri pektinolitik, tanah mangrove, Indeks Hidrolisis Pektin
ABSTRACT
Mangrove is plant that widely found in the coastal areas and estuaries. Some mangrove in the Margomulyo area
dead and logged so that there are remaining mangrove stem decayed. Inside the bark of mangrove there is pectin.
Pectinolytic bacteria live in the mangrove soil and participate in the decomposition process of pectin into simple
substance, so it may addition nutrient for mangrove plant. This research aimed to 1) to identified of pectinolytic
bacteria in the mangrove soil ; 2) to calculated the hydrolysis pectin index of each species of pectinolytic bacteria in
the mangrove soil at Margomulyo area; 3) to determined the pectinolytic bacteria species that have the most
potential to hydrolyze pectin. Soil sample taken at random place from 10 points in in the mangrove soil at
Margomulyo area and diluted up to 10 -10 dilution levels. Soil samples from each dilution level inoculated in NA
media. Examination of pectinolytic bacteria and determination of hydrolysis pectin index was done in Vincent’s Agar
medium. This research result show that 1) There are five pectinolytic bacteria isolated from the mangrove soil; 2)
Determination of hydrolysis pectin index are ranging between 2,46-7,12; 3) Pectinolytic bacteria that have the
highest hydrolysis pectin index is Pseudomonas pseudomallei that is 7,12.
Keywords: pectinolytic bacteria, mangrove soil, pectin hydrolysis index
Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang
dikenal sebagai pelindung fisik pantai untuk mencegah
adanya abrasi (Karuniastuti, 2013). Mangrove tumbuh
dan hidup pada daerah berlumpur, basah, dan perairan
pasang surut daerah tropis (Purnobasuki, 2005).
Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri
dari lingkungan biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove. Area
mangrove Margomulyo, Kalimantan Timur merupakan
wilayah yang memiliki 12 spesies mangrove yaitu
Rhizopora mucronata, Rhizopora aviculata, Avicennia
alba, Avicennia lanata, Sonneratia casiolaris, Ceripos
taga, Ceriops decandra, Brugiiera gymnorrhiza,
Lumnitzera litorea, Xylocarpus granatum, Nypafruticans,
Acrostichum dan Scyphiphora (Badan Lingkungan Hidup
Kota Balikpapan, 2012).
Pada umumnya hutan mangrove ditinjau dari segi
ekologi beserta interaksinya, namun selain itu hutan
mangrove juga dipengaruhi oleh beberapa aspek biologi.
Aspek biologi hutan mangrove dipengaruhi oleh
pengambilan mineral oleh tumbuhan, aktivitas biologi
dari seluruh biota dalam hutan mangrove, dekomposisi,
produksi serasah dan pelapukan dari batang mangrove
yang mati (Purnobasuki, 2005). Serasah dan batang lapuk
mangrove merupakan bahan organik yang telah
mengalami beberapa tahap dekomposisi
oleh
mikroorganisme dan telah tercampur ke dalam tanah
untuk menghasilkan zat organik dan mineral bagi
kesuburan tanah serta sumber bagi kehidupan
Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
272
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
fitoplankton. (Arief, 2007; Mahmudi 2008). Berbagai zat
organik hasil dekomposisi serasah dan batang lapuk oleh
mikroorganisme umumnya adalah selulosa, hemiselulosa,
dan pektin. Diantara komponen organik tersebut, pektin
merupakan substansi terbesar
pada tanaman yaitu
berkisar antara 0,5-4,0 % dari berat basah tumbuhan
(Sakai dkk., 1993; Whitaker, 1990; Kashyap dkk., 2001;
Jayani R.S, dkk 2005).
Pektin merupakan komponen utama penyusun
dinding sel pada tanaman (Aaisha dan Barata, 2016).
Serasah dan pelapukan batang mangrove memungkinkan
adanya kandungan pektin yang tinggi di dalam tanah,
maka
kemungkinan
pula
banyak
ditemukan
mikroorganisme yang mampu mendegradasi pektin di
dalam tanah (Reanida, 2012). Salah satu jenis
mikroorganisme yang mampu mendegradasi pektin
dinamakan bakteri pektinolitik. Bakteri pektinolitik
mampu mendegradasi pektin dengan cara memproduksi
enzim pektinase. Pektinase adalah grup enzim yang
mengkatalis substansi pektin dengan reaksi degradasi
melalui depolimerisasi dan deesterifikasi (Coutinho dkk.,
2003).
Spesies bakteri pektinolitik telah berhasil diisolasi
dan diidentifikasi dari tanah Akola India yaitu Bacillus
firmus, Bacillus coagulans, Bacillus endophyticus, dan
Bacillus vietnamensis (Aaisha dan Barata, 2016). Selain
itu, ditemukan pula bakteri pektinolitik di tanah
perkebunan mangga Andhra Pradesh yaitu Paenibacillus
jamilae (Sridevi, K. dkk 2016). Penelitian serupa juga
ditemukan bakteri pektinolitik dalam sedimen tanah
limbah pertanian di daerah El-Farafra Oasis, New Valley
governorate, Egypt yakni Bacillus subtilis (El-Sayed,
2015). Namun, saat ini belum banyak dilakukan
penelitian terkait mengenai bakteri pektinolitik yang ada
tanah ekosistem mangrove khususnya di daerah
Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur, sehingga
penelitian ini perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengidentifikasi
spesies-spesies bakteri pektinolitik yang terdapat dalam
tanah mangrove; 2) menghitung indeks hidrolisis
pektinolitik pada masing-masing spesies bakteri
pektinolitik; 3) menentukan spesies bakteri pektinolitik
yang paling potensial menguraikan pektinolitik
berdasarkan indeks hidrolisis pektinolitik.
METODE
Persiapan Suspensi, Inokulasi, dan Isolasi Bakteri
Semua sampel tanah mangrove dihaluskan
menggunakan mortar dan pistle dan dicampurkan sampai
rata dan diambil sebanyak 25 gram. Sampel tanah
mengrove kemudian dilarutkan dalam 225 ml aquades
steril sehingga diperoleh larutan dengan tingkat
pengenceran 10-1.
Larutan dihomogenkan dengan menggunakan
shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 1 x 24 jam.
Suspensi sampel kemudian diencerkan hingga tingkat
pengenceran 10-10 dan diinokulasikan pada medium
lempeng Nutrien Agar (NA) sebanyak 0,1 ml secara
triplo dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 x 24
jam.
Isolasi dan Skrining Kemampuan Hidrolisis Pektin
Bakteri yang tumbuh pada media NA lempeng
kemudian diisolasi pada NA miring dan masing masing
spesies diberi kode. Pengujian sifat pektinolitik dilakukan
dengan menginokulasikan isolat murni bakteri secara zigzag pada medium lempeng Vincent’s agar (VA) dan
diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Adanya
kemampuan hidrolisis pektin diamati dengan adanya zona
bening disekitar pertumbuhan koloni bakteri setelah
dilakukan penambahan larutan iodium selama  3 menit
pada media VA (Venkata dkk., 2013).
Penghitungan Indeks Hidrolisis Pektinolitik dan
Identifikasi Bakteri
Kode bakteri yang positif bersifat pektinolitik
kemudian diinokulasikan kembali ke media lempeng VA
dengan metode kuadran dan diinkubasikan pada suhu
37oC selama 1 x 24 jam. Lalu ditambahkan larutan iodium
selama  3 menit untuk mengamati zona bening dan
dilakukan penghitungan indeks hidrolisis pektinolitik
(IHP) dengan rumus berikut:
Indeks Hidrolisis =
P
Pektin
Isolat bakteri pektinolitik kemudian dikarakterisasi
secara morfologi, mikroskopis dan fisiologis serta
diidentifikasi
dengan
menggunakan
MicrobactTM
Identification Kits.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan Sampel
Sampel tanah mangrove diambil dari 10 titik
sampling dari 5 stasiun yang yang telah ditentukan secara
acak. Sampel tanah diambil masing-masing sebanyak 5
gram pada setiap titik sampling dan dimasukkan ke dalam
botol sampel steril. Semua sampel disimpan di dalam ice
box bersama-sama es batu dalam suhu berkisar antara 2627oC. Sampel tanah mangrove kemudian dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas
Negeri Malang.
Terdapat 13 isolat bakteri yang berhasil diisolasi
dari tanah mangrove kawasan Margomulyo Balikpapan
Kalimantan Timur. Dari keempat belas isolat bakteri
tersebut, diketahui 5 isolat bakteri yang positif bersifat
mampu menghidrolisis pektin (pektinolitik). Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar
pertumbuhan koloni bakteri setelah ditetesi larutan iodium
selama  3 menit pada media VA (Gambar 1). Zona
bening yang muncul mengindikasikan adanya degradasi
pektin pada media VA oleh bakteri.
Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
273
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Gambar 1. Koloni Bakteri yang Memiliki Sifat Pektinolitik. Adanya degradasi pektinolitik dapat teramati dengan adanya zona bening
pada di sekitar koloni bakteri setelah ditetesi larutan iodine.
Tabel 1. Hasil Pengujian Kemampuan Hidrolisis Pektin dari
Masing-Masing Bakteri
Kemampuan Menghidrolisis
Kode Isolat
Pektinolitik
A
B
C
D
+
E
F
G
I
J
L
+
N
+
O
+
Q
+
1. Karakterisasi
Morfologi
Koloni
Bakteri
Pektinolitik
Masing-masing isolat bakteri pektinolitik
dilakukan karakterisasi morfologi koloni. Masingmasing karakter morfologi koloni isolat bakteri
pektinolitik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakter Morfologi Koloni Bakteri Pektinolitik
Ciri-Ciri Morfologi Koloni
Kode
Isolat
Warna
Bentuk
Tepi
Elevasi
D
Putih
Benang
Berlekuk
Timbul
L
Putih
Bundar
Tidak
Timbul
susu
tidak teratur
beraturan
N
Putih
Bundar
Berombak
Timbul
kuning
tepian
kerang
O
Putih
Bundar
Berombak
Datar
susu
tepian
kerang
Q
Putih
Tidak
Berombak
Timbul
beraturan
2. Karakterisasi Sitologi Bakteri Pektinolitik
Hasil deskripsi karakter sitologi isolat bakteri
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakter Sitologi Isolat Bakteri Amilolitik
Karakter Sitologi
Kode Isolat
Sifat Gram
Kapsula
Spora
D
+
+
+
L
N
O
+
+
Q
+
+
-
3. Hasil Identifikasi Bakteri Pektinolitik
Berdasarkan hasil identifikasi bakteri pektinolitik
didapatkan lima spesies bakteri. Masing-masing spesies
bakteri pektinolitik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Identifikasi Spesies-Spesies Bakteri Amilolitik
Kode Isolat
Spesies Bakteri
D
Vibrio parahemoliticus
L
Providensia stuartii
N
Pseudomonas pseudomallei
O
Listeria monocytogenes
Q
Bacillus cereus
4. Indeks Hidrolisis Pektinolitik Setiap Spesies
Bakteri
Hasil pengukuran indeks hidrolisis pektinolitik
setiap spesies bakteri pektinolitik tersaji pada Tabel 5.
Spesies bakteri pektinolitik yang memiliki Indeks
Hidrolisis
pektinolitik
yang
tertinggi
adalah
Pseudomonas pseudomallei, yaitu 7,12 dan yang
memiliki Indeks Hidrolisis pektinolitik yang terendah
adalah Vibrio parahaemoliticus, yaitu 2,46.
Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
274
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Tabel 5. Hasil Pengukuran Indeks Hidrolisis Pektinolitik
Indeks Hidrolisis Amilum
Kode
Nama Spesies
Isolat
1
2
3
x
D
Vibrio
2,23 3,18 2,46 2,46
parahemoliticus
L
Providensia
9,53 4,65 6,10 6,76
stuartii
N
Pseudomonas
7,00 6,71 7,65 7,12
pseudomallei
O
Listeria
6,20 3,87 5,83 5,30
monocytogenes
Q
Bacillus cereus
2,40 2,38 8,73 4,50
Kawasan hutan mangrove adalah hutan perairan
basah dengan ragam tumbuhan homogen yang tumbuh
dari perpaduan unsur-unsur iklim tropis basah, curah,
hujan yang tinggi, laut tenang dan terdapat sumber
lumpur (Purnobasuki, 2015). Tanah di hutan mangrove
mempunyai ciri-ciri selalu basah, mengandung garam,
sedikit kandungan oksigen namun kaya akan bahanbahan organik (Soeroyo dan Suyarso, 2002). Bahan
organik yang melimpah di dalam tanah hutan mangrove
dominan berasal dari hasil dekomposisi serasah dan
batang lapuk mangrove. Serasah dan batang lapuk
mangrove dapat terdekomposisi menjadi beberapa
kategori yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, protein
dan pektin (Dix dan Webster, 1995).
Pektin merupakan substansi penyusun komponen
utama dinding sel. Khususnya pada bagian antara
lamela tengah sel dalam bentuk kalsium pektat dan
magnesium pektat (Rastogi, 1998). Enzim yang mampu
mendegradasi pektin dinamakan enzim pektinase
(Benen dkk., 2002). Mikroorganisme seperti bakteri
dalam tanah mampu mensekresikan enzim pektinolitik
untuk didegradasi menjadi komponen yang lebih
sederhana. Menurut Reanida (2012) bahwa daun yang
gugur di atas tanah mangrove memungkinkan bahwa
terdapat kandungan pektin yang tinggi di tanah
mangrove.
Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi
sebanyak lima belas isolat bakteri dari tanah mangrove.
lima diantara empat belas bakteri tersebut positif
memiliki sifat pektinolitik. Pengujian kemampuan
pektinolitik dilakukan dengan mengamati adanya zona
bening pada media Vincent’s Agar (VA) setelah ditetesi
larutan iodium. Zona bening (clear zone) merupakan
indikasi awal untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam mendekomposisi pektin. Semakin luas zona
bening yang terbentuk, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa potensi bakteri dalam mendegradasi pektin
semakin tinggi (Reanida, 2012)
Penghitungan indeks kemampuan hidrolisis
pektin juga dilakukan pada masing-masing isolat
bakteri. Fikrinda (2000) menyatakan bahwa aktivitas
sekresi enzim pektinase ditandai dengan nilai indeks
kemampuan hidrolisis pektin yang merupakan
perbandingan diameter zona bening terhadap diameter
koloni isolat bakteri pada media lempeng VA. Besar
kecilnya nilai indeks kemampuan hidrolisis pektin yang
dihasilkan bakteri pektinolitik menandakan kuat
lemahnya kemampuan bakteri tersebut dalam
mendegradasi pektin. Dari hasil penghitungan indeks
kemampuan hidrolisis pektin diketahui bahwa spesies
bakteri pektinolitik yang memiliki Indeks Hidrolisis
pektinolitik
tertinggi
adalah
Pseudomonas
pseudomallei, yaitu 7,12 dan Indeks hidrolisis
pektinolitik terendah adalah Vibrio parahaemoliticus,
yaitu 2,46. Adanya perbedaan nilai indeks hidrolisis
pektin diantara keenam spesies bakteri pektinolitik
tersebut dikarenakan adanya perbedaan sifat dari
masing-masing spesies bakteri tersebut.
Dari hasil identifikasi diketahui bahwa terdapat
lima spesies bakteri tanah mangrove kawasan
Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur yaitu
Vibrio
parahemoliticus,
Providensia
stuartii,
Pseudomonas pseudomallei, Listeria monocytogenes,
Bacillus cereus. Enzim pektinase yang disekresikan
bakteri tersebut mengkatalis substansi pektin dengan
memecah ikatan glikosidik dari rantai panjang karbon
and memisahkan kelompok metoksil (Tariq dan Latif,
2012).
Dengan adanya aktivitas pektinolitik dari
beberapa spesies bakteri pektinolitik yang telah
teridentifikasi
maka
akamembantu
terjadinya
dekomposisi serasah dan batang lapuk mangrove
terutama senyawa pektin yang ada di dalam tanah
mangrove. Hal tersebut juga berkontribusi dalam upaya
mengatasi pencemaran limbah serasah dan batang lapuk
mangrove.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Ada lima
spesies bakteri pektinolitik yang berasal dari tanah
mangrove di daerah Margomulyo Balikpapan
Kalimantan Timur,
yaitu; Vibrio parahemoliticus,
Providensia stuartii, Pseudomonas pseudomallei,
Listeria monocytogenes, , dan Bacillus cereus ; 2)
Penghitungan indeks hidrolisis pektinolitik dari lima
spesies bakteri amilolitik tersebut dalam rentangan 2,467,12; 3) Spesies bakteri pektinolitik yang memiliki
indeks hidrolisis pektinolitik tertinggi adalah
Pseudomonas pseudomallei yaitu 7,12.
DAFTAR RUJUKAN
Aaisha, G.A., dan Barate, D.L. 2016. Isolation and
Identification of Pectinolytic Bacteria from Soil
Samples
of
Akola
Region,
India.
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci. 5(1): 514-521
Arief,
A. 2007. Hutan Mangrove: Fungsi dan
Manfaatnya Edisi ke-5. Yogyakarta: Kanisius
Benen, J.A.E., Vinken, J.P., Alebeek, G.W.M. 2002.
Pectins and Their Manipulation. Blackwell
Publishing: Oxford
Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
275
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Bengen, D.G., 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan
Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB
Pemerintah Kota Balikpapan, Badan Lingkungan
Hidup, 2012. Laporan Status Lingkungan Hidup
Kota Balikpapan 2012. Balikpapan
Coutinho, P.M., Stam, M., Blanc, E., dan Henrissat, B.
2003. Why are There so Many CarbohydrateActive Enzyme-Related Genes in Plants?. Trends
Plant Sci. 8 (): 563-565.
Purnobasuki, H. 2005. Tinjauan Perspektif Hutan
Mangrove. Surabaya: Airlangga University Press
Dix, N.J dan Webster, J. 1995. Fungal Ecology.
London: Chapman and Hall
El-Sayed, M.H., 2015. Thermoalkali-Stable Pectinase
from Bacillus subtilis Strain NVFO 19 Isolated
from Agricultural Waste Dump Soil. 2015.
Current Research in Microbiology and
Technology 3 (6) : 805-815
Fikrinda, I. A., Purwadaria, T., dan Santosa, D.A. 2002.
Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Selulase
Ekstremofil dari Ekosistem Air Hitam. Jurnal
Mikrobiologi Indonesia 5 (2): 75-80
Jayani, R.S., Saxena, S., dan Gupta, R. 2005. Microbial
Pectinolytic Enzymes: A review. Procs Biochem
40:2931–2944.
Karuniastuti. 2013. Peranan Hutan Mangrove bagi
Lingkungan Hidup, Forum Manajemen, 6(1): 110.
Kashyap, D.R., Chandra, S., Kaul, A., dan Tewari, R.
2000.
Production,
Purification
and
Characterization of Pectinase from Bacillus sp.
DT7. World journal of Microbiology and
Biotechnology 16: 277-282.
Mahmudi, M. 2008. Laju Dekomposisi Serasah
Mangrove dan Kontribusinya Terhadap Nutrien
di Hutan Mangrove Reboisasi. Jurnal Penelitian
Perikanan. 11(1):107-117.
Microbial Enzymes and Biotechnology 2nd Edition,
London: Elsevier Science Ltd
Rastogi, G. 1998. Vishal’s Objective Botany. India:
Vishal Publishers
Reanida, O.P., Supriyanto, A. dan Salamun. 2012.
Eksplorasi Bakteri Selulolitik dari Tanah
Mangrove
Wonorejo
Surabaya.
Skripsi.
Departemen Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya
Sakai, T., Sakamoto, T., Hallaert, J., dan Vandamme, E.
J. 1993. Pectin, Pectinase and Protopectinase:
Production, Properties and Applications. Adv.
Appl. Microbiol 39 (): 231-294
Soeroyo dan Suyarso. 2002. Sifat-Sifat Kimia Tanah
Mangrove. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi-Lembaga Ilmu dan Pengetahuan
Indonesia, 2(6) : 15-20
Sridevi, K., Raagini, P.S., Sumanth, M., dan
Vijaylaksmi, K., 2016. Isolation and Screening
of Pectinolytic Bacteria from the Mango Fruit
Yards. World Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences 5 (1) : 738-748
Tariq, A dan Latif, Z. 2012. Isolation and Biochemical
Characterization of Bacterial Isolates Producing
Different Levels of Polygalacturonases from
Various
Sources.
African
Journal
of
Microbiology Research 6(45): 7259- 7264.
Venkata N., Raju, E., Divakar, G. 2013. Screening and
Isolation Of Pectinase Producing Bacteria From
Various Regions in Bangalore. Int J Res Pharm
Biomed Sci. 4 (1):151–154.
Whitaker, J. R. 1990. Microbial Pectinolytic Enzymes in
Fogarty W M, Kelly C T (Eds.).
Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
276
Download