PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PEKTINOLITIK DARI TANAH MANGROVE DI MARGOMULYO BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR Isolation and Idenetification Pectinolytic Bacteria from Mangrove Soil at Margomulyo Balikpapan, Kalimantan Timur Putri M. Al Asna1, Febriani S. A. Nugraheni2, Utami Sri Hastuti1 1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang 2 Pascasarjana Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5, Malang e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK Mangrove merupakan tumbuhan yang banyak hidup di daerah pantai dan muara yang berperan sebagai habitat berbagai jenis fauna. Sebagian mangrove di daerah Margomulyo mati karena proses alami dan sebagian karena penebangan, sehingga terdapat sisa batang mangrove mengalami pelapukan. Dalam kulit batang mangrove tersebut terdapat pektin. Bakteri pektinolitik yang hidup dalam tanah mangrove berperan dalam proses penguraian senyawa pektin menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat menjadi nutrisi bagi mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi bakteri pektinolitik di dalam tanah mangrove 2) menghitung Indeks Hidrolisis Pektin pada setiap spesies bakteri pektinolitik 3) menentukan spesies bakteri pektinolitik yang paling potensial menguraikan pektin. Sampel tanah diambil secara acak dari 10 titik di kawasan mangrove, dan diencerkan sampai tingkat pengenceran 10-10. Sampel dari setiap tingkat pengenceran diinokulasikan pada media Nutrien Agar. Pengujian bakteri pektinolitik dan penentuan indeks hidrolisis pektin dilakukan pada medium Vincent Agar. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) Ada lima spesies bakteri pektinolitik yang berasal dari tanah mangrove, yaitu; Vibrio parahemoliticus, Providensia stuartii, Pseudomonas pseudomallei, Listeria monocytogenes, dan Bacillus cereus ; 2) Penghitungan indeks hidrolisis pektinolitik dari lima spesies bakteri amilolitik tersebut dalam rentangan 2,46-7,12; 3) Spesies bakteri pektinolitik yang memiliki indeks hidrolisis pektinolitik tertinggi adalah Pseudomonas pseudomallei yaitu 7,12. Kata Kunci: bakteri pektinolitik, tanah mangrove, Indeks Hidrolisis Pektin ABSTRACT Mangrove is plant that widely found in the coastal areas and estuaries. Some mangrove in the Margomulyo area dead and logged so that there are remaining mangrove stem decayed. Inside the bark of mangrove there is pectin. Pectinolytic bacteria live in the mangrove soil and participate in the decomposition process of pectin into simple substance, so it may addition nutrient for mangrove plant. This research aimed to 1) to identified of pectinolytic bacteria in the mangrove soil ; 2) to calculated the hydrolysis pectin index of each species of pectinolytic bacteria in the mangrove soil at Margomulyo area; 3) to determined the pectinolytic bacteria species that have the most potential to hydrolyze pectin. Soil sample taken at random place from 10 points in in the mangrove soil at Margomulyo area and diluted up to 10 -10 dilution levels. Soil samples from each dilution level inoculated in NA media. Examination of pectinolytic bacteria and determination of hydrolysis pectin index was done in Vincent’s Agar medium. This research result show that 1) There are five pectinolytic bacteria isolated from the mangrove soil; 2) Determination of hydrolysis pectin index are ranging between 2,46-7,12; 3) Pectinolytic bacteria that have the highest hydrolysis pectin index is Pseudomonas pseudomallei that is 7,12. Keywords: pectinolytic bacteria, mangrove soil, pectin hydrolysis index Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang dikenal sebagai pelindung fisik pantai untuk mencegah adanya abrasi (Karuniastuti, 2013). Mangrove tumbuh dan hidup pada daerah berlumpur, basah, dan perairan pasang surut daerah tropis (Purnobasuki, 2005). Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove. Area mangrove Margomulyo, Kalimantan Timur merupakan wilayah yang memiliki 12 spesies mangrove yaitu Rhizopora mucronata, Rhizopora aviculata, Avicennia alba, Avicennia lanata, Sonneratia casiolaris, Ceripos taga, Ceriops decandra, Brugiiera gymnorrhiza, Lumnitzera litorea, Xylocarpus granatum, Nypafruticans, Acrostichum dan Scyphiphora (Badan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, 2012). Pada umumnya hutan mangrove ditinjau dari segi ekologi beserta interaksinya, namun selain itu hutan mangrove juga dipengaruhi oleh beberapa aspek biologi. Aspek biologi hutan mangrove dipengaruhi oleh pengambilan mineral oleh tumbuhan, aktivitas biologi dari seluruh biota dalam hutan mangrove, dekomposisi, produksi serasah dan pelapukan dari batang mangrove yang mati (Purnobasuki, 2005). Serasah dan batang lapuk mangrove merupakan bahan organik yang telah mengalami beberapa tahap dekomposisi oleh mikroorganisme dan telah tercampur ke dalam tanah untuk menghasilkan zat organik dan mineral bagi kesuburan tanah serta sumber bagi kehidupan Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 272 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 fitoplankton. (Arief, 2007; Mahmudi 2008). Berbagai zat organik hasil dekomposisi serasah dan batang lapuk oleh mikroorganisme umumnya adalah selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Diantara komponen organik tersebut, pektin merupakan substansi terbesar pada tanaman yaitu berkisar antara 0,5-4,0 % dari berat basah tumbuhan (Sakai dkk., 1993; Whitaker, 1990; Kashyap dkk., 2001; Jayani R.S, dkk 2005). Pektin merupakan komponen utama penyusun dinding sel pada tanaman (Aaisha dan Barata, 2016). Serasah dan pelapukan batang mangrove memungkinkan adanya kandungan pektin yang tinggi di dalam tanah, maka kemungkinan pula banyak ditemukan mikroorganisme yang mampu mendegradasi pektin di dalam tanah (Reanida, 2012). Salah satu jenis mikroorganisme yang mampu mendegradasi pektin dinamakan bakteri pektinolitik. Bakteri pektinolitik mampu mendegradasi pektin dengan cara memproduksi enzim pektinase. Pektinase adalah grup enzim yang mengkatalis substansi pektin dengan reaksi degradasi melalui depolimerisasi dan deesterifikasi (Coutinho dkk., 2003). Spesies bakteri pektinolitik telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari tanah Akola India yaitu Bacillus firmus, Bacillus coagulans, Bacillus endophyticus, dan Bacillus vietnamensis (Aaisha dan Barata, 2016). Selain itu, ditemukan pula bakteri pektinolitik di tanah perkebunan mangga Andhra Pradesh yaitu Paenibacillus jamilae (Sridevi, K. dkk 2016). Penelitian serupa juga ditemukan bakteri pektinolitik dalam sedimen tanah limbah pertanian di daerah El-Farafra Oasis, New Valley governorate, Egypt yakni Bacillus subtilis (El-Sayed, 2015). Namun, saat ini belum banyak dilakukan penelitian terkait mengenai bakteri pektinolitik yang ada tanah ekosistem mangrove khususnya di daerah Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengidentifikasi spesies-spesies bakteri pektinolitik yang terdapat dalam tanah mangrove; 2) menghitung indeks hidrolisis pektinolitik pada masing-masing spesies bakteri pektinolitik; 3) menentukan spesies bakteri pektinolitik yang paling potensial menguraikan pektinolitik berdasarkan indeks hidrolisis pektinolitik. METODE Persiapan Suspensi, Inokulasi, dan Isolasi Bakteri Semua sampel tanah mangrove dihaluskan menggunakan mortar dan pistle dan dicampurkan sampai rata dan diambil sebanyak 25 gram. Sampel tanah mengrove kemudian dilarutkan dalam 225 ml aquades steril sehingga diperoleh larutan dengan tingkat pengenceran 10-1. Larutan dihomogenkan dengan menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 1 x 24 jam. Suspensi sampel kemudian diencerkan hingga tingkat pengenceran 10-10 dan diinokulasikan pada medium lempeng Nutrien Agar (NA) sebanyak 0,1 ml secara triplo dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Isolasi dan Skrining Kemampuan Hidrolisis Pektin Bakteri yang tumbuh pada media NA lempeng kemudian diisolasi pada NA miring dan masing masing spesies diberi kode. Pengujian sifat pektinolitik dilakukan dengan menginokulasikan isolat murni bakteri secara zigzag pada medium lempeng Vincent’s agar (VA) dan diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Adanya kemampuan hidrolisis pektin diamati dengan adanya zona bening disekitar pertumbuhan koloni bakteri setelah dilakukan penambahan larutan iodium selama 3 menit pada media VA (Venkata dkk., 2013). Penghitungan Indeks Hidrolisis Pektinolitik dan Identifikasi Bakteri Kode bakteri yang positif bersifat pektinolitik kemudian diinokulasikan kembali ke media lempeng VA dengan metode kuadran dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Lalu ditambahkan larutan iodium selama 3 menit untuk mengamati zona bening dan dilakukan penghitungan indeks hidrolisis pektinolitik (IHP) dengan rumus berikut: Indeks Hidrolisis = P Pektin Isolat bakteri pektinolitik kemudian dikarakterisasi secara morfologi, mikroskopis dan fisiologis serta diidentifikasi dengan menggunakan MicrobactTM Identification Kits. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan Sampel Sampel tanah mangrove diambil dari 10 titik sampling dari 5 stasiun yang yang telah ditentukan secara acak. Sampel tanah diambil masing-masing sebanyak 5 gram pada setiap titik sampling dan dimasukkan ke dalam botol sampel steril. Semua sampel disimpan di dalam ice box bersama-sama es batu dalam suhu berkisar antara 2627oC. Sampel tanah mangrove kemudian dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang. Terdapat 13 isolat bakteri yang berhasil diisolasi dari tanah mangrove kawasan Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur. Dari keempat belas isolat bakteri tersebut, diketahui 5 isolat bakteri yang positif bersifat mampu menghidrolisis pektin (pektinolitik). Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar pertumbuhan koloni bakteri setelah ditetesi larutan iodium selama 3 menit pada media VA (Gambar 1). Zona bening yang muncul mengindikasikan adanya degradasi pektin pada media VA oleh bakteri. Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 273 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Gambar 1. Koloni Bakteri yang Memiliki Sifat Pektinolitik. Adanya degradasi pektinolitik dapat teramati dengan adanya zona bening pada di sekitar koloni bakteri setelah ditetesi larutan iodine. Tabel 1. Hasil Pengujian Kemampuan Hidrolisis Pektin dari Masing-Masing Bakteri Kemampuan Menghidrolisis Kode Isolat Pektinolitik A B C D + E F G I J L + N + O + Q + 1. Karakterisasi Morfologi Koloni Bakteri Pektinolitik Masing-masing isolat bakteri pektinolitik dilakukan karakterisasi morfologi koloni. Masingmasing karakter morfologi koloni isolat bakteri pektinolitik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakter Morfologi Koloni Bakteri Pektinolitik Ciri-Ciri Morfologi Koloni Kode Isolat Warna Bentuk Tepi Elevasi D Putih Benang Berlekuk Timbul L Putih Bundar Tidak Timbul susu tidak teratur beraturan N Putih Bundar Berombak Timbul kuning tepian kerang O Putih Bundar Berombak Datar susu tepian kerang Q Putih Tidak Berombak Timbul beraturan 2. Karakterisasi Sitologi Bakteri Pektinolitik Hasil deskripsi karakter sitologi isolat bakteri dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Karakter Sitologi Isolat Bakteri Amilolitik Karakter Sitologi Kode Isolat Sifat Gram Kapsula Spora D + + + L N O + + Q + + - 3. Hasil Identifikasi Bakteri Pektinolitik Berdasarkan hasil identifikasi bakteri pektinolitik didapatkan lima spesies bakteri. Masing-masing spesies bakteri pektinolitik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Identifikasi Spesies-Spesies Bakteri Amilolitik Kode Isolat Spesies Bakteri D Vibrio parahemoliticus L Providensia stuartii N Pseudomonas pseudomallei O Listeria monocytogenes Q Bacillus cereus 4. Indeks Hidrolisis Pektinolitik Setiap Spesies Bakteri Hasil pengukuran indeks hidrolisis pektinolitik setiap spesies bakteri pektinolitik tersaji pada Tabel 5. Spesies bakteri pektinolitik yang memiliki Indeks Hidrolisis pektinolitik yang tertinggi adalah Pseudomonas pseudomallei, yaitu 7,12 dan yang memiliki Indeks Hidrolisis pektinolitik yang terendah adalah Vibrio parahaemoliticus, yaitu 2,46. Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 274 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Tabel 5. Hasil Pengukuran Indeks Hidrolisis Pektinolitik Indeks Hidrolisis Amilum Kode Nama Spesies Isolat 1 2 3 x D Vibrio 2,23 3,18 2,46 2,46 parahemoliticus L Providensia 9,53 4,65 6,10 6,76 stuartii N Pseudomonas 7,00 6,71 7,65 7,12 pseudomallei O Listeria 6,20 3,87 5,83 5,30 monocytogenes Q Bacillus cereus 2,40 2,38 8,73 4,50 Kawasan hutan mangrove adalah hutan perairan basah dengan ragam tumbuhan homogen yang tumbuh dari perpaduan unsur-unsur iklim tropis basah, curah, hujan yang tinggi, laut tenang dan terdapat sumber lumpur (Purnobasuki, 2015). Tanah di hutan mangrove mempunyai ciri-ciri selalu basah, mengandung garam, sedikit kandungan oksigen namun kaya akan bahanbahan organik (Soeroyo dan Suyarso, 2002). Bahan organik yang melimpah di dalam tanah hutan mangrove dominan berasal dari hasil dekomposisi serasah dan batang lapuk mangrove. Serasah dan batang lapuk mangrove dapat terdekomposisi menjadi beberapa kategori yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, protein dan pektin (Dix dan Webster, 1995). Pektin merupakan substansi penyusun komponen utama dinding sel. Khususnya pada bagian antara lamela tengah sel dalam bentuk kalsium pektat dan magnesium pektat (Rastogi, 1998). Enzim yang mampu mendegradasi pektin dinamakan enzim pektinase (Benen dkk., 2002). Mikroorganisme seperti bakteri dalam tanah mampu mensekresikan enzim pektinolitik untuk didegradasi menjadi komponen yang lebih sederhana. Menurut Reanida (2012) bahwa daun yang gugur di atas tanah mangrove memungkinkan bahwa terdapat kandungan pektin yang tinggi di tanah mangrove. Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi sebanyak lima belas isolat bakteri dari tanah mangrove. lima diantara empat belas bakteri tersebut positif memiliki sifat pektinolitik. Pengujian kemampuan pektinolitik dilakukan dengan mengamati adanya zona bening pada media Vincent’s Agar (VA) setelah ditetesi larutan iodium. Zona bening (clear zone) merupakan indikasi awal untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mendekomposisi pektin. Semakin luas zona bening yang terbentuk, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi bakteri dalam mendegradasi pektin semakin tinggi (Reanida, 2012) Penghitungan indeks kemampuan hidrolisis pektin juga dilakukan pada masing-masing isolat bakteri. Fikrinda (2000) menyatakan bahwa aktivitas sekresi enzim pektinase ditandai dengan nilai indeks kemampuan hidrolisis pektin yang merupakan perbandingan diameter zona bening terhadap diameter koloni isolat bakteri pada media lempeng VA. Besar kecilnya nilai indeks kemampuan hidrolisis pektin yang dihasilkan bakteri pektinolitik menandakan kuat lemahnya kemampuan bakteri tersebut dalam mendegradasi pektin. Dari hasil penghitungan indeks kemampuan hidrolisis pektin diketahui bahwa spesies bakteri pektinolitik yang memiliki Indeks Hidrolisis pektinolitik tertinggi adalah Pseudomonas pseudomallei, yaitu 7,12 dan Indeks hidrolisis pektinolitik terendah adalah Vibrio parahaemoliticus, yaitu 2,46. Adanya perbedaan nilai indeks hidrolisis pektin diantara keenam spesies bakteri pektinolitik tersebut dikarenakan adanya perbedaan sifat dari masing-masing spesies bakteri tersebut. Dari hasil identifikasi diketahui bahwa terdapat lima spesies bakteri tanah mangrove kawasan Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur yaitu Vibrio parahemoliticus, Providensia stuartii, Pseudomonas pseudomallei, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus. Enzim pektinase yang disekresikan bakteri tersebut mengkatalis substansi pektin dengan memecah ikatan glikosidik dari rantai panjang karbon and memisahkan kelompok metoksil (Tariq dan Latif, 2012). Dengan adanya aktivitas pektinolitik dari beberapa spesies bakteri pektinolitik yang telah teridentifikasi maka akamembantu terjadinya dekomposisi serasah dan batang lapuk mangrove terutama senyawa pektin yang ada di dalam tanah mangrove. Hal tersebut juga berkontribusi dalam upaya mengatasi pencemaran limbah serasah dan batang lapuk mangrove. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Ada lima spesies bakteri pektinolitik yang berasal dari tanah mangrove di daerah Margomulyo Balikpapan Kalimantan Timur, yaitu; Vibrio parahemoliticus, Providensia stuartii, Pseudomonas pseudomallei, Listeria monocytogenes, , dan Bacillus cereus ; 2) Penghitungan indeks hidrolisis pektinolitik dari lima spesies bakteri amilolitik tersebut dalam rentangan 2,467,12; 3) Spesies bakteri pektinolitik yang memiliki indeks hidrolisis pektinolitik tertinggi adalah Pseudomonas pseudomallei yaitu 7,12. DAFTAR RUJUKAN Aaisha, G.A., dan Barate, D.L. 2016. Isolation and Identification of Pectinolytic Bacteria from Soil Samples of Akola Region, India. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci. 5(1): 514-521 Arief, A. 2007. Hutan Mangrove: Fungsi dan Manfaatnya Edisi ke-5. Yogyakarta: Kanisius Benen, J.A.E., Vinken, J.P., Alebeek, G.W.M. 2002. Pectins and Their Manipulation. Blackwell Publishing: Oxford Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 275 PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Bengen, D.G., 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB Pemerintah Kota Balikpapan, Badan Lingkungan Hidup, 2012. Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Balikpapan 2012. Balikpapan Coutinho, P.M., Stam, M., Blanc, E., dan Henrissat, B. 2003. Why are There so Many CarbohydrateActive Enzyme-Related Genes in Plants?. Trends Plant Sci. 8 (): 563-565. Purnobasuki, H. 2005. Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. Surabaya: Airlangga University Press Dix, N.J dan Webster, J. 1995. Fungal Ecology. London: Chapman and Hall El-Sayed, M.H., 2015. Thermoalkali-Stable Pectinase from Bacillus subtilis Strain NVFO 19 Isolated from Agricultural Waste Dump Soil. 2015. Current Research in Microbiology and Technology 3 (6) : 805-815 Fikrinda, I. A., Purwadaria, T., dan Santosa, D.A. 2002. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Selulase Ekstremofil dari Ekosistem Air Hitam. Jurnal Mikrobiologi Indonesia 5 (2): 75-80 Jayani, R.S., Saxena, S., dan Gupta, R. 2005. Microbial Pectinolytic Enzymes: A review. Procs Biochem 40:2931–2944. Karuniastuti. 2013. Peranan Hutan Mangrove bagi Lingkungan Hidup, Forum Manajemen, 6(1): 110. Kashyap, D.R., Chandra, S., Kaul, A., dan Tewari, R. 2000. Production, Purification and Characterization of Pectinase from Bacillus sp. DT7. World journal of Microbiology and Biotechnology 16: 277-282. Mahmudi, M. 2008. Laju Dekomposisi Serasah Mangrove dan Kontribusinya Terhadap Nutrien di Hutan Mangrove Reboisasi. Jurnal Penelitian Perikanan. 11(1):107-117. Microbial Enzymes and Biotechnology 2nd Edition, London: Elsevier Science Ltd Rastogi, G. 1998. Vishal’s Objective Botany. India: Vishal Publishers Reanida, O.P., Supriyanto, A. dan Salamun. 2012. Eksplorasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove Wonorejo Surabaya. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya Sakai, T., Sakamoto, T., Hallaert, J., dan Vandamme, E. J. 1993. Pectin, Pectinase and Protopectinase: Production, Properties and Applications. Adv. Appl. Microbiol 39 (): 231-294 Soeroyo dan Suyarso. 2002. Sifat-Sifat Kimia Tanah Mangrove. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia, 2(6) : 15-20 Sridevi, K., Raagini, P.S., Sumanth, M., dan Vijaylaksmi, K., 2016. Isolation and Screening of Pectinolytic Bacteria from the Mango Fruit Yards. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 5 (1) : 738-748 Tariq, A dan Latif, Z. 2012. Isolation and Biochemical Characterization of Bacterial Isolates Producing Different Levels of Polygalacturonases from Various Sources. African Journal of Microbiology Research 6(45): 7259- 7264. Venkata N., Raju, E., Divakar, G. 2013. Screening and Isolation Of Pectinase Producing Bacteria From Various Regions in Bangalore. Int J Res Pharm Biomed Sci. 4 (1):151–154. Whitaker, J. R. 1990. Microbial Pectinolytic Enzymes in Fogarty W M, Kelly C T (Eds.). Al Asna et al, Isolasi dan Identifikasi available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ 276