BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan
untuk mencari model ekonomi yang lebih komprehensif.Salah satu alternatif
pilihan adalah mengembangkan sistem perekonomian dengan berlandaskan
bagi hasil atau tanpa bunga yang dikenal dengan ekonomi berbasiskan syariah.
Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap memberikan keuntungan,
kenyamanan dan keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat
berharga, peminjam dan para penyimpan dana yang mempercayakan uangnya
didepositkan di bank-bank syariah. Di tengah krisis keuangan global, industri
keuangan syariah justru mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dan
diperkirakan akan terus berkembang meliputi investor non-muslim.
Investor yang trauma akibat krisis keuangan bisa lebih nyaman jika
menanamkan investasinya di lembaga keuangan syariah, yang menerapkan
peraturan ketat dan berdasarkan hukum Islam.Sistem keuangan berbasis
syariah mensyaratkan untuk mengambil keuntungan hanya dari investasiinvestasi yang dilakukan secara etis dan bertanggung jawab dari sisi
sosial.Sistem ekonomi syariah melarang mengambil keuntungan dari sistem
riba, seperti sistem bunga yang diterapkan bank-bank konvensional dan
melarang keuntungan dari investasi-investasi haram seperti perjudian,
pornografi dan bisnis babi.
2
Pasar modal sebagai salah satu sarana yang disediakan oleh
pemerintah untuk melakukan aktivitas investasi juga merupakan bagian yang
tidak terlepas dalam sistem ekonomi Islam.Menurut UU RI No.8/1995, Pasar
modal (capital market) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan peraturan
umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannnya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efekefek.
Pasar modal di Indonesia dibangun sebagai salah satu sarana untuk
menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat ke berbagai sector yang
membutuhkan dana untuk investasi. Investasi merupakan instrument
perekonomian yang amat vital bagi kesejahteraan suatu bangsa dan
kemajuannya.Oleh karena itu, keinginan investasi tak terhindarkan dalam
sarana system perekonomian, termasuk Islam. Terkait dengan itu, ekonomi
Islam telah mengembangkan berbagai produk investasi yang diterapkan sesuai
dengan prinsip syariah, agar dapat dipraktekkan umat Islam dalam kegiatan
pasar modal, tanpa harus melanggar ajaran agamanya (Mursalin, 2010).
Salah satu instrument investasi yang terdapat dalam pasar modal itu
adalah sukuk atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan obligasi
syariah. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 32 DSN-MUI/IX/2002
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil
3
atau margin atau fee, serta membayar kembali dana pokok obligasi syariah
pada saat jatuh tempo. Menurut Sudarsono (2007:202), obligasi syariah bukan
merupakan utang berbunga tetap sebagaimanayang terdapat dalam obligasi
konvensional, tetapi lebih merupakan penyerta dana yang didasarkan pada
prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad utang piutang melainkan
penyertaan sejumlah modal dari investor terhadap emiten sukuk.
Obligasi syariah (sukuk) mulai dikenal di Indonesia pada tahun
2002, Indonesia menerbitkan obligasi syariah (sukuk) pertama dengan akad
mudharabah. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAPEPAM dan LK
sampai dengan September 2012 jumlah penerbitan sukuk telah mencapai 52
sukuk dengan total nilai emisi mencapai Rp. 9,39 triliun. Dari 52 penerbitan
sukuk tersebut, outstanding sukuk yang masih beredar saat ini mencapai 31
sukuk dengan total nilai mencapai Rp. 6,57 Triliun. Market Sharesukuk
terhadap obligasi mencapai 9,66% dari sisi jumlah dan 3,81% dari sisi nilai.
Semakin meningkatnya minat dan kepercayaan investor atas
instrument ini dipengaruhi oleh salah satu faktor penting yaitu prinsip bagi
hasil yang terdapat pada sukuk, system ini mensyaratkan antara investor dan
emiten untuk menjalin sebuah hubungan kerjasama kemitraan diantara
keduanya, bukan hubungan antara kreditur dan debitur yang terdapat pada
obligasi konvensional. Sedangkan maksud dari ketentuan bagi hasil
mengandung pengertian tidak hanya keuntungan saja yang dibagi namun
resiko resiko atas investasi tersebut juga dibagi antara investordan emiten
(profit and loss sharing).Sedangkan pola bagi hasilnya, harus dalam bentuk
4
presentase dan harus ditentukan pada awal transaksi.Pola bagi hasil ini sangat
fleksibel. Pola bagi hasil bisa tetap sampai jatuh tempo sukuk berakhir atau
bias juga fluktuatif sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami atau bisa
juga berubah atas keinginan dan kesepakatan antara investor dan emiten.
Sistem seperti inilah yang membentuk sinergi antara emiten dan investor
karena diantara keduanya terdapat satu tujuan, yaitu mendapatkan bagi hasil
yang optimal.
Sistem bagi hasil yang diterapkan ekonomi Islam baik dalam kondisi
ekonomi baik maupun buruk tidak terjadi eksploitasi dan predatori serta
tekanan (intimidasi).Pengembalian investasi dalam ekonomi Islam dibagi
berdasarkan presentase bagi hasil yang telah disepakati pada awal
transaksi.Pada saat pengembalian investasi tinggi maka kreditur dan debitur
mendapatkan bagian bagi hasil yang tinggi pula dan sebaliknya pada saat
pengembalian investasi rendah maka kreditur dan debitur mendapatkan bagian
bagi hasil yang rendah pula.Apabila mengalami kerugian makan kerugian
tersebut dibagi juga antara kreditur dan debitur berdasarkan presentase bagi
hasil yang disepakati pada awal transaksi (Nafik, 2008).
Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Sudarsono
(2007:226) menulis beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah
perusahaan untuk menerbitkan sukuk (obligasi syariah), antara lain : (1)
Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan
substansi Fatwa No:20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan
bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam
5
diantaranya usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang, usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi),
termasuk perbankan dan asuransi konvensional, usaha yang memproduksi,
mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram, usaha
yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.(2) Perangkat Instrumen grads
diantaranya memiliki fundamental usaha yang kuat, memiliki fundamental
keuangan yang kuat, memiliki citra baik bagi publik.
Di Indonesia terdapat dua akad sukuk syariah yang sering diterapkan
yaitu
akad
mudharabah
dan
akad
ijarah.Meskipun
tidak
menutup
kemungkinan untuk menerapkan akad sukuk lainnya.Sukuk Mudharabah
merupakan sukuk yang menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan
yang diperoleh investor atau obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui
pendapatan emiten. Namun presentase bagi hasil yang akan diterima investor
maupun emiten ditetapkan terlebih dahulu pada awal penerbitan. Sukuk Ijarah
merupakan sukuk yang menggunakan akad sewa sehingga kupon (fee ijarah)
bersifat tetap, dan bisa diperhitungkan sejak awal sukuk diterbitkan.
Di tengah kondisi krisis keuangan seperti ini, dimana kepercayaan
investor terhadap instrument investasi yang berbasis konvensional semakin
menurun. Menarik untuk dikaji lebih lanjut apakah pertumbuhan sukuk
(obligasi syariah) bisa tetap positif bila melihat kondisi perekonomian yang
semakin tidak menentu, terutama di
Indonesia dan bisa tidaknya
6
sukuk(obligasi syariah) menghasilkan return yang optimal bagi investornya
ditengah krisis keuangan.
Setiap pengambilan keputusan untuk berinvestasi dalam bentuk
apapun, investor selalu memperhitungkan keuntungan yang bisa diperoleh dari
aktivitas investasinya. Metode yang paling mudah adalah melakukan analisis
terhadap laporan keuangan perusahaan dimana dana tersebut
akan
diinvestasikan. Untuk menghasilkan return yang optimal seperti yang
diharapkan terdapat dua analisis yang dapat dilakukan, yaitu dengan melihat
tingkat profitabilitas perusahaan dan tingkat efisiensi perusahaan. Sedangkan
untuk menilai tingkatan ke-syariah-an sebuah sukuk, dapat menggunakan
ketentuan-ketentuan yang telah diterbitkan oleh BAPEPAM maupun BEI.
Tingkat profitabilitas perusahaan dapat tercermin dari rasio GPM
(Gross Profit Margin), rasio GPM ini dihitung berdasarkan perbandingan
antara laba kotor bersih dengan pendapatan bersih. Semakin tinggi GPM
berarti kinerja perusahaan dalam menghasilkan profit semakin baik atau
dengan kata lain perusahaan yang bersangkutan semakin profitable. Investor
tentu lebih tertarik dengan perusahaan dengan nilai GPM yang tinggi, artinya
perusahaan tersebut dapat mendatangkan keuntungan yang optimal bagi
investor. Sedangkan tingkat efisiensi perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan
operasional total yang diperoleh perusahaan. Semakin efisien, emakin
bagus.Artinya tidak banyak sumber daya yang terbuang untuk menghasilkan
keuntungan.
7
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam melakukan investasi
dalam bentuk sukuk (obligasi syariah) adalah syariah compliance. Syariah
compliance adalah ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional
yang merumuskan kriteria-kriteria minimal untuk sebuah efek syariah agar
dapat dikatakan telah sesuai dengan syariah Islam. Terdapat beberapa
indikator yang mencerminkan tingkat ketaatan suatu efek dapat dikatakan
telah sesuai syariah, indikator tersebut dapat diukur dengan beberapa rasio
yaitu debt equity ratio (DER), rating sukuk, dan fixed assets perusahaan.
Dalam penelitiannya, Nur Fauziah dan Setyarini (2004) menemukan
bahwafaktor-faktor yang mempengaruhi yield adalah inflasi, likuiditas, bunga
deposito, durasi, peringkat, ketetapan indenture.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :(1)
Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap yieldsukuk mudharabah di
Indonesia? (2) Apakah efisiensi berpengaruh terhadap yieldsukuk mudharabah
di Indonesia? (3) Apakah syariah compliance berpengaruh terhadap yield
sukuk mudharabah di Indonesia?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor profitabilitas, efisiensi dan syariah compliance terhadap
yield sukuk mudharabah di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan antara lain untuk:
(1) Menerapkan teori manajemen keuangan syariah dalam melihat bagaimana
sistem keuangan islam bekerja dalam mengatasi berbagai masalah yang
tidak dapat diatasi oleh sistem keuangan konvensional.
(2) Dapat memberikan manfaat dan kemudahan bagi pelaku pasar maupun
akademisi untuk menjadi pedoman dalam penelitian selanjutnya.
(3) Dapat memberikan manfaat bagi pengambilan keputusan dalam investasi.
(4) Dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya untuk memberi
masukan sekaligus menyempurnakan penelitian yang sudah ada.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menguji hubungan antara profitabilitas, efisiensi, dan
syariah compliance terhadap yield sukuk mudharabah di Indonesia. Sampel
terdiri dari emiten yang menerbitkan sukuk mudharabah selama periode 2008
sampai dengan 2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Download