Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil PERBANDINGAN NILAI SIMPANGAN DAN EFISIENSI STRUKTUR BAJA KOMPOSIT DENGAN BAJA NON KOMPOSIT I Gusti Agung Gede Wirawan1, I. B. Dharma Giri2, A. A. Gede Sutapa2, ¹Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar ²Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar Email: [email protected] Abstrak : Pemilihan bahan material konstruksi adalah tahapan penting dalam suatu perencanaan struktur. Kriteria dasar yang digunakan adalah kekuatan, kekakuan dan perilaku runtuh. Suatu struktur juga harus direncanakan untuk mempunyai kemampauan-layan batas (serviceability) dengan mengendalikan atau membatasi simpangan, lendutan dan getaran. Material baja merupakan salah satu alternatif bahan material yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan. Penggunaan komponen beton masih tetap digunakan dalam pembangunan gedung bertingkat seperti pelat lantai. Pelat lantai yang dihubungkan dengan balok baja dengan menggunakan penghubung geser (shear connector) akan menghasilkan struktur komposit. Dalam penelitian ini ada tiga model struktur yang akan dibandingkan antara lain simpangan, berat struktur dan efisiensi struktur ditinjau dari segi biaya. Pemodelan menggunakan bantuan software ETABS v9.7.4 sehingga memudahkan dalam mendapatkan nilai simpangan yang dicari dan gaya-gaya dalam yang terjadi. Pemodelan dilakukan mulai dari model 1 yaitu struktur baja tanpa aksi komposit, kemuadian dilanjutkan dengan model 2 yaitu struktur baja dengan aksi komposit pada balok, yang terakhir adalah model tiga yaitu struktur baja komposit pada semua elemen (balok, kolom, pelat). Hasil penelitian menghasilkan nilai simpangan model 1 mempunyai nilai simpangan 32.356 mm dengan berat 1467.754 ton dan biaya struktur Rp. 6.188.208.734,59, nilai simpangan yang terjadi pada model 2 sebesar 29.305 mm dengan berat 1400.103 ton dan biaya struktur Rp. Rp. 4.663.684.441,27 , nilai simpangan model 3 sebesar 26.996 mm dengan berat 1343.666 ton dan biaya struktur Rp. 3.468.864.717,96. Kata Kunci ; Struktur komposit, serviceability, shear connector , nilai simpangan, efisiensi, software ETABS v9.7.4 DEVIATION VALUE RATIO AND EFFICIENCY OF COMPOSITE STEEL STRUCTURE WITH NON-COMPOSITE STEEL Abstract : Selection of construction materials is an important step in the planning structure. The basic criteria used is the strenght, stiffness and collapse behavior. A structure must also be designed to have serviceability to control or limit deviation, deflection and vibration. Steel material is one of the alternative materials used in the design of building structure. The use of concrete components is still being used in the construction of buildings such as the floor plate. Floor plate connected by steel beams using shear connector will result in a composie structure. In this study are three models of the structure to be compared among other deviations, heavy structure and efficiency in terms of cost structure. Modeling using ETABS v9.7.4 software support to facilitate the deviation scores were searched and the forces that accur. Modeling done from model 1 without action is a composite steel structure, followed by model 2 is a steel structure with comosite action on the beam, the latter is the model 3 is a composite steel structure in all elements (beams, columns and plates). The results produce a deviations value model 1 has a deviation value of 32,356mm with a weight of 1467,754 tons and cost structure Rp. 6.188.208.734,59, the value of devation that occurs in model 2 has a deviation value of 29,305mm with a weight 1400,103 tons and cost structure Rp. 4.663.684.441,27, deviation value model 3 has value of 26,996mm with weight 1343,666 tons and cost structure Rp. 3.468.864.717,96. Keywords: Composite structure, serviceability, shear connector, deviation value, efficiency, software ETABS v9.7.4 V-1 Perbandingan Nilai Simpangan Dan Efisiensi…………………………………………………………………………………(Wirawan, Giri, Sutapa) PENDAHULUAN Dalam perencanaan suatu struktur bangunan, dibutuhkan bahan material yang baik dan efisien dalam meningkatan kapasitas pembebanan. Pemilihan bahan material konstruksi adalah tahapan penting dalam suatu perencanaan. Kriteria dasar yang digunakan adalah kekuatan (tegangan), kekakuan (deformasi), dan perilaku runtuh. Suatu struktur juga harus direncanakan untuk mempunyai kemampauan-layan batas (serviceability) dengan mengendalikan atau membatasi lendutan dan getaran. Pembatasan tersebut berguna untuk menjaga konstruksi agar tidak melendut lebih dari lendutan yang disyaratkan. Selain direncanakan untuk memenuhi syarat-syarat pada perencanaan struktur bangunan, hal penting lainnya yang ditinjau adalah biaya struktur bangunan. Biaya struktur bangunan merupakan hal yang penting untuk meninjau seberapa besar efisiensi penggunaan matrial-matrial bangunan pada struktur yang direncanakan dan biaya struktur merupakan perbandingan akhir dari suatu perencanaan struktur bangunan. Salah satu alternatif material struktur yang digunakan untuk memenuhi syarat-syarat dalam perencanaan suatu struktur bangunan adalah material baja. Meskipun dari jenis yang paling rendah kekuatannya, bahan baja tetap memiliki perbandingan kekuatan per volume lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Adanya sifat daktilitas yang dimiliki oleh baja, membuat suatu struktur baja mampu mencegah runtuhnya bangunan secara tiba-tiba. Sifat ini sangat menguntungkan dilihat dari segi keamanan penghuni bangunan, sebab memberikan peringatan dini pada pemakai melalui deformasinya yang besar. Penggunaan komponen beton masih tetap diperlukan dalam pembangunan gedung bertingkat, contohnya sebagai pelat lantai. Pelat lantai yang dihubungkan dengan balok baja dengan menggunakan penghubung geser (shear connector) akan menghasilkan struktur komposit. Struktur komposit terbentuk dengan adanya interaksi antara komponen-komponen struktur baja dan beton yang masing-masing karakteristik dasar materialnya dimanfaatkan secara optimal. Elemen-elemen struktur komposit terdiri dari balok komposit, kolom komposit dan pelat komposit. Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. Perilaku komposit hanya akan terjadi jika potensi terjadinya slip V-2 antara kedua material ini dapat dicegah. Hal ini dapat teratasi jika gaya geser horizontal pada kedua permukaan baja dan beton dapat ditahan dengan menggunakan penghubung geser (Setiawan, 2008). Namun, dalam pelaksanaan struktur baja komposit dilapangan sering dijumpai penggunaan aksi komposit hanya pada bagian balok baja dengan pelat beton saja. Sedangkan pada bagian kolom baja tidak dilakukan pengecoran atau kolom baja tidak diselimuti oleh beton dengan tulangan. Pada kolom hanya diselimuti atau dipasang dengan material non struktur, contohnya seperti penggunaan material batu bata. Sehingga pada bagian kolom tidak mengalami aksi komposit karena kolom baja dengan penggunaan pasangan batu bata tersebut tidak dapat bekerja bersama-sama dalam menerima beban yang bekerja. Hal ini menyebabkan dimensi kolom yang digunakan pada struktur tersebut masih relatif besar. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah bagaimana perbandingan nilai simpangan pada struktur baja dengan komposit serta efisiensi ditinjau dari biaya pada struktur baja dengan komposit MATERI DAN METODE Perencanaan Komponen Struktur Lentur Penampang kompak merupakan penampang yang memenuhi (λ ≤ λp). Penampang tak kompak merupakan penampang yang memenuhi (λp < λ ≤ λr). Penampang langsing merupakan penampang pelat sayap yang memenuhi (λr ≤ λ). Perencanaan Komponen Struktur Tekan Batang tekan adalah suatu komponen struktur yang menahan gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor (Nu), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Nu ≤ ØNn Dimana : Nu = Gaya tekan terfaktor, N Ø = Faktor reduksi kekuatan, 0.85 (SNI Tabel 6.4-2) Nn = Kuat tekan nominal komponen struktur, N Kuat Geser Nominal Kuat geser pada badan pelat yang memikul gaya geser perlu (Vu) harus memenuhi : Vu ≤ ØVn Dimana : Vu = Kuat geser perlu, N Ø = Faktor reduksi, 0,9 Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil Vn = Kuat geser nominal pelat badan berdasarkan SNI butir 8.8.2, N. Interaksi Geser dan Lentur 1. Metode Distribusi sehingga dapat memberikan interaksi yang lengkap (tidak terjadi gelincir pada muka pertemuan). Jumlah penghubung geser yang diperlukan pada daerah yang dibatasi oleh titiktitik momen lentur maksimum positif atau negatif, dan momen nol yang berdekatan. Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap dan momen lentur perlu : Mu ≤ ØMf Dimana : Kolom Komposit Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen strukturtekan (SNI 03-1729-2002 Pasal.12.3.1): Mu = Momen lentur terfaktor rercana, Nmm 1. Ø = Faktor reduksi, 0,9 Mf = Kuat lentur nominal dihitung hanya pelat 2. sayap, Nmm 2. Metode Interaksi Geser dan Lentur Jika momen lentur dipikul oleh seluruh penampang, harus memenuhi persyaratan SNI butir 8.1.1.8 dan 8.8.1. Interaksi Lentur dan Tekan Dalam perencanaan komponen struktur balok-kolom, diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 11.3 yang menyatakan bahwa suatu komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial. 3. Batas-Batas Lendutan Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut. 4. Balok Komposit 5. Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan. Beberapa jenis balok komposit antara lain : - Balok komposit penuh - Balok komposit parsial - Balok baja yang diberi selubung beton Penghubung Geser ( Shear Connector ) Menurut Salmon dan Johnson (1996), geser horizontal yang terjadi di antara pelat beton dan balok baja selama pembebanan harus ditahan sedemikian rupa sehingga gelincir dapat dikekang. Dimana dalam hal ini diperlukan konektor-konektor geser mekanis. Idealnya untuk mendapatkan penampang yang yang sepenuhnya komposit, konektor geser harur cukup kaku Luas penampang profil baja minimal sebesar 4% dari luas penampang komposit total; Selubung beton untuk penampang komposit yang berintikan baja harus diberi tulangan baja longitudinal dan tulangan pengekang lateral. Tulangan baja longitudinal harus menerus pada lantai struktur portal, kecuali untuk tulangan longitudinal yang hanya berfungsi memberi kekangan pada beton. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh melebihi 2/3 dari dimensi terkecil penampang kolom komposit. Luas minimum penampang tulangan transversal (atau lonitudinal) terpasang. Tebal bersih selimut beton dari tepi terluar tulangan longitudinal dan transversal minimal sebesar 40 mm; Mutu beton yang digunakan tidak lebih 55 Mpa dan tidak kurang dari 21 Mpa untuk beton normal dan tidak kurang dari 28 Mpa untuk beton ringan; Tegangan leleh profil dan tulangan baja yang digunakan untuk perhitungan kekuatan kolom komposit tidak boleh lebih dari 380 Mpa; Tebal minimum dinding pipa baja atau penampang baja berongga yang diisi beton adalahb fy / 3E untuk setiap sisi selebar b pada penampang persegi dan D fy / 8E untuk penampang bulatyang mempunyai diameter luar D. Analisis Portal Dalam analisis portal, digunakan ketentuan perencanaan tahan gempa struktur bangunan baja sesuai SNI 03 – 1729 – 2002 pasal 15. Ketentuan ini dimaksudkan untuk perencanaan dan pelaksanaan komponen struktur bangunan baja termasuk dalam sambungan dalam struktur dengan gaya yang bekerja dihasilkan dari beban gempa yang telah ditentukan dengan memperhatikan desipasi energi didaerah respon non linier struktur bangunan tersebut. Persyaratan untuk sistem rangka pemikul momen khusus V-3 Perbandingan Nilai Simpangan Dan Efisiensi…………………………………………………………………………………(Wirawan, Giri, Sutapa) (SRPMK) diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis yang besar apabila dibebani oleh gaya – gaya yang berasal dari beban gempa rencana. Batasan Simpangan Antar Lantai Penentuan simpangan antar lantai desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Simpangan antar lantai desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin (∆a) seperti yang ditentukan pada SNI 03-1726-2012 untuk semua tingkat. Pemodelan Struktur Penelitian menggunakan bantuan software ETABS v9.7.4, dimulai dengan membuat model struktur untuk masing-masing struktur yang akan ditinjau seperti pada Gambar 1 (a) Model 1: Struktur baja tanpa aksi komposit yaitu struktur baja dengan menggunakan pelat beton tanpa menggunakan penghubung geser (Shear Connector) antara balok baja dengan pelat beton. Pada bagian kolom diselimuti beton tanpa tulangan dan tidak mengalami aksi komposit , sehingga keseluruhan struktur tidak mengalami aksi komposit. (b) Model 2: Struktur baja komposit hanya pada balok baja dengan pelat beton sedangkan pada elemen kolom tidak mengalami aksi komposit. Struktur yang dimaksud adalah struktur baja yang mengalami aksi komposit pada bagian balok dan pelat yang dihubungkan oleh suatu penghubung geser (Shear Connector), sehingga pada bagian balok dan pelat mengalami aksi komposit. Sedangkan pada bagian kolom baja hanya diselimuti dengan beton tanpa tulangan dan tidak terjadi aksi komposit. (c) Model 3: Struktur baja komposit pada semua elemen struktur(balok, kolom dan pelat). Struktur akan direncanakan akan mengalami aksi komposit pada semua elemen struktur yaitu pada balok dengan pelat menggunakan penghubung geser (Shear Connector) dan kolom baja yang diselimuti oleh beton dengan tulangan. Sehingga keseluruhan elemen struktur mengalami aksi komposit. (a) Data Struktur (b) (c) Gambar 1 (a) Denah model 1; (b) denah model 2; (c) denah model 3 V-4 Penelitian yang dilakukan pada bangunan fiktif dan fungsi gedung direncanakan sebagai gedung perhotelan yang terletak di daerah Denpasar. Berdasarkan RSNI 03-1729-2012 pada Short Course HAKI 2012, untuk daerah denpasar memiliki jenis tanah sedang atau kelas situs D. Mutu bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Mutu Baja (BJ 37): Tegangan leleh (fy) = 240 MPa Tegangan putus (fu) = 370 Mpa Modulus elastisitas (E) = 200.000 Mpa Modulus geser (G) = 80.000 Mpa Massa jenis = 7850 kg/m3 2. Mutu Beton: Kuat tekan (fc’) = 25 Mpa Modulus elastisitas (E) = 4700 √ fc’ = 4700 √ 25 = 23500 Mpa 3. Mutu baja tulangan: Tulangan longitudinal (fyl) = 320 MPa Tulangan transversal (fys) = 240 MPa 4. Penghubung geser jenis paku. Pembebanan pada struktur yaitu: a) Beban mati (D) : Berat sendiri struktur b) Beban hidup menurut PPIUG Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil Beban hidup pada lantai atap (La) diambil sebesar 100 kg/m2 Beban hidup pada lantai (L) diambil sebesar 250 kg/m2 c) Beban gempa (E) : Beban gempa Respons Spektrum, dengan ketentuan: Klasifikasi situs : SD (tanah sedang) Jenis pemanfaatan gedung : Gedung perkantoran Kategori resiko : II Faktor keutamaan gempa, Ie : 1,0 Rangka baja dan beton komposit pemikul momen khusus dengan factor reduksi (R) : 8 Kerangka Analisis Penelitian ini dapat dirangkum dalam suatu kerangka penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2. antara lain: Model 1 (Struktur baja tanpa aksi komposit), Model 2 (Struktur baja dengan aksi komposit hanya pada balok baja dengan pelat), Model 3 (Struktur baja komposit pada semua elemen struktur). Secara umum perbandingan dasar dari ketiga model struktur tersebut dapat ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan dasar model struktur Model Model 1 Model 2 Model 3 Jenis Struktur Stress Ratio Rata-Rata Berat Struktur (Ton) 0.658 Struktur baja non komposit Struktur baja komposit pada elemen balok Struktur baja komposit pada semua elemen struktur Simpangan Maksimum (mm) Arah X Arah Y 1467.754 13.899 32.356 0.798 1400.103 16.145 29.305 0.785 1343.666 18.704 26.996 Sumber : Hasil rekapitulasi berat struktur dan simpangan maksimum Perbandingan Simpangan Struktur Berdasarkan hasil analisis diperoleh besar simpangan arah x dan arah y untuk masingmasing model. Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 merupakan tabel simpangan arah x dan arah y akibat beban gempa arah x dan arah y untuk semua model yang ditinjau pada lantai teratas (lantai atap). Tabel 2 Simpangan maksimum arah x akibat beban gempa arah x dan arah y Simpangan X (mm) Model Lantai Gempa x Gempa y Model 1 Model 2 Atap Atap 13.899 16.145 4.169 4.843 Model 3 Atap 18.704 5.611 Sumber: Hasil rekapitulasi simpangan x Tabel 3 Simpangan maksimum arah y akibat beban gempa arah x dan arah y Simpangan Y (mm) Model Lantai Gempa x Gempa y Gambar 2 Karangka Analisa HASIL DAN PEMBAHASAN Model 1 Atap 9.707 32.356 Model 2 Atap 8.792 29.305 Model 3 Atap 8.099 26.996 Sumber: Hasil rekapitulasi simpangan y Hasil Analisis Struktur Analisis struktur bangunan terdiri dari gedung baja komposit dengan baja non komposit. Terdapat 3 model struktur dalam penelitian ini Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2010 pasal 7.12.1 menyebutkan bahwa nilai simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar tingkat yang diijinkan (Δa) V-5 Perbandingan Nilai Simpangan Dan Efisiensi…………………………………………………………………………………(Wirawan, Giri, Sutapa) seperti didapatkan dari tabel 7.12-1 untuk semua tingkat. Simpangan antar lantai ijin (Δa) untuk tipe struktur ini dengan kategori resiko III sebesar 0,015hsx, dimana hsx adalah tinggi tingkat dibawah tingkat x, sehingga besarnya simpangan ijin adalah: hsx 3500mm a 0.015.3500 52.5mm Tabel 4 Simpangan maksimum antar tingkat Simpangan X (mm) Simpangan Y (mm) Model Gempa x Gempa y Comb 4 Comb 5 Gempa x Gempa y Comb 4 Comb 5 Model 1 13.899 4.169 14.195 4.466 9.707 32.356 9.998 32.646 Model 2 16.145 4.843 16.255 4.953 8.792 29.305 8.826 29.339 Model 3 18.704 5.611 18.810 5.717 8.099 26.996 8.143 27.040 Sumber: Hasil rekapitulasi simpangan x dan simpangan y Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat simpangan yang terjadi akibat beban gempa maupun beban kombinasi yang terbesar. Semua nilai simpangan atar lantai tingkat pada tabel tersebut tidak ada yang melampaui nilai batas simpangan antar lantai tingkat yang diijinkan yaitu sebesar 52.5 mm. Untuk semua model akibat gempa arah x dan arah y, simpangan arah y lebih besar dibandingkan arah x, ini terjadi karena sumbu lemah elemen kolom searah dengan arah simpangan y yang mengakibatkan struktur arah y kurang kaku. Perbandingan Berat Struktur kecil dari semua model dan memiliki berat struktur yang paling besar, hal tersebut menunjukkan bahwa struktur model 1 kurang efisien dibandingkan struktur lainnya. Akibat adanya aksi komposit pada elemen balok dengan pelat untuk struktur model 2, maka dimensi balok yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan balok model 1 sehingga berat struktur model 2 lebih ringan dari model 1. Pada model 3 mengalami aksi komposit pada semua elemen ( balok, kolom, pelat) memiliki berat struktur yang paling kecil dari ketiga struktur, stress ratio yang dimiliki berada diantara model 1 dan 2 namun masih < 0,95. Ditinjau dari segi berat struktur, model 3 lebih efisien 4,2% dibandingkan dengan model 2 dan model 3 lebih efisien 9,235 % dibandingkan dengan model 1 dan model 2 lebih efisien 4,832 dibandingkan dengan model 1. Perbandingan Lendutan Struktur Batas lendutan harus memenuhi kemampuan-layan batas sesuai dengan fungsi penggunaan struktur. Komponen struktur pada penelitian ini menggunakan komponen balok biasa dengan beban tetap (L/240), syarat lendutan struktur yaitu lendutan maksimum kurang dari lendutan ijin (Δ < δ ). Lendutan maksimum setiap lantai yang terjadi pada masing-masing model berdasarkan Tabel 6 dibawah. Tabel 6 Lendutan maksimum Model Perbandingan berat struktur untuk masingmasing model ditampilkan pada Tabel 5. Model 1 1467.754 137.517 31.705 8000 32.667 8000 27.842 8000 26.399 8000 27.886 8000 32.649 8000 32.105 8000 27.226 8000 28.377 8000 32.065 8000 31.416 roof 0.798 Sumber : Hasil rekapitulasi lendutan maksimum 6.292 0.785 Beton Tulangan 2 116.541 0.000 3 1400.103 84.086 35.908 103.148 0.000 1343.666 82.714 12.546 69.384 4.564 Model 2 4 roof Berat Material Struktur (Ton) Sambungan Beton Tulangan Model 1 1114.136 53.499 0.000 6.040 Model 2 1114.136 53.499 0.473 Model 3 1114.136 53.499 0.531 2 Rata-Rata Stress Ratio Sumber : Hasil rekapitulasi berat material struktur Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbandingan dari berat material struktur masingmasing model untuk semua tingkat. Model 1 jika ditinjau dari stress ratio rata-rata yang paling V-6 30.987 8000 8.853 Profil 40.021 Shear Conector 8000 WF 250X125X29.6 roof Model 3 Pelat 3 4 Model 2 Model Lendutan Maksimum (Δ) 0.658 Model 1 Kolom Balok Panjang Balok (mm) 4 2 Berat Material Struktur (Ton) Total Balok WF 400x200x66.0 WF 400x200x66.0 WF 400x200x66.0 WF 400X200X56.6 WF 300X150X36.7 WF 300X150X36.7 WF 250X175X44.1 WF 250X125X29.6 WF 300X150X36.7 WF 300X150X36.7 WF 250X175X44.1 Tabel 5 Perbandingan berat struktur Model Lantai Model 3 3 Lendutan Ijin(δ) 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa semua elemen balok memenuhi persyaratan (Δ < δ ), dan pada masing-masing model struktur yang mengalami lendutan maksimum terjadi pada balok anak. Hal ini karena balok anak tidak bertumpu langsung pada kolom sehingga lendutan Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil pada balok anak menjadi lebih besar dari pada balok yang bertumpu langsung pada kolom yaitu balok portal. Perbandingan Nilai Simpangan dengan Berat Material Struktur Perbandingan simpangan dengan berat material struktur dapat dilihat pada Gambar 3. Perbandingan biaya model 3 dengan model 2 lebih efisien model 3 sebesar 25,619% dari harga model 2. Jika model 3 dibandingkan dengan model 1 maka model 3 lebih efisien 43,943% dari harga model 1, sedangkan model 2 jika dibandingkan dengan model 1 lebih efisien 24,635% dari harga model 1. Sehingga berdasarkan hasil perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan Model 3 (Struktur yang mengalami aksi komposit di semua elemen struktur) lebih efisien dari segi biaya struktur dibandingkan dengan kedua model yang lainnya (model 1 dan 2). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sumber : Hasil perhitungan nilai simpangan dengan berat material struktur Gambar 3 Nilai simpangan dengan berat material struktur Diambil nilai simpangan yang terbesar yaitu nilai simpangan arah y akibat gempa arah y maka model 1 mempunyai nilai 32.356 mm dengan berat 1467.754 ton, nilai simpangan yang terjadi pada model 2 sebesar 29.305 mm dengan berat 1400.103 ton , nilai simpangan model 3 sebesar 26.996 mm dengan berat 1343.666 ton. Perbandingan Biaya Struktur Hasil akhir dari penelitian ini adalah selain perbandingan nilain simpangan, lendutan dan beratt material struktur juga perbandingan biaya struktur baja komposit dengan baja non komposit yang dapat ditampilkan dalam Tabel 7. Tabel 7 Perbandingan biaya struktur Material Model Baja(kg) Beton(m3) Tulangan(kg) Model 1 183.578,00 559,39 53499 Model 2 129.319,70 553,31 53499 Model 3 102.083,33 537,96 58063 Baja/kg Beton /m3 Tulangan/kg 28000 869300 10500 6.188.208.734,59 28000 869300 10500 4.663.684.441,27 28000 869300 10500 3.468.864.717,96 Harga (Rp) Total Harga (Rp) Sumber : Hasil rekapitulasi berat material struktur dan biaya struktur Dari perencanaan yang telah dilakukan pada ketiga model berikut ini yaitu Model 1 (Struktur baja), Model 2 (Struktur baja komposit pada balok), Model 3 (Struktur baja komposit semua elemen struktur), dapat diambil simpulan: 1. Penambahan aksi komposit elemen balok pada model 2 menghasilkan struktur yang efisien dibandingkan dengan model 1 yang tanpa mengalami aksi komposit dan penggunaan aksi komposit pada bagian kolom, balok dan pelat pada model 3 menghasilkan struktur yang paling efisien dari ketiga model struktur. Pengurangan dimensi baja pada balok dan kolom menyebabkan kenaikan stress ratio (SR), namun tidak mengalami overstressed ratio (OS) sehingga struktur tetap memenuhi kemampuan-layan batas struktur. 2. Berdasarkan simpangan struktur, model 3 lebih kaku dalam menahan beban gempa arah y dan sangat lemah dalam menerima beban gempa arah x sedangkan model 1 lebih kaku menahan beban gempa arah x namun sangat lemah dalam menerima beban gempa arah y. Sedangkan simpangan yang terjadi pada model 2 akibat gempa x maupun gempa y tidak terlalu lemah dan tidak kuat terlalu kuat dibandingkan model 1 dan 3. Sehingga model 2 selalu berada di antara model 1 dengan model 3. 3. Berdasarkan berat material struktur, model 3 lebih efisien 4,2% dibandingkan dengan model 2, model 3 lebih efisien 9,235% dibandingkan dengan model 1 dan model 2 lebih efisien 4,382% dibandingkan dengan model 1. 4. Berdasarkan biaya material struktur model 1 memiliki biaya struktur sebesar Rp. 6.188.208.734,59; model 2 memiliki biaya struktur sebesar Rp. 4.663.684.441,27; model 3 memiliki biaya struktur sebesar Rp. V-7 Perbandingan Nilai Simpangan Dan Efisiensi…………………………………………………………………………………(Wirawan, Giri, Sutapa) 3.468.864.717,96. Jika dibandingkan maka biaya model 3 dengan model 2 lebih efisien model 3 sebesar 25,619% dari harga model 2. Jika model 3 dibandingkan dengan model 1 maka model 3 lebih efisien 43,943% dari harga model 1, sedangkan model 2 jika dibandingkan dengan model 1 maka model 2 lebih efisien 24,635% dari harga model 1. Saran Dari simpulan diatas yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah agar dalam perencanaan gedung dengan menggunakan material baja dan beton sebaiknya struktur tersebut direncanakan mengalami aksi komposit karena mampu mengurangi penggunaan material baja sehingga akan mendapatkan struktur yang efisien dari segi biaya bangunan. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh sebagian pihak yang telah membantu dari masa perkuliahan hingga proses penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya ingin menguucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu antara lain: Ir. I Nyoman Arya Thanaya., ME., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. Ir. Ida Bagus Dharma Giri, MT., selaku dosen pembimbing 1 yang telah menyediakan waktu, tenaga serta pemikirannya untuk mengarahkan dan membantu saya dalam pembuatan tugas akhir ini. A.A Gede Sutapa, ST., MT., selaku dosen pembimbing 2 yang juga telah menyediakan waktu, tenaga serta pemikirannya untuk saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Seluruh staf di lingkungan Jurusan Teknik Sipil Udaayana yang membantu selama masa perkuliah sampai menyelesaikan tugas akhir ini. Staf dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Udayana. Orang tua dan keluarga yang dengan tulus iklas selalu memberikan dukungan moral, material dan doa selama ini. Teman – teman Teknik Sipil Universitas udayana angkatan 2009 serta para senior yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. V-8 DAFTAR PUSTAKA Astika, D. (2012). Efisiensi Struktur Baja yang Dirancang Sebagai Rangka Penahan Momen dan Rangka Bresing Eksentrik V Terbalik, (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana,2012). Badan Standar Nasional. (2002). Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Standar Nasional. (2002). Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002. Badan Standar Nasional. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. itspress. Desain Spektra Indonesia. (2011). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman-Kementrian Pekerjaan Umum. puskim.pu.go.id/Aplikasi/Desain_spektr a_indonesia_2011/: Accesed on 28/09/2013. Dinas PU Kabupaten Tabanan. (2013). Daftar Analisa Tahun Anggaran 2013 Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. (1983). PPIUG. Bandung: Yayasa Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Permana, M. (2010). Perencanaan Struktur Gedung Hotel The Paasha-Seminyak Menggunakan Komposit Baja-Beton, (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2010). Setiawan, A. (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (berdasarkan SNI 03-1726-2002). Jakarta: Erlangga. Widiarsa, I.B.R, Deskarta, P. (2007). Kuat Geser Baja Komposit Dengan Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T Ditinjau Dari Uji Geser Murni. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 11, No.1. Wiseso, I. (2010). Modifikasi Perencanaan Gedung Sekolah Terang Bangsa Semarang Menggunakan Struktur Komposit Baja-Beton, Fakultas Teknik Sipil Dan Institut Teknologi Sepuluh November.