Buku Pedoman Guru Keluarga Kekal Religi 200 Diterbitkan oleh Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir Salt Lake City, Utah Komentar dan koreksi diapresiasi. Mohon mengirimkannya, termasuk kesalahan-kesalahan, ke: Seminaries and Institutes of Religion Curriculum Services 50 E. North Temple St., Floor 8 Salt Lake City, Utah 84150-0008 USA Email: [email protected] Mohon mencantumkan nama lengkap, alamat, lingkungan, dan pasak Anda. Pastikan untuk memberikan judul buku pedoman. Kemudian sampaikan komentar Anda. © 2015 oleh Intellectual Reserve, Inc. Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dicetak di Amerika Serikat Versi 1, 6/15 Persetujuan Bahasa Inggris: 8/14 Persetujuan penerjemahan: 8/14 Terjemahan dari The Eternal Family Teacher Manual Bahasa Indonesia PD10052297 299 Daftar Isi Pendahuluan untuk Buku Pedoman Guru Keluarga Kekal (Religi 200) . . . . . . . . . . . v 1 Tampilnya “Keluarga: Maklumat kepada Dunia.” . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 Para Nabi dan Rasul dengan Sungguh-Sungguh Memaklumkan . . . . . . . . . 6 3 Potensi Ilahi Kita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 4 Keluarga dan Rencana Besar Kebahagiaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 5 Kondisi Kefanaan 6 Keluarga Adalah Inti dalam Rencana Bapa Surgawi . . . . . . . . . . . . . . . . 25 7 Pernikahan Antara Seorang Pria dan Seorang Wanita Ditetapkan Oleh Allah. 8 Gender dan Identitas Kekal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 9 Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Pria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 10 Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Wanita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 11 Mempersiapkan Diri untuk Pernikahan Kekal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51 12 Tata Cara dan Perjanjian Bait Suci . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56 13 Meningkatkan Peribadatan Bait Suci 14 Menjadi Penyelamat di Gunung Sion . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66 15 Pernikahan Kekal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71 16 Kuasa Sakral Prokreasi 17 Perintah untuk Memenuhi Beranak Cucu dan Memenuhi Bumi . . . . . . . . . 82 18 Memelihara Hubungan Pernikahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87 19 Membangun Kehidupan dan Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus . . . 91 20 Menjaga Iman dan Kesaksian 21 Membesarkan Anak-Anak dalam Kasih dan Kesalehan 22 Menciptakan Keluarga yang Berhasil 23 Menyediakan bagi Kebutuhan Duniawi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111 24 Anggota Gereja Dewasa Lajang 25 Menjalankan Iman dalam Keadaan-Keadaan Sulit Keluarga . . . . . . . . . . 121 26 Bertanggung Jawab di Hadapan Allah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 126 27 Peringatan Kenabian Perihal Keluarga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131 28 Memromosikan Keluarga Sebagai Unit Dasar Masyarakat . . . . . . . . . . . 135 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 30 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96 . . . . . . . . . . . . 101 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 116 Pendahuluan untuk Buku Pedoman Guru Keluarga Kekal (Religi 200) Apakah yang diharapkan dari seorang guru agama? Sewaktu Anda bersiap untuk mengajar, adalah penting untuk memahami Sasaran Seminari dan Institut Religi: “Tujuan kita adalah untuk menolong para remaja dan dewasa muda memahami serta bersandar pada ajaran-ajaran dan Pendamaian Yesus Kristus, memenuhi syarat bagi berkat-berkat bait suci, dan mempersiapkan diri mereka, keluarga mereka, serta orang lain untuk kehidupan kekal bersama Bapa mereka di Surga” (Gospel Teaching and Learning: A Handbook for Teachers and Leaders in Seminaries and Institutes of Religion [Pengajaran dan Pembelajaran Injil: Buku Pegangan untuk Guru dan Pemimpin di Seminari dan Institut Religi] [2012], x). Anda dapat mencapai tujuan ini dengan secara tekun menjalankan Injil, secara efektif mengajarkan Injil kepada siswa Anda, dan secara tepat mengelola kelas atau program Anda. Sewaktu Anda bersiap dan mengajarkan Injil dengan cara-cara ini, Anda akan memenuhi syarat bagi pengaruh dari Roh Kudus (lihat A&P 42:14). Merupakan kesempatan Anda untuk membantu siswa belajar dengan Roh sehingga mereka dapat memperkuat iman mereka dan memperdalam keinsafan mereka. Anda dapat menolong siswa mencapai ini sewaktu Anda menuntun mereka untuk mengidentifikasi, memahami, merasakan kebenaran dan kepentingan dari, serta menerapkan ajaran-ajaran dan asas-asas signifikan dari Injil Yesus Kristus. Buku pegangan Pengajaran dan Pembelajaran Injil adalah sumber penting untuk memahami proses pengajaran dan belajar bagaimana menjadi lebih berhasil di ruang kelas. Apakah sasaran dari kursus ini? Kursus ini, Keluarga Kekal (Religi 200), adalah penelaahan tentang peranan sentral keluarga dalam rencana keselamatan sebagaimana diajarkan dalam tulisan suci dan perkataan dari para nabi modern. Ajaran, tema, dan asas dari kursus ini diambil terutama dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Dalam kursus ini, pertanyaan dan isu yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga akan ditelaah, dibahas, serta dievaluasi menurut konteks Injil Yesus Kristus. Kursus ini akan menyediakan bagi siswa pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara membuat dan menepati perjanjian serta menerima berkat-berkat dalam kehidupan ini dan di dunia yang akan datang. Ajaran dan asas yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga akan diidentifikasi dan dianalisis agar siswa memahami bagaimana itu relevan dengan keadaan-keadaan di zaman sekarang. Siswa akan memahami lebih baik mengapa mereka dapat memercayai dan mengikuti ajaranajaran dari para nabi modern. Apakah yang diharapkan dari siswa? Agar menerima kredit untuk kelulusan institut, siswa diminta membaca petikan tulisan suci, ceramah konferensi umum, dan materi lain yang tercantum di bagian Bacaan Siswa dari tiap pelajaran. Siswa juga harus memenuhi persyaratan kehadiran v PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) dan menunjukkan kompetensi terhadap materi kursus dengan menyelesaikan penilaian. Bagaimana pelajaran-pelajaran disusun dalam buku pedoman ini? Kursus ini dirancang sebagai kursus yang lamanya satu semester dengan 28 pelajaran yang ditulis untuk periode kelas 50 menit. Jika kelas Anda bertemu dua kali tiap minggu, ajarlah satu pelajaran untuk tiap periode kelas. Jika kelas Anda bertemu hanya sekali tiap minggu selama 90 hingga 100 menit, gabungkan dan ajarlah dua pelajaran untuk tiap periode kelas. Tiap garis besar pelajaran terdiri dari empat bagian: • Pendahuluan • Bacaan Latar Belakang • Saran untuk Pengajaran • Bacaan Siswa Pendahuluan Bagian ini memberikan pengantar singkat untuk topik dan tujuan pelajaran. Bacaan Latar Belakang Bagian ini merekomendasikan sumber-sumber, seperti pesan dari para nabi zaman akhir dan pemimpin Gereja lainnya, yang dapat membantu Anda memahami dengan lebih baik ajaran, asas, dan kebenaran Injil yang dikupas dalam garis besar pelajaran. Saran untuk Pengajaran Bagian Saran untuk Pengajaran menyertakan materi untuk membantu Anda mengetahui baik apa yang diajarkan maupun bagaimana mengajarkannya (lihat bagian 4.3.3 dan 4.3.4 dalam buku pegangan Pengajaran dan Pembelajaran Injil). Kegiatankegiatan pembelajaran yang disarankan dirancang untuk membantu siswa mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan kebenaran-kebenaran sakral. Anda boleh memilih untuk menggunakan sebagian atau semua saran sementara Anda mengadaptasinya sehingga cocok dengan gaya mengajar individu Anda serta untuk memenuhi kebutuhan dan keadaan para siswa Anda. Sewaktu Anda mempertimbangkan bagaimana menyesuaikan materi pelajaran, ikuti nasihat ini dari Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Presiden Packer telah sering mengajarkan, sebagaimana yang saya ketahui, bahwa kita terlebih dahulu mengadopsi, kemudian menyesuaikan. Jika kita sepenuhnya paham dengan pelajaran yang ditentukan yang harus kita berikan, maka kita dapat mengikuti Roh untuk menyesuaikannya. Tetapi ada godaan, ketika kita berbicara tentang fleksiblitas ini, untuk memulai dengan menyesuaikan alih-alih mengadopsi. Itu adalah keseimbangan. Itu adalah tantangan yang berkelanjutan. Tetapi pendekatan dengan mengadopsi terlebih dahulu dan kemudian menyesuaikan adalah cara yang baik untuk tetap pada landasan yang kuat” (“Diskusi Panel dengan Penatua Dallin H. Oaks” [Siaran Satelit Religi Seminari dan Institut, 7 Agustus 2012]; si.lds.org). Kursus ini mencakup pernyataan-pernyataan oleh pemimpin Gereja yang kemungkinan besar tersedia dalam beragam bahasa. Sewaktu Anda bersiap untuk vi PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) mengajar, Anda dapat mengadaptasikan pelajaran dengan menggunakan pernyataan lainnya yang tersedia dari pemimpin Gereja yang relevan dengan masalah topiknya. Bagian Saran untuk Pengajaran memuat setidaknya satu pernyataan ajaran atau asas, yang muncul dalam cetak tebal. Sewaktu siswa menemukan ajaran dan asas ini serta berbagi apa yang telah mereka pelajari, kata-kata mereka mungkin berbeda dengan kata-kata yang dinyatakan dalam buku pedoman. Ketika ini terjadi, berhati-hatilah untuk tidak menyiratkan bahwa jawaban mereka salah. Meskipun demikian, jika sebuah pernyataan dapat diungkapkan dengan lebih akurat, bantulah dengan hati-hati untuk membantu mengklarifikasi pemahaman. Kurikulum ini memperlihatkan bagaimana menyertakan pokok-pokok pengajaran dan pembelajaran Injil ke dalam suatu kursus berbasis tema (lihat Pengajaran dan Pembelajaran Injil, 10, 23–31, 38–41). Di bulan-bulan mendatang, Seminari dan Institut akan menerbitkan dokumen yang disebut “Mengajar Secara Tematik dalam Institut Religi,” yang akan menjelaskan lebih lanjut bagaimana menyertakan pokok-pokok pengajaran dan pembelajaran Injil ke dalam kursus berbasis tema. Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul menguraikan beberapa manfaat yang datang dari menelaah Injil secara tematik: “Sementara membaca sebuah kitab tulisan suci dari awal hingga akhir menyediakan keluasan dasar pengetahuan, menelaah berdasarkan topik meningkatkan kedalaman dari pengetahuan kita. Mencari wahyu-wahyu untuk koneksi, pola, dan tema membangun di atas serta menambah pada pengetahuan rohani kita …; itu memperluas perspektif dan pemahaman kita akan rencana keselamatan. “Dalam penilaian saya, secara tekun menyelidik untuk menemukan koneksi, pola, dan tema merupakan bagian dari apa artinya ‘mengenyangkan diri’ dengan firman Kristus. Pendekatan ini akan membukakan gerbang air bah dari waduk rohani, mencerahkan pemahaman kita melalui Roh, dan menghasilkan kedalaman rasa syukur bagi tulisan suci kudus serta suatu tingkatan komitmen rohani yang tidak dapat diterima dengan cara lain. Pencarian semacam itu memampukan kita untuk membangun di atas batu karang Penebus kita dan untuk bertahan menghadapi angin kejahatan di zaman akhir ini” (“A Reservoir of Living Water” [api unggun Universitas Brigham Young, 4 Februari 2007], 3, speeches.byu.edu). Bacaan Siswa Bagian ini mencantumkan petikan tulisan suci, ceramah oleh pemimpin Gereja, dan materi lainnya yang akan memperkaya pemahaman siswa tentang topik-topik yang ditekankan dalam pelajaran. Tugasi dan imbaulah siswa untuk membaca materi-materi ini sebelum mereka datang ke tiap kelas. Sewaktu mereka menelaah materi-materi yang diilhami ini, mereka bukan hanya akan lebih siap untuk berperan serta dalam diskusi kelas, tetapi mereka juga akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan lebih dalam tentang topik-topik kursus. Sediakan bagi siswa daftar dari semua Bacaan Siswa pada awal semester. vii PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) Bagaimana saya dapat mempersiapkan diri untuk mengajar? Tuhan akan membantu Anda sewaktu Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Sewaktu Anda mempersiapkan diri, mungkin akan bermanfaat jika Anda menanyakan kepada diri Anda sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut: • Apakah saya berusaha untuk menjalankan Injil sehingga saya bisa terbuka terhadap Roh dalam persiapan dan pengajaran saya? • Apakah saya telah berdoa untuk menerima bimbingan Roh Kudus? • Apakah saya telah menelaah petikan-petikan tulisan suci dan bacaan latar belakang yang ditugaskan? • Apakah saya telah membaca kurikulum dan menentukan adakah sesuatu yang perlu saya adaptasi atau sesuaikan untuk memenuhi kebutuhan siswa saya? • Bagaimana saya dapat menindaklanjuti dengan siswa untuk memastikan bahwa mereka memperoleh manfaat terbesar dari bacaan yang ditugaskan? • Bagaimana saya dapat membantu masing-masing siswa saya berperan serta sepenuhnya dalam pelajaran? Saran-saran berikut mungkin juga bermanfaat: • Imbaulah siswa untuk membaca petikan tulisan suci dan artikel yang ditugaskan sebelum tiap kelas. • Harapkan siswa memenuhi peran mereka sebagai pembelajar. • Seringlah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menjelaskan ajaran dan asas dengan kata-kata mereka sendiri, berbagi pengalaman yang relevan, dan bersaksi tentang apa yang mereka ketahui dan rasakan. • Variasikan kegiatan dan pendekatan pembelajaran yang Anda gunakan dalam setiap kelas dan juga dari hari ke hari. • Ciptakan lingkungan pembelajaran yang mengundang Roh dan memberi siswa privilese serta tanggung jawab untuk mengajar dan untuk belajar dari satu sama lain (lihat A&P 88:78, 122). • Sepanjang kursus Anda akan menemukan referensi pada keterampilan penelaahan tulisan suci khusus. Ambillah manfaat dari kesempatan ini untuk membantu siswa menjadi lebih mandiri dalam penelaahan tulisan suci mereka dan lebih berdedikasi pada pembelajaran seumur hidup dari tulisan suci. Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan: “Pastikan bahwa ada banyak peran serta karena penggunaan hak pilihan itu oleh seorang siswa mewenangkan Roh Kudus untuk mengajar. … Sewaktu siswa mengungkapkan secara lisan kebenaran-kebenaran, mereka dikukuhkan dalam jiwa mereka dan memperkuat kesaksian pribadi mereka” (“To Understand and Live Truth” [malam bersama Penatua Richard G. Scott, 4 Februari 2005], 3; si.lds.org). Bagaimana saya dapat mengadaptasi pelajaran bagi para difabel? Sewaktu Anda bersiap untuk mengajar, pedulilah terhadap siswa yang berkebutuhan khusus. Sesuaikan kegiatan dan harapan untuk membantu mereka berhasil. Carilah viii PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) cara-cara untuk membantu mereka merasa dikasihi, diterima, dan disertakan. Pupuklah suatu hubungan kepercayaan. Untuk gagasan dan sumber lebih lanjut, cermatilah halaman Disability Resources [Sumber Difabel] di disabilities.lds.org dan bagian buku pedoman kebijakan Seminari dan Institut Religi yang berjudul “Kelas dan Program yang Disesuaikan bagi Siswa Difabel” Keluarga Kekal (Religi 200) Bacaan Siswa Catatan: Anda tidak diharuskan membaca materi-materi yang disarankan yang tidak tersedia dalam bahasa Anda. Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 1 Tampilnya “Keluarga: Maklumat kepada Dunia.” • Efesus 4:11–14; Mosia 8:15–17; Musa 6:26–39; 7:16–21. • “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129, lds.org/topics/familyproclamation. • M. Russell Ballard, “Yang Paling Berarti Adalah yang Paling Bertahan Lama,” Ensign atau Liahona, November 2005, 41–44. 2 Para Nabi dan Rasul dengan SungguhSungguh Memaklumkan • Yehezkiel 33:1–7; Amos 3:6–7; Ajaran dan Perjanjian 1:4–5, 11, 14, 37–38; 90:1–5; 124:125–126. • M. Russell Ballard, “Tetaplah di Dalam Perahu dan Berpeganglah!” (Ensign atau Liahona, November 2014, 89–92). • Henry B. Eyring, “Finding Safety in Counsel,” Ensign, Mei 1997, 24–26. • Carol F. McConkie, “Hidup Menurut Perkataan Para Nabi,” Ensign atau Liahona, November 2014, 77–79. 3 Potensi Ilahi Kita • Kejadian 1:27; Yesaya 55:8–9; Kisah Para Rasul 17:29; Roma 8:16–17; Ibrani 12:9; 1 Yohanes 3:1–2; 4:8–9; 1 Nefi 9:6; 2 Nefi 9:20; 3 Nefi 12:48; Moroni 8:18; Ajaran dan Perjanjian 76:4; 88:41; 130:22. • Dieter F. Uchtdorf, “Empat Gelar,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 58–61. • Topik Injil, “Menjadi Seperti Allah,” lds.org/topics. 4 Keluarga dan Rencana Besar Kebahagiaan • Musa1:27–39; 3:16–17; 5:6–12; 2 Nefi 2:19–25; 9:6–12; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17. • M. Russell Ballard, “Pendamaian dan Nilai Satu Jiwa,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 84–87. • Julie B. Beck, “Teaching the Doctrine of the Family,” Ensign, Maret 2011, 12–17. ix PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 5 Kondisi Kefanaan • 2 Nefi 2:27–29; Mosia 3:19; 16:3–6; Musa 6:49, 53–55; Abraham 3:25. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign, atau Liahona,April 2012, 40–47. 6 Keluarga Adalah Inti dalam Rencana Bapa Surgawi • Ajaran dan Perjanjian 93:39–50. • Robert D. Hales, “The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 64–67. • David A. Bednar, “Lebih Rajin dan Lebih Memerhatikan di Rumah,” Ensign atau Liahona, November 2009, 17–20. 7 Pernikahan Antara Seorang Pria dan Seorang Wanita Ditetapkan Oleh Allah. • Mormon 9:9; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17; Musa 3:18–25; 5:1–16. • Dallin H. Oaks, “Tidak Ada Allah Lain,” Ensign atau Liahona, November 2013, 72–75. • Sheri L. Dew, “It Is Not Good for Man or Woman to Be Alone,” Ensign, November 2001, 12–14. • “The Divine Institution of Marriage,” mormonnewsroom.org/article/the-divine-institution-ofmarriage. • Topik Injil, “Pernikahan Sesama Jenis,” lds.org/topics. 8 Gender dan Identitas Kekal • Matius 7:12; Yohanes 8:1–11; 15:12; Ajaran dan Perjanjian 76:24; Musa 2:27; dan paragraf kedua dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129. • Jeffrey R. Holland, “Menolong Mereka yang Berjuang Mengatasi Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” Ensign atau Liahona,Oktober 2007, 42–45. • Topik Injil, “Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” lds.org/ topics. 9 Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Pria • Matius 2:13–16; Efesus 5:23, 25; 1 Timotius 5:8; Ajaran dan Perjanjian 75:28; 83:2, 4; 121:36–46. • D. Todd Christofferson, “Marilah Kita Menjadi Pria yang Bersikap Jantan,” Ensign atau Liahona, November 2006, 46–48. • Linda K. Burton, “Kita Akan Naik Bersama-sama,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 29–32. • “Pemanggilan Sakral Ayah dan Ibu,” bab 15 dari AjaranAjaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson (2014), 191–196. x PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 10 Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Wanita • 2 Timotius 1:5; 3:14–15; Alma 56:47– 48; 57:21; Ajaran dan Perjanjian 25:1–3, 10, 13–16. • “Understand the Divine Roles of Women,” Ensign, Februari 2009, 67. • “Kaum Wanita Gereja,” bab 20 dari Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson (2006), 258–270. 11 Mempersiapkan Diri untuk Pernikahan Kekal • Markus 5:35–36; Ajaran dan Perjanjian 6:22–23, 36; 8:2–3; 9:7–9; 11:12–14; 88:40. • Dieter F. Uchtdorf, “The Reflection in the Water” (kebaktian Church Educational System, 1 November 2009), lds.org/media-library. • Jeffrey R. Holland, “Jangan Takut, Percaya Saja” (malam bersama Penatua Jeffrey R. Holland, 6 Februari 2015), lds.org/broadcasts. 12 Tata Cara dan Perjanjian Bait Suci • Keluaran 19:3–6; Ajaran dan Perjanjian 84:19–21; 97:10–17; 109:12–26; 124:37–40, 55. • Boyd K. Packer, “Bait Suci yang Kudus,” Ensign atau Liahona, Oktober 2010, 29–35. 13 Meningkatkan Peribadatan Bait Suci • Mazmur 24:3–5; Yohanes 2:13–16; 3 Nefi 17:1–3; Ajaran dan Perjanjian 109:8–22. • Richard G. Scott, “Temple Worship: The Source of Strength and Power in Times of Need,” Ensign, Mei 2009, 43–45. • L. Lionel Kendrick, “Enhancing Our Temple Experience,” Ensign, Mei 2001, 78–79. 14 Menjadi Penyelamat di Gunung Sion • Obaja 1:21; Maleakhi 4:5–6; Ajaran dan Perjanjian 110:13–16; 128:18; 138:27–37, 58–59. • David A. Bednar, “Hati Anak-Anak Akan Berpaling,” Ensign atau Liahona, November 2011, 24–27. • Quentin L. Cook, “Akar dan Cabang,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 44–48. 15 Pernikahan Kekal • Ajaran dan Perjanjian 131:1–4; 132:1–24. • Russell M. Nelson, “Pernikahan Selestial,” Ensign atau Liahona, November 2008, 92–95. xi PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 16 Kuasa Sakral Prokreasi • Kejadian 2:21–24; Mazmur 24:3–4; Matius 5:8, 27–28; Roma 8:6; Yakub 2:28, 31–35; Alma 39:1–9; Ajaran dan Perjanjian 42:22–24; 63:16; 121:45– 46. • David A. Bednar, “Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 41–44. • Linda S. Reeves, “Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 15–17. • “Kemurnian Akhlak,” Untuk Kekuatan Remaja (buklet, 2011), 35–37. 17 Perintah untuk Beranak Cucu dan Memenuhi Bumi • Kejadian 1:27–28; 9:1; 35:11; Mazmur 127:3; 1 Nefi 15:11; Ajaran dan Perjanjian 29:6; 59:6; Musa 2:27–28. • Neil L. Andersen, “Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, November 2011, 28–31. • Russell M. Nelson, “Abortion: An Assault on the Defenseless,” Ensign, Oktober 2008, 32–37. 18 Memelihara Hubungan Pernikahan • Matius 19:3–8; Efesus 5:25, 28–31; Ajaran dan Perjanjian 25:5, 13–15; 42:22; Abraham 5:15–18. • David A. Bednar, “Marriage Is Essential to His Eternal Plan,” Ensign, Juni 2006, 82–87. • L. Whitney Clayton, “Pernikahan: Perhatikan dan Belajarlah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 83–85. 19 Membangun Kehidupan dan Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus • Yohanes 15:1–5, 10–11; Helaman 5:12; 14:30–31; 3 Nefi 11:29–30; 12:22–24; Moroni 7:45, 48; Ajaran dan Perjanjian 64:9–11; 88:119, 123–25. • Henry B. Eyring, “Teladan Sempurna Kita,” Ensign dan Liahona, November 2009, 70–73. • Richard G. Scott, “Untuk Kedamaian di Rumah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 29–31. 20 Menjaga Iman dan Kesaksian • Lukas 22:31–32; Yohanes 14:26–27; Efesus 4:11–14; 1 Nefi 15:23–24; 2 Nefi 31:19–20; Alma 5:45–46; Helaman 3:28–30; 3 Nefi 18:32; Ajaran dan Perjanjian 11:13–14; 21:4–6; 108:7–8. • Dieter F. Uchtdorf, “Mari, Bergabunglah Bersama Kami,” Ensign atau Liahona, November 2013, 21–24. • Jeffrey R. Holland, “Tuhan, Aku Percaya,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 93–95. xii PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 21 Membesarkan AnakAnak dalam Kasih dan Kesalehan • Lukas 15:11–20; Efesus 6:4; 2 Timotius 3:15; 3 Nefi 18:21; Ajaran dan Perjanjian 68:25–28; 93:36–40. • Richard G. Scott, “Jadikan Menjalankan Injil Prioritas Utama Anda,” Ensign atau Liahona, November 2014, 92–95. • Jeffrey R. Holland, “Doa bagi Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 85–87. 22 Menciptakan Keluarga yang Berhasil • Ulangan 6:1–7; Yosua 24:15; Mosia 4:14–15; Ajaran dan Perjanjian 58:21; 98:4–6; 134:5–6; Pasal-Pasal Kepercayaan 1:12. • Dallin H. Oaks, “Baik, Lebih Baik, Terbaik,” Ensign atau Liahona, November 2007, 104–108. 23 Menyediakan bagi Kebutuhan Duniawi • Maleakhi 3:8–12; Matius 6:19–21; Markus 6:1–3; Lukas 2:51–52; 1 Timotius 6:7–10; 2 Nefi 9:51; Yakub 2:17–19; Ajaran dan Perjanjian 56:17; 75:28; 104:13–18, 78. • Robert D. Hales, “Menjadi Penyedia yang Hemat Secara Jasmani dan Rohani,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 7–10. • Marvin J. Ashton, “One for the Money,” Ensign, September 2007, 37–39. 24 Anggota Gereja Dewasa Lajang • 1 Korintus 12:12–20, 25–27; Ibrani 11:1, 6, 8–13, 16. • Gordon B. Hinckley, “A Conversation with Single Adults,” Ensign, Maret 1997, 58–63. • Spencer J. Condie, “Memohon Janji-Janji yang Sangat Besar serta Berharga,” Ensign atau Liahona, November 2007, 16–18. 25 Menjalankan Iman dalam KeadaanKeadaan Sulit Keluarga • Amsal 3:5–6; Matius 11:28–30; 1 Nefi 16:34–39; 17:1–4; Mosia 24:8–16; Ajaran dan Perjanjian 121:7–8. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign, atau Liahona,April 2012, 40–47. • “Strengthening the Family: Adapting to Circumstances,” Ensign, Desember 2005, 34–35. 26 Bertanggung Jawab di Hadapan Allah • Matius 18:1–6; Roma 13:12–14; 2 Korintus 5:17–21; Mosia 4:30; Alma 5:15–22; 12:14; Ajaran dan Perjanjian 42:22–25; 93:39–44. • Jeffrey R. Holland, “Bahasa Para Malaikat,” Ensign dan Liahona, Mei 2007, 16–18. • Richard G. Scott, “Menyembuhkan Akibat-Akibat yang Menghancurkan dari Perundungan,” Ensign atau Liahona, Mei 2008, 40–43. xiii PENDAHULUAN UNTUK BUKU PEDOMAN GURU KELUARGA KEKAL (RELIGI 200) Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 27 Peringatan Kenabian Perihal Keluarga • 2 Timotius 3:1–7, 13; 1 Nefi 14:14–17; 22:16–17; Ajaran dan Perjanjian 97:22–28. • Russell M. Nelson, “Faith and Families,” Ensign, Maret 2007, 36–41. • Bonnie L. Oscarson, “Para Pembela Maklumat Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 14–17. 28 Memromosikan Keluarga Sebagai Unit Dasar Masyarakat • Alma 43:9, 30, 45, 48; 46:11–16; 48:9–13. • Thomas S. Monson, “Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 66–69. • Dallin H. Oaks, “Balancing Truth and Tolerance,” Ensign, Februari 2013, 24–31. • L. Tom Perry, “Mengapa Pernikahan dan Keluarga Penting—di Mana Pun di Dunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 39–42. xiv Tampilnya “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Pendahuluan Pada September 1995 Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul mengeluarkan sebuah maklumat kepada Gereja dan kepada dunia yang bertajuk “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Pernyataan kenabian ini 1 mengajarkan tentang peranan ilahi keluarga dalam rencana kekal Allah. Pelajaran ini akan membantu siswa memahami dengan lebih baik mengapa para nabi, pelihat, dan pewahyu zaman akhir mengeluarkan dokumen terilhami ini. Bacaan Latar Belakang • “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129. • M. Russell Ballard, “Yang Paling Berarti Adalah yang Paling Bertahan Lama,” Ensign atau Liahona, November 2005, 41–44. Saran untuk Pengajaran Mosia 8:15–17; Musa 6:26–27, 31–36; 7:16–21 “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” ditulis oleh para pelihat Mintalah seorang siswa untuk membacakan Musa 6:26–27 dengan lantang, dan mintalah kelas untuk menyimak, dengan mencari apa yang Tuhan firmankan mengenai hati, telinga, dan mata dari orang-orang. • Bagaimana Tuhan menjelaskan kejahatan orang-orang? • Apa artinya ketika “hati [orang-orang] telah menjadi keras, dan telinga mereka lamban dalam mendengar, dan mata mereka tidak dapat melihat jauh”? Mintalah seorang siswa untuk membacakan Musa 6:31-34 dengan lantang. • Seandainya Anda adalah Henokh, apa yang Anda temukan meyakinkan dalam firman Tuhan? • Apa yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai bagaimana Tuhan memberdayakan para nabi-Nya? Berilah siswa waktu sejenak untuk membaca Musa 6:35–36. • Apa yang Henokh mampu lihat ketika dia membasuh tanah liat dari matanya? • Apa yang tanah liat dapat lambangkan? (Tanah liat dapat menjadi lambang dari keduniawian. Mintalah siswa untuk memikirkan apa yang mungkin dapat mereka lihat seandainya hal-hal duniawi dibasuh dari mata mereka). • Bagaimana ayat 36 membantu menguraikan apa pelihat itu? (Jawaban dapat mencakup kebenaran berikut: Pelihat mampu melihat segala sesuatu yang tidak terlihat bagi mata alami. Pertimbangkan meminta siswa untuk merujuksilangkan ayat 36 dengan Mosia 8:15–17). Untuk lebih lanjut menguraikan seorang pelihat, perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua John A. Widtsoe (1872–1952) dari Kuorum Dua Belas Rasul dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: 1 PELAJARAN 1: TAMPILNYA “KELUARGA: MAKLUMAT KEPADA DUNIA” “Seorang pelihat adalah seseorang yang melihat dengan mata rohani. Dia mengenali arti dari apa yang tampaknya tak dikenal bagi orang lain; karena itu dia adalah penafsir dan pengklarifikasi kebenaran kekal. … Dia adalah seseorang yang melihat, yang berjalan dalam terang Tuhan dengan mata terbuka [lihat Mosia 8:15–17]” (Evidences and Reconciliations, penyusun G. Homer Durham [1960], 258). Sarankan agar siswa menuliskan beberapa definisi ini dalam tulisan suci mereka di sebelah Musa 6:35–36. Jelaskan bahwa pelihat adalah juga nabi. Ringkaslah Musa 7:16–21 untuk membantu siswa memahami apa yang terjadi kepada mereka yang menerima Henokh sebagai seorang pelihat dan mengikuti perkataannnya. • Bagaimana ayat-ayat ini mengilustrasikan pentingnya mengindahkan para nabi dan pelihat modern? (Pastikan siswa memahami ajaran berikut: Nabi juga membantu kita melihat segala sesuatu dari perspektif Allah, dan kita diberkati sewaktu kita memercayai perkataan mereka). Bacalah pernyataan berikut oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Brother and sister, tahun ini menandai perayaan ke-10 dari maklumat kepada dunia mengenai keluarga, yang dikeluarkan oleh Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul pada tahun 1995 [lihat ‘Keluarga: Maklumat kepada Dunia,’ Ensign atau Liahona, November 2010, 129]. Pernyataan tersebut dahulu dan sekarang ini menjadi sebuah seruan keras untuk melindungi serta memperkuat keluarga. … “Pernyataan itu merupakan dokumen kenabian, bukan hanya karena pernyataan itu dikeluarkan oleh para nabi, namun karena pernyataan itu selangkah lebih maju di zamannya. Pernyataan itu memperingatkan terhadap banyaknya hal-hal penting yang telah terancam dan keluarga yang direndahkan selama dekade terakhir dan seruan untuk prioritas serta menekankan kebutuhan keluarga jika mereka harus bertahan hidup dalam suatu lingkup yang tampaknya menjadi semakin menghancurkan bagi pernikahan tradisional dan bagi hubungan orangtua-anak. Bahasa Pernyataan itu, yang jelas dan sederhana, menunjukkan perbedaan sesungguhnya terhadap pendapat yang membingungkan dan berbelit-belit dari masyarakat yang bahkan tidak bisa menyetujui pada penjelasan mengenai keluarga” (“Yang Paling Berarti Adalah yang Paling Bertahan Lama,” Ensign atau Liahona, November 2005, 41). • Menurut Anda apa yang dimaksud Penatua Ballard ketika dia mengatakan bahwa maklumat keluarga “selangkah lebih maju di zamannya”? • Bagaimana maklumat keluarga menegaskan kepercayaan Anda bahwa Presidensi Utama dan Dua Belas Rasul adalah nabi, pelihat, dan pewahyu? Bersaksilah bahwa karena Bapa Surgawi mengasihi kita dan ingin kita menjadi seperti Dia, Dia mengutus kepada kita para nabi dan pelihat. “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Tampilnya maklumat keluarga Pastikan setiap siswa memiliki akses pada salinan “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” (lds.org/topics/family-proclamation). (Anda mungkin perlu menyediakan salinan cetakan bagi siswa yang memerlukannya). Imbaulah siswa untuk membawa salinan cetakan atau digital dari maklumat keluarga itu ke setiap sesi kelas di sepanjang kursus. Jelaskan bahwa “Keluarga: Maklumat Kepada Dunia” pertama kali 2 PELAJARAN 1: TAMPILNYA “KELUARGA: MAKLUMAT KEPADA DUNIA” disajikan kepada Gereja oleh Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008) pada tanggal 23 September 1995, pada sebuah pertemuan umum Lembaga Pertolongan. • Apa yang judul itu kemukakan kepada kita mengenai audiensi yang dimaksud dari maklumat ini? • Menurut Anda mengapa maklumat ini dikeluarkan kepada seluruh dunia alih-alih hanya kepada anggota Gereja? (Sewaktu siswa merespons, tulislah kebenaran berikut di papan tulis: Allah memanggil para nabi untuk memaklumkan kebenaran-kebenaran-Nya kepada semua anak-Nya). Jelaskan bahwa sejak Gereja diorganisasi, para pemimpin Gereja telah mengeluarkan hanya lima maklumat. Satu dikeluarkan oleh Presidensi Utama, satu oleh Kuorum Dua Belas Rasul dan yang lain oleh Presidensi Utama serta Kuorum Dua Belas Rasul. Maklumat dicadangkan untuk pernyataan-pernyataan yang memiliki makna penting. (Jika siswa menanyakan tentang lima maklumat ini, rujuklah mereka pada Encyclopedia of Mormonism, 5 jilid [1992], “Proclamations of the First Presidency and the Quorum of the Twelve Apostles,” 3:1151, eom.byu.edu). Beri tahulah siswa bahwa sebelum membaca maklumat keluarga, Presiden Hinckley menyatakan sejumlah alasan mengapa para pemimpin Gereja merasa tergerak untuk menerbitkan dokumen penting ini. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Hinckley, dan undanglah seorang siswa untuk membacanya: “Saya tidak perlu mengingatkan Anda bahwa dunia yang kita huni adalah dunia yang bergejolak, dengan pergeseran nilai-nilai. Suara-suara yang melengking menyerukan satu dan lain hal dalam pengkhianatan terhadap standar-standar perilaku yang telah teruji waktu. Penambat moral dari masyarakat kita telah terguncang dengan hebatnya” (“Stand Strong against the Wiles of the World,” Ensign, November 1995, 99). • Menurut Anda apa yang dimaksud Presiden Hinckley ketika dia mengatakan bahwa “penambat moral dari masyarakat kita telah terguncang dengan hebatnya”? (Anda mungkin ingin menandaskan bahwa penambat adalah tali atau rantai yang menahan objek pada tempatnya). • Bagaimana Anda akan menjelaskan apa yang terjadi terhadap “penambat moral” masyarakat sejak 1995, ketika Presiden Hinckley berbicara mengenai kemerosotan moral yang serius? Perlihatkan paragraf berikut dari ceramah Presiden Hinckley. Berilah siswa waktu sejenak untuk membacanya dan mencermati kata-kata atau frasa yang lebih lanjut menjelaskan masalah yang para pemimpin Gereja lihat di dunia dan alasan-alasan mereka mengeluarkan maklumat ini. “Dengan sedemikian banyak penyesatan yang disampaikan sebagai kebenaran, dengan sedemikian banyak penipuan perihal standar-standar dan nilai-nilai, dengan sedemikian banyak pikatan serta bujukan untuk mengambil noda dunia, kami merasa harus memperingatkan dan mengingatkan lebih awal. Sebagai kelanjutan dari ini kami dari Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul saat ini mengeluarkan sebuah maklumat kepada Gereja dan kepada dunia sebagai sebuah pernyataan dan peneguhan akan standar, ajaran, dan praktik yang berkenaan dengan keluarga yang para nabi, pelihat, dan pewahyu dari Gereja ini telah berulang kali nyatakan di sepanjang sejarahnya” (“Stand Strong against the Wiles of the World,” 100). 3 PELAJARAN 1: TAMPILNYA “KELUARGA: MAKLUMAT KEPADA DUNIA” Sewaktu siswa membagikan apa yang mereka identifikasi, tulislah respons mereka di papan tulis. Papan tulis mungkin terlihat seperti ini: Apa masalah yang para pemimpin Gereja lihat di dunia? Penyesatan disampaikan sebagai kebenaran Penipuan perihal standar-standar dan nilai-nilai Pikatan dan bujukan untuk menjadi seperti dunia Apa beberapa alasan para pemimpin Gereja mengeluarkan maklumat ini? Untuk memperingatkan dan mengingatkan lebih awal Untuk menyatakan dan menegaskan standar, ajaran, dan praktik yang diajarkan oleh para pemimpin Gereja masa kini dan masa lalu • Apakah “penyesatan” Itu? (Penyesatan adalah penalaran palsu yang disajikan sebagai kebenaran). Bagaimana Anda telah melihat gagasan-gagasan sesat diajarkan berkaitan dengan keluarga? (Anda dapat merujuk pada A&P 89:4 sebagai contoh dari penyesatan). • Apa yang dapat kita pelajari mengenai tanggung jawab para nabi dan rasul zaman akhir dari pernyataan Presiden Hinckley? (Respons siswa hendaknya mencakup kebenaran berikut: Para nabi memiliki tanggung jawab sakral untuk menyatakan “standar, ajaran, dan praktik berkenaan dengan keluarga”). Tugasi siswa untuk meluangkan waktu beberapa menit membaca maklumat tersebut dan mengindentifikasi beberapa jawaban yang disediakannya terhadap pertanyaanpertanyaan modern mengenai keluarga. Setelah waktu yang memadai, mintalah siswa untuk membagikan apa yang mereka temukan. Karena pelajaran-pelajaran lain membahas maklumat itu secara detail, jangan meluangkan banyak waktu dalam kegiatan ini. Bersaksilah tentang kebenaran berikut: Maklumat keluarga sarat dengan jawaban terilhami terhadap masalah-masalah masyarakat. Maklumat ini merupakan sauh yang pasti bagi individu-individu dan keluarga-keluarga di dunia dengan pergeseran nilainilai. Jelaskan bahwa setelah Presiden Hinckley membacakan maklumat keluarga, dia menyatakan: “Kami memuji semua yang membaca maklumat ini dengan saksama, khusyuk, dan dengan doa yang sungguh-sungguh. Kekuatan bangsa kita berakar di dalam dindingdinding rumah mereka. Kami mendesak umat kami di mana pun untuk memperkuat keluarga mereka sesuai dengan nilai-nilai yang dihormati sepanjang waktu” (“Stand Strong against the Wiles of the World,” Ensign, November 1995, 101). • Apa artinya bagi Anda untuk dengan doa yang sungguh-sungguh membaca maklumat keluarga? • Dalam hal-hal apa asas-asas yang terdapat dalam maklumat keluarga ini memengaruhi perasaan Anda mengenai pernikahan dan keluarga? Bantulah siswa memikirkan dan membagikan bagaimana mereka dapat menerapkan imbauan Presiden Hinckley untuk mempelajari dan menerapkan ajaran-ajaran serta 4 PELAJARAN 1: TAMPILNYA “KELUARGA: MAKLUMAT KEPADA DUNIA” asas-asas yang termuat dalam maklumat keluarga (misalnya, menghafalkan bagianbagian dari maklumat tersebut). Tulislah respons siswa di papan tulis, dan undanglah mereka untuk dengan doa yang sungguh-sungguh memikirkan bagaimana mereka dapat memperkuat diri mereka sendiri dan keluarga mereka dengan menerapkan “nilai-nilai yang dihormati sepanjang waktu.” Bacaan Siswa • Efesus 4:11–14; Mosia 8:15–17; Musa 6:26–39; 7:16–21. • “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129, lds.org/topics/family-proclamation. • M. Russell Ballard, “Yang Paling Berarti Adalah yang Paling Bertahan Lama,” Ensign atau Liahona, November 2005, 41–44. 5 2 Pendahuluan Para Nabi dan Rasul dengan Sungguh-Sungguh Menyatakan “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” diawali dengan pernyataan ini: “Kami, Presidensi Utama dan Dewan Dua Belas Rasul Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci dengan, dengan sungguhsungguh menyatakan …” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Para nabi di setiap dispensasi memiliki tanggung jawab untuk menyatakan kehendak Tuhan dan untuk memperingatkan konsekuensi dosa. Pelajaran ini akan membantu siswa memahami peranan nabi sebagai penjaga yang memperingatkan kita tentang malapetaka yang tidak terlihat. Bacaan Latar Belakang • M. Russell Ballard, “Tetaplah di Dalam Perahu dan Berpeganglah!” (Ensign atau Liahona, November 2014, 89–92). • Henry B. Eyring, “Finding Safety in Counsel,” Ensign, Mei 1997, 24–26. • Carol F. McConkie, “Hidup Menurut Perkataan Para Nabi,” Ensign atau Liahona, November 2014, 77–79. Saran untuk Pengajaran Yehezkiel 33:1–7; Ajaran dan Perjanjian 1:4–5, 11, 14 Penjaga di atas menara Perlihatkan kepada siswa gambar sebuah menara pengawas, tanyakan kepada mereka apakah mereka dapat mengidentifikasi bangunan dalam gambar itu. Jelaskan bahwa bangunan itu adalah sebuah replika dari menara pengawas di zaman dahulu. (Sebagai pendekatan alternatif, jika tersedia dalam bahasa Anda, tayangkan menit pertama dari video “Watchman on the Tower [Penjaga di Atas Menara],” lds.org/media-library). Tanyakan kepada siswa apa berbagai hal yang penjaga mungkin cari dan mengapa penting bagi mereka untuk menjalankan tugas-tugas mereka. Mintalah siswa untuk membaca Yehezkiel 33:1–3 dan mengidentifikasi tanggung jawab seorang penjaga. • Apa tanggung jawab penjaga? (Untuk memperingatkan orang-orang akan datangnya bahaya). Mintalah seorang siswa untuk membaca Yehezkiel 33:4–7 dengan lantang. • Apa tugas yang Tuhan berikan kepada Yehezkiel? • Bagaimana para nabi seperti penjaga di atas menara? (Mungkin bermanfaat bagi siswa untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 1:4–5, 11, 14 untuk membantu mereka memahami bahwa para nabi modern melayani sebagai penjaga. Anda dapat menyarankan agar siswa merujuksilangkan ayat-ayat ini dengan Yehezkiel 33:4–7. Pertimbangkan menandaskan bahwa Penatua Russell M. Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul menyatakan, “Sebagai para Rasul Tuhan Yesus Kristus, adalah tugas kita untuk menjadi penjaga di atas menara” [“Beware of False Prophets and False Teachers,” Ensign, November 1999, 62]). 6 PELAJARAN 2: PARA NABI DAN RASUL DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH MENYATAKAN Bersaksilah tentang ajaran berikut: Bapa Surgawi telah memanggil para nabi zaman akhir untuk memperingatkan kita tentang bahaya yang mengancam. Untuk menekankan ajaran ini, perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Henry B. Eyring dari Presidensi Utama, dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Tampaknya tidak ada akhirnya bagi hasrat Juruselamat untuk memimpin kita menuju keselamatan. Dan ada keteguhan dalam cara Dia memperlihatkan kita jalan itu. Dia memanggil lebih dari satu cara sehingga itu akan menjangkau mereka yang bersedia menerimanya. Dan cara-cara itu selalu mencakup mengirimkan pesan melalui mulut dari para nabi-Nya kapan pun orang-orang telah memenuhi syarat untuk memiliki nabi Allah di antara mereka. Para hamba yang berwenang itu senantiasa berkewajiban memperingatkan umat, memberi tahu mereka cara menuju keselamatan” (“Finding Safety in Counsel,” Ensign, Mei 1997, 24). • Kapan Anda telah merasa terlindungi dengan mengikuti nasihat kenabian? • Apa nasihat yang telah Anda dengar dari para rasul dan nabi modern yang dapat mendatangkan perlindungan rohani kepada keluarga? • Dalam cara-cara apa maklumat kepada dunia merupakan suara peringatan dari Bapa kita di Surga? Amos 3:6–7 Para nabi dan rasul membantu kita memahami perspektif Tuhan perihal keluarga. Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul: Mintalah siswa untuk mencari cara-cara di mana para nabi menjadi tanggap terhadap bahaya-bahaya di dunia zaman sekarang. “Saya telah mendengar bahwa sebagian orang berpikir bahwa para pemimpin Gereja hidup dalam sebuah ‘gelembung.’ Yang mereka lupakan adalah bahwa kami adalah pria dan wanita berpengalaman, dan kami telah menjalani kehidupan kami di begitu banyak tempat dan bekerja dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda. Penugasan kami saat ini membawa kami berkeliling dunia, di mana kami bertemu dengan para pemimpin politik, agama, bisnis, dan kemanusiaan dunia. Meskipun kami telah mengunjungi [para pemimpin] di Gedung Putih di Washington, D.C., dan para pemimpin bangsa [dan agama] di seluruh dunia, kami juga telah mengunjungi [keluarga dan orang] yang paling sederhana di bumi. … Ketika Anda dengan penuh pemikiran merenungkan kehidupan dan pelayanan kami, Anda kemungkinan besar akan sepakat bahwa kami melihat dan mengalami dunia dengan cara yang hanya dilakoni beberapa orang. Anda akan menyadari bahwa kami lebih tidak hidup dalam sebuah ‘gelembung’ daripada kebanyakan orang. … “… Ada sesuatu mengenai individu dan kebijaksanaan terpadu dari [para pemimpin Gereja] yang seharusnya memberikan penghiburan. Kami telah mengalaminya semua, termasuk konsekuensi dari hukum dan kebijakan publik yang berbeda, kekecewaan, tragedi, dan kematian dalam keluarga kami sendiri. Kami tidaklah buta mengenai kehidupan Anda” (“Tetaplah di Dalam Perahu dan Berpeganglah!” Ensign atau Liahona, November 2014, 90. • Bagaimana pengalaman luas para pemimpin Gereja membantu mereka dalam peranan mereka sebagai penjaga? Jelaskan bahwa para nabi memiliki akses pada sesuatu yang jauh lebih penting daripada pengalaman hidup untuk membantu mereka memenuhi tugas-tugas yang 7 PELAJARAN 2: PARA NABI DAN RASUL DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH MENYATAKAN diberikan secara ilahi. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Amos 3:6–7 dengan lantang. Tandaskan bahwa Terjemahan Joseph Smith mengubah kata “melakukan” menjadi “mengetahui” di ayat 6 dan kata “tanpa” menjadi “hingga” di ayat 7 (lihat catatan kaki untuk dua ayat ini). Pembahasan ini dapat menjadi kesempatan cemerlang bagi Anda untuk mengimbau siswa Anda untuk menggunakan catatan kaki selama penelaahan tulisan suci pribadi mereka. • Apa yang Amos 3:6–7 ajarkan mengenai para nabi? Bagikan definisi berikut kepada siswa: Nabi adalah “orang yang telah dipanggil oleh dan berbicara bagi Allah. Sebagai utusan Allah, seorang nabi menerima perintah, nubuat, dan wahyu dari Allah. … Seorang nabi mencela dosa dan meramalkan konsekuensi-konsekuensinya” (Penuntun bagi Tulisan Suci, “Nabi,” scriptures.lds.org). Salinlah diagram berikut di papan tulis: Berilah siswa waktu sejenak untuk merenungkan dan membahas diagram tersebut. Anda mungkin ingin menjelaskan bahwa diagram ini mengilustrasikan bagaimana perspektif Allah mengenai keluarga mencakup kehidupan prafana, fana, dan pascafana. Melalui wahyu, para nabi menerima perspektif yang lebih luas, dan mereka sebagai gantinya membantu kita meningkatkan perspektif dan pemahaman kita. • Bagaimana diagram ini mengilustrasikan mengapa kita akan menjadi bijaksana untuk menelaah maklumat keluarga? (Tulislah yang berikut di papan tulis: Dengan menelaah maklumat keluarga, kita dapat mempelajari perspektif Bapa Surgawi mengenai keluarga). Mintalah siswa mengeluarkan salinan mereka dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia.” Tekankan frasa pembuka, “Presidensi Utama dan Dewan Dua Belas Rasul Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, dengan sungguh-sungguh menyatakan. …” Berilah siswa waktu beberapa menit untuk menyelidiki maklumat keluarga tersebut, dengan mencari bukti bahwa perspektif Allah mengenai pernikahan dan keluarga berbeda dari perspektif dunia. Undanglah siswa untuk membagikan apa yang mereka temukan, dan daftarlah respons siswa di papan tulis. Ajaran dan Perjanjian 90:1-5 Mengikuti nasihat para nabi dalam maklumat keluarga akan membuat kita aman. Undanglah siswa untuk menyelidiki Ajaran dan Perjanjian 90:1–3 untuk mengidentifikasi apa yang telah Tuhan berikan kepada Nabi Joseph Smith. 8 PELAJARAN 2: PARA NABI DAN RASUL DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH MENYATAKAN • Apa yang Tuhan berikan kepada Joseph Smith? (Kunci-kunci kerajaan, yang mewakili hak-hak presidensi, atau wewenang untuk mengarahkan kerajaan-Nya di bumi). • Siapa yang memegang kunci-kunci yang sama dewasa ini? (Setiap anggota Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul). Undanglah seorang siswa untuk membacakan Ajaran dan Perjanjian 90:4-5 dengan lantang. Mintalah kelas untuk mencari apa yang Tuhan janjikan akan datang kepada Gereja melalui Nabi. (Tuhan berfirman Gereja akan menerima “sabda.” Beri tahulah siswa bahwa “sabda” artinya “wahyu”). • Apa peringatan yang Tuhan berikan kepada para Orang Suci di ayat 5? • Apa asas yang dapat kita pelajari dari peringatan ini? (Respons siswa hendaknya mencerminkan pemahaman terhadap asas berikut: Jika kita menganggap sepele wahyu-wahyu yang Allah berikan melalui para nabi-Nya, kita akan tersandung dan jatuh. Pertimbangkan menuliskan asas ini di papan tulis). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Sister Carol F. McConkie dari presidensi umum Remaja Putri dan Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul: © Busath.com “Kita dapat memilih untuk mengabaikan, meremehkan, atau menginjak-injak, atau memberontak terhadap firman Kristus yang diucapkan oleh para hamba-Nya yang telah ditahbiskan. Tetapi Juruselamat mengajarkan bahwa mereka yang melakukan demikian akan disingkirkan dari umat perjanjian-Nya [lihat 3 Nefi 20:23]” (Carol F. McConkie, “Hidup Menurut Perkataan Para Nabi,” Ensign atau Liahona, November 2014, 79). “Saya telah menemukan dalam pelayanan saya bahwa mereka yang menjadi tersesat dan bingung biasanya adalah mereka yang paling sering … lupa bahwa ketika Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas berbicara dengan kesatuan suara, itu merupakan suara Tuhan untuk waktu itu. Tuhan mengingatkan kita, ‘Apakah melalui suara-Ku sendiri atau melalui suara para hamba-Ku, itu adalah sama’ [A&P 1:38]” (M. Russell Ballard, “Tetap di Dalam Perahu dan Berpeganglah!” 90). • Apa beberapa indikasi yang mungkin bahwa seseorang menganggap sepele nasihat yang ditemukan dalam maklumat keluarga? • Apa berkat-berkat yang telah Anda atau orang lain terima dengan mengindahkan nasihat dalam maklumat keluarga? • Apa pemikiran atau perasaan yang Anda miliki mengenai para nabi zaman akhir yang dapat Anda bagikan kepada kelas? Bersaksilah bahwa maklumat keluarga merupakan pernyataan terilhami dari suara terpadu lima belas nabi, pelihat, dan pewahyu. Imbaulah siswa untuk mengambil kesempatan sepanjang kursus ini untuk berdoa memohon kesaksian yang lebih dalam tentang kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam maklumat keluarga. Bacaan Siswa • Yehezkiel 33:1–7; Amos 3:6–7; Ajaran dan Perjanjian 1:4–5, 11, 14, 37–38; 90:1–5; 124:125–126. • M. Russell Ballard, “Tetaplah di Dalam Perahu dan Berpeganglah!” (Ensign atau Liahona, November 2014, 89–92). 9 PELAJARAN 2: PARA NABI DAN RASUL DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH MENYATAKAN • Henry B. Eyring, “Finding Safety in Counsel,” Ensign, Mei 1997, 24–26. • Carol F. McConkie, “Hidup Menurut Perkataan Para Nabi,” Ensign atau Liahona, November 2014, 77–79. 10 3 Potensi Ilahi Kita Pendahuluan Bapa Surgawi telah menyediakan sebuah rencana yang memungkinkan kita untuk kembali ke hadirat-Nya dan menjadi seperti Dia. Presiden Dieter F. Uchtdorf mengajarkan, “Kita adalah anak-anak-Nya sebelum kita datang ke dunia ini, dan kita akan menjadi anak-anak-Nya selama-lamanya. Kebenaran dasar ini hendaknya mengubah cara kita memandang diri kita sendiri, saudara dan saudari kita, dan kehidupan itu sendiri” (“Empat Gelar,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 58). Sewaktu siswa memahami lebih baik potensi ilahi mereka, mereka kemungkinan besar dapat dengan benar mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam kefanaan. Bacaan Latar Belakang • Dieter F. Uchtdorf, “Empat Gelar,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 58–61. • Topik Injil, “Becoming Like God [Menjadi Seperti Allah],” lds.org/topics. Saran untuk Pengajaran Kejadian 1:27; Yesaya 55:8–9; Kisah Para Rasul 17:29; Ibrani 12:9; 1 Yohanes 3:1; 4:8–9; 1 Nefi 9:6; 2 Nefi 9:20; Moroni 8:18; Ajaran dan Perjanjian 76:4; 88:41; 130:22 Kita adalah anak-anak Allah Undanglah siswa untuk membayangkan bahwa seorang teman nonanggota telah menanyakan kepada mereka apa yang Gereja kita percayai tentang seperti apa Bapa Surgawi itu. Mintalah siswa secara singkat membagikan bagaimana mereka dapat merespons. Tulislah serangkaian tulisan suci berikut di papan tulis, atau bagikan kepada mereka sebagai selebaran: Kejadian 1:27; Ajaran dan Perjanjian 130:22 1 Nefi 9:6; 2 Nefi 9:20. Yesaya 55:8–9; Ajaran dan Perjanjian 88:41 1 Yohanes 3:1; 4:8–9 Moroni 8:18; Ajaran dan Perjanjian 76:4. Kisah Para Rasul 17:29; Ibrani 12:9 Tugasi siswa untuk menelaah beberapa rangkaian tulisan suci ini dan mengidentifikasi apa yang diajarkan tulisan suci itu mengenai Bapa kita di Surga. Pastikan bahwa setiap rangkaian tulisan suci itu ditugaskan. Setelah waktu yang memadai, undanglah siswa untuk membagikan bagaimana mereka dapat menggunakan satu atau lebih dari tulisan suci ini untuk menjelaskan apa yang mereka ketahui atau percayai mengenai Bapa Surgawi. • Bagaimana mengetahui sifat-sifat Bapa Surgawi ini membantu Anda beribadat kepada-Nya? 11 PELAJARAN 3: POTENSI ILAHI KITA • Bagaimana mengetahui bahwa Bapa Surgawi adalah sosok nyata yang memiliki tubuh yang telah dibangkitkan dan dipermuliakan dengan daging dan tulang dan adalah Bapa dari roh Anda memengaruhi hubungan Anda dengan-Nya? • Mengapa bermanfaat ketika menyembah Allah untuk mengingat bahwa Dia adalah Bapa dari roh kita? (Sebagai bagian dari pembahasan, tekankan bahwa karena Allah adalah Bapa roh kita, potensi ilahi kita adalah untuk menjadi seperti Dia. Mungkin juga bermanfaat untuk membagikan pernyataan berikut yang dikeluarkan oleh Presidensi Utama pada tahun 1909, di bawah arahan Presiden Joseph F. Smith [1838–1918], “Semua pria dan wanita adalah dalam keserupaan dari Bapa dan Ibu universal dan secara harfiah putra dan putri Allah” [“Gospel Classics: The Origin of Man,” Ensign, Februari 2002, 29]). Bagikan salinan pernyataan berikut oleh Nabi Joseph Smith. Mintalah siswa untuk membacanya dalam hati dan memerhatikan frasa-frasa yang memperlihatkan pentingnya memahami siapa Allah itu. “Jika orang tidak memahami karakter Allah, mereka tidak memahami diri mereka sendiri. … “Allah Sendiri pernah seperti kita adanya sekarang, dan adalah Orang yang dipermuliakan, dan duduk di takhta surga sana! … Jika tabir dikoyakkan pada hari ini, dan Allah yang agung yang memegang dunia ini pada orbitnya, dan yang menopang semua dunia serta segala sesuatu dengan kuasa-Nya, membuat Diri-Nya terlihat,—saya berkata, jika Anda melihat Dia hari ini, Anda akan melihat-Nya seperti seorang manusia dalam bentuk—seperti Anda sendiri dalam segala sosok, rupa, dan bentuk sebagai seorang manusia; karena Adam diciptakan dalam bentuk, rupa, dan keserupaan dengan Allah, dan menerima petunjuk dari, dan berjalan, berbicara serta berbincang dengan-Nya, seperti seseorang berbicara dan bersekutu dengan yang lainnya” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith [2007], 45–47). • Bagaimana memahami siapa Bapa Surgawi membantu kita memahami diri kita sendiri? (Sewaktu siswa merespons, tulislah yang berikut di papan tulis: Sewaktu kita memahami Bapa Surgawi kita, kita dapat dengan lebih baik memahami potensi kita untuk menjadi seperti Orangtua Surgawi kita). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang. “Pikirkan kekuatan dari gagasan yang diajarkan dalam lagu kesayangan kita ‘Aku Anak Allah’ [Nyanyian Rohani, no. 144]. … Inilah jawaban terhadap salah satu pertanyaan besar kehidupan, ‘Siapa diri saya?’ Saya adalah anak Allah dengan garis keturunan roh dari orangtua surgawi. Keturunan orangtua itu menjelaskan potensi ilahi kita. Gagasan luar biasa itu adalah stabilisator yang hebat. Itu dapat menguatkan kita masing-masing untuk membuat pilihan yang benar dan untuk mencari yang terbaik dalam diri kita” (“Powerful Ideas,” Ensign, November 1995, 25). Tuliskan yang berikut di papan tulis: Pengetahuan saya bahwa saya adalah anak Allah dapat menolong saya ketika ____________________. Pengetahuan saya bahwa saya adalah anak Allah telah menolong saya ketika ____________________. 12 PELAJARAN 3: POTENSI ILAHI KITA Undanglah beberapa siswa untuk membagikan bagaimana mereka akan melengkapi satu kalimat tersebut. Roma 8:16–17; 1 Yohanes 3:2; 3 Nefi 12:48 Potensi ilahi kita Beri tahulah kelas Anda bahwa terkadang kita mendengar seseorang memiliki “potensi besar.” • Menurut Anda apa arti frasa ini? Tulislah rujukan tulisan suci berikut di papan tulis, dan mintalah siswa untuk menelaahnya untuk mempelajari tentang potensi ilahi: Roma 8:16–17; 1 Yohanes 3:2; 3 Nefi 12:48. Anda dapat menyarankan agar siswa merujuksilangkan tulisan suci ini dengan menuliskan dua rujukan lain di pinggir di sebelah setiap tulisan suci. • Sehubungan dengan tulisan suci yang kita telaah mengenai sifat Allah, apa artinya frasa “kita akan menjadi seperti Dia” bagi Anda? • Menurut Anda apa artinya “menerimanya bersama-sama” dengan Yesus Kristus? (Sebagai Putra Tunggal Bapa dalam daging, adalah hak Yesus Kristus untuk mewarisi semua yang Bapa miliki. Mereka yang patuh dan menerima berkat penuh dari Pendamaian Juruselamat juga akan mewarisi semua yang Bapa miliki [lihat Roma 8:14–18; Galatia 3:26–29; A&P 84:38]. Tekankan asas berikut: Rencana Bapa Surgawi menyediakan cara bagi kita untuk menjadi seperti Orangtua Surgawi kita. Tandaskan bahwa meskipun beberapa orang mungkin mengecam kepercayaan kita bahwa kita dapat menjadi seperti Allah, kepercayaan ini ditemukan dalam ajaran-ajaran Alkitab). Tulislah pertanyaan berikut di papan tulis: Apa yang Penatua Dallin H. Oaks ajarkan mengenai tujuan dari kehidupan fana kita? Bacalah pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dan mintalah siswa untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan ini di papan tulis: “Dalam teologi dari gereja Yesus Kristus yang dipulihkan, tujuan dari kehidupan fana adalah untuk mempersiapkan kita untuk mewujudkan tujuan takdir kita sebagai para putra dan putri Allah—untuk menjadi seperti Dia. … Alkitab menggambarkan makhluk-makhluk fana sebagai ‘anak-anak Allah’ dan sebagai ‘ahli waris Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus’ (Roma 8:16–17). Itu juga menyatakan bahwa ‘kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia’ (Roma 8:17) dan bahwa ‘apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia’ (1 Yohanes 3:2). Kita mengamalkan ajaran-ajaran Alkitab secara harfiah. Kita percaya bahwa tujuan dari kehidupan fana adalah untuk memperoleh tubuh jasmani dan, melalui Pendamaian Yesus Kristus dan melalui kepatuhan terhadap hukum-hukum dan tata cara-tata cara Injil, agar memenuhi syarat bagi keadaan selestial yang dimuliakan dan dibangkitkan yang disebut permuliaan atau kehidupan kekal. … (Takdir dari kehidupan kekal ini atau kehidupan Allah seharusnya familier bagi semua yang telah menelaah ajaran Kristen kuno dan kepercayaan terhadap pendewaan atau apoteosis). … “… Teologi kita dimulai dengan orangtua surgawi. Aspirasi tertinggi kita adalah untuk menjadi seperti Mereka. Di bawah rencana belas kasihan Bapa, semua ini dimungkinkan melalui Pendamaian Putra Tunggal Terkasih Bapa, Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (“Apostasy and Restoration,” Ensign, Mei 1995, 86–87). 13 PELAJARAN 3: POTENSI ILAHI KITA (Catatan: Anda mungkin perlu menjelaskan bahwa pendewaan/keallahan dan apoteosis merujuk pada gagasan bahwa seseorang dapat menjadi allah/dewa atau ditingkatkan dalam status ilahi). Bahaslah jawaban siswa terhadap pertanyaan di papan tulis. Kemudian tanyakan: • Apa pemikiran yang Anda miliki sewaktu Anda memikirkan rencana Bapa Surgawi yang memberi Anda kesempatan untuk menjadi seperti Dia? • Mengapa Pendamaian Yesus Kristus penting bagi kita untuk menjadi seperti Allah? Untuk melanjutkan pembahasan ini, tinjaulah pernyataan berikut dengan siswa Anda: “Orang-Orang Suci Zaman Akhir memahami kebesaran dari Pendamaian Kristus dalam artian besarnya potensi umat manusia yang dimungkinkannya. Pendamaian Kristus tidak hanya menyediakan pengampunan dari dosa dan kejayaan atas kematian, itu juga menebus hubungan yang tidak sempurna, menyembuhkan luka rohani yang menghambat pertumbuhan, dan memperkuat serta memungkinkan individu-individu untuk mengembangkan sifat-sifat Kristus [lihat Alma 7:11–12]. Orang-Orang Suci Zaman Akhir percaya bahwa hanya melalui Pendamaian Yesus Kristuslah kita dapat memiliki pengharapan yang pasti akan kemuliaan kekal dan bahwa kuasa Pendamaian-Nya hanya dapat sepenuhnya diakses dengan iman kepada Yesus Kristus, pertobatan, pembaptisan, menerima karunia Roh kudus, dan bertahan sampai akhir dalam mengikuti petunjuk dan teladan Kristus [lihat 2 Nefi 31:20; Pasal-Pasal Kepercayaan 1:4]. Dengan demikian, mereka yang menjadi seperti Allah dan masuk ke dalam kegenapan kemuliaan-Nya diuraikan sebagai umat yang telah ‘dijadikan sempurna melalui Yesus perantara perjanjian yang baru, yang mendatangkan Pendamaian yang sempurna ini melalui penumpahan darah-Nya sendiri [A&P 76:69]” [Topik Injil, “Menjadi Seperti Allah,” lds.org/ topics). Bagikan salinan dari pernyataan berikut oleh Presiden Dieter F. Uchtdorf dari Presidensi Utama. Undanglah siswa untuk membaca pernyataan itu dan menandai gagasan yang memberi mereka pengharapan bahwa mereka dapat mencapai potensi ilahi mereka. Tandaskan bahwa Presiden Uchtdorf memberikan ceramah ini pada sesi imamat konferensi umum, namun gagasan ini berlaku bagi semua orang: “Satu gelar yang mendefinisikan kita semua dengan cara yang paling fundamental adalah putra [atau putri] Bapa Surgawi. Tidak masalah apa lagi kita adanya atau yang kita lakukan dalam kehidupan, kita tidak pernah boleh lupa bahwa kita adalah anak roh Allah secara harfiah. Kita adalah anak-anak-Nya sebelum kita datang ke dunia ini, dan kita akan menjadi anak-anak-Nya selama-lamanya. Kebenaran mendasar ini hendaknya mengubah cara kita memandang diri kita sendiri, saudara dan saudari kita, dan kehidupan itu sendiri. … “Terkadang dapat mengecilkan hati untuk mengetahui apa artinya menjadi [anak] Allah namun tidak merasa setara dengan-Nya. Sang lawan suka mengambil keuntungan dari perasaan-perasaan ini. Setan lebih suka Anda mendefinisikan diri Anda berdasarkan dosa-dosa Anda alih-alih berdasarkan potensi ilahi Anda. Brother sekalian, jangan dengarkan dia. “Kita semua pernah melihat anak kecil belajar berjalan. Dia mengambil langkah kecil dan sempoyongan. Dia jatuh. Apakah kita mencaci upaya semacam itu? Tentunya tidak. Ayah mana yang akan menghukum anak kecil karena tersandung? Kita mendorong, kita menyoraki, dan kita memuji, karena dengan setiap langkah kecil, anak itu menjadi lebih seperti orangtuanya. “Nah, brother sekalian, dibandingkan dengan kesempurnaan Allah, kita makhluk fana nyaris tidak lebih daripada anak kecil yang kikuk, yang sempoyongan. Tetapi Bapa Surgawi kita yang mengasihi ingin kita menjadi lebih seperti Dia, dan para brother yang baik, itu hendaknya juga menjadi gol kekal kita. Allah paham bahwa kita sampai ke sana tidaklah secara instan melainkan dengan mengambil satu langkah pada setiap saat” (“Empat Gelar,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 58). 14 PELAJARAN 3: POTENSI ILAHI KITA • Bagaimana mengingat kebenaran-kebenaran kekal ini dapat membantu Anda untuk mencapai potensi kekal kita? • Bagaimana mengingat kebenaran ini dapat memengaruhi cara Anda memperlakukan para anggota keluarga Anda? • Bagaimana pengetahuan Anda tentang kebenaran-kebenaran ini memengaruhi hasrat Anda untuk mencari informasi mengenai anggota keluarga Anda yang telah meninggal dan melaksanakan tata cara-tata cara bait suci bagi mereka? Imbaulah siswa untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari dan rasakan selama pelajaran ini dengan seorang anggota keluarga atau teman selama minggu mendatang. Mereka juga dapat memikirkan apa yang dapat mereka lakukan setiap hari untuk secara sadar mengingat bahwa mereka adalah anak-anak Bapa surgawi dan untuk merencanakan mencatat dalam jurnal bagaimana mengingat kebenaran sakral ini memengaruhi tindakan-tindakan mereka. Bacaan Siswa • Kejadian 1:27; Yesaya 55:8–9; Kisah Para Rasul 17:29; Roma 8:16–17; Ibrani 12:9; 1 Yohanes 3:1–2; 4:8–9; 1 Nefi 9:6; 2 Nefi 9:20; 3 Nefi 12:48; Moroni 8:18; Ajaran dan Perjanjian 76:4; 88:41; 130:22. • Dieter F. Uchtdorf, “Empat Gelar,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 58–61. • Topik Injil, “Becoming Like God [Menjadi Seperti Allah],” lds.org/topics. 15 4 Pendahuluan Keluarga dan Rencana Besar Kebahagiaan Dengan Penciptaan Adam dan Hawa, keluarga manusia ditegakkan di bumi. Kejatuhan Adam dan Hawa memungkinkan bagi anakanak untuk dilahirkan ke dalam dunia, dan Pendamaian sebagai hasilnya memungkinkan kita untuk mengatasi dampak negatif dari Kejatuhan. Pelajaran ini akan membantu siswa memahami dengan lebih baik bagaimana Penciptaan, Kejatuhan, dan Pendamaian bekerja bekerja bersama demi keselamatan keluarga. Bacaan Latar Belakang • M. Russell Ballard, “Pendamaian dan Nilai Satu Jiwa,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 84–87. • Julie B. Beck, “Teaching the Doctrine of the Family,” Ensign, Maret 2011, 12–17. Saran untuk Pengajaran (Musa 1:27–29; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17. Musa belajar tujuan penciptaan bumi. Bawalah sebuah wadah kecil berisi pasir dan segelas air ke kelas. Undanglah seorang siswa untuk mencelupkan jari ke dalam air dan kemudian ke dalam pasir. Kemudian mintalah siswa untuk memperkirakan berapa banyak butiran pasir yang menempel di jari. • Menurut Anda berapa banyak butiran pasir yang terdapat dalam wadah pasir? Di tepi pantai? Mintalah siswa untuk membuka Musa 1, yang mencatat serangkaian penglihatan yang Musa lihat. Undanglah seorang siswa untuk membaca dengan lantang Ajaran dan Perjanjian 1:27–29, dan undanglah siswa untuk mencari apa yang Tuhan perlihatkan kepada Musa. • Menurut ayat-ayat ini, apa yang Musa lihat dalam penglihatan itu? • Apa pemikiran yang mungkin Anda miliki jika Anda mengalami penglihatan ini? Mintalah siswa untuk membaca Musa 1:30 dan menandai pertanyaan yang Musa ajukan kepada Tuhan (mengapa dan bagaimana bumi dan para penghuninya diciptakan). Bantulah siswa mengembangkan keterampilan penelaahan tulisan suci pribadi mereka dengan mengimbau mereka untuk mencari pertanyaan dan jawabannya dalam tulisan suci sewaktu mereka menelaah. Undanglah siswa untuk membaca Musa 1:31–31 dan mencari bagaimana Tuhan menjawab dua pertanyaan Musa. • Menurut ayat 31, mengapa Allah menciptakan dunia? • Apa ajaran yang ayat 32–33 ajarkan mengenai bagaimana Bapa Surgawi menciptakan dunia-dunia? (Para siswa hendaknya mengidentifikasi ajaran berikut: Di bawah arahan Bapa, Yesus Kristus menciptakan bumi dan dunia-dunia tak terhitung jumlahnya). Undanglah siswa untuk membaca Musa 1:36–39 dan mengidentifikasi hasrat Musa lainnya dan tanggapan Tuhan. 16 PELAJARAN 4: KELUARGA DAN RENCANA BESAR KEBAHAGIAAN • Apa tujuan Bapa Surgawi dalam menciptakan bumi dan para penghuninya? (Siswa hendaknya mengidentifikasi ajaran berikut: Bumi diciptakan untuk membantu mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia). Perhatikan bahwa kebakaan adalah hidup selamanya dalam keadaan dibangkitkan kembali, sementara kehidupan kekal adalah hidup sebagaimana Allah hidup, artinya hidup selamanya sebagai sebuah keluarga kekal). • Bagaimana penciptaan bumi dapat membantu memenuhi pekerjaan dan permuliaan Bapa Surgawi? (Gunakan Ajaran dan Perjanjian 49:15–17 untuk memperlihatkan bahwa bumi diciptakan sebagai tempat hunian fana bagi keluarga-keluarga). Bersaksilah bahwa bumi diciptakan untuk membantu mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi anak-anak Allah. Unit keluarga dirancang untuk membantu kita memperoleh kehidupan kekal, yang artinya bahwa kita hidup selamanya sebagai bagian dari keluarga keluarga—kehidupan yang Allah jalani. 2 Nefi 2:19–25; Musa 3:16–17; 5:9–11 Kejatuhan Adam dan Hawa merupakan bagian dari rencana Allah. Jelaskan bahwa Allah memberikan kepada Adam dan Hawa petunjuk spesifik di Taman Eden. Mintalah siswa untuk membaca dalam hati Musa 3:16–17, dan kemudian tanyakan: • Apa yang Tuhan katakanakan terjadi pada Adam dan Hawa jika mereka memakan buah terlarang? Jelaskan bahwa ketika Adam dan Hawa memakan buah terlarang mereka mendatangkan kepada umat manusia dua jenis kematian. Tuliskan yang berikut di papan tulis: Kematian rohani = pemisahan dari Allah Kematian jasmani: pemisahan roh dan tubuh jasmani Undanglah siswa untuk menelaah 2 Nefi 2:19–25 dan membuat daftar konsekuensi tambahan dari Kejatuhan. • Bagaimana memakan buah terlarang memungkinkan Adam dan Hawa dan seluruh umat manusia untuk menjadi lebih seperti Bapa Surgawi? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Kejatuhan adalah bagian yang penting dari rencana Bapa Surgawi. Tanpanya tidak ada anak-anak fana akan dilahirkan kepada Adam dan Hawa, dan tidaklah akan ada keluarga manusia untuk mengalami pertentangan dan pertumbuhan, hak pilihan moral, dan sukacita kebangkitan, penebusan, dan kehidupan kekal” (“The Atonement of Jesus Christ,” Ensign, Maret 2008, 35). Bacalah Musa 5:9–11 dengan siswa. Bantulah mereka menyatakan kebenarankebenaran yang dicatat dalam ayat-ayat ini dengan menanyakan: • Apa kebenaran yang Adam dan Hawa pelajari setelah mereka diusir dari Taman Eden? (Siswa hendaknya memahami kebenaran berikut: Karena Kejatuhan, 17 PELAJARAN 4: KELUARGA DAN RENCANA BESAR KEBAHAGIAAN Adam dan Hawa dapat melahirkan anak-anak dan keturunan mereka dapat maju menuju kehidupan kekal). Undanglah seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul: Mintalah siswa mencari alasan mengapa kita bergembira untuk datang ke bumi: “Salah satu momen paling menggembirakan dari kehidupan Anda—ketika Anda dipenuhi dengan antisipasi, kegembiraan, dan rasa syukur—Anda tidak bisa ingat. Pengalaman itu terjadi dalam kehidupan prafana ketika Anda diberi tahu bahwa akhirnya waktu Anda telah tiba untuk meninggalkan dunia roh untuk hidup di bumi dengan tubuh jasmani. Anda tahu Anda dapat belajar melalui pengalaman pribadi pelajaran-pelajaran yang akan mendatangkan kebahagiaan di bumi, pelajaran yang pada akhirnya akan menuntun Anda pada permuliaan dan kehidupan kekal sebagai makhluk yang dimuliakan, selestial di hadirat Bapa Kudus Anda dan Putra Terkasih-Nya” (“First Things First,” Ensign, Mei 2001, 6). • Bagaimana memahami tujuan Kejatuhan dan kefanaan memengaruhi pilihanpilihan yang Anda buat dalam kehidupan ini? 2 Nefi 9:6-12 Pendamaian mengatasi dampak dari Kejatuhan Bacalah pernyataan berikut oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Bulan Januari lalu keluarga kami mengalami kehilangan yang tragis akan cucu lelaki kami Nathan dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang. Nathan telah melayani di Misi Baltik berbahasa Rusia. Dia mengasihi orang-orang dan tahu adalah sebuah privilese untuk melayani Tuhan. Tiga bulan setelah saya melaksanakan pernikahan kekalnya dengan kekasih hatinya, Jennifer, kecelakaan ini merenggut nyawanya” (“Pendamaian dan Nilai Satu Jiwa,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 84). Jelaskan bahwa karena Kejatuhan Adam dan Hawa, kita semua tunduk pada ketidakberuntungan dan pengalaman tragis seperti yang terjadi dalam keluarga Penatua Ballard. Beruntung, Bapa Surgawi telah menyediakan sebuah cara bagi dampak Kejatuhan untuk dapat diatasi. Undanglah siswa untuk menelaah 2 Nefi 9:6–12, dengan mencari bagaimana Pendamaian Yesus Kristus dapat membantu kita masing-masing mengatasi kematian jasmani dan rohani. Anda dapat mengimbau siswa untuk mempertimbangkan menandai kata dan frasa kunci dalam tulisan suci mereka sewaktu mereka membaca. Kemudian undanglah siswa untuk berbagi temuan mereka. • Apa ajaran yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai hubungan antara Kejatuhan Adam dengan Pendamaian Yesus Kristus? (Pastikan bahwa siswa memahami yang berikut: Pendamaian Yesus Kristus menyediakan cara bagi semua anak Bapa Surgawi untuk mengatasi baik kematian jasmani maupun rohani. Anda dapat mengimbau siswa untuk mencatat hubungan tulisan suci yang sering antara Kejatuhan dan Pendamaian sewaktu mereka menelaah tulisan suci mereka. Pertimbangkan membagikan kutipan: “Koneksi adalah hubungan atau tautan antara gagasan, orang, hal-hal atau peristiwa. … Dengan doa yang sungguhsungguh, belajar tentang, dan merenungkan koneksi semacam itu … 18 PELAJARAN 4: KELUARGA DAN RENCANA BESAR KEBAHAGIAAN menghasilkan wawasan terilhami dan harta pengetahuan yang tersembunyi” [David A. Bednar, “A Reservoir of Living Water” (api unggun Church Educational System untuk dewasa muda, 4 Februari 2007), 4, lds.org/media-library]). Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang yang berikut, yang adalah kelanjutan dari pernyataan oleh Penatua M. Russell Ballard: “Kematian Nathan yang sedemikian tiba-tiba itu dari hadirat fana kami telah memalingkan hati dan pikiran kami masing-masing pada Pendamaian Yesus Kristus. … “Kelahiran, kehidupan, Pendamaian berharga Juruselamat di Taman Getsemani, penderitaan di atas kayu salib, penguburan di makam Yusuf, dan Kebangkitan mulia semuanya menjadi sebuah realitas yang diperbarui bagi kami. Kebangkitan Juruselamat meyakinkan kita semua bahwa kelak kita, juga, akan mengikuti dia dan mengalami kebangkitan kita sendiri. Sungguh suatu kedamaian, betapa melegakannya karunia besar yang datang melalui belas kasih Yesus Kristus, Juruselamat serta Penebus, semua umat manusia ini. Karena Dia kami tahu kami dapat bersama-sama Nathan lagi” (“Pendamaian dan Nilai Satu Jiwa,” 84). • Bagaimana tanggapan keluarga Penatua Ballard terhadap kematian dari anggota keluarga mereka mengilustrasikan bagaimana Pendamaian Yesus Kristus dapat membantu keluarga-keluarga mengatasi dampak universal dari Kejatuhan? • Apa yang Pendamaian mungkinkan bagi keluarga Nathan dan bagi keluarga kita masing-masing dalam kekekalan? Berilah siswa waktu sejenak untuk merenungkan pertanyaan berikut sebelum meminta mereka untuk merespons: • Dalam cara-cara apa Pendamaian Yesus Kristus membantu keluarga Anda mengatasi beberapa dampak dari Kejatuhan? (Sebagai bagian dari pembahasan, jelaskan bahwa hanya mereka yang telah dijadikan sempurna melalui kuasa Pendamaian Yesus Kristus yang akan dapat hidup bersama secara kekal dalam pernikahan dan keluarga). Akhiri dengan memeragakan dan mengundang seorang siswa untuk membacakan pernyataan ini oleh Sister Julie B. Beck, mantan presidensi umum Lembaga Pertolongan: © Busath.com “Di Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, kita memiliki teologi tentang keluarga yang berdasarkan pada Penciptaan, Kejatuhan, dan Pendamaian. Penciptaan bumi menyediakan tempat di mana keluarga-keluarga dapat tinggal. Allah menciptakan seorang pria dan seorang wanita yang merupakan dua bagian penting dari sebuah keluarga. Adalah bagian dari rencana Bapa Surgawi bahwa Adam dan Hawa dimeteraikan serta membentuk sebuah keluarga kekal. “Kejatuhan memberikan jalan bagi keluarga untuk tumbuh. Adam dan Hawa adalah pemimpin keluarga yang memilih untuk memiliki pengalaman fana. Kejatuhan memungkinkan mereka untuk memiliki putra dan putri. “Pendamaian memungkinkan keluarga untuk dimeteraikan bersama secara kekal. Itu memungkinkan keluarga-keluarga untuk memiliki pertumbuhan kekal dan kesempurnaan. Rencana kebahagiaan, juga disebut rencana keselamatan, adalah rencana yang diciptakan untuk keluarga-keluarga” (“Teaching the Doctrine of the Family,” Ensign, Maret 2011, 12). Imbaulah siswa untuk merenungkan kesaksian mereka tentang Penciptaan, Kejatuhan, dan Pendamaian dan apa yang dapat mereka lakukan untuk mengundang kuasa 19 PELAJARAN 4: KELUARGA DAN RENCANA BESAR KEBAHAGIAAN Pendamaian agar menjadi kekuatan yang lebih besar dalam kehidupan mereka sendiri dan dalam kehidupan keluarga mereka. Bacaan Siswa • Musa 1:27–39; 3:16–17; 5:6–12; 2 Nefi 2:19–25; 9:6–12; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17. • M. Russell Ballard, “Pendamaian dan Nilai Satu Jiwa,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 84–87. • Julie B. Beck, “Teaching the Doctrine of the Family,” Ensign, Maret 2011, 12–17. 20 5 Kondisi Kefanaan Pendahuluan Di dunia prafana kita “menerima rencana [Bapa Surgawi] melalui mana anak-anak-Nya dapat memperoleh tubuh jasmani dan mendapatkan pengalaman duniawi untuk maju ke arah kesempurnaan” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Tubuh fana kita adalah berkat besar; akan tetapi, itu tunduk pada banyak godaan Setan. Melalui Pendamaian Yesus Kristus, kita dapat mengatasi godaan-godaan ini dan kembali kepada Bapa Surgawi kita. Bacaan Latar Belakang • David A. Bednar, “Things as They Really Are,” Ensign, Juni 2010, 16–25. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign, April 2012, 40–47. Saran untuk Pengajaran 2 Nefi 2:27–29; Abraham 3:25 Pengalaman fana kita adalah penting bagi kehidupan kekal Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan undanglah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Pernahkah kita benar-benar memikirkan mengapa memiliki tubuh jasmani sedemikian penting? … Apakah kita benar-benar memahami mengapa tubuh sedemikian utama dalam rencana kebahagiaan Bapa? Apakah kita mungkin mengulangi jawaban ini sedemikian sering dan berulang kali sehingga kita gagal mengenali kepentingan sejatinya? Saya ingin kita semua menggali sedikit lebih dalam terhadap pertanyaan yang senantiasa penting ini mengenai mengapa tubuh sedemikian penting. Pada akhirnya jawabannya memengaruhi semua yang kita lakukan” (“Ye Are the Temple of God,” Ensign, September 2001, 14). • Menurut Penatua Bednar, mengapa kita hendaknya berusaha untuk memahami mengapa tubuh jasmani kita sedemikian penting? Undanglah siswa untuk menuliskan respons terhadap pertanyaan berikut. Sewaktu pelajaran berlanjut, imbaulah mereka untuk menuliskan pemikiran dan gagasan tambahan. • Mengapa tubuh jasmani kita sedemikian penting dalam rencana kebahagiaan Bapa Surgawi? Undanglah siswa untuk membaca dalam hati paragraf ketiga dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” dan mencari pernyataan yang menjelaskan mengapa tubuh jasmani penting bagi kemajuan kekal kita. Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut dari Penatua David A. Bednar. Mintalah anggota kelas untuk mendengarkan mengapa tubuh jasmani kita sedemikian krusial dalam rencana Bapa Surgawi kita. Pertimbangkan memberi setiap siswa salinan dari pernyataan ini sebelum itu dibacakan. 21 PELAJARAN 5: KONDISI KEFANAAN “Tubuh jasmani kita memungkinkan luasnya, mendalamnya, dan besarnya pengalaman yang tidak bisa hanya diperoleh dalam keadaan prafana kita. Presiden Boyd K. Packer, Presiden Kuorum Dua Belas Rasul, telah mengajarkan, ‘roh kita dan tubuh kita disatukan dalam suatu cara agar tubuh kita menjadi alat bagi pikiran kita dan landasan dari karakter kita” [“The Instrument of Your Mind and the Foundation of Your Character” (ceramah api unggun Universitas Brigham Young, 2 Februari 2003), speeches.byu.edu]. Oleh karena itu, hubungan kita dengan orang lain, kemampuan kita untuk mengenali dan bertindak selaras dengan kebenaran, serta kemampuan kita untuk mematuhi asas-asas dan tata cara-tata cara Injil Yesus Kristus diperkuat melalui tubuh jasmani kita. Dalam kehidupan kefanaan, kita mengalami kelembutan, kasih, kebaikan, kebahagiaan, penderitaan, kekecewaan, rasa sakit, dan bahkan tantangan-tantangan dari keterbatasan fisik dengan cara-cara yang mempersiapkan kita bagi kekekalan. Secara sederhana dinyatakan, ada pelajaran-pelajaran yang harus kita pelajari dan pengalaman yang harus kita miliki, sebagaimana tulisan suci menjelaskan, ‘secara daging’ (1 Nefi 19:6; Alma 7:12–13)” (“Things as They Really Are,” Ensign, Juni 2010, 16). • Apa yang Penatua Bednar ajarkan mengenai mengapa tubuh jasmani penting bagi kemajuan kekal kita? (Meskipun jawaban mungkin beragam, tekankan kebenaran ini: Dengan tubuh jasmani, kita mengalami kondisi-kondisi kefanaan yang dapat mempersiapkan kita bagi kekekalan). • Dalam hal-hal apa tubuh kita adalah “alat dari pikiran dan landasan dari karakter kita”? • Bagaimana “kemampuan kita untuk mematuhi asas-asas dan tata cara-tata cara Injil … diperkuat melalui tubuh jasmani kita”? (Jawaban yang mungkin mencakup yang berikut: Tubuh memungkinkan kita untuk mematuhi perintah untuk bertambah banyak dan memenuhi bumi. Tubuh memungkinkan kita untuk mengalami sukacita hidup dalam keluarga, di mana kita belajar dan mempraktikkan asas-asas Injil di rumah—contohnya, kita belajar bagaimana mengendalikan perangai kita dalam keluarga kita). Undanglah beberapa siswa untuk bergiliran membacakan dengan lantang dari Abraham 3:25 dan 2 Nefi 2:27–29 sewaktu siswa mencari bagaimana petikan tulisan suci ini bekerja bersama untuk membantu memahami lebih lanjut tujuan dari memiliki tubuh. • Meskipun memiliki tubuh merupakan berkat besar, bagaimana memiliki tubuh adalah bagian dari ujian fana kita? (Banyak dari godaan Setan diperkuat karena kita memiliki tubuh). • Bagaimana memilih “kehendak daging” memberi iblis “kuasa untuk menawan”? Mosia 3:19; Musa 6:49, 53–55 “Manusia alami adalah musuh Allah”. Undanglah seorang siswa untuk membaca Musa 6:53–54 dengan lantang, dan mintalah kelas untuk mencari dan kemudian menjelaskan apa yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai kondisi kita pada waktu kelahiran kita. Cermati bahwa kata “tanpa dosa” dalam konteks ini artinya bebas dari dampak pelanggaran Adam. Kemudian mintalah siswa membaca Musa 6:49 dan 55, dan tanyakan kepada anggota kelas: • Apa yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai bagaimana Kejatuhan Adam dan Hawa memengaruhi kita di sepanjang kehidupan fana kita? (Ketika kita menyerah pada godaan Setan kita merasakan akibat-akibat yang lebih pahit dari pilihan-pilihan 22 PELAJARAN 5: KONDISI KEFANAAN kita untuk menjadi badani, berhawa nafsu, dan bagai iblis. Anda dapat merujuk pada Eter 3:2, yang mengajarkan bahwa “karena kejatuhan sifat kami telah menjadi jahat secara berkelanjutan”). Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang beberapa baris dari Mosia 3:19. Tulislah pertanyaan berikut di papan tulis: Apa manusia alami itu? Mengapa manusia alami adalah musuh Allah? Berilah siswa beberapa menit untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini dan meluaskan pemahaman mereka tentang istilah “manusia alami” dengan menelaah catatan kaki untuk ayat 19 (terutama catatan kaki a demikian juga dengan petikan-petikan lain yang dirujuk dalam catatan kaki). Setelah waktu yang memadai, bahaslah temuan siswa. Tandaskan bahwa istilah ini menjelaskan suatu kondisi yang berlaku sama bagi pria dan wanita. • Jika seseorang memiliki karakteristik dari manusia alami, apa dampak yang dapat terjadi pada sebuah pernikahan atau keluarga? Mintalah siswa yang sama menyelesaikan membaca Mosia 3:19, dan mengundang kelas untuk mencari sebuah asas mengenai bagaimana kita dapat mengatasi manusia alami. (Sewaktu siswa merespons, tulislah asas ini di papan tulis: Melalui menerima Pendamaian Yesus Kristus dan menyerah pada bujukan Roh Kudus, kita dapat menanggalkan manusia alami dan menjadi seorang suci). Jelaskan bahwa dalam konteks ini, menyerah artinya tunduk atau pasrah pada bisikan Roh Kudus. • Bagaimana seseorang memperbedakan apa yang Roh Kudus bisikan kepadanya untuk lakukan? • Dapatkah Anda membagikan pengalaman yang tidak terlalu pribadi di mana Roh Kudus membisiki Anda untuk menanggalkan manusia alami? Bersaksilah bahwa sewaktu kita tunduk pada bujukan Roh Kudus, kita memperoleh akses pada kuasa Pendamaian. Mosia 3:19; 16:3–6 Menerapkan Pendamaian Kristus Undanglah seorang siswa untuk membacakan Mosia 16:3–6 dengan lantang sewaktu siswa menyimak, dengan mencari apa yang akan membantu kita mengatasi dampak dari Kejatuhan dalam kehidupan kita. • Apa ketentuan dalam rencana Bapa Surgawi yang memungkinkan kita untuk mengatasi sifat terjatuh kita? (Tulislah ajaran berikut di papan tulis: Melalui Pendamaian Yesus Kristus, kita dapat ditebus dari keadaan tersesat dan terjatuh kita). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: 23 PELAJARAN 5: KONDISI KEFANAAN “Setiap selera, hasrat, kecenderungan, dan dorongan dari manusia alami dapat diatasi dengan dan melalui Pendamaian Yesus Kristus. Kita berada di bumi ini untuk mengembangkan sifat-sifat seperti Allah dan untuk mengekang semua nafsu daging” (“Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 43). Jelaskan kepada siswa bahwa ketika kita memiliki iman pada Pendamaian, kita menerima kasih karunia Yesus Kristus, dimungkinkan melalui kurban pendamaianNya. Gagasan pokok dari kata kasih karunia adalah “sarana ilahi berupa bantuan atau kekuatan, yang diberikan melalui belas kasihan dan kasih yang melimpah dari Yesus Kristus.” Itu adalah “kuasa yang memungkinkan” yang membantu kita untuk bertobat dan untuk mengembangkan sifat-sifat yang tidak bisa kita kembangkan sendiri (lihat Bible Dictionary, “Grace”). Untuk membantu siswa mengidentifikasi sifat-sifat seperti Kristus yang kita hendaknya kembangkan, mintalah mereka untuk meninjau daftar sifat-sifat yang menuntun kita untuk menjadi orang suci, sebagaimana ditemukan dalam Mosia 3:19. • Bagaimana Juruselamat telah membantu Anda mengembangkan salah satu sifat yang terdapat dalam Mosia 3:19? • Bagaimana Anda telah melihat individu-individu yang memiliki satu atau lebih dari sifat-sifat ini menjadi berkat dalam keluarga mereka? • Bagaimana mengembangkan satu atau lebih dari sifat-sifat ini melalui kuasa yang memungkinkan dari kasih karunia Juruselamat membantu Anda untuk menjadi suami atau istri, ayah atau ibu yang lebih baik? Jelaskan kepada siswa bahwa kita masing-masing disisakan dengan sebuah pertanyaan penting untuk dijawab sebagai hasil dari pertanyaan hari ini. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Sifat tepatnya dari ujian kefanaan, karenanya, dapat diringkaskan dalam pertanyaan berikut: Akankah saya menanggapi kecenderungan dari manusia alami, atau akankah saya tunduk pada bujukan Roh Kudus serta menanggalkan manusia alami dan menjadi orang suci melalui Pendamaian Kristus Tuhan (lihat Mosia 3:19)? Itulah ujiannya” (“Kami Percaya Harus Suci,” 43). Berilah siswa waktu beberapa menit untuk menuliskan respons terhadap pertanyaan Penatua Bednar. Undanglah mereka untuk merenungkan sifat-sifat seperti Kristus yang terdapat di Mosia 3:19 dan buatlah rencana untuk mulai mengembangkan salah satu dari sifat-sifat tersebut dengan lebih sepenuhnya. Bacaan Siswa • 2 Nefi 2:27–29; Mosia 3:19; 16:3–6; Musa 6:49, 53–55; Abraham 3:25. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign, April 2012, 40–47. 24 Keluarga Adalah Inti dari Rencana Bapa Surgawi Pendahuluan Para nabi dan rasul modern telah menyatakan bahwa “keluarga merupakan inti dalam rencana Sang Pencipta bagi tujuan kekal anak-anak-Nya” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Pelajaran ini akan membantu 6 siswa mengerti bahwa dengan menjadi “lebih tekun dan peduli di rumah” (A&P 93:50) mereka dapat menjadikan keluarga mereka lebih utama dalam kehidupan mereka. Bacaan Latar Belakang • Robert D. Hales, “The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 64–67. • David A. Bednar, “Lebih Rajin dan Lebih Memedulikan di Rumah,” Ensign atau Liahona, November 2009, 17–20. • Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja [2010], 1.1.1, 1.1.4, dan 1.4.1 (jika tersedia). Saran untuk Pengajaran Keluarga adalah inti dalam rencana Bapa Surgawi Sebutkan kepada kelas Anda bahwa dari semua topik yang diceramahkan dalam konferensi umum terkini, keluarga ada di antara topik-topik yang paling sering dibahas. • Menurut Anda mengapa para pemimpin Gereja berbicara tentang keluarga sedemikian sering? Tulislah kebenaran berikut dari maklumat keluarga di papan tulis, dan mintalah siswa untuk membagikan apa artinya itu bagi mereka: “Keluarga merupakan inti dalam rencana Sang Pencipta bagi tujuan kekal anak-anakNya.” Untuk membantu siswa memahami dengan lebih baik bagaimana keluarga adalah inti dalam tujuan akhir kekal kita, bagikan salinan dari selebaran yang terdapat di akhir pelajaran ini. Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil. Tugasi setiap kelompok untuk membaca salah satu dari tiga bagian dari selebaran itu dan membahas pertanyaan-pertanyaan yang disertakan di situ. Pastikan setiap bagian ditugaskan. Setelah waktu yang memadai, undanglah setidaknya satu orang yang ditugasi untuk setiap bagian dari selebaran itu membagikan ikhtisar tentang pembahasan kelompok kecil mereka kepada kelas. Bersaksilah tentang kebenaran berikut: Keluarga adalah bagian inti dari rencana Allah untuk kehidupan prafana, fana, dan kekal. • Apa pengalaman yang telah membantu Anda merasakan kepentingan utama dari keluarga dalam rencana Bapa Surgawi? 25 PELAJARAN 6: KELUARGA ADALAH INTI DALAM RENCANA BAPA SURGAWI Ajaran dan Perjanjian 93:39-50 Menjadikan keluarga prioritas Persiapkan siswa untuk belajar dari Ajaran dan Perjanjian 93 dengan menjelaskan bahwa bagian ini mencatat, di antara hal-hal lainnya, petunjuk Tuhan mengenai pentingnya membesarkan anak-anak dalam “terang dan kebenaran” dan menjadikan keluarga prioritas. Tuliskan rujukan-rujukan berikut di papan tulis. Ajaran dan Perjanjian 93:39-43 Ajaran dan Perjanjian 93:44 Ajaran dan Perjanjian 93:45-48 Ajaran dan Perjanjian 93:50 Mintalah siswa untuk membaca setidaknya satu rujukan (pastikan setiap rujukan dibaca oleh setidaknya satu siswa). Mintalah siswa untuk mencari siapa yang Tuhan bicarakan dan apa petunjuk yang Dia berikan. Setelah waktu yang memadai, mintalah siswa untuk melaporkan apa yang mereka pelajari. Pastikan siswa mengenali bahwa empat pria yang dibicarakan adalah Presidensi Utama dan uskup Gereja di Ohio; oleh karenanya, tulisan suci ini mengingatkan semua anggota Gereja, bahkan mereka yang memiliki posisi kepemimpinan, untuk menjadikan keluarga prioritas mereka. Anda dapat menyarankan kepada siswa agar mereka menandai pengulangan atau pola yang terdapat dalam ayat-ayat ini—para anggota Gereja hendaknya “menertibkan” keluarga mereka (lihat ayat 43, 44, dan 50). • Menurut ayat 42, 48, dan 50, apa yang dapat kita lakukan untuk membantu menertibkan keluarga kita? (Siswa hendaknya mengidentifikasi yang berikut: mengajari anak-anak terang dan kebenaran, bertobat, meninggalkan hal-hal yang jahat, menjadi lebih tekun dan peduli di rumah, serta selalu berdoa). Tulislah asas berikut di papan tulis: Kita membantu memenuhi perintah-perintah Tuhan untuk menertibkan keluarga kita ketika kita menjadi lebih tekun dan peduli di rumah. • Apa yang seorang dewasa muda dapat lakukan untuk menjadi lebih tekun dan peduli di rumah? Perlihatkan pernyataan berikut dari sepucuk surat yang ditulis oleh Presidensi Utama tahun 1999, dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Rumah adalah dasar dari suatu kehidupan yang saleh, dan tidak ada perantaraan lain yang dapat mengambil tempatnya atau memenuhi fungsi penting dalam membawa ke depan tanggung jawab yang diberikan Allah ini. Kami menasihati para orangtua dan anak-anak untuk memberikan prioritas tertinggi bagi doa keluarga, malam keluarga, penelaahan dan pengajaran Injil, dan kegiatan-kegiatan keluarga yang sehat. Betapa pun tampak layak dan pantas tuntutan atau kegiatan-kegiatan lainnya, hal itu seharusnya tidak dibiarkan menggantikan tugas-tugas yang ditetapkan secara ilahi yang hanya dapat dilakukan secara memadai oleh orangtua dan keluarga” (surat Presidensi Utama, 11 Februari 1999, dikutip dalam Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja [2010], 1.4.1). • Menurut pengalaman Anda, apa saja “fungsi penting” dan “tugas-tugas yang ditetapkan secara ilahi” yang dilaksanakan dengan paling baik dalam keluarga? 26 PELAJARAN 6: KELUARGA ADALAH INTI DALAM RENCANA BAPA SURGAWI Perlihatkan pernyataan berikut, dan imbaulah siswa untuk memikirkan berkat-berkat yang datang ketika setiap anggota keluarga berusaha untuk memenuhi tugas-tugas keluarga yang ditetapkan secara ilahi: “Di mana pun para anggota Gereja tinggal, mereka hendaknya menegakkan sebuah rumah di mana Roh hadir. … Sebuah rumah dengan orangtua yang penuh kasih dan setia adalah tempat di mana kebutuhan rohani dan jasmani anak-anak terpenuhi secara paling efektif. Rumah yang terpusat kepada Kristus memberikan kepada orang dewasa dan anak-anak sebuah tempat untuk pertahanan melawan dosa, perlindungan dari dunia, penyembuhan dari rasa sakit emosional dan lainnya, serta kasih sejati dan tulus” (Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja, 1.4.1). • Bagaimana Anda membantu menciptakan sebuah rumah yang terpusat pada Kristus bagi keluarga Anda? • Apa perbedaan yang terjadi dalam keluarga Anda? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Letakkan semua yang Anda lakukan di luar rumah tunduk pada dan mendukung apa yang terjadi di dalam rumah Anda. Ingatlah nasihat Presiden Harold B. Lee bahwa “pekerjaan … paling penting yang akan pernah Anda lakukan adalah pekerjaan yang ada di dalam rumah Anda sendiri’ … dan nasihat abadi Presiden David O. McKay ‘Tidak ada keberhasilan lain yang dapat menggantikan kegagalan di dalam rumah’” (“Agar yang Hilang Boleh Ditemukan,” Ensign atau Liahona, Mei 2012, 99) Berilah siswa waktu sejenak untuk menuliskan beberapa hal yang dapat mereka lakukan untuk menjadi lebih tekun dan peduli di rumah dan untuk menjadikan keluarga mereka fokus yang lebih utama dalam kehidupan mereka. Imbaulah siswa untuk membuat gol untuk menjalankan satu gagasan yang telah mereka tulis. Bersaksilah bahwa sewaktu siswa menindaki gol ini, Tuhan akan memperkuat mereka secara rohani dan membantu mereka mengerti bagaimana tindakan mereka juga memperkuat keluarga mereka. Bacaan Siswa • Ajaran dan Perjanjian 93:39–50. • Robert D. Hales, “The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 64–67. • David A. Bednar, “Lebih Rajin dan Lebih Memedulikan di Rumah,” Ensign atau Liahona, November 2009, 17–20. Keluarga Prafana, Fana, dan Kekal Kita Keluarga Prafana Kita “Keluarga ditetapkan oleh Allah. Itu adalah unit paling penting untuk sekarang dan selama-lamanya. Bahkan sebelum kita dilahirkan di bumi, kita adalah bagian dari keluarga. Kita masing-masing ‘adalah putra dan putri roh terkasih dari orangtua surgawi’ dengan ‘kodrat dan tujuan ilahi’ [‘Keluarga: Maklumat kepada Dunia,’ Ensign atau Liahona, November 2010, 129]. Allah adalah Bapa Surgawi kita, dan kita tinggal di hadirat-Nya sebagai bagian dari keluarga-Nya dalam kehidupan prafana. Di sana kita 27 PELAJARAN 6: KELUARGA ADALAH INTI DALAM RENCANA BAPA SURGAWI mempelajari pelajaran-pelajaran pertama kita dan kita dipersiapkan untuk kefanaan (lihat A&P 138:56)” (Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja [2010], 1.1.1). “Kita menyembah Allah agung yang menciptakan alam semesta. Dia adalah Bapa kita di Surga. Kita menjadi makhluk fana karena Dia; kita adalah anak-anak roh-Nya. Kita tinggal dengan-Nya dalam kehidupan prafana dalam sebuah hubungan keluarga. Kita mengenal Dia secara intim dan sebagaimana juga kita mengenal para ayah fana kita dalam kehidupan kita saat ini” (Bruce R. McConkie, How to Worship, Brigham Young University Speeches of the Year [20 Juli 1971], 2). Pertanyaan pembahasan: • Bagaimana keluarga adalah bagian inti dalam kehidupan prafana kita? • Seberapa bermanfaatkah mengetahui bahwa Allah adalah Bapa Anda dan bahwa Anda adalah anggota terkasih dari keluarga-Nya di dunia prafana? • Seperti apa Anda membayangkan interaksi Anda dengan Orangtua Surgawi Anda? Keluarga Fana Kita “Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita dilahirkan ke dalam keluarga-keluarga. Dia menetapkan keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, untuk membantu kita belajar asas-asas yang benar dalam suasana penuh kasih, dan mempersiapkan kita bagi kehidupan kekal. Orangtua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orangtua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya” (Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja, 1.1.4). “Allah adalah perancang keluarga. Dia bermaksud agar kebahagiaan terbesar, aspek paling memuaskan dari kehidupan, sukacita terdalam hendaknya datang dalam asosiasi kita bersama dan kepedulian kita bagi satu sama lain sebagai ayah dan ibu serta anak-anak” (Gordon B. Hinckley, “What God Hath Joined Together,” Ensign, Mei 1991, 74). Pertanyaan pembahasan: • Dalam hal-hal apa keluarga adalah bagian penting dari kehidupan fana kita? • Bagaimana kehidupan di bumi berbeda seandainya kita telah dikirim ke bumi sebagai individuindividu tanpa hubungan keluarga—tidak ada ayah, ibu, saudara kandung, leluhur, atau keturunan? • Apa pengalaman yang telah membantu Anda memahami peranan dan pentingnya keluarga fana? Keluarga Kekal Kita “Rencana kebahagiaan yang ilahi memungkinkan hubungan keluarga untuk dilanjutkan setelah kematian” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). “Sementara keselamatan individu kita didasarkan pada kepatuhan individu kita, adalah sama pentingnya bahwa kita memahami bahwa kita masing-masing merupakan bagian penting dan integral dari sebuah keluarga dan berkat-berkat tertinggi yang dapat diterima hanya dalam sebuah keluarga kekal. Ketika keluarga-keluarga berfungsi sebagaimana dirancangkan oleh Allah, hubungan yang terdapat di dalamnya adalah yang paling berharga dari kefanaan. Rencana Bapa adalah bahwa kasih dan kerekanan keluarga akan berlanjut hingga kekekalan. Menjadi satu dalam sebuah keluarga mendatangkan tanggung jawab besar untuk merawat, mengasihi, mengangkat, dan memperkuat setiap anggota keluarga agar semua dapat dengan benar bertahan sampai akhir dalam kefanaan dan tinggal bersama-sama di sepanjang kekekalan. Tidak cukup sekadar menyelamatkan diri kita sendiri. Adalah sama pentingnya bahwa orangtua, saudara lelaki, dan saudara perempuan diselamatkan dalam keluarga kita. Jika kita pulang sendiri ke rumah Bapa Surgawi kita, kita akan ditanya, ‘Di manakah anggota keluarga yang lain?’ Inilah sebabnya kita mengajarkan bahwa keluarga adalah kekal 28 PELAJARAN 6: KELUARGA ADALAH INTI DALAM RENCANA BAPA SURGAWI selamanya. Sifat kekal dari seseorang menjadi sifat kekal dari keluarga” (Robert D. Hales, “The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 65). Pertanyaan pembahasan: • Dalam hal-hal apa keluarga merupakan bagian inti dari tujuan kekal kita? • Apa saja tindakan saleh yang anggota keluarga dapat ambil untuk membantu mendatangkan keselamatan bagi satu sama lain? • Kapankah seorang anggota keluarga telah mengangkat atau memperkuat Anda dalam suatu cara yang mengilhami Anda untuk bertahan sampai akhir? 29 7 Pendahuluan Pernikahan Antara Seorang Pria dan Seorang Wanita Ditetapkan Oleh Allah Bapa Surgawi menetapkan pola pernikahan ilahi antara Adam dan Hawa di Taman Eden. Di zaman kita, Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul telah menegaskan pola ini dengan menyatakan, “Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Meskipun hukum manusia mungkin berusaha untuk mengubah definisi ini, hukum Allah tetaplah sama untuk selamanya. Bacaan Latar Belakang • D. Todd Christofferson, “Mengapa Pernikahan, Mengapa Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 50–53. • Dallin H. Oaks, “Tidak Ada Allah Lain,” Ensign atau Liahona, November 2013, 72–75. • Sheri L. Dew, “It Is Not Good for Man or Woman to Be Alone,” Ensign, November 2001, 12–14. • “The Divine Institution of Marriage,” mormonnewsroom.org/article/the-divineinstitution-of-marriage. • Topik Injil, “Same-Sex Marriage [Pernikahan Sesama Jenis],” lds.org/topics. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 49:15–17; Moses 3:21–24 Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah Tulislah ajaran berikut di papan tulis: “Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah”. Tanyakan kepada siswa apa arti kata ditetapkan dalam kalimat ini. (Jawaban yang mungkin mencakup yang berikut: diatur, diputuskan, atau ditunjuk berdasarkan wewenang tertinggi). Tanyakan kepada siswa bagaimana definisi ini membantu mereka memahami arti ajaran di papan tulis. Mintalah siswa untuk membaca dalam hati Ajaran dan Perjanjian 49:15–17 untuk menemukan pernyataan tulisan suci dari ajaran ini. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Musa 3:21–24 dengan lantang. Undanglah kelas untuk mencari mana langkah penting dalam rencana keselamatan yang diuraikan dalam ayat-ayat ini. (Sewaktu siswa merespons, jelaskan bahwa rujukan pada tulang rusuk Adam adalah perlambangan—Allah tidak benar-benar mengambil sebuah tulang rusuk dari Adam. Anda mungkin juga ingin menyarankan agar siswa menuliskan definisi kata berikut ini: mengikatkan diri di pinggir tulisan suci mereka: “menciptakan suatu hubungan erat, langgeng, dan tak tergoyahkan”). • Menurut Anda apa yang Allah ingin ajarkan kepada kita dengan menguraikan penciptaan jasmani Hawa dengan cara ini? (Penatua Russell M. Nelson dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan, “Tulang rusuk, yang berasal dari sisi, tampaknya menunjukkan kemitraan. Tulang rusuk tidak menunjukkan adanya kekuasaan maupun ketundukan, namun hubungan lateral sebagai mitra, untuk 30 PELAJARAN 7: PERNIKAHAN ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA DITETAPKAN OLEH ALLAH bekerja dan hidup, secara berdampingan[“Lessons from Eve,” Ensign, November 1987, 87]). • Apa yang dapat kita pelajari dari Musa 3:24? (Penatua D. Todd Christofferson dari Kuorum Dua Belas Rasul menyatakan bahwa Allah “menggabungkan [Adam dan Hawa] sebagai suami dan istri. … Tidak kita dan tidak juga makhluk fana lainnya dapat mengubah tata tertib ilahi pernikahan ini. Itu bukanlah penemuan manusia” [“Mengapa Pernikahan, Mengapa Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 52]). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: Mintalah kelas untuk mencari wawasan mengapa Allah telah menetapkan bahwa pernikahan hanya terjadi antara seorang pria dan seorang wanita. “Setelah bumi diciptakan, Adam ditempatkan di Taman Eden. Bagaimanapun, adalah penting bahwa Allah berfirman ‘tidaklah baik bahwa pria itu akan seorang diri’ (Musa 3:18; lihat juga Kejadian 2:18), dan Hawa menjadi istri dan penolong yang pantas bagi Adam. Kombinasi unik dari kapasitas rohani, jasmani, mental, dan emosi dari pria bersama wanita diperlukan bagi rencana kebahagiaan. ‘Dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan’ (1 Korintus 11:11). Pria dan wanita dimaksudkan untuk saling belajar, memperkuat, memberkati, dan melengkapi.” (“Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 41–42). • Berdasarkan pada pemahaman Anda tentang rencana kebahagiaan Bapa Surgawi, mengapa pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Dia? Musa 3:18; 5:1–5, 12, 16 Suami dan istri adalah rekan yang setara • Apa nilai yang ditemukan dalam mengikuti sebuah pola ketika membuat sesuatu seperti pakaian? • Apa nilai yang ditemukan dalam menelaah pola yang ideal dari pernikahan? Jelaskan bahwa pernikahan Adam dan Hawa menyajikan pola Tuhan tentang seperti apa pernikahan itu seharusnya. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Musa 3:18 dengan lantang. • Apa pemahaman Anda tentang istilah “penolong yang pantas”? (“Penolong” diterjemahkan dari kombinasi antara dua akar kata Ibrani, satu artinya membebaskan atau menyelamatkan, dan yang lain artinya menjadi kuat. “Yang pantas” diterjemahkan dari kata Ibrani yang menyarankan cocok dan setara. Karena itu, “penolong yang pantas” adalah rekan yang cocok dan setara yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan. Sarankan agar siswa menuliskan definisi ini dalam tulisan suci mereka di sebelah Musa 3:18. Lihat juga Howard W. Hunter, “Being a Righteous Husband and Father,” Ensign, November 1994, 51). • Apa jenis hubungan yang istilah ini sarankan bagi seorang suami dan istri? (Ringkaslah respons siswa dengan menuliskan ajaran berikut di papan tulis: Bapa Surgawi telah menetapkan bahwa seorang suami dan seorang istri harus menjadi rekan yang setara). • Menurut Anda apa maksudnya seorang suami dan seorang istri harus menjadi rekan yang setara? 31 PELAJARAN 7: PERNIKAHAN ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA DITETAPKAN OLEH ALLAH Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil, dengan mungkin tiga atau empat siswa dalam sebuah kelompok. Mintalah siswa untuk meneliti Musa 5:1–5, 12, dan 16, dengan mencari hal-hal di mana Adam dan Hawa bekerja bersama sebagai rekan yang setara, dan bahaslah temuan mereka dalam kelompok mereka. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Ezra Taft Benson (1899–1994), dan Sister Sheri L. Dew, mantan penasihat dalam presidensi umum Lembaga Pertolongan. Mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Dari catatan yang diilhami ini [Musa 5:1–2, 4, 12, 16] kita melihat Adam dan Hawa memberikan kepada kita teladan yang ideal mengenai hubungan pernikahan perjanjian. Mereka bekerja bersama; mereka memiliki anak bersama; mereka berdoa bersama; dan mereka mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka—bersama. Ini adalah pola yang Allah ingin agar semua pria dan wanita yang saleh tiru” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson [2014], 216). “Renungkan kisah tulisan suci tentang Adam dan Hawa dan pahami apa yang Tuhan akan ajarkan kepada Anda yang akan memperkuat pernikahan Anda [dan] keluarga Anda. … Pola Bapa kita membantu kita menghindari penipuan. Pandanglah Tuhan dan tidak pada dunia untuk gagasan dan ideal Anda mengenai pria dan wanita” (Sheri L. Dew, “It Is Not Good for Man or Woman to Be Alone,” Ensign, November 2001, 14). • Kapankah Anda telah melihat seorang suami dan istri bekerja bersama sebagai rekan yang setara? • Menurut Anda bagaimana memahami pola ilahi untuk pernikahan dapat memengaruhi masa depan Anda? Berilah siswa waktu beberapa menit untuk membuat dua daftar: (1) sikap yang saat ini mereka miliki yang akan membantu menuntun mereka pada pernikahan yang ditetapkan oleh Allah, dan (2) sikap yang mereka mungkin perlukan untuk berubah agar dapat maju lebih dekat ke arah gol itu. Ungkapkan keyakinan Anda bahwa Tuhan akan memberkati mereka dalam upaya mereka. Mormon 9:9 Ajaran Tuhan mengenai pernikahan dengan sesama jenis (Catatan: Pekalah terhadap siswa yang menyatakan opini yang berbeda mengenai isu ini. Berfokuslah pada pembahasan kelas mengenai pernyataan dari para Pembesar Umum Gereja). • Bagaimana pola pernikahan yang ditetapkan oleh Allah berdampak ketika pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengesahkan perilaku yang bertentangan dengan pola ini? (Sewaktu siswa merespons, gunakan Mormon 9:9 untuk memperlihatkan bahwa Allah dan hukum-Nya tidak berubah. Sifat tidak berubah Allah membantu kita memiliki keyakinan dan iman kepada-Nya). Berilah setiap siswa salinan dari pernyataan berikut dari Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul, dan undanglah siswa untuk mencari alasan mengapa para pemimpin Gereja telah berbicara mengenai pernikahan dengan sesama jenis: “Proses hukum dan tindakan legislatif di beberapa negara telah memberikan pengakuan sipil terhadap hubungan pernikahan sesama jenis, dan pertanyaan tentang pernikahan sesama jenis terus 32 PELAJARAN 7: PERNIKAHAN ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA DITETAPKAN OLEH ALLAH diperdebatkan secara luas. Sewaktu kita menghadapi isu-isu ini dan yang lainnya, kami mengimbau semua untuk mengingat tujuan Bapa Surgawi kita dalam menciptakan bumi dan menyediakan bagi kelahiran dan pengalaman fana kita di sini sebagai anak-anak-Nya [lihat Kejadian 1:27–28; 2:24]. … Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah dan merupakan inti dalam rencana-Nya bagi anak-anak-Nya dan bagi kesejahteraan masyarakat. Keluarga yang kuat, yang dibimbing oleh seorang ibu dan ayah yang mengasihi, berfungsi sebagai lembaga fundamental untuk mengasuh anak-anak, menanamkan iman, serta meneruskan kepada generasi-generasi mendatang kekuatan dan nilai-nilai moral yang penting bagi peradaban dan krusial bagi keselamatan kekal. “Perubahan dalam hukum perdata tidaklah, bahkan tidak dapat, mengubah hukum moral yang telah Allah tegakkan. Allah mengharapkan kita untuk menjunjung tinggi dan menaati perintah-perintahNya terlepas dari opini atau kecenderungan yang berlainan dalam masyarakat. Hukum-Nya tentang kesucian jelas: hubungan seksual hanya patut di antara pria dan wanita yang secara resmi dan secara hukum dinikahkan sebagai suami dan istri” (dikutip dalam Topik Injil, “Same-Sex Marriage [Pernikahan dengan Sesama Jenis,” lds.org/topics). • Bagaimana memahami rencana dan ajaran Allah membantu kita mengenali pentingnya pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita? Juga berilah setiap siswa salinan dari pernyataan berikut, yang berasal dari sebuah dokumen yang diterbitkan oleh Gereja yang berjudul “The Divine Institution of Marriage [Lembaga Ilahi Pernikahan].” Mintalah siswa untuk mencari alasan mengapa defnisi pernikahan, antara seorang pria dan seorang wanita hendaknya dilindungi dalam hukum dan kebijakan: “Pernikahan adalah jauh lebih dari sekadar kontrak antara individu-individu untuk mengesahkan kasih sayang mereka dan menyediakan kewajiban bersama. Alih-alih, pernikahan adalah lembaga penting untuk membesarkan anak-anak dan mengajari mereka untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Di sepanjang abad, pemerintah dari segala jenis telah mengakui pernikahan sebagai yang paling penting dalam melestarikan stabilitas sosial dan kelangsungan kehidupan. Terlepas dari apakah pernikahan dilaksanakan sebagai ritual keagamaan atau upacara sipil, di hampir setiap budaya pernikahan telah dilindungi dan disahkan oleh pemerintah terutama untuk melestarikan dan mengembangkan lembaga yang paling sentral untuk membesarkan anak-anak dan mengajarkan kepada mereka nilai-nilai moral yang melandasi peradaban. … “Mengingat hubungan dekat yang telah lama ada antara pernikahan, prokreasi, gender, dan peran sebagai orangtua, pernikahan sesama jenis tidak dapat dianggap sekadar sebagai pemberian ‘hak’ baru. Itu adalah definisi ulang yang menjangkau jauh akan sifat sejati pernikahan itu sendiri. Itu menandai perubahan mendasar dalam lembaga pernikahan dalam cara-cara yang bertentangan dengan tujuan Allah bagi anak-anak-Nya dan merugikan kepentingan jangka panjang masyarakat” (“The Divine Institution of Marriage [Lembaga Ilahi Pernikahan,” mormonnewsroom.org/article/thedivine-institution-of-marriage). • Apa saja alasan mengapa masyarakat telah secara tradisional mengesahkan dan melindungi pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita? • Bagaimana seseorang dapat mengenali kebenaran tentang posisi Gereja terhadap isu signifikan ini? Imbaulah siswa untuk memikirkan bagaimana opini mereka dibandingkan dengan ajaran Allah mengenai pernikahan sebagaimana diajarkan oleh para pemimpin Gereja? Bagikan kesaksian Anda bahwa memercayai a dan mendukung pola Allah bagi pernikahan akan mendatangkan berkat-berkat besar. 33 PELAJARAN 7: PERNIKAHAN ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA DITETAPKAN OLEH ALLAH Bacaan Siswa • Mormon 9:9; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17; Musa 3:18–25; 5:1–16. • Dallin H. Oaks, “Tidak Ada Allah Lain,” Ensign atau Liahona, November 2013, 72–75. • Sheri L. Dew, “It Is Not Good for Man or Woman to Be Alone,” Ensign, November 2001, 12–14. • “The Divine Institution of Marriage [Lembaga Ilahi Pernikahan],” mormonnewsroom.org/article/the-divine-institution-of-marriage. • Topik Injil, “Same-Sex Marriage [Pernikahan Sesama Jenis],” lds.org/topics. 34 Gender dan Identitas Kekal Pendahuluan Gender kita ditetapkan sebelum kita dilahirkan ke dalam kefanaan dan merupakan karakteristik penting dari identitas kekal kita. Para pemimpin Gereja membedakan antara ketertarikan dengan sesama jenis, yang adalah tidak berdosa, serta perilaku homoseksual, yang dianggap berdosa karena itu bertentangan dengan rencana Bapa 8 Surgawi untuk permuliaan kita. Pelajaran ini akan membantu siswa memandang dasar kenabian untuk perbedaan ini dan juga mengenali bahwa semua anak Allah secara sama dikasihi dan berhak diperlakukan dengan kasih dan kesantunan. Bacaan Latar Belakang • Robert D. Hales, “The Plan of Salvation: A Sacred Treasure of Knowledge to Guide Us,” Ensign, Oktober 2015. • Jeffrey R. Holland, “Menolong Mereka Yang Berjuang Mengatasi Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” Ensign, Oktober 2007, 42–45. • Dallin H. Oaks, “Same-Gender Attraction,” Ensign, Oktober 1995, 7–14. • Topik Injil, “Same-Sex Attraction [Ketertarikan Sesama Jenis],” lds.org/topics. • “Love One Another: A Discussion on Same-Sex Attraction,” mormonsandgays.org. Jika siswa mengajukan pertanyaan mengenai kebijakan Gereja perihal homoseksual, mohon rujukkan mereka pada situs web resmi Gereja. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 76:24; Moses 2:27; “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Gender adalah bagian penting dari identitas kekal kita Mintalah tiga siswa untuk membacakan dengan lantang Ajaran dan Perjanjian 76:24; Musa 2:27; dan paragraf kedua dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Undanglah kelas untuk memikirkan apa yang sumbersumber ini ajarkan atau siratkan mengenai gender. • Bagaimana Anda akan merangkum apa yang sumber-sumber ini ajarkan tentang identitas kekal kita? (Siswa hendaknya mengidentifikasi yang berikut: Gender kita merupakan karakteristik penting dari identitas dan tujuan kekal kita). • Mengapa bermanfaat bagi kita untuk memahami bahwa gender kita telah ada jauh sebelum kita datang ke bumi? (Sewaktu siswa merespons, Anda dapat membagikan pernyataan berikut oleh Presiden Joseph Fielding Smith [1876–1972]: “Di Kejadian kita membaca: … ‘Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.’ (Kejadian 1:27; cetak miring ditambahkan). Tidak patutkah untuk memercayai bahwa roh-roh perempuan diciptakan menurut gambar ‘Ibu di Surga’?” Answers to Gospel Questions, disusun oleh Joseph Fielding Smith Jr., 5 jilid (1957–1966), 3:144. • Bagaimana memahami sifat kekal gender dapat membantu kita untuk hidup selaras dengan rencana kebahagiaan Bapa Surgawi, bahkan ketika masyarakat terkadang membenarkan standar-standar perilaku yang sangat berbeda? 35 PELAJARAN 8: GENDER DAN IDENTITAS KEKAL Untuk membantu menanggapi pertanyaan di atas, bagikan pernyataan doktrinal berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul. Pertimbangkan membaca setiap paragraf secara individual dan membahas apa yang diajarkannya tentang bagaimana perilaku homoseksual itu bertentangan dengan rencana Bapa Surgawi untuk permuliaan anak-anak-Nya. “Tujuan kehidupan fana dan misi Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah untuk mempersiapkan para putra dan putri Allah bagi takdir kekal mereka—untuk menjadi seperti orangtua surgawi kita. “Takdir kekal kita—permuliaan dalam kerajaan selestial—dimungkinkan hanya melalui Pendamaian Yesus Kristus (yang melaluinya kita menjadi dan dapat tetap ‘tak dosa di hadapan Allah’ [A&P 93:38]) dan hanya tersedia bagi pria dan wanita yang telah masuk ke dalam dan telah setia terhadap perjanjian-perjanjian pernikahan kekal di bait suci Allah (lihat A&P 131:1–4; 132). … Karena Setan berhasrat agar ‘semua orang boleh sengsara seperti dirinya’ (2 Nefi 2:27), upaya-upaya paling kerasnya diarahkan untuk mendorong pilihan dan tindakan tersebut yang akan menggagalkan rencana Allah bagi anak-anak-Nya. Dia berusaha untuk merusak asas pertanggungjawaban individu, untuk membujuk kita menyalahgunakan kuasa sakral prokreasi kita, untuk melecehkan pernikahan dan kemampuan melahirkan anak-anak oleh para pria dan wanita, dan untuk membingungkan apa artinya menjadi pria dan wanita” (“Same-Gender Attraction,” Ensign, Oktober 1995, 7–8). Ajaran dan Perjanjian 59:6 Gereja membedakan antara ketertarikan dengan sesama jenis dan perilaku homoseksual Berilah setiap siswa salinan dari pernyataan berikut oleh Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul. Undanglah siswa untuk menelaah pernyataan tersebut, dengan mencari asas-asas yang Penatua Holland ajarkan mengenai mereka yang tertarik kepada orang-orang yang berjenis kelamin sama dan bagaimana menanggapi mereka dengan kasih. “Seorang pemuda tampan di usianya yang ke-20 tahun duduk di depan saya. Senyumnya menawan, meskipun dia jarang tersenyum selama percakapan kami. Apa yang menarik bagi saya adalah kepedihan di matanya. “‘Saya tidak tahu apakah saya harus tetap menjadi anggota Gereja,’ tuturnya. ‘Saya pikir saya tidak layak.’ “‘Mengapa Anda tidak layak?’ Saya bertanya. “‘Saya seorang homoseks.’ “Saya pikir dia mengira saya akan terkejut. Saya tidak terkejut. ‘Dan …?’ Saya bertanya. “Saya dapat melihat suatu kelegaan di wajahnya sewaktu dia merasakan keingintahuan saya. ‘Saya tidak tertarik dengan wanita. Saya tertarik dengan pria. Saya telah berusaha mengabaikan perasaan itu atau mengubahnya, tetapi …’ “Dia berdesah. ‘Mengapa saya seperti ini? Perasaan itu sangat nyata.’ “Saya terdiam, lalu berkata, ‘Saya perlu sedikit lagi informasi sebelum menasihati Anda. Anda harus tahu, ketertarikan dengan sesama jenis bukanlah dosa, namun bertindak mengikuti perasaan itu adalah dosa—sama halnya dengan perasaan-perasaan terhadap lawan jenis. Apakah Anda melanggar hukum kesucian?’ “Dia menggelengkan kepalanya. ‘Saya tidak melakukan itu.’ 36 PELAJARAN 8: GENDER DAN IDENTITAS KEKAL “Kali ini saya lega. ‘Terima kasih sudah mau mengatasi ini,’ ujar saya. ‘Diperlukan keberanian untuk membahasnya, dan saya menghormati Anda karena menjaga diri Anda tetap bersih. “Mengenai mengapa Anda merasa seperti yang Anda rasakan, saya tidak dapat menjawab pertanyaan itu Sejumlah faktor dapat termasuk di dalamnya, dan hal itu sama berbedanya dengan orang-orang. Beberapa hal, termasuk penyebab perasaan itu, mungkin tidak pernah kita ketahui dalam kehidupan ini. Namun mengetahui mengapa Anda merasa seperti yang Anda rasakan tidaklah sepenting mengetahui Anda tidak melanggar. Jika kehidupan Anda selaras dengan perintah-perintah, maka Anda layak untuk melayani di Gereja, menikmati penemanan penuh bersama para anggota, menghadiri bait suci, serta menerima semua berkat Pendamaian Juruselamat.’ “Dia duduk agak lebih tegak. Saya melanjutkan, ‘Anda memperlakukan diri Anda secara buruk ketika Anda mengenali diri sendiri secara khusus melalui orientasi seksual Anda. Itu bukanlah satu-satunya sifat Anda, jadi jangan memberi perhatian yang terlalu berlebihan. Yang utama dan terpenting, Anda adalah putra Allah, dan Dia mengasihi Anda’” (“Menolong Mereka yang Berjuang Mengatasi Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” Liahona, Oktober 2007, 42). • Apa asas-asas yang Anda identifikasi dalam nasihat Penatua Holland? Tulislah asas-asas berikut dengan huruf tebal di papan tulis sewaktu siswa membagikannya, dan bahaslah itu dengan kepekaan: • Kita dapat merasakan kasih Allah ketika kita berfokus pada identitas kita sebagai para putra dan putri-Nya? • Tertarik dengan orang-orang yang berjenis kelamin sama bukanlah suatu pelanggaran terhadap hukum kesucian, namun menindaki ketertarikan itu adalah pelanggaran. Pertimbangkan membagikan Ajaran dan Perjanjian 59:6: “Janganlah … berbuat zina … tidak juga melakukan apa pun yang seperti itu,” dengan menandaskan bahwa “apa pun yang seperti itu” merujuk pada hubungan intim seksual di luar ikatan pernikahan. Perilaku homoseks adalah dosa, sama seperti hubungan heteroseks di luar pernikahan adalah dosa. Siapa pun yang berperan serta dalam jenis i dosa seksual apa pun dapat diampuni melalui pertobatan. • Terlepas dari alasan-alasan bahwa sejumlah orang tertarik dengan mereka yang berjenis kelamin sama, semua orang dapat memilih untuk hidup selaras dengan perintah-perintah Allah. Tekankan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Ada begitu banyak yang tidak kita pahami mengenai subjek ini, bahwa kita harus berada dekat dengan apa yang kita ketahui dari firman yang telah Allah wahyukan. Apa yang kita ketahui adalah bahwa ajaran Gereja, bahwa kegiatan seksual hendaknya hanya terjadi di antara seorang pria dan seorang wanita yang telah menikah, tidak berubah dan tidak akan berubah” (“What Needs to Change,” mormonsandgays.org). • Ketika kita hidup selaras dengan perintah-perintah Allah, kita dapat menikmati semua privilese dari keanggotaan Gereja dan berkat-berkat dari Pendamaian Juruselamat. Meskipun individu-individu mungkin tidak memilih untuk tertarik dengan orang-orang yang berjenis kelamin sama, mereka dapat memilih bagaimana menanggapi ketertarikan itu. Setelah mendaftar asas-asas ini di papan tulis, tanyakan: • Dalam hal-hal apa asas-asas ini dapat menyediakan pengharapan bagi mereka yang mengalami ketertarikan dengan sesama jenis? • Apa yang asas-asas lain yang kita pelajari dari pernyataan Penatua Holland? 37 PELAJARAN 8: GENDER DAN IDENTITAS KEKAL Matius 7:12; Yohanes 8:1–11; 15:12 Kita hendaknya memperlakukan orang lain dengan kasih dan respek (Catatan: Sewaktu Anda mengajarkan bagian pelajaran ini, pastikan untuk menekankan bahwa mereka yang tertarik dengan orang-orang yang berjenis kelamin sama tanpa menindaki ketertarikan itu tidaklah berdosa seperti perempuan yang berzina. Akan tetapi, tindakan Kristus terhadap perempuan itu merupakan contoh tentang bagaimana kita hendaknya memperlakukan semua orang—apakah mereka berperan serta dalam perilaku yang amoral ataupun tidak). Beri tahulah siswa bahwa Rasul Yohanes mencatat sebuah peristiwa ketika Juruselamat dihadapkan pada situasi yang sangat peka. Berilah siswa waktu beberapa menit untuk menelaah Yohanes 8:1–11, dengan mencari bagaimana Juruselamat memperlakukan perempuan yang berzina. Bantulah siswa mempersamakan kisah ini dengan sikap dan tindakan mereka sendiri terhadap mereka yang terlibat dalam perilaku homoseks dan tindakan amoral lainnya dengan mengajukan pertanyaan berikut: • Apa tindakan yang Juruselamat ajarkan kepada kita tentang bagaimana kita harus memperlakukan orang lain? (Meskipun Dia tidak membenarkan dosa perempuan itu, Dia memperlakukan perempuan itu dengan kebaikan dan respek, bukan dengan kekerasan). • Bagaimana kita dapat menerapkan teladan Juruselamat dalam sikap dan tindakan kita sendiri terhadap brother dan sister kita yang gay dan lesbian, terlepas dari apakah mereka telah berperan serta dalam perilaku yang amoral? Sewaktu siswa merespons, tulislah asas berikut di papan tulis: Kita mengikuti teladan Juruselamat ketika kita memiliki empati bagi semua anak Allah dan memperlakukan mereka dengan kepekaan dan kebaikan. (Lihat juga Matius 7:12; Yohanes 15:12). Pertimbangkan memperlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul dan meminta seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Tuhan jelas tidak membenarkan dosa perempuan itu. Dia hanya memberi tahu dia bahwa Dia tidak menghukumnya—bahwa, Dia tidak akan menjatuhkan penghakiman terakhir terhadapnya pada waktu itu. Penafsiran ini dikuatkan oleh apa yang saat itu Dia katakan kepada orang Farisi: ‘Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun’ (Yohanes 8:15). Perempuan yang berzina itu diberi waktu untuk bertobat, waktu yang akan ditolak oleh mereka yang ingin melemparinya dengan batu” (“‘Judge Not’ and Judging,” Ensign, Agustus 1999, 8). Siswa dapat memperoleh manfaat dari mempelajari itu, menurut Terjemahan Joseph Smith terhadap Yohanes 8:11, setelah interaksinya dengan Juruselamat “perempuan itu memuliakan Allah sejak waktu itu, dan memercayai nama-Nya” (dalam Yohanes 8:11, catatan kaki c, diterjemahkan secara bebas). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Quentin L. Cook dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: 38 PELAJARAN 8: GENDER DAN IDENTITAS KEKAL “Sebagai sebuah gereja, tidak ada yang seharusnya menjadi lebih mengasihi dan berbelaskasihan. Marilah kita berada di garis depan dalam hal menyatakan kasih, belas kasihan, dan uluran tangan. Janganlah kita mengecualikan keluarga atau tidak menghormati mereka yang memilih gaya hidup yang berbeda sebagai hasil dari perasaan-perasaan mereka mengenai gender mereka sendiri” (“Love One Another: A Discussion on Same-Sex Attraction,” mormonsandgays.org). Undanglah siswa untuk mengevaluasi sikap dan tindakan mereka sendiri terhadap orang-orang yang tertarik dengan sesama jenis. Apakah sikap dan tindakan itu selaras dengan ajaran dan teladan Tuhan? • Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda berada dalam kelompok di mana komentar-komentar hinaan dilontarkan terhadap orang-orang yang mengalami ketertarikan sesama jenis? Bersaksilah bahwa jika kita mau memperlihatkan kasih dan kebaikan yang lebih besar terhadap brother dan sister kita yang gay dan lesbian, kehidupan dapat diubah, keluarga dapat disembuhkan, dan orang-orang yang merasa diasingkan dari Gereja dapat merasa lebih diterima oleh anggota Gereja. Ingatkan siswa bahwa berkat-berkat dari Pendamaian Yesus Kristus tersedia bagi siapa saja yang berusaha untuk menaati perintah-perintah dan tetap setia pada perjanjian-perjanjian Injil. Undanglah siswa untuk memikirkan tentang individu-individu yang mereka kenal yang tertarik dengan sesama jenis dan merenungkan apa yang akan mereka lakukan untuk menjadi lebih berbelaskasihan terhadap mereka sementara tetap memegang teguh hukum kesucian Tuhan. Bacaan Siswa • Matius 7:12; Yohanes 8:1–11; 15:12; Ajaran dan Perjanjian 76:24; Musa 2:27; dan paragraf kedua dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Ensign atau Liahona, November 2010, 129. • Jeffrey R. Holland, “Menolong Mereka Yang Berjuang Mengatasi Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” Ensign, Oktober 2007, 42–45. • Topik Injil, “Same-Sex Attraction [Ketertarikan dengan Sesama Jenis],” lds.org/ topics. 39 9 Pendahuluan Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Pria Sebagai bagian penting dari rencana kebahagiaan-Nya, Bapa Surgawi telah menunjuk para pria untuk menjadi suami dan ayah. Pelajaran ini berfokus pada tanggung jawab mereka: “Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Bacaan Latar Belakang • Richard G. Scott, “Berkat-Berkat Kekal Pernikahan,” Ensign atau Liahona, Mei 2011, 94–97. • D. Todd Christofferson, “Marilah Kita Menjadi Pria yang Bersikap Jantan,” Ensign atau Liahona, November 2006, 46–48. • Linda K. Burton, “Kita Akan Naik Bersama-sama,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 29–32. • Howard W. Hunter, “Being a Righteous Husband and Father,” Ensign, November 1994, 66–70. • “Pemanggilan Sakral Ayah dan Ibu,” bab 15 dari Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson (2014), 191–196. Saran untuk Pengajaran Efesus 5:25 Para pria hendaknya menikah dan menghargai istri mereka Mulailah kelas dengan menanyakan: • Siapa pria yang telah menjadi pengaruh dalam kehidupan Anda? Mengapa mereka memiliki pengaruh yang demikian pada diri Anda? Jelaskan bahwa pelajaran ini akan membahas peranan yang ditetapkan secara ilahi dari para pria. Tidak ada peranan lain yang lebih penting bagi seorang pria selain peranan sebagai suami dan ayah. Sewaktu para pria berupaya untuk memenuhi peranan mereka dengan saleh, mereka menjadi lebih seperti Bapa mereka di Surga. Undanglah seorang siswa untuk membaca Efesus 5:25 dengan lantang. • Apa asas yang Anda pelajari dari tulisan suci ini mengenai bagaimana para suami hendaknya bertindak? (Meskipun mereka mungkin menggunakan kata-kata yang berbeda, siswa hendaknya mengidentifikasi asas ini: Para suami hendaknya mengasihi istri mereka sebagaimana Yesus Kristus mengasihi Jemaat). • Apa beberapa cara di mana Yesus Kristus memperlihatkan kasih-Nya bagi Jemaat? • Apa yang para suami dapat lakukan untuk meniru Yesus Kristus dalam cara mereka memperlakukan istri mereka? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Spencer W. Kimball (1895–1985), dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: 40 PELAJARAN 9: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB PRIA “Kristus sedemikian mengasihi jemaat dan umatnya sehingga Dia secara sukarela menanggung penganiayaan bagi mereka, menderita penghinaan yang memalukan bagi mereka, dengan tabah menanggung rasa sakit dan perundungan fisik bagi mereka, dan akhirnya menyerahkan nyawa-Nya yang berharga bagi mereka. “Ketika suami siap untuk memperlakukan keluarganya dengan cara itu, tidak hanya istri namun seluruh keluarga akan menanggapi kepemimpinannya” (“Home, the Place to Save Society,” Ensign, Januari 1975, 5). • Apa pemikiran yang Anda miliki sewaktu Anda mempertimbangkan pernyataan Presiden Kimball? • Dalam cara-cara apa seorang ayah membuat pengurbanan bagi keluarganya di zaman kita? Bersaksilah bahwa Bapa Surgawi menghendaki para pria untuk berusaha menjadi suami yang saleh. Efesus 5:23; Ajaran dan Perjanjian 121:36–46 Para ayah harus memimpin dalam kebenaran Mintalah siswa untuk menyelidiki paragraf ketujuh dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” untuk mempelajari apa yang Bapa Surgawi harapkan dari para ayah. • Apa arti dari kata memimpin ? (Memberikan bimbingan dan arahan kepada orang lain). • Bagaimana mengingat frasa “berdasarkan rancangan ilahi” dapat membantu seorang pria memenuhi tanggung jawab yang telah Allah berikan kepada para ayah? Untuk membantu siswa memahami dengan lebih baik bagaimana seorang ayah harus memimpin di rumah, mintalah seorang siswa untuk membacakan Efesus 5:23 dengan lantang. Kemudian mintalah seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut oleh Presiden Ezra Taft Benson (1899–1994): “Rasul Paulus menekankan bahwa ‘suami adalah kepala istri, sama seperti Kristus adalah kepala jemaat’ (Efesus 5:23; cetak miring ditambahkan). Itu adalah contoh yang hendaknya kita ikuti untuk peran kita dalam memimpin di rumah. Kita tidak menemukan Juruselamat memimpin Gereja dengan cara yang keras atau tidak baik. Kita tidak menemukan Juruselamat memperlakukan Gereja-Nya dengan tidak hormat atau ditelantarkan. Kita tidak menemukan Juruselamat menggunakan kekerasan atau paksaan untuk mencapai tujuan-Nya. Tidak di mana pun kita menemukan Juruselamat melakukan hal apa pun kecuali yang meneguhkan, mengangkat, menghibur, dan mempermuliakan Gereja. … Dia adalah contoh yang harus kita ikuti sewaktu kita mengambil peran kepemimpinan rohani dalam keluarga kita” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson [2014], 231). • Bagaimana Anda akan menegaskan sebuah asas yang diajarkan oleh Rasul Paulus dan Presiden Benson? (Siswa hendaknya menegaskan sebuah asas seperti yang berikut: Ketika seorang pria menjalankan imamat dengan layak di rumahnya, dia dapat secara saleh memengaruhi istri dan anak-anaknya. Selain itu, bagikan asas ini kepada siswa: Sewaktu para pria berusaha dengan saleh memenuhi peranan mereka sebagai suami dan ayah, mereka menjadi lebih seperti Bapa mereka di Surga). 41 PELAJARAN 9: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB PRIA Untuk lebih lanjut menjelaskan bagaimana seorang suami dan ayah harus memimpin di rumah, pertimbangkan membagikan pernyataan berikut oleh Presiden Howard W. Hunter (1907–1995): “Berdasarkan penunjukan ilahi, tanggung jawab untuk memimpin dalam keluarga terletak pada pemegang imamat (lihat Musa 4:22). Tuhan menginginkan agar istri menjadi penolong yang pantas bagi pria (penolong yang pantas artinya setara)—yaitu, seorang rekan yang setara dan penting dalam kerekanan penuh. Memimpin dalam kebenaran memerlukan tanggung jawab bersama antara suami dan istri; bersatu-padu Anda bertindak dengan pengetahuan dan peran serta dalam semua urusan keluarga. Karena seorang pria yang bertindak sendiri atau tanpa memerhatikan perasaan dan nasihat dari istri dalam mengatur keluarga sama dengan menjalankan kekuasaan dengan tidak benar” (“Being a Righteous Husband and Father,” Ensign, November 1994, 50–51). Undanglah siswa untuk membuka Ajaran dan Perjanjian 121:36–46. Sarankan agar mereka merujuksilangkan Efesus 5:23, 25 dengan ayat-ayat ini. (Bantulah siswa mengembangkan keterampilan penelaahan tulisan suci dari merujuksilangkan dengan mengundang mereka untuk menciptakan referensi-referensi semacam itu bilamana pantas). Berilah siswa waktu beberapa menit untuk menelaah Ajaran dan Perjanjian 121:36–39 dan memikirkan bagaimana kepemimpinan yang diuraikan dalam ayat-ayat ini bertentangan dengan jenis kepemimpinan yang Yesus Kristus teladankan. • Menurut Anda apa arti frasa “hak keimamatan”? (Ketika seorang pria menerima imamat, Allah menganugerahkan hak-hak dan wewenang tertentu kepadanya. Pria ini dapat menjalankan hak-hak ini hanya ketika dia bertindak dalam kebenaran). • Apa yang terjadi ketika seorang pemegang imamat tidak hidup dengan saleh? (Allah menarik kuasa surga dari orang itu, dan orang itu tidak dapat lagi menjalankan wewenang imamat; Roh Kudus pun berduka). Untuk memahami bagaimana seorang ayah hendaknya memimpin keluarganya, mintalah sejumlah siswa untuk bergiliran membacakan dengan lantang Ajaran dan Perjanjian 121:41–46. • Apa beberapa sifat seperti Kristus yang diuraikan dalam ayat-ayat ini? Menurut Anda mengapa seorang ayah yang memiliki sifat-sifat ini mampu mendapatkan kuasa surga? • Bagaimana sifat-sifat seperti Kristus ini membantu para ayah untuk memimpin dalam keluarga mereka? (Anda dapat memperjelas bahwa sifat-sifat seperti Kristus ini hendaknya juga dikembangkan oleh para wanita). • Jelaskan seperti apa rasanya menjadi pasangan atau anak dari seorang pria yang berusaha untuk mengikuti teladan Bapa Surgawi dan Yesus Kristus dalam cara dia memimpin keluarganya? Perlihatkan dan bagikan pernyataan berikut yang ditulis oleh Kuorum Dua Belas Rasul tahun 1973: “Peran sebagai ayah adalah kepemimpinan, jenis kepemimpinan yang paling penting. Dahulu itu selalu demikian; demikian pula itu akan selalu demikian. Ayah, dengan bantuan dan nasihat dan dorongan dari rekan kekal Anda, Anda memimpin di dalam rumah. Itu bukan masalah apakah Anda 42 PELAJARAN 9: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB PRIA yang paling layak atau paling berkualitas, namun itu adalah masalah hukum dan penunjukan [ilahi]” (“Father, Consider Your Ways,” Ensign, Juni 2002, 16). • Para sister, apa yang dapat Anda lakukan untuk mendorong para remaja putra untuk meningkatkan peranan dan tanggung jawab ilahi dalam keluarga masa depan mereka? • Apa yang Anda masing-masing dapat—baik pria maupun wanita—lakukan sekarang untuk menjadi lebih siap untuk memimpin dalam keluarga masa depan Anda? Matius 2:13–16; 1 Timotius 5:8; Ajaran dan Perjanjian 75:28; 83:2, 4 Para ayah hendaknya menyediakan kebutuhan hidup dan melindungi keluarga mereka Mintalah siswa untuk membaca 1 Timotius 5:8 dan Ajaran dan Perjanjian 75:28; 83:2, 4, serta mengidentifikasi tugas penting lainnya dari para ayah. (Anda dapat menyarankan agar siswa merujuksilangkan petikan-petikan ini). • Menurut Anda mengapa Tuhan mengharapkan para ayah untuk menyediakan kebutuhan hidup bagi keluarga mereka? (Sewaktu siswa merespons, tandaskan bahwa dalam rumah tangga dengan ibu tunggal, sang ibu dapat menyediakan kebutuhan bagi keluarganya). • Apa makna dari petikan-petikan ini bagi seorang remaja putra yang belum menikah? Mintalah seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut oleh Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008): “Upayakanlah pendidikan. Dapatkan semua pelatihan semampu Anda. Dunia sebagian besar akan menggaji Anda untuk apa yang menurut mereka Anda layak terima. … Adalah kewajiban utama Anda untuk menyediakan kebutuhan bagi keluarga Anda” (“Living Worthy of the Girl You Will Someday Marry,” Ensign, Mei 1998, 50). Tekankan kepada siswa bahwa untuk keamanan masa depan keluarga mereka, adalah penting bagi baik remaja putra maupun remaja putri untuk mengambil keuntungan dari masa ini dalam kehidupan mereka untuk mendapatkan sebanyak mungkin pendidikan serta pelatihan kerja. Tandaskan bahwa dalam maklumat keluarga, para pemimpin Gereja mengajarkan bahwa para ayah harus menyediakan kebutuhan bagi dan melindungi keluarga mereka. • Apa beberapa bahaya yang mengancam keluarga dewasa ini? • Bagaimana Anda telah melihat para ayah yang saleh melindungi keluarga mereka? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Howard W. Hunter (1907–1995), dan mintalah seorang siswa membacanya dengan lantang: 43 PELAJARAN 9: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB PRIA “Seorang ayah yang saleh melindungi anak-anaknya dengan waktu dan kehadirannya dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan rohani serta tanggung jawab mereka” (“Being a Righteous Husband and Father,” Ensign, November 1994, 51). • Bagaimana Anda dapat menerapkan nasihat ini dalam keluarga masa depan Anda atau dalam keluarga Anda sekarang? Undanglah siswa untuk memikirkan bagaimana mereka akan berusaha untuk memperkuat dan melindungi keluarga mereka dan kemudian mencatat kesan-kesan mereka. Jelaskan bahwa kita dapat memetik pelajaran yang penting dari kepedulian Yusuf terhadap Yesus muda. Mintalah seorang siswa untuk membaca Matius 2:13–16, dengan mencari apa yang Yusuf lakukan untuk melindungi Kristus kecil dari bahaya. Beri tahulah siswa bahwa meskipun sepertinya mereka tidak perlu pindah untuk melindungi keluarga mereka, mereka dapat mempersamakan atau menerapkan ayatayat ini dengan diri mereka sendiri dengan menganalisis beberapa detail penting: • Apa yang Tuhan komunikasikan kepada Yusuf di ayat 13? • Kapan dan bagaimana Yusuf menanggapi peringatan ini? • Dalam cara-cara apa para ayah dapat mengikuti teladan Yusuf dalam melindungi keluarga mereka? (Pastikan siswa memahami asas ini: Sewaktu para ayah mencari dan mengikuti bimbingan dari Tuhan, mereka dapat dengan lebih baik melindungi keluarga mereka). Pria dan Wanita Hendaknya Memenuhi Rencana Tuhan Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Jika Anda seorang pria muda dengan usia yang pantas dan belum menikah, janganlah membuang waktu dalam pengejaran yang sia-sia. Lanjutkanlah kehidupan dan berfokuslah untuk menikah. Janganlah sekadar bersantai-ria menjalani periode kehidupan ini. Para remaja putra, layanilah misi dengan layak. Kemudian jadikanlah prioritas tertinggi Anda menemukan seorang rekan kekal, yang layak. … “… Pernikahan menyediakan suatu tatanan ideal untuk mengatasi kecenderungan apa pun untuk menjadi mementingkan diri atau egois. Saya pikir salah satu alasan mengapa kita dinasihati untuk menikah dini dalam kehidupan adalah untuk menghindari mengembangkan sifat karakter yang tidak pantas yang sulit untuk diubah” (“Berkat-Berkat Kekal Pernikahan,” Ensign atau Liahona, Mei 2011, 95–97). • Di dunia zaman sekarang, apa tekanan-tekanan yang ada bagi remaja putra dan remaja putri untuk menunda pernikahan? • Mengapa sang lawan berusaha mengalihkan para remaja putra dan remaja putri dari memupuk hubungan yang dapat menuntun pada pernikahan dan melahirkan anak-anak? • Menurut Anda mengapa para pemimpin Gereja secara konsisten menasihati para remaja putra untuk secara aktif mengupayakan hubungan yang dapat menuntun pada pernikahan? 44 PELAJARAN 9: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB PRIA (Catatan: Selama pembahasan ini, pekalah terhadap fakta bahwa sejumlah remaja putra di kelas Anda mungkin tidak pernah menikah atau menjadi ayah karena keadaan-keadaan di luar kendali mereka). Sewaktu Anda mengakhiri, pikirkan tentang keadaan-keadaan dari siswa Anda. Apa tantangan yang dapat Anda berikan untuk siswa pria Anda lakukan untuk memenuhi kewajiban mereka untuk menjadi suami dan ayah yang saleh? Anda dapat mengundang semua siswa Anda untuk berfokus mengembangkan watak tertentu seperti Kristus, misalnya kesabaran atau mengungkapkan kasih kepada orang lain, yang akan memberi manfaat bagi keluarga mereka. Bacaan Siswa • Matius 2:13–16; Efesus 5:23, 25; 1 Timotius 5:8; Ajaran dan Perjanjian 75:28; 83:2, 4; 121:36–46. • D. Todd Christofferson, “Marilah Kita Menjadi Pria yang Bersikap Jantan,” Ensign atau Liahona, November 2006, 46–48. • Linda K. Burton, “Kita Akan Naik Bersama-sama,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 29–32. • “Pemanggilan Sakral Ayah dan Ibu,” bab 15 dari Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson (2014), 191–196. 45 10 Pendahuluan Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Wanita Sebagai bagian penting dari rencana kebahagiaan-Nya, Bapa Surgawi telah memberikan kepada para wanita peranan ilahi dari menjadi istri dan ibu yang bijaksana. “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” mengajarkan bahwa “para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka” dan bahwa para ayah dan ibu harus “saling membantu sebagai pasangan yang setara” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Bacaan Latar Belakang • Dieter F. Uchtdorf, “The Influence of Righteous Women,” Ensign, September 2009, 5–9. • “Understand the Divine Roles of Women,” Ensign, Februari 2009, 67. • “Kaum Wanita Gereja,” bab 20 dalam Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Spencer W. Kimball (2006), 214–225. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 25:1–3, 10, 13–16 Pengaruh besar dari para wanita Orang Suci Zaman Akhir yang saleh di zaman akhir Perlihatkan nubuat berikut oleh Presiden Spencer W. Kimball (1895–1985), dan mintalah seorang siswa membacakannya dengan lantang: “Banyak pertumbuhan utama yang datang ke Gereja di hari-hari terakhir akan datang karena banyak dari wanita dunia yang baik … akan tertarik kepada Gereja dalam jumlah yang besar. Ini akan terjadi sehingga para wanita Gereja akan mencerminkan kesalehan serta kecermatan dalam kehidupan mereka dan … terlihat unik dan berbeda—dalam cara-cara yang bahagia—dari para wanita dunia” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Spencer W. Kimball [2006], 269). • Menurut Anda mengapa para wanita Orang Suci Zaman Akhir yang saleh akan menjadi alasan bagi pertumbuhan besar dalam Gereja? Untuk meluaskan gagasan ini, mintalah siswa menyelidiki Ajaran dan Perjanjian 25:1–3, 10, 13–16, dengan mencari kata-kata atau frasa yang memperlihatkan bagaimana para wanita Orang Suci Zaman Akhir dapat dengan bahagia “menonjol dan berbeda” dari wanita di dunia. Bantulah siswa memahami konteks wahyu ini dengan menjelaskan bahwa itu merupakan wahyu pribadi bagi Emma Smith, namun itu berlaku bagi semua wanita di Gereja. • Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat ini mengenai karakteristik yang para wanita saleh hendaknya upayakan untuk miliki? • Bagaimana Anda menyatakan sebuah ajaran atau asas yang diajarkan dalam Ajaran dan Perjanjian 25? (Sewaktu siswa merespons, tandaskan asas ini: Sebagai para murid Tuhan, wanita dapat menggunakan karunia dan bakat ilahi mereka untuk membantu membangun kerajaan Allah). 46 PELAJARAN 10: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB WANITA Bagikan pernyataan berikut oleh Presiden Spencer W. Kimball dan oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul: Kimball, 262). “Menjadi seorang wanita yang saleh adalah sesuatu yang agung pada zaman kapan pun. Menjadi seorang wanita yang saleh pada babak terakhir bumi ini, sebelum Kedatangan Kedua Juruselamat kita, merupakan suatu panggilan yang amat luhur. Kekuatan dan pengaruh wanita yang saleh dewasa ini dapat menjadi sepuluh kali lipat daripada pada masa-masa yang lebih tenang” (Ajaran-Ajaran: Spencer W. “Para sister, lingkup pengaruh Anda adalah lingkup yang unik—lingkup yang tidak bisa diduplikasi oleh para pria. Tidak seorang pun yang dapat membela Juruselamat kita dengan persuasi atau kuasa lebih apa pun daripada Anda, para putri Allah, dapat melakukannya—Anda memiliki kekuatan dan keyakinan batin seperti itu. Kekuatan suara dari seorang wanita yang telah insaf adalah tak terkatakan, dan Gereja membutuhkan suara Anda sekarang lebih dari kapan pun” (M. Russell Ballard, “Men and Women and Priesthood Power,” Ensign, September 2014, 33). Tanyakan kepada para wanita di kelas Anda apa pemikiran dan perasaan yang mereka miliki sewaktu mereka memikirkan pengaruh yang dapat mereka miliki di rumah mereka, di Gereja, dan dalam komunitas mereka. Tekankan peranan menonjol yang para wanita miliki sebagai pemimpin dalam Gereja. Anda dapat meminta para brother di kelas Anda untuk membagikan bagaimana mereka telah melihat kekuatan dan pengaruh dari para wanita di lingkungan atau cabang mereka membawa individu-individu lebih dekat kepada Bapa Surgawi. 2 Timotius 1:5; 3:14–15; Alma 56:47–48; 57:21 Peranan wanita yang ditetapkan secara ilahi sebagai para ibu di Sion Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul. “Pria dan wanita memiliki karunia yang berbeda, kekuatan yang berbeda, dan cara pandang serta kecenderungan yang berbeda. Itulah salah satu alasan dasar mengapa kita saling membutuhkan. Dibutuhkan seorang pria dan seorang wanita untuk menciptakan sebuah keluarga, dan dibutuhkan seorang pria dan seorang wanita untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan” (“Men and Women and Priesthood Power,” 32). • Selain perbedaan-perbedaan fisik yang nyata, apa saja cara-cara Anda telah mengamati bahwa pria dan wanita secara umum berbeda satu sama lain? Jelaskan bahwa selain dari perbedaan-perbedaan umum ini, pria dan wanita juga memiliki peranan berbeda yang ditetapkan secara ilahi, sebagaimana diuraikan dalam “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” (lihat paragraf ketujuh). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Russell M. Nelson dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Anda para sister dipilih sebelum pelandasan dunia untuk melahirkan dan merawat anak-anak Allah; dalam melakukannya, Anda memuliakan Allah (lihat A&P 132:63)” (“Apa yang Akan Anda Pilih?” Liahona, Januari 2015, 19). 47 PELAJARAN 10: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB WANITA • Bagaimana para wanita dapat memuliakan Allah sewaktu mereka melahirkan dan merawat anak-anak Allah? (Sewaktu siswa membagikan gagasan mereka, bantulah mereka memahami asas ini: Sewaktu wanita menjalankan peranan mereka yang ditetapkan secara ilahi sebagai ibu untuk melahirkan dan merawat anak-anak Allah, mereka memuliakan Dia dan menjadi lebih seperti Orangtua Surgawi kita. Jelaskan bahwa mendatangkan anak-anak ke dalam dunia adalah bagian penting dari rencana keselamatan Bapa Surgawi). Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Neil L. Andersen dari Kuorum Dua Belas Rasul. “Banyak suara di dunia sekarang merendahkan pentingnya memiliki Anak atau menyarankan penundaan atau mengurangi jumlah anak dalam sebuah keluarga. Anakanak perempuan saya akhir-akhir ini merujuk saya pada blog ditulis oleh seorang ibu Kristen (bukan dari kepercayaan kita) dengan lima anak. Dia berkomentar, ‘[Membesarkan] dalam budaya ini, sangat sulit untuk mendapatkan sudut pandang biblikal mengenai peran seorang ibu. … Anak-anak menempati urutan jauh di bawah kuliah. Yang pasti, di bawah perjalanan keliling dunia. Di bawah kemampuan untuk jalan-jalan malam di waktu senggang Anda. … Di bawah pekerjaan apa pun yang Anda miliki atau harapkan.’ Dia kemudian menambahkan: ‘Peran seorang ibu bukanlah hobi, ini adalah pemanggilan’” (“Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, November 2011, 28). • Apa artinya “merendahkan” pentingnya memiliki anak-anak? • Apa tekanan-tekanan yang telah Anda lihat terhadap wanita untuk “merendahkan” pentingnya memiliki anak-anak? • Apa yang para dewasa muda di Gereja dapat lakukan untuk menjaga perspektif yang benar mengenai pentingnya melahirkan anak-anak? Yakinkan siswa bahwa keputusan mengenai kapan untuk memiliki anak-anak dan berapa banyak anak untuk dimiliki adalah masalah pribadi antara suami dan istri serta Allah. Pelajaran mendatang akan membahas masalah-masalah ini secara lebih detail. Undanglah siswa untuk membaca dan membandingkan 2 Timotius 1:5; 3:14–15 dan Alma 56:47–48; 57:21, dengan mencari pengaruh saleh yang para ibu dapat miliki pada diri anak-anak mereka. (Belajar untuk membandingkan petikan tulisan suci adalah sebuah keterampilan penelaahan tulisan suci yang siswa dapat gunakan di sepanjang kehidupan mereka). • Apa yang petikan-petikan ini ajarkan mengenai peranan ibu? (Tekankan asas berikut: Ketika para ibu mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka, mereka membantu anak-anak mereka memperoleh iman dan mempersiapkan mereka untuk hidup dengan saleh). • Bagaimana petikan-petikan ini membantu menjelaskan mengapa Setan bekerja sedemikian keras untuk meremehkan peranan ibu? • Apa karakteristik yang para wanita miliki yang dapat membantu mereka berhasil dalam peranan mereka sebagai ibu? Pekalah terhadap fakta bahwa sejumlah remaja putri di kelas Anda mungkin tidak pernah menikah, dan jika mereka menikah, mereka mungkin tidak bisa melahirkan anak-anak. Gunakan pernyataan berikut oleh Sister Sheri L. Dew, mantan penasihat dalam presidensi umum Lembaga Pertolongan, untuk membantu siswa Anda memahami bahwa peranan ibu adalah pusaka ilahi dari semua wanita: 48 PELAJARAN 10: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB WANITA “Sama seperti para pria yang layak dipratahbiskan untuk memegang imamat dalam kefanaan, para wanita yang saleh diberkahi secara prafana dengan privilese peran sebagai ibu. Peran sebagai ibu adalah lebih dari sekadar melahirkan anak-anak, meskipun memang demikian. Itu adalah esensi dari jati diri kita sebagai wanita. Itu menjelaskan identitas sejati kita, keadaan dan sifat ilahi kita, dan sifat-sifat unik yang Bapa kita berikan kepada kita. … … Beberapa wanita harus menunggu untuk memiliki anak-anak. … Tetapi waktu Tuhan bagi kita masing-masing tidaklah meniadakan kodrat kita. Dengan demikian, beberapa dari kita, harus mencari cara lain untuk menjadi ibu. Dan semua yang ada di sekitar kita adalah mereka yang perlu dikasihi dan dipimpin” (“Are We Not All Mothers?” Ensign, November 2001, 96–97). • Bagaimana pernyataan Sister Dew membantu meluaskan pemahaman Anda tentang peran sebagai ibu? Tanyakan kepada siswa apakah ada di antara mereka yang ingin membagikan pemikiran dan perasaan mereka tentang pengaruh bajik dari ibu mereka sendiri. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Sister Julie B. Beck, mantan presiden umum Lembaga Pertolongan, yang berbicara kepada para wanita mengenai perlunya mereka untuk memenuhi peranan yang diberikan kepada mereka oleh Allah. Mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang, dan undanglah siswa untuk memikirkan apa yang akan terjadi jika wanita gagal memenuhi peranan mereka. “Jika kita tidak melakukan bagian kita, tidak ada orang lain yang akan melakukannya bagi kita. … Kita tidak dapat mendelegasikan [bagian kita dalam rencana kebahagiaan Bapa Surgawi]. Kita tidak bisa mewariskannya kepada siapa pun. Itu adalah bagian kita. Kita dapat menolaknya, kita dapat mengingkarinya, namun itu tetaplah bagian kita, dan kita bertanggung jawab untuk itu. Harinya akan tiba ketika kita semua akan © Busath.com mengingat apa yang kita ketahui sebelum kita dilahirkan. Kita akan mengingat bahwa kita berperang dalam sebuah konflik besar untuk privilese ini. Bagaimana kita memenuhi tanggung jawab ini? Kita setiap hari mengerahkan energi kita dalam pekerjaan yang secara unik adalah bagian kita untuk dilakukan” (“Understand the Divine Roles of Women,” Ensign, Februari 2009, 67). • Apa pemikiran dan perasaan Anda mengenai frasa “Jika kita tidak melakukan bagian kita, tidak ada orang lain yang akan melakukannya bagi kita”? • Apa yang akan hilang dari keluarga, dari lingkungan atau cabang Anda, atau dari dunia jika para wanita tidak lagi melakukan “bagian” mereka? • Apa beberapa cara di mana para wanita dewasa muda dapat memenuhi peranan ilahi mereka sebagai wanita dalam kerajaan Bapa Surgawi? Bersaksilah tentang kesakralan dan pentingnya peranan wanita untuk menjadi istri dan ibu yang saleh, dan tekankan bahwa Bapa kita di Surga kelak akan memberikan semua berkat kepada anak-anak-Nya yang saleh. Undanglah siswa untuk mempertimbangkan memberi tahu seorang ibu yang mereka kenal betapa mereka sangat mengaguminya karena cara dia memenuhi peranan ilahinya. Akhiri dengan menanyakan kepada siswa apakah ada di antara mereka yang ingin membagikan kesaksian mereka tentang berkat-berkat yang datang ketika para wanita mengetahui siapa diri mereka dalam rencana keselamatan Bapa Surgawi dan menindaki pengetahuan itu. 49 PELAJARAN 10: PERANAN ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB WANITA Bacaan Siswa • 2 Timotius 1:5; 3:14–15; Alma 56:47–48; 57:21; Ajaran dan Perjanjian 25:1–3, 10, 13–16. • “Understand the Divine Roles of Women,” Ensign, Februari 2009, 67. • “Kaum Wanita Gereja,” bab 20 dalam Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Spencer W. Kimball (2006), 262. 50 Mempersiapkan Diri untuk Pernikahan Kekal Pendahuluan Sewaktu dewasa lajang muda menjalankan Injil Yesus Kristus, mereka dapat menantikan masa depan dan menjalani kehidupan mereka dengan pengharapan. Bapa Surgawi akan membimbing mereka dalam keputusan mereka mengenai pernikahan kekal 11 sewaktu mereka mencari arahan dari Dia. Pelajaran ini akan membantu siswa menyikapi pernikahan dengan keyakinan yang lebih besar, mengetahui bahwa mereka dapat menerima bantuan ilahi dari Tuhan. Bacaan Latar Belakang • Dieter F. Uchtdorf, “The Reflection in the Water” (kebaktian Church Educational System, 1 November, 2009), lds.org/media-library. • Jeffrey R. Holland, “Jangan Takut, Percaya Saja” (suatu malam bersama Penatua Jeffrey R. Holland, 6 Februari 2015), lds.org/broadcasts. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 88:40 Mempersiapkan Diri untuk pernikahan Mintalah siswa untuk mengangkat tangan mereka jika mereka telah membuat daftar tentang karakteristik yang mereka cari dalam diri seorang calon pasangan. Undanglah beberapa siswa untuk berbagi sejumlah karakteristik pada daftar mereka. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Sejumlah kaum muda seakan memiliki daftar belanjaan tentang karakteristik yang mereka inginkan dalam diri pasangan dan mengukur potensi mereka: ‘Apakah Anda memiliki semua hal yang saya perlukan?’ Jika Anda berharap untuk memiliki seorang rekan kekal yang memiliki sifat-sifat rohani tertentu, maka Anda harus berupaya untuk mengembangkan sifat-sifat rohani tersebut dalam diri Anda sendiri. Maka orang yang memiliki sifat-sifat tersebut akan tertarik pada Anda” (“Understanding Heavenly Father’s Plan,” LDS.org). • Apa asas yang dapat kita pelajari dari pernyataan Penatua Bednar? (Pastikan siswa mengidentifikasi asas berikut: “Jika Anda berharap untuk memiliki seorang rekan kekal yang memiliki sifat-sifat rohani tertentu, maka Anda harus berupaya untuk mengembangkan sifat-sifat rohani tersebut dalam diri Anda sendiri”). Mintalah siswa untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 88:40–53, mencari bagaimana ayat ini mendukung asas yang baru saja diidentifikasi. • Bagaimana individu yang ingin menikah dapat menerapkan kebenaran-kebenaran yang tercatat dalam ayat ini? • Bagaimana Anda telah melihat kebenaran dalam ayat ini berlaku untuk pilihanpilihan yang dibuat oleh kaum muda mengenai teman-teman mereka? 51 PELAJARAN 11: MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK PERNIKAHAN KEKAL Mintalah siswa untuk mempertimbangkan sifat-sifat yang mereka ingin lihat dalam diri calon pasangan mereka. Undanglah siswa untuk memikirkan apakah mereka memiliki sifat-sifat yang sama tersebut. Mintalah mereka untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menggunakan asas-asas dalam Ajaran dan Perjanjian 88:40 untuk mempersiapkan diri mereka lebih baik bagi pernikahan. Markus 5:35–36; Ajaran dan Perjanjian 6:36 “Jangan takut, percaya saja” Tanyakan kepada siswa: • Apa yang Anda nanti-nantikan mengenai pernikahan? • Apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan kaum muda takut akan pernikahan? (Daftarlah respons mereka di papan tulis). Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut dari Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah kelas untuk mendengarkan alasan mengapa sejumlah kaum muda takut menikah. “Dalam kasus-kasus yang ekstrem [orang-orang muda] takut bahwa dunia hampir berakhir dalam peperangan dan bencana—sesuatu yang ke dalamnya mereka tidak ingin menuntun pasangan atau anak. Dalam kasus yang lebih ringan, yang lebih umum, mereka takut bahwa dunia akan menjadi semakin sulit saja, bahwa pekerjaan akan menjadi terlalu sulit untuk ditemukan, dan bahwa orang harus selesai kuliah, tidak punya utang, memiliki karier, dan memiliki rumah dahulu sebelum mempertimbangkan pernikahan. … “Lebih lanjut, begitu banyak orang muda yang saya ajak bicara merasa takut bahwa jika mereka menikah, mereka hanya akan berakhir menjadi bagian dari statistik perceraian. … Gabungkan kesangsian tentang keberhasilan pernikahan itu dengan cemoohan buruk, kotor, sering seperti iblis terhadap kesucian, kesetiaan dan kehidupan keluarga yang begitu biasa digambarkan dalam film serta di televisi dan Anda melihat masalahnya.” (“Jangan Takut, Percaya Saja Believe” [suatu malam bersama Penatua Jeffrey R. Holland, 6 Februari 2015], lds.org/broadcasts). • Berapa banyak dari Anda yang mengenal seseorang yang takut menikah karena salah satu alasan yang disebutkan oleh Penatua Holland? Undanglah siswa untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 6:36 dan pertimbangkan bagaimana nasihat Tuhan kepada Oliver Cowdery berlaku untuk mempersiapkan diri untuk pernikahan kekal. Kemudian undanglah seorang siswa untuk membacakan Markus 5:35–36 dengan lantang. Jelaskan bahwa Yairus, penguasa sinagoge, datang kepada Yesus berharap bahwa Dia akan menyembuhkan anak perempuannya. Mintalah kelas untuk memikirkan bagaimana imbauan Juruselamat kepada Yairus dapat berlaku kepada mereka yang mempersiapkan diri untuk pernikahan. • Bagaimana memandang Tuhan “dalam setiap pemikiran” dapat membantu kita untuk “janganlah ragu, janganlah takut” sewaktu kita memikirkan masa depan kita? • Bagaimana nasihat Tuhan kepada Oliver Cowdery dan kepada Yairus dapat membantu individu-individu yang memiliki ketakutan untuk menikah? (Sewaktu siswa merespons, tulislah asas berikut di papan tulis: Sewaktu kita memandang Yesus Kristus dalam iman, kita dapat mengatasi ketakutan dan memiliki keyakinan terhadap masa depan). 52 PELAJARAN 11: MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK PERNIKAHAN KEKAL Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Jeffrey R. Holland. Mintalah kelas untuk mendengarkan mengapa Penatua dan Sister Holland memerlukan iman untuk memilih menikah ketika mereka melakukannya. “Ketika [Sister Holland dan saya] menikah kami berdua masih kuliah S1 di BYU, dengan kedua pasangan orangtua tidak dapat membantu kami secara keuangan, tidak ada cara membayangkan seluruh pendidikan S2 yang masih ada di depan kami, dan ini dengan 300 dolar yang kami berdua miliki pada hari pernikahan kami! Nah itu mungkin bukanlah cara yang ideal untuk memulai sebuah pernikahan, tetapi betapa itu telah menjadi pernikahan yang hebat dan apa yang mungkin menjadi kerugian kami jika kami menunggu bahkan satu hari lebih lama daripada yang kami lakukan, begitu kami tahu itu adalah benar. … Saya gemetar memikirkan apa kerugian kami jika kami mengikuti “nasihat dari rasa takut kami,’ sebagaimana Presiden James E. Faust belakangan akan memberi tahu saya tidak pernah, tidak pernah boleh saya lakukan” (“Jangan Takut, Percaya Saja”). • Bagaimana situasi Penatua dan Sister Holland serupa dengan situasi dari banyak kaum muda dewasa ini? • Apakah artinya menyimak nasihat dari ketakutan Anda? Mengapa ini merupakan cara yang buruk untuk membuat keputusan? Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang kesaksian berikut dari Presiden Thomas S. Monson: “Brother dan sister terkasih, janganlah takut. Bersenanghatilah. Masa depan secemerlang iman Anda” (“Bersenanghatilah,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 92). • Apa gagasan dan perasaan mengenai masa depan yang Anda miliki sewaktu Anda merenungkan imbauan kenabian ini? Bantulah siswa merenungkan bagaimana mereka dapat menerapkan bagian dari pelajaran ini dengan meminta mereka untuk mempertimbangkan apakah mereka memiliki ketakutan apa pun mengenai menikah. Undanglah mereka untuk merenungkan bagaimana mereka dapat menggantikan ketakutan apa pun mengenai masa depan dengan iman kepada Tuhan. Ajaran dan Perjanjian 6:22–23; 8:2–3; 9:7–9; 11:12–14 Mencari arahan ilahi dalam memilih siapa yang akan dinikahi Perlihatkan pernyataan berikut dari Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008), dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Ini akan menjadi keputusan paling penting dari kehidupan Anda, individu yang akan Anda nikahi. Tidak ada pengganti bagi pernikahan di bait suci. … Menikahlah dengan orang yang tepat di tempat yang tepat pada waktu yang tepat” (“Life’s Obligations,” Ensign, Februari 1999, 2). • Bagaimana Anda secara benar membuat keputusan paling penting ini mengenai siapa yang akan dinikahi? 53 PELAJARAN 11: MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK PERNIKAHAN KEKAL Bagilah kelas ke dalam pasangan-pasangan. Tugasi setiap pasangan untuk membaca petikan tulisan suci berikut bersama-sama: Ajaran dan Perjanjian 6:22–23; 8:2–3; 9:7–9; 11:12–14. (Ayat-ayat ini adalah contoh tentang tema yang diulang-ulang tentang bagaimana menerima wahyu pribadi, yang ditemukan dalam banyak bagian terdahulu dari Ajaran dan Perjanjian. “Tema adalah kualitas atau gagasan yang menaungi secara menyeluruh, berulang, dan menyatukan” [David A. Bednar, “A Reservoir of Living Water” (api unggun Universitas Brigham Young, 4 Februari 2007), 6, speeches.byu.edu]). Mintalah siswa untuk mempertimbangkan skenario berikut sewaktu mereka menelaah ayat-ayat dari Ajaran dan Perjanjian: Bayangkan bahwa teman Anda telah mengencani seseorang selama beberapa waktu dan datang kepada Anda meminta nasihat mengenai apakah dia hendaknya menikahi orang itu. Apa yang Anda nasihatkan kepada teman Anda untuk lakukan? Setelah siswa memiliki waktu untuk menelaah tulisan suci, mintalah seorang siswa dalam setiap pasangan untuk memainkan bagian dari teman yang tengah berkencan tersebut. Mintalah siswa lainnya dalam setiap pasangan untuk menjelaskan bagaimana ayat-ayat ini dapat membantu teman itu membuat keputusan. Setelah kegiatan ini rampung, pastikan siswa memahami asas-asas berikut mengenai membuat keputusan: Kita hendaknya “menelaah” sebuah keputusan dalam pikiran kita, membuat keputusan terbaik semampu kita, dan kemudian menanyakan kepada Allah apakah keputusan itu benar. Selanjutnya, jika kedamaian dan sukacita datang ke dalam hati dan pikiran kita, keputusan itu adalah yang terbaik. Tekankan asas berikut: Sewaktu kita mencari bimbingan Tuhan saat kita membuat keputusan kita, Dia akan berbicara dalam pikiran kita dan mengisi jiwa kita dengan kedamaian serta sukacita apabila keputusan kita benar adanya. • Bagaimana Anda mengetahui kebenaran tentang apa yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai menerima wahyu pribadi? Mintalah siswa untuk mempertimbangkan bagaimana mereka akan merespons skenario berikut: orang yang telah Anda kencani menjelaskan bahwa dia telah mengikuti proses ini untuk membuat keputusan dan telah menerima kesan bahwa Anda berdua hendaknya menikah. Perlihatkan pernyataan oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Saya telah mendengar kasus-kasus di mana seorang remaja putra mengatakan kepada remaja putri bahwa dia hendaknya menikah dengannya karena dia telah menerima wahyu bahwa dia akan menjadi rekan kekalnya. Seandainya ini wahyu sejati, itu akan diteguhkan langsung kepada si wanita jika dia berupaya untuk mengetahui. Sementara itu, dia tidak berkewajiban untuk mengindahkannya. Dia hendaknya mencari bimbingannya sendiri dan membuat keputusan sendiri. Pria itu dapat menerima wahyu untuk membimbing tindakannya sendiri, namun dia tidak dapat secara benar menerima wahyu untuk mengarahkan dia [wanita itu]. Dia di luar tugas pengawasannya” (“Revelation” [kebaktian Universitas Brigham Young,29 September 1981], 6, speeches.byu.edu). Bersaksilah bahwa siswa akan merasakan kedamaian sewaktu mereka menantinantikan pernikahan kekal dengan mata iman. Imbaulah mereka untuk menggunakan asas-asas yang dibahas dalam pelajaran ini untuk mempersiapkan diri bagi kesempatan mulia akan pernikahan kekal. 54 PELAJARAN 11: MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK PERNIKAHAN KEKAL Bacaan Siswa • Markus 5:35–36; Ajaran dan Perjanjian 6:22–23, 36; 8:2–3; 9:7–9; 11:12–14; 88:40. • Dieter F. Uchtdorf, “The Reflection in the Water” (kebaktian Church Educational System, 1 November, 2009), lds.org/media-library. • Jeffrey R. Holland, “Jangan Takut, Percaya Saja” (suatu malam bersama Penatua Jeffrey R. Holland, 6 Februari 2015), lds.org/broadcasts. 55 12 Pendahuluan Tata Cara dan Perjanjian Bait Suci Para nabi zaman akhir telah menyatakan, “Tata cara-tata cara dan perjanjian-perjanjian kudus yang tersedia di bait suci yang kudus memungkinkan bagi individu-individu untuk kembali ke hadirat Allah” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Dalam pelajaran ini, siswa akan belajar bahwa melalui menerima tata cara-tata cara bait suci mereka dapat menikmati berkat-berkat sakral selama kefanaan dan memperoleh kehidupan kekal. Bacaan Latar Belakang • Boyd K. Packer, “Bait Suci yang Kudus,” Ensign, Oktober 2010, 29–35. • D. Todd Christofferson, “Kuasa Perjanjian,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 19–23. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 97:10–17; 109:12–21; 124:37–40, 55 Tujuan bait suci Perlihatkan kepada kelas gambar bait suci favorit Anda, dan bagikan mengapa itu adalah favorit Anda. • Mengapa kita memiliki bait suci? Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, tulislah petikan-petikan berikut di papan tulis. Undanglah siswa untuk membaca salah satu petikan itu, dengan mencari alasan mengapa Bapa Surgawi menyediakan bait suci: Ajaran dan Perjanjian 97:10–17 Ajaran dan Perjanjian 124:37–40; 55 • Menurut ayat-ayat ini, apa saja alasan mengapa Bapa Surgawi menyediakan bait suci? (Sewaktu siswa merespons, bantulah mereka memahami asas berikut: Bapa Surgawi menyediakan bait suci agar anak-anak-Nya dapat menerima tata cara-tata dan pengetahuan yang penting serta mempersiapkan diri untuk tinggal di hadirat-Nya). • Apa frasa dalam ayat-ayat ini yang mengajarkan bahwa bait suci membantu mempersiapkan kita untuk tinggal di hadirat Allah? Beri tahulah siswa bahwa Ajaran dan Perjanjian 109 memuat doa pendedikasian untuk Bait Suci Kirtland. Mintalah siswa untuk meneliti Ajaran dan Perjanjian 109:12–21 dan membuat daftar tentang cara-cara di mana bait suci mempersiapkan kita untuk tinggal di hadirat Allah. • Menurut ayat-ayat ini, bagaimana bait suci mempersiapkan kita untuk tinggal di hadirat Allah? (Siswa mungkin menyarankan yang berikut: di bait suci kita merasakan kuasa Tuhan, belajar kebijaksanaan, dan menerima kegenapan Roh Kudus; kita diimbau untuk bertobat segera di bait suci; dan kita harus menjadi bersih ketika kita memasuki bait suci. Jika waktu mengizinkan, Anda dapat merujuk siswa pada Keluaran 19:10–14, yang menguraikan bagaimana Musa 56 PELAJARAN 12: TATA CARA DAN PERJANJIAN BAIT SUCI berusaha untuk mempersiapkan Israel kuno secara jasmani dan rohani untuk datang ke dalam hadirat Tuhan). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Robert D. Hales dari Kuorum Dua Belas Rasul dan Presiden Brigham Young (1801–1877): “Tujuan utama bait suci adalah untuk menyediakan tata cara yang perlu bagi permuliaan kita dalam kerajaan selestial. Tata cara bait suci menuntun kita kepada Juruselamat kita dan memberi kita berkat-berkat yang datang kepada kita melalui Pendamaian Yesus Kristus” (Robert D. Hales “Blessings of the Temple,” Ensign, Oktober 2009, 48). “Pemberkahan [bait suci] Anda adalah, untuk menerima semua tata cara itu di rumah Tuhan, yang penting bagi Anda, setelah Anda meninggalkan kehidupan ini, untuk memungkinkan Anda berjalan kembali ke hadirat Bapa, melewati para malaikat yang berdiri sebagai pagar penjaga” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Brigham Young [1997], 350). • Bagaimana pernyataan ini membantu Anda mengapresiasi pentingnya menerima tata cara-tata cara bait suci? Ajaran dan Perjanjian 84:19-21 Tata cara-tata cara keimamatan yang diterima di bait suci membantu kita menjadi lebih seperti Allah. Perlihatkan pernyataan berikut, dan undanglah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Di Gereja, sebuah perjanjian adalah sakral, tindakan formal yang dilaksanakan dengan wewenang imamat. Beberapa tata cara adalah penting bagi permuliaan kita. Tata cara ini disebut tata cara penyelamatan. Itu mencakup pembaptisan, pengukuhan, penahbisan dalam Imamat Melkisedek (bagi pria), pemberkahan bait suci, serta pemeteraian pernikahan” (Teguh pada Iman: Sebuah Referensi Injil [2004], 203). • Bagaimana “tata cara penyelamatan” berbeda dengan tata cara-tata cara Injil lainnya? (Tata cara lainnya, seperti pemberkatan bayi dan memberkati yang sakit, tidaklah diperlukan untuk permuliaan). Sebelum melanjutkan, tandaskan bahwa beberapa tata cara penyelamatan, seperti pembaptisan dan penahbisan dalam Imamat Melkisedek, dilakukan sebelum kita menerima tata cara-tata cara bait suci; tetapi, bagian dari pelajaran ini berfokus pada tata cara penyelamatan yang dilaksanakan di bait suci. Undanglah seorang siswa untuk membacakan Ajaran dan Perjanjian 84:19–21 dengan lantang. Mintalah kelas untuk mencari apa yang dapat kita terima sewaktu kita berperan serta dalam tata cara-tata cara yang dilaksanakan melalui Imamat Melkisedek. • Menurut Anda apa arti istilah “kuasa ke-allahan”? (Pertimbangkan menjelaskan bahwa “kuasa ke-allahan” adalah kuasa untuk menjadi seperti allah). • Bagaimana Anda akan menegaskan sebuah asas yang diajarkan dalam Ajaran dan Perjanjian 84:20–21? (Sewaktu siswa merespons, tulislah yang berikut di papan tulis: Melalui tata cara-tata cara dan perjanjian-perjanjian bait suci kita dapat menjadi lebih seperti Allah). 57 PELAJARAN 12: TATA CARA DAN PERJANJIAN BAIT SUCI Berilah kepada setiap siswa salinan dari pernyataan berikut oleh Penatua Robert D. Hales dari Kuorum Dua Belas Rasul: Mintalah siswa untuk menandai kata atau frasa yang mengajarkan bagaimana berperan serta dalam tata cara-tata cara bait suci membantu kita menjadi lebih seperti allah. “Berkat terbesar keimamatan yang tersedia bagi [remaja putra atau remaja putri] terdapat di bait suci. Di sana, mereka memperoleh sekilas surga. … Sukacita kekekalan, yang tampak dapat sedemikian jauh di luar bait suci, tiba-tiba tampak dalam jangkauan. “Di bait suci, rencana keselamatan dijelaskan dan perjanjian-perjanjian sakral dibuat. Perjanjian-perjanjian ini, bersama-sama dengan mengenakan garmen bait suci yang sakral, memperkuat serta melindungi orang yang diberkati terhadap kuasa sang lawan. … “Dalam tata cara bait suci yang utama—pernikahan kekal—mempelai pria dan wanita dijanjikan bahwa, jika mereka setia, mereka akan menikmati persatuan keluarga dengan satu sama lain, dengan anak-anak mereka, dan dengan Tuhan di sepanjang segala kekekalan. Itu disebut kehidupan kekal” (“Blessings of the Priesthood,” Ensign, November 1995, 34). Bahaslah apa yang siswa tandai. • Bagaimana berperan serta dalam tata cara-tata cara bait suci telah memberkati kehidupan Anda dalam cara-cara yang sama dengan yang dijelaskan oleh Penatua Hales? Berilah siswa waktu sejenak untuk menuliskan apa yang dapat mereka lakukan untuk menjadikan peribadatan bait suci lebih bermakna dan lebih berfokus untuk membantu mereka menjadi lebih seperti Allah. (Keluaran19:3–6; Ajaran dan Perjanjian 109:22–26) Menepati perjanjian-perjanjian bait suci Beri tahulah siswa bahwa ada tujuan penting lain dari peribadatan bait suci yang terkait erat dengan menerima tata cara-tata cara bait suci. Mintalah mereka untuk mendengarkan tujuan itu sewaktu Anda membagikan pernyataan berikut oleh Penatua D. Todd Christofferson dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Saya bersaksi bahwa dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir terdapat wewenang imamat untuk melaksanakan tata cara-tata cara yang melaluinya kita dapat masuk dalam ikatan perjanjian dengan Bapa Surgawi kita dalam nama Putra Kudus-Nya. Saya bersaksi bahwa Allah akan menepati janji-janji-Nya kepada Anda sewaktu Anda menghormati perjanjian-perjanjian Anda dengan-Nya” (“Kuasa Perjanjian,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 22). • Ketika kita menerima tata cara-tata cara penyelamatan Injil, apa yang kita masuki? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dan Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan undanglah siswa untuk mencari karakteristik penting dari perjanjian-perjanjian kita dengan Tuhan: “Perjanjian adalah sebuah kesepakatan antara Allah dan anak-anak-Nya di atas bumi, dan penting untuk dipahami bahwa Allah menetapkan syarat-syarat dari semua perjanjian Injil. Anda dan saya tidak memutuskan sifat atau unsur dari sebuah perjanjian. Melainkan, dengan menjalankan hak pilihan moral kita, kita menerima ketentuan dan syarat dari sebuah perjanjian sebagaimana yang telah ditetapkan oleh 58 PELAJARAN 12: TATA CARA DAN PERJANJIAN BAIT SUCI Bapa Kekal kita” (David A. Bednar, “Agar Roh-Nya Selalu Menyertai Kita,” Ensign atau Liahona, Mei 2006, 28–29). 2012, 3). “Sebuah perjanjian adalah sebuah kontrak rohani yang mengikat, janji khusyuk kepada Allah Bapa kita bahwa kita akan hidup dan berpikir serta bertindak dalam suatu cara tertentu—cara Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Sebaliknya, Bapa, Putra, dan Roh Kudus menjanjikan kepada kita kepenuhan kehidupan kekal yang mulia.” (Jeffrey R. Holland, “Keeping Covenants: A Message for Those Who Will Serve a Mission,” New Era, Januari • Apa yang menonjol bagi Anda dalam pernyataan ini mengenai perjanjian? • Mengapa penting bahwa Allah menetapkan syarat-syarat bagi semua perjanjian Injil? (Karena Dia adalah satu-satunya yang menawarkan kepada kita kehidupan kekal, Dia berhak menegakkan ketentuan-ketentuan yang di atasnya itu diterima. Satu-satu persembahan yang dapat kita berikan kepada-Nya adalah hak pilihan kita sewaktu kita memilih untuk patuh. Sebagai bagian dari pembahasan ini, tekankan yang berikut: Sewaktu kita menaati perjanjian-perjanjian kita dengan Tuhan, kita akan diberkati dalam kefanaan dan dapat memperoleh kehidupan kekal). Mintalah siswa untuk berpasang-pasangan. Mintalah satu siswa dalam setiap pasangan untuk menelaah Keluaran 19:3–6 dan siswa lainnya menelaah Ajaran dan Perjanjian 109:22–26. Undanglah siswa untuk mencari berkat-berkat yang tersedia bagi mereka yang menaati perjanjian mereka, terutama perjanjian bait suci. Setelah waktu yang memadai, undanglah pasangan-pasangan itu untuk membahas apa yang mereka temukan. (Dalam kaitan dengan ayat-ayat Keluaran, Anda mungkin ingin memastikan siswa memahami bahwa adalah di dalam bait suci yang kudus kita mulai memenuhi syarat sebagai raja dan ratu yang kelak dapat menjadi bangsa yang kudus dan tinggal di hadirat Allah; lihat juga Wahyu 1:6; 5:10; 19:16; A&P 76:55–56). • Bagaimana perjanjian-perjanjian Anda dengan Tuhan telah menjadi berkat atau perlindungan bagi Anda? Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Presiden Joseph Fielding Smith (1876–1972): “Jika kita pergi ke bait suci kita mengangkat tangan kita dan berjanji bahwa kita akan melayani Tuhan dan mematuhi perintah-perintah-Nya dan menjaga diri kita tak ternoda dari dunia. Jika kita menyadari apa yang kita lakukan maka pemberkahan itu akan menjadi perlindungan bagi kita di sepanjang kehidupan kita—perlindungan yang tidak dimiliki oleh orang yang tidak pergi ke bait suci. “Saya telah mendengar ayah saya [Presiden Joseph F. Smith] mengatakan bahwa di saat dalam percobaan, di saat menghadapi godaan, dia akan memikirkan janji-janji, perjanjian-perjanjian yang telah dia buat dalam Rumah Tuhan, dan itu merupakan perlindungan baginya. … Perlindungan ini adalah sebagian dari tujuan tata cara ini. Itu menyelamatkan kita sekarang dan mempermuliakan kita di kehidupan yang akan datang, jika kita mau menghormatinya.” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Fielding Smith [2013], 271). • Apa pemikiran dan kesan yang telah Anda miliki selama pelajaran ini yang ingin Anda bagikan dengan kelas? 59 PELAJARAN 12: TATA CARA DAN PERJANJIAN BAIT SUCI Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan undanglah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Kehidupan adalah sebuah perjalanan pulang ke rumah bagi kita semua, kembali ke hadirat Allah dalam kerajaan selestial. “Tata cara-tata cara dan perjanjian-perjanjian menjadi kredensial kita untuk masuk ke dalam hadirat-Nya. Untuk secara layak menerimanya merupakan pencarian seumur hidup; untuk menaatinya sesudahnya adalah tantangan kefanaan” (“Covenants,” Ensign, Mei 1987, 24). Bersaksilah bahwa menerima tata cara-tata cara bait suci adalah sesungguhnya “pencarian seumur hidup.” Tata cara-tata cara bait suci membantu kita memperoleh kredensial yang diperlukan untuk masuk ke dalam hadirat Bapa Surgawi. Undanglah siswa untuk merenungkan apakah beribadat dan menerima tata cara-tata cara di bait suci merupakan prioritas dalam kehidupan mereka. Mintalah mereka untuk menuliskan apa yang dapat mereka lakukan untuk lebih berfokus pada perjanjian-perjanjian yang telah mereka buat atau akan buat di bait suci. Bacaan Siswa • Keluaran 19:3–6; Ajaran dan Perjanjian 84:19–21; 97:10–17; 109:12–26; 124:37–40, 55. • Boyd K. Packer, “Bait Suci yang Kudus,” Ensign, Oktober 2010, 29–35. 60 Meningkatkan Peribadatan Bait Suci Pendahuluan Beribadat di bait suci yang kudus mempersiapkan kita untuk menjadi para murid Yesus Kristus yang lebih baik, dan “Tata cara dan perjanjian kudus yang tersedia di bait suci-bait suci yang kudus memungkinkan setiap orang kembali ke hadirat Allah” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Presiden Howard W. Hunter (1907–1995) mengimbau 13 anggota Gereja untuk menjadikan bait suci “lambang besar dari keanggotaan mereka” (“The Great Symbol of Our Membership,” Ensign, Oktober 1994, 2). Dalam pelajaran ini siswa akan belajar cara-cara untuk memperkaya peribadatan bait suci mereka, dengan demikian mendatangkan berkat-berkat yang lebih besar ke dalam hidup keluarga mereka. Bacaan Latar Belakang • Richard G. Scott, “Peribadatan Bait Suci: Sumber Kekuatan dan Kuasa di Saat-Saat Membutuhkan,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 43–45. • L. Lionel Kendrick, “Enhancing Our Temple Experience,” Ensign, Mei 2001, 78–79. • Mempersiapkan Diri untuk Memasuki Bait Suci yang Kudus (buklet, 2002). Saran untuk Pengajaran Mazmur 24:3–5; Yohanes 2:13–16; Ajaran dan Perjanjian 109:10–13, 20–22 Kelayakan untuk memasuki bait suci Perlihatkan sebuah gambar bait suci yang terdekat dengan rumah Anda. Tandaskan bahwa frasa Kekudusan bagi Tuhan terukir pada eksterior dari setiap bait suci. Undanglah siswa untuk membaca Yohanes 2:13–16 dan pertimbangkan bagaimana kisah ini mengilustrasikan sifat kudus bait suci. • Bagaimana kisah ini mengilustrasikan sikap yang hendaknya kita miliki terhadap bait suci? • Dalam cara-cara apa orang-orang di zaman sekarang dapat memperlihatkan ketidakhormatan bagi bait suci? Undanglah seorang siswa untuk membacakan Ajaran dan Perjanjian 109:20, yang merupakan bagian dari doa pendedikasian untuk Bait Suci Kirtland: • Apa asas yang dapat kita pelajari dari ayat ini? (Jawaban siswa hendaknya mencakup asas ini: Allah telah memerintah bahwa tidak ada sesuatu yang tidak bersih dapat diizinkan untuk memasuki rumah-Nya. Tandaskan bahwa dalam tulisan suci, bait suci senantiasa digambarkan sebagai tempat kebersihan, kemurnian, kekudusan, serta kelayakan. Anda dapat mendorong siswa untuk melihat keterkaitan ini ketika mereka membaca tentang bait suci). • Apa saja standar-standar kelayakan yang individu-individu harus penuhi sebelum mereka dapat memasuki bait suci? Berilah siswa waktu sejenak untuk menelaah Ajaran dan Perjanjian 109:10–13, 21–22, dan Mazmur 24:3–5 dan mengidentifikasi berkat-berkat yang berkaitan dengan beribadat di bait suci dengan layak. Anda dapat menyarankan agar siswa menandai apa yang mereka temukan. 61 PELAJARAN 13: MENINGKATKAN PERIBADATAN BAIT SUCI • Apa janji-janji yang diberikan dalam ayat-ayat ini kepada mereka yang memasuki bait suci dengan layak? (Kemuliaan Tuhan akan berada di atas orang-orang ini; mereka yang memasuki bait suci akan merasakan kuasa Tuhan dan mengakui bahwa itu sebuah tempat yang dipersucikan dan kudus; di bait suci, Tuhan akan menaruh nama-Nya di atas kita, dan kita akan pergi dipersenjatai dengan kuasaNya; dan di bait suci kita dapat menerima berkat-berkat dan kebenaran dari Tuhan). • Menurut Anda mengapa janji-janji ini didasarkan pada kelayakan kita? • Apa yang akan Anda katakan kepada seseorang yang mempertanyakan apakah memenuhi syarat bagi rekomendasi bait suci merupakan upaya yang sepadan? Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut dari Presiden Thomas S. Monson: “Mereka yang memahami berkat-berkat kekal yang datang dari bait suci tahu bahwa tidak ada pengurbanan yang terlalu besar, harga yang terlalu mahal, perjuangan yang terlalu sulit untuk menerima berkat itu. … Mereka memahami bahwa tata cara-tata cara yang diterima di bait suci yang mengizinkan kita untuk kelak kembali kepada Bapa Surgawi kita dalam hubungan keluarga kekal dan untuk diberkahi dengan berkat-berkat dan kuasa dari atas adalah sepadan dengan setiap pengurbanan dan setiap upaya” (“Bait Suci yang Kudus—Mercusuar bagi Dunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2011, 92). • Apa berkat-berkat yang telah Anda terima ketika Anda telah berperan serta dalam tata cara-tata cara bait suci? Imbaulah siswa untuk memperoleh dan menyimpan rekomendasi bait suci yang masih berlaku untuk pengingat akan kehidupan mereka. Tekankan bahwa sewaktu mereka dengan rendah hati beribadat kepada Tuhan di bait suci-Nya, mereka akan menerima berkat-berkat yang disediakan hanya kepada yang setia dalam rumah kudus-Nya. 3 Nefi 17:1–3 Meningkatkan peribadatan bait suci kita Tulislah yang berikut di papan tulis dan tanyakan kepada siswa bagaimana mereka akan melengkapi kalimat ini: Apa yang kita peroleh dari bait suci akan bergantung pada ____________________. Setelah beberapa respons, perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Apa yang kita peroleh dari bait suci akan bergantung kebanyakan pada apa yang kita bawa ke bait suci dalam kerendahan hati dan kekhidmatan serta suatu hasrat untuk belajar. Jika kita mudah diajar kita akan diajar oleh Roh, di dalam bait suci” (The Holy Temple [1980], 42). • Menurut Anda bagaimana pengalaman Anda di bait suci akan berpengaruh jika Anda pergi dengan roh “kerendahhatian dan kekhidmatan serta hasrat untuk belajar”? (Sewaktu siswa merespons, tulislah asas berikut di papan tulis: jika kita pergi ke bait suci dengan kerendahhatian, kekhidmatan, dan hasrat untuk belajar, kita akan diajar oleh Roh. 62 PELAJARAN 13: MENINGKATKAN PERIBADATAN BAIT SUCI Jelaskan kepada siswa bahwa ketika Juruselamat mengunjungi orang-orang Nefi, Dia mengajari mereka pola untuk memahami hal-hal sakral yang dapat kita ikuti ketika menghadiri bait suci. Undanglah seorang siswa untuk membaca 3 Nefi 17:1–3 dengan keras. • Apa yang Juruselamat ajarkan kepada para pendengar-Nya untuk lakukan yang akan membantu mereka bersiap untuk memahami hal-hal yang sakral? • Bagaimana kita dapat mengikuti pola ini untuk meningkatkan kualitas pengalaman kita di bait suci? (Kita hendaknya merenungkan apa yang kita alami di bait suci, berdoa memohon pemahaman, mempersiapkan diri untuk menghadiri di lain waktu, dan kembali sesering mungkin sewaktu keadaan mengizinkan). Bacalah dengan lantang pernyataan berikut dari Penatua L. Lioner Kendrick dari Tujuh Puluh, dan mintalah siswa mendengarkan frasa-frasa yang menyarankan cara-cara kita dapat meningkatkan peribadatan bait suci kita. “Ada perbedaan antara sekadar menghadiri bait suci dan memiliki suatu pengalaman rohani yang melimpah. Berkat-berkat sejati dari bait suci datang sewaktu kita meningkatkan pengalaman bait suci kita. Untuk melakukannya, kita harus merasakan roh kekhidmatan bagi bait suci dan roh peribadatan. … “Menjadi khidmat tidak sekadar tenang. Itu mencakup kesadaran terhadap apa yang sedang terjadi. Itu mencakup hasrat ilahi untuk belajar dan menjadi reseptif terhadap bisikan-bisikan Roh. Itu mencakup upaya untuk mencari terang dan pengetahuan tambahan. Ketidakkhidmatan bukan hanya sebuah tindakan tidak hormat terhadap Tuhan, namun itu menjadikan mustahil bagi Roh untuk mengajari kita segala sesuatu yang kita perlu ketahui” (“Enhancing Our Temple Experience,” Ensign, Mei 2001, 78). • Apa frasa dalam pernyataan ini yang terutama bermakna bagi Anda? Mengapa? Bacalah nasihat berikut dari Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah siswa mendengarkan saran-saran yang mereka dapat terapkan sewaktu mereka mengunjungi bait suci: “• Memahami ajaran yang berkaitan dengan tata cara-tata cara bait suci, terutama signifikansi Pendamaian Yesus Kristus. “• Sementara berperan serta dalam tata cara-tata cara bait suci, pikirkan hubungan Anda dengan Yesus Kristus dan hubungan-Nya dengan Bapa Surgawi. Tindakan sederhana ini akan menuntun pada pemahaman yang lebih besar tentang sifat agung tata cara-tata cara bait suci. “• Senantiasa dengan doa yang sungguh-sungguh menyatakan syukur bagi berkat-berkat tak terkatakan yang mengalir dari tata cara-tata cara bait suci. Hiduplah setiap hari untuk memberikan bukti kepada Bapa di Surga dan Putra Terkasih-Nya tentang betapa sangat besar arti berkat-berkat itu bagi Anda. “• Jadwalkan kunjungan reguler ke bait suci. “• Luangkan waktu yang memadai agar tidak tergesa-gesa di dalam dinding-dinding bait suci. “• Rotasilah kegiatan agar Anda dapat berperan serta dalam semua tata cara bait suci. “• Lepaslah jam tangan Anda ketika Anda memasuki rumah Tuhan. “• Dengarkan dengan saksama presentasi dari setiap unsur tata cara dengan pikiran dan hati terbuka. 63 PELAJARAN 13: MENINGKATKAN PERIBADATAN BAIT SUCI “• Bersikaplah peduli terhadap individu-individu yang kepadanya Anda melaksanakan tata cara perwakilan. Sesekali waktu berdoalah agar dia akan mengenali kepentingan vital dari tata cara-tata cara itu dan jadilah layak atau persiapkan diri agar layak untuk menerima manfaat dari mereka” (“Peribadatan Bait Suci: Sumber Kekuatan dan Kuasa di Saat-Saat Membutuhkan,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 43–44). • Manakah dari gagasan-gagasan ini yang dapat menjadi manfaat terbesar untuk Anda terapkan? • Apa yang telah Anda atau orang lain lakukan untuk menjadikan peribadatan di rumah Tuhan lebih bermakna? Apa perbedaan yang tercipta ketika Anda melakukan hal-hal ini? (Sebagai bagian dari pembahasan, pertimbangkan membahas pernyataan berikut dari Presidensi Utama: “Ketika para anggota Gereja menemukan nama-nama leluhur mereka dan membawa nama-nama itu ke bait suci untuk pekerjaan tata cara, pengalaman bait suci dapatlah sangat diperkaya” [surat Presidensi Utama, 8 Oktober 8, 2012]). Imbaulah siswa untuk menuliskan apa yang mereka merasa terkesan untuk lakukan untuk dapat memperkaya pengalaman bait suci mereka. Imbaulah mereka untuk mengikuti apa yang mereka tulis. Ajaran dan Perjanjian 109:8 Tempat wahyu. Jelaskan bahwa dalam doa pendedikasian untuk Bait Suci Kirtland, Nabi Joseph Smith menjelaskan beberapa tujuan dari bait suci. Mintalah siswa untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 109:8. Tandaskan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk menjadi “rumah pembelajaran.” • Apa yang mungkin kita harapkan untuk pelajari di bait suci? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008), dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Bangunan sakral ini menjadi sekolah petunjuk dalam hal-hal yang manis dan sakral tentang Allah. Di sini kita dijelaskan rencana dari Bapa yang pengasih mewakili para putra dan putri-Nya dari segala generasi. Di sini disajikan di hadapan kita sketsa tentang penggambaran perjalanan kekal manusia dari kehidupan prafana ke kehidupan ini dan menuju ke kehidupan selanjutnya. Kebenaran-kebenaran pokok dan mendasar diajarkan dengan kejelasan dan kesederhanaan yang baik menurut pengertian bagi semua yang mendengar” (“The Salt Lake Temple,” Ensign, Maret1993, 5–6). • Bagaimana berperan serta dalam tata cara-tata cara bait suci membantu kita mempelajari kebenaran-kebenaran pokok yang besar tentang Bapa Surgawi? • Bagaimana mengikuti pola yang dicatat dalam 3 Nefi 17:1–3 dapat membantu kita belajar lebih banyak sementara kita berada di bait suci? Perlihatkan pernyataan ini oleh Presiden Gordon B. Hinckley: “Legiun adalah mereka yang di saat-saat stres, ketika keputusan sulit harus dibuat dan masalah-masalah yang membingungkan harus ditangani, telah datang ke bait suci dalam roh puasa dan doa untuk mencari arahan ilahi. Banyak yang telah bersaksi bahwa sementara suara-suara wahyu tidak didengar, kesan-kesan mengenai jalan yang 64 PELAJARAN 13: MENINGKATKAN PERIBADATAN BAIT SUCI harus diikuti dirasakan pada saat itu atau di kemudian hari yang menjadi jawaban terhadap doa-doa mereka” (“The Salt Lake Temple,” Ensign, Maret 1993, 6). Akhiri dengan menanyakan kepada siswa apakah ada di antara mereka yang ingin membagikan perasaan dan kesaksian mereka mengenai bait suci. Tekankan bahwa siswa berada dalam suatu masa yang sangat penting dari kehidupan mereka, ketika banyak keputusan perlu dibuat. Bersaksilah bahwa dalam rumah Tuhan, siswa dapat merasakan Roh, penghiburan, dan bimbingan Allah. Bacaan Siswa • Mazmur 24:3–5; Yohanes 2:13–16; 3 Nefi 17:1–3; Ajaran dan Perjanjian 109:8–22. • Richard G. Scott, “Peribadatan Bait Suci: Sumber Kekuatan dan Kuasa di Saat-Saat Membutuhkan,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 43–45. • L. Lionel Kendrick, “Enhancing Our Temple Experience,” Ensign, Mei 2001, 78–79. 65 14 Pendahuluan Menjadi Penyelamat di Gunung Sion Melalui pekerjaan bait suci, Tuhan telah memungkinkan bagi semua yang telah meninggal yang tidak memiliki pengetahuan tentang Injil Yesus Kristus “untuk kembali ke hadirat Allah dan bagi keluarga untuk dipersatukan secara kekal” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Dalam pelajaran ini, siswa akan belajar bagaimana roh Elia memotivasi kita untuk berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga untuk menjadi “penyelamat … di gunung Sion” (Obaja 1:21). Bacaan Latar Belakang • David A. Bednar, “Hati Anak-Anak Akan Berpaling,” Ensign atau Liahona, November 2011, 24–27. • Quentin L. Cook, “Akar dan Cabang,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 44–48. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 138:27–37; 58–59. Pelayanan Yesus Kristus di dunia roh Undanglah siswa untuk memikirkan berapa banyak leluhur mereka yang telah meninggal yang tidak mendengar Injil atau menerima tata cara-tata cara penyelamatan. Ingatkan siswa bahwa setelah Juruselamat mati, Dia menampakkan diri kepada rohroh yang telah mati. Perincian dari kunjungan ini sebagaimana disaksikan dalam penglihatan oleh Presiden Joseph F. Smith (1838–1918), dicatat dalam Ajaran dan Perjanjian 138. (Perhatikan bahwa ini merupakan contoh dari membantu siswa untuk memahami konteks ketika menelaah tulisan suci). Mintalah beberapa siswa untuk bergiliran membacakan dengan lantang dari Ajaran dan Perjanjian 138:27–37. Undanglah kelas untuk menyimak, dengan mencari apa yang Tuhan lakukan selama pelayanan-Nya di dunia roh. • Bagaimana Tuhan mempersiapkan cara bagi roh-roh yang telah meninggal untuk ditebus? (Tekankan kebenaran berikut: Juruselamat menugaskan, memberi petunjuk, dan mempersiapkan roh-roh yang saleh untuk mengkhotbahkan Injil kepada mereka yang di penjara roh). • Menurut ayat 34, mengapa asas-asas Injil harus dikhotbahkan kepada mereka yang di penjara roh? (Jelaskan bahwa “dihakimi menurut manusia dalam daging” artinya bahwa semua anak Allah, yang masih hidup maupun telah meninggal, akan memiliki kesempatan untuk menerima Injil dan menerima tata cara-tata cara penyelamatan agar semua dapat dihakimi dengan standar yang sama. Lihat juga A&P 137:7–9). Mintalah siswa untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 138:31, 58–59, dengan mencari apa yang individu-individu yang diajari Injil di dunia roh harus lakukan untuk menjadi “pewaris keselamatan.” • Menurut ayat-ayat ini, apa yang roh-roh yang telah meninggal harus lakukan untuk menjadi “pewaris keselamatan”? (Bantulah memperjelas asas ini: Setelah individu-individu di penjara roh diajari pesan Injil, mereka dapat memilih 66 PELAJARAN 14: MENJADI PENYELAMAT DI GUNUNG SION untuk bertobat dan menerima tata cara-tata cara perwakilan yang dilaksanakan di bait suci). Bacalah pernyataan berikut dari Penatua D. Todd Christofferson dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Beberapa telah memahami dan beranggapan bahwa jiwa-jiwa yang telah mati ‘dibaptiskan ke dalam kepercayaan Mormon tanpa pengetahuan mereka’ atau bahwa ‘orang-orang yang pernah memeluk kepercayaan lain dapat memeluk kepercayaan Mormon secara retroaktif dipaksakan kepada mereka.’ Mereka berasumsi bahwa kita entah mengapa memiliki kuasa untuk memaksa sebuah jiwa dalam hal kepercayaan. Tentu saja, kita tidak demikian. Allah memberikan kepada manusia hak pilihan sejak permulaan. ‘Mereka yang telah meninggal yang bertobat akan ditebus, melalui kepatuhan pada tata cara-tata cara dari rumah Allah’ [A&P 138:58], tetapi hanya jika mereka menerima tata cara-tata cara tersebut” (“The Redemption of the Dead and the Testimony of Jesus,” Ensign, November 2000, 10). Undanglah siswa untuk berpasang-pasangan dan bermain peran dengan menjelaskan kepada seorang nonanggota bagaimana rencana Allah memungkinkan bagi semua individu, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, untuk menerima Injil dan tata cara-tata cara penyelamatan. Obaja 1:21; Maleakhi 4:5–6; Ajaran dan Perjanjian 110:13–16; 128:18 Kita akan menjadi “penyelamat … di gunung Sion” (Obaja 1:21) Undanglah siswa untuk mendaftar cara-cara di mana kita dapat berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga. (Menemukan nama-nama keluarga dan membawanya ke bait suci, mengumpulkan dan menyimpan foto-foto dan kisah keluarga, pengindeksan, dan sebagainya). • Bagaimana berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga dapat memengaruhi perasaan kita terhadap anggota keluarga yang telah meninggal? Untuk membantu siswa mengidentifikasi sumber dari perasaan tersebut, perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Penatua Russell M. Nelson telah mengajarkan bahwa Roh Elia merupakan “suatu perwujudan dari Roh Kudus yang memberi kesaksian mengenai sifat ilahi keluarga’ (‘A New Harvest Time,’ Ensign, Mei 1998, 34). Pengaruh yang unik dari Roh Kudus ini mendekatkan orang-orang untuk mengenali, mencatat, dan menghargai para leluhur serta anggota keluarga mereka—baik di masa lalu maupun saat ini. Roh Elia memengaruhi orang-orang di dalam dan di luar Gereja” (“Hati Anak-Anak Akan Berpaling,” Ensign atau Liahona, November 2011, 25). Pertimbangkan menuliskan definisi berikut tentang “roh Elia” di papan tulis: Roh Elia adalah manifestasi dari Roh Kudus yang memengaruhi kita untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan menghargai anggota keluarga kita di masa lalu dan masa kini. Mintalah seorang siswa untuk membaca Maleakhi 4:5–6 dengan lantang. • Menurut petikan ini, bagaimana kunjungan yang dijanjikan dari Nabi Elia memengaruhi keluarga-keluarga di dunia dan pekerjaan keselamatan Tuhan di 67 PELAJARAN 14: MENJADI PENYELAMAT DI GUNUNG SION zaman akhir? (Ingatkan siswa bahwa Elia yang telah dibangkitkan menampakkan diri kepada Joseph Smith dan Oliver Cowdery pada 3 April 1836 di Bait Suci Kirtland dan menganugerahkan kepada mereka kunci-kunci pemeteraian Imamat Melkisedek [lihat A&P 110:13–16]). • Apa artinya bahwa hati para ayah dan anak-anak akan saling dipalingkan? Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang penjelasan berikut dari ayat-ayat ini oleh Nabi Joseph Smith (1805–1844): “Nah, kata memalingkan di sini seharusnya diterjemahkan mengikat, atau memeteraikan. Namun apa tujuan rancangan dari misi penting ini? atau bagaimana ini dapat dipenuhi? Kunci-kunci akan disampaikan, roh Elia akan datang, … dan para Orang Suci datang sebagai penyelamat di Gunung Sion [lihat Obaja 1:21]. “Tetapi bagaimanakah mereka akan menjadi penyelamat di Gunung Sion? Dengan membangun bait suci-bait suci mereka, menegakkan kolam-kolam pembaptisan mereka, serta pergi dan menerima semua tata cara … demi semua leluhur mereka yang telah meninggal, dan menebus mereka …, dan di dalamnya ada rantai yang mengikat hati para bapa kepada para anak, serta para anak kepada para bapa, yang menggenapi misi Elia” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith [2007], 472–473). • Apa yang Joseph Smith katakan kita menjadi sewaktu kita menerima tata cara-tata cara bait suci mewakili leluhur kita yang telah meninggal? (Para Penyelamat di gunung Sion). Tampilkan pernyataan berikut oleh Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008), dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Kita secara harfiah menjadi penyelamat di gunung Sion Apa artinya ini? Sama seperti Juruselamat kita memberikan hidup-Nya sebagai pengurbanan yang besar bagi semua umat manusia, demikian juga kita, dalam cara yang sederhana, ketika kita terlibat dalam pekerjaan perwakilan di bait suci, kita menjadi para penyelamat bagi mereka yang telah meninggal yang tidak dapat maju kecuali sesuatu dilakukan untuk mewakili mereka oleh orang-orang yang hidup di bumi” (“Kata-Kata Penutup,” Ensign atau Liahona, November 2004, 105). Jelaskan bahwa Yesus Kristus melaksanakan Pendamaian mewakili kita semua. Ketika kita melaksanakan tata cara perwakilan mewakili mereka yang telah meninggal, kita menjadi “para penyelamat di Gunung Sion.” Istilah “Gunung Sion” dapat merujuk pada sejumlah lokasi, termasuk kota surgawi Allah atau kota Yerusalem Baru (lihat Ibrani 12:22; A&P 76:66; 84:2–4; 1 Raja-Raja 8:1). • Dalam cara-cara apa pemahaman frasa “penyelamat di Gunung Sion” memotivasi kita untuk melakukan lebih banyak untuk menolong anggota keluarga masa lalu dan masa kini kita menerima berkat-berkat bait suci? Sebagai bagian dari pembahasan, Anda dapat membagikan pernyataan berikut oleh Penatua D. Todd Christofferson: “Dengan mengenali leluhur kita dan melakukan bagi mereka tata cara-tata cara penyelamatan yang tidak dapat mereka lakukan sendiri, kita bersaksi akan jangkauan yang tak terbatas dari Pendamaian Yesus Kristus. Kristus ‘mati bagi semua.’ [2 Korintus 68 PELAJARAN 14: MENJADI PENYELAMAT DI GUNUNG SION 5:15].” (“Penebusan Orang yang Meninggal dan Kesaksian tentang Yesus,” Ensign, November 2000, 10). Jelaskan bahwa Ajaran dan Perjanjian 128 mencatat sepucuk surat yang Nabi Joseph Smith tulis kepada para Orang Suci di mana dia mengutip Maleakhi 4:5–6 dan kemudian memberikan komentar terhadap ayat-ayat tersebut. Undanglah siswa untuk membaca dalam hati Ajaran dan Perjanjian 128:18. Mintalah mereka untuk menandai alasan-alasan yang Joseph Smith berikan untuk berperan serta dalam pekerjaan menebus anggota keluarga kita yang telah meninggal. Setelah membahas apa yang siswa identifikasi, bahaslah yang berikut: • Bagaimana upaya-upaya kita dapat menyediakan tata cara-tata cara penyelamatan bagi leluhur kita juga mendatangkan keselamatan bagi kita? Di papan tulis, tulislah kata-kata berikut: Temukan, Bawa, dan Ajarkan. Mintalah siswa untuk menjelaskan bagaimana tiga kata ini dapat menguraikan langkah-langkah yang kita diimbau untuk ambil sewaktu kita melaksanakan pekerjaan bait suci dan sejarah keluarga. (Pastikan siswa mengidentifikasi yang berikut: Temukan dan persiapkan nama-nama untuk pekerjaan tata cara bait suci; bawa nama-nama tersebut ke bait suci dan laksanakan tata cara-tata cara bait suci perwakilan bagi individu-individu tersebut; ajari orang lain untuk melakukan yang sama). Untuk membantu siswa memahami berkat-berkat yang datang dari mengikuti langkah-langkah ini, tampilkan dan mintalah seorang siswa untuk membaca dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar, atau tayangkan video “The Promised Blessings of Family History [Berkat-Berkat yang Dijanjikan dari Sejarah Keluarga]” (lds.org/topics/family-history/fdd-cook/blessings-video). Sewaktu siswa membaca atau menyaksikan, undanglah mereka untuk mencari berkat-berkat yang dijanjikan yang datang dari berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga. “Saya mengundang kaum muda Gereja untuk belajar mengenai dan mengalami Roh Elia. Saya mengimbau Anda untuk menelaah, untuk mencari para leluhur Anda, dan mempersiapkan diri Anda untuk melaksanakan pembaptisan perwakilan di rumah Tuhan bagi orang-orang Anda yang mati (lihat A&P 124:28–36). Dan saya mendesak Anda untuk menolong orang lain mengenali sejarah keluarga mereka. “Ketika Anda menanggapi dengan iman undangan ini, hati Anda akan berbalik kepada para leluhur. … Kasih dan rasa syukur Anda bagi para leluhur Anda akan meningkat. Kesaksian Anda tentang dan pertobatan kepada Juruselamat akan menjadi dalam dan bertahan. Dan saya menjanjikan bahwa Anda akan dilindungi terhadap pengaruh yang semakin meningkat dari lawan. Sewaktu Anda berperan serta dalam dan mengasihi pekerjaan yang kudus ini, Anda akan dilindungi dalam masa muda Anda dan selama kehidupan Anda” (“Hati Anak-Anak Akan Berpaling,” 26–27). • Apa berkat-berkat yang datang kepada mereka yang berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga? Tanyakan apakah ada siswa yang dapat membagikan pengalaman pribadi dengan menerima berkat-berkat melalui berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga. • Bagi Anda yang telah menerima tata cara-tata cara bagi leluhur, apa perasaan yang dapat Anda dapat bagikan mengenai berperan serta dalam pengalaman sakral ini? 69 PELAJARAN 14: MENJADI PENYELAMAT DI GUNUNG SION Undanglah siswa untuk menyelidiki sejarah keluarga mereka dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di FamilySearch.org dan mencari bantuan dari konsultan sejarah keluarga di lingkungan atau cabang mereka bila diperlukan. Imbaulah siswa untuk membuat rencana untuk menemukan nama-nama leluhur mereka, membawa nama-nama leluhur tersebut ke bait suci dan melaksanakan tata cara-tata cara mewakili mereka, dan mengajari orang lain untuk melakukan yang sama. Bacaan Siswa • Obaja 1:21; Maleakhi 4:5–6; Ajaran dan Perjanjian 110:13–16; 128:18; 138:27–37, 58–59. • David A. Bednar, “Hati Anak-Anak Akan Berpaling,” Ensign atau Liahona, November 2011, 24–27. • Quentin L. Cook, “Akar dan Cabang,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 44–48. 70 15 Pernikahan Kekal Pendahuluan Pernikahan kekal penting bagi permuliaan dalam tingkat tertinggi dari kerajaan selestial, dan itu diperoleh hanya melalui dimeteraikan dengan wewenang yang tepat dalam bait suci dan kemudian hidup selaras dengan perjanjian-perjanjian yang diikat pada waktu itu. Pelajaran ini akan menegaskan kembali kepada siswa bahwa menikahi orang yang tepat di tempat yang tepat dan dengan wewenang yang tepat adalah keputusan paling penting yang akan pernah mereka buat. Bacaan Latar Belakang • Russell M. Nelson, “Pernikahan Selestial,” Ensign atau Liahona, November 2008, 92–95. • “Pernikahan yang Terhormat, Bahagia, dan Berhasill” bab 18 dalam Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Spencer W. Kimball (2006), 229–233. • Cree-L Kofford, “Marriage in the Lord’s Way, Part One,” Ensign, Juni 1998, 7–12. Saran untuk Pengajaran Ajaran dan Perjanjian 132:1–24 Ajaran tentang pernikahan kekal Jelaskan bahwa pentingnya pernikahan telah diajarkan sejak masa-masa paling awal Gereja. Ajaran tentang pernikahan kekal, meskipun demikian, tidaklah secara luas diajarkan oleh Nabi Joseph Smith sampai era Nauvoo. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Parley P. Pratt (1807–1857) dari Kuorum Dua Belas Rasul, yang menjelaskan bagaimana perasaannya sewaktu dia belajar untuk pertama kalinya bahwa pernikahan dapat bertahan sepanjang kekekalan. Undanglah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang. “Adalah dari [Joseph Smith] saya mengetahui bahwa istri saya tercinta dapat disatukan dengan diri saya untuk waktu ini dan segala kekekalan. … Dari dialah saya mengetahui bahwa kita dapat memupuk kasih sayang ini, dan tumbuh serta meningkat dalam hal yang sama hingga segala kekekalan; sementara hasil dari kesatuan kami yang tanpa akhir tersebut adalah keturunan sebanyak bintang di langit, atau pasir di tepi pantai. … Saya telah mencintai sebelumnya, tetapi saya tidak tahu mengapa. Tetapi sekarang saya mencintai—dengan kemurnian—suatu intensitas perasaan yang terangkat, dipermuliakan” (Autobiography of Parley P. Pratt, diedit oleh Parley P. Pratt Juni [1938], 297–298). • Apa yang dampak yang pemahaman baru Penatua Pratt tentang pernikahan miliki terhadap perasaannya bagi istrinya? Jelaskan bahwa banyak dari ajaran Tuhan mengenai pernikahan kekal terdapat dalam Ajaran dan Perjanjian 132. Undanglah seorang siswa untuk membacakan Ajaran dan Perjanjian 132:19 dengan lantang. Mintalah kelas untuk menyimak dan mengidentifikasi persyaratan yang harus dipenuhi agar pernikahan dapat kekal. • Apa persyaratan yang harus dipenuhi agar pernikahan dapat kekal? (Siswa hendaknya memahami yang berikut: Pernikahan adalah kekal bagi mereka 71 PELAJARAN 15: PERNIKAHAN KEKAL yang dinikahkan melalui firman Allah, yang pernikahannya dimeteraikan melalui Roh Kudus yang Dijanjikan, dan yang tinggal dalam perjanjian). • Apa artinya “tinggal dalam perjanjian”? (Untuk mematuhi syarat dan ketentuan dari perjanjian pernikahan. Sewaktu seorang pria dan seorang wanita terikat dalam pernikahan kekal, mereka membuat janji-janji khusyuk terhadap satu sama lain dan kepada Allah. Kepada pasangan, mereka berjanji bahwa mereka akan senantiasa mengasihi dan melayani dia dengan kesetiaan penuh. Kepada Allah, mereka dengan khusyuk berjanji untuk mematuhi syarat dan ketentuan dari perjanjian-perjanjian yang dibuat di bait suci). • Apa artinya bahwa pernikahan “dimeteraikan bagi mereka melalui Roh Kudus yang dijanjikan”? (Pertimbangkan menandaskan bahwa Roh Kudus yang Dijanjikan adalah salah satu gelar dari Roh Kudus. Roh Kudus memiliki banyak gelar, termasuk Penghibur atau Pewahyu. Masing-masing dari gelar ini merujuk pada salah satu tanggung jawab khusus atau fungsi-Nya). Untuk membantu siswa memahami gelar Roh Kudus yang Dijanjikan, perlihatkan pernyataan berikut dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Roh Kudus adalah Roh Kudus yang Dijanjikan (Kisah Para Rasul 2:33). Dia mengukuhkan sebagai yang dapat diterima oleh Allah tindakan yang benar, tata cara, dan perjanjian dari manusia. Roh Kudus yang Dijanjikan bersaksi kepada Bapa bahwa tata cara yang menyelamatkan telah dilaksanakan dengan tepat dan bahwa perjanjian yang berhubungan dengannya telah ditaati” (Penuntun bagi Tulisan Suci, “Roh Kudus yang Dijanjikan,” scriptures.lds.org). • Bagaimana pernyataan ini membantu menjelaskan mengapa permuliaan memerlukan lebih dari sekadar dimeteraikan di bait suci? Apa lagi yang harus terjadi? (Kita juga harus menjalani kehidupan yang saleh dan tetap setia pada semua tata cara penyelamatan, termasuk pembaptisan, sakramen, penahbisan imamat, dan tata cara bait suci. Hanya sewaktu kita tetap setia Roh Kudus akan bersaksi kepada Bapa bahwa perjanjian-perjanjian telah dipatuhi). Bantulah siswa memahami dengan lebih baik pernikahan kekal dengan membandingkan dan membedakannya dengan pernikahan sipil dengan menggunakan diagram berikut. Salinlah diagram berikut di papan tulis: Bagilah kelas ke dalam pasangan-pasangan. Mintalah satu siswa dalam setiap pasangan untuk menelaah Ajaran dan Perjanjian 132:15–18 dan siswa lainnya menelaah Ajaran dan Perjanjian 132:19–24. Undanglah siswa untuk mencermati katakata dan frasa yang menjelaskan keadaan-keadaan yang menanti mereka yang menikah secara sipil dan berkat-berkat yang menanti mereka yang menikah untuk kekekalan. Setelah waktu yang memadai, mintalah siswa untuk saling membagikan temuan mereka. Kemudian tanyakan: • Setelah kematian, bagaimana keadaan dari mereka yang menikah secara sipil berbeda dari mereka yang menikah untuk kekekalan? (Sewaktu siswa merespons, 72 PELAJARAN 15: PERNIKAHAN KEKAL Anda dapat menambahkan respons mereka pada diagram di papan tulis. Anda mungkin ingin menandaskan bahwa keadaan-keadaan yang diuraikan dalam ayat 20–24 adalah serupa dengan berkat-berkat yang dijanjikan dalam perjanjian Abraham [lihat Kejadian 17:1–7; 22:17]). Untuk membantu membantu siswa menjawab ini, pertimbangkan membagikan pernyataan berikut oleh Penatua Cree-L Kofford dari Tujuh Puluh: “Wewenang untuk janji-janji dalam pernikahan selestial berasal dari Allah, dan konsekuensi dari kegagalan Anda untuk menghormati janji-janji itu juga berasal dari Allah. Dalam pernikahan sipil, wewenang untuk janji-janji antara mempelai pria dan wanita adalah integritas dua orang. itu muncul tidak lebih daripada itu. Itu tidak dapat. Wewenangnya berasal dari manusia bukan dari Allah” (“Marriage in the Lord’s Way, Part One,” Ensign, Juni 1998, 9). • Apa pemikiran yang Anda miliki sewaktu Anda membandingkan keadaankeadaan yang tertera di papan tulis? • Apa berkat-berkat yang telah Anda amati di rumah mereka yang menikah di bait suci dan berusaha untuk hidup benar dalam perjanjian-perjanjian mereka? Apa yang Anda lihat pasangan ini lakukan untuk menghormati perjanjian-perjanjian mereka? (Sebagai bagian dari pembahasan ini, Anda dapat membagikan pernyataan ini mengenai pernikahan oleh Penatua L. Whitney Clayton dari Tujuh Puluh: “Tidak ada hubungan lain jenis apa pun yang dapat mendatangkan sukacita sedemikan besar, menimbulkan sedemikian banyak kebaikan, atau menghasilkan sedemikian banyak pemurnian pribadi. ” [“Pernikahan: Perhatikan dan Belajarlah” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 83]). Jelaskan kepada kelas bahwa Ajaran dan Perjanjian 132 juga berisikan beberapa petunjuk Tuhan mengenai praktik pernikahan jamak. Tuhan memerintahkan Orang Suci untuk mempraktikkan hukum pernikahan jamak sebagai bagian dari pemulihan akan segala sesuatu (lihat Kisah Para Rasul 3:21; A&P 132:45). Para anggota Gereja mempraktikkan hukum ini sampai tahun 1890, ketika Tuhan mewahyukan kepada Presiden WIlford Woodruff bahwa Dia tidak lagi mengharuskan para anggota Gereja untuk melakukannya. Untuk memperjelas posisi Gereja terhadap pernikahan jamak dewasa ini, undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut dari Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008): “Jika ada anggota kita yang ditemukan mempraktikkan pernikahan jamak, mereka diekskomunikasi, penalti paling serius yang dapat Gereja kenakan. … Lebih dari seabad lalu Allah dengan jelas mengungkapkan kepada Nabi-Nya Wilford Woodruff bahwa praktik pernikahan jamak hendaknya dihentikan yang berarti bahwa itu sekarang menentang hukum Allah. Bahkan di negara-negara di mana hukum sipil atau agama memperkenankan poligami, Gereja mengajarkan bahwa pernikahan haruslah monogami dan tidak menerima dalam keanggotaannya mereka yang mempraktikkan pernikahan jamak” (“What Are People Asking about Us?” Ensign, November 1998, 71–72). Jika siswa memiliki pertanyaan mengenai pernikahan jamak, rujukkan mereka pada Topik Injil, “Plural Marriage in The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints [Pernikahan Jamak di Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir],” lds.org/topics. 73 PELAJARAN 15: PERNIKAHAN KEKAL Ajaran dan Perjanjian 131:1–4 Pentingnya memilih pernikahan kekal Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang Ajaran dan Perjanjian 131:1–4. Mintalah kelas untuk mencari mengapa penting bagi kita untuk menikah menurut cara yang telah Tuhan tetapkan. • Apa berkat-berkat yang menanti mereka yang memilih untuk masuk ke dalam perjanjian pernikahan yang baru dan abadi? (Pastikan siswa memahami asas ini: ketika kita masuk ke dalam perjanjian pernikahan yang baru dan abadi, kita dapat dipermuliakan dalam tingkat tertinggi kerajaan selestial. Jelaskan bahwa dalam konteks ini kata baru berarti bahwa perjanjian ini dipulihkan secara baru dalam dispensasi kita. Kata abadi artinya bahwa perjanjian ini akan bertahan sampai kekekalan dan bahwa itu ditahbiskan dalam dunia roh prafana sebagai bagian dari rencana kebahagiaan. Itu telah menjadi bagian dari Injil Yesus Kristus sejak zaman Adam. Mengenai kata meningkat, Nabi Joseph Smith mengajarkan bahwa mereka yang memperoleh tingkat tertinggi kerajaan selestial “akan terus meningkat dan memiliki anak-anak dalam kemuliaan selestial” [dalam History of the Church, 5:391]). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Russell M. Nelson, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “[Keselamatan] artinya diselamatkan dari kematian jasmani dan rohani. … [Permuliaan] merujuk pada tingkat tertinggi kebahagiaan dan kemuliaan dalam keadaan selestial” (“Keselamatan dan Permuliaan,” Ensign atau Liahona, Mei 2008, 8). “Sementara keselamatan adalah permasalahan pribadi, permuliaan adalah masalah keluarga. Hanya mereka yang dinikahkan di bait suci dan yang pernikahannya dimeteraikan melalui Roh Kudus yang Dijanjikan akan berlanjut sebagai pasangan setelah kematian dan menerima tingkat tertinggi dari kemuliaan selestial, atau permuliaan” (“Pernikahan Selestial,” Ensign atau Liahona, November 2008, 92). • Mengapa pernikahan kekal sedemikian penting? (Sewaktu siswa merespons, dan sebagaimana diarahkan oleh Roh, Anda mungkin ingin menekankan tren menghancurkan di dunia zaman sekarang di mana orang-orang memilih untuk tidak menikah karena mereka menghargai hal-hal seperti karier lebih dari sekadar memenuhi rencana Allah bagi mereka. Dengan menolak pernikahan, mereka kehilangan berkat-berkat yang Allah ingin berikan kepada mereka saat ini dan dalam kekekalan). • Mengapa menurut Anda pernikahan bait suci memberikan kepada pasangan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi kebahagiaan daripada pernikahan sipil atau hidup bersama tanpa pernikahan? Untuk membantu siswa memahami bahwa semua orang Suci pada akhirnya akan menerima berkat-berkat dari sebuah pernikahan kekal sepanjang mereka tidak mengkompromisasikan standar-standar mereka dalam cara apa pun, mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut dari Presiden Howard W. Hunter (1907–1995): 74 PELAJARAN 15: PERNIKAHAN KEKAL “Tidak ada berkat, termasuk pernikahan kekal dan keluarga kekal, akan diingkari bagi individu mana pun yang saleh. Sementara mungkin memerlukan waktu yang agak lama—barangkali bahkan melampaui kehidupan fana ini—bagi beberapa untuk memperoleh berkat ini, itu tidak akan diingkari” (“The Church Is for All People,” Ensign, Juni 1989, 76). • Berapa banyak dari Anda yang mengetahui orang-orang yang berhasrat untuk menikah di bait suci namun tidak memiliki kesempatan ini? Bagaimana janji dalam pernyataan Presiden Hunter ini dapat membantu orang-orang ini? Akhiri dengan mengundang siswa untuk menjawab salah satu atau kedua pertanyaan berikut secara tertulis: • Apa keputusan yang saya buat yang akan menuntun saya ke arah dimeteraikan di bait suci? • Apa bidang-bidang dari kehidupan saya yang memerlukan perubahan atau pertumbuhan sehingga saya akan siap untuk dimeteraikan di bait suci? Undanglah beberapa siswa untuk membagikan apa yang mereka lakukan untuk bersiap bagi pernikahan kekal. Bagikan kesaksian Anda bahwa ketika seorang suami dan istri menepati perjanjian-perjanjian yang mereka buat ketika mereka dimeteraikan di bait suci, mereka akan dipersatukan secara kekal. Bagaikan bagaimana pengetahuan ini telah menjadi berkat bagi kehidupan Anda. Bacaan Siswa • Ajaran dan Perjanjian 131:1–4; 132:1–24. • Russell M. Nelson, “Pernikahan Selestial,” Ensign atau Liahona, November 2008, 92–95. 75 16 Pendahuluan Kuasa Sakral Prokreasi “Allah telah memerintahkan agar kuasa penciptaan yang kudus ini digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Bagi semua anak Allah, menjalankan hukum kesucian memerlukan kita untuk menjadi bajik dalam tindakan-tindakan kita demikian juga pikiran kita. Hubungan intim di antara suami dan istri adalah indah dan sakral, dan itu ditahbiskan oleh Allah untuk prokreasi dan untuk mengungkapkan kasih. Bacaan Latar Belakang • David A. Bednar, “Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 41–44. • Dallin H. Oaks, “Pornografi,” Ensign dan Liahona, Mei 2005, 87–90. • Linda S. Reeves, “Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 15–17. • “Kemurnian Akhlak,” Untuk Kekuatan Remaja (buklet, 2011), 35–37. Saran untuk Pengajaran Mazmur 24:3–4; Matius 5:8; Yakub 2:31–35; Alma 39:3–5, 9; Ajaran dan Perjanjian 42:22–24; 121:45–46 Hukum Tuhan akan kesucian Tulislah kalimat berikut di papan tulis dan tanyakan kepada siswa bagaimana mereka akan melengkapinya: “Dosa yang melanda angkatan ini adalah ____________________.” Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Ezra Taft Benson (1899–1994), dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Dosa yang melanda angkatan ini adalah pelanggaran moral. Ini, Nabi Joseph katakan, akan menjadi sumber dari lebih banyak godaan, lebih banyak hajaran, dan lebih banyak kesulitan bagi para penatua Israel daripada apa pun lainnya” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson [2014], 259). • Bagaimana pernyataan Presiden Benson berlaku bagi masyarakat kita saat ini? Perlihatkan pernyataan berikut dari Untuk Kekuatan Remaja, dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang. Sewaktu mereka mendengarkan, mintalah siswa untuk memikirkan bagaimana mereka akan menerangkan hukum Tuhan akan kesucian dalam satu kalimat. “Standar-standar Tuhan mengenai kemurnian akhlak adalah jelas dan tidak berubah. Jangan melakukan hubungan seksual apa pun sebelum menikah, dan setialah sepenuhnya kepada pasangan Anda setelah menikah. … 76 PELAJARAN 16: KUASA SAKRAL PROKREASI … Sebelum menikah, jangan melakukan ciuman penuh nafsu, berbaring di atas orang lain, atau menyentuh bagian-bagian pribadi serta suci dari tubuh orang lain, dengan atau tanpa pakaian. Jangan melakukan apa pun yang membangkitkan berahi. Jangan membangkitkan emosi-emosi tersebut dalam tubuh Anda sendiri” (Untuk Kekuatan Remaja [buklet, 2011], 35–36). • Bagaimana Anda menerangkan hukum Tuhan akan kesucian dalam satu kalimat? (Sewaktu siswa merespons, tekankan ajaran berikut dari maklumat keluarga: “Allah telah memerintahkan agar kuasa penciptaan yang kudus ini digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri” [“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129]). • Bagaimana peringatan awal yang dijelaskan dalam paragraf kedua dari kutipan tersebut dari Untuk Kekuatan Remaja dapat membantu mencegah seseorang dari melakukan dosa moral yang lebih serius? Salinlah bagan berikut di papan tulis. Bagilah kelas menjadi dua dan mintalah satu kelompok untuk menelaah petikan-petikan di bawah judul “konsekuensi” dan kelompok lainnya untuk menelaah petikan-petikan di bawah judul “berkat.” Imbaulah siswa untuk merujuk pada catatan kaki tulisan suci sewaktu mereka menelaah. Konsekuensi dari melanggar hukum kesucian: Yakub 2:31–35 Alma 39:3–5, 9 A&P 42:22–24 Berkat-berkat dari menjalankan hukum kesucian Mazmur 24:3–4. Matius 5:8 A&P 121:45–46 Setelah waktu yang memadai, bahaslah dengan kelas apa yang mereka pelajari. Ajukan pertanyaan seperti yang berikut: • Bagaimana konsekuensi dari melanggar hukum kesucian mengindikasikan pentingnya mematuhi perintah ini? • Bagaimana Anda telah mengalami berkat-berkat dari mematuhi hukum kesucian? Perlihatkan kebenaran berikut dari maklumat keluarga: “Kami menyatakan cara yang dengannya kehidupan fana diciptakan telah ditetapkan secara ilahi. (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). • Apa arti pernyataan ini bagi Anda? Gunakan pernyataan berikut oleh Penatua Jeffrey R. Holland dan Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul untuk memperdalam pemahaman siswa tentang kebenaran ini. Mintalah seorang siswa untuk membacakan pernyataan tersebut dengan lantang sementara kelas mendengarkan mengapa hukum kesucian penting secara kekal. 77 PELAJARAN 16: KUASA SAKRAL PROKREASI “Tubuh merupakan bagian yang penting dari jiwa. Ajaran Orang-Orang Suci Zaman Akhir yang berbeda dan amat penting ini menggariskan mengapa dosa seksual begitu serius. Kita menyatakan bahwa orang yang menggunakan tubuh pemberian Allah milik orang lain tanpa restu ilahi merundung bahkan jiwa dari individu tersebut, merundung tujuan dan proses inti kehidupan ‘kunci utama’ dari kehidupan, sebagaimana Presiden Boyd K. Packer menyebutnya. dalam mengekploitasi tubuh milik orang lain—yang berarti mengeksploitasi jiwanya—orang mencemarkan Pendamaian Kristus, yang telah menyelamatkan jiwa itu dan yang memungkinkan karunia kehidupan kekal” (Jeffrey R. Holland, “Personal Purity,” Ensign, November 1998, 76). “Pernikahan antara pria dan wanita adalah metode yang diwenangkan yang melaluinya roh-roh prafana memasuki kefanaan. Pemantangan seksual yang sepenuhnya sebelum pernikahan dan kesetiaan total dalam pernikahan melindungi kekudusan dari metode sakral ini. Kuasa prokreasi adalah signifikan secara rohani. Penyalahgunaan dari kuasa ini mengusik tujuan dari rencana Bapa dan dari keberadaan fana kita. Bapa Surgawi kita dan Putra Terkasih-Nya adalah Pencipta dan telah mempercayakan kita masing-masing dengan sebagian dari kuasa penciptaan Mereka. … Bagaimana perasaan kita mengenai dan bagaimana kita menggunakan kuasa ilahi itu akan menentukan secara umum kebahagiaan kita dalam kefanaan dan nasib kita dalam kekekalan.” (David A. Bednar, “Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 42). • Mengapa hukum kesucian memiliki kepentingan kekal? • Bagaimana penggunaan kita akan kuasa prokreasi memengaruhi kebahagiaan kita dalam kefanaan dan dalam kekekalan? Berilah siswa waktu sejenak untuk menuliskan peringatan awal yang dapat mereka ambil untuk membantu mereka mematuhi hukum kesucian? Matius 5:27–28; Roma 8:6; Ajaran dan Perjanjian 63:16 Bahaya pornografi Mintalah siswa untuk membaca ayat-ayat berikut: Matius 5:27–28; Roma 8:6; dan Ajaran dan Perjanjian 63:16. Pertimbangkan meminta siswa untuk mempraktikkan keterampilan penelaahan tulisan suci membuat mata rantai tulisan suci dengan memulai dengan petikan pertama, menuliskan rujuk-silang di sampingnya, dan seterusnya sampai petikan terakhir. • Apa perilaku yang petikan-petikan ini larang? (Satu perilaku yang siswa hendaknya identifikasi adalah penggunaan pornografi). • Apa konsekuensi dari melihat atau membaca pornografi yang tulisan suci ini identifikasi? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dan Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul serta Sister Linda S. Reeves, penasihat kedua dalam presidensi umum Lembaga Pertolongan. Mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang, dan undanglah kelas untuk mencari konsekuensi tambahan dari penggunaan pornografi. 78 PELAJARAN 16: KUASA SAKRAL PROKREASI “Pornografi menghancurkan kemampuan seseorang untuk menikmati hubungan emosional, romantis, dan rohani yang manis dengan seseorang yang berlawanan jenis” (Dallin H. Oaks, “Pornografi,” Ensign atau Liahona, Mei 2005, 89). “Setan telah menjadi ahli dalam menggunakan kekuatan pornografi yang mencandukan untuk membatasi kemampuan individu untuk dipimpin oleh Roh. Serangan pornografi dalam semua bentuknya yang brutal, sadis, dan menghancurkan telah menyebabkan dukacita, penderitaan, sakit hati yang mendalam, dan telah menghancurkan pernikahan” (Richard G. Scott, “Untuk Memperoleh Bimbingan Rohani,” Ensign atau Liahona, November 2009, 8). 2014, 15). “[Anak-anak dan para remaja] perlu mengetahui bahaya pornografi dan bagaimana itu mengendalikan kehidupan, menyebabkan hilangnya Roh, mengganggu perasaan, menipu, merusak hubungan, menghilangkan pengendalian diri, dan menyita hampir seluruh waktu, pikiran, dan tenaga” (Linda S. Reeves, “Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berfokus pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei Imbaulah siswa yang bergumul dengan penggunaan pornografi atau jenis-jenis tindakan amoralitas lainnya untuk menemui uskup atau presiden cabang mereka. Yakinkan mereka bahwa mereka dapat menemukan cara kembali pada kedamaian dan kebahagiaan melalui pertobatan. Bersaksilah tentang kebenaran berikut: Menghindari pornografi akan menuntun pada kebahagiaan yang lebih besar dalam kehidupan ini dan dalam kekekalan. Pertimbangkan mendaftar situs-situs web Gereja berikut di papan tulis untuk membantu siswa yang terlibat dalam penggunaan pornografi. overcomingpornography.org addictionrecovery.lds.org Kejadian 2:21–24 Peranan hubungan intim dalam pernikahan Catatan: Karena sifat peka bagian pelajaran ini, bersandarlah pada ajaran-ajaran kenabian dan hindari mengajar melampaui apa yang terdapat di sini, termasuk membagikan perincian tentang hubungan Anda dengan pasangan Anda. Bersaksilah bahwa hubungan intim fisik adalah sakral, pantas, dan khusus ketika itu terjadi dalam ikatan pernikahan, cara yang Tuhan telah tetapkan. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Kejadian 2:21–24 dengan lantang. • Meskipun tidak secara spesifik disebutkan, apa yang ayat-ayat ini siratkan merupakan tujuan dari hubungan intim fisik di antara suami dan istri? (Untuk menjadi satu dengan pasangan kita). Perlihatkan pernyataan berikut dari Penatua Jeffrey R. Holland: 79 PELAJARAN 16: KUASA SAKRAL PROKREASI “Keintiman manusia dimaksudkan bagi pasangan yang telah menikah karena itu merupakan simbol utama dari kesatuan yang total, suatu ketotalan dan suatu kesatuan yang ditetapkan dan didefinisikan oleh Allah. Sejak taman Eden, pernikahan dimaksudkan untuk berarti penggabungan yang utuh dari seorang pria dan seorang wanita—hati, harapan, hidup, kasih, keluarga, masa depan mereka, segala sesuatunya” (“Personal Purity,” Ensign, November 1998, 76). • Bagaimana pernyataan Penatua Holland membantu Anda memahami dengan lebih baik tujuan-tujuan hubungan intim fisik di antara suami dan istri? (Siswa hendaknya memahami yang berikut: Hubungan intim dalam pernikahan memperkuat ikatan rohani dan emosi di antara suami dan istri). Pertimbangkan membagikan pernyataan berikut sebagai selebaran. Sediakan salinan untuk setiap siswa, dan mintalah siswa untuk menggarisbawahi tujuan-tujuan dari hubungan intim fisik dalam pernikahan. “Penggabungan seksual, suami dan istri (dan hanya suami dan istri), adalah untuk tujuan utama mendatangkan anak-anak ke dalam dunia. Pengalaman seksual tidak pernah dimaksudkan oleh Tuhan untuk menjadi permainan belaka atau hanya untuk memuaskan nafsu dan birahi” (Spencer W. “The Lord’s Plan for Men and Women,” Ensign, Oktober 1975, 4). “Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir memiliki satu standar moralitas seksual yang tidak dapat dibelokkan: hubungan intim hanya tepat antara suami dan istri yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan sebagaimana diarahkan dalam rencana Allah. Hubungan semacam itu bukanlah sekadar suatu keingintahuan untuk dijajaki, suatu nafsu untuk dipuaskan, atau sejenis rekreasi atau hiburan untuk dikejar secara egois. … Alih-alih, dalam kefanaan itu adalah salah satu ekspresi puncak dari kodrat dan potensi ilahi kita serta sebuah cara untuk memperkuat ikatan emosi dan rohani antara suami dan istri. ” (David A. Bednar, “Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 42). Bahaslah apa tujuan-tujuan yang siswa garis bawahi. Undanglah siswa untuk merenungkan apa yang dapat mereka pelajari mengenai hukum kesucian dan kemudian tulislah jawaban terhadap pertanyaan berikut dalam jurnal mereka: • Bagaimana memahami hukum kesucian memperkuat tekad Anda untuk menjalani kehidupan yang bersih secara moral? • Apa alasan Anda menjalankan hukum kesucian? Akhiri dengan membagikan kesaksian Anda mengenai asas-asas yang dibahas di kelas. Bacaan Siswa • Kejadian 2:21–24; Mazmur 24:3–4; Matius 5:8, 27–28; Roma 8:6; Yakub 2:28, 31–35; Alma 39:1–9; Ajaran dan Perjanjian 42:22–24; 63:16; 121:45–46. • David A. Bednar, “Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 41–44. • Linda S. Reeves, “Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 15–17. 80 PELAJARAN 16: KUASA SAKRAL PROKREASI • “Kemurnian Akhlak,” Untuk Kekuatan Remaja (buklet, 2011), 35–37. 81 17 Pendahuluan Perintah untuk Beranak Cucu dan Memenuhi Bumi Perintah untuk beranak cucu dan memenuhi bumi merupakan bagian vital dari rencana kekal Bapa Surgawi dan tetap berlaku di zaman sekarang. Pelajaran ini akan membantu siswa memahami bahwa mereka dapat dibimbing dalam keputusan mereka tentang melahirkan anak-anak ke dalam dunia sewaktu mereka menelaah perkataan dari para nabi yang hidup dan mencari bimbingan Bapa Surgawi melalui doa. Bacaan Latar Belakang • Neil L. Andersen, “Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, November 2011, 28–31. • Russell M. Nelson, “Abortion: An Assault on the Defenseless,” Ensign, Oktober 2008, 32–37. Saran untuk Pengajaran Kejadian 1:27–28; 9:1; 35:11 Perintah untuk melahirkan anak-anak tetap berlaku Tulislah baris-baris berikut dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” di papan tulis sebelum pelajaran: “Perintah pertama yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa berkaitan dengan potensi mereka untuk menjadi orangtua sebagai suami dan istri. Kami menyatakan bahwa perintah Allah bagi anak-anak-Nya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku.” Mulailah kelas dengan menanyakan: • Apa gagasan Anda sewaktu Anda memikirkan dua kalimat ini? Undanglah siswa untuk menyelidiki Kejadian 1:27–28, Kejadian 9:1, dan kejadian 35:11, dengan mencari nama dari individu-individu yang Allah perintahkan untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Anda dapat mengimbau siswa untuk menghubungkan rujukan ini dalam tulisan suci mereka, membuat mata rantai tulisan suci. Pastikan para siswa memahami bahwa perintah ini telah diberikan dalam setiap dispensasi Injil. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Neil L. Andersen dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan undanglah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Suatu privilese istimewa bagi seorang suami dan istri yang dapat melahirkan anak untuk menyediakan tubuh jasmani bagi anak-anak roh Allah. Kita percaya pada keluarga dan kami percaya pada anak-anak. Ketika seorang anak lahir dari suami dan istri, mereka memenuhi bagian dari rencana Bapa Surgawi untuk melahirkan anak-anak ke bumi” (“Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, November 2011, 28). 82 PELAJARAN 17: PERINTAH UNTUK BERANAK CUCU DAN MEMENUHI BUMI Tekankan kalimat terakhir dalam pernyataan ini dengan menyajikan asas berikut: Ketika suami dan istri mendatangkan seorang anak ke dalam dunia, mereka memenuhi bagian dari rencana kebahagiaan Bapa Surgawi. Merujuklah pada kalimat di papan tulis dan tanyakan: • Menurut Anda mengapa Tuhan, melalui para nabi modern-Nya, telah mengulangi perintah untuk “beranak cucu dan memenuhi bumi” di zaman modern kita? (Sebagai contoh, Anda dapat memberitahukan kepada siswa bahwa sejak tahun 1960, tingkat kelahiran dari para ibu yang menikah di Amerika Serikat telah menurun hingga 45 persen). • Apa alasan yang mungkin mengapa terdapat tren bagi pasangan-pasangan yang menikah untuk memiliki lebih sedikit anak? (Jawaban dapat mencakup hal-hal seperti minimnya keuangan, menyelesaikan pendidikan, dan menunggu untuk memulai karier). • Bagaimana pemahaman tentang rencana Allah bagi anak-anak-Nya dapat membantu seorang suami dan istri yang memutuskan kapan akan memiliki anak dan berapa banyak memilikinya? Jelaskan bahwa suami dan istri akan menerima berkat-berkat dari Allah yang akan memungkinkan mereka untuk mematuhi perintah untuk membesarkan anak-anak, bahkan selama keadaan-keadaan sulit. Bagikan pengalaman berikut dari kehidupan Penatua James O. Mason dari Tujuh Puluh sebagaimana dituturkan oleh Penatua Neil L. Andersen: “Penatua Mason memiliki pengalaman lain hanya beberapa minggu setelah pernikahan yang membantunya memprioritaskan tanggung jawab keluarganya. Dia menyatakan: ‘Marie dan saya telah merasionalisasi agar saya dapat lulus sekolah kedokteran diperlukan dia untuk tetap bekerja. Meskipun ini bukanlah yang saya [ingin] lakukan, anak-anak harus dipikirkan nanti. [Sementara membaca majalah Gereja di rumah orangtua saya], saya melihat artikel oleh Penatua Spencer W. Kimball, waktu itu Kuorum Dua Belas, menandaskan tanggung jawab yang berhubungan dengan pernikahan. Menurut Penatua Kimball satu tanggung jawab sakral adalah untuk bertambah banyak dan memenuhi bumi. Rumah orangtua kami adalah dekat Kantor Administrasi Gereja. Saya langsung berjalan ke kantor dan tiga puluh menit setelah membaca artikel dia, saya menemukan diri saya duduk di seberang meja dari Penatua Spencer W. Kimball.’ (Ini tidaklah terlalu mudah sekarang). ‘Saya menjelaskan bahwa saya ingin menjadi dokter. Tidak ada alternatif tetapi untuk menunda menjadi keluarga kami. Penatua Kimball mendengarkan dengan sabar dan kemudian menanggapi dengan suara yang lembut, “Brother Mason, apakah Tuhan menginginkan Anda melanggar salah satu perintah penting-Nya agar Anda dapat menjadi dokter? Dengan bantuan Tuhan, Anda bisa mendapatkan keluarga Anda dan tetap menjadi dokter. Di mana iman Anda?”’ Penatua Mason meneruskan, ‘Anak pertama kami lahir kurang dari setahun kemudian. Marie dan saya bekerja keras, dan Tuhan membukakan tingkap-tingkap langit.’ Keluarga Mason diberkati dengan dua atau lebih anak sebelum dia lulus dari sekolah kedokteran empat tahun kemudian” (“anak-Anak,” 29). • Apa yang mengesankan Anda tentang kisah ini? Tekankan bahwa menikah merupakan bagian penting dari mematuhi perintah untuk melahirkan anak-anak. Bacalah pernyataan berikut dari maklumat keluarga: 83 PELAJARAN 17: PERINTAH UNTUK BERANAK CUCU DAN MEMENUHI BUMI “Anak-anak berhak dilahirkan dalam ikatan perkawinan, dan untuk dibesarkan oleh seorang ayah dan seorang ibu yang menghormati perjanjian pernikahan dengan kesetiaan mutlak.” • Apa keuntungan yang anak-anak miliki ketika mereka dilahirkan “dalam ikatan perkawinan”? • Apa pemikiran dan perasaan yang Anda miliki mengenai membantu Bapa Surgawi memenuhi rencana-Nya dengan mendatangkan anak-anak ke dalam dunia ini? 1 Nefi 15:11; Ajaran dan Perjanjian 29:6 Mencari bimbingan Tuhan Perlihatkan pernyataan berikut dari Penatua Neil L. Andersen, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Kapan memiliki anak dan berapa anak yang akan dimiliki adalah keputusan pribadi yang dilakukan oleh suami dan istri dan Tuhan. Ini adalah keputusan sakral—keputusan yang hendaknya dibuat dengan doa yang sungguh-sungguh dan bertindak dengan iman yang besar” (“Anak-Anak,” 28; cetak miring ditambahkan). • Apa artinya bahwa keputusan ini hendaknya “ditindaki dengan iman besar”? Mintalah siswa untuk menelaah 1 Nefi 15:11 dan Ajaran dan Perjanjian 29:6 untuk mempelajari beberapa asas yang suami serta istri dapat gunakan ketika mereka mencari jawaban terhadap pertanyaan mengenai kapan harus memiliki anak dan berapa banyak anak untuk dimiliki. • Apa asas yang Anda temukan dalam petikan-petikan ini yang dapat membantu suami dan istri memutuskan kapan harus memiliki anak dan berapa banyak anak untuk dimiliki? (Tekankan asas berikut: Sewaktu suami dan istri menjalankan iman dan mencari Tuhan dalam doa, Dia akan membimbing mereka dalam keputusan mereka mengenai melahirkan anak-anak). • Menurut Anda mengapa penting bagi suami dan istri untuk berembuk dengan Tuhan mengenai masalah ini? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: 1993, 75). “Berapa banyak anak yang hendaknya pasangan miliki? Semampu mereka dapat merawatnya! Tentu saja, merawat anak artinya lebih dari sekadar memberi mereka kehidupan. Anak-anak harus dikasihi, dipelihara, diajar, diberi makan, diberi pakaian, diberi tempat tinggal, dan dimulai dengan baik dalam kemampuan mereka untuk menjadi orangtua sendiri yang baik” (“The Great Plan of Happiness,” Ensign, November • Bagaimana ajaran Penatua Oaks membantu pasangan menentukan berapa banyak anak untuk dimiliki? Selama pelajaran, pekalah terhadap siswa yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk menjadi orangtua dalam kehidupan ini. Pernyataan berikut dari Penatua Neil L. Andersen dapatlah bermanfaat: 84 PELAJARAN 17: PERINTAH UNTUK BERANAK CUCU DAN MEMENUHI BUMI “Melahirkan anak-anak … dapat menjadi subjek yang mematahkan hati bagi pasangan saleh yang menikah dan menemukan bahwa mereka tidak dapat memiliki anak yang mereka sungguh antisipasi atau bagi suami dan istri yang merencanakan untuk memiliki anak yang banyak namun diberkati dengan keluarga yang lebih kecil. Kita tidak dapat selalu menjelaskan kesulitan dari kefanaan kita. Terkadang kehidupan tampak sangat tidak adil—khususnya ketika hasrat terbesar kita adalah tepat melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Sebagai hamba Tuhan, saya meyakinkan Anda bahwa janji ini adalah pasti: ‘Para anggota setia yang keadaan mereka tidak memungkinkan mereka untuk menerima berkat-berkat pernikahan kekal dan menjadi orangtua dalam kehidupan ini akan menerima semua berkat yang dijanjikan dalam kekekalan, asalkan mereka menaati perjanjian-perjanjian yang mereka buat dengan Allah’ [Buku Pegangan 2:. Mengelola Gereja (2010), 1.3.3]” (“Anak-Anak,” 30). Mazmur 127:3; Ajaran dan Perjanjian 59:6 Kekudusan kehidupan. Mintalah seorang siswa untuk membaca Mazmur 127:3 dengan lantang. • Apa artinya bahwa “anak-anak adalah milik pusaka daripada Tuhan”? (Anak-anak adalah karunia dari Allah). Bacalah yang berikut dari maklumat keluarga: “Kami menegaskan kekudusan kehidupan dan kepentingannya dalam rencana kekal Allah.” Bersaksilah tentang asas ini: Ketika kita memahami bahwa anak-anak adalah karunia dari Allah, kita memahami dengan lebih baik kekudusan kehidupan mereka. Di banyak bagian dunia, aborsi dianggap dapat diterima, dan berjuta-juta lagi aborsi dilakukan setiap tahun. Untuk membantu siswa memahami kebijakan Gereja terhadap aborsi, bagikan pernyataan berikut dan mintalah siswa untuk mendengarkan keadaan-keadaan ketika aborsi dapat dibenarkan: “Kehidupan manusia adalah karunia sakral dari Allah. Aborsi elektif untuk kenyamanan pribadi atau sosial adalah bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah. … Para nabi zaman akhir telah menyatakan aborsi, merujuk pada maklumat Tuhan, ‘Janganlah engkau … membunuh, tidak juga melakukan apa pun yang seperti itu’ (A&P 59:6). Nasihat mereka mengenai masalah tersebut adalah jelas: Para anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir tidak harus tunduk pada, melakukan, mendorong, membayar, atau mengatur suatu aborsi. Para anggota Gereja yang mendorong aborsi dalam cara apa pun harus tunduk pada disiplin Gereja. Para pemimpin Gereja telah mengatakan bahwa beberapa keadaan pengecualian dapat membenarkan suatu aborsi, misalnya ketika kehamilan itu akibat dari inses atau pemerkosaan, ketika nyawa atau kesehatan si ibu dinilai oleh petugas medis yang berkompeten terancam bahaya, atau ketika janin diketahui oleh petugas medis yang berkompeten mengalami kecacatan serius yang tidak akan memungkinkan si bayi hidup setelah dilahirkan. Namun bahkan keadaan-keadaan semacam ini tidak secara otomatis membenarkan suatu aborsi. Mereka yang menghadapi keadaan semacam itu hendaknya mempertimbangkan aborsi hanya setelah berunding dengan para pemimpin Gereja setempat mereka dan menerima penegasan melalui doa yang sungguh-sungguh” (Gospel Topic [Topik Injil], “Abortion,” lds.org/topics). • Di bawah keadaan pengecualian apa suatu aborsi dapat dibenarkan? • Bahkan ketika keadaan-keadaan itu timbul, apa nasihat yang hendaknya dicari oleh mereka yang mempertimbangkan suatu aborsi? Bagikan pernyataan berikut untuk membantu siswa memahami bahwa adopsi adalah sebuah alternatif yang tidak mementingkan diri untuk melakukan aborsi: 85 PELAJARAN 17: PERINTAH UNTUK BERANAK CUCU DAN MEMENUHI BUMI “Kami … menyatakan dukungan kami terhadap orangtua yang tidak menikah yang memberikan anak-anak mereka untuk diadopsi di rumah-rumah yang mapan dengan seorang ibu dan seorang ayah. Kami juga menyatakan dukungan kami terhadap para ibu dan ayah yang menikah yang mengadopsi anak-anak tersebut. … Memiliki sebuah hubungan yang aman, memelihara, dan konsisten dengan baik ayah maupun ibu adalah penting bagi kesejahteraan sang anak. Ketika memilih adopsi, orangtua yang tidak menikah menganugerahkan kepada anak-anak mereka berkat paling penting ini. Adopsi adalah sebuah keputusan yang tidak mementingkan diri dan penuh kasih yang memberkati sang anak, orangtua yang melahirkan, dan orangtua asuh dalam kehidupan ini dan di sepanjang kekekalan” (pernyataan Presidensi Utama, 4 Oktober 2006, sebagaimana dinyatakan dalam Ensign, Oktober 2008, 37). Sewaktu Anda mengakhiri pelajaran, bagikan kesaksian Anda tentang sukacita anakanak yang telah dilahirkan dalam kehidupan Anda. Imbaulah siswa untuk secara layak bersiap bagi kesempatan sakral melahirkan anak-anak ke dalam dunia. Bacaan Siswa • Kejadian 1:27–28; 9:1; 35:11; Mazmur 127:3; 1 Nefi 15:11; Ajaran dan Perjanjian 29:6; 59:6; Musa 2:27–28. • Neil L. Andersen, “Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, November 2011, 28–31. • Russell M. Nelson, “Abortion: An Assault on the Defenseless,” Ensign, Oktober 2008, 32–37. 86 Memelihara Hubungan Pernikahan Pendahuluan “Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Dengan menyertakan Bapa Surgawi dan Yesus Kristus dalam hubungan 18 mereka dan bersama-sama menjalankan asas-asas Injil Yesus Kristus, suami dan istri dapat memperoleh kebahagiaan akhir yang merupakan tujuan dari rencana Allah. Bacaan Latar Belakang • Russell M. Nelson, “Memelihara Pernikahan,” Ensign atau Liahona, Mei 2006, 36–38. • David A. Bednar, “Marriage Is Essential to His Eternal Plan,” Ensign, Juni 2006, 82–87. • L. Whitney Clayton, “Pernikahan Perhatikan dan Belajarlah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 83–85. Saran untuk Pengajaran Matius 19:3–8; Efesus 5:25, 28–31; Ajaran dan Perjanjian 25:5, 13–15; 42:22 Membangun pernikahan yang berhasil Tampilkan pernyataan berikut oleh Penatua Russell M. Nelson dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan undanglah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: Pernikahan mendatangkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi kebahagiaan daripada hubungan manusia lain mana pun. Namun, beberapa pasangan nikah gagal dalam potensi penuh mereka Mereka membiarkan romansa mereka menjadi usang, tidak menghargai satu sama lain, membiarkan minat-minat lain atau awan pengabaian menutupi pandangan mereka terhadap apa yang sesungguhnya dapat dicapai oleh pernikahan mereka. Pernikahan akan menjadi lebih bahagia jika dipelihara dengan lebih saksama.” (“Memelihara Pernikahan,” Ensign atau Liahona, Mei 2006, 36). • Apa kebiasaan atau sikap yang menurut Anda dapat menyebabkan pernikahan “menjadi usang”? Jelaskan bahwa pasangan-pasangan yang membiarkan pernikahan mereka menjadi usang terkadang memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka melalui perceraian. Beri tahulah siswa bahwa selama pelayanan fana Juruselamat, sejumlah orang Farisi berargumentasi bahwa perceraian dibenarkan bahkan karena alasan-alasan sepele, dan mereka berusaha untuk melibatkan Yesus dalam kontroversi itu dengan meminta opini-Nya mengenai perceraian. Undanglah seorang siswa untuk membaca Matius 19:3–8 dengan lantang, dan undanglah siswa untuk mencari perbandingan antara sikap Juruselamat dan orang Farisi terhadap pernikahan. Jika perlu, jelaskan bahwa surat perceraian adalah dokumen resmi yang seorang pria harus berikan kepada istrinya sebelum membiarkannya pergi. 87 PELAJARAN 18: MEMELIHARA HUBUNGAN PERNIKAHAN • Apa kata-kata di ayat 3 yang mengilustrasikan sikap orang Farisi terhadap pernikahan dan perceraian? (Adalah diperbolehkan untuk “meninggalkan,” atau menceraikan, “dengan alasan apa pun”). • Apa yang Yesus ajarkan di ayat 8 yang menentang pemikiran ini dan menegaskan sifat kudus pernikahan? (Sejak zaman Adam dan Hawa, Allah bermaksud menjadikan pernikahan langgeng secara kekal. Untuk menekankan ajaran ini, pertimbangkan meminta siswa untuk merujuksilangkan ayat 8 dengan Imamat 3:14 dan Musa 4:18). Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua belas Rasul: “Jenis pernikahan yang dibutuhkan untuk permuliaan—kekal dalam kelangsungannya dan seperti allah dalam mutunya—tidak mempertimbangkan perceraian. Dalam bait suci Tuhan, pasangan dinikahkan untuk sepanjang kekekalan. Tetapi beberapa pernikahan tidak bergerak maju menuju pernikahan yang ideal. Karena ‘ketegaran hati [kita]’ [Matius 19:8], Tuhan saat ini tidak memaksakan konsekuensi standar selestial. Dia mengizinkan orang-orang yang bercerai untuk menikah lagi tanpa noda amoralitas seperti digariskan dalam hukum yang lebih tinggi” (“Perceraian,” Ensign atau Liahona, Mei 2007, 70). Untuk membantu siswa memahami apa yang suami dan istri dapat lakukan untuk mencapai jenis pernikahan yang diperlukan untuk permuliaan, mintalah siswa untuk membacakan kalimat pertama dari paragraf enam dalam maklumat keluarga. • Apa tanggung jawab yang suami dan istri miliki bagi satu sama lain? (Sewaktu siswa merespons, tulislah di papan tulis frasa ini dari maklumat keluarga). “Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain”). • Apa artinya bagi Anda bahwa pasangan yang menikah memiliki Suami dan istri “memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain”? Untuk membantu siswa memahami dengan lebih baik tanggung jawab ini, undanglah separuh kelas untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 25:5, 13–15, dan separuh yang lain untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 42:22 serta Efesus 5:25, 28–31. Mintalah mereka untuk mencari asas-asas yang mengajarkan bagaimana memelihara pernikahan dan kemudian menuliskan apa yang mereka temukan di papan tulis. Setelah waktu yang memadai, mintalah siswa untuk memilih salah satu pokok yang tertulis di papan tulis dan menjelaskan apa artinya bagi mereka. Bagikan pernyataan berikut oleh L. Whitney Clayton dari Presidensi Tujuh Puluh dan mintalah kelas untuk mendengarkan wawasan-wawasan khusus dalam kata-kata mengikatkan diri dan meninggalkan: “Pernikahan paling bahagia yang pernah saya lihat memancarkan kepatuhan pada salah satu perintah paling bahagia—agar kita ‘hidup bersama dalam kasih’ [A&P 42:45]. Berbicara kepada para suami, Tuhan memerintahkan, ‘Engkau hendaknya mengasihi istrimu dengan segenap hatimu, dan hendaknya mengikatkan diri kepadanya dan bukan kepada yang lain’(A&P 42:22). Buku pegangan Gereja mengajarkan: ‘Kata mengikatkan diri berarti sepenuhnya membaktikan diri dan setia kepada seseorang. Pasangan yang sudah menikah mengikatkan diri kepada Allah dan satu sama lain dengan saling melayani dan mengasihi serta dengan menaati perjanjian-perjanjian dalam kesetiaan penuh kepada satu sama lain 88 PELAJARAN 18: MEMELIHARA HUBUNGAN PERNIKAHAN dan kepada Allah.’ Baik suami maupun istri “meninggalkan kehidupan lajang mereka dan membentuk pernikahan mereka sebagai prioritas utama [mereka]. … Mereka tidak memperkenankan orang atau kepentingan lain memiliki prioritas yang lebih besar … daripada menaati perjanjian-perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah dan satu sama lain’ [Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja (2010), 1.3.1]. Perhatikan dan belajarlah; pasangan yang berhasil mengasihi satu sama lain dengan pengabdian penuh” (“Pernikahan: Perhatikan dan Belajarlah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 85–85). • Apa saja hal-hal yang suami dan istri mungkin harus “tinggalkan” untuk “mengikatkan diri” dengan satu sama lain? • Bagaimana pasangan yang menikah yang Anda kenal memperlihatkan kasih dan kepedulian bagi pasangan mereka? • Apa yang Anda lakukan sekarang yang akan membantu mempersiapkan Anda untuk secara tidak mementingkan diri mengasihi dan memedulikan calon pasangan Anda? Abraham 5:15–18 Menjadi satu dalam pernikahan Undanglah seorang siswa untuk membaca Abraham 5:15–16 dengan lantang. Mintalah kelas untuk menyimak, dengan mencari apa yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai hubungan antara suami dan istri. • Menurut ayat-ayat ini, apa gol yang hendaknya suami dan istri capai bersama? (Untuk menjadi “satu daging”). Gambarlah diagram berikut di papan tulis: Sediakan bagi setiap siswa salinan dari pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacakan paragraf pertama dengan lantang sementara kelas mencari apa yang diagram itu lambangkan: “Tuhan Yesus Kristus adalah bagian inti dari hubungan pernikahan perjanjian. Mohon cermati bagaimana Juruselamat ditempatkan pada puncak segitiga ini, dengan wanita berada di dasar salah satu sudut dan pria di dasar sudut yang lain. Nah pikirkan apa yang terjadi dalam hubungan antara pria dan wanita itu sewaktu mereka secara individu dan mantap ‘datang kepada Kristus’ dan berusaha untuk ‘disempurnakan di dalam Dia’ (Moroni 10:32). Karena dan melalui Penebus, pria dan wanita datang lebih dekat bersamasama. 89 PELAJARAN 18: MEMELIHARA HUBUNGAN PERNIKAHAN Sewaktu suami dan istri masing-masing mendekat kepada Tuhan (lihat 3 Nefi 27:14), sewaktu mereka belajar untuk melayani dan menghargai satu sama lain, sewaktu mereka berbagi pengalaman hidup dan bertumbuh bersama serta menjadi satu, dan sewaktu mereka diberkati melalui mempersatukan sifat-sifat mereka yang berbeda, mereka mulai menyadari penggenapan yang Bapa Surgawi inginkan bagi anak-anak-Nya. Kebahagiaan tertinggi, yang merupakan tujuan utama dari rencana Bapa, diterima melalui membuat dan menghormati perjanjian-perjanjian pernikahan kekal” (“Marriage Is Essential to His Eternal Plan,” Ensign, Juni 2006, 86). • Menurut Penatua Bednar, apa yang memungkinkan bagi suami dan istri untuk menjadi lebih dekat bersama-sama? (Sewaktu siswa merespons, tekankan asas berikut: Sewaktu suami dan istri berusaha untuk datang kepada Kristus, mereka dapat menjadi satu dalam pernikahan mereka). • Menurut Anda bagaimana datang kepada Kristus membantu suami dan istri bertumbuh lebih dekat? Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang paragraf dari pernyataan Penatua Bednar. Kemudian tanyakan: • Menurut Penatua Bednar, apa yang pasangan harus lakukan untuk menerima “kebahagiaan tertinggi” yang Allah inginkan bagi mereka? • Apa jenis hal-hal yang telah Anda lihat pasangan lakukan untuk mencapai persatuan dan sukacita dalam pernikahan? Baca dan kemudian bersaksilah tentang kebenaran dari pernyataan berikut oleh Presiden Ezra Taft Benson (1899–1994): “Pernikahan itu sendiri harus dianggap sebagai perjanjian yang sakral di hadapan Allah. Pasangan yang menikah memiliki kewajiban tidak saja terhadap satu sama lain, tetapi terhadap Allah. Dia telah menjanjikan berkat-berkat kepada mereka yang menghormati perjanjian tersebut” (Ajaran-Ajaran Presidensi Gereja: Ezra Taft Benson [2014], 216). • Bagaimana pasangan dapat bertindak secara berbeda jika mereka menganggap pernikahan sebagai perjanjian sakral yang dibuat tidak hanya dengan satu sama lain tetapi juga dengan Allah? • Apa yang dapat Anda lakukan sekarang untuk bersiap bagi pernikahan bait suci? Tantanglah siswa untuk menuliskan dalam jurnal pribadi mereka mengenai apa yang akan mereka lakukan sekarang dan apa yang dapat mereka lakukan di masa datang untuk bersiap bagi pernikahan kekal. Bacaan Siswa • Matius 19:3–8; Efesus 5:25, 28–31; Ajaran dan Perjanjian 25:5, 13–15; 42:22; Abraham 5:15–18. • David A. Bednar, “Marriage Is Essential to His Eternal Plan,” Ensign, Juni 2006, 82–87. • L. Whitney Clayton, “Pernikahan Perhatikan dan Belajarlah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 83–85. 90 Membangun Kehidupan dan Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus Pendahuluan Nabi Helaman mengajarkan kepada para putranya bahwa jika mereka mau membangun kehidupan mereka di atas landasan pasti Yesus Kristus, Setan tidak akan memiliki kuasa untuk menghancurkan mereka (lihat Helaman 5:12). Dalam pelajaran ini, siswa akan membahas bagaimana membangun keluarga mereka di 19 atas landasan Yesus Kristus. Sewaktu anggota keluarga memusatkan kehidupan mereka pada ajaran-ajaran Yesus Kristus, mereka dapat memperbaiki dan memperkuat hubungan dan menemukan kebahagiaan yang lebih besar. Bacaan Latar Belakang • Henry B. Eyring, “Teladan Sempurna Kita,” Ensign dan Liahona, November 2009, 70–73. • Richard G. Scott, “Untuk Kedamaian di Rumah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 29–31. Saran untuk Pengajaran Yohanes 15:1–5, 10–11; Helaman 5:12 Membangun kehidupan dan rumah tangga yang berpusat pada Kristus Mulailah kelas dengan menggambar sebuah rumah sederhana atau bangunan lain di papan tulis. Bahaslah yang berikut dengan siswa: • Seberapa berharga sebuah landasan bagi rumah atau bangunan lain? • Mengapa beberapa bahan bangunan menjadikan landasan bangunan lebih kuat daripada yang lain? Ingatkan siswa bahwa semua keluarga mengalami kesulitan pada beberapa tingkatan, dan Setan berupaya untuk menghancurkan semua keluarga. Dari Kitab Mormon kita mempelajari sebuah cara yang pasti untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh Setan pada keluarga kita. Mintalah siswa untuk menelaah Helaman 5:12, dengan mencari apa yang itu ajarkan mengenai landasan. • Menurut Anda apa artinya membangun landasan kita pada Yesus Kristus? • Apa yang sebuah keluarga dapat lakukan untuk membangun landasan pada Yesus Kristus? (Jawaban yang mungkin termasuk yang berikut: menelaah dan menjalankan Injil Yesus Kristus, berupaya untuk mengikuti teladan Yesus Kristus, menaati perintah-perintah Allah, dan mempergunakan kuasa Pendamaian Kristus). • Bagaimana janji-janji dalam Helaman 5:12 dapat berlaku bagi keluarga-keluarga yang berupaya untuk membangun landasan mereka di atas batu karang Yesus Kristus? (Jawaban hendaknya memperlihatkan pemahaman asas berikut ini: Sewaktu keluarga membangun landasan mereka pada Yesus Kristus, Setan tidak akan memiliki kuasa untuk menghancurkan mereka). 91 PELAJARAN 19: MEMBANGUN KEHIDUPAN DAN RUMAH TANGGA YANG BERPUSAT PADA KRISTUS Jelaskan bahwa tak lama setelah kematian-Nya, Juruselamat memberikan sebuah analogi yang dapat membantu keluarga memahami bagaimana membangun landasan pada-Nya. Undanglah beberapa siswa untuk membaca Yohanes 15:1–5, 10–11 dengan lantang. Mintalah kelas untuk menyimak dan memikirkan kiasan Juruselamat dalam petikan-petikan ini dapat berlaku pada keluarga-keluarga yang bergumul untuk membangun landasan mereka pada Yesus Kristus. • Jika Yesus Kristus adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya, apa yang buah lambangkan? (Buah dapat melambangkan pekerjaan dan tindakan baik dari para murid Yesus Kristus). Bantulah siswa mengenali bahwa Juruselamat menggunakan kata “abide [tinggal]” atau “abideth [tinggal]” beberapa kali dalam Yohanes 15:4–10. Jelaskan bahwa kata tinggal dalam konteks ini artinya tetap dan “tinggal—tetapi tinggal selamanya,” mengimplikasikan bahwa kita hendaknya tetap teguh dan secara permanen terikat pada Yesus Kristus dan Gereja-Nya (Jeffrey R. Holland, “Tinggallah di Dalam Aku,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 32). Anda dapat menjelaskan secara singkat kepada siswa bahwa dengan mengenali pengulangan kata merupakan keterampilan penelaahan tulisan suci yang dapat mereka gunakan dalam penelaahan pribadi mereka. Pengulangan sebuah kata dalam tulisan suci sering berarti bahwa si penulis tengah menekankan sebuah gagasan yang penting. • Menurut ayat 5 dan 11, apa berkat-berkat dari tinggal di dalam Kristus? (Jika kita tinggal di dalam Juruselamat, kita dapat menghasilkan banyak buah dan menerima kegenapan sukacita). • Apa berkat-berkat yang menurut Anda akan datang kepada keluarga ketika anggota keluarga berusaha untuk tinggal di dalam Juruselamat? Bacalah pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Terlepas dari keadaan Anda, Anda dapat memusatkan rumah tangga dan kehidupan Anda pada Tuhan Yesus Kristus, karena Dia adalah sumber kedamaian sejati dalam kehidupan ini” (“Untuk Kedamaian di Rumah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 29). • Bagaimana Anda menggambarkan sebuah rumah tangga yang berpusat pada Yesus Kristus? Apa karakteristik yang akan menjadikan sebuah rumah tangga berpusat pada Kristus? Imbaulah siswa untuk merenungkan apa yang dapat mereka lakukan untuk tinggal lebih sepenuhnya dalam Juruselamat, sehingga mengundang lebih banyak pengaruh Juruselamat ke dalam rumah tangga mereka. Imbaulah mereka untuk memikirkan tentang apa perubahan yang mungkin mereka buat dalam hubungan mereka dengan anggota keluarga. Helaman 14:30–31; 3 Nefi 11:29–30 Mengendalikan emosi kita dengan menggunakan hak pilihan kita secara benar Alihkan pada bagian pelajaran berikutnya dengan menandaskan kembali bahwa semua keluarga menghadapi tantangan. Bahkan ketika anggota keluarga berusaha untuk memusatkan kehidupan mereka pada Yesus Kristus, mereka dapat menghadapi 92 PELAJARAN 19: MEMBANGUN KEHIDUPAN DAN RUMAH TANGGA YANG BERPUSAT PADA KRISTUS keadaan-keadaan yang menantang hasrat bajik mereka. Tulislah yang berikut di papan tulis: “Anda membuat saya marah!” “Anda membuat saya kehilangan kesabaran!” Undanglah siswa untuk merenungkan apakah pernyataan ini didasarkan pada kebenaran. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Helaman 14:30–31 dengan lantang. Undanglah kelas untuk memikirkan bagaimana ayat-ayat ini berkaitan dengan pernyataan di papan tulis. • Apa kebenaran penting yang terdapat dalam ayat-ayat ini yang berlaku bagi hubungan kita dengan orang lain? (Tekankan kebenaran berikut: Karena Bapa Surgawi memberikan kepada kita hak pilihan, kita dapat memilih apakah ingin menjadi marah atau tidak. Jelaskan bahwa Penatua Lynn G. Robbins dari Tujuh Puluh mengajarkan, “Menjadi marah adalah sebuah pilihan, keputusan secara sadar; oleh karena itu, kita dapat membuat pilihan untuk tidak menjadi marah. Kita memilih!” [“Agency and Anger,” Ensign, Mei1998, 80]). • Apa masalah yang ditimbulkan dari memercayai bahwa tindakan atau perkataan orang lain dapat “membuat” kita marah? Undanglah siswa untuk membaca 3 Nefi 11:29–30 dalam hati. Tandaskan bahwa ajaran Juruselamat mengenai perselisihan “hendaknya diakhiri” (3 Nefi 11:30). Ingatkan siswa bahwa berbicara kasar dan perilaku tidak saleh lainnya, misalnya perundungan emosi dan fisik, tidak pernah dibenarkan. Undanglah siswa untuk memikirkan hal-hal yang dapat mereka lakukan untuk membantu mereka mengingat untuk tidak memilih menjadi marah. Mintalah mereka untuk berbagi gagasan mereka. Mintalah siswa untuk bertekad menggunakan hak pilihan mereka secara benar dengan memilih untuk tidak menjadi marah, terutama dalam lingkup keluarga. 3 Nefi 12:22–24; Moroni 7:45, 48; Ajaran dan Perjanjian 64:9–11; 88:119, 123–25 Pertobatan dan pengampunan dapat menyembuhkan hubungan yang rusak Di papan tulis, tulislah asas berikut: “Kebahagiaan dalam kehidupan keluarga paling mungkin dicapai bila didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus.” Beri tahulah siswa bahwa frasa ini berasal dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Untuk membantu siswa mengidentifikasi beberapa ajaran Yesus Kristus yang dapat mendatangkan kebahagiaan yang lebih besar pada keluarga, mintalah siswa untuk membaca dalam hati Ajaran dan Perjanjian 88:119, 123–25. Sarankan agar mereka menandai atau menggarisbawahi ajaran-ajaran kunci. Kemudian mintalah siswa untuk membahas bagaimana keluarga dapat diperkuat dengan menjalankan ajaran-ajaran yang terdapat dalam ayat-ayat ini. 93 PELAJARAN 19: MEMBANGUN KEHIDUPAN DAN RUMAH TANGGA YANG BERPUSAT PADA KRISTUS Ingatkan siswa bahwa masalah dan kesulitan sering timbul dalam keluarga ketika ajaran-ajaran Yesus Kristus diabaikan. Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Dieter F. Uchtdorf dari Presidensi Utama, dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Hubungan yang tegang dan putus adalah setua usia umat manusia itu sendiri. … Saya membayangkan bahwa setiap orang di bumi telah terkena dampak dalam berbagai cara dari roh yang menghancurkan dari perselisihan, kebencian, dan dendam. Mungkin bahkan ada saat ketika kita mengenali semangat ini dalam diri kita sendiri” (“Yang Penuh Belas Kasihan Mendapatkan Belas Kasihan,” Ensign atau Liahona, Mei 2012, 70). • Apa ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus yang dapat membantu menyembuhkan hubungan yang tegang dan putus di antara anggota keluarga? Tuliskah rujukan-rujukan tulisan suci berikut di papan tulis. Jelaskan bahwa ayat-ayat ini masing-masing berisikan kebenaran yang diajarkan oleh Juruselamat yang dapat memperkuat hubungan keluarga. 3 Nefi 12:22–24 Moroni 7:45, 48 Ajaran dan Perjanjian 64:9–11 Undanglah siswa untuk membaca petikan-petikan ini, dan kemudian membahas yang berikut: • Apa ajaran dari ayat-ayat ini yang dapat membantu menyembuhkan hubungan keluarga yang telah rusak karena perselisihan, ketidakramahan, atau tindakantindakan lainnya? • Bagaimana Anda telah melihat pengampunan meningkatkan hubungan keluarga? • Mengapa terkadang lebih sulit untuk mengampuni anggota keluarga yang menyinggung perasaan kita daripada orang lain? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Dieter F. Uchtdorf and President Howard W. Hunter (1907–1995), dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Tidak ada dari kita yang tidak berdosa. Kita masing-masing melakukan kesalahan, termasuk Anda dan saya. Kita semua telah terluka. Kita semua telah melukai orang lain. Melalui pengurbanan Juruselamatlah kita dapat memperoleh permuliaan dan kehidupan kekal. Sewaktu kita menerima cara-cara-Nya dan mengatasi kesombongan kita dengan melembutkan hati kita, kita dapat mendatangkan rekonsiliasi dan pengampunan ke dalam keluarga kita dan kehidupan pribadi kita” (Dieter F. Uchtdorf, “One Key to a Happy Family,” Ensign, Oktober 2012, 6). “Apa pun Yesus meletakkan tangan-Nya, itu hidup. Jika Yesus meletakkan tangan-Nya di atas pernikahan, itu hidup. Jika Dia membiarkan meletakkan tangan-Nya di atas keluarga, itu hidup” (Teachings of Presidents of the Church: Howard W. Hunter [2015], 150). 94 PELAJARAN 19: MEMBANGUN KEHIDUPAN DAN RUMAH TANGGA YANG BERPUSAT PADA KRISTUS • Bagaimana mengikuti asas-asas yang dibahas hari ini memperkenankan Juruselamat untuk meletakkan tangan-Nya di atas sebuah keluarga? Undanglah siswa untuk memikirkan bagaimana asas-asas pertobatan dan pengampunan dapat membantu memperbaiki atau memperkuat hubungan keluarga mereka sendiri. Imbaulah mereka untuk bertindak segera untuk menerapkan asas-asas ini dalam hubungan keluarga mereka. Bacaan Siswa • Yohanes 15:1–5, 10–11; Helaman 5:12; 14:30–31; 3 Nefi 11:29–30; 12:22–24; Moroni 7:45, 48; Ajaran dan Perjanjian 64:9–11; 88:119, 123–25. • Henry B. Eyring, “Teladan Sempurna Kita,” Ensign dan Liahona, November 2009, 70–73. • Richard G. Scott, “Untuk Kedamaian di Rumah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 29–31. 95 20 Pendahuluan Melindungi Iman dan Kesaksian Keluarga dan individu memiliki tugas sakral untuk mengembangkan iman kepada Yesus Kristus dan memertahankan kesaksian yang kuat. Juruselamat memperingatkan bahwa di zaman akhir “yang sangat terpilih” dapat tertipu (Joseph Smith—Matius 1:22; diterjemahkan secara bebas). Pelajaran ini berfokus pada memperkuat kesaksian untuk melindungi terhadap kekuatan-kekuatan musuh, yang berusaha untuk menghancurkan iman. Bacaan Latar Belakang • Dieter F. Uchtdorf, “Mari, Bergabunglah Bersama Kami,” Ensign atau Liahona, November 2013, 21–24. • Jeffrey R. Holland, “Tuhan, Aku Percaya,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 93–95. Saran untuk Pengajaran Yohanes14:26–27; Efesus 4:11–14; 1 Nefi 15:23–24; 2 Nefi 31:19–20; Alma 5:45–46; Helaman 3:28–30; Ajaran dan Perjanjian 11:13–14; 21:4–6 Kesaksian yang kuat menyediakan perlindungan dari musuh. Jelaskan bahwa Penatua Joseph B. Wirthlin (1917–2008) dari Kuorum Dua Belas Rasul pernah berbicara tentang serombongan serigala yang berkeliaran di pedesaan di Ukraina beberapa tahun lalu. Satu-satu hal yang menakutkan mereka adalah api. Ketika bepergian jauh dari kota, orang-orang harus membangun api unggun yang besar dan menjaganya tetap menyala sepanjang malam untuk mengusir serigalaserigala itu. Undanglah seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut: “Para pelancong memahami bahwa membangun dan menjaga api unggun tetap menyala bukan hanya masalah kenyamanan atau kenikmatan; itu adalah masalah kelangsungan hidup. … Kita tidak perlu melindungi diri kita sendiri dari rombongan serigala sewaktu kita menapaki jalan kehidupan dewasa ini, tetapi, dalam artian rohani, kita sungguh menghadapi serigala-serigala licik Setan dalam bentuk godaan, kejahatan, dan dosa. Kita hidup di zaman yang berbahaya ketika serigala-serigala yang rakus berkeliaran di pedesaan rohani dalam mencari mereka yang mungkin lemah dalam iman atau rapuh dalam keyakinan mereka. … Kita semua rentan terhadap serangan. Akan tetapi, kita dapat membentengi diri kita sendiri dengan perlindungan yang disediakan melalui kesaksian yang menyala-nyala, seperti api unggun, yang telah dibangun secara memadai dan dipertahankan secara cermat” (“Spiritual Bonfires of Testimony,” Ensign, November 1992, 34). • Mengapa mempertahankan kesaksian yang kuat “masalah kelangsungan hidup” di dunia zaman sekarang? (Setelah beberapa pembahasan, tuliskan yang berikut di papan tulis: Ketika kita membentengi kesaksian kita, kita menjadi kurang rentan terhadap serangan pada iman kita). • Bagaimana memiliki kesaksian yang kuat dapat membantu Anda memperkuat anggota keluarga dan orang lain melawan serangan terhadap iman mereka? 96 PELAJARAN 20: MELINDUNGI IMAN DAN KESAKSIAN Perlihatkan atau tulislah bagan berikut di papan tulis. Jangan menyertakan asas-asas bercetak tebal dalam tanda kurung; asas-asas ini disediakan untuk kepentingan guru. Mintalah siswa untuk membaca ayat-ayat dalam salah satu kolom, dengan menyelidiki asas-asas yang membantu melindungi terhadap kekuatan-kekuatan yang melemahkan iman. Undanglah siswa untuk meringkas apa yang mereka baca dalam sebuah pernyataan yang gamblang tentang ajaran atau asas dan kemudian membagikan pernyataan mereka. 2 Nefi 31:19–20 Efesus 4:11–14 Helaman 3:28–30 A&P 21:4–6 (Ketika kita memertahankan iman yang kuat kepada Yesus Kristus, kita dapat maju di jalan yang lurus dan sesak yang menuntun pada kehidupan kekal). (Ketika kita mengikuti para rasul, nabi Tuhan, serta para pemimpin Gereja, kita dapat dilindungi dari penipuan). Yohanes 14:26–27 A&P 11:13–14 (Melalui Roh Kudus, Tuhan dapat mengirimkan kedamaian dan arahan ketika iman kita diserang). 1 Nefi 15:23–24 Alma 5:45–46 (Berpuasa, berdoa, dan menelaah tulisan suci memperkuat iman dan kesaksian serta memungkinkan kita untuk bertahan terhadap tantangan). • Bagaimana asas-asas ini memperkuat Anda atau seseorang yang Anda kenal terhadap serangan pada iman? • Bagaimana Anda menggunakan informasi ini untuk memperkuat seseorang yang Anda kenal yang berjuang dengan imannya? Ingatkan siswa tentang yang berikut: “Iman adalah karunia Allah yang dianugerahkan sebagai pahala bagi kesalehan pribadi. Itu senantiasa diberikan ketika kesalehan hadir, dan semakin besar ukuran kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah semakin besar jadinya pemberkahan iman ” (Bruce R. McConkie, Mormon Doctrine, edisi ke-2 [1966], 264). Bersaksilah bahwa memiliki iman kepada Yesus Kristus, mengikuti para nabi, mencari Roh, dan menelaah tulisan suci akan melindungi dan memperkuat kesaksian. Ketika kita gagal untuk melakukan hal-hal ini, iman dapat menjadi lemah dan kesaksian hilang. Undanglah seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut oleh Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul untuk mengilustrasikan poin ini: “Salah satu misionaris saya yang baik yang melayani dengan saya ketika saya menjadi presiden misi di Toronto datang untuk menemui saya beberapa tahun kemudian. Saya menanyakan kepadanya, ‘Elder, bagaimana saya dapat membantu Anda?’ ‘Presiden,’ katanya, ‘Saya pikir saya kehilangan kesaksian saya.’ Saya tidak dapat memercayainya. Saya menanyakan kepadanya bagaimana mungkin. 97 PELAJARAN 20: MELINDUNGI IMAN DAN KESAKSIAN ‘Untuk pertama kalinya saya telah membaca beberapa literatur anti-Mormon,’ dia berujar. ‘Saya memiliki beberapa pertanyaan, dan tidak seorang pun akan menjawabnya bagi saya. Saya bingung, dan saya pikir saya kehilangan iman saya.’ Saya menanyakan kepadanya apa saja pertanyaannya, dan dia memberi tahu saya. Itu adalah isu standar anti-Gereja, namun saya menginginkan sedikit waktu untuk mengumpulkan materi agar saya dapat menyediakan jawaban yang bermakna. Jadi kami membuat janji 10 hari kemudian, di mana pada waktu itu saya mengatakan kepadanya saya akan menjawab setiap pertanyaanya. Sewaktu dia akan pergi, saya menghentikannya. ‘Elder, Anda telah mengajukan kepada saya beberapa pertanyaan hari ini,’ kata saya. ‘Sekarang saya memiliki satu pertanyaan untuk Anda.’ ‘Ya, Presiden’ ‘Sudah berapa lama sejak Anda telah membaca Kitab Mormon?’ Saya bertanya. Matanya menatap ke bawah. Dia menatap lantai sejenak. Kemudian dia menatap saya. ‘Sudah lama sekali, Presiden,’ dia mengaku. ‘Baiklah,’ jawab saya. ‘Anda telah memberikan kepada saya tugas saya. Adalah adil bahwa saya memberikan kepada Anda tugas Anda. Saya ingin Anda berjanji kepada saya bahwa Anda akan membaca dalam Kitab Mormon selama setidaknya satu jam setiap hari antara sekarang dan janji kita berikutnya.’ Dia setuju bahwa dia akan melakukan itu. Sepuluh hari kemudian dia kembali ke kantor saya, dan saya sudah siap. Saya mengeluarkan kertas saya untuk mulai menjawab pertanyaan-pertanyaannya, namun dia menghentikan saya. ‘Presiden,’ dia berkata, ‘itu tidaklah akan diperlukan.’ Kemudian dia menjelaskan: ‘Saya tahu bahwa Kitab Mormon adalah benar. Saya tahu Joseph Smith adalah seorang nabi Allah.’ ‘Ah, itu bagus sekali,’ kata saya. ‘Tetapi Anda akan tetap mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda. Saya mengerjakan ini lama, jadi Anda duduk saja di situ dan dengarkan.’ Kemudian saya menjawab semua pertanyaannya dan kemudian bertanya, ‘Elder, apa yang Anda pelajari dari ini?’ Dan dia menjawab, ‘Memberikan kepada Tuhan waktu yang setara.’ Semoga kita mengukirkan gagasan itu dalam benak kita dan membawanya bersama kita sewaktu kita berjalan melalui proses kefanaan. Marilah kita memberikan kepada Tuhan waktu yang setara” (“When Shall These Things Be?” Ensign, Desember 1996, 60). • Apa yang Anda pelajari dari pengalaman yang Penatua Ballard bagikan? • Bagaimana memberikan kepada Tuhan “waktu yang setara” dalam kehidupan pribadi dan keluarga Anda memperkuat Anda dan keluarga Anda terhadap Setan? • Bagaimana mempraktikkan asas-asas ini sekarang mempersiapkan Anda untuk menjadi pasangan dan orangtua yang lebih baik? Akhiri bagian dari pelajaran ini dengan meminta seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Ketika kita secara konsisten berdoa pagi dan malam, menelaah tulisan suci setiap hari, mengadakan malam keluarga setiap minggu, dan menghadiri bait suci secara rutin, kita secara aktif menanggapi undangan-Nya untuk “datanglah kepada-Nya.” Semakin kita mengembangkan kebiasaan ini, semakin bersemangat Setan untuk menyakiti kita namun semakin kecil kemampuannya untuk melakukannya. Melalui penggunaan alatalat ini, kita menjalankan hak pilihan kita untuk menerima karunia penuh kurban Pendamaian-Nya. 98 PELAJARAN 20: MELINDUNGI IMAN DAN KESAKSIAN … Saya bersaksi bahwa sewaktu kita secara aktif datang kepada-Nya, kita dapat bertahan dari setiap godaan, setiap sakit hati, setiap tantangan yang kita hadapi” (“Jadikan Menjalankan Iman Anda Prioritas Utama Anda,” Ensign atau Liahona, November 2014, 94). Tanyakan kepada siswa jika ada di antara mereka yang dapat membagikan sebuah pengalaman yang tidak terlalu pribadi di mana mereka mengatasi tantangan terhadap imannya. Lukas 22:31–32; 3 Nefi 18:32; Ajaran dan Perjanjian 108:7–8 Membentengi iman orang lain Mintalah siswa untuk mengangkat tangan mereka jika mereka mengenal seseorang yang tengah berjuang untuk memertahankan kesaksiannya. Mintalah siswa untuk menelaah dan membandingkan Lukas 22:31–32; 3 Nefi 18:32; dan Ajaran dan Perjanjian 108:7–8 untuk mempelajari tugas yang kita miliki sebagai anggota setia Gereja terutama terhadap anggota keluarga. Setelah waktu yang memadai, undanglah siswa untuk berbagi apa yang mereka pelajari. Siswa hendaknya memahami asas berikut: Ketika kita diinsafkan pada Injil Yesus Kristus, kita memiliki tugas untuk memperkuat iman orang lain. Bagikan pernyataan berikut oleh Presiden Thomas S. Monson: “Saya telah mendapati bahwa dua alasan mendasar sebagian besar menjelaskan kembalinya pada kegiatan dan perubahan sikap, kebiasaan, serta tindakan. Pertama, individu-individu kembali karena seseorang telah memperlihatkan kepada mereka kemungkinan-kemungkinan kekal mereka dan telah membantu mereka memutuskan untuk mencapainya. Yang kurang aktif tidak bisa puas untuk jangka waktu lama dengan mediokritas setelah mereka menyadari keunggulan dalam jangkauan mereka. Kedua, yang lain kembali karena orang-orang terkasih atau ‘sesama warga dengan orang-orang kudus’ [Efesus 2:19] yang telah mengikuti petuah Juruselamat, telah mengasihi sesama mereka seperti diri mereka sendiri, dan telah menolong orang lain untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka untuk terpenuhi dan ambisi mereka untuk terealisasi. Katalisator dalam proses ini adalah—dan seterusnya adalah—asas kasih” (“Tanggung Jawab Kita untuk Menyelamatkan,” Ensign, Oktober 2013, 5). • Menurut Anda mengapa kasih sebuah katalisator penting dalam memperkuat iman orang lain? • Apa yang Anda atau seseorang yang Anda kenal lakukan untuk membantu memperkuat iman seseorang yang tengah bergumul secara rohani? • Apa langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk menjadi lebih efektif dalam membentengi iman orang lain? Akhiri dengan memberikan kesaksian Anda bahwa siswa dapat membantu memulihkan dan memperkuat iman teman-teman dan keluarga mereka sewaktu mereka memperlihatkan kasih dan mengikuti asas-asas yang dibahas dalam pelajaran ini. 99 PELAJARAN 20: MELINDUNGI IMAN DAN KESAKSIAN Bacaan Siswa • Lukas 22:31–32; Yohanes 14:26–27; Efesus 4:11–14; 1 Nefi 15:23–24; 2 Nefi 31:19–20; Alma 5:45–46; Helaman 3:28–30; 3 Nefi 18:32; Ajaran dan Perjanjian 11:13–14; 21:4–6; 108:7–8. • Dieter F. Uchtdorf, “Mari, Bergabunglah Bersama Kami,” Ensign atau Liahona, November 2013, 21–24. • Jeffrey R. Holland, “Tuhan, Aku Percaya,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 93–95. 100 Membesarkan Anak-Anak dalam Kasih dan Kebenaran Pendahuluan “Orangtua memiliki kewajiban kudus untuk membesarkan anakanak mereka dalam kasih dan kebenaran” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Orangtua membantu memenuhi tugas ini sewaktu mereka 21 menyatakan kasih dan kesaksian dalam perkataan dan tindakan serta membangun kebiasaan rutin mengadakan malam keluarga, doa keluarga, dan penelaahan tulisan suci keluarga. Bacaan Latar Belakang • Richard G. Scott, “Jadikan Menjalankan Injil Prioritas Utama Anda,” Ensign atau Liahona, November 2014, 92–95. • Jeffrey R. Holland, “Doa bagi Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 85–87. Saran untuk Pengajaran Lukas 15:11–20; Efesus 6:4 Tanggung jawab orangtua untuk mengasihi dan merawat anak-anak mereka Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Russell M. Nelson dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Sewaktu putri bungsu kami berusia sekitar empat tahun, saya pulang ke rumah dari tugas-tugas rumah sakit agak terlambat suatu malam. Saya menemukan istri terkasih saya sangat lelah. … Karena itu saya menawarkan untuk mengajak putri kami yang berusia empat tahun itu untuk tidur. Saya mulai memberikan perintah: ‘Lepaskan pakaianmu, gantunglah; dan kenakan piyamamu; gosoklah gigimu; berdoalah’ dan seterusnya, memerintah dengan cara seperti seorang sersan yang keras dalam militer. Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya pada satu sisi, menatap saya dengan mata memelas, dan berkata ‘Ayah, apakah Ayah menguasai saya?’ Dia mengajari saya sebuah pelajaran penting. … Tidak, kita tidak menguasai anak-anak kita. Hak istimewa peran kita sebagai orangtua adalah untuk mengasihi mereka, menuntun mereka, dan memberi mereka keleluasaan” (“Listen to Learn,” Ensign, Mei 1991, 22). • Apa asas yang Penatua Nelson ajarkan dengan pengalaman ini? (Orangtua memiliki hak istimewa mengasihi dan memimpin anak-anak mereka). Baca atau perlihatkan yang berikut dari maklumat keluarga, dan mintalah siswa untuk mengidentifikasi kata-kata dan frasa kunci: “Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain dan anak-anak mereka. … Orangtua memiliki kewajiban kudus untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Tanyakan kepada siswa apa kata-kata atau frasa kunci yang menonjol bagi mereka dan mengapa. Jika diperlukan, tanyakan: • Mengapa menurut Anda kata-kata “kudus” dan “sakral” digunakan untuk menjelaskan tanggung jawab dan tugas-tugas orangtua? Beri tahulah siswa bahwa Juruselamat mengajarkan sebuah perumpamaan yang memperlihatkan bagaimana seorang anak yang dibesarkan dengan kasih dapat terus 101 PELAJARAN 21: MEMBESARKAN ANAK-ANAK DALAM KASIH DAN KEBENARAN memercayai hubungan keluarganya. Undanglah siswa untuk membaca dalam hati Lukas 15:11–20, dengan mencari bukti bahwa anak yang hilang mengetahui dia dikasihi oleh ayahnya. Setelah waktu yang memadai, undanglah siswa untuk membagikan apa yang mereka temukan. Untuk membantu siswa memahami sang ayah dalam perumpamaan ini, undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua Robert D. Hales dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Dalam perumpamaan anak yang hilang, kita menemukan pelajaran yang luar biasa bagi keluarga serta terutama orangtua. Setelah si bungsu ‘menyadari keadaannya’ [Lukas 15:17], dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Bagaimana di tahu bahwa ayahnya tidak menolaknya? Karena dia mengenal ayahnya. Melalui kesalahpahaman, konflik, dan kebodohan masa remaja anak lelaki itu yang tak terelakkan, saya dapat menggambarkan ayahnya berada di sana dengan suatu pemahaman dan hati yang penuh belas kasihan, jawaban yang lembut, telinga yang mau mendengarkan, serta pelukan penuh maaf. Saya juga dapat membayangkan putranya mengetahui dia dapat pulang ke rumah karena dia mengetahui jenis rumah yang menunggunya” (“Dengan Segenap Perasaan Lembut Orangtua: Sebuah Pesan Pengharapan bagi Keluarga” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 90). • Apa pernyataan kasih dari sang ayah yang Penatua Hales identifikasi? Apa tindakan orangtua lainnya yang menuntun pada lingkungan rumah yang penuh kasih dan kepedulian? (Pertimbangkan menggunakan Efesus 6:4 untuk menambah pembahasan kelas untuk pertanyaan ini). • Apa teladan yang telah Anda lihat dari orangtua yang memperlihatkan kasih bagi anak-anak mereka? • Apa yang Anda lakukan sekarang untuk bersiap mengasihi dan merawat anakanak Anda sendiri suatu hari nanti? Ajaran dan Perjanjian 68:25–28; 93:36–40 Membesarkan anak-anak dalam kebenaran Perlihatkan kepada siswa gambar seorang anak kecil, mungkin anak Anda sendiri. • Apa ajaran-ajaran penting yang seorang anak perlukan untuk dapat berkembang secara rohani? Mintalah siswa untuk memikirkan pertanyaan ini sewaktu mereka menelaah dan membandingkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Ajaran dan Perjanjian 93:36–40 dan 68:25–28. (Catatan: “Sebuah petikan tulisan suci atau ajaran atau asas sering diperjelas ketika itu dibandingkan” dengan petikan tulisan suci lainnya [Pengajaran dan Pembelajaran Injil (2012), 22]). • Apa asas mengenai tanggung jawab orangtua yang dapat kita pelajari dari ayatayat ini? (Meskipun mereka mungkin menggunakan kata-kata yang berbeda, siswa hendaknya memahami asas berikut: Orangtua mematuhi perintah Tuhan ketika mereka membesarkan anak-anak mereka dalam terang dan kebenaran. Jelaskan bahwa dalam konteks ayat-ayat ini “terang” merujuk pada pengetahuan dan pemahaman rohani tentang asas-asas yang benar). • Mengapa penting bagi orangtua untuk mengajari anak-anak asas-asas dan tata cara-tata cara Injil Yesus Kristus di rumah? 102 PELAJARAN 21: MEMBESARKAN ANAK-ANAK DALAM KASIH DAN KEBENARAN Untuk membantu siswa menjawab pertanyaan ini, bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Tulisan suci berbicara tentang ‘mengambil perisai iman dengan apa,’ firman Tuhan ‘kamu akan sanggup memadamkan segala panah berapi dari yang jahat’ (A&P 27:17). Perisai iman ini paling baik diproduksi dalam industri rumahan [di rumah] Sementara perisai dapat dipoles di kelas-kelas dalam Gereja dan dalam kegiatan-kegiatan, itu dimaksudkan menjadi kerajinan tangan di rumah dan dikenakan setiap individu” (“Jangan Takut,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 79). • Bagaimana Anda telah melihat orangtua secara efektif mengajari anak-anak mereka asas-asas yang benar yang menuntun mereka pada terang dan kebenaran? • Apa konsekuensi yang disebutkan dalam Ajaran dan Perjanjian 68:25 bagi orangtua yang mengetahui Injil Yesus Kristus namun gagal untuk mengajari anak-anak mereka asas-asas Injil? (Bantulah siswa memahami asas berikut: Orangtua yang mengetahui Injil Yesus Kristus akan diminta bertanggung jawab kepada Allah jika mereka gagal mengajari anak-anak mereka asas-asas Injil). Jelaskan bahwa para pemimpin Gereja telah berulang kali mengidentifikasi praktikpraktik yang benar bahwa orangtua hendaknya mengimplementasikan di rumah untuk mengajari anak-anak mereka asas-asas Injil. Distribusikan selebaran yang terdapat di akhir pelajaran kepada setiap siswa, dan bacalah petunjuk pada selebaran itu. Setelah waktu yang memadai dan sebagaimana dibisiki oleh Roh Kudus, ajukan pertanyaan seperti yang berikut: • Bagaimana Anda telah memperoleh manfaat dari tiga praktik keluarga ini? • Mengapa menurut Anda penting untuk mengembangkan kebiasaan berdoa, menelaah tulisan suci, dan mengadakan malam keluarga sebelum Anda menikah dan mulai memiliki anak-anak? Untuk membantu siswa memahami bahwa ada tatanan lain di mana orangtua dapat mengajarkan asas-asas Injil kepada anak-anak mereka, bagikan pernyataan berikut oleh Penatua David A. Bednar dan Penatua Jeffery R. Holland: “Orangtua hendaknya waspada dan tanggap secara rohani terhadap kesempatankesempatan yang muncul secara spontan untuk memberikan kesaksian kepada anakanak mereka. Kesempatan seperti itu tidak perlu diprogram, dijadwal, atau dicatat. Sesungguhnya, semakin bebas dalam membagikan kesaksian seperti itu, semakin besarlahkecenderungan bagi peneguhan dan dampak kekalnya. … Sebagai contoh, percakapan keluarga yang terjadi secara alami di saat makan malam dapat menjadi suasan yang sempurna bagi orangtua untuk menceritakan dan bersaksi tentang berkat-berkat khusus yang diterimanya selama kegiatanrutin di hari itu” (David A. Bednar, “Berjaga-jagalah dengan Tak Putus-Putusnya,” Ensign atau Liahona, Mei 2010, 42). “Jalankan Injil dengan nyata semampu Anda. Tepatilah perjanjian-perjanjian yang anakanak Anda ketahui telah Anda buat. Berikan berkat keimamatan. Dan berikan kesaksian Anda! Jangan menganggap anak-anak Anda ikut-ikutan memeluk kepercayaan Anda. … … Apakah anak-anak tahu kita mengasihi tulisan suci? Apakah mereka melihat kita membacanya dan menandainya dan bergantung padanya dalam kehidupan sehari-hari? Apakah anak- 103 PELAJARAN 21: MEMBESARKAN ANAK-ANAK DALAM KASIH DAN KEBENARAN anak kita pernah secara tak sengaja membuka pintu dan mendapati kita sedang berlutut dalam doa? Pernah mereka mendengar kita tidak saja berdoa dengan mereka tetapi juga berdoa bagi mereka karena kasih sebagai orangtua? Apakah anak-anak kita tahu kita memercayai puasa …? Apakah mereka tahu kita senang berada di bait suci …? Apakah mereka tahu kita mengasihi dan mendukung para pemimpin setempat kita, meski mereka tidak sempurna …? Apakah anak-anak itu tahu bahwa kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan bahwa kita ingin melihat wajah—dan membungkuk di hadapan—Putra Tunggal-Nya? Saya berdoa semoga mereka boleh mengetahui hal ini” (Jeffrey R. Holland, “Doa bagi Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 86–87). • Bagaimana orangtua Anda atau orangtua lainnya yang telah Anda lihat mengambil manfaat dari kesempatan spontan untuk mengajarkan asas-asas Injil? • Mengapa penting bagi orangtua untuk menjalankan Injil secara terang-terangan? • Apa yang Anda lakukan sekarang untuk memperdalam pengetahuan Anda tentang Injil agar Anda akan dapat mengajari anak-anak Anda terang dan kebenaran? Bersaksilah bahwa orangtua dapat “membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran” dengan membimbing mereka kembali kepada Bapa Surgawi mereka melalui mengasihi mereka, mengajari mereka asas-asas Injil, dan memberikan teladan yang baik. Bacaan Siswa • Lukas 15:11–20; Efesus 6:4; 2 Timotius 3:15; 3 Nefi 18:21; Ajaran dan Perjanjian 68:25–28; 93:36–40. • Richard G. Scott, “Jadikan Menjalankan Injil Prioritas Utama Anda,” Ensign atau Liahona, November 2014, 92–95. • Jeffrey R. Holland, “Doa bagi Anak-Anak,” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 85–87. Berkat-Berkat dari Doa Keluarga, Penelaahan Tulisan Suci Keluarga, dan Malam Keluarga Sewaktu Anda membaca ajaran-ajaran berikut dari para pemimpin Gereja, garis bawahi berkat-berkat yang datang dari doa keluarga dan penelaahan tulisan suci harian, dan malam keluarga mingguan. Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan: “Para orangtua, bantulah menjaga anak-anak Anda dengan mempersenjatai mereka pagi dan malam hari dengan kuasa doa keluarga .… Lindungi anak-anak Anda dari pengaruh duniawi yang negatif dengan membentengi mereka dengan berkat-berkat luar biasa yang berasal dari doa keluarga. Doa keluarga hendaknya menjadi prioritas non-negosiasi dalam kehidupan sehari-hari Anda. … Jadikan itu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Jika Anda ingin anak-anak Anda mengenali, memahami, dan menindaki bisikan-bisikan Roh, Anda harus menelaah tulisan suci bersama mereka … Melalui penelaahan tulisan suci setiap hari yang konsisten, Anda akan menemukan kedamaian dalam kekacauan di sekitar Anda dan kekuatan untuk menolak godaan. Anda akan mengembangkan iman yang kuat dalam kasih karunia Allah dan mengetahui bahwa melalui Pendamaian Yesus Kristus segalanya akan dijadikan baik menurut waktu Allah” (“Jadikan Menjalankan Iman Anda Prioritas Utama,” Ensign atau Liahona, November 2014, 93–94). Sister Linda S. Reeves dari presidensi umum Lembaga Pertolongan mengajarkan: “Saya harus bersaksi tentang berkat-berkat dari penelaahan tulisan suci dan doa harian serta malam keluarga mingguan. Ini adalah praktik-praktik penting yang membantu menyingkirkan stres, memberi 104 PELAJARAN 21: MEMBESARKAN ANAK-ANAK DALAM KASIH DAN KEBENARAN arahan bagi hidup kita, dan menambah perlindungan bagi rumah tangga kita” (“Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berfokus pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 16–17). Presiden Thomas S. Monson menyatakan: “Doa keluarga adalah penghalang terbesar bagi dosa, dan karenanya penyedia yang murah hati dari sukacita dan kebahagiaan” (“Hallmarks of a Happy Home,” Ensign, November 1988, 69). Renungkanlah pertanyaan berikut: • Manakah dari berkat-berkat ini yang telah Anda alami dalam keluarga Anda atau yang telah Anda lihat dalam keluarga lainnya? • Apa yang dapat Anda lakukan sekarang untuk lebih sepenuhnya menerima berkat-berkat ini? 105 22 Menciptakan Keluarga yang Berhasil Pendahuluan “Keluarga Maklumat kepada Dunia” menjelaskan asas-asas bahwa orangtua hendaknya mengajari anak-anak mereka. Pelajaran ini akan membahas tanggung jawab orangtua untuk mengajari anakanak tentang “rasa hormat, … kasih sayang, kerja, dan kegiatan rekreasi yang sehat.” Itu juga membahas tugas orangtua untuk mengajari anak-anak “untuk saling mengasihi dan melayani, untuk mematuhi perintah-perintah Allah, dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Mengajarkan asas-asas ini membantu orangtua menciptakan keluarga yang berhasil. Bacaan Latar Belakang • Dallin H. Oaks, “Baik, Lebih Baik, Terbaik,” Ensign atau Liahona, November 2007, 104–108. • Susan W. Tanner, “Apakah Saya Telah Memberitahukannya kepadamu …?” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 73–75 Saran untuk Pengajaran Asas-asas untuk pernikahan yang berhasil Persiapkan siswa bagi pelajaran ini dengan menampilkan pernyataan berikut dari Presiden David O. McKay (1873–1970): “Tidak ada keberhasilan yang dapat menggantikan kegagalan dalam rumah tangga” (dikutip dari J. E. McCulloch, Home: The Savior of Civilization [1924], 42; dalam Conference Report, April 1935, 116). • Mempertimbangkan apa yang telah Anda pelajari dalam kursus ini, apa saja asas yang berkontribusi untuk menciptakan sebuah keluarga yang berhasil? Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, perlihatkan dan bacalah dengan lantang pernyataan berikut dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia”: “Pernikahan dan keluarga yang berhasil ditegakkan dan dipertahankan dengan asas-asas iman, doa, pertobatan, pengampunan, rasa hormat, kasih, kasih sayang, kerja, dan kegiatan rekreasi yang sehat.” Jelaskan kepada siswa bahwa sebagian besar dari asas-asas dalam pernyataan ini telah dibahas dalam pelajaran terdahulu. Untuk memfokuskan pada sifat-sifat yang telah dibahas, tulislah yang berikut di papan tulis: Respek Kasih sayang Kerja Kegiatan rekreasi yang sehat 106 PELAJARAN 22: MENCIPTAKAN KELUARGA YANG BERHASIL Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil dan tugasi salah satu sifat ini kepada setiap kelompok. Mintalah kelompok-kelompok itu untuk membahas pertanyaan berikut: Rasa hormat • Apa saja hal-hal baik yang terjadi dalam keluarga dengan orangtua memperlihatkan rasa hormat bagi anak-anak mereka? Kapan anak-anak memperlihatkan rasa hormat bagi orangtua mereka? Kapan orangtua memperlihatkan rasa hormat bagi satu sama lain? • Apa contoh dari memperlihatkan rasa hormat yang dapat Anda bagikan dari pengalaman keluarga Anda? Kasih sayang • Apa saja cara-cara di mana orangtua dapat mengajari anak-anak untuk merasakan kasih sayang bagi anggota keluarga lainnya? • Apa contoh tentang mengajarkan kasih sayang yang dapat Anda bagikan dari keluarga Anda atau dari keluarga yang Anda kenal? Kerja • Mengapa kerja merupakan bagian dari sebuah keluarga yang berhasil? • Bagaimana orangtua dapat membantu anak-anak mereka untuk menemukan kesenangan dan kepuasan dalam kerja? • Apa contoh tentang mengajari anak-anak bekerja yang dapat Anda bagikan dari keluarga Anda atau dari keluarga yang Anda kenal? Kegiatan rekreasi yang sehat Beri tahukan kepada kelompok ini bahwa ketika keluarga memiliki waktu yang terbatas untuk diluangkan bersama dalam kegiatan keluarga, adalah bijaksana untuk memilih kegiatan yang paling berharga. Mintalah kelompok ini untuk membacakan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul dan bahaslah pertanyaan yang mengikuti: “Sewaktu kita mempertimbangkan pilihan-pilihan lain, kita hendaknya ingat bahwa tidaklah cukup bahwa sesuatu adalah baik. Pilihan-pilihan lain adalah lebih baik, dan masih ada lainnya yang terbaik. … Beberapa di antara pilihan terpenting kita berkaitan dengan kegiatan keluarga. … Dalam memilih bagaimana kita meluangkan waktu sebagai keluarga, kita hendaknya berhati-hati untuk tidak menghabiskan waktu kita pada hal-hal yang sekadar baik, dan menyisakan sedikit waktu untuk apa yang lebih baik atau terbaik. Seorang teman membawa keluarga mudanya dalam serangkaian perjalanan liburan musim panas, termasuk kunjungan ke tempat-tempat bersejarah. Di akhir musim panas dia menanyakan kepada putra remajanya yang mana dari kegiatan musim panas yang baik ini yang paling dinikmatinya. Sang ayah belajar dari jawaban tersebut, dan begitu juga mereka semua yang diceritainya. ‘Hal yang paling saya sukai musim panas ini,’ jawab anak itu, ‘adalah malam ketika Ayah dan saya berbaring di halaman dan memandang bintang serta berbicara.’ Kegiatan keluarga yang istimewa mungkin baik bagi anak-anak tetapi itu tidak selamanya lebih baik daripada waktu pribadi bersama orangtua yang mengasihi” (“Baik, Lebih Baik, Terbaik,” Ensign, November 2007, 104–5). • Bagaimana pengalaman ayah dan putra ini membantu kita memahami nilai tentang “kegiatan rekreasi yang sehat” dalam keluarga? 107 PELAJARAN 22: MENCIPTAKAN KELUARGA YANG BERHASIL • Bagaimana keluarga dapat bekerja bersama untuk menjadikan kegiatan rekreasi lebih bermakna? Setelah waktu yang memadai, mintalah kelompok-kelompok itu untuk membagikan ringkasan dari pembahasan mereka kepada seluruh kelas? Akhiri bagian pelajaran ini dengan memperlihatkan pernyataan berikut oleh Presiden Dieter F. Uchtdorf dari Presidensi Utama dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “karena ‘tidak ada keberhasilan yang dapat menggantikan kegagalan’ [dalam keluarga kita], kita harus menempatkan prioritas tinggi pada keluarga kita. Kita membangun hubungan keluarga yang mendalam dan penuh kasih dengan melakukan hal-hal kecil bersama-sama, seperti santap malam keluarga dan malam keluarga serta sekadar bergembira bersama. Dalam hubungan keluarga kasih sungguh-sungguh dieja w-a-k-tu, waktu. Meluangkan waktu bagi satu sama lain adalah kunci keharmonisan di rumah” (“Tentang Hal-Hal yang Paling Berarti,” Ensign atau Liahona, November 2010, 21–22). • Dapatkah Anda membagikan sebuah pengalaman yang Anda miliki ketika orangtua atau anggota keluarga lainnya meluangkan waktu yang bermakna bersama Anda?. Tanyakan kepada siswa apakah ada di antara mereka yang ingin membagikan pemikiran atau kesaksian mereka mengenai bagaimana sifat apa pun yang tertera di papan tulis dapat memberkati keluarga Ulangan 6:4–7; Ajaran dan Perjanjian 134:5–6; Pasal-Pasal Kepercayaan 1:12 Tugas orangtua untuk mengajar anak-anak Mintalah siswa untuk menyelidiki paragraf keenam dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” dengan mencari hal-hal spesifik bahwa orangtua memiliki tugas sakral untuk mengajar anak-anak mereka. Sewaktu siswa merespons tulislah yang berikut di papan tulis. Untuk saling mengasihi dan melayani Untuk mematuhi perintah-perintah Allah Untuk menjadi warga negara yang taat hukum Tekankan asas berikut: Orangtua diperintahkan untuk mengajari anak-anak mereka untuk saling mengasihi dan melayani, untuk menaati perintah-perintah Allah, dan menjadi warga negara yang taat hukum. Mintalah siswa untuk membaca Ulangan 6. Jelaskan bahwa pasal ini mencatat petunjuk Musa kepada anak-anak Israel mengenai bagaimana menaati perintah. Untuk siswa untuk membaca dalam hati Ulangan 6:4–7 dan mempersamakan pesan itu dengan diri mereka sendiri dengan menggati nama mereka setiap kali tulisan suci berbunyi “mu,” “engkau.” • Bagaimana mengganti nama Anda sendiri memengaruhi pemahaman Anda tentang ayat-ayat ini? • Menurut ayat 7, seberapa sering hendaknya orangtua mengajar anak-anak mereka? 108 PELAJARAN 22: MENCIPTAKAN KELUARGA YANG BERHASIL Tandaskan frasa “untuk saling mengasihi dan melayani” di papan tulis. Bahaslah makna dari frasa ini dengan membacakan pernyataan berikut oleh Presiden James E. Faust (1920–2007) dari Presidensi Utama dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: “Hampir setiap hari mendatangkan kesempatan untuk melakukan tindakan yang tidak mementingkan diri bagi orang lain. Tindakan semacam itu adalah tak terbatas dan dapat sesederhana kata yang ramah, bantuan, atau senyuman yang manis” (“What’s in It for Me?” Ensign atau Liahona, November 2002, 21–22). • Berapa banyak kesempatan yang Anda miliki setiap hari untuk mengasihi dan melayani anggota keluarga Anda? • Apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadikan pelayanan kepada anggota keluarga Anda sebuah prioritas yang lebih tinggi dalam kehidupan Anda? Berilah siswa waktu sejenak untuk merenungkan apa yang dapat mereka lakukan untuk melayani dengan lebih baik anggota keluarga dan memperlihatkan kasih kepada mereka. Tandaskan frasa “mematuhi perintah-perintah Allah” di papan tulis, dan tanyakan: • Mengapa orangtua hendaknya menjadi orang yang terutama bertanggung jawab untuk mengajari anak-anak mereka perintah-perintah Allah? Bagikan pernyataan berikut oleh Sister Susan W. Tanner, mantan presiden umum Remaja Putri. Jelaskan bahwa dalam ceramah ini, Sister Tanner mengingat nasihat yang dia berikan kepada salah seorang putrinya yang baru menikah dan mulai menciptakan rumah tangganya sendiri. “Lihatlah teladan dari rumah tangga kakek-nenekmu. Kedua pasang kakek-nenek kami membesarkan ‘anak-anak [mereka] ke dalam terang dan kebenaran’ (A&P 93:40). [Rumah di mana ayahmu dibesarkan] adalah rumah pengetahuan. Dia berbicara pada saat upacara pemakaman ayahnya, bahwa dia belum pernah mempelajari asas-asas injil di gereja yang belum pernah dipelajarinya di rumahnya sendiri. Gereja adalah pelengkap bagi rumahnya” (“Apakah Saya Telah Memberitahukannya kepadamu …?” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 73). • Bagaimana Anda mempersiapkan diri untuk menciptakan sebuah rumah pembelajaran—seperti rumah yang Sister Tanner gambarkan—bagi keluarga Anda? Apa pemikiran yang Anda miliki jika anak-anak masa depan Anda akan mengatakan ini mengenai rumah di mana mereka dibesarkan? Tandaskan frasa “menjadi warga negara yang taat hukum” di papan tulis. Beri tahulah siswa bahwa Ajaran dan Perjanjian mencatat suatu “maklumat kepercayaan perihal pemerintahan dan hukum-hukum” (judul untuk bagian 134). Bantulah siswa memahami konteks dari bagian ini dengan meminta seorang siswa membacakan judul bagian itu dengan lantang. Kemudian undanglah seorang siswa untuk membaca dengan lantang Ajaran dan Perjanjian 134:5–6 dan yang lain membaca Pasal-Pasal Kepercayaan kedua belas. Mintalah kelas untuk mencari apa yang Tuhan ajarkan tentang hukum-hukum negeri. 109 PELAJARAN 22: MENCIPTAKAN KELUARGA YANG BERHASIL • Apa ajaran tentang pemerintahan dan hukum-hukum yang menonjol bagi Anda? (Untuk petunjuk tambahan, pertimbangkan mengundang siswa untuk membaca dan merujuksilangkan Ajaran dan Perjanjian 58:21 dan 98:4–6). • Menurut Anda mengapa penting bahwa rumah menjadi tempat utama bagi anakanak untuk belajar mematuhi hukum-hukum negeri? Pertimbangkan membagikan pernyataan berikut oleh Penatua Neal A. Maxwell (1926–2004) dari Kuorum Dua Belas Rasul. “Karena pengasuhan menurun, kebutuhan untuk kepolisian meningkat. Akan selalu ada kekurangan polisi jika ada kekurangan orangtua yang efekti! Demikian juga, tidak akan ada cukup penjara jika tidak ada cukup rumah yang baik” (“Take Especial Care of Your Family,” Ensign, Mei 1994, 89). • Menurut Anda bagaimana orangtua dapat mengajari anak-anak untuk menaati hukum-hukum negeri? • Apakah Anda mengenal seseorang yang secara sadar menaati dan memperlihatkan respek terhadap hukum-hukum negeri dan terhadap pejabat pemerintahan? Menurut Anda apa dampak yang perilaku ini miliki pada diri anak-anak orang tersebut? Imbaulah siswa untuk meluangkan waktu di hari-hari ke depan untuk merenungkan asas-asas yang orangtua harus ajarkan untuk menciptakan keluarga yang berhasil. Mintalah mereka untuk membuat rencana tentang bagaimana mereka dapat mengikuti asas-asas ini dalam kehidupan mereka sekarang dan menggabungkannya dalam keluarga masa depan mereka. Bacaan Siswa • Ulangan 6:1–7; Yosua 24:15; Mosia 4:14–15; Ajaran dan Perjanjian 58:21; 98:4–6; 134:5–6; Pasal-Pasal Kepercayaan 1:12. • Dallin H. Oaks, “Baik, Lebih Baik, Terbaik,” Ensign atau Liahona, November 2007, 104–108. 110 Menyediakan bagi Kebutuhan Jasmani Pendahuluan Allah memercayakan individu-individu dengan tanggung jawab menyediakan bagi kebutuhan duniawi mereka sendiri dan kebutuhan dasar keluarga mereka. Orangtua memiliki kewajiban sakral untuk menyediakan bagi anak-anak mereka dengan “kebutuhan hidup” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign 23 atau Liahona, November 2010, 129). Dalam pelajaran ini, siswa akan belajar bagaimana asas kemandirian dapat berkontribusi dalam stabilitas jasmani dan rohani mereka sekarang dan di masa datang. Bacaan Latar Belakang • M. Russell Ballard, “Becoming Self-Reliant—Spiritually and Physically,” Ensign, Maret 2009, 50–55. • Robert D. Hales, “Menjadi Penyedia yang Hemat Secara Jasmani dan Rohani,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 7–10. • Marvin J. Ashton, “One for the Money,” Ensign, September 2007, 37–39. • Situs web Provident Living, providentliving.org Saran untuk Pengajaran Markus 6:1–3; Lukas 2:51–52 Kemandirian Tulislah pertanyaan berikut di papan tulis: “Dalam cara-cara apa Yesus Kristus mempersiapkan Diri-Nya Sendiri bagi pelayanan fana-Nya?” Undanglah siswa untuk membaca Markus 6:1–3 dan Lukas 2:51–52, dengan mencari cara-cara di mana Juruselamat mempersiapkan Diri-Nya Sendiri di tahun-tahun awal-Nya selama pelayanan-Nya kemudian. Sewaktu siswa memberikan jawaban, daftarlah yang berikut di papan tulis: Bekerja bersama ayah-Nya sebagai tukang kayu (secara kejuruan) Meningkat dalam kebijaksanaan (secara pendidikan) Meningkat dalam perawakan (secara jasmani) Meningkat dalam dikasihi oleh Allah (secara rohani) Meningkat dalam dikasihi oleh manusia (secara sosial) • Bagaimana mengikuti teladan Juruselamat dalam lima bidang yang diidentifikasi tersebut dapat membantu Anda mempersiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan Anda sendiri dan mereka dari keluarga masa depan Anda? Bacalah pernyataan berikut oleh Presiden Spencer W. Kimball (1895–1985), dan mintalah siswa untuk mendengarkan apa yang Presiden Kimball identifikasi sebagai tanggung jawab dari setiap Orang Suci Zaman Akhir: 111 PELAJARAN 23: MENYEDIAKAN BAGI KEBUTUHAN JASMANI “Gereja dan para anggotanya diperintahkan oleh Tuhan agar mandiri dan berdikari. (Lihat A&P 78:13–14). Tanggung jawab bagi kesejahteraan sosial, emosi, rohani, jasmani, atau ekonomi setiap orang pertama-tama terletak pada dirinya sendiri, kedua pada keluarganya, dan ketiga pada Gereja jika dia adalah seorang anggota yang setia darinya. Tidak seorang Orang Suci Zaman Akhir pun, sementara mampu secara jasmani atau emosional, akan secara sukarela memindahkan beban kesejahteraan dirinya sendiri atau keluarganya kepada orang lain. Sejauh dia dapat, di bawah ilham Tuhan dan dengan kerjanya sendiri, dia akan menyediakan bagi dirinya sendiri dan keluarganya kebutuhan hidup yang rohani dan jasmani” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Spencer W. Kimball [2006], 141–142). • Apa tanggung jawab yang Presiden Kimball katakan kita masing-masing miliki? • Mengapa penting untuk menjadi “mandiri dan berdikari”? (Para siswa hendaknya mengidentifikasi yang berikut: Sewaktu kita menjadi mandiri, kita dapat menyediakan bagi diri kita sendiri dan keluarga kita dengan kebutuhan hidup rohani dan jasmani). Undanglah siswa untuk membagikan apa arti kemandirian bagi mereka. Kemudian perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua D. Todd Christofferson dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Kemandirian adalah mengambil tanggung jawab bagi kesejahteraan rohani dan jasmani kita sendiri dan bagi mereka yang Bapa Surgawi telah percayakan dalam perawatan kita. Hanya ketika kita mandiri kita dapat sungguh-sungguh meniru Juruselamat dalam melayani serta memberkati orang lain. Adalah penting untuk memahami bahwa kemandirian adalah sarana sampai akhir. Gol tertinggi kita adalah untuk menjadi seperti Juruselamat, dan bahwa gol itu ditingkatkan melalui pelayanan kita yang tidak mementingkan diri kepada orang lain. Kemampuan kita untuk melayani meningkat atau berkurang melalui tingkat kemandirian kita” (“A Gospel Vision of Welfare: Faith in Action,” Basic Principles of Welfare and Self-Reliance [buklet, 2009], 1–2). • Apa tujuan tertinggi dari kemandirian? • Bagaimana kemampuan kita untuk melayani orang lain berkurang jika kita tidak mandiri? Untuk membantu siswa memahami lebih lanjut kemandirian, perlihatkan pernyataan berikut oleh Sister Julie B. Beck, mantan presiden umum Lembaga Pertolongan: Busath.com “Bagaimana kita menjadi mandiri? Kita menjadi mandiri dengan cara mendapatkan pengetahuan yang cukup, pendidikan, dan melek huruf; dengan mengelola uang dan sumber-sumber secara bijak, menjadi kuat secara rohani, mempersiapkan diri untuk keadaan darurat dan ketidakpastian; dan dengan memiliki kesehatan jasmani serta kesejahteraan sosial dan emosi” (“The Welfare Responsibilities of the Relief Society President,” Basic Principles of Welfare and Self-Reliance, 4). Tulislah kata-kata berikut di sepanjang bagian atas papan tulis: pendidikan, keuangan, kekuatan rohani, produksi dan penyimpanan di rumah, kesehatan, dan pekerjaan. Beri tahulah siswa bahwa kemandirian melibatkan enam bidang dari kehidupan yang seimbang (lihat Providing in the Lord’s Way: Summary of a Leader’s Guide to Welfare 112 PELAJARAN 23: MENYEDIAKAN BAGI KEBUTUHAN JASMANI [buklet, 2009], 1–2). Luangkan sejenak bersama kelas untuk membahas apa yang para dewasa lajang muda dapat lakukan untuk menjadi lebih mandiri dalam setiap bidang ini agar mereka akan mampu dengan lebih baik untuk menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani bagi keluarga masa depan mereka dan untuk melayani di Gereja. Tulislah respons siswa di papan tulis. Gagasan dapat mencakup yang berikut: Pendidikan: Mendapatkan gelar atau sertifikasi dari sebuah universitas atau sekolah kejuruan, meningkatkan kebiasaan belajar, belajar keterampilan kerja tambahan, belajar untuk melakukan reparasi dasar di rumah dan kendaraan. Keuangan: Membayar persepuluhan secara penuh dan persembahan puasa, belajar untuk membuat anggaran belanja dan mematuhinya, belajar disiplin diri, menghindari utang yang tidak perlu, membayar lunas utang, menabung sedikit uang dari gaji. Kekuatan Rohani: Berdoa, menelaah tulisan suci, berpuasa dengan suatu tujuan, menghadiri bait suci secara rutin. Produksi dan penyimpanan di rumah: Belajar cara mengawetkan dan menyimpan makanan, berkebun (meski hanya beberapa tanaman). Kesehatan: Menaati Firman Kebijaksanaan, berolahraga secara teratur, makan makanan yang sehat, tidur yang cukup, mendapatkan asuransi kesehatan. Pekerjaan: Mengembangkan keterampilan kerja baru, memupuk etos kerja yang kuat, memperoleh sertifikasi lanjutan. • Apa yang telah Anda lakukan untuk meningkatkan kemandirian Anda dalam salah satu bidang tersebut? Bagaimana upaya ini meningkatkan perasaan Anda akan kemandirian dan harga diri? Bagaimana itu meningkatkan kemampuan Anda untuk menyediakan bagi diri Anda sendiri dan melayani dengan lebih sepenuhnya dalam Gereja? Undanglah siswa untuk membuat gol untuk meningkat dalam salah satu dari enam bidang ini. Maleakhi 3:8–12; Matius 6:19–21; 1 Timotius 6:7–10; 2 Nefi 9:51; Yakub 2:13–14, 18–19; Ajaran dan Perjanjian 104:13–18 Pengelolaan keuangan Ingatkan siswa bahwa jika mereka tidak siap, mereka kelak akan bertanggung jawab untuk menyediakan bagi diri mereka sendiri dan kemungkinan bagi keluarga. Oleh karena itu, mereka harus belajar untuk menjadi bijaksana dengan sumber-sumber jasmani mereka. Tugasi setiap siswa untuk membaca beberapa dari petikan berikut dan mengidentifikasi asas-asas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang bijaksana: Maleakhi 3:8–12 (menaati hukum persepuluhan dan persembahan) Matius 6:19–21 (menghindari menaruh hati kita pada harta benda duniawi) 1 Timotius 6:7–10 (senang dengan apa yang kita miliki—“cinta uang adalah akar dari segala kejahatan”) 2 Nefi 9:51 (jangan membelanjakan uang untuk apa yang tidak berharga) Yakub 2:13–14, 18–19 (carilah kekayaan untuk tujuan-tujuan yang bajik) 113 PELAJARAN 23: MENYEDIAKAN BAGI KEBUTUHAN JASMANI Ajaran dan Perjanjian 104:13–18 (gunakan kelimpahan kita untuk membantu yang miskin dan yang membutuhkan) Setelah waktu yang memadai, undanglah beberapa siswa untuk berbagi temuan mereka dengan kelas. Pastikan siswa memahami asas berikut: Dengan menerapkan asas-asas keuangan, individu dan keluarga dapat meningkatkan stabilitas keuangan mereka sendiri dan siap untuk membantu orang lain. (Anda dapat menandaskan bahwa dalam tulisan suci Tuhan sering menarik hubungan antara memperoleh kekayaan dengan kewajiban untuk membantu yang miskin dan yang membutuhkan. Untuk contoh, lihat Yakub 2:18–19 dan A&P 104:18). • Apa berkat-berkat yang telah Anda alami dari menerapkan asas-asas keuangan yang bijaksana dalam kehidupan Anda? Ajaran dan Perjanjian 104:78. Hindari utang yang tidak perlu. Baca Ajaran dan Perjanjian 104:78. Kemudian perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Joseph B. Wirthlin (1917–2008) dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Ingatlah ini: utang adalah bentuk perbudakan. Utang adalah rayap keuangan. Ketika kita membeli secara kredit, itu hanya memberi kita ilusi kemakmuran. Kita berpikir kita memiliki barang namun kenyataannya adalah, barang itu memiliki kita. Beberapa utang—misalnya utang untuk rumah sederhana, biaya untuk pendidikan, barangkali utang untuk mobil pertama yang dibutuhkan—mungkin penting. Tetapi kita tidak seharusnya terjerat dalam perbudakan keuangan sampai pada utang konsumen tanpa memikirkan dengan cermat biayanya” (“Utang Duniawi, Utang Surgawi,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 40–41). • Mengapa utang merupakan bentuk perbudakan? (Sewaktu siswa merespons, bantulah mereka memahami asas berikut: Menghindari utang yang tidak perlu membantu individu dan keluarga terbebas dari perbudakan keuangan). Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008) mengajarkan, “kemandirian tidak dapat [hadir] ketika terdapat utang serius yang menghinggapi keluarga. Seseorang harus memiliki kemerdekaan maupun kebebasan dari perbudakan ketika dia bertanggung jawab terhadap orang lain” (“To the Boys and to the Men,” Ensign, November 1998, 53). Undanglah seorang siswa untuk membacakan kesaksian berikut dari Presiden Thomas S. Monson dengan lantang: “Hindarilah filsafat dan dalih bahwa kemewahan masa lalu telah menjadi kebutuhan hari ini. Hal itu belum menjadi kebutuhan kecuali kita sendiri menganggapnya begitu. Dewasa ini banyak pasangan muda kita ingin memulai kehidupan dengan memiliki beberapa mobil dan model rumah seperti yang dimiliki Ayah dan Ibu mereka dengan kerja keras seumur hidup. Akibatnya, mereka terjerat dalam utang jangka panjang yang didasarkan pada dua sumber penghasilan. Barangkali terlambat menyadari bahwa perubahan memang terjadi, wanita memiliki anak-anak, penyakit berdampak pada keluarga, pekerjaan hilang, bencana alam dan situasi-situasi lain terjadi, serta pembayaran hipotek, yang didasarkan pada penghasilan dari dua gaji, tidak dapat dilakukan lagi. Amatlah penting bagi kita untuk hidup sebatas penghasilan kita” (“Kebenaran yang Tetap untuk Zaman yang Berubah,” Ensign atau Liahona, Mei 2005, 20). 114 PELAJARAN 23: MENYEDIAKAN BAGI KEBUTUHAN JASMANI • Apa konsekuensi yang mungkin bagi individu dan keluarga yang gagal untuk mengenali perbedaan antara keinginan dan kebutuhan? • Apa saja cara-cara untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan? Imbaulah siswa untuk memikirkan tentang pertanyaan berikut dan menuliskan jawaban mereka dalam jurnal mereka: • Dalam bidang-bidang kehidupan apa Anda dapat menjadi lebih mandiri? • Bagaimana Anda dapat mengelola dengan lebih baik sumber-sumber jasmani Anda? Bacaan Siswa • Maleakhi 3:8–12; Matius 6:19–21; Markus 6:1–3; Lukas 2:51–52; 1 Timotius 6:7–10; 2 Nefi 9:51; Yakub 2:17–19; Ajaran dan Perjanjian 56:17; 75:28; 104:13–18, 78. • Robert D. Hales, “Menjadi Penyedia yang Hemat Secara Jasmani dan Rohani,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 8 • Marvin J. Ashton, “One for the Money,” Ensign, September 2007, 37–39. 115 24 Pendahuluan Anggota Gereja Dewasa Lajang Injil Yesus Kristus menekankan ajaran bahwa berkat-berkat kekal diperoleh melalui pernikahan dan hubungan keluarga. Namun banyak anggota Gereja menemukan diri mereka sendiri dalam keadaan di mana mereka saat ini tidak memiliki kesempatan untuk pernikahan dan keluarga. Pelajaran ini menekankan bahwa para anggota Gereja yang lajang membuat kontribusi signifikan dalam kerajaan Tuhan. Sementara berkat-berkat pernikahan dan keluarga kadang tertunda, berkat-berkat itu tidak pernah disangkal bagi mereka yang dengan benar menaati perjanjian-perjanjian mereka dengan Tuhan. Bacaan Latar Belakang • Gordon B. Hinckley, “A Conversation with Single Adults,” Ensign, Maret 1997, 58–63. • Spencer J. Condie, “Memohon Janji-Janji yang Sangat Besar serta Berharga,” Ensign atau Liahona, November 2007, 16–18. Saran untuk Pengajaran 1 Korintus 12:12–20, 25–27 Para anggota lajang dalam Gereja yang berorientasi pada keluarga Undanglah siswa untuk membagikan beberapa tantangan yang para anggota lajang Gereja mungkin alami ketika berperan serta di lingkungan atau cabang di mana banyak anggota telah menikah dan memiliki anak-anak. (Anggota Gereja lajang dapat merasa kecil hati, terisolasi, dan meninggalkan kelas yang mengajarkan tentang pernikahan dan keluarga). • Menurut Anda bagaimana anggota Gereja lainnya dapat membantu dewasa lajang merasa disertakan dan dihargai dalam pertemuan dan kegiatan Gereja? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Howard W. Hunter (1907–1995), dan mintalah seorang siswa membacanya dengan lantang: “Gereja adalah untuk semua anggota. … Kita semua, lajang maupun telah menikah, memiliki identitas dan kebutuhan individu, di antaranya adalah hasrat untuk dilihat sebagai anak individu yang berharga dari Allah. … Ini adalah Gereja Yesus Kristus, bukan gereja mereka yang telah menikah atau lajang atau kelompok atau individu lain mana pun” (“The Church Is for All People,” Ensign, Juni 1989, 76). Jelaskan bahwa Rasul Paulus membandingkan Gereja dengan tubuh manusia dan anggota Gereja secara individu dengan bagian-bagian tubuh. Undanglah beberapa siswa untuk bergiliran membacakan 1 Korintus 12:12–20 dengan lantang, sementara sisa kelas mencari bagaimana Paulus membandingkan bagian-bagian dari tubuh jasmani dengan anggota Gereja. • Apa tantangan yang akan kita hadapi jika salah satu atau lebih bagian dari tubuh kita hilang? 116 PELAJARAN 24: ANGGOTA GEREJA DEWASA LAJANG • Apa asas yang analogi Paulus ajarkan kepada kita mengenai Gereja dan para anggotanya? (Siswa mungkin mengidentifikasi beberapa asas penting. Pastikan asas berikut ditekankan: Setiap anggota Gereja memiliki nilai dan dapat membuat kontribusi penting bagi Gereja) • Apa kontribusi yang telah Anda lihat para anggota lajang di lingkungan atau cabang Anda buat bagi Gereja? Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang 1 Korintus 12:25–27. Undanglah kelas untuk mencari apa yang para anggota Gereja dapat lakukan untuk menjadi dipersatukan. • Apa yang semua anggota Gereja, yang telah menikah maupun lajang, dapat lakukan untuk saling membantu merasa bersatu dengan anggota lainnya di lingkungan atau cabang? Perlihatkan dan bacakan pernyataan berikut oleh Penatua Robert D. Hales dari Kuorum Dua Belas Rasul. “Kita semua menjadi bagian dari sebuah masyarakat Orang-Orang Suci, kita semua saling membutuhkan, dan kita semua bekerja ke arah gol yang sama. Siapa pun dari kita dapat memisahkan diri kita sendiri dari keluarga [lingkungan atau cabang kita] dalam hal perbedaan sehari-hari. Namun kita seharusnya tidak menutup diri kita atau memisahkan diri kita sendiri dari kesempatan-kesempatan karena perbedaan yang miliki dalam diri kita sendiri. Melainkan, marilah kita membagikan karunia dan bakat kita kepada orang lain, yang mendatangkan kegemilangan harapan dan sukacita bagi mereka, dan dalam melakukannya mengangkat roh kita” (“Belonging to a Ward Family,” Ensign, Maret 1996, 16). • Bagaimana upaya Anda untuk menerima pemanggilan dan berperan serta di lingkungan atau cabang Anda membantu Anda merasa lebih bersatu dengan anggota lainnya? Ibrani 11:1, 6, 8–13, 16 Menantikan berkat-berkat yang dijanjikan Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Mereka yang lajang hendaknya menghasratkan pernikahan bait suci serta mengerahkan upaya prioritas untuk memperolehnya. Remaja dan lajang muda hendaknya menghindari konsep yang secara politis benar tetapi secara kekekalan salah yang mendiskreditkan pentingnya pernikahan dan memiliki anak-anak” (Hasrat,” Ensign atau Liahona, Mei 2011, 45). • Menurut Anda mengapa sejumlah anggota lajang mungkin merasa kecil hati ketika mereka merenungkan ajaran bahwa “pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah dan bahwa keluarga merupakan yang inti bagi rencana Sang Pencipta untuk takdir kekal anak-anak-Nya”? (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Jelaskan bahwa meskipun pernikahan dan keluarga adalah ideal, banyak anggota Gereja dewasa lajang tidak yakin apakah mereka akan pernah menikah. Mereka yang bercerai atau menjanda mungkin mempertanyakan apakah mereka akan menikah lagi atau tidak. 117 PELAJARAN 24: ANGGOTA GEREJA DEWASA LAJANG Bacalah dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua D. Todd Christofferson dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah siswa untuk mencari apa yang Juruselamat telah lakukan untuk memungkinkan berkat-berkat kekal bagi mereka yang tidak memiliki berkat-berkat pernikahan dan keluarga. “Memaklumkan kebenaran fundamental berkaitan dengan pernikahan dan keluarga bukanlah berarti mengabaikan atau mengurangi pengurbanan dan keberhasilan dari mereka yang baginya yang ideal bukanlah realita saat ini. Sebagian dari Anda disangkali berkat pernikahan untuk alasan-alasan termasuk kurangnya calon yang memungkinkan, ketertarikan sesama jenis, masalah jasmani atau mental, atau sekadar rasa takut akan kegagalan yang, setidaknya untuk saat ini, mengalahkan iman. Atau mungkin Anda pernah menikah, tetapi pernikahan itu berakhir, dan Anda ditinggalkan untuk mengelola sendirian apa yang berdua saja cukup sulit untuk dukung bersama. Sebagian dari Anda yang menikah tidak dapat melahirkan anak terlepas dari hasrat yang berlimpah dan doa-doa yang memohon. … Dengan keyakinan kita bersaksi bahwa Pendamaian Yesus Kristus telah mengantisipasi, dan pada akhirnya, akan mengopensasi semua kerugian dan kehilangan bagi mereka yang berpaling kepadaNya. Tidak seorang pun ditakdirkan sebelumnya untuk menerima kurang dari semua yang Bapa miliki bagi anak-anak-Nya” (“Mengapa Pernikahan, Mengapa Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 52). • Apa ajaran yang Penatua Christofferson ajarkan mengenai siapa yang akan menerima berkat-berkat terbesar? Tuliskan ajaran berikut di papan tulis: Pendamaian Yesus Kristus memungkinkan bagi kita masing-masing untuk pada akhirnya menerima semua berkat yang Bapa kita di Surga janjikan). • Apa yang seseorang harus lakukan untuk memperoleh pengharapan yang digambarkan dalam ajaran ini? Perlihatkan kepastian berikut yang diberikan oleh Presiden Spencer W. Kimball (1895–1985), dan mintalah seorang siswa membacakannya dengan lantang: “Kami menjanjikan kepada Anda bahwa berkenaan dengan keadaan kekal, tidak ada jiwa yang akan kehilangan berkat-berkat melimpah dan besar serta kekal untuk apa pun yang merupakan akibat dari keadaan orang itu, bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya, dan bahwa setiap orang yang saleh akhirnya akan menerima semua yang orang itu berhak dapatkan dan yang dia tidak akan kehilangan melalui kesalahannya sendiri” (“The Importance of Celestial Marriage,” Ensign, Oktober 1979, 5). Bersaksilah bahwa sementara berkat-berkat Allah terkadang tertunda, itu tidak pernah diingkari dalam kekekalan kepada mereka yang berusaha untuk hidup dengan saleh. Mintalah siswa untuk memikirkan contoh-contoh dari Abraham dan Sara, yang menerima berkat-berkat dari Allah perihal keluarga mereka yang ditunda atau tidak dipenuhi selama kehidupan fana mereka (lihat Kejadian 13:14–17; 15:4–7; 17:1–8, 15–16). Ingatkan siswa bahwa, seperti Abraham dan Sara, iman kita akan terkadang diuji melalui janji-janji yang ditunda atau tidak dipenuhi dalam kefanaan. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Ibrani 11:1, 6 dengan lantang, sementara kelas mencari definisi tentang iman. • Apa yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai arti iman? (Ingatkan siswa untuk melihat pada ayat 1, catatan kaki b, yang menyatakan bahwa dasar dapat juga berarti keyakinan, basis, atau landasan. Ingatlah untuk membantu siswa mengembangkan 118 PELAJARAN 24: ANGGOTA GEREJA DEWASA LAJANG keterampilan penelaahan tulisan suci dengan merujukkan pada alat penelaahan selama kelas). • apa arti frasa “bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”? (Iman adalah suatu keyakinan atau kesaksian tentang realitas yang tidak terlihat. Kepastian ini akan segala sesuatu diharapkan dan segala sesuatu yang tidak terlihat datang hanya ketika kita menindaki dan mematuhi asas-asas Injil—terutama ketika itu sulit untuk dilakukan. Iman adalah tindakan kepatuhan yang menghasilkan karunia rohani kesaksian. Itu adalah meyakini dan memercayai Tuhan secara memadai untuk mematuhi-Nya tanpa terlebih dahulu melihat hasil akhirnya). Undanglah sejumlah siswa untuk bergiliran membaca dari Ibrani 11:8–13, 16 dengan lantang, sementara sisa kelas mencari bagaimana Abraham dan Sara menjalankan iman selama keadaan sulit. Sarankan kepada kelas agar mereka menggarisbawahi kata-kata dan frasa yang memperlihatkan bagaimana Abraham dan Sara menjalankan iman. • Ayat 13 berbunyi bahwa meskipun Abraham, Sara, dan banyak yang lain meninggal tanpa “memperoleh apa yang dijanjikan,” mereka melihat janji itu “dari jauh” dan memiliki iman terhadap kemampuan Allah untuk menggenapi janji-janji ini. Bagaimana contoh tentang Orang-Orang Suci zaman dahulu ini dapat membantu Orang-Orang Suci zaman modern yang imannya ditantang karena mereka tidak menerima berkat-berkat yang dijanjikan dalam kefanaan? (Kita semua harus belajar perlunya untuk menjalankan iman dan mematuhi perintahperintah Tuhan bahkan ketika berkat-berkat yang kita harapkan tidak tampak datang ketika kita menghasratkannya). • Menurut Anda apa artinya bahwa Orang-Orang Suci zaman dahulu ini hidup sebagai “orang asing dan pendatang di bumi”? (mereka tahu bahwa kehidupan fana adalah sementara dan bahwa dunia ini bukanlah rumah permanen). Perlihatkan dan bacakan pernyataan berikut oleh Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Beberapa berkat datang segera, beberapa datang terlambat, dan beberapa tidak datang sampai surga; tetapi bagi mereka yang memeluk Injil Yesus Kristus, berkatberkat itu datang. Mengenai itu saya pribadi menegaskan” (“An High Priest of Good Things to Come,” Ensign, November 1999, 38). • Bagaimana mengetahui bahwa tidak ada berkat akan disangkali bagi yang setia membantu para anggota Gereja yang merasa sedih dan kecil hati karena mereka tidak menikah atau tidak memiliki anak? • Dapatkah Anda memikirkan suatu waktu ketika Anda merasa kecil hati tetapi memilih untuk bertindak dalam iman dan maju terus dalam kehidupan Anda? Jika waktu mengizinkan, bagikan nasihat berikut dari Penatua Penatua Dallin H. Oaks: “Jika Anda hanya menyia-nyiakan waktu menunggu suatu prospek pernikahan, berhentilah menunggu. Anda mungkin tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk suatu pernikahan yang cocok dalam kehidupan ini, jadi berhentilah menunggu dan mulailah bergerak. Persiapan diri Anda sendiri bagi kehidupan—bahkan kehidupan lajang—melalui pendidikan, pengalaman, dan perencanaan. Jangan menunggu kebahagiaan yang akan dipercayakan ke atas Anda. Carilah itu dalam pelayanan dan pembelajaran. 119 PELAJARAN 24: ANGGOTA GEREJA DEWASA LAJANG Berkarierlah dalam kehidupan Anda. Dan percayalah kepada Tuhan” (“Dating versus Hanging Out,” Ensign, Juni 2006, 14). Imbaulah siswa untuk memikirkan apa yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan iman kepada Yesus Kristus dan memercayai dalam kemampuan-Nya untuk mewujudkan penggenapan berkat-berkat yang dijanjikan. Bacaan Siswa • 1 Korintus 12:12–20, 25–27; Ibrani 11:1, 6, 8–13, 16. • Gordon B. Hinckley, “A Conversation with Single Adults,” Ensign, Maret 1997, 58–63. • Spencer J. Condie, “Memohon Janji-Janji yang Sangat Besar serta Berharga,” Ensign or Liahona, November 2007, 16–18. 120 Menjalankan Iman dalam Keadaan Sulit Keluarga Pendahuluan “Keluarga Maklumat kepada Dunia” menyatakan bahwa “cacat, kematian, atau keadaan [keluarga] lainnya mungkin mengharuskan penyesuaian peran. Kerabat lain hendaknya memberikan dukungan bila dibutuhkan” (Ensign atau Liahona, November 2010, 129). 25 Ketika keadaan-keadaan sulit timbul, Injil Yesus Kristus menyediakan perspektif dan kekuatan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan. Bacaan Latar Belakang • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign, April 2012, 40–47. • “Strengthening the Family: Adapting to Circumstances,” Ensign, Desember 2005, 34–35. Saran untuk Pengajaran 1 Nefi 16:34–39; 17:1–4 Beradaptasi dengan keadaan keluarga yang menantang Mulailah kelas dengan menjelaskan bahwa para pemimpin Gereja secara umum mengajarkan kepada kita bagaimana mencapai dan memertahankan yang ideal—termasuk pernikahan dan keluarga yang ideal. Dalam beberapa kasus, meskipun demikian, keadaan hidup mencegah kita dari mencapai cita-cita tersebut. Mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Melalui Injil yang dipulihkan kita belajar ada sebuah keluarga ideal. Itu keluarga yang terdiri dari seorang pemegang Imamat Melkisedek yang saleh dengan istri yang saleh dimeteraikan kepadanya serta anak-anak yang dilahirkan dalam perjanjian atau dimeteraikan kepada mereka. Dengan seorang ibu di rumah dalam lingkup kasih dan pelayanan, orangtua mengajari anak-anak mereka, melalui teladan dan ajaran, caracara Tuhan dan kebenaran-Nya. Mereka memenuhi peranan mereka yang telah ditetapkan secara ilahi yang disebutkan dalam maklumat keluarga. Anak-anak mereka matang melalui menjalankan ajaranajaran yang ditanamkan sejak lahir. Mereka mengembangkan karakteristik kepatuhan, integritas, kasih bagi Allah, serta iman pada rencana kudus-Nya” (“First Things First,” Ensign, Mei 2001, 7). • Apa beberapa peristiwa atau keadaan yang dapat mencegah kita, setidaknya untuk suatu waktu, dari mencapai situasi keluarga yang ideal? (Jawaban dapat mencakup yang berikut: kematian disabilitas, perceraian, ketidakmampuan untuk memiliki anak-anak, kehilangan pekerjaan, dan orangtua yang memiliki banyak pekerjaan). • Undanglah siswa untuk menyelidiki paragraf ketujuh dari maklumat keluarga, dengan mencari apa yang Bapa Surgawi harapkan dari kita untuk lakukan jika situasi keluarga kita tidak ideal: “Cacat, kematian, atau keadaan lainnya mungkin mengharuskan penyesuaian peran. Kerabat lainnya hendaknya memberikan dukungan bila dibutuhkan” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). 121 PELAJARAN 25: MENJALANKAN IMAN DALAM KEADAAN SULIT KELUARGA Kemudian bacalah pernyataan berikut dan mintalah siswa mencari jenis-jenis penyesuaian yang keluarga mungkin perlu buat ketika tantangan timbul: “Dalam dunia yang ideal semua orang dewasa akan menikah dengan bahagia, semua pernikahan akan diberkati dengan anak-anak, dan semua anggota keluarga akan sehat, patuh, dan saling mendukung. Namun kehidupan jarang ideal. Setiap individu mengalami kemalangan, dan tidak ada perjalanan fana keluarga secara konsisten bebas masalah. … Penyakit, disabilitas, kematian, perceraian, dan faktor-faktor pengganggu lain dapat menciptakan tantangan. Dalam situasi semacam itu, ‘adaptasi individu’ terhadap peranan dapatlah diperlukan. Seorang ayah mungkin perlu mengambil tanggung jawab kerumahtanggaan dan pengasuhan, atau seorang ibu yang telah menjadi ibu rumah tangga penuh waktu mungkin perlu memasuki dunia kerja. Bahkan anak-anak mungkin perlu menerima tanggung jawab baru. Ketika peristiwa-peristiwa yang meresahkan terjadi, kerabat dekat mungkin juga perlu membantu. Dukungan mungkin beragam dari menyediakan bantuan keuangan sampai menyumbangkan waktu untuk mengasuh anak-anak, membantu pekerjaan rumah, atau merawat anggota keluarga yang sakit atau cacat. Tingkat keterlibatan keluarga dekat bergantung pada situasi dan kebutuhan keluarga” (“Strengthening the Family: Adapting to Circumstances,” Ensign, Desember 2005, 34–35). • Apa beberapa penyesuaian yang keluarga-keluarga atau individu-individu mungkin perlu buat ketika tantangan muncul? • Apa saja hal-hal yang telah Anda lihat keluarga atau individu lakukan untuk beradaptasi dan tetap kuat ketika menghadapi keadaan yang sulit atau mengganggu. • Kapankah Anda telah melihat anggota keluarga dekat menawarkan pertolongan dan bantuan ketika dibutuhkan? Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua Merrill J. Bateman dari Tujuh Puluh: Mintalah kelas untuk mendengarkan apa yang Penatua Bateman katakan dapat membantu keluarga yang menghadapi keadaankeadaan sulit. “Pencobaan dan kesengsaraan memiliki banyak bentuk: kematian orang terkasih, pernikahan yang berbeda daripada yang diharapkan, tidak ada pernikahan, perceraian, anak yang lahir cacat, tidak memiliki anak, kehilangan pekerjaan, orangtua melakukan kesalahan, putra atau putri yang tidak patuh, masalah kesehatan yang buruk. Daftarnya masih panjang. Mengapa Allah mengizinkan dalam rencana-Nya terdapat kekecewaan, rasa sakit, penderitaan, dan kematian? … Suatu pemahaman tentang rencana keselamatan, tentang kehidupan prafana, kehidupan bumi, dan kehidupan setelah kematian menyediakan perspektif” (“Living a Christ-Centered Life,” Ensign, Januari 1999, 13). • Bagaimana pemahaman tentang rencana Allah mempersiapkan keluarga untuk menghadapi tantangan? (Tuliskan asas-asas berikut di papan tulis: Memahami rencana Tuhan memperkenankan keluarga untuk menghadapi tantangantantangan duniawi dengan iman yang meningkat dan perspektif kekal). • Bagaimana perspektif Injil memberi kita keberanian yang lebih besar untuk membuat penyesuaian atau bahkan mengemban tanggung jawab baru dalam keluarga kita bila diperlukan? 122 PELAJARAN 25: MENJALANKAN IMAN DALAM KEADAAN SULIT KELUARGA Tanyakan kepada siswa apakah mereka dapat memikirkan tentang keluarga mana pun dalam tulisan suci yang menghadapi tantangan dan menerima bantuan ilahi untuk mengatasi atau bertahan dalam tantangan-tantangan tersebut. Ingatkan siswa tentang keluarga Lehi dan Ismael, yang melakukan perjalanan melalui padang belantara yang tandus setelah mereka meninggalkan Yerusalem. Undanglah siswa untuk memikirkan tentang beberapa tantangan yang keluarga ini mungkin telah hadapi dalam perjalanan mereka menuju tanah yang dijanjikan dan kemudian membagikan pemikiran mereka kepada kelas. Undanglah beberapa siswa untuk bergiliran membaca dari 1 Nefi 16:34–39 dan 17:1–4 dengan lantang. Mintalah kelas untuk mendengarkan contoh tentang betapa berbeda anggota keluarga Lehi dan Ismael menanggapi tantangan yang mereka hadapi. • Menurut Anda mengapa beberapa anggota keluarga Lehi dan Ismael mampu bertekun dengan iman dan memercayai Allah, sementara yang lain menggerutu karena kesulitan mereka? • Dalam cara-cara apa Anda telah melihat pengetahuan dan kesaksian tentang Injil memberkati keluarga yang mengalami tantangan? Sebagaimana didoron oleh Roh dan menurut kebutuhan siswa Anda, Anda dapat membagikan pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul. “Seumur hidup Anda di dunia, berusahalah dengan tekun untuk memenuhi tujuan dasar dari kehidupan ini melalui keluarga ideal. Sementara Anda mungkin belum mencapai tujuan itu, lakukan semampu Anda melalui kepatuhan dan iman kepada Tuhan untuk terus-menerus berusaha mencapainya jika mungkin. Janganlah ada sesuatu pun yang menghalangi Anda dari tujuan itu. … Jangan pernah melakukan sesuatu yang membuat Anda tidak layak untuk mendapatkannya. Jika visi pernikahan kekal Anda telah padam, hidupkanlah kembali. Jika impian Anda meminta Anda bersabar, bersabarlah” (“First Things First,” 7). Amsal 3:5–6; Matius 11:28–30; Mosiah 24:8–16; Ajaran dan Perjanjian 121:7–8 Sewaktu kita datang kepada Kristus, Dia akan memperkuat kita Ingatkan siswa tentang kisah Kitab Mormon di mana Alma dan rakyatnya melarikan diri dari tentara Raja Nuh dan mendirikan kota yang saleh. Setelah hidup dalam keadaan penuh damai selama sesaat, Alma dan rakyatnya ditemukan oleh tentara orang Laman, yang menempatkan mereka dalam perbudakan. Sewaktu Alma dan dan rakyatnya menjalankan iman dan kesabaran, Tuhan meringankan beban mereka dan pada akhirnya membebaskan mereka dari perbudakan. Undanglah beberapa siswa untuk bergiliran membaca Mosia 24:8–16 dengan lantang. Mintalah kelas untuk membayangkan bagaimana kesulitan-kesulitan yang diidentifikasi dalam ayat-ayat ini dapat memengaruhi keluarga Alma dan rakyatnya. (Cermati bahwa dengan memvisualisasikan adalah keterampilan penelaahan tulisan suci yang dapat menjadikan kisah tulisan suci lebih nyata dan hidup untuk pembaca). Juga mintalah kelas untuk mencari apa yang Alma dan rakyatnya lakukan untuk mengatasi kesulitan mereka. • Setelah memvisualisasikan peristiwa-peristiwa dari ayat-ayat ini, menurut Anda bagaimana keluarga-keluarga terpengaruh oleh keadaan mereka? 123 PELAJARAN 25: MENJALANKAN IMAN DALAM KEADAAN SULIT KELUARGA • Apa yang rakyat Alma lakukan untuk memperoleh bantuan Tuhan? (Meskipun siswa mungkin mengidentifikasi asas-asas penting, tekankan yang berikut: Ketika kita menjalankan iman dan kesabaran dalam kesengsaraan kita dan berseru kepada Allah, Dia dapat memperkuat kita untuk menanggung beban kita dengan lebih mudah). • Menurut Anda bagaimana Tuhan memperkuat mereka agar “mereka dapat menanggung beban mereka dengan ringan”? Mintalah seorang siswa untuk membaca dengan lantang pernyataan berikut, di mana Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul berbicara tentang rakyat Alma: “Apa yang diubah dalam episode ini? Bukan beban yang diubah; tantangan dan kesulitan dari penganiayaan itu tidaklah serta-merta disingkirkan dari orang-orang. Namun Alma dan pengikutnya dikuatkan, dan kemampuan serta kekuatan mereka yang bertambah membuat beban mereka terasa lebih ringan. Orang-orang yang baik ini diberi kuasa melalui Pendamaian untuk bertindak sebagai agen danmemengaruhi keadaan mereka. Dan ‘dalam kekuatan Tuhan’ Alma dan orang-orangnya kemudian dipimpin dengan selamat ke negeri Zarahemla” (“Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Liahona, April 2012, 16). • Mengapa penting untuk mengenali bahwa Tuhan tidak selalu mengalihkan beban individu dan keluarga, menyingkirkan tantangan kita, atau memungkinkan kita untuk mengalami keadaan yang ideal? • Dalam cara-cara apa pengetahuan kita tentang Yesus Kristus dan Pendamaian-Nya memberdayakan kita untuk bertindak dengan iman ketika kita dihadapkan pada keadaan sulit keluarga? Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Steven E. Snow dari Tujuh Puluh, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Harapan kita kepada Pendamaian menguatkan kita dengan perspektif kekal. Perspektif semacam itu memperkenankan untuk menatap melampaui yang di sini dan sekarang menuju janji kekekalan” (“Harapan,” Ensign atau Liahona, Mei 2011, 54). Tulislah rujukan tulisan suci berikut di papan tulis: Undanglah siswa untuk menelaah petikan-petikan ini dan mengidentifikasi janji-janji yang dibuat kepada mereka yang dengan setia bertahan dalam kesengsaraan: Amsal 3:5–6 Matius 11:28–30 Ajaran dan Perjanjian 121:7–8 • Bagaimana mengingat janji-janji ini dapat membantu keluarga-keluarga yang sedang menghadapi tantangan? Sewaktu Anda mengakhiri, undanglah siswa untuk memikirkan tentang suatu saat ketika, terlepas dari kesulitan, keluarga mereka merasa diperkuat melalui iman kepada Allah atau diberkati karena pengetahuan mereka tentang Injil Yesus Kristus. Undanglah siswa siapa saja yang merasa terkesan untuk melakukannya untuk 124 PELAJARAN 25: MENJALANKAN IMAN DALAM KEADAAN SULIT KELUARGA membagikan pengalaman yang pantas kepada kelas. Imbaulah siswa untuk menuliskan kesaksian mereka tentang bagaimana Allah dapat memberkati dan memperkuat keluarga-keluarga dalam jurnal pribadi. Bacaan Siswa • Alma 3:5–6; Matius 11:28–30; 1 Nefi 16:34–39; 17:1–4; Mosia 24:8–16; Ajaran dan Perjanjian 121:7–8. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,”Ensign, April 2012, 12–19. • “Strengthening the Family: Adapting to Circumstances,” Ensign, Desember 2005, 34–35. 125 26 Pendahuluan Bertanggung Jawab di Hadapan Allah Para nabi dan rasul telah memperingatkan bahwa “orang yang melanggar perjanjian kemurnian akhlak, yang menganiaya pasangan atau keturunan, atau yang gagal memenuhi tanggung jawab keluarga, pada suatu hari akan bertanggung jawab di hadapan Allah” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Pelajaran ini menggali bagaimana pelanggaran serius ini terhadap hukum-hukum Allah akan mendatangkan konsekuensi dalam kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya. Itu juga menekankan bahwa Pendamaian Yesus Kristus menyediakan pengharapan dan penyembuhan bagi orang yang bertobat. Bacaan Latar Belakang • Jeffrey R. Holland, “Bahasa Para Malaikat,” Ensign dan Liahona, Mei 2007, 16–18. • Richard G. Scott, “Menyembuhkan Akibat-Akibat yang Menghancurkan dari Perundungan,” Ensign atau Liahona, Mei 2008, 40–43. Saran untuk Pengajaran Matius 8:1–6; Ajaran dan Perjanjian 42:22–25; 93:39–44 Pelanggaran terhadap perjanjian kesucian, perundungan, dan kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab keluarga Ingatkan siswa bahwa dalam pelajaran-pelajaran terdahulu yang telah mereka pelajari mengenai hubungan keluarga, termasuk yang berikut: (1) suami dan istri hendaknya saling mengasihi dan merawat, (2) anak-anak hendaknya dibesarkan dalam kasih dan kebenaran, dan (3) orangtua hendaknya menyediakan kebutuhan bagi keluarga mereka. • Apa yang terjadi dalam sebuah keluarga jika pasangan dan orangtua mengabaikan tanggung jawab ini? Untuk membantu siswa menemukan apa yang para nabi modern telah katakan mengenai pentingnya memenuhi tanggung jawab keluarga, mintalah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang paragraf 8 dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia.” Tekankan asas-asas berikut: “Orang yang melanggar perjanjian kemurnian akhlak, yang menganiaya pasangan atau keturunan, atau yang gagal memenuhi tanggung jawab keluarga, pada suatu hari akan bertanggung jawab di hadapan Allah.” • Apa artinya bahwa individu-individu yang melakukan pelanggaran ini akan bertanggung jawab di hadapan Allah? (Pada Hari Penghakiman kita akan berdiri di hadapan Allah dan bertanggung jawab kepada-Nya bagi dosa-dosa yang tidak kita pertobatan; lihat Wahyu 20:11–15; 2 Nefi 9:15–16). Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dennis B. Neuenschwander dari Tujuh Puluh: 126 PELAJARAN 26: BERTANGGUNG JAWAB DI HADAPAN ALLAH “Pertanggungjawaban kita kepada Allah, sebagai Bapa dan Pencipta kita, adalah salah satu pelajaran Injil paling mendasar” (“The Path of Growth,” Ensign, Desember 1999, 15). • Bagaimana asas-asas pertanggungjawaban kepada Allah atas tindakan-tindakan kita membantu kita bertumbuh secara rohani? Tulislah kata-kata berikut di papan tulis sebagai judul untuk tiga kolom: Melanggar Perjanjian Kesucian Merundung Pasangan atau Anak Gagal Memenuhi Tanggung Jawab Keluarga Bagilah kelas menjadi tiga kelompok. Undanglah sepertiga dari kelas untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 42:22–25, dan sepertiga lainnya membaca Ajaran dan Perjanjian 93:39–44, dan sepertiga terakhir membaca Ajaran dan Perjanjian 93:39–44. Mintalah siswa untuk mencocokkan petikan tulisan suci dengan judul yang benar di papan tulis. Mintalah kelas untuk mencari kata-kata atau frasa yang mengajarkan tentang sifat serius dari pelanggaran ini. Setelah waktu yang memadai, undanglah siswa untuk membagikan apa yang mereka pelajari. (Mintalah siswa merespons, tulislah rujukan tulisan suci di bawah judul yang tepat). • Apa kata-kata atau frasa yang dalam petikan ini ajarkan mengenai sifat serius pelanggaran ini? Pertimbangkan menunjuk pada setiap judul di papan tulis dan mengajukan pertanyaan berikut dalam kaitannya dengan setiap pelanggaran. Sewaktu siswa merespons, tulislah jawaban mereka di bawah setiap judul. • Apa beberapa sikap atau perilaku yang, jika tidak dikontrol, dapat menuntun seseorang untuk melakukan pelanggaran ini? (Sebagai contoh, jawaban untuk pelanggaran merundung pasangan atau anak dapat mencakup ketidaksabaran terhadap orang lain, kecenderungan untuk mengkritik orang lain, dan memercayai stereotipikal yang tidak benar mengenai pria atau wanita). • Apa nasihat yang akan Anda berikan kepada seseorang yang memperlihatkan sikap atau perilaku ini? • Bagaimana seorang anggota Gereja mengatasi sikap atau perilaku ini? (Sewaktu siswa membagikan jawaban, bantulah mereka memahami bahwa sewaktu kita mempraktikkan asas-asas Injil seperti pertobatan, pelayanan, empati, kesabaran, dan pengampunan, kita dapat memperoleh kuasa Pendamaian yang memampukan). 2 Korintus 5:17–21 Pengharapan bagi pertobatan, pengampunan, dan perubahan Bersaksilah bahwa Injil Yesus Kristus menyediakan sarana bagi individu-individu dan keluarga-keluarga untuk berhasil serta menikmati kehidupan yang berlimpah. Tetapi, kita semua membuat pilihan yang buruk, dan beberapa di antaranya dapat memiliki dampak yang menjangkau jauh terhadap diri kita atau terhadap orang lain. Untungnya ada pengharapan. 127 PELAJARAN 26: BERTANGGUNG JAWAB DI HADAPAN ALLAH Jelaskan bahwa beberapa anggota Gereja dijadikan korban oleh orang lain—misalnya sebagai pasangan yang tidak setia atau pasangan atau orangtua yang merundung—dan korban-korban mempertanyakan apa yang dapat mereka lakukan terhadap keadaan mereka. Mintalah seorang siswa untuk membacakan pernyataan berikut oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Jika Anda telah diperundung, Setan akan berusaha untuk meyakinkan Anda bahwa tidak ada solusinya. Namun dia tahu dengan pasti bahwa ada solusinya. Setan mengenali bahwa penyembuhan datang melalui kasih Bapa Surgawi yang besar bagi setiap anak-Nya. Dia juga memahami bahwa kuasa penyembuhan melekat dalam Pendamaian Yesus Kristus. Oleh karena itu, strateginya adalah melakukan sebaik mungkin untuk memisahkan Anda dari Bapa Anda dan Putra-Nya. Jangan membiarkan Setan meyakinkan Anda bahwa Anda tidak dapat ditolong” (“MenyembuhkanAkibat-Akibat yang Menghancurkan dari Perundungan,” Ensign atau Liahona, Mei 2008, 41). • Mengapa Setan berusaha untuk meyakinkan mereka yang telah dirundung untuk memercayai bahwa tidak ada solusi terhadap masalah mereka? • Apa saja yang dapat menjadi akibatnya ketika orang memercayai tidak ada harapan atau solusi bagi masalah mereka? Bagikan kesaksian dan nasihat berikut dari Penatua Richard G. Scott. “Saya bersaksi bahwa saya mengetahui para korban dari perundungan serius yang telah dengan berhasil melakukan perjalanan sulit untuk penyembuhan sepenuhnya melalui Pendamaian. Setelah masalah-masalahnya diatasi dengan imannya dalam kuasa penyembuhan Pendamaian, salah seorang remaja putri yang telah secara kasar diperundung oleh ayahnya meminta wawancara lainnya dengan saya. Dia kembali dengan pasutri yang lebih tua. Saya dapat merasakan bahwa dia sangat mengasihi keduanya. Wajahnya memancarkan kebahagiaan. Dia memulai, ‘Penatua Scott,ini ayah saya. Saya mengasihinya. Dia prihatin dengan beberapa hal yang terjadi selama masa kanak-kanak saya. Saya tidak memiliki lagi masalah dengan itu. Dapatkah Anda menolongnya?’ Sungguh peneguhan yang kuat akan kemampuan Juruselamat untuk menyembuhkan! Dia tidak lagi menderita dari akibat-akibat perundungan karena dia memiliki cukup pemahaman tentang Pendamaian-Nya, iman yang memadai, serta patuh pada hukum-hukum-Nya. Sewaktu Anda dengan saksama mempelajari Pendamaian dan menjalankan iman Anda bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa untuk menyembuhkan, Anda dapat menerima kelegaan serupa yang penuh sukacita. … Penyembuhan dapat dimulai dengan seorang uskup atau presiden pasak yang peduli atau pembimbing profesional yang bijak. Jika kaki Anda patah, Anda tidak akan memutuskan untuk memperbaikinya sendiri. Perundungan yang serius juga dapat memperoleh manfaat dari bantuan profesional” (“Menyebuhkan Akibat-Akibat yang Menghancurkan dari Perundungan,” 40–42). • Bagaimana nasihat terilhami Penatua Scott dapat membantu seseorang yang mengalami perundungan? Perlihatkan pernyataan berikut dari Presiden Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang: “Belas kasihan dan kasih karunia Yesus Kristus tidak terbatas kepada mereka yang berbuat dosa apakah perbuatan sengaja atau kelalaian, tetapi itu mencakup janji akan kedamaian abadi kepada semua orang yang mau menerima serta mengikuti-Nya dan ajaran-ajaran-Nya. Belas kasihan-Nya adalah penyembuh hebat, bahkan kepada mereka 128 PELAJARAN 26: BERTANGGUNG JAWAB DI HADAPAN ALLAH yang tak berdosa yang terluka” (“Alasan untuk Pengharapan Kita,” Ensign atau Liahona, November 2014, 7). • Bagaimana Pendamaian Yesus Kristus menyediakan pengharapan dan penyembuhan? (Sewaktu siswa membagikan respons mereka, bantulah mereka memahami asas berikut: Semua yang mengikuti Yesus Kristus dan ajaranajaran-Nya dapat memperoleh penyembuhan dan kedamaian abadi melalui Pendamaian). Untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana Pendamaian Yesus Kristus dapat membantu individu yang merundung orang lain atau menyakiti dengan cara-cara lain, bacalah 2 Koristus 5:17–21 bersama sebagai kelas. • Apa artinya menjadi “ciptaan baru” dalam Kristus? (Jawaban yang mungkin termasuk gagasan bahwa sebagai tanggapan terhadap kepatuhan tekun kita terhadap perintah-perintah Tuhan, Dia memberkati kita dengan Roh, yaitu sifatsifat ilahi. Karunia ini menghasilkan perubahan mendasar dalam diri kita, dan kita menjadi ciptaan baru yang lebih seperti Allah). • Menurut ayat 21, bagaimana ini terjadi? (Yesus sepenuhnya tanpa dosa, namun Dia mengambil ke atas diri-Nya dosa-dosa kita supaya dengan persyaratan dari pertobatan kita, kita dapat menjadi saleh melalui Dia. Dia menjadi kurban penebusan bagi kita. Sewaktu kita bertobat dan berusaha untuk mengikuti teladan-Nya, kita dapat memperoleh kuasa-Nya untuk membantu kita menjadi ciptaan baru). • Apa arti kata pendamaian di ayat 18? (“Pendamaian adalah proses menebus manusia dari keadaannya yang berdosa dan kegelapan rohani serta memulihkan dia pada suatu keadaan yang harmonis dan persatuan dengan Tuhan. Melalui itu Allah dan manusia tidak lagi menjadi musuh” [Bruce R. McConkie, Doctrinal New Testament Commentary, 3 jliid (1965–73), 2:422]). Tanyakan kepada siswa apakan mereka mengenal individu siapa pun yang telah mengalami pengharapan dan penyembuhan yang dimungkinan melalui Pendamaian Yesus Kristus. Undanglah beberapa siswa untuk membagikan contoh-contoh mereka jika mereka merasa nyaman dan jika contoh-contoh itu tidak terlalu pribadi. Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Saya tidak tahu siapa dalam jemaat akbar hari ini yang mungkin perlu mendengar pesan pengampunan yang terkandung dalam perumpamaan ini [perumpamaan tentang pekerja-pekerja di kebun anggur; lihat Matius 20:1–15], tetapi betapa pun merasa terlambatnya Anda, betapa banyaknya pun kesempatan yang Anda pikir telah Anda lewati, betapa pun banyaknya kesalahan yang Anda rasa telah Anda lakukan atau bakat yang Anda pikir tidak Anda miliki, atau jarak dari rumah dan keluarga serta Allah yang Anda rasa telah Anda buat, saya bersaksi bahwa Anda belum berada di luar jangkauan kasih yang ilahi. Tidaklah mungkin bagi Anda untuk turun lebih rendah daripada yang disinari oleh terang tanpa batas dari Pendamaian Kristus. … Maka jika Anda telah membuat perjanjian, taatilah. Jika Anda belum membuatnya, buatlah. Jika Anda telah membuatnya dan melanggarnya, bertobat dan perbaikilah. Tidaklah pernah terlambat selama Tuan kebun anggur mengatakan masih ada waktu. Mohon dengarkan dorongan Roh Kudus yang memberi tahu Anda sekarang, saat ini, bahwa Anda hendaknya menerima karunia Pendamaian 129 PELAJARAN 26: BERTANGGUNG JAWAB DI HADAPAN ALLAH Tuhan Yesus Kristus serta menikmati penemanan kerja-Nya” (“Para Pekerja di Kebun Anggur,” Ensign atau Liahona, Mei 2012, 33). Undanglah siswa untuk mencatat apa yang Tulisan Suci Kudus telah teguhkan pada mereka hari ini. Bacaan Siswa • Matius 18:1–6; 2 Korintus 5:17–21; Mosia 4:30; Alma 5:15–22; 12:14; Ajaran dan Perjanjian 42:22–25; 93:39–44. • Jeffrey R. Holland, “Bahasa Para Malaikat,” Ensign dan Liahona, Mei 2007, 16–18. • Richard G. Scott, “Menyembuhkan Akibat-Akibat yang Menghancurkan dari Perundungan,” Ensign atau Liahona, Mei 2008, 40–43. 130 Peringatan Kenabian Perihal Keluarga Pendahuluan Para nabi modern telah memperingatkan bahwa “pecahnya keluarga akan mendatangkan bencana kepada perorangan, masyarakat, dan bangsa, bencana yang dinubuatkan oleh para nabi zaman dahulu dan zaman modern” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). 27 Pelajaran ini menekankan bahwa keluarga akan dilindungi jika mereka patuh pada perintah-perintah Allah. Kuasa rohani dijanjikan untuk membantu orangtua yang membesarkan anakanak mereka di zaman akhir. Bacaan Latar Belakang • Russell M. Nelson, “Faith and Families,” Ensign, Maret 2007, 36–41. • Quentin L. Cook, “Ratapan Yeremia: Waspadalah terhadap Penawanan,” Ensign atau Liahona, November 2013, 88–91. • Bonnie L. Oscarson, “Pembela Maklumat Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 14–17. Saran untuk Pengajaran 2 Timotius 3:1–7, 13 Konsekuensi akan datang ketika keluarga diabaikan Undanglah beberapa siswa untuk membagikan contoh tentang situasi atau tempat di mana seseorang akan berharap untuk melihat peringatan yang dipasang (contoh dapat mencakup tanda lalu lintas, botol obat, atau wadah berisi bahan yang berbahaya). • Apa beberapa kemungkinan akibat dari mengabaikan peringatan ini? • Apa saja peringatan yang para nabi telah berikan mengenai bahaya jasmani dan rohani yang ada di zaman kita? Mintalah seorang siswa untuk membacakan 2 Timotius 3:1–7 dan 13 dengan lantang sementara kelas mencari bahaya-bahaya yang Rasul Paulus peringatkan akan terjadi di zaman akhir. • Manakah bahaya yang Paulus gambarkan telah Anda lihat atau dengar? • Apa dampak yang bahaya-bahaya ini mungkin miliki terhadap individu, pernikahan, dan keluarga? Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang pernyataan berikut oleh Penatua Robert D. Hales dari Kuorum Dua Belas Rasul: Undanglah kelas untuk mendengarkan alasan bahwa Setan sedemikian terfokus pada menghancurkan keluarga. “Oleh karena pentingnya keluarga dalam rencana kekal kebahagiaan, Setan membuat upaya keras untuk menghancurkan kekudusan keluarga, meremehkan pentingnya peranan pria dan wanita, mendorong ketidakbersihan moral dan pelanggaran terhadap hukum sakral kesucian, dan mematahkan semangat orangtua dari menempatkan membesarkan dan mengasuh anak-anak sebagai salah satu prioritas tertinggi mereka. 131 PELAJARAN 27: PERINGATAN KENABIAN PERIHAL KELUARGA Sedemikian mendasarnya unit keluarga dalam rencana keselamatan sehingga Allah menyatakan sebuah peringatan bahwa … pecahnya keluarga akan mendatangkan ke atas individu, masyarakat, dan bangsa bencana yang dinubuatkan oleh para nabi zaman dahulu dan zaman modern” (“The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 65). Tekankan asas berikut: “Pecahnya keluarga akan mendatangkan bencana kepada perorangan, masyarakat, dan bangsa, bencana yang dinubuatkan oleh para nabi zaman dahulu dan zaman modern” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Ingatkan siswa bahwa peringatan ini berasal dari maklumat keluarga. Tuliskan yang berikut di papan tulis: Pecahnya keluarga Konsekuensi Undanglah siswa untuk memikirkan mengenai bukti-bukti yang mereka lihat bahwa “pecahnya keluarga” terjadi di seluruh dunia. (ini dapat mencakup yang berikut: perceraian yang meningkat, aborsi, dan perundungan; lebih sedikit pernikahan dan lebih sedikit anak-anak yang dilahirkan pada pasangan yang menikah; dan lebih banyak disfungsi keluarga). Mintalah mereka untuk mendaftar bukti-bukti di papan tulis di bawah judul “Pecahnya Keluarga.” Undanglah siswa untuk memikirkan mengenai contoh-contoh tentang konsekuensi individu dan masyarakat yang mungkin datang sebagai akibat dari pecahnya keluarga. (Ini dapat mencakup yang berikut: kehilangan Roh, kedukaan dan ketidakbahagiaan, tingkat kejahatan yang meningkat, kenakalan remaja, dan hilangnya kedamaian serta stabilitas dalam masyarakat). Mintalah mereka untuk mendaftar contoh-contoh itu di papan tulis di bawah judul “Konsekuensi.” Kemudian tanyakan yang berikut: • Bagaimana mematuhi ajaran dan asas-asas dalam maklumat keluarga membantu individu-individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa menghindari konsekuensi ini? 1 Nefi 14:14–17; 22:16–17; Ajaran dan Perjanjian 97:22–28 Ada pengharapan bagi keluarga-keluarga Jelaskan kepada siswa bahwa terlepas dari kejahatan yang menguasai dunia zaman sekarang, tidaklah terlalu terlambat untuk memperkuat keluarga-keluarga. Mereka dapat membuat suatu perbedaan dalam keluarga mereka sendiri, lingkungan atau cabang, dan masyarakat. Bersaksilah bahwa ada pengharapan bagi individu-individu dan keluarga-keluarga yang mematuhi perintah-perintah Tuhan. Mintalah siswa untuk membaca Ajaran dan Perjanjian 97:22–28 dalam hati, dengan mencari apa yang dapat kita lakukan untuk lolos dari pembalasan Tuhan dan konsekuensi yang datang karena dosa. (Perjelaslah bahwa dalam ayat-ayat ini Sion merujuk pada Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir dan para anggotanya). Anda mungkin ingin menyarankan agar siswa menandai kata jika di mana pun itu muncul dalam ayat-ayat ini. (Bantulah siswa memahami bahwa mengenali pernyataan sebab-dan-akibat atau jika/maka merupakan keterampilan penelaahan tulisan suci yang bermanfaat). 132 PELAJARAN 27: PERINGATAN KENABIAN PERIHAL KELUARGA • Bagaimana Anda akan meringkas ayat-ayat ini dalam sebuah pernyataan asas yang sederhana? (Respons siswa hendaknya mencerminkan asas berikut: Jika kita patuh pada semua perintah, kita dapat menerima berkat-berkat besar dan lolos dari pembalasan Tuhan). Bacalah pernyataan berikut dari Penatua Bruce R. McConkie (1915–1985) dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Kita tidak mengatakan bahwa semua Orang Suci akan dilindungi dan diselamatkan dari datangnya hari pemusnahan. Tetapi kita mengatakan tidak ada janji akan keselamatan dan tidak ada janji akan keamanan kecuali bagi mereka yang mengasihi Tuhan dan yang berusaha untuk melakukan semua yang Dia perintahkan. … Dan karenanya kami mengangkat suara peringatan dan mengatakan: Indahkanlah; bersiaplah; waspada dan siagalah. Tidak ada keamanan dalam jalan apa pun kecuali jalan kepatuhan dan kesepadanan serta kesalehan. Karena demikianlah firman Tuhan: ‘Pencambukan Tuhan akan menerpa pada malam hari dan pada siang hari, dan laporannya akan menyulitkan semua orang; ya, itu tidak akan ditahan sampai Tuhan datang; … Walaupun demikian, Sion akan lolos jika berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu apa pun yang telah Aku perintahkan kepadanya’ [A&P 97:23, 25]” (“Stand Independent above All Other Creatures,” Ensign, Mei 1979, 93–94). • Bagimana pernyatan ini dapat membantu memotivasi keluarga untuk menjadi patuh pada perintah-perintah Tuhan? Ingatkan siswa bahwa Nefi melihat beberapa penglihatan tentang zaman akhir. Dalam penglihatan itu, dia melihat yang saleh akan dilindungi. Mintalah siswa untuk membaca 1 Nefi 14:14–17 and 22:16–17, dengan mencari caracara di mana Orang-Orang Suci akan dilindungi. (Catatan: Petikan-petikan ini menggarisbawahi tema tulisan suci umum bahwa kepatuhan mendatangkan janji Tuhan akan perlindungan. Penatua David A. Bednar telah menekankan pentingnya menyelediki “hubungan, pola, dan tema” tulisan suci semacam itu [“A Reservoir of Living Water” (api unggun Church Educational System fireside untuk dewaswa muda, 4 Februari 2007), 3, lds.org/media-library]. Tema atau pola ini sangat umum dalam Kitab Mormon). • Bagaimana tulisan-tulisan Nefi memberi Anda pengharapan? Bacalah pernyataan berikut dari Penatua Bruce D. Porter dari Tujuh Puluh. Undanglah siswa untuk mendengarkan berkat-berkat yang akan diberikan kepada orangtua yang setia di zaman akhir. “Terlepas dari apa yang masa depan bentangkan, Allah telah menahbiskan bahwa dalam dispensasi kegenapan waktu, para orangtua dalam Gereja akan diberi kuasa untuk membantu menyelamatkan anak-anak mereka dari kegelapan di sekeliling mereka. Sewaktu hati para ayah dan ibu berpaling pada anak-anak, dan hati anak-anak kepada orangtua mereka, kita pada akhirnya akan menyaksikan bangkitnya generasi yang dimurnikan dan dipersiapkan untuk menyambut kedatangan-Nya. Kejayaan kerajaan Allah di zaman akhir akanlah menjadi kejayaan tidak hanya bagi Gereja sebagai sebuah organisasi namun bagi puluhan ribu keluarga individu yang dengan iman telah mengatasi dunia” (“Defending the Family in a Troubled World,” Ensign, Juni 2011, 18). 133 PELAJARAN 27: PERINGATAN KENABIAN PERIHAL KELUARGA • Apa berkat-berkat yang dijanjikan kepada orangtua dari dispensasi ini yang berusaha untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kebenaran? • Bagaimana Anda telah melihat Tuhan memberdayakan para orangtua dalam upaya mereka untuk memperkuat dan melindungi anak-anak mereka dari kegelapan dunia? Undanglah siswa untuk memikirkan apa pengaruh atau kekuatan yang bekerja untuk menghancurkan keluarga mereka sendiri, dan bagaimana Setan berusaha untuk mencegahnya dari menyerang terhadap keluarga mereka sendiri di masa datang. Imbaulah siswa untuk merenungkan apa yang dapat mereka lakukan untuk memperoleh bantuan Tuhan untuk memperkuat diri mereka sendiri dan melindungi keluarga mereka. Bacaan Siswa • 2 Timotius 3:1–7, 13; 1 Nefi 14:14–17; 22:16–17; Ajaran dan Perjanjian 97:22–28. • Russell M. Nelson, “Faith and Families,” Ensign, Maret 2007, 36–41. • Bonnie L. Oscarson, “Pembela Maklumat Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 14–17. 134 Mempromosikan Keluarga Sebagai Unit Dasar dari Masyarakat Pendahuluan Para nabi modern telah menyatakan: “Kami mengimbau para penduduk dan pejabat pemerintahan yang bertanggung jawab di mana pun untuk menganjurkan hal-hal tersebut yang dirancang untuk memertahankan dan menguatkan keluarga sebagai unit 28 dasar dari masyarakat” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Pelajaran ini akan membantu siswa memahami bagaimana mereka dapat mengikuti dan membela nasihat kenabian ini. Bacaan Latar Belakang • Thomas S. Monson, “Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 66–69. • Dallin H. Oaks, “Balancing Truth and Tolerance,” Ensign, Februari 2013, 24–31. • L. Tom Perry, “Mengapa Pernikahan dan Keluarga Penting—di Mana Pun di Dunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 39–42. • “Transcript of News Conference on Religious Freedom and Nondiscrimination [Transkrip tentang Konferensi Pers Perihal Kebebasan Beragama dan Nondiskriminasi]” (27 Januari 2015), mormonnewsroom.org/article/ publicstatement-on-religious-freedom-and-nondiscrimination. Saran untuk Pengajaran Alma 43:9, 30, 45, 48 Tugas kita untuk membela ajaran dan landasan moral dari keluarga Persiapkan siswa untuk pelajaran ini dengan memberitahukan kepada mereka bahwa itu berfokus pada tanggung jawab kita untuk membela keluarga. Bagikan pernyataan berikut oleh Penatua Bruce D. Porter dari Tujuh Puluh: “Gereja adalah sebuah lembaga kecil dibandingkan dengan dunia secara umum. Meskipun demikian, Orang-Orang Suci Zaman Akhir sebagai umat hendaknya tidak meremehkan kuasa dari teladan kita, tidak juga kemampuan kita untuk membujuk opini publik, membalikkan tren negatif, atau mengundang jiwa-jiwa yang mencari untuk memasuki pintu gerbang dan menapaki jalan pilihan Tuhan. Kita harus memberikan upaya terbaik kita, bekerja sama dengan orang-orang dan lembaga-lembaga yang berpikiran sama, untuk membela keluarga dan mengangkat suara peringatan dan undangan kepada dunia” (“Defending the Family in a Troubled World,” Ensign, Juni 2011, 18). • Apa gagasan Anda mengenai tanggung jawab dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir untuk membela keluarga di dunia zaman sekarang? Beri tahulah siswa bahwa di berbagai masa, orang-orang Nefi menemukan kebebasan beragama mereka dan nilai-nilai keluarga terancam oleh orang-orang Laman. Dengan menelaah pengalaman mereka, kita dapat mempelajari asas-asas yang dapat dipersamakan dengan zaman kita. (Mempersamakan tulisan suci dengan diri kita sendiri merupakan keterampilan penelaahan tulisan suci yang Anda dapat tekankan 135 PELAJARAN 28: MEMPROMOSIKAN KELUARGA SEBAGAI UNIT DASAR DARI MASYARAKAT dalam pelajaran ini). Jelaskan bahwa satu pengalaman dari orang-orang Nefi dicatat dalam Alma 43. Tulislah Alma 43:9, 30, 45, 48 di papan tulis, dan mintalah siswa untuk menyelidiki kata-kata dan frasa yang membantu kita memahami pentingnya membela nilai-nilai keluarga dan kebebasan beragama di dunia zaman sekarang. Sarankan kepada siswa agar mereka menandai kata-kata dan frasa ini. • Apa kata-kata dan frasa yang memperlihatkan pentingnya membela nilai-nilai keluarga dan kebebasan beragama? Apa asas yang Anda pelajari mengenai pentingnya membela nilai-nilai keluarga dan kebebasan beragama kita? (Jawaban hendaknya mencakup asas berikut: Kita memiliki tugas sakral untuk membela dan mempromosikan nilai-nilai keluarga dan kebebasan beragama kita). • Menurut Anda mengapa penting bagi para anggota Gereja kita untuk mempromosikan dan membela keluarga di masyarakat mereka? • Bagaimana kita dapat mempromosikan dan membela keluarga dengan menggunakan media sosial? Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua L. Tom Perry (1922–2015) dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Kita ingin suara kita didengar melawan semua gaya hidup palsu dan alternatif yang mencoba untuk menggantikan organisasi keluarga yang Allah Sendiri tetapkan. Kita juga ingin suara kita didengar dalam mendukung sukacita dan kepuasan yang didatangkan oleh keluarga yang alami. Kita harus terus memroyeksikan suara itu ke seluruh dunia dalam memaklumkan mengapa pernikahan dan keluarga begitu penting, mengapa pernikahan dan keluarga perlu diperhitungkan, dan mengapa itu harus demikian selamanya” (“Mengapa Pernikahan dan Keluarga Penting—di Mana Pun di Dunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 42). • Menurut Penatua Perry, apa yang hendaknya kita maklumkan mengenai keluarga? • Apa yang telah Anda lihat orang lain lakukan untuk membela dan menegaskan pentingnya keluarga atau untuk membela terhadap serangan terhadap keluarga? (Tandaskan bahwa membela keluarga mencakup membesarkan keluarga yang kuat dan juga secara terang-terangan membela keluarga bila diperlukan). Bagikan pengalaman berikut yang dituturkan oleh Penatua Neil L. Anderson dari Kuorum Dua Belas Rasul: “Baru-baru ini, saya berbicara dengan seorang Pramunita dari Amerika Serikat. Saya mengutip dari surelnya: “Tahun lalu ini beberapa teman saya di Facebook mulai mencantumkan pendapat mereka mengenai pernikahan. Banyak yang menyetujui pernikahan sesama jenis, dan beberapa remaja OSZA mengindikasikan mereka ‘menyukai’ apa yang dicantumkan. Saya tidak memberikan komentar. Saya memutuskan untuk menyatakan kepercayaan saya terhadap pernikahan tradisional dengan cara yang penuh pemikiran. Dengan gambar profil saya, saya menambahkan ulasan ‘Saya percaya pada pernikahan antara pria dan wanita.’ Hampir segera saya mulai menerima pesan. ‘Kamu egois.’ ‘Kamu bersikap menghakimi.’ Seseorang membandingkan diri saya dengan pemilik budak. Dan saya menerima yang berikut dari 136 PELAJARAN 28: MEMPROMOSIKAN KELUARGA SEBAGAI UNIT DASAR DARI MASYARAKAT seorang teman baik yang adalah seorang anggota Gereja yang kuat: ‘Kamu perlu mengikuti zaman. Segalanya berubah dan seharusnya kamu juga.’ Saya tidak melawan,” ujarnya, “tetapi saya tidak menghapus pernyataan saya.” Dia mengakhiri: ‘Terkadang, sebagaimana Presiden Monson menyatakan, “Anda harus berdiri sendiri.” Semoga sebagai remaja, kita akan berdiri bersama-sama dalam menjadi teguh kepada Allah dan terhadap ajaran-ajaran dari para nabi-Nya yang hidup’” (“Angin Puyuh Rohani,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 19–20). • Apa pengalaman yang telah Anda miliki dengan mempromosikan dan membela keluarga? • Apa pengaruh dari perkataan dan tindakan Anda terhadap orang lain? Bersaksilah bahwa kita dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap masyarakat kita dan memajukan tujuan-tujuan dari rencana Bapa Surgawi kita sewaktu kita mempromosikan dan membela nilai-nilai yang memperkuat keluarga. Alma 46:10–13, 16; 48:7–13 Membela keluarga dengan bantuan Allah dan dengan respek terhadap orang lain Beri tahulah siswa bahwa bab 46 dan 48 dari Alma mencatat bahwa orang-orang Nefi sekali lagi diancam oleh orang-orang Laman. Bagilah kelas menjadi dua bagian. Mintalah separuh dari kelas untuk membaca Alma 46:10–13, 16, dan separuh lainnya menelaah Alma 48:7–13. Mintalah siswa mengidentifikasi bagaimana mengikuti Panglima teladan Moroni dalam cara-cara yang pantas untuk mempromosikan nilainilai yang mempertahankan dan memperkuat keluarga. Setelah waktu yang memadai, bantulah siswa mempersamakan petikan ini dengan zaman kita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: • Bagaimana upaya Amalikia dan para pengikutnya dapat dipersamakan dengan upaya mereka yang menyerang keluarga di zaman sekarang? • Apa yang dapat kita pelajari dari tindakan Panglima Moroni? (Bantulah siswa memahami asas berikut: Ketika kita mencari bantuan Allah dan berusaha untuk menggunakan semua sumber kita sendiri, kita akan menerima kebijaksanaan dan kekuatan untuk membela keluarga kita, agama kita, dan kebebasan kita). • Apa beberapa cara yang pantas di mana kita dapat mempromosikan nilai-nilai untuk memperkuat dan membela keluarga? Pertimbangkan menggunakan pernyataan berikut oleh Presiden Gordon B. Hinckley (1920–2008) dan Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul untuk menambah pembahasan tentang pertanyaan sebelumnya: “Marilah kita terlibat dalam perkara kemasyarakatan yang baik. Akan ada situasi, di mana, dengan terlibat dalam masalah moral yang serius, kita tidak dapat membengkokkan hal-hal yang asasi. Tetapi peristiwa demikian kita dapat dengan sopan tidak menyetujui tanpa menjadi tidak menyenangkan. Kita dapat menerima ketulusan dari posisi mereka yang tidak bisa kita terima. Kita dapat berbicara asas daripada kepribadian” (Teachings of Gordon B. Hinckley [1997], 131). 137 PELAJARAN 28: MEMPROMOSIKAN KELUARGA SEBAGAI UNIT DASAR DARI MASYARAKAT “Ketika para penganut mencari untuk menampilkan posisi mereka di lapangan umum, metode mereka dan suara mereka hendaknya selalu toleran pada pendapat dan posisi orang lain yang tidak berbagi kepercayaan yang sama. Penganut harus selalu berbicara dengan kasih dan menunjukkan kesabaran, pengertian, dan belas kasih terhadap musuh kita. Penganut Kristen di bawah perintah untuk mengasihi sesamanya (lihat Lukas 10:27) dan untuk mengampuni (lihat Matius 18:21–35). Mereka hendaknya selalu mengingat ajaran Juruselamat untuk ‘[mengasihi] musuh mereka dan berdoalah bagi [mereka] yang menganiaya mereka’ ’ (Matius 5:44)” (Dallin H. Oaks, “Balancing Truth and Tolerance,” Ensign, Februari 2013, 30–31). • Menurut Anda bagaimana Anda dapat mempraktikkan asas-asas yang diajarkan oleh Presiden Hinckley dan Penatua Oaks? Tekankan asas berikut: Sewaktu kita mempromosikan nilai-nilai untuk membela dan memperkuat keluarga, kita hendaknya memperlihatkan respek kepada orang lain dan tenggang rasa terhadap opini mereka. Mempromosikan nilai-nilai yang memperkuat keluarga Perlihatkan pernyataan berikut dan mintalah seorang siswa untuk membacakannya dengan lantang: “Kami mengimbau para penduduk dan pejabat pemerintahan yang bertanggung jawab di mana pun untuk menganjurkan hal-hal tersebut yang dirancang untuk memertahankan dan menguatkan keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). Beri tahulah siswa bahwa pada Januari 2015, para pemimpin Gereja mengadakan sebuah konferensi pers resmi selama mana mereka meminta kepada para pejabat pemerintah untuk memberikan undang-undang yang akan melindungi kebebasan beragama dan menjaga kekudusan keluarga. Jelaskan bahwa meskipun para pemimpin Gereja secara khusus menyampaikan pembelaan terhadap kebebasan beragama dalam pernyataan ini, kata-kata mereka berlaku juga untuk membela nilainilai keluarga. Banyak kebebasan beragama secara langsung diarahkan pada keluarga, misalnya seperti kekudusan pernikahan. Bagikan dengan siswa pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks sebagai ringkasan dari apa yang disajikan pada konferensi pers tersebut: “Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir menegaskan asas-asas berikut berdasarkan pada ajaran-ajaran Yesus Kristus, dan dengan keadilan bagi semua, termasuk umat orang-orang yang beriman: 1. Kami menuntut bagi setiap orang hak pemberian Allah dan Konstitusional untuk menjalankan keyakinan mereka sesuai dengan hati nurani mereka sendiri, tanpa merugikan kesehatan atau keselamatan orang lain. 2. Kami mengakui bahwa kebebasan hati nurani yang sama harus berlaku bagi pria dan wanita di mana pun untuk mengikuti kepercayaan agama pilihan mereka, atau tidak sama sekali jika mereka memilih demikian. 3. Kami percaya hukum harus disusun untuk mencapai suatu keseimbangan dalam melindungi kebebasan semua orang sementara menghormati mereka yang memiliki nilai-nilai yang berbeda. 138 PELAJARAN 28: MEMPROMOSIKAN KELUARGA SEBAGAI UNIT DASAR DARI MASYARAKAT 4. Kami menolak penganiayaan dan pembalasan dendam apa pun jenisnya, termasuk penganiayaan berdasarkan pada ras, etnis, kepercayaan agama, keadaan ekonomi atau perbedaan dalam gender atau orientasi seksual” (Dallin H. Oaks, “Transcript of News Conference on Religious Freedom and Nondiscrimination [Transkrip Konferensi Pers Perihal Kebebasan Bergama dan Non-Diskriminasi” [27 Januari 2015], mormonnewsroom.org/article/publicstatement-on-religious-freedom-andnondiscrimination). • Apa yang Anda pelajari dari pernyataan ini yang dapat membantu Anda mempromosikan nilai-nilai yang memperkuat keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat? (Sebagai bagian dari pembahasan ini, tekankan bahwa membesarkan anak-anak dalam cara-cara Tuhan, menyokong keluarga lainnya, meningkatkan pemanggilan Gereja, dan memperkuat masyarakat kita semua adalah nilai-nilai yang mempromosikan keluarga). Undanglah siswa untuk memikirkan apa yang dapat mereka lakukan untuk mempromosikan nilai-nilai yang memperkuat dan membela keluarga. Bacaan Siswa • Alma 43:9, 30, 45, 48; 46:11–16; 48:9–13. • Thomas S. Monson, “Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 66–69. • Dallin H. Oaks, “Balancing Truth and Tolerance,” Ensign, Februari 2013, 24–31. • L. Tom Perry, “Mengapa Pernikahan dan Keluarga Penting—di Mana Pun di Dunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 39–42. 139 KELUARGA KEKAL—PENDAHULUAN Keluarga Kekal (Religi 200) Bacaan Siswa Catatan: Anda tidak diharuskan membaca materi-­materi yang disarankan yang tidak tersedia dalam bahasa Anda. Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 1 Tampilnya “Keluarga: Maklumat kepada Dunia.” • Efesus 4:11–14; Mosia 8:15–17; Musa 6:26–39; 7:16–21. • “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129, lds.org/topics/family-­proclamation. • M. Russell Ballard, “Yang Paling Berarti Adalah yang Paling Bertahan Lama,” Ensign atau Liahona, November 2005, 41– 44. 2 Para Nabi dan Rasul dengan Sungguh-­ Sungguh Memaklumkan • Yehezkiel 33:1–7; Amos 3:6–7; Ajaran dan Perjanjian 1:4–5, 11, 14, 37–38; 90:1–5; 124:125–126. • M. Russell Ballard, “Tetaplah di Dalam Perahu dan Berpeganglah!” (Ensign atau Liahona, November 2014, 89–92). • Henry B. Eyring, “Finding Safety in Counsel,” Ensign, Mei 1997, 24 –26. • Carol F. McConkie, “Hidup Menurut Perkataan Para Nabi,” Ensign atau Liahona, November 2014, 77–79. 3 Potensi Ilahi Kita • Kejadian 1:27; Yesaya 55:8–9; Kisah Para Rasul 17:29; Roma 8:16–17; Ibrani 12:9; 1 Yohanes 3:1–2; 4:8–9; 1 Nefi 9:6; 2 Nefi 9:20; 3 Nefi 12:48; Moroni 8:18; Ajaran dan Perjanjian 76:4; 88:41; 130:22. • Dieter F. Uchtdorf, “Empat Gelar,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 58–61. • Topik Injil, “Menjadi Seperti Allah,” lds.org/topics. 4 Keluarga dan Rencana Besar Kebahagiaan • Musa1:27–39; 3:16–17; 5:6–12; 2 Nefi 2:19–25; 9:6–12; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17. • M. Russell Ballard, “Pendamaian dan Nilai Satu Jiwa,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 84–87. • Julie B. Beck, “Teaching the Doctrine of the Family,” Ensign, Maret 2011, 12–17. 5 Kondisi Kefanaan • 2 Nefi 2:27–29; Mosia 3:19; 16:3–6; Musa 6:49, 53–55; Abraham 3:25. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign atau Liahona, April 2012, 40–47. 6 Keluarga Adalah Inti dalam Rencana Bapa Surgawi • Ajaran dan Perjanjian 93:39–50. • Robert D. Hales, “The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 64 –67. • David A. Bednar, “Lebih Rajin dan Lebih Memerhatikan di Rumah,” Ensign atau Liahona, November 2009, 17–20. 7 Pernikahan Antara Seorang Pria dan Seorang Wanita Ditetapkan Oleh Allah. • • • • • 8 Gender dan Identitas Kekal • Matius 7:12; Yohanes 8:1–11; 15:12; Ajaran dan Perjanjian 76:24; Musa 2:27; dan paragraf kedua dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129. • Jeffrey R. Holland, “Menolong Mereka yang Berjuang Mengatasi Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” Ensign atau Liahona, Oktober 2007, 42– 45. • Topik Injil, “Ketertarikan dengan Sesama Jenis,” lds.org/topics. 9 Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Pria • Matius 2:13–16; Efesus 5:23, 25; 1 Timotius 5:8; Ajaran dan Perjanjian 75:28; 83:2, 4; 121:36–46. • D. Todd Christofferson, “Marilah Kita Menjadi Pria yang Bersikap Jantan,” Ensign atau Liahona, November 2006, 46–48. • Linda K. Burton, “Kita Akan Naik Bersama-­sama,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 29–32. • “Pemanggilan Sakral Ayah dan Ibu,” bab 15 dari Ajaran-­Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson (2014), 191–196. 10 Peranan Ilahi dan Tanggung Jawab Wanita • 2 Timotius 1:5; 3:14–15; Alma 56:47– 48; 57:21; Ajaran dan Perjanjian 25:1–3, 10, 13–16. • “Understand the Divine Roles of Women,” Ensign, Februari 2009, 67. • “Kaum Wanita Gereja,” bab 20 dari Ajaran-­Ajaran Presiden Gereja: Ezra Taft Benson (2006), 258–270. 11 Mempersiapkan Diri untuk Pernikahan Kekal • Markus 5:35–36; Ajaran dan Perjanjian 6:22–23, 36; 8:2–3; 9:7–9; 11:12–14; 88:40. • Dieter F. Uchtdorf, “The Reflection in the Water” (kebaktian Church Educational System, 1 November 2009), lds.org/media-­library. • Jeffrey R. Holland, “Jangan Takut, Percaya Saja” (malam bersama Penatua Jeffrey R. Holland, 6 Februari 2015), lds.org/broadcasts. Mormon 9:9; Ajaran dan Perjanjian 49:15–17; Musa 3:18–25; 5:1–16. Dallin H. Oaks, “Tidak Ada Allah Lain,” Ensign atau Liahona, November 2013, 72–75. Sheri L. Dew, “It Is Not Good for Man or Woman to Be Alone,” Ensign, November 2001, 12–14. “The Divine Institution of Marriage,” mormonnewsroom.org/article/the-­divine-­institution-­of-­marriage. Topik Injil, “Pernikahan Sesama Jenis,” lds.org/topics. KELUARGA KEKAL—PENDAHULUAN Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 12 Tata Cara dan Perjanjian Bait Suci • Keluaran 19:3–6; Ajaran dan Perjanjian 84:19–21; 97:10–17; 109:12–26; 124:37–40, 55. • Boyd K. Packer, “Bait Suci yang Kudus,” Ensign atau Liahona, Oktober 2010, 29–35. 13 Meningkatkan Peribadatan Bait Suci • Mazmur 24:3–5; Yohanes 2:13–16; 3 Nefi 17:1–3; Ajaran dan Perjanjian 109:8–22. • Richard G. Scott, “Temple Worship: The Source of Strength and Power in Times of Need,” Ensign, Mei 2009, 43– 45. • L. Lionel Kendrick, “Enhancing Our Temple Experience,” Ensign, Mei 2001, 78–79. 14 Menjadi Penyelamat di Gunung Sion • Obaja 1:21; Maleakhi 4:5–6; Ajaran dan Perjanjian 110:13–16; 128:18; 138:27–37, 58–59. • David A. Bednar, “Hati Anak-­Anak Akan Berpaling,” Ensign atau Liahona, November 2011, 24–27. • Quentin L. Cook, “Akar dan Cabang,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 44– 48. 15 Pernikahan Kekal • Ajaran dan Perjanjian 131:1– 4; 132:1–24. • Russell M. Nelson, “Pernikahan Selestial,” Ensign atau Liahona, November 2008, 92–95. 16 Kuasa Sakral Prokreasi • Kejadian 2:21–24; Mazmur 24:3– 4; Matius 5:8, 27–28; Roma 8:6; Yakub 2:28, 31–35; Alma 39:1–9; Ajaran dan Perjanjian 42:22–24; 63:16; 121:45– 46. • David A. Bednar, “Kami Percaya Harus Suci,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 41– 44. • Linda S. Reeves, “Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 15–17. • “Kemurnian Akhlak,” Untuk Kekuatan Remaja (buklet, 2011), 35–37. 17 Perintah untuk Beranak Cucu dan Memenuhi Bumi • Kejadian 1:27–28; 9:1; 35:11; Mazmur 127:3; 1 Nefi 15:11; Ajaran dan Perjanjian 29:6; 59:6; Musa 2:27–28. • Neil L. Andersen, “Anak-­Anak,” Ensign atau Liahona, November 2011, 28–31. • Russell M. Nelson, “Abortion: An Assault on the Defenseless,” Ensign, Oktober 2008, 32–37. 18 Memelihara Hubungan Pernikahan • Matius 19:3–8; Efesus 5:25, 28–31; Ajaran dan Perjanjian 25:5, 13–15; 42:22; Abraham 5:15–18. • David A. Bednar, “Marriage Is Essential to His Eternal Plan,” Ensign, Juni 2006, 82–87. • L. Whitney Clayton, “Pernikahan: Perhatikan dan Belajarlah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 83–85. 19 Membangun Kehidupan dan Rumah Tangga yang Berpusat pada Kristus • Yohanes 15:1–5, 10–11; Helaman 5:12; 14:30–31; 3 Nefi 11:29–30; 12:22–24; Moroni 7:45, 48; Ajaran dan Perjanjian 64:9–11; 88:119, 123–25. • Henry B. Eyring, “Teladan Sempurna Kita,” Ensign dan Liahona, November 2009, 70–73. • Richard G. Scott, “Untuk Kedamaian di Rumah,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 29–31. 20 Menjaga Iman dan Kesaksian • Lukas 22:31–32; Yohanes 14:26–27; Efesus 4:11–14; 1 Nefi 15:23–24; 2 Nefi 31:19–20; Alma 5:45– 46; Helaman 3:28–30; 3 Nefi 18:32; Ajaran dan Perjanjian 11:13–14; 21:4 –6; 108:7–8. • Dieter F. Uchtdorf, “Mari, Bergabunglah Bersama Kami,” Ensign atau Liahona, November 2013, 21–24. • Jeffrey R. Holland, “Tuhan, Aku Percaya,” Ensign atau Liahona, Mei 2013, 93–95. 21 Membesarkan Anak-­Anak dalam Kasih dan Kesalehan • Lukas 15:11–20; Efesus 6:4; 2 Timotius 3:15; 3 Nefi 18:21; Ajaran dan Perjanjian 68:25–28; 93:36–40. • Richard G. Scott, “Jadikan Menjalankan Injil Prioritas Utama Anda,” Ensign atau Liahona, November 2014, 92–95. • Jeffrey R. Holland, “Doa bagi Anak-­Anak,” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 85–87. 22 Menciptakan Keluarga yang Berhasil • Ulangan 6:1–7; Yosua 24:15; Mosia 4:14–15; Ajaran dan Perjanjian 58:21; 98:4–6; 134:5–6; Pasal-­Pasal Kepercayaan 1:12. • Dallin H. Oaks, “Baik, Lebih Baik, Terbaik,” Ensign atau Liahona, November 2007, 104–108. 23 Menyediakan bagi Kebutuhan Duniawi • Maleakhi 3:8–12; Matius 6:19–21; Markus 6:1–3; Lukas 2:51–52; 1 Timotius 6:7–10; 2 Nefi 9:51; Yakub 2:17–19; Ajaran dan Perjanjian 56:17; 75:28; 104:13–18, 78. • Robert D. Hales, “Menjadi Penyedia yang Hemat Secara Jasmani dan Rohani,” Ensign atau Liahona, Mei 2009, 7–10. • Marvin J. Ashton, “One for the Money,” Ensign, September 2007, 37–39. 24 Anggota Gereja Dewasa Lajang • 1 Korintus 12:12–20, 25–27; Ibrani 11:1, 6, 8–13, 16. • Gordon B. Hinckley, “A Conversation with Single Adults,” Ensign, Maret 1997, 58–63. • Spencer J. Condie, “Memohon Janji-­Janji yang Sangat Besar serta Berharga,” Ensign atau Liahona, November 2007, 16–18. 25 Menjalankan Iman dalam Keadaan-­ Keadaan Sulit Keluarga • Amsal 3:5–6; Matius 11:28–30; 1 Nefi 16:34 –39; 17:1– 4; Mosia 24:8–16; Ajaran dan Perjanjian 121:7–8. • David A. Bednar, “Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan,” Ensign atau Liahona, April 2012, 40–47. • “Strengthening the Family: Adapting to Circumstances,” Ensign, Desember 2005, 34–35. KELUARGA KEKAL—PENDAHULUAN © 2015 OLEH INTELLECTUAL RESERVE, INC. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG. Pelajaran Judul Bacaan yang Disarankan 26 Bertanggung Jawab di Hadapan Allah • Matius 18:1–6; Roma 13:12–14; 2 Korintus 5:17–21; Mosia 4:30; Alma 5:15–22; 12:14; Ajaran dan Perjanjian 42:22–25; 93:39– 44. • Jeffrey R. Holland, “Bahasa Para Malaikat,” Ensign dan Liahona, Mei 2007, 16–18. • Richard G. Scott, “Menyembuhkan Akibat-­Akibat yang Menghancurkan dari Perundungan,” Ensign atau Liahona, Mei 2008, 40– 43. 27 Peringatan Kenabian Perihal Keluarga • 2 Timotius 3:1–7, 13; 1 Nefi 14:14 –17; 22:16–17; Ajaran dan Perjanjian 97:22–28. • Russell M. Nelson, “Faith and Families,” Ensign, Maret 2007, 36– 41. • Bonnie L. Oscarson, “Para Pembela Maklumat Keluarga,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 14–17. 28 Memromosikan Keluarga Sebagai Unit Dasar Masyarakat • • • • Alma 43:9, 30, 45, 48; 46:11–16; 48:9–13. Thomas S. Monson, “Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 66–69. Dallin H. Oaks, “Balancing Truth and Tolerance,” Ensign, Februari 2013, 24 –31. L. Tom Perry, “Mengapa Pernikahan dan Keluarga Penting—di Mana Pun di Dunia,” Ensign atau Liahona, Mei 2015, 39– 42. K E LUAR G A K E K AL— P ELAJARAN 6 Keluarga Prafana, Fana, dan Kekal Kita Keluarga Prafana Kita “Keluarga ditetapkan oleh Allah. Itu adalah unit paling penting untuk sekarang dan selama-­lamanya. Bahkan sebelum kita dilahirkan di bumi, kita adalah bagian dari keluarga. Kita masing-­masing ‘adalah putra dan putri roh terkasih dari orangtua surgawi’ dengan ‘kodrat dan tujuan ilahi’ [‘Keluarga: Maklumat kepada Dunia,’ Ensign atau Liahona, November 2010, 129]. Allah adalah Bapa Surgawi kita, dan kita tinggal di hadirat-­Nya sebagai bagian dari keluarga-­Nya dalam kehidupan prafana. Di sana kita mempelajari pelajaran-­pelajaran pertama kita dan kita dipersiapkan untuk kefanaan (lihat A&P 138:56)” (Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja [2010], 1.1.1). “Kita menyembah Allah agung yang menciptakan alam semesta. Dia adalah Bapa kita di Surga. Kita menjadi makhluk fana karena Dia; kita adalah anak-­anak roh-­Nya. Kita tinggal dengan-­Nya dalam kehidupan prafana dalam sebuah hubungan keluarga. Kita mengenal Dia secara intim dan sebagaimana juga kita mengenal para ayah fana kita dalam kehidupan kita saat ini” (Bruce R. McConkie, How to Worship, Brigham Young University Speeches of the Year [20 Juli 1971], 2). Pertanyaan pembahasan: • Bagaimana keluarga adalah bagian inti dalam kehidupan prafana kita? • Seberapa bermanfaatkah mengetahui bahwa Allah adalah Bapa Anda dan bahwa Anda adalah anggota terkasih dari keluarga-­Nya di dunia prafana? • Seperti apa Anda membayangkan interaksi Anda dengan Orangtua Surgawi Anda? Keluarga Fana Kita “Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita dilahirkan ke dalam keluarga-­keluarga. Dia menetapkan keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, untuk membantu kita belajar asas-­asas yang benar dalam suasana penuh kasih, dan mempersiapkan kita bagi kehidupan kekal. “Orangtua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-­anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orangtua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-­anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-­Nya” (Buku Pegangan 2: Mengelola Gereja, 1.1.4). “Allah adalah perancang keluarga. Dia bermaksud agar kebahagiaan terbesar, aspek paling memuaskan dari kehidupan, sukacita terdalam hendaknya datang dalam asosiasi kita bersama dan kepedulian kita bagi satu sama lain sebagai ayah dan ibu serta anak-­anak” (Gordon B. Hinckley, “What God Hath Joined Together,” Ensign, Mei 1991, 74). Pertanyaan pembahasan: • Dalam hal-­hal apa keluarga adalah bagian penting dari kehidupan fana kita? • Bagaimana kehidupan di bumi berbeda seandainya kita telah dikirim ke bumi sebagai individu-­individu tanpa hubungan keluarga—tidak ada ayah, ibu, saudara kandung, leluhur, atau keturunan? • Apa pengalaman yang telah membantu Anda memahami peranan dan pentingnya keluarga fana? K E LUAR G A K E K AL— P ELAJARAN 6 Keluarga Kekal Kita “Rencana kebahagiaan yang ilahi memungkinkan hubungan keluarga untuk dilanjutkan setelah kematian” (“Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign atau Liahona, November 2010, 129). “Sementara keselamatan individu kita didasarkan pada kepatuhan individu kita, adalah sama pentingnya bahwa kita memahami bahwa kita masing-­masing merupakan bagian penting dan integral dari sebuah keluarga dan berkat-­berkat tertinggi yang dapat diterima hanya dalam sebuah keluarga kekal. Ketika keluarga-­keluarga berfungsi sebagaimana dirancangkan oleh Allah, hubungan yang terdapat di dalamnya adalah yang paling berharga dari kefanaan. Rencana Bapa adalah bahwa kasih dan kerekanan keluarga akan berlanjut hingga kekekalan. Menjadi satu dalam sebuah keluarga mendatangkan tanggung jawab besar untuk merawat, mengasihi, mengangkat, dan memperkuat setiap anggota keluarga agar semua dapat dengan benar bertahan sampai akhir dalam kefanaan dan tinggal bersama-­sama di sepanjang kekekalan. Tidak cukup sekadar menyelamatkan diri kita sendiri. Adalah sama pentingnya bahwa orangtua, saudara lelaki, dan saudara perempuan diselamatkan dalam keluarga kita. Jika kita pulang sendiri ke rumah Bapa Surgawi kita, kita akan ditanya, ‘Di manakah anggota keluarga yang lain?’ Inilah sebabnya kita mengajarkan bahwa keluarga adalah kekal selamanya. Sifat kekal dari seseorang menjadi sifat kekal dari keluarga” (Robert D. Hales, “The Eternal Family,” Ensign, November 1996, 65). Pertanyaan pembahasan: • Dalam hal-­hal apa keluarga merupakan bagian inti dari tujuan kekal kita? • Apa saja tindakan saleh yang anggota keluarga dapat ambil untuk membantu mendatangkan keselamatan bagi satu sama lain? © 2015 OLEH INTELLECTUAL RESERVE, INC. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG. • Kapankah seorang anggota keluarga telah mengangkat atau memperkuat Anda dalam suatu cara yang mengilhami Anda untuk bertahan sampai akhir? BU K U PE DO MAN G U R U K E LUAR G A K E K AL—P ELAJARAN 21 Berkat-­Berkat dari Doa Keluarga, Penelaahan Tulisan Suci Keluarga, dan Malam Keluarga Sewaktu Anda membaca ajaran-­ajaran berikut dari para pemimpin Gereja, garis bawahi berkat-­berkat yang datang dari doa keluarga dan penelaahan tulisan suci harian, dan malam keluarga mingguan. Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan: “Para orangtua, bantulah menjaga anak-­anak Anda dengan mempersenjatai mereka pagi dan malam hari dengan kuasa doa keluarga .... Lindungi anak-­anak Anda dari pengaruh duniawi yang negatif dengan membentengi mereka dengan berkat-­berkat luar biasa yang berasal dari doa keluarga. Doa keluarga hendaknya menjadi prioritas non-­negosiasi dalam kehidupan sehari-­hari Anda. … Jadikan itu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-­hari. Jika Anda ingin anak-­anak Anda mengenali, memahami, dan menindaki bisikan-­bisikan Roh, Anda harus menelaah tulisan suci bersama mereka .… Melalui penelaahan tulisan suci setiap hari yang konsisten, Anda akan menemukan kedamaian dalam kekacauan di sekitar Anda dan kekuatan untuk menolak godaan. Anda akan mengembangkan iman yang kuat dalam kasih karunia Allah dan mengetahui bahwa melalui Pendamaian Yesus Kristus segalanya akan dijadikan baik menurut waktu Allah” (“Jadikan Menjalankan Iman Anda Prioritas Utama,” Ensign atau Liahona, November 2014, 93–94). Sister Linda S. Reeves dari presidensi umum Lembaga Pertolongan mengajarkan: “Saya harus bersaksi tentang berkat-­berkat dari penelaahan tulisan suci dan doa harian serta malam keluarga mingguan. Ini adalah praktik-­praktik penting yang membantu menyingkirkan stres, memberi arahan bagi hidup kita, dan menambah perlindungan bagi rumah tangga kita” (“Perlindungan dari Pornografi—Rumah Tangga yang Berfokus pada Kristus,” Ensign atau Liahona, Mei 2014, 16–17). Presiden Thomas S. Monson menyatakan: “Doa keluarga adalah penghalang terbesar bagi dosa, dan karenanya penyedia yang murah hati dari sukacita dan kebahagiaan” (“Hallmarks of a Happy Home,” Ensign, November 1988, 69). © 2015 OLEH INTELLECTUAL RESERVE, INC. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG. Renungkanlah pertanyaan berikut: • Manakah dari berkat-­berkat ini yang telah Anda alami dalam keluarga Anda atau yang telah Anda lihat dalam keluarga lainnya? • Apa yang dapat Anda lakukan sekarang untuk lebih sepenuhnya menerima berkat-­berkat ini?