BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ini berisi ringkasan penelitian serta kesimpulan yang diambil dari penelitian ini, keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk RSUD Muntilan. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit yang berisi bahwa rumah sakit sebagai institusi layanan kesehatan untuk masyarakat diikuti dengan kemajuan ilmu kesehatan, teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang bermutu dan terjangkau. Disebutkan pula pada Pasal 1 ayat 1 yakni rumah sakit menyediakan pelayanan untuk perorangan dilakukan secara lengkap salah satunya adalah rawat inap. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit kepada masyarakat haruslah memiliki inovasi-inovasi dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan. Disisi lain, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional kepada masyarakat. Agar dapat memberikan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan profesional serta kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan efisiensi dan efektif, rumah sakit membutuhkan bentuk informasi yang lengkap. Salah satu bentuk untuk memperoleh infromasi lengkap adalah dengan menggunakan biaya satuan agar rumah sakit dapat memenuhi biaya operasional. Berdasarkan KEPMENKES Republik Indonesia No. 560/MENKES/SK/IV/2003 bahwa pola tarif yang dilakukan rumah sakit didasari pada akuntansi nirlaba dan pemungutan biaya dilakukan sebagai imbalan jasa pelayanan yang diberikan sesuai dengan tarif yang 113 berlaku. Perhitungan biaya satuan bertujuan agar pihak yang berkepentingan untuk menghitung biaya secara riil baik perencanaan anggaran, pengendalian biaya, penetapan harga, penetapan subsidi serta pengambilan keputusan dalam memenuhi pelayanan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi atas penetapan tarif rawat inap pada RSUD Muntilan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui biaya aktivitas yang dikonsumsi rawat inap RSUD Muntilan serta dilakukan sebagai suatu kebutuhan dalam meningkatkan kualitas layanan rawat inap. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah. Bagaimana cara menghitung tarif dengan menggunakan ABC? Apakah hasil perhitungan tarif RSUD Muntilan dengan menggunakan ABC memiliki selisih lebih besar dengan tarif RSUD Muntilan saat ini? Mengapa ada perbedaan perhitungan biaya rumah sakit saat ini dengan menggunakan biaya satuan (unit cost) dengan metode ABC? Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung tarif jasa layanan dengan metode ABC pada pelayanan rawat inap RSUD Muntilan, menunjukkan selisih tarif layanan kesehatan rawat inap RSUD Muntilan sebelum dan sesudah menggunakan ABC, dan menunjukkan penyebab perbedaan perhitungan tarif jasa layanan RSUD Muntilan saat ini dengan menggunakan ABC. Agar dapat mengetahui kendala pada saat melakukan implementasi ABC, yakni dengan melakukan wawancara kepada pihak yang terlibat dalam menetapkan tarif rawat inap dengan tahapan menyusun transkrip hasil wawancara, 114 melakukan reduksi data, kategori data, dan sintesisasi data dan yang terakhir melakukan penarikan kesimpulan. Langka-langkah analisis data dimulai dari mengidentifikasi aktivitas, mengklasifikasikan biaya berdasarkan aktivitas, mengidentifikasi pemicu biaya dan menentukan tarif per unit pemicu biaya, membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif pemicu biaya dan ukuran aktivitas, membandingkan perhitungan tarif jasa rawat inap rumah sakit yang tidak dan dengan ABC. 7.2 Kesimpulan Penelitian ini merupakan evaluasi yang menilai penetapan tarif rawat inap pada RSUD Muntilan dengan melakukan analisis atas biaya aktivitas yang dikonsumsi. Dari hasil pembahasan Bab 6, dapat ditarik kesimpulan bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan ABC, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap menggunakan metode ABC diketahui besarnya untuk kelas VIP Rp 289.576; untuk kelas I Rp 257.832; untuk kelas II 158.037; untuk kelas III 83.711. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan ABC, apabila dibandingkan dengan tarif rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit saat ini terlihat bahwa kelas VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III memberikan hasil yang lebih besar. Dengan selisih untuk kelas VIP Rp 8.076 atau 2,86%; kelas I Rp 98.832 atau 62,15%; kelas II Rp 60.537 atau 62,08%; kelas III Rp 18.211 atau 27,80%. Perbedaan tarif terjadi disebabkan karena pembiayaan yang ditetapkan 115 Peraturan Bupati untuk setiap kelas rawat inap tidak membebankan biaya overhead rumah sakit yang ada pada masing-masing kelas. Akibatnya pembiayaan yang ditetapkan Peraturan Bupati untuk setiap kelas rawat inap tidak disesuaikan dengan konsumsi aktivitas yang diberikan kepada pasien. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing kelas dibebankan pada pemicu biaya sehingga mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. 7.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan data yang diperoleh tidak lengkap, dikarenakan penyimpanan data yang kurang teratur mengakibatkan sebagian data tidak dapat diperoleh. 2. Tidak mempertimbangkan subsidi atau tunjangan-tunjangan kesehatan dari pemerintah dalam menghitung tarif rawat inap. 7.4 Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan kendala-kendala dalam penetapan tarif rawat inap, maka peneliti menyarankan kepada pemerintah RSUD Muntilan sebaiknya melakukan hal-hal berikut: 1. Diharapkan pihak rumah sakit dapat memperbaiki sistem perhitungan tarif rawat inap saat ini dengan mempertimbangkan dan mengimplementasikan ABC sebagai alternatif perhitungan tarif rawat inap. Langkah-langkah yang harus dilakukan apabila RSUD Muntilan akan menerapkan ABC dalam penentuan harga pokok tarif rawat inap adalah sebagai berikut: 116 a. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi aktivitas yang merupakan faktor penyebab timbulnya biaya yang akan dibebankan pada tarif kamar rawat inap b. Mengidentifikasi pemicu biaya setiap biaya aktivitas c. Menentukan tarif per unit pemicu biaya d. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif pemicu biaya dan ukuran aktivitas e. Menghitung harga pokok rawat inap tiap kelas, dengan cara membagi biaya yang dibebankan pada tiap tipe kelas dengan jumlah hari perawatan tiap tipe kelas. Menghitung tarif yang dikenakan kepada pasien tiap kelas dengan cara membagi harga pokok rawat inap tiap kelas dengan kapasitas kamar pasien. 2. RSUD Muntilan sebaiknya mulai mempertimbangkan tarif rawat inap dengan menggunakan activity based costing (ABC) karena dengan ABC akan diperoleh informasi biaya rawat inap yang lebih akurat. 3. Mempersiapkan sumber daya manusia memadai untuk menerapkan ABC dengan memberikan pelatihan dengan melibatkan perguruan tinggi yang berkompeten. 4. Kenaikan tarif hendaknya diikuti dengan peningkatan fasilitas kamar tiap kelas dan sarana prasana. 5. Peran Pemerintah Daerah Kab. Magelang dalam memberikan subsidi dibutuhkan masyarakat karena kenaikan tarif yang cukup besar. 117