ABSTRAK Masyarakat, komunikasi, dan budaya, ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan. Masyarakat yang saling berkomunikasi membentuk suatu budaya. Budaya yang diciptakan tidak akan jauh berbeda dengan karakter dari masyarakat itu sendiri. Sebut saja masyarakat Samin, maka mereka akan menjalankan sebuah kebudayaan yang sesuai dengan ajaran yang diturunkan oleh Ki Samin Surontiko. Dusun Jepang, Desa margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, adalah markas besar para pengikut ajaran Saminisme. Sebuah ajaran yang memiliki sebuah keunikan tersendiri tentunya. Salah satu hasil dari wujud kebudayaan dari ajaran Saminisme adalah ritual pernikahan adat. Dalam pernikahan adat Masyarakat Samin terdapat beberapa ritual yang harus dijalani, diantaranya ritual “lamaran” dan “magang”. Di dalam ritual-ritual tersebut terdapat makna-makna yang syarat dengan proses komunikasi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu penulis berusaha mengangkat maknamakna yang terkandung dalam ritual “lamaran” dan “magang” dalam skripsi yang diberi judul, MAKNA RITUAL LAMARAN DAN MAGANG DALAM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAMIN Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi dan juga pendekatan sejarah yang pada tehnik penelitiannya lebih menekankan pada observasi non partisipan, wawancara, dan kepustakaan. Untuk penelitian ini penulis juga menggunakan teori interaksi sosial, teori tindakan sosial, teori interaksi simbolik, makna simbolik pada ritual dan teori perubahan sosial. Dan untuk melakukan analisis, penulis menggunakan unit-unit analisis dari Dell Hymes yang terdiri dari situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui makna dari situasi komunikatif, makna dari peristiwa komunikatif, dan makna dari tindak komunikatif yang terjadi pada ritual “lamaran” dan “magang” pernikahan adat masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian yang penulis dapatkan dari wawancara mendalam, observasi non partisipan, dan pengumpulan data yang diperoleh serta analisis perilaku komunikatif hasil wawancara dengan Mbah Hardjo Kardi terhadap ritual “lamaran” dan “magang” pernikahan adat masyarkat Samin adalah, bahwa dalam setiap ritual yang penulis analisis menunjukkan proses komunikasi dan perilaku perilaku komunikatif terjadi pada dalam ritual tersebut. Makna-makna yang muncul pun berdasarkan apa yang diperoleh dari informasi yang diberikan oleh Mbah Hardjo Kardi. i