“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Selamat bertemu kembali dalam Warta KKI bulan ini. Februari di Australia boleh dikatakan merupakan awal kesibukan tahunan sesudah liburan panjang musim panas. Di bulan ini mereka yang berlibur ke luar kota atau ke luar negeri hampir pasti telah pulang ke Melbourne dan kembali menjalankan aktivitas sehari-harinya. Entah mulai dengan pekerjaan baru atau tetap di tempat kerja yang lama. Dan tentu saja bulan Februari adalah awal tahun sekolah dan kuliah. Bagi anak-anak umur sekolah dan orang-tuanya waktu ini merupakan saat yang sibuk dan mungkin perasaan was-was bagi mereka yang anaknya baru pertama kali memulai sekolah. Mudah-mudahan si anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru di sekolah, begitulah harapan semua orang tua. Dan bagi mereka yang memulai studinya di perguruan tinggi atau universitas, we wish you all the best in your studies. Di awal tahun ini juga kita mengucapkan selamat jalan kepada Fr David Lemewu MGL. Romo David yang baru saja ditahbiskan menjadi imam tahun yang lalu tidak asing lagi bagi warga KKI. Sejak masa mahasiswanya di mudika dan pdkki David selalu aktif membantu KKI khususnya sebagai anggota koor. Romo David merayakan misa perpisahannya di Box Hill pada hari Minggu 22 Januari 2016 sebelum berangkat ke tempat tugasnya yang baru di Canberra. Dalam misa itu juga Romo David membaptis dua keponakan kembarnya. Anda dapat membaca lebih lanjut mengenai misa perpisahan Romo David ini lewat tulisan Minawati Munanto. Dalam edisi ini Anda juga dapat membaca tulisan Franciscus Suryana, “Merenung” yang membicarakan topik yang aktuil yaitu maraknya hoax alias berita bohong dalam social media masa kini dan kiat untuk menghadapinya. Dalam menghadapi berita semacam ini kita diajaknya untuk mengikuti teladan Bunda Maria. Selain itu Anda juga dapat mengikuti kisah perjalanan iman sepasang suami istri, Ulf Ekman dan Birgitta, yang masuk menjadi anggota Gereja Katolik pada tahun 2014. Ulf Ekman adalah pendiri Evangelical megachurch Word of Life di Uppsala, Swedia dan menjadi pastor Gereja itu selama 30 tahun. Menyambut Year of the Rooster 2017 ada baiknya kita menyimak latar belakang simbol ayam jago yang biasanya terletak di atap atau menara gereja-gereja, khususnya gereja tua. Artikel “Simbolisme Dalam Seni Katolik: Ayam Jago” berisi informasi mengenai topik tersebut. Sumber tulisan ini adalah situs web Lux Veritatis. EDISI Februari 2017 MISA KKI Minggu, 5 Maret 2017 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.15 Minggu, 12 Maret 2017 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC Pukul: 11.00 Minggu, 19 Maret 2017 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 26 Maret 2017 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church 631 Bourke Street Melbourne VIC Akhirnya, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, selamat membaca. Sampai jumpa dalam kegiatan-kegiatan KKI di tahun 2017 ini. 1 Pukul: 18.00 Misa Perpisahan Romo David Lemewu MGL Oleh Minawati Munanto Melbourne, 25 Jan 2017 Hallo teman teman semua, KKI sudah aktif lagi lho. Minggu tgl 22 Januari misa pertama kita di Boxhill. Kali ini misa dipimpin oleh Romo David (Mgl), rupanya sekalian beliau mau pamitan karena akan ditugaskan ke Canberra. Pater Bone, chaplain kita juga mendampingi misa hari ini. Tetapi selain itu dalam misa kali ini Romo David juga membaptis kedua keponakan kembarnya. Ternyata banyak sekali agenda hari ini. Dalam homilinya, Romo David menjelaskan bahwa Tuhan itu seperti Sinar, tidak berbobot, tapi bisa masuk ke mana-mana, termasuk ke dalam hati kita yang paling gelap sekalipun. Tuhan Yesus akan terus datang menghampiri seluruh umat manusia seperti sinar matahari yang hadir setiap hari tanpa lelah. Jadi tugas kita menerima sinar Tuhan dan membiarkanNya masuk ke dalam hati kita, menyinari seluruh bagian dari kita. Mudah-mudahan kita bisa menjadi sinar bagi teman-teman lainnya juga. Misa dilanjutkan dengan upaca pembaptisan si kembar, mereka tuch lucu sekali. Ketika dibaptis mereka tidak menangis lho, malah senang dan tertawa. Setelah selesai, Romo David memberikan selendang putih untuk mereka berdua. Seperti biasa, setelah misa semua berkumpul di belakang untuk makan siang dan ngobrol. Maklum sudah cukup lama tidak bertemu teman-teman KKI. Semua konsumsi yang tersedia habis total, kurang banyak atau lebih banyak orang yang datang yach.. apa pun itu yang penting semua senang. Sekian dulu teman-teman, sampai misa KKI berikutnya, harus hadir yach jadi tidak ketinggalan acara acara seru.. Salam sahabat, Mina Merenung Oleh Franciscus Suryana Akhir tahun lalu media massa Indonesia ramai membicarakan yang namanya Hoax. Hoax adalah berita yang diragukan kebenarannya alias berita bohong. Di jaman teknologi informasi seperti sekarang ini Hoax pada umumnya disebarluaskan lewat jejaring social media (WhatsApp, Facebook atau sejenisnya). Beberapa di antara kita yang aktif di social media pasti sering menerima berita yang di-forward oleh teman-teman kita. Seringkali reaksi spontan kita adalah mem-forward (menyebarkan) berita itu kepada teman-teman kita yang lain tanpa menelaah terlebih dahulu kebenaran dan dampak dari berita tersebut. Siapa tahu kalau berita itu ternyata adalah sebuah Hoax? Dalam menanggapi Hoax yang masuk ke dalam social media kita, mungkin kita perlu belajar dari Ibu Maria. Injil Lukas yang dibacakan pada misa hari Minggu 1 Januari yang lalu mengatakan bahwa ketika Ibu Maria mendengar cerita dari para gembala mengenai sang Bayi, beliau menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya. Jadi kalau kita menerima berita, apalagi yang sensasional, lewat sosial media alangkah baiknya kalau kita meneladan Ibu Maria dengan merenung sejenak dan mengevaluasi kebenaran berita tersebut. Lebih lanjut lagi coba kita pikir dampak berita itu kepada si penerima. Apakah menumbuhkan suka cita dan kegembiraan atau malah menimbulkan keresahan, kekhawatiran atau kemarahan? Kalau dampaknya ke arah yang negatif sebaiknya kita simpan saja berita itu untuk diri kita sendiri atau kita hapus berita itu dari social media kita. Tidak perlu mem-forward berita itu kepada rekan-rekan yang lain. Teknologi informasi memang dikembangkan untuk mempermudah komunikasi antar manusia. Hanya saja kita perlu waspada dalam menggunakan teknologi apalagi jejaring social media yang seringkali dipakai sebagai wahana untuk menyebarluaskan berita atau isu yang kebenarannya diragukan. Semoga teladan Ibu Maria dapat mengingatkan kita untuk merenung sejenak saat kita tergoda untuk menyebarkan berita yang baru kita terima di social media. Mari kita cermati kebenaran dan dampak berita itu sebelum memutuskan apakah perlu mem-forward berita ini kepada teman-teman kita. Selamat Tahun Baru 2017. Salam, Franciscus Suryana Warga lingkungan St. Yohanes 2 Simbolisme Dalam Seni Katolik: Ayam Jago Pernahkah anda memandang menara atau atap gereja? Pernahkah anda melihat ada patung ayam jago di atas menara atau atap gereja tersebut? Ayam jago adalah salah satu simbol Katolik dengan makna paling tua dalam sejarah. Kita tahu bahwa kokok ayam jago menandakan terbitnya matahari. Bisa dibilang, kokok ayam jago menyambut fajar. Gelar Kristus yang bangkit adalah Sang Fajar atau Sang Timur (Latin: Oriens). Secara umum, fajar juga menandakan harapan, harapan bahwa Tuhan akan datang, saat di mana kegelapan dosa dikalahkan. Dengan demikian, ayam jago, sebagai hewan yang menyambut fajar, melambangkan umat Allah yang berjaga-jaga dan menyambut Kristus yang bangkit. Dalam kegelapan, kita bersabar sambil terus waspada menunggu terbitnya Sang Fajar yang mengalahkan maut. [Makna ini akan lebih dalam artinya jika bangunan gereja dirancang sedemikian rupa sehingga Misa dirayakan “ad orientem” (menghadap ke timur), dengan imam membelakangi umat [Catatan LuxVer : Lebih tepat dikatakan bila imam dan umat sama-sama menghadap Tuhan [Ad Dominum]]. Cara Misa inilah yang digunakan dalam Misa Latin Tridentina (Tridentine Latin Mass, TLM). Banyak gereja tua di Eropa memiliki altar yang menghadap ke timur.] Prudentius, seorang uskup dari Troyes, pernah menulis: “They say that the night-wandering demons, who rejoice in dunnest shades, at the crowing of the cock tremble and scatter in sore affright.” (Terjemahan bebas: “Mereka berkata bahwa setan-setan yang berkeliaran saat malam, yang bergembira di dalam bayangbayang paling gelap, saat kokok ayam jago akan gemetar ketakutan dan tercerai berai.”) Selain itu, ayam jago juga mengingatkan kita akan kisah Santo Petrus yang menyangkal Kristus tiga kali sebelum ayam berkokok. Simbol ayam jago di atap gereja hendak memperingatkan kita agar kita terus berjaga-jaga setiap waktu, menjaga iman kita tetap menyala dengan doa dan amal kasih, sebab kita tidak tahu kapan Sang Fajar akan datang. (Sumber: Lux Veritatis) Menyeberangi Sungai Tiber: Perjalanan Iman Ulf dan Birgitta Ekman Menjadi Katolik Oleh Rufin Kedang Seperti kita ketahui Tiber adalah sungai yang mengalir melintasi kota Roma. “Menyeberangi sungai Tiber” adalah istilah atau lebih tepat metafor untuk melukiskan berpindahnya orang, khususnya dari denominasi Kristen yang lain, ke Gereja Katolik. Selain “crossing the Tiber” dikenal juga istilah “crossing the Thames” untuk perpindahan masuk Gereja Anglikan dan “crossing the Bosphorus” untuk perpindahan masuk Gereja Ortodoks. Pada hari Selasa tanggal 17 Januari yang lalu kami berempat, Bp Frans Lasut, Istas Hidayat, Ben Sugija dan saya menghadiri Public Lecture di Cardinal Knox Centre, East Melbourne di samping St Patrick’s Cathedral. Kegiatan ini diadakan oleh Catholic Charismatic Renewal (CCR) Melbourne dalam rangka merayakan 50 tahun gerakan Renewal sedunia dengan tema Hope is Rising. CCR menurut sejarahnya berawal dari retret college students di Duquesne University, Pittsburg di bulan Januari 1967 dan sejak itu gerakan ini menyebar ke seluruh dunia. Puncak Golden Jubilee CCR pada tahun ini akan diadakan di Rome dalam perayaan Misa Pentakosta bersama Bapa Suci Paus Fransiskus di St Peter’s square. Pembicara di Cardinal Knox Centre malam itu adalah Ulf Ekman yang didampingi oleh istrinya Birgitta. Ulf Ekman adalah mantan pastor dan pendiri Evangelical megachurch Word of Life di Uppsala, Swedia. Dia menamatkan pendidikannya dalam bidang etnografi, sejarah dan teologi di Universitas Uppsala dan pada tahun 1979 ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Lutheran Swedia dan selama beberapa tahun menjadi chaplain di universitas tersebut. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya selama setahun di Rhema Bible Training Centre di Tusla, Oklahoma, USA dan ketika kembali dia mendirikan Word of Life. Lewat Gerejanya dia mengirimkan banyak misionaris ke berbagai negara untuk menyebarkan Injil. Dia diakui sebagai “the most influential Sweden’s pastor.” Dengan latar belakang seperti ini, masuknya Ulf dan Birgitta Ekman menjadi Katolik tentu saja menjadi berita besar, seperti yang dikatakannya sendiri, “”It caused uproar in Sweden when I left my Protestant ministry and became a Catholic.” 3 Menurut Ulf dan Birgitta keyakinan mereka untuk masuk Katolik tidak terjadi tiba-tiba atau dalam waktu yang singkat, melainkan melewati proses yang panjang selama banyak tahun. Juga perpindahan mereka masuk Katolik adalah suatu langkah yang tidak mudah karena sebagai pastor dia tentu dianggap meninggalkan jemaatnya. Apakah dia mengkhianati mereka dan panggilan hidupnya? Apakah yang diajarkannya kepada mereka selama ini salah? Mengapa dia yang begitu kokoh selama ini, bahkan dulu mengeritik Gereja Katolik dan menentang kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Uppsala di tahun 1989, begitu saja menyerah dan masuk Katolik? Tetapi bagi suami istri ini tidak ada jalan lain selain menjadi Katolik sesudah proses panjang renungan, doa, bacaan dan interaksi dengan orang-orang Katolik. Selama 15 tahun Ulf Ekman menyuarakan tentang pentingnya kesatuan terutama dengan Gereja-gereja historis khususnya Gereja Katolik. Di akhir tahun 70-an ketika duduk bersama kawannya di sebuah restoran Ulf Ekman tiba-tiba menangis karena secara rohani dia merasakan kesedihan Yesus mengenai GerejaNya yang terpecah belah. “It was like a flash, that this doesn’t please God and that Jesus mourns over this fact.” Dasar Kitab Suci yang menjadi pegangannya mengenai tema kesatuan ini adalah Injil Yohanes 11:52, bahwa Yesus wafat bukan hanya untuk satu bangsa (Yahudi) saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Dalam ceramah malam itu Ulf Ekman mengatakan bahwa dengan latar belakang karismatik, dia dan istrinya ingin melihat tanda-tanda yang membantu meneguhkan mereka dalam perjalanan iman mereka menjadi Katolik. Salah satu yang disebutnya adalah saat mereka berdua tinggal selama tiga tahun di Israel di mana Ulf memulai sebuah study centre. Di Israel mereka bertemu dengan banyak sekali orang Katolik dari berbagai tipe, dari yang paling konservatif sampai yang karismatik, dan hal itu sangat mengesankan mereka. Tempat tinggal mereka di Israel adalah situs biblis di mana Maria mengunjungi Elizabeth (Lukas 1:39-40). Di tempat ini Ulf dan Birgitta merenung tentang apa yang sebelumnya tidak menjadi fokus refleksi mereka, yaitu peranan Maria dalam sejarah penyelamatan, bahwa dengan mengatakan “ya” (“fiat”), Yesus Putra Allah menjadi manusia dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Dalam Gereja Katolik, Maria yang diakui sebagai Bunda Allah mendapat tempat yang istimewa. Pada kesempatan lain Ulf dan Birgitta mengunjungi Basilika Santo Petrus dan makam rasul Petrus yang terletak persis di bawah altar agung basilika. Kenyataan ini mengingatkan mereka pada perkataan Yesus kepada rasul Petrus: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Dan ketika keluar dari basilika dan berdiri menghadapi St Peter’s square mereka melihat sekawanan burung yang terbang melintas dan perlahan-lahan kawanan itu membuat suatu bentuk, yaitu a question mark (?) yang bagi mereka seakan-akan ini adalah pertanyaan dari Tuhan, sampai kapan kamu menunggu to join the Catholic Church? Dalam salah satu wawancaranya Ulf Ekman menyebut beberapa hal yang membawa mereka makin dekat ke Gereja Katolik (Catholic Herald, 24 April 2014). Perkenalannya dengan uskup Anders Arborelius memberikan kesan yang mendalam. Uskup Anders seorang anggota Karmelit yang ditahbiskan uskup pada tahun 1998 adalah uskup Swedia pertama sejak masa Reformasi. Mengenai uskup ini Ulf berkata “His example and his deep spiritual life really spoke very strongly to me.” Selain itu pengalaman mereka di Israel, kontak mereka dengan Komunitas Karismatik Katolik, gerakan monastik dan banyak kalangan Katolik ikut mempengaruhi perjalanan iman mereka. Pada tanggal 21 Mei 2014 Ulf Ekman dan istrinya Birgitta diterima menjadi anggota Gereja Katolik setelah melewati masa persiapan seperti biasanya. Benjamin, anak bungsu dari keempat anak mereka, telah lebih dulu masuk Katolik meskipun Ulf dan Birgitta sebelumnya berpikir bahwa Benjamin akan memilih masuk Gereja Ortodoks. Mengenai perjalanan iman mereka ini Ulf Ekman ingin menekankan hal masuknya mereka menjadi anggota Gereja Katolik, bukan keluarnya mereka dari megachurch yang didirikannya. Banyak hal positif yang telah dicapainya dari Gereja itu tetapi mereka sungguh-sungguh merasa perlu untuk melangkah masuk Gereja Katolik, seperti yang dikatakaannya dalam salah satu tulisannya. “So we do not reject our background and the rich ministerial experiences we have had over the many years as founders and leaders of Word of Life. We are forever thankful to the Lord, for all He has done. But we are immensely happy and grateful that we now understand that we really need the Catholic Church in our continued life and service to the Lord” (“How I Moved from my megachurch to Catholicism”, Catholic Herald 13 August 2014). 4