gambaran keluar tindakan kesehatan stroke

advertisement
GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN
TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA DENGAN
STROKE BERULANG DI WILAYAH KERJA
CIPUTAT TIMUR
PUSKESMAS
PU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
NINING RATNASARI
109104000035
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNHYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Nining Ratnasari
NIM
: 109104000035
Judul Skripsi
: Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan
Kesehatan Pada Keluarga dengan Stroke Berulang di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam skripsi ini:
1. Skripsi ini merupakan hasil
karya
memenuhi salah satu
persyaratan
Fakultas
dan
Kedokteran
asli saya yang diajukan untuk
memperoleh
gelar
strata
1
di
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
di
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu
Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Ciputat, Januari 2014
Nining Ratnasari
i
ii
iii
iii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nining Ratnasari
Tempat, Tanggal Lahir
: Kebumen, 05 Juli 1991
Status Pernikahan
: Belum menikah
Alamat
: Ujung Menteng Rt.004/008 No.35 Medan Satria,
Bekasi Barat 17132
Telepon
: 085711140649
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Medan Satria VII Bekasi Barat
[1996-2002]
2. SMP Negeri 256 Jakarta Timur
[2002-2005]
3. SMA Negeri 89 Jakarta Timur
[2005-2008]
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization
Era” tahun 2009
2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
pada tahun 2009
3. Seminar “Produk yang Aman, Bergizi dan Halal untuk Kemandirian
Bangsa” tahun 2009
4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
pada tahun 2009
v
5. Seminar Kesehatan “Perawatan
Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” tahun 2010
6. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco”
tahun 2010
7. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment
Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The
Future” tahun 2011
8. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”
tahun 2012
9. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012
10. Seminar Nasional
“Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan
Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan
Global” tahun 2012
11. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam
Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
12. Seminar Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan
Diagnostic Reasoning” tahun 2012
13. Workshop Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan
Diagnostic Reasoning” tahun 2012
14. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept,
Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in
Indonesia” tahun 2013
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Pelajarilah olehmu akan ilmu, sebab mempelajari ilmu akan memberikan rasa takut kepada
Allah SWT. Menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ulang merupakan tasbih,
membahasnya merupakan jihad, mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahui
merupakan sedekah, dan menyerahkan kepada ahli-Nya merupakan pendekatan diri kepada
Allah SWT”. (HR. Ibnu Abdul)
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan,
dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan
selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
My Big and Little Brother
Untuk kakak dan adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian,
walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa
tergantikan, Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang
terbaik untuk kalian semua...
My Best friend’s
(Land-J tercinta: Nurqom, Erin, Nurul, Novia, Sandra, Fifo, Tami)
Buat sahabatku, terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ojekkan, dan
semangat yang kalian berikan selama kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah
kalian berikan selama ini. Sayang kalian semua. Semoga keakraban kita selalu terjaga.
Land-J Fighting!
PSIK Angkatan 2009
‘Empat tahun” waktu itu cukup untuk ku mengatakan aku bangga pernah berada di tengahtengah kalian.
.……..”Your Dreams Today, Can Be Your Future Tomorrow”…….
NINING RATNASARI
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Januari 2014
Nining Ratnasari, NIM: 109104000035
Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada
Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Timur
xvii + 82 halaman + 7 lampiran
ABSTRAK
Kemampuan keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
anggota keluarga yang sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada anggota keluarga dengan
stroke berulang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi deskriptif dan pengambilan data penelitian dilakukan
dengan wawancara mendalam. Partisipan dipilih dengan tehnik purposive
sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang bertugas
dalam membuat keputusan, terutama terkait masalah kesehatan dalam keluarga.
Data dianalisis menggunakan langkah-langkah analisis data dalam penelitian
kualitatif meliputi: reduksi data, display data, analisa isi, dan pengambilan
kesimpulan. Hasil penelitian ini didapatkan pengambilan keputusan keluarga
dalam memutuskan tindakan kesehatan meliputi tema-tema sebagai berikut,
faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, proses pengambilan
keputusan, keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan, keluarga dalam
memutuskan penggunan pelayanan kesehatan, dampak psikologis terhadap
pendelegasian pembuatan keputusan, cara untuk pencegahan stroke berulang, dan
ketidakpatuhan pengobatan. Pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan
faktor penting dalam menentukan bagaimana pasien akan mendapatkan
pengobatan dan perawatan. Pelayanan kesehatan sendiri perlu pemahaman dalam
proses pembuatan keputusan keluarga, hal ini penting dalam memberikan
perawatan kesehatan efektif, terutama jika keluarga mempunyai masalah dalam
memutuskan kebutuhan perawatan kesehatan.
Kata kunci: keluarga, pengambilan keputusan, stroke berulang
Daftar bacaan 70 (1993-2013)
viii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2014
Nining Ratnasari, NIM: 109104000035
Description of Family in Deciding Health Action in Families with Recurrent
Stroke in Puskesmas Ciputat Timur Working Area
xvii + 82 pages + 7 attachments
ABSTRACT
Family's ability to make appropriate health decisions are influenced by knowledge
of the family in identifying health problems of family members. This study aims
to determine how the family in deciding health action in family members with
recurrent stroke. The method used is qualitative research with descriptive
phenomenological approach and data research retrieval done with in-depth
interviews. Participants were selected by purposive sampling technique.
Participants in this study were family members who served in making decisions,
especially related health problems in the family. Data were analyzed using the
steps of data analysis in qualitative research include: data reduction, data display,
content analysis, and conclusions. The results of this study showed family
decision making in deciding health measures include the following themes: the
factors that influence decision-making, decision making process, family in
deciding treatment financing, family in deciding to use of health services, the
psychological impact of delegating decision -making, how to prevent recurrent
stroke, and treatment adherence. Decision making in the family is an important
factor in determining how a patient will receive treatment and care. The health
service have to understanding of family decision-making process, it is important
to provide effective health care, especially if the family has a problem in deciding
health care needs.
Keywords: family, decision making, recurrent stroke
Reading list 70 (1993-2013)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang. Puji syukur atas nikmat dan kebesaran-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Keluarga dalam Memutuskan
Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk memeperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.
Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai
pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak yang
tidak terhingga, kepada:
1. Bapak Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku pembimbing
x
kedua yang banyak sekali memberikan masukan, pengetahuan dan
membimbing penulisan.
3. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M. Kep selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk meberikan bimbingan,
petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.
4. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di
Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis, serta staf akademik Bapak Azib
Rosyidi, S,Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah membantu urusan di kampus.
6. Ucapan terimakasihku yang teristimewa kepada keluarga, terutama orang tua
penulis yang tercinta (Jerisman Johan dan Siti Chotimatun) yang selalu
mendoakan anaknya serta memberikan dorongan baik materi maupun moril
dan kakak dan adik penulis yang tercinta (Juliardi Johan dan Febri Oktavian)
yang selalu meberikan support dan doa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna kerena
keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. semoga rahmat
Allah SWT selalu tercurah untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, Januari 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................5
C. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................6
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga ..................................................................................................8
1. Definisi keluarga ..............................................................................8
xii
2. Bentuk Keluarga ...............................................................................8
3. Struktur Keluarga .............................................................................10
4. Fungsi Keluarga ...............................................................................11
5. Tugas Kesehatan Keluarga ...............................................................12
B. Konsep Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan.......................................15
1. Definisi Kekuasaan Keluarga ...........................................................15
2. Landasan Kekuasaan Keluarga ........................................................15
3. Pembuatan Keputusan Keluarga ......................................................17
4. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan ....................................18
5. Dasar Pengambilan Keputusan.........................................................19
6. Etika Pengambilan Keputusan .........................................................21
C. Stroke .....................................................................................................22
1. Definisi Stroke..................................................................................22
2. Definisi Stroke Berulang ..................................................................23
3. Faktor Resiko Stroke ........................................................................23
4. Klasifikasi Stroke .............................................................................28
5. Patofosiologi Stroke .........................................................................29
6. Penatalaksanaan Stroke Berulang ....................................................31
D. Kerangka Teori ........................................................................................40
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep ....................................................................................41
B. Definisi Istilah .........................................................................................41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .....................................................................................43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................43
C. Partisipan Penelitian ................................................................................44
D. Instrumen Penelitian ................................................................................45
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................45
xiii
F. Teknik Analisa Data ................................................................................49
G. Validasi Data ...........................................................................................50
H. Etika Penelitian .......................................................................................51
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...................................................52
B. Hasil Penelitian ......................................................................................53
1. Karakteristik Partisipan ....................................................................53
2. Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan ...........54
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................64
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ............65
2. Proses pengambilan keputusan.........................................................68
3. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan ...................70
4. Keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan ......71
5. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan .73
6. Cara untuk pencegahan stroke berulang...........................................74
7. Ketidakpatuhan pengobatan .............................................................76
B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................77
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................79
B. Saran .......................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Tabel 2.1
Halaman
Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan
keputusan (decision-making framework)……………...
Tabel 2.2
22
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of
Table 5.1
High Blood Pressure)………………………………….
25
Karakteristik Partisipan………………………………..
53
xv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Tangerang
Selatan
Lampiran 3 Permohonan izin penelitian
Lampiran 4 Lembar perizinan peneliti untuk melakukan wawancara
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Informan
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Mendalam
Lampiran 7 Matriks AnalisisTematik
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular/ non-communicable diseases (NCD), terutama
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes
merupakan ancaman utama bagi kesehatan dan perkembangan manusia.
Keempat penyakit tersebut adalah pembunuh terbesar di dunia, diperkirakan
menyebabkan 35 juta kematian setiap tahun, 60% dari semua kematian secara
global dan 80% terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah (World Health Organization, 2008). WHO memperkirakan tahun
2015 akan terjadi peningkatan kematian akibat NCD sekitar 23% di negara
berpenghasilan menengah dan rendah (WHO, 2010).
Stroke merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular
(NCD) yang menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Stroke mengacu pada
setiap gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2005). Stroke
atau cedera serebrovaskular/ cerebrovascular accident (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak yang berkembang cepat (Smeltzer, 2001). Stroke adalah suatu
gejala klinis yang muncul akibat gangguan suplai darah ke otak yang dapat
bersifat irreversible dan dapat menyebabkan kematian.
Setiap tahunnya ±795.000 orang mengalami stroke baru atau berulang
(iskemik atau hemoragik). Sekitar 610.000 di antaranya adalah serangan
1
2
pertama, dan 185.000 adalah serangan berulang, dari semua stroke yang
terjadi, 87% adalah stroke iskemik, 10% stroke hemoragik intraserebral, dan
3% stroke hemoragik subaraknoid (American Heart Association, 2013).
Dalam 5 tahun dari kejadian stroke pertama, resiko stroke berulang
meningkat lebih dari 40%. Prevalensi nasional stroke di Indonesia adalah
0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Prevalensi stroke
di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Prevalensi
stroke di Provinsi Banten ditemukan sebesar 7,2 per 1000 penduduk, dan
yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5,9 per 1000 penduduk
(Riset Kesehatan Dasar, 2007).
Stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker, dengan laju mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama
dan 62% untuk serangan stroke selanjutnya (Smeltzer, 2001). Perth
Community Stroke Study menyatakan kematian pada 30 hari setelah stroke
berulang pertama adalah 41%, yang secara signifikan lebih besar dari pada
kasus kematian pada 30 hari setelah stroke pertama kalinya (22%) (Hardie et
al, 2004). Berdasarkan studi tersebut terlihat bahwa serangan stroke berulang
memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari serangan pertama. Di
Indonesia, stroke tanpa menyebut infark atau perdarahan intrakranial
merupakan penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pada tahun 2007
masing-masing 5,24% dan 3,99% dari seluruh kematian di rumah sakit (Profil
Kesehatan Indonesia, 2008).
3
Laporan Global Burden Disease 2000 (GBD 2000) menyatakan
bahwa penyakit serebrovaskular merupakan penyebab utama kecacatan pada
orang dewasa dan jutaan orang yang bertahan dari serangan stroke mengalami
kecacatan ringan sampai berat. Terdapat kira-kira dua juta orang pasien stroke
yang mampu bertahan hidup mempunyai beberapa kecatatan. Sekitar 40%
dari mereka memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
(Smeltzer, 2001). Perth Community Stroke Study menyatakan
risiko
kumulatif terjadinya kecacatan pada 30 hari setelah serangan stroke adalah
87% (Hardie et al, 2004).
Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik sistem keluarga merupakan
kemampuan / potensi aktual dari individu anggota keluarga untuk mengubah
perilaku anggota keluarga yang lain (Olson & Cromwell, 1975 dalam
Friedman, 2010). Struktur kekuasaan sangat berbeda antara satu keluarga dan
keluarga yang lain. Beberapa pengaturan kekuasaan dalam keluarga yang
bersifat disfungsional, selanjutnya akan menimbulkan maladaptif dan
gangguan kesehatan dalam keluarga (Friedman, 2010). Komponen utama
kekuasaan keluarga adalah pembuatan keputusan (Friedman, 2010), terutama
dalam hal ini adalah kemampuannya dalam memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita stroke berulang.
Pilot Study di California menyatakan penderita stroke yang tiba di
rumah sakit dalam waktu 3 jam setelah onset stroke, 4,3% menerima terapi
trombolisis. Tingkat keseluruhan pasien yang menerima terapi trombolisis
akan meningkat menjadi 28,6%. Jika semua pasien dengan onset stroke tiba
dalam waktu 1 jam, 57% bisa menerima pengobatan trombolitik (California
4
Acute Stroke Pilot Registry, 2005). Stroke dapat menyerang tiba-tiba dan bisa
berakibat fatal jika bantuan tidak segera dicari (WHO, 2005). Berdasarkan
penelitian tersebut peran keluarga adalah membuat keputusan untuk mencari
dan membawa pasien stroke kepada peayanan kesehatan yang tepat.
Kegagalan keluarga dalam membuat keputusan ketika onset stroke terjadi
dapat berakibat buruk bagi pasien dan keluarga sendiri, seperti peningkatan
ketergantungan pasien.
Sebuah penelitian kuantitatif tentang tugas kesehatan keluarga
menyatakan sebanyak 87,1% keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
61,3% keluarga mampu mengambil keputusan dengan baik, 80,6% keluarga
mampu memberikan perawatan, 67,7% keluarga mampu memodifikasi
lingkungan dengan baik, 98,8% keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan dengan baik (Amelia, 2012). Berdasarkan hasil tersebut
keluarga tampak kurang mampu dalam memutuskan keputusan yang tepat
untuk anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga untuk membuat
keputusan kesehatan yang tepat dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit (Stanhope, 2004).
Kesulitan pengenalan masalah ini bergantung pada informasi yang didapat
dan bagaimana keluarga menginterpretasikan informasi tersebut (Drummond,
1993).
Pembuatan/ pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan faktor
penting dalam menentukan bagaimana pasien akan mendapatkan pengobatan
dan perawatan. Karena itu, peneliti ingin melihat lebih dalam tentang
5
Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga
dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur.
B. Rumusan Masalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar pasien datang ke
rumah sakit lebih dari 24 jam pasca serangan stroke mencapai 46%. Hanya
13% pasien yang datang ke rumah sakit kurang dari 3 jam setelah onset
serangan (Pinzon, 2012). Interval waktu antara onset stroke dan kedatangan
ke rumah sakit (time-to-hospital) merupakan faktor kunci untuk pengobatan
segera dan hasil yang lebih baik dari pasien stroke. Penelitian yang dilakukan
oleh Martini, dkk. (2000) maupun Martini (2002) menunjukkan bahwa
kecepatan mendapat terapi merupakan faktor yang protektif terhadap kejadian
demensia atau gangguan kognitif setelah serangan stroke.
Salah satu penyebab kematian dan peningkatan disabilitas diduga
keterlambatan dalam mengambil keputusan oleh keluarga dalam membuat
keputusan untuk membawa pasien ke pelayanan kesehatan. Pengambilan
keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif yang akan digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah
kesehatan tersebut. Keluarga mempertimbangkan berbagai kemungkingan
dalam pengambilan keputusan ini, karena keputusan itu diambil dengan
sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan (Syamsi, 1995).
Pembuatan keputusan keluarga terdapat proses dan factor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan. Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang
terkait dengan pengambilan keputusan tindakan kesehatan. Dengan demikian,
peneliti merasa perlu untuk mengetahui Gambaran Keluarga dalam
6
Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke
Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah
gambaran
keluarga
dalam
memutuskan
tindakan
kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan
kesehatan pada anggota keluarga dengan stroke berulang.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan gambaran bagaimana keluarga mengenali masalah
kesehatan anggota keluarga dengan stroke berulang.
b. Mendapatkan gambaran bagaimana keluarga memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga dengan stroke berulang.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi pelayanan kesehatan
Manfaat penelitian bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memahami struktur kekuasaan keluarga yang penting dalam
memberikan perawatan kesehatan efektif, terutama jika keluarga
7
mempunyai masalah dalam mengimplementasikan perilaku sehat atau
memperoleh kebutuhan perawatan kesehatan.
2. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan
dan
perkembangan aplikasi keperawatan terutama terkait dengan perawatan
pasien stroke yang menjalani perawatan di rumah.
3. Bagi penelitian keperawatan
Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi
penelitian lain untuk kepentingan pengembangan ilmu keperawatan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi yang mendalam tentang gambaran keluarga dalam memutuskan
tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam (depth interview) menggunakan
pedoman wawancara. Wawancara dilakukan pada pembuat keputusan dalam
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami stroke berulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga
1. Definisi keluarga
Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah dua orang atau lebih
yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga.
Bailon dan Maglaya (1989) dalam Effendy (1998) mengatakan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dan peran dan menciptakan serta
mempertahankan satu budaya.
2. Bentuk keluarga
Friedman (2010) menguraikan beberapa tipe bentuk keluarga, antara lain:
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
(Suprajitno, 2004).
Variasi yang saat ini berkembang di antara
keluarga inti adalah dual-earning (kedua pasangan bekerja di luar
rumah) dan dyadic nuclear (keluarga tanpa anak)
b. Keluarga adopsi
Adopsi merupakan cara lain dalam membentuk keluarga. Dengan
menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua
seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya
8
9
menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua
maupun anak.
c. Keluarga asuh
Pengasuhan keluarga asuh adalah sebuah layanan kesejahteraan
anak, yaitu anak ditempatkan di rumah yang terpisah dari salah satu
orang tua atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan
dan kesejahteraan fisik serta emsional mereka.
d. Extended family
Extended family adalah keluarga inti ditambahkan dengan anggota
keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah, misalnya:
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya. Saat ini, keluarga orang tua tunggal juga dapat
diartikan dengan ibu atau ayah dengan anak tanpa pernikahan
f. Dewasa lajang yang tinggal sendiri (single adult)
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri tanpa keinginan untuk
menikah.
g. Keluarga orang tua tiri
Keluarga orang tua tiri atau keluarga campuran dikenal sebgai
keluarga yang menikah lagi, yang dapat terbentuk dnegan atautanpa
anak, dan keluarga yang terbentuk kembali. Tipe keluarga ini
10
biasanya terdiri atas seorang ibu, anak kandung ibu tersebut, dan
seorang ayah tiri.
h. Keluarga binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian
yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang
terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, denagn
keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan
dalam setiap rumah tangga (Ahrons & Perlmutter, 1982 dalam
Friedman, 2010).
i. Cohabiting family
Cohabiting family adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa menikah.
j. Keluarga homoseksual
Allen dan Demon (1995) dalam Friedman (2010) menyatakan
keluarga homoseksual adalah dua atau lebih individu yang berbagi
orientasi seksual yang sama (pasangan) atau minimal ada satu
homoseksual yang memelihara anak.
3. Struktur keluarga
Struktur keluarga menunjukan cara pengaturan keluarga, cara
pengaturan unit-unit dan bagaimana unit-unit ini saling mempengaruhi.
Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman (2010)
menyatakan ada empat dimensi struktural keluarga, yaitu:
11
a. Sistem nilai, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.
b. Jaringan komunikasi, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah—ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak
dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dan
keluarga inti.
c. Sistem peran, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
d. Kekuasaan
kemampuan
dan
pengambilan
anggota
keluarga
keputusan,
untuk
menggambarkan
mempengaruhi
dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan
4. Fungsi keluarga
Secara umum, fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dalam adalah
sebagai berikut.
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk megajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
12
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and sosial
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat
untuk
melatih
anak
untuk
berkehidupan
sosial
sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk
mengembangkan
kemampuan
individu
meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care
function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota
keluarga
agar
tetap
memiliki
produktifitas
tinggi.
Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Baiton dan Maglaya (1998) dalam Efendi & Makhfuldi (2009) tugas
kesehatan keluarga meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga mempengaruhi pengenalan dan interpretasi masalah
kesehatan/penyakit. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang
tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
13
akan berarti dan kerena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian anggota keluarga.
Mengenali masalah kesehatan keluarga dimulai ketika suatu gejala
individu (1) dikenali; (2) ditafsirkan terkait dengan keparahannya,
kemungkinan penyebab, dan
makna atau artinya; (3) dirasakan
menganggu oleh individu yang mengalami gejala tersebut dan
kelurganya. Tahap ini terdiri atas keyakinan keluarga akan gejala
atau penyakit seorang angota keluarga dan bagaimana menangani
penyakit tersebut (Doherty & Campbell, 1988; Campbell, 2000
dalam Friedman, 2010).
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan (pengobatan atau perawatan) yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga. Pencarian keperawatan dimulai ketika keluarga
memutuskan bahwa anggota keluarga yang sakit benar-benar sakit
dan membutuhkan pertolongan. Individu yang sakit dan keluarga
mulai mencari pengobatan, informasi, saran , dan validasi
professional
dari
extended
family,
teman,
tetangga,
pihak
nonprofessional lainnya (struktur rujukan awam), dan internet.
Keputusan menyangkut apakah penyakit anggota keluarga sebaiknya
ditangani di rumah atau di klinik atau di rumah sakit, cenderung
14
dinegosiasikan di dalam keluarga (Doherty, 1992 dalam Friedman,
2010).
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika
keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta batuan kepada
orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Ketika keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit, keluarga harus mengetahui bagaimana keadaan
penyakitnya, sifat dam perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
fasilitas yang dibutuhkan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga,
dan bagaimana sikap keluarga terhadap sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga
yang dimiliki, keuntungan atau menfaat pemeliharaan lingkungan,
pentingnya higiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan
bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bagi keluarga dimulai
saat dilakukan kontak dengan pelayanan kesehatan professional
15
dan/atau praktisi pengobatan tradisional atau rakyat. Banyak
penelitian telah menunjukan secara jelas bahwa keluarga berfungsi
sebagai lembaga yang membantu dalam menentukan tempat terapi
yang harus diberikan dan oleh siapa (de Souza & Gualda, 2000;
Pratt, 1976 dalam Friedman 2010). Keluarga bertindak sebagai agen
perujukan kesehatan utama dan akan merujuk anggotanya ke jenis
layanan atau praktisi yang dinilai sesuai.
B. Konsep Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan Keluarga
1. Definisi kekuasaan keluarga
Keluarga sama halnya dengan sistem social, mempunyai struktur
yang menetapkan siapa yang memegang kekuasaan dan bagaimana
hierarki keluarga atau perintah “urutan kekuasaan”. Cromwell dan Olson
(1975) dalam Friedman (2010) menuliskan bahwa kekuasaan adalah
suatu aspek fundamental terpenting semua interaksi social. Kekuasaan
sendiri memiliki
berbagai
pengertian, meliputi
kapasitas untuk
mempengaruhi, mengendalikan, mendominasi, dan membuat keputusan
(Friedman, 2010).
2. Landasan kekuasaan keluarga
Raven dan rekan (1975) serta Safilios-Rothschild (1976) dalam
Friedman (2010) mengidentifikasi berbagai tipe landasan kekuasaan yang
bisa terdapat pada keluarga, yaitu:
a) Kekuasaan legitimasi (kadang-kadang disebut otoritas primer)
berkenaan dengan keyakinan dan persepsi bersama dari anggota
16
keluarga dan ditandai dengan adanya satu orang yang mempunyai
hak untuk mengendalikan perilaku anggota yang lain.
b) Kekuasaan yang lemah dan tak-berdaya adalah suatu bentuk dari
kekuasaan legitimasi yang seringkali tidak di perhatikan. Tipe
kekuasaan ini dilandasi pada penerimaan hak secara umum bagi
mereka yang membutuhkan atau bagi mereka yang tidak berdaya
untuk mengharapkan bantuan dari mereka yang berada dalam posisi
yang memungkinkan untuk membantu.
c) Kekuasaan referen berlaku pada kekuasaan yang dimiliki seseorang
terhadap orang lain karena identifikasi ositif dari mereka, seperti
identifikasi positif seorang anak pada orang tuanya.
d) Kekuasaan sumber berasal dari adanya sejumlah sumber yang
bernilai dalam suatu hubungan. Kepemilikan dilihat sebagai penetu
utama kemampuan untuk mempengaruhi atau menekan orang lain
(Osmond, 1977 dalam Friedman, 2010).
e) Kekuasaan ahli merupakan tipe kekuasan dimana seseorang
mempersepsikan bahwa orang lain (ahli) mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian khusus atau berpengalaman.
f) Kekuasaan penghargaan berpegang pada harapan bahwa orang yang
dominan dan berpengaruh akan melakukan sesuatu yang positif
dalam merespon kepatuhan orang lain.
g) Kekuasaan memaksa atau dominan didasarkan pada persepsi dan
keyakinan bahwa orang yang memiliki kekuasaan tersebut bisa atau
17
akan menghukum manggota keluarga lain melalui ancaman, paksaan
atau kekerasan apabila mereka tidak mematuhi.
h) Kekuasaan informasional berpegang pada isi yang berpengaruh.
Kekuasaan ini terletak pada petunjuk, informasi, dan saran
mempengaruhi seseorang untuk bertindak tanpa upaya nyata untuk
mempengaruhi.
i) Kekuasaan afektif adalah kekuasaan yang diperoleh melalui
manipulasi anggota keluarga dengan memberikan atau menarik
afeksi dan kehangatan, serta dalam hal hubungan intim orang
dewasa.
j) Kekuasaan menejemen ketegangan
berasal dari kendali bahwa
anggota keluarga mencapai sesuatu dengan mengeola ketengan di
dalam konflik di dalam keluarga.
3. Pembuatan keputusan keluarga
Kekuasaan keluarga di teliti terutama dengan memfokuskan
pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan berkenaan dengan suatu
proses yang diarahkan pada pencapaian persetujuan dan komitmen dari
anggota keluarga untuk melaksanakan serangkaian tindakan atau
mempertahankan status quo (Friedman, 2010). Pembuatan keputusan
adalah teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya
mereka untuk memperoleh kendali dalam bernegosiasi atau proses
pembuatan keptusan (McDonald, 1980 dalam Friedman, 2010). Ada tiga
18
tipe proses pembuatan keputusan, antara lain, pembuatan keputusan
konsesus, akomodasi, dan de facto.
a. Tipe pertama pembuatan keputusan disebut dengan konsesus. Dalam
tipe ini, serangkaian tindakan tertentu secara timbal balik disetujui
oleh semua yang terlibat. Terdapat komitmen yang sama untuk
memutuskan, begitu pula kepuasan dengan anggota keluarga.
Keputusan konsesus disetujui melalui diskusi dan negosiasi.
b. Tipe kedua pembuatan keputusan disebut akomodasi. Anggota
keluarga mengalami pertentangan dalam pembuatan keputusan.
Seseorang atau lebih anggota keluarga selanjutnya membuat
kesepakatan, hal ini mungkin dapat melalui kompromi secara
sukarela yaitu kesepakatan dibuat oleh semua orang yang peduli atau
bersedia berkorban. keputusan akomodatif dibuat dalam satu
kontinum dari paksaan hingga kompromi.
c. Pembuatan keputusan de facto terjadi apabila sesuatu hal dibolehkan
terjadi begtu saja tanpa perencanaan. Pada suatu pembuatan
keputusan aktif dan sukarela, atau efektif, keputusan terjadi begitu
saja. Keputusan de facto dapat saja terjadi ketika terdapat
argumentasi yang tidak ada resolusi atau jika permasalahan tidak
diangkat atau didiskusikan.
4. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Menurut Hasan (2002), pengambilan keputusan sebagai suatu
kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain:
19
a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan
terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara
institusional maupun secara organisasional.
b. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut masa yang akan
datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Tujuan dari pengambilan keputusan itu sendiri dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Tujuan yang bersifat tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya
bahwa sekali diputusakan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
b. Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah,
artinya bahwa satu
keputusan
yang diambil itu sekaligus
memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif
atau yang bersifat tidak kontradiktif.
5. Dasar pengambilan keputusan
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari
permasalahan yang dihadapi dan individu yang membuat keputusan.
Dasar dalam pengambilan keputusan dijelaskan sebagai berikut:
20
a. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan akan lebih
bersifat subjektif, karenanya mudah terkena sugesti atau pengaruh
luar dan factor kejiwaan yang lain. Sifat subjektif dari keputusan
intuitif ini memiliki beberapa keuntungan: 1) karena yang
memutuskan itu satu orang, maka dapat segera di putuskan; 2) jika
pembuat keputusan memiliki ‘olah rasa’ yang tinggi, maka
keputusan yang diambil banyak yang tepat; 3) keputusan intutif ini
lebh cepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
b. Pengambilan keputusan rasional
Keputusan
yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan
pertimbangan
dari
segi
daya
guna.
Masalah-masalah
yang
dihadapinya juga merupakan masalah-masalah yang memerlukan
pemecahan
rasional.
Keputusan
yang
dibuat
berdasarkan
pertimbangan rasional ini lebih bersifat objektif.
c. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta berarti pengambilan
keputusan yang didasarkan pada informasi yang dikumpulkan.
Keputusan yang diambil dikatakan baik, jika informasi yang
didapkan
cukup.
Kesulitan
dalam
pengambilan
keputusan
berdasarkan fakta adalah pembuat keputasan sulit mendapatkan
informasi atau data yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
21
d. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
Pembuat keputusan sebelum mengambil keputusan melihat apakah
permasalahan yang sama atau mirip pernah terjadi sebelumnya. Jika
terdapat permasalahan yang sama, kemudian pembuat keputusan
menerapkan cara sebelumnya untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal ini pengalaman dijadikan pedoman dalam pengambilan
keputusan.
e. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
Keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimiliki. Keputusan
yang didasarkan atas wewenang mempunyai beberapa keuntungan:
1) usully readily accepted; 2) process authenticity; dan 3) provide
permanency.
(Syamsi, 1995)
6. Etika pengambilan keputusan
Etika pengambilan keputusan adalah komponen etika yang
berfokus pada proses bagaimana keputusan etis dibuat. Kerangka kerja
pengambilan keputusan sangat membantu dalam proses berfikir untuk
pengambilan keputusan yang etis. Kerangka kerja pengambilan
keputusan menggunakan prose pemecahan masalah. Ini digunakan
sebagai panduan dalam membuat keputusan yang sehat. Menurut Watson
(2002), “apakah kita mengakuinya atau tidak, kita membuat keputusan
kita sendiri. kita tidak bisa berpura-pura bahwa kita hanya mematuhi
22
beberapa aturan (atau otoritas) yang menyelesaikan masalah kita.
Memilih tidak bisa dihindari” (Stanhope, 2004).
Table 2.1 : Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan keputusan
(decision-making framework)
Langkah-langkah
Rasional
1. Mengidentifikasi berbagai masalah dan Seseorang tidak dapat membuat
keputusan jika mereka tidak dapat
dilema yang ada
menidentifikasi masalah yang ada.
2. Menempatkan
masalah-masalah Konteks sejarah, sosiologis, budaya,
ekonomi,
politik,
tersebut dalam konteks yang bermakna psikologis,
komunal, lingkungan, dan demograpi
mempengaruhi
bagaimana
cara
masalah dirumuskan.
3. Memperoleh semua fakta yang sesuai
Fakta mempengaruhi bagaimana cara
masalah di rumuskan.
4. Merumuskan masalah
Masalah mungkin perlu dimodifikasi
atau diubah atas dasar isi dan fakta.
5. Mempertimbangkan pendekatan yang Sifat dari masalah menentukan
pendekatan yang akan digunakan.
tepat untuk tindakan atau pilihan
6. Membuat keputusan dan mengambil Seorang profesional tidak dapat
menghindari pilihan dan tindakan
tindakan
dalam menerapkan keputusan
7. Mengevaluasi keputusan dan tindakan
evaluasi menentukan apakah atau
tidaknya pengambilan keputusan
yang digunakan tepat
Sumber: Stanhope, 2004
C. Stroke
1. Definisi Stroke
WHO (2006) mengatakan stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
23
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Termasuk
disini
perdarahan
subarachnoid,
perdarahan
intraserebral, dan infark serebral.
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan perdarahan
otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa
defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun
infeksi sisinan saraf pusat (Dewanto, 2007).
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh gangguan suplai darah pada
bagian otak (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).
2. Definisi Stroke Berulang (Recurrent Stroke)
Kejadian baru dari gejala yang muncul dapat dihitung sebagai
kejadian baru atau stroke berulang, kriteria stroke secara umum dapat
didefinisikan seperti hal diatas dan harus memenuhi:
a. Kejadian sebelumnya pada arteri yang sama dan terjadi pada 29 hari
atau lebih dari serangan sebelumnya.
b. Kejadian baru pada arteri yang berbeda dari sebelumnya dan terjadi
pada 28 atau beberapa hari dari serangan sebelumnya.
(WHO, 2006)
3. Faktor Risiko stroke
Zomorodi dalam Lewis et al (2011) menyatakan bahwa faktor
risiko stroke dapat dikategorikan kedalam faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi (non-modifiable) dan dapat dimodifikasi (modifiable).
24
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, jenis
kelamin, ras, dan herediter/keturunan (WHO, 2006).
1) Risiko stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia, dua
kali lipat lebih besar ketika seseorang berusia 55 tahun. Namun,
stroke dapat terjadi juga pada semua usia. Prevalensi kejadian
stroke terhadap usia adalah sekitar 13% bagi individu 60-79
tahun, dan 27% setelah 80 tahun (Shang et al dalam Ross,
2012). Kejadian stroke pada anak di Amerika sekitar 6,4 per
100.000 anak (0-15 tahun), dan 4,6 per 100.000 anak (0-19
tahun) (American Heart Association, 2013).
2) Sroke juga lebih umum terjadi pada laki-laki dari pada wanita,
namun lebih banyak wanita meninggal akibat stroke dari pada
laki-laki.
3) Prevalensi kejadian stroke terhadap etnik/ras adalah 88/100.000
ras kulit putih, 149/100.000 Hispanik, dan 191/100, 000 ras kulit
hitam (Shang et al dalam Ross, 2012). Ras Africa- America
(berkulit hitam) memiliki risiko yang lebih besar mengalami
stroke daripada ras yang berkulit putih. Hal ini berhubungan
dengan tingginya insiden hipertensi, obesitas, dan diabetes
mellitus pada ras Africa- America (Zomorodi dalam Lewis et al,
2011).
4) Riwayat keluarga terhadap kejadian stroke, serangan TIA
sebelumnya, atau stroke sebelumnya juga meningkatkan risiko
25
terjadinya stroke (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).
Framingham Heart Study menyatakan orang tua yang pernah
mengalami stroke dikaitkan dengan peningkatan risiko 3 kali
lipat kejadian stroke pada keturunannya (American Heart
Association, 2013) .
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor-faktor yang
berpotensi dapat diubah melalui perubahan gaya hidup dan tindakan
medis, sehingga mengurangi risiko terjadinya stroke. Faktor risiko
yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, penyakit jantung,
merokok, konsumsi alkohol, obesitas, diabetes mellitus, kurang
aktivitas fisik, sleep apnea, penggunaan obat-oban, dan pola makan
yang buruk.
1) Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Smelzer & Bare, 2001). Lee (2011) menyatakan prehipertensi
memiliki hubungan yang erat terhadap insiden stroke. rata-rata
77% mereka yang menderita stroke memiliki riwayat tekanan
darah > 140/90 mmHg (AHA, 2013).
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe
on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High
Blood Pressure)
Klasifikasi
SBP
DBP
tekanan darah
mmHg
mmHg
Normal
< 120
≤80
prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi Stage 1
140-159
90-99
Hipertensi Stage 2
≥160
≥ 100
Sumber: JNC 7 Express, 2003
26
2) Penyakit jantung meliputi fibrilasi atrial, infark miokard,
kardiomiopati, abnormalitas katup jantung, dan kelainan jantung
conginetal juga temasuk kedalam faktor risiko stroke. Fibrilasi
atrium adalah faktor risiko yang paling penting diobati. Kejadian
fibrilasi atrium meningkat sejalan dengan peningkatan usia,
1,5% pada 50 sampai 59 tahun untuk 23,5% pada 80 sampai 89
tahun (American Heart Association, 2013). Fibrilasi atrium
bertanggung jawab terhadap sekitar 20% dari semua kejadian
stroke (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).
3) Dibetes melitus (DM) didefinisikan sebagai keadaan dimana
kadar gula darah puasa 126 mg/dl atau lebih besar yang diukur
dalam dua kesempatan pada hari yang berlainan. DM
merupakan faktor risiko yang penting terhadap kejadian stroke,
dan meningkatkan risiko kejadian stroke pada semua usia.
Individu dengan diabetes mellitus memiliki risiko lima kali lebih
besar terserang stroke dari pada individu yang tidak menderita
diabetes mellitus (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).
4) Peningkatan kolesterol serum (hiperlipidemia) didefinisikan
sebagai kondisi dimana kadar kolesterol total lebih atau sama
dengan 240 ml/dl. Kadar kolesterol yang tinggi merupakan
faktor
risiko
terjadinya
penyakit
kardiovaskular
dan
sebrovaskular. Data dari Honolulu Heart Program/ NHLBI
menemukan bahwa pada pria Jepang 71-93 tahun, memiliki
konsentrasi kolesterol HDL yang rendah, hal ini dihubungkan
27
dengan risiko stroke tromboemboli di masa depan daripada yang
konsentrasi kolesterol HDL tinggi (American Heart Association,
2013).
5) Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke, karena dapat
meningkatkan efek terbentuknya thrombus dan pembentukan
aterosklerosis pada pembuluh darah. Merokok meningkatkan
hampir dua sampai emapt kali lipat risiko stroke. Risiko stroke
akibat merokok berkurang secara substansial dari waktu ke
waktu setelah perokok berhenti, dan setelah 5 sampai 10 tahun,
perokok yang telah berhenti memiliki risiko yang sama dengan
individu yang tidak merokok (American Heart Association,
2013)
6) Efek alkohol terhadap risiko stroke tergantung pada jumlah yang
alcohol dikonsumsi. Mengkonsumsi lebih dari 1-2 minuman
beralkohol setiap hari memiliki risiko tinggi terhadap hipertensi,
yang juga meningkatkan risiko mereka menderita stroke.
7) Obesitas adalah keadaan dimana indeks massa tubuh > 25
kg/m2. Individu yang kelebihan berat badan atau obesitas
mengalami penurunan yang signifikan dalam harapan hidup. Di
samping itu, obesitas juga berkaitan dengan hipertensi, gula
darah
tinggi,
dan
kadar
lipid
darah,
yang
semuanya
meningkatkan risiko stroke.
8) Hubungan ketidakaktifan fisik dan peningkatan risiko stroke
sama besar baik pada pria maupun wanita, tanpa memandang
28
etnis/ras. Manfaat aktivitas fisik yang rutin dilakukan baik
ringan
maupun
sedang
dapat
memberikan
efek
yang
menguntungkan terutama untuk menurunkan faktor risiko.
Dalam case-control studi di Denmark, pasien yang mengalami
stroke iskemik adalah mereka yang kurang aktif secara fisik
pada minggu-minggu sebelumnya (American Heart Association,
2013).
9) Pengaruh diet pada stroke belum demikian jelas, meskipun diet
tinggi lemak jenuh dan rendah konsumsi buah dan sayuran dapat
meningkatkan risiko stroke. Penggunaan obat-obatan terlarang,
terutama penggunaan kokain, telah dikaitkan dengan risiko
stroke.
10) Sleep apnea merupakan faktor risiko independen untuk stroke
dan dapat meningkatkan risiko stroke atau kematian 2 kali lipat.
Selain itu, keparahan Sleep apnea dikaitkan dengan risiko stroke
yang lebih besar, pasien dengan sleep apnea parah memiliki 3
sampai 4 kali lipat kemungkinan stroke (American Heart
Association, 2013)
4. Klasifikasi Stroke
Ada dua klasifikasi utama stroke, yaitu stroke iskemik dan
hemoragik (Corwin, 2009), hal ini didasarkan pada penyebab dan temuan
patofisiologis (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011). Stroke iskemik atau
“brain attack” adalah kehilangan fungsi yang tiba-tiba sebagai akibat
29
dari gangguan suplai darah ke bagian-bagian otak, akibat sumbatan baik
sebagian atau total pada arteri. Tipe stroke ini terjadi hampir 80% dari
kejadian stroke (Goldszmidt & Caplan, 2011). Stroke iskemik dapat
dibagi menjadi lima jenis berdasarkan penyebabnya: thrombosis arteri
besar, penetrasi tombosis arteri kecil (stroke lakunar), stroke embolik
kardiogenik, kriptogenik (penyebab yang belum diketahui), dan stroke
akibat penggunaan kokain, koagulopati atau pembedahan karotid
(Smeltzer & Bare, 2003).
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah
sehingga menyebabkan iskemi (penurunan aliran darah) dan hipoksia
pada bagian otak (Corwin, 2009). Stroke hemoragik terjadi sekitar 10% 15% dari semua stroke (Shang et al, 2012) dan yang diakibatkan dari
perdarahan ke dalam jaringan otak itu sendiri (hemoragik intraserebral
atau intraparenchymal) atau ke dalam ruang subarachnoid atau ventrikel
(subarachnoid hemoragik atau perdarahan intraventricular) (Zomorodi,
2011).
5. Patofisiologi Stroke
Pada prinsipnya, baik stroke iskemik ataupun stroke perdarahan,
akan meyebabkan otak mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang
pada akhirnya akan menyebabkan gangguan metabolisme otak. Aliran
darah ke otak terhambat karena adanya thrombus dan embolus pada
stroke iskemia atau karena ekstravasasi darah di otak pada stroke
hemoragik, maka terjadilah kekurangan oksigen ke jaringan otak (Price,
30
2005). Kekurangan selama satu menit dapat mengarah pada gejala-gejala
yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran. Kekurangan oksigen
dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik
neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut sebagai infark (Hudak,
2010).
Sebagian besar stroke, berakhir dengan kematian sel-sel neuron.
Penurunan terhadap cerebral blood flow (CBF), antara 20%-50% dari
normal (10 sampai 25 ml/100g jaringan otak/menit) akan terbentuk
daerah penumbra. Sel-sel neuron dalam daerah penumbra ini
akan
mengalami kerusakan yang masih bersifat reversible (Price, 2005). Pada
daerah penumbra, kematian sel-sel otak akan semakin berkembang. Selsel otak kehilangan kemampuan untuk menghasilkan energi (ATP),
karena metebolisme otak beralih ke metabolisme anaerob (Smeltzer &
Bare, 2003). Jika energi otak berkurang, maka pompa natrium-kalium
akan berhenti berfungsi dan mengakibatkan pembengkakan neuron. Otak
akan berespon terhadap kondisi kekurangan energy ini, salah satunya
dengan peningkatan konsentrasi kalsium intrasel, yang kemudian
merangsang pelepasan neurotransmiter eksitatorik glutamate. Glutamat
bebas ini akan melekat di neuron otak lain yang pada akhirnya memicu
pengaktivan enzim nitrat oksida sintetase (NOS) yang kemudian
membentuk gas nitrat oksida (NO). Pembentukan NO ini akan
merangsang pengrusakan struktur sel-sel otak secara besar-besaran
(Price, 2005).
31
6. Penatalaksanaan Stroke Berulang
Penatalaksanaan stroke berulang dibagi kedalam terapi farmakologis,
terapi non-farmakologis dan terapi pembedahan.
a. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah terapi antiplatelet,
terapi antiplatelet secara signifikan mengurangi risiko gangguan
vascular berikutnya, seperti stroke dan infark miokard (National
Stroke Foundation, 2007).
Agen terapi antiplatelet yang umum
digunakan antara lain, aspirin, dipiridamol, dan clopidogrel (Hankey,
2007).
Agen terapi antikoagulan antara lain warfarin dan heparin. Suatu
fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya bilamana
stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau
infark massif dengan hemiplegia. Risiko pemberian antikoagulan
termasuk perdarahan intrakranial, perdarahan sistemik hingga
kematian. Oleh karena itu, penggunaan heparin pada semua pasien
dengan stroke iskemik akut sudah tidak direkomendasikan. Heparin
diindikasikan untuk mencegah stroke berulang pada pasien yang
memiliki risiko kardiak emboli (Bowman dalam Black & Hawks,
2009).
b. Terapi Non-farmakologis
Salah satu bentuk terapi non-farmakologis untuk mencegah kejadian
stroke dan stroke berulang adalah dengan perubahan perilaku
32
(behaviour change). Perubahan perilaku untuk mencegah kejadian
stroke ini mencakup perubahan kebiasaan kesehatan yang buruk
dengan mengubah gaya hidup (lifestyle change). Mengubah gaya
hidup untuk mencegah stroke berulang antara lain dengan
mengontrol tekanan darah, mengontrol kolesterol darah, mengontrol
gula darah, olahraga, diet, mereduksi stress, dan menghentikan
penggunaan rokok.
1) Mengontrol tekanan darah
Tekanan darah tinggi dikenal sebagai faktor risiko stroke yang
paling penting, dengan dua kali lipat risiko stroke untuk setiap
kenaikan tekanan darah sistolik 10-12 mmHg atau kenaikan
tekanan darah diastolik 7-8 mmHg (Lawes et al, 2004 dalam
Williams et al, 2010). Risiko stroke dapat direduksi hingga 50%
dengan perawatan yang tepat pada hipertensi (Zomorodi dalam
Lewis, Sharon L et al, 2011). Pada kebanyakan orang, hipertensi
dapat dikontrol melalui diet, obat-obatan, dan olahraga atau
kombinasi dari ketiganya. (National Stroke Association, 2013).
Berbagai obat antihipertensi memiliki kerja yang berbeda, yaitu
diuretik mengurangi volume darah dengan meningkatkan
ekskresi natrium. Pengobatan lain yang umum adalah beta
adrenergik blocker, yang mempengaruhi penurunan cardiac
output dan penurunan aktivitas plasma renin. Inhibitor
adrenergik sentral juga digunakan untuk mengurangi tekanan
darah dengan mengurangi aliran simpatis dari sistem saraf pusat.
33
Inhibitor adrenergik perifer juga digunakan untuk menghabiskan
katekolamin dari otak dan medula adrenal. Alpha adrenergic
blocker, vasodilator, angiotensin converting inhibitor enzim
(ACE inhibitor), dan calcium channel blocker juga telah
digunakan dalam pengobatan hipertensi (Taylor, 2006)
Dalam studi PROGRESS, pengobatan dengan kombinasi
perindopril dan indapamide untuk menurunkan tekanan darah
tekanan darah dengan 12 mmHg (sistolik) dan 5 mmHg
(diastolik)
dan
pengurangan
risiko
relatif
stroke
43%
(PROGRESS Collaborative Group, 2001 dalam Williams et al,
2010).
Pemeriksaan
terhadap
perawatan
stroke
telah
menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang buruk adalah
faktor yang paling penting dalam kematian akibat stroke,
ditambah lagi tekanan darah merupakan faktor risiko yang dapat
dihindari dan diobati (Rashid et al, 2003; Rudd et al, 2004
dalam Williams et al, 2010).
2) Mengontrol kolesterol darah
Kolesterol dan lipid yang tinggi dalam darah berhubungan
dengan risiko tinggi dari stroke dan serangan jantung.
Pengurangan agresif dari low-density lipoprotein kolesterol
cenderung menghasilkan manfaat yang lebih besar. Pengurangan
risiko relatif terhadap kejadian vaskular untuk pasien dengan
riwayat stroke tanpa penyakit arteri koroner yang dirawat
dengan agen statin.adalah sekitar 20%-30% (Lindsay et al,
34
2012; Humphrey et al dalam
Williams et al, 2010).
Pengurangan risiko tersebut diterapkan tidak hanya untuk pasien
dengan peningkatan total kolesterol lebih dari 5,2 mmol/l tetapi
juga untuk pasien dengan total kolesterol yang tidak teratur
serendah 3,5 mmol/l.
Statin bertindak sebagai inhibitor enzim HMG-CoA reduktase
yang mengontrol sintesis kolesterol dalam hati. Statin juga
memberikan efek perlindungan tambahan dengan menstabilkan
plak ateromatosa pada arteri, sehingga mengurangi risiko
pecahnya plak dan trombosis. Terapi statin yang lebih intensif
yaitu dengan menggunakan statin dosis tinggi, misalnya
atorvastatin 80 mg, akan memberikan manfaat yang lebih besar
(Amarenco et al, 2006; Topol, 2004 dalam Williams et al,
2010). Simvastatin 40 mg per hari
direkomendasikan untuk
pasien dengan TIA dan stroke yang memiliki kolesterol total
lebih dari 3,5 mmol/l, kecuali dengan kontraindikasi (Drugs and
Therapeutic Bulletin, 2007; Hankey, 2006 dalam Williams et al,
2010).
Selain penggunaan statin, pengontrolan kadar kolesterol darah
dapat dilakukan dengan makan makanan rendah lemak terutama
makanan rendah lemak jenuh, termasuk sayuran, buah-buahan,
daging tanpa lemak seperti ayam dan ikan, produk susu rendah
lemak dan kuning telur. Makanan yang kaya serat, termasuk
35
biji-bijian atau kacang kering (National Stroke Association,
2013).
3) Mengontrol gula darah
Diabetes merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung
dan diakui sebagai faktor risiko independen untuk iskemik
stroke. Kebanyakan orang dewasa dengan diabetes tipe 1 atau 2
memiliki risiko tinggi untuk penyakit vaskular (Lindsay et al,
2012). Dalam review stroke dan diabetes, Idris et al menyatakan
bahwa kombinasi antara diabetes dan stroke merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.
Bukti dari uji klinis yang dilakukan pada pasien dengan diabetes
mendukung kebutuhan untuk intervensi dini dan agresif untuk
pasien dengan gangguan kardiovaskular untuk mencegah
timbulnya, kekambuhan dan perkembangan stroke akut (Idris et
al, 2006 dalam Lindsay et al, 2012 )
Diabetes merupakan faktor risiko stroke yang dapat diubah.
Penanganan diabetes tipe I dapat dialkukan dengan memonitor
gula darah dan insulin. Tipe II, yang kadang diperburuk dengan
obesitas, sering dapat dikendalikan melalui penurunan berat
badan, olahraga, dan perubahan dalam kebiasaan makan.
Suntikan insulin tidak selalu dibutuhkan (National Stroke
Association, 2013).
36
4) Olahraga
Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko stroke karena memiliki
efek menguntungkan pada tekanan darah, diabetes dan berat
badan (Lee et al 2003, Wendel-Vos et al 2004 dalam Lawrence
et al, 2011). Pelatihan kebugaran fisik setelah stroke memiliki
manfaat kesehatan yang positif tetapi, manfaat terhadap
kesehatan tersebut hilang jika latihan berhenti (Saunders et al,
2009). Pedoman merekomendasikan aktivitas fisik selama 20
sampai 30 menit setiap hari dalam seminggu (SIGN 2008 dalam
Lawrence et al, 2011). Sebuah penelitian baru menunjukkan
bahwa orang yang berolahraga 5 kali atau lebih per minggu
memiliki risiko stroke berkurang (National Stroke Association,
2013).
5) Diet
Banyak faktor makanan yang berhubungan dengan risiko stroke.
Risiko stroke diturunkan dengan mengurangi jumlah asupan
lemak (Hooper et al 2011 dalam Lawrence et al, 2011). Diet
yang rendah garam dan kaya dengan sayuran, buah-buahan dan
rendah lemak dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Studi terbaru juga menunjukkan bahwa peningkatan asupan
potasium, (misalnya, buah-buahan segar dan sayuran), dapat
membantu
menurunkan
Association, 2013).
tekanan
darah
(National
Stroke
37
Sebuah
studi
di
Universitas
Harvard
baru-baru
ini
menyimpulkan bahwa makan lima porsi harian buah-buahan dan
sayuran dapat menurunkan risiko stroke sebesar 30%. Buah
jeruk dan sayuran seperti brokoli atau kembang kol sangat
bermanfaat. Konsentrasi yang lebih tinggi dari asam folat, serat,
dan potasium mungkin menjadi kunci untuk mengurangi
penyakit jantung dan stroke (National Stroke Association,
2013). Banyak penelitian mendukung hubungan antara kadar
homosistein dan penyakit pembuluh darah. Untuk mengurangi
kadar homosistein yaotu dengan asam folat dan vitamin B
sejauh belum memperoleh hasil yang memuaskan (Goldstein &
Rothwell, 2007 dalam Williams et al, 2010)
6) Stres
Jood et al (2009) mengidentifikasi asosiasi antara subtipe
tertentu stroke iskemik dan self-stress yang dirasakan dalam
lima tahun sebelum stroke (Lawrence M et al 2011).
Menghindari stress dan istirahat yang cukup merupakan salah
satu cara untuk mengurangi risiko stroke berulang. Hal ini
antara lain dapat dilakukan dengan istirahat cukup dan tidur
teratur antara 6-8 jam sehari. Menurut WHO, mengendalikan
stress
dengan
cara
berpikir
positif
dan
meningkatkan
spiritualitas pasien (PERDOSSI, 2004). Konseling, sedative, dan
tranquilizer diberikan ketika stress dan kecemasan terlalu
berlebihan.
38
7) Menghentikan penggunaan rokok
Merokok adalah faktor independen untuk stroke (Donnan et al,
1993; Shinton & Beevers, 1989 dalam Williams et al, 2010).
Menghentikan penggunaan rokok akan mengurangi risiko
stroke.
Pengalaman
memiliki
stroke
atau
TIA
dapat
meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti merokok.
Dukungan sosial dan menejemen stress juga dapat membantu
perokok untuk dapat berhenti menggunakan rokok. Mantan
perokok lebih mungkin untuk berhasil dalam jangka pendek jika
mereka memiliki mitra yang mendukung dan teman yang tidak
merokok. Bagi beberapa orang, merokok sebagai penenang,
karena itu, latihan relaksasi juga telah dimasukkan ke dalam
beberapa program berhenti merokok (Williams et al, 2010).
Bantuan farmakologis seperti penggantian nikotin, bupropion,
dan Varenicline akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan
dan biasanya dapat digunakan secara aman setelah TIA atau
stroke.
c. Terapi Pembedahan
Pasien yang dipertimbangkan untuk menjalankan pembedahan adalah
mereka yang memiliki risiko rendah morbiditas dan mortalitas post
operasi dan salah satu dari: (1) penyakit arteri karotis asimtomatik
dengan 50% atau lebih stenosis atau (2) penyakit arteri karotis dengan
70% atau lebih stenosis. Pada pasien tersebut, insiden stroke dengan
penatalaksaan bedah secara signifikan berkurang dibandingkan
39
dengan penatalaksaan medis (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien post stroke
antara lain karotis endarterektomi, Extracranial/Intracranial Arterial
Bypass, Angioplasti dan Sten Intraluminal.
40
D. Kerangka Teori
Pengalaman dan ingatan:
Serangan stroke berulang
(iskemik/hemoragik)
Pemahaman keluarga
terhadap adanya masalah
Mengenal masalah kesehatan
Memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi anggota
Kemampuan merawat anggota keluarga
Memodifikasi lingkungan keluarga
Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
Penggunaan
keputusan/tindakan yang
diambil keluarga
Terlambat mengenali
masalah kesehatan
Terlambat pengambilan
keputusan
Peningkatan
disabilitas atau
kematian
Disabilitas minimal
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Baiton dan Maglaya (1998) dalam Efendi & Makhfuldi (2009) dan
Quain et al (2008)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan
dan
membentuk
suatu
teori
yang
menjelaskan
keterkaitan antar variable (baik variable yang diteliti maupun variable
yang tidak diteliti) (Nursalam,2008). Berdasarkan tujuan penelitian, maka
kerangka konsep penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi dan
mengidentifikasi
lebih
dalam
tentang
gambaran
keluarga
dalam
memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan stroke berulang di rumah.
B. Definisi Istilah
1. Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan darah
ataupun tidak, hidup bersama dan memiliki kedekatan emosional.
2. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses melakukan sebuah penilaian
terhadap masalah yang dihadapi keluarga untuk menghasilkan sebuah
tindak lanjut untuk masalah tersebut.
41
42
3. Stroke berulang
Stroke berulang adalah gangguan neurologis yang terjadi akibat
kurangnya suplai darah ke area otak setelah sebelumnya pernah
mengalami stroke.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oeh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Moleong, 2010). Penelitian ini biasanya digunakan untuk
menggali fenomena yang dibahas secara mendalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang
bertujuan menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh individu
dalam kehidupannya, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim,
2003). Pendekatan yang sesuai untuk menginvestigasi fenomena penting
seseorang yang berguna bagi bidang keperawatan (Streubert dan Carpenter,
2003). Pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini diharapkan dapat
menemukan fakta mengenai pengalaman keluarga dalam memutuskan
tindakan kesehatan yang tepat saat mereka memiliki anggota keluarga yang
sakit .
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Tempat tersebut dipilih dikarenakan belum ada penelitian tentang hal tersebut
43
44
di daerah ini dan daerah Tangerang Selatan. Penelitian ini akan diadakan pada
bulan Juni - Agustus 2013.
C. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah pembuat keputusan dalam
keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami stroke berulang yang
menjalani perawatan di rumah di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan yang ditetapkan denga
purposive
sampling
berdasarkan
atas
prinsip-prinsip
kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2010). Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka sumber informasi
atau partisipan dalam penelitin ini adalah:
1. Partisipan utama
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan focus penelitian
pada kedalaman informasi, sehingga hanya melibatkan pada jumlah
partisipan yang sedikit. Partisipan utama dalam penelitian ini adalah
pembuat keputusan dalam keluarga yang memiliki anggota keluarga
dengan stroke berulang. Setelah melakukan studi pendahuluan di
Puskesas Ciputat Timur, peneliti mendapatkan partisipan berjumlah 3
orang. Partisipan penelitian memenuhi criteria inklusi berikut:
a. Pembuat keputusan dalam keluarga
b. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke berulang yang
dilakukan perawatan di rumah.
45
c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua
pertanyaan peneliti
d. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian
2. Partisipan pendukung
Partisipan pendukung dalam penelitian ini adalah petugas Puskesmas
Ciputat Timur. Peneliti melakukan wawancara terhadap petugas
puskesmas untuk mendapatkan informasi tentang partisipan penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data yang dapat
memperkuat hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif, instrumen kunci
penelitian adalah peneliti sendiri (Moleong, 2010). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat
pencatat dan alat perekam (tape recorder).
2. Catatan lapangan (field note) yang berguna sebagai alat perantara yaitu
antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba selama
berlangsungnya wawancara dengan partisipan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1.
Pengumpuan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2013.
Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan bantuan rekan peneliti,
menggunakan alat perekam (tape recorder), alat pencatat, serta membuat
46
catatan lapangan. Wawancara mendalam dilakukan pada partisipan
dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disiapkan
sebelumnya.
2.
Proses pengumpulan data
a) Tahap persiapan pengumpulan data
Rangkaian proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin
penelitian kepada pihak-pihak terkait, seperti petugas Puskesmas
Ciputat Timur.
2) Setelah mendapat persetujuan dari pihak puskesmas, peneliti
menemui kader-kader yang bertugas di posyandu lansia disekitar
wilayah kerja pskesmas untuk menjelaskan bahwa peneliti ingin
melakukan penelitian di tempat tersebut serta mendapatkan
informasi terkait partisipan penelitian.
3) Setelah mendapat informasi terkait alamat partisipan penelitian,
peneliti turun ke lapangan dan mendata partisipan sesuai
kriteria. Partisipan yang berhasil didata dan sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian sejumlah enam orang. Tiga calon
partisipan
menolak
diikutsertakan
dalam
penelitian
ini,
sedangkan tiga yang lain menyatakan kesediaannya.
4) Partisipan yang bersedia kemudian diberika informed concent,
serta peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.
47
5) Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada partisipan
sesuai kesepakatan waktu dan tempat, setelah mendapat hasil
rekaman wawancara mendalam, peneliti mentranskrip data yang
diperoleh.
b) Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian
menggunakan
cara atau metode pengumpulan data yang dapat
dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian
kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan
sekunder.
1)
Data sekunder didapatkan dari wawancara dengan petugas
kesehatan Puskesmas Ciputat Timur. Tujuan awal wawancara
adalah untuk mengetahui alamat dari calon partisipan.
Puskesmas Ciputat Timur belum terdapat data statistik terkait
kasus cerebrovascular accident/stroke. Petugas Puskesmas
Ciputat Timur menyatakan hal ini karena pasien tidak
melakukan kunjungan ke puskesmas atau melaporkan anggota
keluarganya yang menderita stroke pada petugas puskesmas.
Petugas selanjutnya memberikan data kegiatan posyandu lansia
yang
diadakan
diwilayah
tersebut.
Setelah
dilakukan
wawancara, petugas puskesmas mengizinkan peneliti untuk
melakukan pengambilan data langsung ke lapangan di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur.
48
2) Data
primer
diperoleh
dengan
melakukan
wawancara
mendalam kepada partisipan. Wawancara mendalam (in-depth
interview) secara umum adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2008).
Peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur,
dengan
menggunkan
pedoman
wawancara,
tetapi
memungkinkan pengembangan pertanyaan yang lebih leluasa
dan tidak terikat. Peneliti saat melakukan wawancara
memperhatikan
proses
pelaksanaan
wawancara,
seperti
memperhatikan penampilan, memperkenalkan diri terlebih
dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan peneliti.
Wawancara mendalam dilakukan sebanyak 3-4 kali pertemuan,
dengan waktu antara 20-40 menit. Pengambilan data dilakukan
sampai tercapai saturasi data atau peneliti sudah tidak lagi
menemukan informasi baru dari partisipan. Hasil wawancara di
rekan dengan tape recorder untuk mempermudah peneliti
dalam proses berikutnya. Peneliti dibantu dengan seorang
teman yang bertugas membuat hasil wawancara secara tertulis,
terutama ekspresi non verbal dari partisipan (field note).
49
F. Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh (Sugiono, 2010). Langkah-langkah analisis
data dalam penelitian kualitatif meliputi:
1. Reduksi data
Hasil wawancara didengarkan berulang-ulang dan dibuat catatannya oleh
peneliti kedalam bentuk transkrip wawancara. Peneliti membaca kembali
transkrip wawancara hingga memahami isi wawancara. Transkrip
wawancara ini masih berisi berbagai hal yang diungkapkan oleh
partisipan. Reduksi dilakukan dengan memilah hal-hal yang menurut
peneliti merupakan hal-hal pokok, mengkategorikan hal-hal tersebut
hingga membentuk gambaran yang lebih jelas. Masing-masing hal
tersebut kemudian di kelompokkan sesuai kategorinya masing-masing.
Setelah di lakukan pengelompokan tersebut, peneliti mulai melampirkan
arti dari unsur-unsur data.
2. Display data
Setelah menentukan masing-masing arti dari unsur-unsur data penelitian,
peneliti menggunakan matriks untuk menyajikan data. Matrik ini akan
mempermudah peneliti dalam
merencanakan proses berikutnya.
memahami apa yang terjadi dan
50
3. Analisis isi
Analisis yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori
pada tinjauan kepustakaan (content analisis). Analisis isi dilakukan
dengan cara membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan
teori-teori yang ada sebelumnya.
4. Pengambilan keputusan
Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Peneliti
menentukan temuan baru dalam penelitian ini yang belum pernah ada
sebelumnya. Hasil temuan tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk
deskriptif dalam penelitian ini
G. Validasi data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data perlu diuji validitas dan
reliabilitas untuk mengukur nilai kepercayaan data. Hal ini dikarenakan hal
yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya
(Sugiyono, 2010). Hasil penelitian dikatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Pada penelitian kualitatif pengukuran nilai
kepercayaan
menggunakan
empat
kriteria
yaitu,
uji
credibility,
transferability, dependability, dan confirmability (Guba dan Lincoln, 1981
dalam Graneheim, 2004; Moleong, 2007; Polit & Beck, 2004; Sugiyono,
2010).
Peneliti menggunakan Member Check untuk menentukan kredibilitas
data dalam penelitian ini. Member Check adalah proses pengecekan data yang
51
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan Member Check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Cara ini yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda antara peneliti dan pemberi data. Apabila data
yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, terutama yang menjadi subjek
penelitian ini adalah manusia, maka peneliti menggunakan etika penelitian
meliputi:
1.
Lembar persetujuan menjadi respnden (inform consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan sebelum penelitian
dilakukan. Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian
yang akan dilakukan, jaminan kerahasiaan partisipan, dan terbebas dari
bahaya seperti nyeri. Jika partisipan bersedia di teliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan partisipan.
Namun, jika partisipan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak partisipan.
2.
Tanpa nama (anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, peneliti tidak akan
mencantumkan nama partisipan pada lembar pedoman wawancara atau
hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti hanya akan menggunkan
kode pada lembar pedoman wawancara dan mengunakan inisial dalam
penyajian hasil penelitian.
52
3.
Kerahasiaan (confidentialy)
Kerahasiaan informasi partisipan dan hasil penelitian, termasuk masalahmasalah lainnya dijamin sepenuhnya oleh peneliti. Informasi hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
(Hidayat, 2008)
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
kepada tiga partisipan dengan wawancara mendalam. Hasil dari wawancara
mendalam dilakukan analisa data dan ditemukan tema- tema esensial yang
selanjutnya oleh peneliti dideskripsikan kedalam bentuk naratif dengan penyajian
hasil penelitian sebagai berikut.
Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
menguraikan mengenai gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua
memaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik partisipan dan hasil
analisa tematik. Paparan hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil
wawancara mendalam yang telah disusun berdasarkan tema yang telah ditemukan.
A. Gambaran umum wilayah penelitian
Ciputat timur adalah sebuah kecamatan di kota Tangerang Selatan.
Kecamatan
ini
berbatasan
Tengah, Ciputat,
Pondok
dengan
Kelurahan Pondok
Aren, Bintaro, Pamulang,
Pinang,Karang
Cinere,
Sawangan,
Depok. Kecamatan Ciputat Timur memiliki enam kelurahan, yaitu: Rengas,
Rempoa, Cireundeu, Pondok Ranji, Cempaka Putih, Pisangan. Kecamatan
ciputat timur memiliki luas 1.543 Ha. Kepadatan penduduk di kecamatan ini
pada tahun 2007, merupakan yang tertinggi di Tangerang Selatan yaitu,
10.396 orang/Km2.
Terdapat dua Puskesmas di Kecamatan Ciputat Timur, yaitu di
Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Pisangan. Penelitan ini dilakukan
53
54
diwilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, termasuk dalam wilayah kerja ini
adalah Kelurahan Cireunde, Rempoa, dan Cempaka Putih. Luas wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur adalah 741 Ha.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan
kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat Timur secara rinci menjelaskan uraian tujuh tema yang teridentifikasi
dari hasil wawancara mendalam, tema-tema tersebut meliputi: (1) faktorfaktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, (2) proses pengambilan
keputusan, (3) keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan, (4)
keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan, (5) dampak
psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan, (6) cara untuk
mencegah stroke berulang, dan (7) ketidakpatuhan pengobatan.
1. Karakteristik partisipan
Karakteristik partisipan meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan terakhir, dan hubungan partisipan dengan pasien. Partisipan
penelitian adalah pembuat keputusan terutama dalam keluarga terhadap
masalah kesehatan pasien.
Tabel 5.1 Karateristik Partisipan
No.
Inisial
Umur
(tahun)
1
2
Tn. S (P1) 70
Ny. J (P2) 62
3
Tn.
(P3)
M 40
Pekerjaan
Pendidikan
Terakhir
Ketua RT
SD
Ibu rumah SD
tangga
Wiraswasta SI
Hubungan
dengan
pasien
Suami
Istri
Stroke
berulang
Ke-2
Ke-5
Anak pertama
Ke-2
55
2. Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan
Berdasarkan tujuh tema yang teridentifikasi dalam penelitian ini,
berikut adalah uraian dari masing-masing tema tersebut:
a. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Faktor-faktor ini mempengaruhi bagaimana pembuat keputusan
menggambil
keputusannya.
Faktor-faktor
ini
teridentifikasi
berdasarkan latar belakang bagaimana partisipan penelitian membuat
keputusannya. Faktor tersebut antara lain pertimbangan berdasarkan
kondisi pasien, pengetahuan keluarga terhadap penyakit, persepsi
terhadap pelayanan kesehatan, pengalaman partisipan dan keluarga,
informasi orang lain, dan perasaan partisipan.
1) Pertimbangan berdasarkan kondisi pasien
Ketiga partisipan penelitian ini sepakat menyatakan bahwa faktor
yang
dapat
mempengaruhi
pegambilan
keputusan
adalah
pertimbangan berdasarkan kondisi pasien. Berikut pernyataan
partisipan:
“Yang pasti tentang penyakit ibu nih. mengenai kesehatan ibu,
penyakit ibu gimana kira-kira, kondisinya gimana”. (P1)
“Stroke yang ke dua, ayah saya jatuh, lalu pingsan. Saya ga
langsung di bawa ke rumah sakit. Setelah sadar, saya kasih
minum teh manis anget. Bapak bilang badannya berat, saya
siapin kendaraan baru saya bawa ke rumah sakit”. (P3)
“Waktu kena stroke langsung di bawa ke rumah sakit, soalnya
udah ga bisa jalan, jadi ga di bawa ke puskesmas”. (P2)
56
2) Persepsi terhadap pelayanan kesehatan
Dua
partisipan
juga
menunjukan
persepsinya
terhadap
pelayanan kesehatan, yang tampak menjadi pertimbangan
mereka dalam mengambil keputusan. Persepsi partisipan
meliputi pelayanan kesehatan yang pernah di terima dimasa lalu
dan dilihat dari kemampuan tenaga kesehatan. Berikut
pernyataan dari dua partisipan tersebut:
“Saya ga bawa ke rumah sakit karena dirumah sakit kan hanya
untuk kalo tensinya turun, udah pulang. Ga ada solusinya. Jadi
saya bawa ke klinik dokter”. (P3)
“Yang abis stroke pertama, alternatif kan memang pernah juga
yaa. Karena kan denger-denger ada orang yang sembuh kesana,
saya coba-boba waktu itu. Tapi waktu itu ga ada perubahan.
Keluarga juga bilang lebih baik ke dokter aja. Dokter kan lebih
tau penyakitnya gimana nanganinnya”. (P1)
“Saya sih yang bilang udah ikut terapi aja. Abis berobat rutin
ke rumah sakit tiap bulan itu, ga banyak perubahan tangan
sama kakinya itu kan masih kaku kaya apa yaa kaya lumpuh
gitu sih. Ya udah coba aja terapinya, itu kan terapi totok. Yaa
terusin aja kalo emang di terapi jadi enakan mah. Yaa biaya
juga sih. Terapikan engga terlalu mahal yaa”. (P1)
3) Pengalaman partisipan dan keluarga
Seorang
partisipan
juga
menunjukan
adanya
pengalaman
sebelumnya yang mendasarinya dalam membuat keputusan.
Pengalaman tersebut seperti pernah mengurus orang sakit
sebelumnya dan pengalaman yang didapat dari kejadian stroke
sebelumnya. Berikut pernyataan partisipan tersebut:
“Karena saya sering ngalamin, anak saya juga sering sakit jadi
karena udah sering ngurusin orang sakit”. (P3)
“Karena udah ada kesan ayah saya kena stroke”. (P3)
57
4) Informasi orang lain
Sumber
informasi
pertimbangan
dalam
yang
didapatkan
membuat
partisipan
keputusan.
dua
menjadi
partisipan
menyatakan mendapatkan informasi dari orang lain. Berikut
pernyataan partisipan:
“Tetangga saya memberi keyakinan coba aja di bawa ke klinik
dokter”. (P3)
“Yaa saya kadang-kadang nanyakan juga sama orang-orang
gimana ibu sakitnya gini istri saya sakitnya ini-ini-ini, yaa
nantikan saya pikirin juga kalo ntar dikasi tau sama orang bawa
kesini aja ya entar saya pikirin lagi. Baiknya kemana atau
gimana gitu.” (P1)
5) Perasaan partisipan
Seorang partisipan mengungkapakan menggunakan perasaan
dalam memutuskan keputusan. Berikut pernyataan partisipan
tersebut:
“Perasaan aja. Kaya gini, ya pas, ya udah”. (P2)
b. Proses pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan bagaimana cara
partisipan dan keluarganya dalam mengambil keputusan. Dalam
penelitian ini, pengambilan keputusan dilakukan dengan diskusi
keluarga dan membuat keputusan sendiri tanpa mendiskusikan
dengan anggota keluarga lain. Berikut pernyataan partisipan terkait
proses pengambilan keputusan:
58
1) Diskusi dengan anggota keluarga
Dua partisipan menggungkapkan menggunakan cara berdiskusi
dalam mengambil keputusan.
“Yaa konsultasi dengan anak-anak. Bagaimana cara jalan
keluarnya, bagaimana cara pengobatannya, gitu.” (P1)
“Yaa… Ibu si dilimpahkannya ke anak-anak aja, tanggung
jawabnya. Diomongin bareng sama anak-anak. Masalah
keuangan, apakan, Ibu kan ga bisa nyari, nungguin Bapak kayak
gini.” (P2)
2) Keputusan dibuat individu
Seseorang yang biasanya menjadi pembuat keputusan dalam
keluarga adalah kepala keluarga. Namun, jika kepala keluarga
atau pembuat keputusan mengalami gangguan dalam menjalankan
tanggung jawabnya tersebut bisanya akan dialihkan pada anggota
keluarga yang lain. Satu orang partisipan mengaku sebagai
pembuat keputusan tunggal, dan membuat keputusan tanpa
membicarakan dengan orang lain. Berikut pernyataan partisipan:
“Saya sendiri. Sampe sekarang saya sendiri yang buat keputusan.
Saya punya ade dua tapi keliatannya engga terlalu ini lah sama
orang tua. Juga kan mereka ga tinggal deket sini. Ya masalah
biayanya, masalah waktu dari pada saya anak pertama itu ribut
sama keluarga karena orang tua, yaa saya ngambil tindakan,
keputusan sendiri.” (P3)
3) Modifikasi cara pengambilan keputusan
Dalam kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya diskusi atau
mendesak terjadi modifikasi proses pembuatan keputusan. berikut
pernyataan partisipan:
59
“Bapak pernah membuat keputusan tanpa membicarakan dulu
dengan anak-anak, keluarga hanya di informasikan melalui
telepon…. Pernah jugaa anak yang membawa ke rumah sakit,
setelah itu saya baru di beritahu”. (P1)
“Langsung di bawa ke rumah sakit waktu itu, Saya yang ambil
keputusan baru telpon anak-anak”. (P2)
c. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan
Cara pembiayaan pengobatan ini menyatakan bagaimana keluarga
akan membiayai pengobatan pasien selama sakit, atau sumber dana
untuk pengobatan pasien. Dua partisipan menyatakan pembiayaan
pengobatan dijadikan tanggungan bersama. Berikut pernyataan
partisipan:
“Pembiayaan sih ya saya sama-sama aja. Kalo anak ada, ya anak.
Kebetulan kan saya juga masih kerja. Tar kurangannya anak
nambahin”. (P1)
“Ya masalah pengobatan bapaknya, gimana pembiayaanya,
masalah pengobatankan kan udah di tunjang ama anak-anak.
Misalnya sakit yaudah manggil anak-anak.” (P2)
Sedangkan terdapat satu pertisipan yang menjadi orang tunggal yang
membiayai pengobatan pasien. Berikut pernyataan partisipan:
“Biaya orang tua, saya yang nanggung”. (P3)
d. Keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan
Saat terdapat anggota keluarga yang sakit, maka pembuat keputusan
akan menentukan bagaimana keluarga akan memutuskan dalam
memilih pelayanan kesehatan selama tahap sehat-sakit anggota
keluarga. Hasil penelitian ini menyatakan pembuatan keputusan
60
keluarga
dalam
memilih
layanan
kesehatan
bagi
anggota
keluarganya. Berikut adalah urian sub tema:
1) Pelayanan kesehatan yang dipilih saat serangan stroke
Dua partisipan menyatakan bahwa mereka memilih pelayanan
rumah sakit saat pasien terkena stroke maupun serangan stroke
berulang. Berikut pernyataan partisipan:
“Waktu ibu sakit itu, langsung di bawa aja ke rumah sakit,
kebetuan juga waktu itu anak-mantu disini semuanya jadi ga
nyampe lama dibiarinya.” (P1)
“Jadi tuh setiap bapak sakit kita bawanya ke rumah sakit ga
pernah ke tempat lain, rumah sakit dulu, kan dokter yang tau
harus bagaimana”. (P2)
Sedangkan terdapat satu partisipan yang menyatakan tidak
membawa pasien ke rumah sakit, namun membawa ke klinik
dokter saat serangan stroke pertama. Berikut pernyataan
partisipan:
“Kena stroke yang sebelah badah itu, yang pertama kena tahun
1996 kemudian berobat ke klinik dokter di pondok indah, setiap
minggu”. (P3)
Pada serangan stroke berulang, ketiga partisipan mengungkapkan
membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.
2) Pelayanan kesehatan yang dipilih pasca serangan stroke
Setelah
sakit,
pasien
membutuhkan
pengobatan
yang
berkelanjutan untuk memulihkan kembali kondisinya. Keluarga
berkewajiban untuk membatu pasien dalam hal tersebut. Keluarga
memilih beberapa tempat pelayanan kesehatan yang sebagai
61
pengobatan rutin pasien. Dua partisipan menggunakan pelayanan
rumah sakit sebagai tempat pengobatan rutin. Berikut pernyataan
partisipan:
“Dari dulu sih pas sakit yang pertama, kalo ibu berobat gitu
nyampe sekarang tiap bulan mah rutin ke dokter di rumah sakit”.
(P1)
“Sekarang ke klinik dokter udah engga, tapi ke dokter yang di
rumah sakit, tiap tiga bulan sekali.” (P3)
Selain
rumah
sakit,
seorang
partisipan
memilih
untuk
menggunakan home visit. Berikut pernyataan partisipan:
“Kalo sekarang udah engga ke rumah sakit, kan biaya nya gede.
Dokter aja yang datang ke rumah buat periksa sebulan sekali.”
(P2)
Satu partisipan mengungkapkan juga menggunakan terapi
alternative sebagai upaya pengobatan pasien. Berikut pernyataan
partisipan
“Sekarang sih ikut terapi juga, tukang terapinya ke rumah udah
2-3 bulan ini lah terapinya”. (P1)
e. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan
Pengalihan tugas dalam membuat keputusan akan menimbulkan
perubahan pada psikologis anggota kelurga yang dilimpahkan tugas
tersebut. Berikut adalah pernyataan partisipan yang merasakan takut,
binggung dan sulit saat menerima tanggung jawab dalam menjadi
pembuat keputusan:
“Iyaa, takut ini, dari dulu kan saya cuma ngikutin suami. Binggung
awalnya, suami sakit kan. Trus gimana kalo saya mutusinya salah,
62
dari dulu kan saya ngikutin bapak doang. Ga pernah gitu harus
mikirin kaya gini, ya takutnya gitu sih mba. Ngerasa sulit ngadepin
segalanya sendiri, anak-anakkan masih pada perlu biaya tar kalo
bapaknya ga ada gimana, kan kerjanya swasta bukan pegawai
negeri. Sedangkan anaknya masih kuliah ada yang masih SMP, SMA
gitu, biayanya kan masih banyak. Bapaknya udah sakit.” (P2)
Sedangkan satu partisipan lain tidak merasakan takut atau binggung
dalam membuat keputusan. berikut pernyataan pertisipan tersebut:
“Saya ngambil hikmahnya ja sih mba, artinya kalo memang waktu
itu sampe stroke juga yaa saya terima. Kalo nyampe ajal dateng
juga saya terima. Tapi karena kewajiban kan saya jadi saya buat
enjoy aja.” (P3)
f. Cara untuk mencegah stroke berulang
Partisipan
membuat
keputusan
dalam
hubungannya
dengan
pencegahan stroke berulang. Cara untuk mencegah stroke meliputi
pembatasan diet dan perubahan gaya hidup. Hal tersebut mencakup
beberapa uraian sub tema yang berupa:
1) Pembatasan diet
Salah satu cara untuk mencegah agar stroke berulang tidak terjadi
adalah
dengan
pembatasan
diet.
Partisipan
menyatakan
melakukan pengontrolan terhadap konsumsi makanan dan
mengolah sendiri makanan yang dikonsumsi pasien sebagai cara
untuk mengatur diet pasien. Berikut pernyataan partisipan terkait
pembatasan diet dengan mengolah sendiri makanan pasien:
“Daging-daging, ikan asin, kambing, garam agak dikurangi”.
(P1)
“Waktu stroke itu, makan sih Ibu yang masak tetep tapi kalo
untuk nyuapin makan kadang saya kadang Ibu.” (P3)
63
Dua partisipan mengungkakan mengontrol konsumsi makanan
pasien sebagai bentuk pembatasan diet. Berikut pernyataan
partisipan:
“Terutama dari makanannya, harus kontrol makanan apa yang
kira-kira memang yang bisa menyebabkan darah tinggi atau
stroke ya itu jangan di apa ibaratnya jangan dimakan. Kalo
memang perlu ya ga papa, tapi hanya nyobain aja sedikit.” (P1)
“Menghindari makanan yang terlalu asin, trus seperti kopi
walaupun kopi susu itu udah saya ga ijinkan lagi”. (P3)
2) Perubahan gaya hidup
Partisipan menyatakan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
pun dilakukan untuk mencegah stroke berulang. Perubahan gaya
hidup mereka lakukan mengikuti instruksi dan saran dari tenaga
kesehatan. Berikut pernyataan partisipan:
“Emang dari dokter disaranin jalan-jalan pagi aja, sekitar
setengah jam, lima kali seminggu paling engga. Sekitar-sekitar
sini aja tiap pagi gitu ya. Sebetulnya kalo itu sih ga perlu dia
jalan-jalan memang kalo di rumah aja udah jalan-jalan terus.”
(P1)
“Dokter sih pernah ngomong buat istirahat, ga kecapean. Tapi
kalo olah raga dari dulu emang bapak jarang. Sekarang ini yang
abis sakit, paling sesekali pagi jalan dari sini ke situ, ama dokter
yaa ga apa-apa asal jangan kecapean tapi ga rutin setiap pagi.”
(P3)
g. Ketidakpatuhan pengobatan
Kepatuhan pasien terhadap pengobatan memberikan pengaruh
terhadap pengambil keputusan dalam membuat keputusannya.
Partisipan
mengungkapkan
ketidak
patuhan
pasien
terhadap
pengobatan meliputi kebiasaan yang tidak sehat dan pasien yang
64
kurang kooperatif dalam pengobatan. Hal tersebut mencakup
beberapa uraian sub tema yang berupa:
1) Kebiasaan yang tidak sehat
Kebiasaan pasien yang tidak sehat diungkapkan meliputi sulit
berhenti merokok dan menyukai makanan yang asin. Berikut
pernyataan partisipan terkait kebiasaan yang tidak sehat:
“Masih merokok sampai saat ini tidak bisa dibilangin untuk
berhenti merokok”. (P2)
“Pantang doang kalo lagi sakit. Tapi kalo dah sembuh ya begitu
lagi. Bapak ga mau makan kalo saya masaknya agak kurang
asinnya.” (P2)
2) Kurang kooperatif dalam pengobatan
Partisipan menceritakan bahwa pasien kurang menunjukan
kerjasama saat pengobatan. Berikut pernyataan partisipan:
“Bapak kalo ke rumah sakit marah-marah mulu, kan nunggunya
lama”. (P2)
“Bapak tidak mau di dokter yang lain”. (P3)
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan interpretasi hasil penelitian yang telah diperoleh
dan keterbatasan dalam penelitian. Interpretasi hasil penelitian yang dilakukan
yakni menguraikan hasil penelitian dan membandingkannya dengan teori yang
ada serta berbagai hasil penelitian sebelumnya yang terkait sehingga dapat
memperkuat interpretasi penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini akan
membahas tentang keterbatasan peneliti dalam proses penelitian yang telah dilalui
dengan proses yang seharusnya dilakukan sesuai aturan.
A. Interpretasi Hasil Penelitian
Peneliti telah mengidentifikasi tujuh tema yang merupakan hasil dari
penelitian ini sesuai dengan analisa data yang peneliti lakukan. Tujuh tema
tersebut teridentifikasi sesuai dengan tujuan penelitian yakni mendapatkan
gambaran bagaimana keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat
bagi anggota keluarga dengan stroke berulang. Tema pertama dalam
penelitian ini mengangkat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan. Keluarga dalam cara menentukan keputusan
terhadap masalah kesehatan dapat digambarkan dalam tema kedua proses
pengambilan keputusan. Cara keluarga dalam membiayai pengobatan pasien
stroke berulang digambarkan
dengan
tema ketiga keluarga dalam
memutuskan pembiayaan pengobatan. Tema keempat menggambarkan
bagaimana keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan.
Pengaruh psikologis terhadap pengalihan pembuat keputusan digambarkan
65
66
dengan tema kelima dampk psikologis terhadap pendelegasian pembuatan
keputusan. Keluarga dalam membuat keputusan untuk mencegah stroke
berulang digambarkan dalam tema keenam cara pencegahan stroke berulang.
Sikap pasien selama pengobatan digambarkan dalam tema ketujuh
ketidakpatuhan pengobatan.
Berikut uraian penjelasan masing-masing tema yang diperoleh dalam
penelitian ini :
1. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Dalam
penelitian
ini
teridentifikasi
beberapa
factor
yang
mempengaruhi pengambilan keputusan partisipan. Faktor-faktor tersebut
antara lain pertimbangan kondisi pasien, pengetahuan keluarga terhadap
penyakit, persepsi terhadap pelayanan kesehatan, pengalaman partisipan
dan keluarga, informasi orang lain, dan perasaan partisipan. Berikut
pembahasan masing-masing sub tema:
a. Pertimbangan berdasarkan kondisi pasien
Menurut Campbell, keluarga mempertimbangkan keseriusan kondisi
pasien dan adekuasi perawatan yang diberikan dalam menentukan
penyedia pelayanan kesehatan (Campbell dalam Friedman, 2010).
Hasil
penelitian
ini
menunjukan
bahwa
semua
partisipan
mempertimbangkan kondisi pasien sebelum membuat keputusan
terkait tindakan kesehatan. Kondisi pasien ini nantinya juga
mempengaruhi keputusan dalam menentukan tempat pengobatan
yang sesuai.
67
b. Persepsi terhadap pelayanan kesehatan
Persepsi terhadap pelayanan kesehatan mencerminkan perasaan,
gagasan, dan keyakinan yang seseorang miliki tentang sistem
pelayanan kesehataan. Ketidakpercayaan, perbedaan budaya dalam
memahami dan menjelaskan penyakit, sejarah rumah sakit/ klinik,
dan diskriminasi mempengaruhi persepsi individu terhadap sistem
pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan karenanya dapat
menjadi hambatan untuk akses ke pelayanan kesehatan dikemudian
hari (Berry dalam Kon, 2010). Dalam penelitian ini persepsi atau
pandangan partisipan terhadap pelayanan kesehatan memberikan
pengaruh dalam membuat keputusan. Hasil penelitian ini terlihat
bahwa persepsi partisipan dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan
terhadap pelayanan, dan kualitas layanan kesehatan yang diterima di
masa lalu. Salah satu partisipan memilih tidak membawa pasien ke
rumah sakit saat serangan stroke pertama dan lebih memilih klinik
dokter.
Ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa
persepsi terhadap pelayanan mengindikasikan kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan yang diterima dan mempengaruhi masyarakat
dalam mencari prioritas pelayanan kesehatan (Kon, 2010).
c. Pengalaman partisipan dan keluarga
Pengalaman pribadi bersama anggota keluarga berkontribusi
terhadap
pengambilan
keputusan
yang
berhubungan
dengan
kesehatan (Thompson, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman personal yang dimiliki partisipan dan keluarga
68
mempengaruhi dalam membuat keputusan. Pengalaman partisipan
ini terkait dengan serangan stroke sebelumnya dan interaksi dengan
pelayanan kesehatan yang diterima. Peran pengalaman sebelumnya
memunculkan perbedaan dalam memutuskan untuk mencari
perawatan atau memilih perawatan.
d. Informasi orang lain
Model Johnson's Comprehensive menunjukkan bahwa karakteristik
demografi pasien, keluarga, teman-teman mereka, pengalaman
pribadi, keyakinan dan arti penting masalah akan mempengaruhi
persepsi dalam mencari sumber informasi dan kegunaan informasi
(Johnson dalam Thompson, 2012). Sumber informasi yang
digunakan partisipan dalam penelitian ini adalah orang terdekat. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Thompson (2008), informasi dari
seseorang
biasanya
menarik
dan
mudah
dimengerti
secara
emosional, kognitif, dan dapat mempengaruhi tanggapan terhadap
perilaku kesehatan dan pilihan pengobatan (Thompson, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mendapatkan
informasi terkait stroke berulang dari orang-orang di sekitar mereka.
Seorang partisipan cenderung bertanya terkait masalah penyakit
yang dialami anggota keluarga pada orang terdekat dan kemudian
menjadikannya pertimbangan sebelum membuat keputusan. hasil
penelitian ini diperkuat dengan penelitian lain yang menunjukkan
bahwa cerita yang diperkuat dengan bukti, dapat mempengaruhi
69
kepercayaan seseorang tentang bagaimana perilaku kesehatan,
penyakit, atau pencarian pengobatan mempengaruhi seseorang
melalui pengalaman orang lain yang serupa (Cialdini, 2007).
e. Perasaan partisipan
Perasaan merupakan pertimbangan subjektif seseorang terhadap
suatu hal. Perasaan lebih cenderung mendominasi dalam situasi
tertentu dan tampaknya memberikan kekuatan pendorong penting
dalam memutuskan. Seorang partisipan cenderung menggunakan
perasaan dalam sebelum membuat keputusan. Perasaan partisipan
ini mempengaruhi pendekatan mereka dalam membuat keputusan,
terutama pada saat-saat rentanan, stress dan kehilangan. Kondisi
stroke yang tiba-tiba menyerang salah satu anggota keluarga
tentunya menjadi tekanan tersendiri bagi partisipan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Schwarz (1990, p. 538) menyatakan bahwa
sedikitnya informasi yang ada, keputusan yang sulit dibuat, dan
kendala waktu yang membatasi ruang untuk berpikir memungkinkan
seseorang akan menggunakan perasaan mereka sebagai alternatif,
atau sebagai jalan pintas untuk membuat suatu putusan (Brown,
2011).
2. Proses pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan dianggap penting dalam keluarga
karena memiliki dampak pada keluarga sebagai kelompok dan anggota
70
individu (Schaber, 2004). Keluarga dalam mengambil keputusan
berbeda-beda bergantung pada kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi
negaranya. Keluarga di Indonesia, umumnya dipimpin oleh suami
sebagai kepala rumah tangga yang dominan dalam mengambil keputusan
walaupun prosesnya melalui musyawarah dan mufakat (Ali, 2010). Teori
tersebut mendukung hasil temuan yang di temukan peneliti yang
menunjukan bahwa pasangan baik suami maupun istri yang mengambil
keputusan terkait masalah kesehatan. Dua partisipan yang merupakan
suami atau istri pasien menjadi pengambil keputusan walaupun dalam
prosesnya partisipan membutuhkan musyawarah untuk memutuskan
tindakan yang tepat. Musyawarah hanya merupakan salah satu metode
pembuatan keputusan tertentu dalam menghasilkan sebuah keputusan.
Keputusan demikian disebut dengan keputusan konsensus (Chang et al,
2010).
Penggunaan satu atau dua metode yang lain dalam pembuatan
keputusan mungkin terjadi (Friedman, 2010). Teori ini mendukung hasil
dari
penelitian
yang
mana dua partisipan
yang menggunakan
musyawarah dalam pembuatan keputusan menggunakan metode lain.
Metode tersebut adalah dengan mengambil keputusan terlebih dahulu
tanpa adanya musyawarah. kondisi ini terjadi jika sulit bagi keluarga
untuk berkumpul dan berdiskusi, pembuat keputusan cenderung
membuat keputusan sendiri yang selanjutnya di informasikan kepada
anggota keluarga yang lain. Kedua cara tersebut digunakan secara
bergantian.
71
Satu partisipan cenderung membuat keputusan sendiri, tanpa
membicarakan dulu dengan anggota keluarga. Metode pembuatan
keputusan ini dengan de facto. Sebuah keputusan yang dibuat oleh
seorang anggota keluarga terhadap masalah yang dihadapi keluarga dan
mempengaruhi kelompok keluarga (Schaber, 2004). Partisipan dalam
membuat keputusan tidak terlebih dahulu merundingkan dengan anggota
keluarga yang lain. Partisipan menganggap anggota keluarga yang lain
kurang terlalu mampu atau peduli dengan masalah kesehatan pasien.
3. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan
Stroke menimbulkan dampak yang sangat besar dari segi ekonomi
karena biaya pengobatan dan perawatan sangat tinggi (Yastroki, 2011).
Biaya tersebut untuk sektor kesehatan, misalnya, visit dokter, kunjungan
ke rumah sakit, dan obat-obatan. Perlu diketahui bahwa pertisipan dalam
penelitian ini tidak menggunakan asuransi kesehatan jenis apapun dan
program bantuan pemerintah dibidang kesehatan. Hasil penelitian ini
mengemukakan bagaimana cara keluarga dalam membiayai pengobatan
pasien tanpa menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan, terutama
untuk keluarga di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa
partisipan membiayai pengobatan dengan dana yang berasal dari
keluarga dekat. Anak-anak pasien yang sudah bekerja secara bersama
menanggung biaya pengobatan. Pasangan pasien lah yang mengolah dana
tersebut untuk pemeriksaan rutin dan biaya obat-obatan. Sedangkan pada
72
satu partisipan lain biaya pengobatan ditanggung sendiri tanpa dukungan
dari anggota keluarga lain.
4. Keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan
a. Pelayanan kesehatan yang dipilih saat serangan stroke
Keluarga tidak hanya mendefinisikan sehat atau sakit anggota
keluarganya, tetapi mereka juga menekankan seorang anggota
keluarga yang sakit untuk mencapai tahap dimana mereka mencari
perawatan (Friedman, 2010). Keluarga bertindak sebagai agen
perujukan utama dan akan merujuk anggotanya ke jenis pelayanan
atau
praktisi
kesehatan
yang
dianggap
sesuai.
Keputusan
menyangkut apakah penyakit anggota keluarga sebaiknya di tangani
di rumah atau di klinik atau di rumah sakit, cenderung di
negosiasikan di dalam keluarga (Doherty dalam Friedman, 2010).
Teori diatas mendukung hasil penelitian. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa partisipan merujuk anggota keluarganya yang
sakit ke pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan klinik dokter
saat serangan stroke pertama terjadi. Dalam penelitian ini tampak
adanya perbedaan pemilihan pelayanan kesehatan saat serangan
stroke pertama dengan serangan stroke berulang. Dua partisipan
mengungkapkan memilih rumah sakit sebagai tempat rujukan saat
serangan stroke pertama maupun berulang. Sedangkan satu
partisipan mengungkapkan menggunakan klinik dokter sebagai
tempat rujukan saat serangan stroke pertama beralih membawa
pasien kerumah sakit saat serangan stroke berulang. Hal ini dapat
73
diakibatkan karena pengalaman yang pernah dimiliki terhadap
pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
mengatakan pengalaman personal sebelumnya mempengaruhi dalam
memilih pelayanan kesehatan (Wainwright et al, 2011).
b. Pelayanan kesehatan yang dipilih pasca serangan stroke
Setelah terserang stroke, beberapa pasien mengalami
berbagai gangguan seperti kelumpuhan, penurunan kemampuan
komunikasi, perubahan mental hingga depresi (Harnowo, 2012).
Pasien pasca stroke yang dirawat di rumah, salah satu yang dapat
dilakukan oleh keluarga seperti mengantar rawat jalan dan
membantu untuk mencari pengobatan / akses pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh pasien (Sustrani, et. al 2003). Sesuai dengan
teori tersebut, hasil penelitian ini menyatakan bahwa semua
partisipan membantu pasien dalam mendapatkan pemeriksaan rutin.
Pada dua partisipan, mereka membawa pasien ke rumah sakit setiap
bulannya dan mendapatkan obat dari dokter. Satu partisipan
menyatakan lebih memilih untuk mendatangkan dokter ke rumah/
home visit, hal ini dilakukan karena beberapa berbagai alasan. Salah
satu alasan tersebut adalah karena biaya yang lebih murah dan
kepraktisannya.
Satu partisipan mengatakan menggunakan terapi alternative
selain pemeriksaan rutin di rumah sakit. Minat keluarga dalam
memutuskan menggunakan pengobatan alternatif dapat di rangsang
74
oleh berbagai sumber termasuk teman atau keluarga yang pernah
mendapatkan pengobatan alternatif dan berhasil, serta ada keyakinan
bahwa terapi alternative bisa menawarkan perawatan lebih
disesuaikan pada individual (Nichol et al, 2011). Teori tersebut
sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pengobatan
dari rumah sakit dirasakan partisipan kurang memberikan pengaruh
besar besar terhadap penyembuhan pasien. Pernyataan ini di perkuat
oleh penelitian yang menyatakan terapi alternatif digunakan ketika
mereka merasakan kurang adekuatnya pelayanan kesehatan utama
yang digunakan (Nichol et al, 2011). Partisipan menyatakan pasien
merasa lebih baik setelah menerima terapi laternatif tersebut. alas an
tersebut yang menjadikan partisipan dan pasien tetap melanjutkan
terapi alternative. Temuan ini sesuai dengan teori yang diungkapkan
Nguyen
(2010),
terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara
penggunaan terapi aternatif dengan status kesehatan yang sangat
baik dibandingkan pada tahun sebelumnya (Nguyen et al, 2010).
5. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan
Kebutuhan keadaan dan situasi individu merupakan pencetus
terjadinya
perubahan
peran
dalam
keluarga.
kondisi
ini
akan
menyebabkan individu lain dalam keluarga tersebut secara sementara
membangun peran mereka sebagai respon terhadap perubahan (Friedman,
2010). Hal ini mendukung hasil penelitian dimana peran kepala
keluarga/suami sebagai pembuat keputusan berubah ketika terjadi
75
perubahan status kesehatan. Anggota keluarga yang lain yang dalam
penelitian ini adalah pasangan dan anak menggambil alih peran sebagai
pengambil keputusan. Hal ini terjadi saat tanggung jawab dalam
pembuatan keputusan tersebut didelegasikan atau dilimpahkan kepada
pasangan atau anggota keluarga yang dominan (Friedman, 2010).
Peran anggota keluarga saat ini telah semakin kompleks, sehingga
memungkinkan perubahan peran menjadi fleksibel (Friedman, 2010).
Perubahan peran dalam keluarga tidak terjadi tanpa menimbulkan dampak
terhadap individu yang terlibat. Keluarga sering kali mengalami tekanan
yang bermakna selama transisi peran (Friedman, 2010). Berdasarkan teori
tersebut, partisipan mengungkapkan mengalami kesulitan dan merasa
khawatir saat pertama kali menggantikan sebagai pembuat keputusan
dalam keluarga. Kekhawatiran ini menyangkut keputusan yang akan
diambil. Anggota keluarga yang menghadapi keputusan kesehatan yang
penting mungkin merasa kewalahan atau takut
dalam menghadapi
pengambilan keputusan kesehatan (Shepherd dalam Thompson, 2012)
6. Cara untuk mencegah stroke berulang
Tema ke empat dalam penelitian ini adalah adalah cara untuk
pencegahan stroke berulang yang dilakukan keluarga. Setelah pasien
mengalami stroke, ada beberapa cara untuk mencegah kekambuhan.
Mengendalikan faktor risiko sangat penting dan berlaku dalam
pencegahan stroke berulang. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti
gaya hidup dapat diubah untuk stroke dan stroke berulang, diantaranya
76
penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, konsumsi alkohol yang
berlebihan, aktivitas fisik dan stres psikologis (Lawrance, 2011).
Pengendalian factor resiko ini dapat di ikuti dengan medikasi yang sesuai.
Modifikasi gaya hidup telah dikaitkan dengan penurunan resiko stroke
dan harus dimasukkan sebagai bagian dari terapi pengobatan yang
komprehensif (Sacco et al, 2006).
Menurut Agustina (2009) bahwa diperlukan bantuan dari orang
terdekat untuk pemenuhan kebutuhan termasuk pengaturan nutrisi
(makan). Orang terdekat dalam hal ini adalah keluarga memberikan
dukungan yang penting dalam proses penyambuhan. Dukungan dalam
penelitian ini tampak dari keluarga yang melakukan pengaturan diet
pasien pasca stroke. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mencegah
stroke berulang. Pengaturan diet ini dilakukan dengan keluargalah yang
mengolah sendiri makanan pasien dan melakukan pembatasan pada
makanan yang dikonsi pasien. Pembatasan dilakukan seperti jenis
makanan atau minuman yang dikonsumsi. Partisipan mengungkapkan
mengurangi konsumsi makanan yang asin, daging, dan minuman seperti
kopi. Sedangkan menurut partisipan lain dengan mengurangi makanan
yang dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi tidak hanya faktor risiko
utama untuk stroke primer, tetapi juga meningkatkan risiko stroke
berulang pada pasien (McEvoy, 2012).
Defisit neurologis pasca stroke menyebabkan pasien rentan
terhadap intoleransi aktivitas, maka dibutuhkan suatu terapi latihan yang
aman yang memungkinkan pasien untuk mencapai aktivitas fisik yang
77
cukup sehingga dapat mengurangi kekambuhan stroke (Sacco et al, 2006).
Pasien dengan stroke iskemik atau TIA yang mampu melakukan aktivitas
fisik, setidaknya 30 menit latihan fisik intensitas sedang hampir setiap
hari dapat dipertimbangkan untuk mengurangi faktor risiko dan kondisi
komorbiditas yang meningkatkan kemungkinan terulangnya stroke
(Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008; Sacco et al, 2006 ).
Sesuai dengan teori tersebut, hasil penelitian didapatkan bahwa partisipan
membantu pasien dalam berolahraga sesuai dengan instruksi dokter.
Partisipan membantu pasien dengan membawa pasien untuk jalan pagi
paling tidak lima hari dalam seminggu setiap hari selama sekitar 30 menit.
7. Ketidakpatuhan pengobatan
Kepatuhan pasien menjadi hal utama dalam menjamin keberhasilan
pengobatan pada pasien stroke. Ketidakpatuhan mungkin disengaja dan
tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (misalnya lupa)
sering merupakan konsekuensi dari penurunan kognitif. Ketidakpatuhan
yang disengaja terjadi ketika pasien dengan sengaja tidak mengikuti
nasihat medis yang diberikan (O’Carroll et al, 2010).
Sesuai dengan teori tersebut, hasil penelitian menunjukan bahwa
pasien kesulitan dalam mengikuti pembatasan makan yang pada akhirnya
mereka tidak patuh terhadap diet yang di tetapkan. Ini ditunjukan dengan
pernyataan satu partisipan yang mengungkapkan pasien sulit berhenti
merokok dan tetap menginginkan makanan yang dikonsumsi asin,
walaupun dokter mereka telah menganjurkan untuk berhenti merokok dan
78
melakukan diet garam. Pasien ini sudah mengalami lima kali serangan
stroke berulang, sehingga semakin hari kondisi pasien menjadi lemah dan
kelumpuhan bertambah parah, dan partisipan mengatakan apabila
keinginan pasien tidak dituruti pasien akan marah dan tidak mau makan,
maka dari itu partisipan tidak bisa melarang pasien. Temuan tersebut
didukung oleh hasil penelitian yang memberikan bukti bahwa faktor
psikologis mempengaruhi ketidakpatuhan pengobatan setelah stroke
(O’Carroll et al, 2010).
B. Keterbatasan penelitian
Dalam
melaksanakan
penelitian
ini,
peneliti
masih
memiliki
keterbatasan yaitu :
1. Penelitian terfokus pada keputusan keluarga dalam memilih pelayanan
kesehatan, sehingga hal-hal lain yang berkaitan dengan keputusan
dalam kepatuahan minum obat pasien, olahraga, pengelolaan stress,
menghentikan penggunaan rokok belum tergali lebih dalam.
2. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini tidak
menggunakan FGD (focus group discussion), sehingga memungkinkan
keluarga memberikan informasi yang tidak akan diperoleh melalui
wawancara individu seperti perasaan dan pandangan yang berbeda pada
pengambilan keputusan dihadapan anggota keluarga.
3. Kesulitan dalam pengambilan sampel dikarenakan alamat partisipan
yang tidak jelas mempersulit pencarian partisipan dan tidak terdapat
data pasien yang menderita stroke berulang di puskesmas setempat.
BAB VII
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan yang mencerminkan
refleksi dari temuan penelitian dan saran yang merupakan tindak lanjut dari
penelitian ini.
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman
secara mendalam mengenai gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan
kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja puskesmas
ciputat timur. Berdasarkan tema-tema yang teridentifikasi pada penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan kesehatan sebagian besar dilakukan oleh
keluarga dekat pasien stroke berulang baik pasangan pasien dan anak
laki-laki pertama pasien.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara
lain kondisi pasien, persepsi terhadap pelayanan kesehatan, pengalaman
partisipan dan keluarga, informasi dari orang lain, dan perasaan
partisipan.
3. Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah dan
diambil sendiri oleh anak laki-laki pertama dalam keluarga. Dalam
kondisi tertentu terdapat perubahan cara bagaimana keputusan diambil.
Pengambilan keputusan dapat mengunakan gabungan dari dua cara
pengambilan keputusan.
79
80
4. Pembiayaan pengobatan dengan dana yang berasal dari keluarga dekat
menjadi pilihan ketika keluarga tidak menggunakan jaminan atau
asuransi kesehatan.
5. Perubahan psikologis terjadi akibat pendelegasian pembuat keputusan
dalam keluarga berupa kesulitan dan merasa khawatir dalam
memutuskan.
6. Keluarga dalam mencegah stroke berulang memutuskan pengaturan
diet pasien dengan cara makanan yang diolah keluarga dan membatasi
konsumsi makanan. Cara lain dilakukan dengan perubahan gaya hidup
sesui dengan instruksi tenaga kesehatan.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan kesehatan
a) Pelayanan kesehatan perlu pemahaman struktur kekuasaan keluarga
yang komponen utamanya adalah pembuatan keputusan, hal ini
penting dalam memberikan perawatan kesehatan efektif, terutama
jika keluarga mempunyai masalah dalam memutuskan kebutuhan
perawatan kesehatan. Tenaga kesehatan yang memahami teknik
yang digunakan dalam pembuatan keputusan keluarga, akan lebih
mampu mengidentifikasi kekuasaan dari tiap anggota keluarga dan
peran serta mereka dalam pembuatan keputusan.
81
2. Institusi Keperawatan
Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi
landasan dalam mengembangkan kompetensi pembelajaran pada
mahasiswa mengenai family decision making terutama dalam kaitannya
dengan kesehatan.
3. Penelitian keperawatan
a) Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang
gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan untuk
waktu yang lebih lama dan karakteristik partisipan yang lebih
beragam. Selain itu, penelitian terkait pembuatan keputusan
keluarga yang berkaitan dengan keputusan dalam kepatuahan
minum obat pasien, olahraga, pengelolaan stress, menghentikan
penggunaan rokok dapat dilakukan untuk melihat begaimana
keluarga dalam membuat keputusan.
b) Menggunakan focus group discussion (FGD) dan wawancara,
sehingga
memungkinkan
terlihatnya
pengambilan keputusan dalam keluarga.
lingkup
pada
proses
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin Haji. (2010). Pengantar perawatan keluarga. Jakarta: EGC
Amelia, Susi. (2012). Hubungan Antara Tugas Kesehatan Keluarga Dengan
Kejadian Stroke Berulang Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Buaya Padang 2012. Universitas Andalas [dikutip pada 21 Mei 2013].
Tersedia di URL: http://www.thedigilib.com/go/out/src/111983
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2008. Riskesdas 2007. [dikutip pada 2 November 2012]. Tersedia
di URL: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007
Basyaib, Fachmi. (2006). Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta: PT Grasindo
Bowman, Lisa. (2009). Management Of Client With Acute Stroke. In: Black, Joice
M. & Jane Hokanson Hawks, Medical Surgical Nursing: Clinical
Management For Positive Outcome (8th ed., pp 1843-1871). Philadelpia:
WB. Saunders Company
Bungin, Burhan. (2008). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers
Burns, Nancy dan Susan K. Grove. (2008). The Practice of Nursing Reasearch:
Conduct, Critique, and Utilization 5th ed . Missouri: Elsevier Saunders
Brown, Hilary. (2011). The Role of Emotion in Decision-Making. The Journal of
Adult Protection, Vol. 13, pp. 194-202 doi: 10.1108/14668201111177932
Cialdini Robert B. (2007). Descriptive Social Norms as Underappreciated
Sources of Social Control. Psychometrika, 72:263-268. DOI:
10.1007/s11336-006-1560-6
Denim, Sudarwan. (2003). Riset Keperawatan: sejarah dan metodologi. Jakarta:
EGC
Dewanto, G., Suwono W., Ryanto B., Turana Y. (2009). Panduan Praktis
Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Drummond, Helga. (1993). Pengambilan Keputusan yang Efektif: Petunjuk
Praktis dan Komprehensif untuk Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Ed 2.
Jakarta: EGC
Ennen, Kathleen Ann. (2004). Knowledge of Stroke Warning Symptoms and Risk
Factors: Variations By Rural and Urban Categories. UMI Number:
3140123
Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta
: EGC
Friedman, Marilyn M. (2010). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta
: EGC
Go, Alan S., Mozaffarin, D., Roger, Veronique L., Benjamin, Emelia J., Berry,
Jarett D., Borden, William D. (2013). Heart Disease and Stroke Statistics—
2013 Update: A Report From the American Heart Association. 127, e132e139.
Goldszmidt, Adrian J & Caplan, Louis R. (2011). Esensial Stroke. Jakarta: EGC
Graneheim, U. H. and B. Lundman. (2004). Qualitative Content Analysis in
Nursing Research: Concept, Procedures, and Measures to Achieve
Thruthworthiness. Elsevier Nurse Education Today 24, 105-112 doi:
10.1016/j.nedt.2003.10.001
Hankey, Graeme J. (2007). Antiplatelet Therapy For The Prevention Of Recurrent
Stroke And Other Serious Vascular Enents – A Review Of The Clinical Trial
Data And Guidelines. Current Medical Reserch and opinion Vol. 23,6, pp
1453 – 1462.
Hardie, Kate.,Hankey, Graeme J., Jamrozik, Konrad., Broadhurst, Robin., Craig,
Anderson. (2004). Ten-Year Risk of First Recurrent Stroke and Disability
After First-Ever Stroke in the Perth Community Stroke Study. United States
of America
Harnowo, Putro Agus. (2012). Terapi untuk Pemulihan Pasien Stroke. [dikutip
pada
20
Desember
2013].
Tersedia
di
URL:
http://health.detik.com/read/2012/07/04/151429/1957605/775/terapi-untukpemulihan-pasien-stroke
Hashmi, Saman K., Maria B. Afridi., Kanza Abbas., et al. (2007). Factors
Associated with Adherence to Anti-Hypertensive Treatment in Pakistan.
PLoS ONE 2 (3), e280 doi:10.1371/journal.pone.0000280
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Holloway, Immy. (2008). A-Z of Qualitative Research in Nursing and Healthcare.
Humphrey, Peter., Jo Gibson., Stephanie Jones. (2010). Reducing The Risk Of
Stroke. In: Williams, Jane et al, Acute Stroke Nursing. United States of
America: Wiley – Blackwell
JNC 7 Express. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
United States of America: U.S. Depertement of Health and Human Service.
[dikutip pada 5 Maret 2013]. Tersedia di URL : www.nhlbi.nih.gov
Kon, Zeida Rojas. (2010). Ethnic Disparities in Obtaining Medical Care and
Perceptions of Health Care in Post-Apartheid South Africa. UMI Number:
3432627
Lawrence, M., Fraser, H., Woods, C., McCall, J. (2011). Secondary Prevention Of
Stroke And Transient Ischaemic Attack. Nursing Standard. 26, 9, 41-46
Lindsay, M. P., Gubitz G., Bayley M., Phillips S. (2012). Canadian Best Practice
Recommendations For Stroke Care Fourth Edition. [Dikutip pada 21 April
2013]. Tersedia di URL : www.strokebestpractices.ca
McEvoy, Claire T., Norman Temple and Jayne V Woodside. (2012). Vegetarian
Diets, Low-Meat Diets and Health: A Review. Public Health Nutrition:
15(12), 2287–2294
Moleong, Lexy Dr. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Remaja Rosdakarya
Bandung: PT
Mulyatsih, Enny dan Airiza Ahmad. (2008). Stroke: Petunjuk Perawatan Pasien
Pasca Stroke di Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
National Stroke Association. (2012). STARS - Steps Against Recurrent Stroke.
[dikutip
pada
24
Desember
2012].
Terdapat
di
URL:
http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=stars
National Stroke Association. (2013). Caregivers and Families. [dikutip pada 31
Maret
2013].
Terdapat
di
URL:
http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=care
National Stroke Foundation. (2007). Clinical Guidelines for Acute Stroke
Management. [dikutip pada 15 Maret 2013]. Terdapat di URL
www.nhmrc.gov.au/publications.
Nichol, James., Elizabeth A. Thompson and Alison Shaw. (2011). Beliefs,
Decision-Making, and Dialogue About Complementary and Alternative
Medicine (CAM) Within Families Using CAM: A Qualitative Study. The
Journal of Alternative and Complementary Medicine, Volume 17, Number
2, pp. 117–125 DOI: 10.1089/acm.2010.0171
Nguyen, Long T., Roger B. Davis., Ted J. Kaptchuk and Russell S. Phillips.
(2010). Use of Complementary and Alternative Medicine and Self-Rated
Health Status: Results from a National Survey. J Gen Intern Med,
26(4):399–404 doi: 10.1007/s11606-010-1542-3
O’Carroll, Ronan., Jennifer Whittaker., Barbara Hamilton., Marie Johnston.,
Cathie Sudlow., Martin Dennis. (2010). Predictors of Adherence to
Secondary Preventive Medication in Stroke Patients. Ann Behav Med,
(2011) 41:383–390 doi 10.1007/s12160-010-9257-6
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Pinzon, Rizaldy. (2012). Mengapa Pasien Stroke Datang Terlambat ke Rumah
Sakit?. Jurnal Medicinus Volume 25, Nomor 1. Edition April 2012
Quain, Debbi A., et al. (2008). Improving access to acute stroke therapies: a
controlled trial of organized pre-hospital and emergency care. MJA
Volume 189 Number 8
Sacco, Ralph L., et al. (2006). Guidelines for Prevention of Stroke in Patients
With Ischemic Stroke or Transient Ischemic Attack. Stroke, 37:577-617
[dikutip
pada
19
Desember
2013].
Terdapat
di
URL:
http://stroke.ahajournals.org/content/37/2/577.full
Saleha, Qoriah., Hartoyo., Dwi Hastuti. (2002). Manajemen Sumberdaya
Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di
Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur. [dikutip pada 20 November
2013]. Tersedia di URL : ikk.fema.ipb.ac.id
Schaber, Patricia Louise. (2004). Family Decision Making: Examining the
Decision Context, Process, and Outcome when Employees are Offered Long
Term Care Insurance. United State of America
Scottish Intercollegiate Guidelines Network. (2008). Management of Patients
With Stroke or TIA: Assessment, Investigation, Immediate Management
and Secondary Prevention. ISBN: 978 1 905813 40 7
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana: Bogor
Shang, Ty Tiesong., Dileep R. Yavagal., Jose G. Romano., Ralph L. Sacco.
(2012). Acute Stroke Evaluation and Management. In: Roos, Karen L.
Emergency Neurology (pp. 154 - 171). New York: Springer
Smelzer, Suzanne C dan Brenda Bare. (2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Surgical Nursing 10th ed. Philadelpia: Lippincot Williams &
Wilkins
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Smith, Wade S., Joey D. English., S. Claiborne Johnston. (2012).
Cerebrovascular Diseases. In: Longo, Dan L., Dennis L. Kasper., J. Larry
Jameson., Anthony S. Fauci., Stephen L. Hauser., Joseph loscalzo.
Harrison’s Principles Of Internal Medicine (18th pp 3270 - 3299). USA:
McGraw-Hill
Sugiono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sumantri, Arif. (2011). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta: EGC
Stanhope, Marcia., Jeanette Lancaster. (2004). Community & Public Health
Nursing (6th ed., 132-133). United States of America: Elsevier Mosby
Syamsi, Ibnu. (1995). Pengambilan Keputusan dan System Informasi. Jakarta:
Bumi Aksara
Taylor, Shelley E. (2006). Health Psychology 6th ed. America: McGraw Hill
Teanu, Aurora Dragomiri., Constanta Mihaescu-Pintia. (2010). Decision Makers’
Perception Of The Relevance Of Health Information In Romania. Romanian
Journal of Bioethics, Vol. 8, No. 4
Thompson, Vetta L Sanders., Cavazos-Rehg P., Jupka K., Caito N., Gratzke J.,
Tate KY., Deshpande A., Kreuter MW. (2008). Evidential Preferences:
Cultural Appropriateness Strategies in Health Communications. Health
Educ Res,23:549-559
Thompson, Vetta L Sanders. (2012). Making decisions in a complex information
environment: evidential preference and information we trust. BMC Medical
Informatics and Decision Making, doi:10.1186/1472-6947-13-S3-S7
Wainwright, Susan Flannery., Katherine F. Shepard., Laurinda B. Harman., James
Stephens. (2011). Factors That Influence the Clinical Decision Making of
Novice and Experienced Physical Therapists. American Physical Therapy
Association Vol. 91
West, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Dan Aplikasi ed 3. Jakarta: Salemba Humanika
Williams, Jane., Lin Perry., Carolin Watkins. (2010). Acute Stroke Nursing.
United Kingdom: Wiley-Blackwell
Wiszniewska, Malgorzata et al. (2011). Knowledge of Risk Factors and Stroke
Symptoms Among Nonstroke Patient. Eur Neurol 2012;67:220–225 doi:
10.1159/000335569
World Health Organization. (2005). WHO STEPS Stroke Manual: the WHO
STEPwise approach to stroke surveillance / Noncommunicable Diseases
and Mental Health. [dikutip pada 5 Maret 2013]. Tersedia di URL :
http://www.who.int/chp/steps/Stroke/en/
World Health Organization. (2006). Neurological Disorders : Public Health
Challenges. pp 151-162. Switzerland: WHO Press
World Health Organization. (2013). STEPwise approach to stroke surveillance.
[dikutip
pada
5
Januari
2013].
Tersedia
di
URL
:
http://www.who.int/chp/steps/stroke/en/
Yayasan Stroke Indonesia. (2011). Sekilas Tentang Stroke. [dikutip pada 19
Desember 2013]. Tersedia di URL: http://www.yastroki.or.id/berita.php
Zomorodi, Meg. (2011). Nursing Management Stroke. In: Lewis, Sharon L et al,
Medical Surgical Nursing: Assessment And Management Of Clinical
Problem (8th ed., pp. 1459-1484). United States of America: Elsevier Mosby
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kepada Yth,
Ciputat,
Juni 2013
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Di Tempat
Assalamu’alaykum, Wr. Wb
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang saya hormati,
Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan
gelar sarjana (S.Kep), saya sebagai peneliti:
Nama
: Nining Ratnasari
NIM
: 109104000035
Jurusan
: Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kontak
: 081283057270
Mohon kiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menjadi informan dalam
penelitian saya dengan judul Gambaran Keluarga Dalam Memutuskan Tindakan
Kesehatan Pada Keluarga Dengan Stroke Berulang Di Wilayah Kerja Pukesmas
Ciputat Timur. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan sebagai
responden sangat berharga dalam penelitian ini. Jika ada pertanyaan berkaitan
penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menghubungi peneliti.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, peneliti
mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaykum, Wr. Wb.
Ciputat, Juni 2013
Hormat Saya,
Nining Ratnasari
Lampiran 5
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian ini
dan berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang berjudul Gambaran
Keluarga Dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan Pada Keluarga Dengan Stroke
Berulang Di Wilayah Kerja Pukesmas Ciputat Timur yang dilakukan oleh
peneliti. Peneliti telah menjelasakan tentang penelitian yang akan dilakasanakan
dan wawancara mendalam berlangsung selama satu jam. Saya mengetahui bahwa
tujuan penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Saya mengerti bahwa informai yang saya berikan akan direkam dengan
tape recorder dan catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasiaan
ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan identitas subyek
peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan data penelitian dan
bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti yang dapat
mengetahui kerahasiaan data. Saya telah diberitahukan bahwa saya memiliki hak
untuk menghentikan wawancara ketika saya merasa ada ketidaknyamanan selama
proses wawancara berlangsung.
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya berperan sebagai responden dalam penelitian ini.
Ciputat,
Juni 2013
Informan
......................
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN
A. Petunjuk Umum
1. Tahap Perkenalan
2. Tahap Pencairan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam
B. Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dan didampingi oleh
seorang pencatat
2. Anggota keluarga mempunyai kebebasan untuk menyampaikan pendapat,
pengalaman, saran, dan komentar.
3. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar dari anggota keluarga tidak
ada yang salah/benar
4. Jawaban untuk kepentingan penelitian dan tidak mempengaruhi tugas dari
anggota keluarga.
5. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin
kerahasiaannya.
6. Izin untuk akan direkam oleh tape recorder untuk membantu pencatatan
agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap
partisipan
7. Partisipan dapat menarik informasi yang diberikan kapan aja tanpa sanksi
apapun.
C. Identitas Pewawancara
1. Nama Pewawancara :
2. Tanggal Pewawancara :
3. Waktu Wawancara
:
4. Tempat Wawancara
:
D. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan
:
5. Alamat
:
6. Waktu
:
E. PanduanWawancara
1. Pertanyaan mengenai mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.
a. Apakah bapak/ibu mengetahui sakit yang diderita oleh pasien?
b. Apakah Bapak/Ibu mengetahui penyebab sakit yang diderita
pasien?
c. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika sudah pernah terkena serangan
stroke, pasien memiliki kemungkinan untuk terserang stroke
kembali?
d. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mencegah agar tidak terjadi
serangan stroke berikutnya?
e. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika pasien sakit kembali dengan
diagnosa yang sama?
2. Pertanyaan seputar memutuskan tindakan kesehatan yang tepat.
a. Siapakah yang biasanya membuat keputusan terutama terkait
dengan masalah kesehatan di keluarga Bapak/Ibu?
b. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika harus menjadi pengganti
dalam membuat keputusan?
c. Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan Bapak/Ibu dalam
membuat keputusan?
d. Dapatkah Bapak/Ibu menceritakan / menjelaskan bagaimana cara
Bapak/Ibu membuat keputusan?
e. Coba ceritakan Bapak/Ibu, mengenai hambatan-hambatan /
kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pembuatan?
Lampiran 7
MATRIKS ANALISIS TEMATIK
PERNYATAAN
KATEGORI
SUB TEMA
TEMA
P1
P2
P3
SIGNIFIKAN
“Yang pasti tentang penyakit Kondisi
penyakit Pertimbangan
Faktor-faktor
ibu nih. mengenai kesehatan pasien
berdasarkan kondisi mempengaruhi
ibu, penyakit ibu gimana kira-
pasien
yang
√
pengambilan keputusan
kira, kondisinya gimana”.
“Stroke yang ke dua, ayah saya Gangguan fisik yang
jatuh, lalu pingsan. Saya ga dialami
pasien
√
saat
langsung di bawa ke rumah stroke
sakit. Setelah sadar, saya kasih
minum teh manis anget. Bapak
bilang badannya berat, saya
siapin
kendaraan
baru
saya
bawa ke rumah sakit”.
“Waktu kena stroke langsung di
bawa ke rumah sakit, soalnya
udah ga bisa jalan, jadi ga di
√
bawa ke puskesmas”.
Saya ga bawa ke rumah sakit Pelayanan rumah sakit Persepsi
karena dirumah sakit kan hanya
terhadap
√
pelayanan kesehatan
untuk kalo tensinya turun, udah
pulang. Ga ada solusinya. Jadi
saya bawa ke klinik dokter.
“Saya sih yang bilang udah ikut
√
terapi aja. Abis berobat rutin ke
rumah sakit tiap bulan itu, ga
banyak perubahan tangan sama
kakinya itu kan masih kaku kaya
apa yaa kaya lumpuh gitu sih.
Ya udah coba aja terapinya, itu
kan terapi totok. Yaa terusin aja
kalo emang di terapi jadi enakan
mah.
Yaa
biaya
juga
sih.
Terapikan engga terlalu mahal
yaa”
“Yang abis stroke pertama, Kemampuan
tenaga
√
alternatif kan memang pernah kesehatan
juga yaa. Karena kan dengerdenger ada orang yang sembuh
kesana, saya coba-boba waktu
itu. Tapi waktu itu ga ada
perubahan. Keluarga juga bilang
lebih baik ke dokter aja. Dokter
kan
lebih
tau
penyakitnya
gimana nanganinnya”.
“Karena saya sering ngalamin, Sudah
sering Pengalaman
anak saya juga sering sakit jadi mengurus orang sakit
partisipan
karena udah sering ngurusin
keluarga
√
dan
orang sakit”.
“Karena udah ada kesan ayah Kejadian
saya kena stroke”.
“Tetangga
saya
stroke
√
sebelumnya
memberi Masukan dari tetangga Informasi orang lain
√
keyakinan coba aja di bawa ke
klinik dokter”.
“Yaa
saya
kadang-kadang
√
nanyakan juga sama orangorang gimana ibu sakitnya gini
istri saya sakitnya ini-ini-ini, yaa
nantikan saya pikirin juga kalo
ntar dikasi tau sama orang bawa
kesini aja ya entar saya pikirin
lagi.
Baiknya
kemana
atau
gimana gitu.”
Perasaan aja. Kaya gini, ya pas,
Perasaan partisipan
√
ya udah
“Yaa konsultasi dengan anak- Meminta
anak. Bagaimana cara jalan pertimbangan
keluarnya,
bagaimana
Diskusi
dengan Proses
dari anggota keluarga
pengambilan
√
√
keputusan
cara orang lain
pengobatannya, gitu.”
“Yaa… Ibu si dilimpahkannya
ke anak-anak aja, tanggung
jawabnya. Diomongin bareng
sama
anak-anak.
Masalah
keuangan, apakan, Ibu kan ga
√
bisa nyari, nungguin Bapak
kayak gini.”
“Saya sendiri. Sampe sekarang Keputusan
diambil Keputusan
saya
pertama individu
sendiri
yang
buat oleh
anak
dibuat
√
keputusan. Saya punya ade dua laki-laki
tapi keliatannya engga terlalu ini
lah sama orang tua. Juga kan
mereka ga tinggal deket sini. Ya
masalah
biayanya,
masalah
waktu dari pada saya anak
pertama itu ribut sama keluarga
karena orang tua, yaa saya
ngambil
tindakan,
keputusan
sendiri.”
“Bapak
pernah
membuat Cara
lain
keputusan tanpa membicarakan dalam
dulu
dengan
anak-anak, keputusan
keluarga hanya di informasikan
melalui telepon”.
kelurga Modifikasi
membuat pengambilan
keputusan
cara
√
“Anak
yang
membawa
ke
√
rumah sakit, setelah itu saya
baru di beritahu”.
“Langsung di bawa ke rumah
√
sakit waktu itu, Saya yang ambil
keputusan baru telpon anakanak.”
“Pembiayaan sih ya saya sama- Pembiayaan
sama aja. Kalo anak ada… ya pengobatan
anak. Kebetulan kan saya juga bersama-sama
Sumber pembiayaan Keluarga
secara pengobatan pasien
dalam
√
memutuskan pembiayaan
pengobatan
masih kerja. Tar kurangannya
anak nambahin”
“Ya
masalah
bapaknya,
pengobatan
gimana
pembiayaanya,
masalah
pengobatankan kan udah di
tunjang
ama
anak-anak.
Misalnya sakit yaudah manggil
anak-anak.”
√
“Biaya orang tua, saya yang Pembiayaan
nanggung”.
√
pengobatan
ditanggung
anak
pertama
“waktu ibu sakit itu, langsung di Rumah sakit
Pelayanan kesehatan Keluarga
bawa
yang
aja
ke
rumah
sakit,
kebetuan juga waktu itu anak-
dipilih
serangan stroke
dalam
√
saat memutuskan penggunan
pelayanan kesehatan
mantu disini semuanya jadi ga
nyampe lama dibiarinya.”
“Jadi tuh setiap bapak sakit kita
√
bawanya ke rumah sakit ga
pernah ke tempat lain, rumah
sakit dulu, kan dokter yang tau
harus bagaimana”.
“Kena
stroke
yang
sebelah Klinik dokter
badah itu, yang pertama kena
tahun 1996 kemudian berobat ke
klinik dokter di pondok indah,
setiap minggu”.
√
“Dari dulu sih pas sakit yang Rumah sakit
Pelayanan kesehatan
pertama, kalo ibu berobat gitu
yang dipilih pasca
nyampe sekarang tiap bulan
serangan stroke
√
mah rutin ke dokter di rumah
sakit”.
“Sekarang ke klinik dokter udah
√
engga, tapi ke dokter yang di
rumah sakit, tiap tiga bulan
sekali.”
“kalo sekarang udah engga ke Visit dokter
√
rumah sakit, kan biaya nya gede.
Dokter aja yang datang ke
rumah buat periksa sebulan
sekali.
“Sekarang sih ikut terapi juga, Pengobatan alternatif
√
tukang terapinya ke rumah udah
2-3 bulan ini lah terapinya”.
“Iyaa, takut ini, dari dulu kan Perasaan
saya
cuma
ngikutin
suami. pengalihan
setelah Respon
pembuat Dampak
pembuat keputusan yang baru
terhadap
psikologis
pendelegasian
√
Binggung awalnya, suami sakit keputusan
pembuatan keputusan
kan. Trus gimana kalo saya
mutusinya salah, dari dulu kan
saya ngikutin bapak doang. Ga
pernah gitu harus mikirin kaya
gini, ya takutnya gitu sih mba.
Ngerasa
sulit
ngadepin
segalanya sendiri, anak-anakkan
masih pada perlu biaya tar kalo
bapaknya ga ada gimana, kan
kerjanya swasta bukan pegawai
negeri.
Sedangkan
anaknya
masih kuliah ada yang masih
SMP, SMA gitu, biayanya kan
masih banyak. Bapaknya udah
sakit.”.
“Saya ngambil hikmahnya ja sih
mba,
artinya
kalo
memang
waktu itu sampe stroke juga yaa
√
saya terima. Kalo nyampe ajal
dateng juga saya terima. Tapi
karena kewajiban kan saya jadi
saya buat enjoy aja.”
“Daging-daging,
kambing,
ikan
garam
asin, Makanan diolah oleh Pengaturan diet
Cara untuk pencegahan
agak keluarga sendiri
stroke berulang
√
√
dikurangi”
“Waktu stroke itu, makan sih
√
Ibu yang masak tetep tapi kalo
untuk nyuapin makan kadang
saya kadang Ibu.”
“Terutama dari
makanannya, Ada yang membatasi
harus kontrol makanan apa yang konsumsi
kira-kira memang yang bisa pasien
menyebabkan darah tinggi atau
stroke ya itu jangan di apa
ibaratnya jangan dimakan. Kalo
memang perlu ya ga papa, tapi
hanya nyobain aja sedikit.”
makanan
√
“Menghindari makanan
yang
√
terlalu asin, trus seperti kopi
walaupun kopi susu itu udah
saya ga ijinkan lagi”.
“Emang dari dokter disaranin Menjalankan instruksi Perubahan
jalan-jalan
pagi
setengah
jam,
aja,
lima
gaya
√
sekitar dokter terkait olahraga hidup
kali
seminggu paling engga. Sekitarsekitar sini aja tiap pagi gitu ya.
Sebetulnya kalo itu sih ga perlu
dia jalan-jalan memang kalo di
rumah
aja
udah
jalan-jalan
terus.”
“Dokter sih pernah ngomong
buat istirahat, ga kecapean. Tapi
kalo olah raga dari dulu emang
bapak jarang. Sekarang ini yang
abis sakit, paling sesekali pagi
jalan dari sini ke situ, ama
√
dokter yaa ga apa-apa asal
jangan kecapean tapi ga rutin
setiap pagi.”
“Masih merokok sampai saat ini
tidak
bisa
dibilangin
Sulit
berhenti Kebiasaan
untuk merokok
yang Ketidakpatuhan
tidak sehat
√
pengobatan
berhenti merokok”.
“Pantang doang kalo lagi sakit. Suka makanan asin
√
Tapi kalo dah sembuh ya begitu
lagi. Bapak ga mau makan kalo
saya masaknya agak kurang
asinnya.”
“Bapak kalo ke rumah sakit Marah-marah
Pasien
marah-marah
kooperatif
nunggunya lama”.
mulu,
kan
kurang
√
Download