BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biomaterial adalah material yang berinteraksi secara langsung dengan jaringan dan cairan biologis tubuh makhluk hidup untuk mengobati, memperbaiki, atau mengganti bagian anatomi tubuh makhluk hidup atau sering disebut sebagai implan (Rodriguez dan Gonzales, 2009 dalam Asyariartiningrum, 2011). Biomaterial dapat dibagi menjadi empat kategori utama (Hench dan Pollack, 1991 dalam Navarro dkk, 2008). Kategori pertama toxic material,yaitu material yang akan ditolak oleh jaringan tubuh ketika material tersebut dipasang di dalam tubuh manusia dan berpengaruh buruk pada sekeliling jaringan tubuh. Kategori kedua adalah bioinert material, material tidak beracundan material yang tidak aktif secara biologis, menyebabkan sedikit atau tidak ada respon dari jaringan tubuh ketika material tersebut dipasang dalam tubuh manusia. Kategori ketiga adalah bioactive material, yaitu material tidak beracun yang aktif secara biologis, material ini akan mendukung ikatan implan dengan jaringan sekeliling. Kategori ke empat adalah bioresorbable material, material ini tidak beracun dan tidak menggabungkan diri ke sekeliling jaringan dan larut sepenuhnya setelah beberapa periode waktu tertentu.Biomaterial juga harus memiliki sifat mekanik seperti kekerasan, tegangan tarik dan tekan, dan ketahanan terhadap retak/patah yang baik, sifat kimia yang baik seperti komposisi kimia, stoikiometri dan sifat kimia lainnya untuk mendukung ikatan antara jaringan tubuh dengan implan (Navarro dkk, 2008). Biomaterial diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi berdasarkan materialnya, yaitu polimer, komposit, keramik, dan logam (Navarro dkk, 2008). Dalam dunia medis biomaterial berbahan logam adalah material yang paling sering digunakan untuk bedah tulang atau kebutuhan kesehatan mulut dan gigi, 1 digunakan sebagai implan untuk menggantikan jaringan keras yang rusak. implan logam yang paling sering digunakan adalah stainless steel, paduan Co-Cr, dan titanium dan paduannnya, material logam tersebut sering digunakan karena telah memenuhi syarat sebagai biomaterial. Ti dan paduannya mendapat perhatian besar dalam dunia biomedis, karena sifat unggulnya, seperti, modulus elastis yang sangat baik, sifat tahan korosi yang baik dan memiliki densitas rendah. Implan titanium biasanya digunakan untuk menggantikan jaringan keras yang rusak, seperti, artificial hip joint, artificial knee joint, plat tulang, implan gigi dan keperluan gigi lainnya, seperti mahkota gigi dan gigi palsu (Niinomi, 2001). Dalam 20 tahun terakhir perkembangan penelitian dan produksi akan implan gigi sangat berkembang pesat di seluruh dunia (Gu´ehennec dkk, 2007). Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat. Kasus kehilangan gigi disebabkan oleh beragam faktor, kecelakaan, usia lanjut, perawatan gigi kurang baik, dll. Ada beberapa cara untuk menggantikan gigi yang hilang, yaitu antara lain, dengan gigi tiruan lepas, gigi tiruan cekat dan implan gigi. Penggunaan implan gigi tidak terlepas dari sifat unggul yang dimiliki oleh implan tersebut. Dibanding dengan gigi tiruan lepas dan gigi tiruan cekat,penggunaan implan gigi disebabkan karena memiliki stabilitas yang lebih baik. Penggunaan implan gigi juga memiliki kelebihan dalam hal fungsi bicara, fungsi pengunyahan dan mengurangi resiko karies, mempermudah pembersihan permukaan proksimal gigi disebelahnya. Rata-rata kesuksesan penggunaan implan gigi mencapai 97% dalam10 tahun (Elias dkk, 2008; Misch, 2010 dalam Poernomo, 2011). Keberhasilan klinis dari impan gigi terkait dengan sifat unggul dari implan tersebut, seperti, sifat biocompability dan sifat osteointegrasi dari implan tersebut. Osteointegrasi adalah proses menyatunya material logam (titanium bridging plate) yang ditanam ke dalam rahang dengan rahang tersebut dan jaringan di sekitarnya.Tingkat osteointegrasi implan gigi terkait dengan sifat permukaan 2 implan, seperti komposisi kimia, level energi, morfologi, topografi dan kekasaran permukaan dari implan tersebut. Sifat permukaan tersebut sangat penting untuk keberhasilan jangka pendek dan jangka panjang dari implan tersebut(Gu´ehennec dkk, 2007) dan untuk interaksi biologis antar permukaan antara implan dengan jaringan tubuh (Ban, 2006). Sifat kekasaran permukaan dan energi permukaan implan mempengaruhi sifat mampu basah (wettability) implan, yaitu untuk membantu penyerapan protein dan wettability permukaan juga mempengruhi interaksi antara permukaan implan dengan lingkungan sekitar jaringan (Ban dkk, 2006). Perlakuan yang dilakukan untuk meningkatkan kekasaran permukaan implan dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti machining, acid-etching, anodizing, sandblasting, dan plasma-spraying (Elias dkk, 2008; dan Gu´ehennec dkk, 2007). Salah satu cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kekasaran dan wettability permukaan yaitu dengan menggunakan metode etsa asam yaitu menggunakan asam kuat seperti HCl, H2SO4, HNO3, dan HF. Metode etsa asam dengan pencampuran dua asam kuat (dual acid) dan dipanaskan pada suhu tertentu adalah metode yang paling sering digunakan untuk meningkatkan kekasaran dan wettability permukaan. Dalam penelitian ini asam kuat yang digunakan adalah H2SO4 dengan konsentrasi tertentu. Penggunaan metode etsa dengan menggunakan satu jenis asam dan tanpa dipanaskan adalah metode praktis dan hemat biaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu “Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi asam dan variasi waktu pencelupan implan pada proses etsa asam H2SO4 terhadap kekasaran permukaan dan wettability dari titanium bridging plate?” 3 1.3 Batasan Masalah Penelitian yang dilakukan fokus pada pengujian terhadap kekasaran permukaan dan wettability titanium setelah dilakukan proses etsa asam dengan variasi waktu dan konsentrasi asam yang telah ditentukan, dan dengan kekasaran permukaan awal implan sama. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh variasi konsentrasi asam H2SO4 dan lama pencelupan etsa terhadap kekasaran permukaan dan wettability dari titanium bridging plate. 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi dokter gigi untuk menggunakan logam titanium yang telah mendapat perlakukan etsa asam sebagai bahan alternatif pemasangan implan dengan cara lebih mudah dan murah dan dapat dilakukan secara pengetsaan implan secara langsung oleh para dokter gigi, untuk menambah sifat osteointegrasi sebagai salah satu syarat penting bagi keberhasilan pengunaan implan gigi pada pasien. 4