EVALUASI PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI RUMAH ANTARA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: PUTERA MAHESA 1110054100018 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M ABSTRAK Putera Mahesa Evaluasi Program Terapi Psikososial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum Di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur Penelitian ini meneliti tentang Evaluasi Program Terapi Psikososial di Rumah Antara, karena Rumah Antara mempunyai peranan yang sangat penting di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dalam mengembalikan keberfungsian sosial anak dimasyarakat. Dewasa ini sering terjadi penyimpangan perilaku yang melibatkan kasus hukum yang dilakukan oleh masyarakat umum. Ironisnya penyimpangan perilaku tersebut dilakukan oleh anak-anak, dan pada akhirnya hal tersebut harus membawa mereka ke dalam sel tahanan. Sedangkan berdasarkan KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Right Of The Child. Di Pasal 37 Huruf B Resolusi No 109 menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, dan penghukuman atau pemenjaraan harus menjadi langkah terakhir yang diambil dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dan hanya untuk jangka waktu yang sesingkat-singkatnya, karena itu PSMP Handayani berusaha menjadi mitra terbaik masyarakat dalam perlindungan sosial bagi anak nakal dan anak berhadapan dengan hukum di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian Evaluasi Progam Rumah Antara Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum Di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani bahwa evaluasi input dapat dinilai relevan, karena anak yang dapat diterima di PSMP Handayani yaitu anak yang berhadapan dengan hukum yang berasal dari rujukan Lapas ataupun Titipan masyarakat maupun Kejaksaan. Evaluasi proses dapat dinilai efisien, karena dalam pelaksanaannya tidak melakukan pemborosan sumber daya manusia . Evaluasi hasil dapat dinilai berdampak positif bagi penerima manfaat. Namun masih ada kekurangan yang harus diperbaiki dalam program Rumah Antara. i KATA PENGANTAR Assamu’alaikum Wr.Wb Bismillahirhmanirohim dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan syukur alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur atas rahmat dan pertolongan Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kepada kita semua hingga salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda rasullullah SAW sebagai suri tauladan kita menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Berkat rahmat dan ridho Allah penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “EVALUASI PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI RUMAH ANTARA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI JAKARTA TIMUR.” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (SI) pada program studi Kesejahteraan Sosial, dalam penelitian penyusunan ini, peneliti menyadari banyak menemui kesulitan terutama dalam mengumpulkan data-data yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang peneliti miliki, namun dengan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini, peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi banyak dukungan, baik dukungan moril maupun materil. Dengan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada peneliti untuk meneyelesaikan. ii Ucapan terimakasih tersebut kepada : 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Siti Napsiah Ariefuzzaman, M.SW dan Bapak Ahmad Zaki, M.Si sebagai ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini sampai selesai. 4. Seluruh Dosen Staff Pengajar Fakultas Dakwah dan iImu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sebagai bekal untuk meraih cita-cita di masa depan. 5. Kepada Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dengan menyediakan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi. 6. Bapak Drs. Agus Hizbullah, M. Si selaku ketua Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang telah memberikan izin serta memberikan informasi peneliti dalam melakukan penelitian, Ibu Dra. Sri Musfiah selaku Koordinator Pekerja Sosial di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani atas bimbingan, arahan, serta motivasinya selama peneliti melakukan penelitian. 7. Ibu Dewi Kania, Ibu Emil, Ibu Maria, Ibu Lentina, Ibu Saras, Ibu Tuti, Ibu Dian, Ka Lana, Mas Arifin, Bapak Gunawan. Bapak Sudiyana, Bapak Sarwiji, Bapak Sudirman, dan seluruh keluarga besar Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah berbaik hati menerima dan memberikan informasi kepada peneliti dalam melakukan penelitian. iii 8. Untuk Seluruh Para Penerima Manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang telah membantu dan menemani peneliti selama peneliti melakukan penelitian sehingga peneliti mendapatkan ilmu dan data yang dicari. 9. Yang terhormat dan yang terkasih Ayahanda Mea Kusnadi dan Ibunda Yulia Yasin, serta kakakku Thalita Amelia yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, memberikan support doa baik materil maupun imateril, bimbingan, dorongan, motivasi serta perhatiannya. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia dan nikamat yang tiada henti sebagai balasan yang telah diberikan kepada peneliti. 10. Untuk sahabat-sahabatku tercinta dan terkasihi yaitu Ahmad Fadhli Rahman, Annies Noor Ismi, Ahmad Rifki Fathurohman, Gina Rainissa, Farid Almachzumi, Putri Puspitasari, Nurbani Ulfah, Lufi Arna, Pipit Febrianti, Siti Jumartina, Isnaniyah, Fifi Nurmagfirah, Shabrina Dwi Pitarini, Dysa Restiani, Bani Fauziyah Jehan, Dinda Anggreini, Vinasti Septhiani, Muhammad Hafidz Zuldi, Daeng Bangkit, Risdiyanto, Makmur Rizki, Ihsan Heryana, dan Reizky Riyadi yang telah mengizinkan peniliti untuk menggunakan laptopnya (Ahmad Fadhli, Annies Noor Ismi, dan Lufi Arna), berbagi ilmu, selalu memberikan motivasi dan mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi. 11. Untuk sahabatku yang sudah seperti keluarga sendiri yaitu Langgeng Aryo Visena yang senantiasa memberikan izin untuk menggunakan laptopnya, menemani peneliti, memberikan motivasi, menghibur peneliti di kala sedih maupun senang. 12. Untuk sahabatku “Cego’s family” yaitu Bos Lya Septiarini, Marisa Aprilia, Widi Septian, Levi Putra, Jessie Dea Debora, Izatun Purnami, Reynita Saraswati, dan Faizal Hermansyah yang tidak ada hentinya memberikan semangat kepada peneliti. 13. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang telah berbagi ilmu, melalui hari-hari belajar bersama, seta senior dan iv junior Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan support dan semangat. 14. Spesial untuk teman yang lebih dari sahabat yakni Ika Nurjayanti, terimakasih untuk waktu, tenaga, materi, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini sehingga dapat memacu dan menyemangati penelitian ini. 15. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat diebutkan satu persatu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, peneliti mengucapkan banyak terimakasih. Akhirnya atas kesemuanya ini, peneliti mendo’akan semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka sesuai dengan amal dan perbuatan yang telah diberikan, Kritik dan saran sangat peneliti harapkan dari berbagai pihak yang mebaca skripsi ini dan harapan peneliti semoga penelitian skripsi ini ada manfaat baik untuk Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, maupun bagi masyarakat pada umunya. Amin yaa robbal alamin Tangerang, September 2014 Peneliti Putera Mahesa (1110054100018) v DAFTAR ISI ABSTRAK.........................................................................................................i KATA PENGANTAR......................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................vi DAFTAR TABEL.........................................................................................viii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................................6 C. Tujuan Penelitian.................................................................................7 D. Manfaat Penelitian...............................................................................7 E. Metodologi Penelitian..........................................................................8 F. Tinjauan Pustaka.................................................................................16 G. Sistematika Penulisan..........................................................................17 BAB II KAJIAN TEORI A. Evaluasi Program………………………………………….....……...19 1. Pengertian Evaluasi Program……………………..................19 2. Desain Evaluasi…………………………………..….............21 3. Model Evaluasi………………………………….....………..21 4. Tujuan Dan Pentingnya Evaluasi Program………………….23 5. Indikator Evaluasi Program…………………………………25 B. Rehabilitasi Sosial…………………………………………………...28 1. Pengertian Rehabilitasi Sosial……………………………….28 C. Anak Berhadapan Dengan Hukum…..................................................29 1. Pengertian Anak Nakal Dan Anak Berhadapan Dengan Hukum.....................................................................................29 vi 2. Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum……………………….................................................30 3. Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum….....................31 BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI A. Sejarah Berdirinya PSMP Handayani.................................................32 B. Rumah Antara.....................................................................................34 C. Tujuan, Visi, Dan Misi........................................................................40 D. Falsafah Lembaga...............................................................................41 E. Struktur Organisasi..............................................................................43 F. Program...............................................................................................46 G. Jangkauan Layanan.............................................................................51 H. Sumber Daya Manusia .......................................................................53 I. Sarana Dan Prasarana.........................................................................57 J. Pola Pendanaan...................................................................................58 K. Kemitraan Dengan Pihak Luar...........................................................59 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS EVALUASI PROGRAM RUMAH ANTARA BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI JAKARTA TIMUR A. Evaluasi Input......................................................................................61 B. Evaluasi Proses....................................................................................74 C. Evaluasi Hasil......................................................................................78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................87 B. Saran-saran..........................................................................................88 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................89 LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Informan Penelitian..............................................................14 Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan......................55 Tabel 3.2. Tugas Pokok dan Fungsi........................................................56 Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Panti Sosial Marsudi Putra Handayani................................................................................................59 Tabel 4.1. Identitas Informan..................................................................64 Tabel 4.2. Kelompok Jabatan Fungsional...............................................66 Tabel 4.3. Hasil Kegiatan Terapi Psikososial.........................................81 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Struktur Organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani...................................................................................................45 Gambar 3.2. Program Pelayanan Di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani...................................................................................................48 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika kehidupan anak yang terjadi pada dekade terakhir ini cukup memprihatinkan. Kasus-kasus hukum yang melibatkan anak kian marak, mulai dari kasus kriminal, eksploitasi, pelecehan seks hingga penyalahgunaan zat adiktif dan tawuran pelajar yang senyatanya masih berada pada jenjang tumbuh kembang. Betapa rangkaian kasus itu tidaklah terjadi serta merta, melainkan karena ada faktor pemicu dan pemacunya. Mulai dari penyebab struktural klasik, seperti desakan ekonomi (kemiskinan), dekadensi moral yang dipicu dari tereduksinya kasih sayang orang tua (pengawasan dan perhatian), hingga tekanan psikologisnya yang disebabkan manusia dewasa dalam berbagai kasus yang menyertainya. Kasus-kasus hukum yang menjerat anak tidak terlepas dari persoalan besar di lingkungan keluarga, tetangga, teman sebaya (peers group), maupun lingkungan sekolahnya. Tidak ketinggalan faktor kemudahan akses teknologi informasi yang massif dengan filterisasi yang masih lemah memiliki andil besar atas terjadinya kondisi yang dialami sebagian besar anak-anak kita sekarang ini. Terpasungnya hak anak, di mana mereka kerap di posisikan sebagai subjek penyebab beragam kasus kejahatan, subjek masalah kekerasan fisik (tawuran), maupun subjek masalah Narkotika. Di sisi lain, menjadi objek eksploitasi dan pelecehan seks. Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak pada tahun 2011, tercatat sebanyak 774 kasus anak yang berhadapan dengan hukum berasal dari kalangan 1 2 ekonomi bawah, sebanyak 11 kasus dari kalangan menengah, dan tiga kasus berasal dari kalangan atas. Kebanyakan anak yang berhadapan dengan kasus hukum adalah anak yang miskin dan putus sekolah, di mana mencapai 420 kasus. Pelibatan berbagai pihak yang kompeten, mulai dari praktisi, akademis, birokrasi, hingga seluruh komponen masyarakat untuk melakukan langkah-langkah preventif, introspektif, restorative (perbaikan) atau bahkan represif dalam penanganannya dengan mengedepankan pertimbangan atas hak-hak anak sebagai subjek akibat, bukan menjadi subjek penyebab. Perlu upaya yang lebih intens untuk meningkatkan berbagai program pemberdayaan dan perlindungan sosial melalui perbaikan taraf kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Penguatan mental spiritual di semua sendi keluarga sebagai komunitas inti masyarakat. Kontrol sosial protektif atas dampak teknologi informasi yang bisa melemahkan moralitas anak. Pengembalian peran dan fungsi keluarga sebagai benteng perlindungan utama anak, agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlakul karimah.1 Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak).2 1 Dinda Satria, ”Anak dan Problematika Bangsa” artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari m.kompasiana.com/post/read/501440/2/anak-dan-problematika-bangsa. 2 Sarino, dkk, Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di PSMP Handayani Jakarta (Jakarta: PSMP Handayani, 2007), h. 17-18. 3 Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia harus menjauhi laranganlarangan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, seperti berzina, penyalahgunaan NAPZA, sebagimana dijelaskan dalam Sûrah at-Tahrim/66: 6 berikut: ُن آمَنُىا قُىا أَن ُفسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُىدُهَا اّلنَاس َ يَا أَيُهَا اّلَذِي ْظ شِدَادٌ ّلَا يَ ْعصُىنَ اّلَلهَ مَا َأ َمزَهُم ٌ وَاّلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِ َكةٌ غِلَا ن َ وَ َيفْعَلُىنَ مَا يُؤْ َمزُو “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab I Pasal I Ayat (12) Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara. Bab IX Pasal 64 Ayat (3) bahwa Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui: (a) upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga; (b) upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi; (c) pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan (d) pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai 4 perkembangan perkara.3 Kemudian diperkuat lagi dengan KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Right Of The Child. Di Pasal 37 Huruf B Resolusi No 109 menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, dan penghukuman atau pemenjaraan harus menjadi langkah terakhir yang diambil dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dan hanya untuk jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.4 Dari wacana di atas terdeskripsikan bahwa telah terjadi penyimpangan perilaku pada anak, yang berujung anak melakukan tindakan kriminal seperti penyalahgunaan zat adiktif, seks bebas, pembunuhan, pencurian, perjudian, kekerasan, dan lainnya. Hal diatas juga dikarenakan kesibukan orang tua, anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang, serta bimbingan, membuat anak tumbuh dan terseret dalam penyimpangan perilaku. Untuk itu Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) yang menangani permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) dan anak nakal (AN). Dalam mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk memajukan kesejahteraan umum, Kementerian Sosial berdiri sebagai leading sektor dalam mengembangkan usaha kesejahteraan sosial. Pengembangan tersebut diimplementasikan pada berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat. 3 KPAI (Komisi Perlindungan Anak), “Undang-Undang (UU) RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak | Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)’’, artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http://www.kpai.go.id/hukum/undang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002tentang-perlindungan-anak/ 4 KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Right Of The Child. 5 PSMP Handayani adalah salah satu unit pelaksana tekhnis (UPT) di bawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang menangani permasalahan anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN/ABH), berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI Nomor : 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani berubah menjadi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dengan maksud : 1. Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial anak sehingga mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, serta berakhlak mulia. 2. Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat. Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengam tuntutan dan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta suatu pelayanan yang komperensif dan berorientasi pada kepentingan penerima manfaat pelayanan. Tujuan pelayanan dan rehabilitasi sosial AN/ABH di PSMP-H secara umum adalah pulihnya kepribadian, sikap dan mental dan kemampuan AN/ABH 6 sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.5 Rumah Antara merupakan salah satu program yang penting dalam meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat ABH, yang memiliki latar belakang yang sangat komplek permasalahannya. Rumah Antara adalah rumah pensterilan bagi anak yang didatangkan dari putusan pengadilan maupun rujukan. Rumah Antara dibentuk guna untuk melakukan penyembuhan fisik, observasi terhadap pola perilaku dan memberikan terapi sosial kepada penerima manfaat ABH baik yang putusan pengadilan maupun rujukan sementara guna menunggu proses hukum berjalan. Dengan adanya Rumah Antara penerima manfaat dapat berkurang traumatisnya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sehingga siap mengikuti proses program rehabilitasi selanjutnya. Berdasarkan masalah tersebut penulis mengangkat judul “Evaluasi Program Terapi Psikososial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Rumah Antara mempunyai kegiatan terapi seperti Terapi Psikososial, Olahraga, Mix Farming, Role Model, dan Vokasional. Namun karena keterbatasan penulis, maka dalam hal ini penulis hanya membatasi 5 Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, “Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani” (Jakarta Timur: Kemensos), h. 4-5 7 penelitiannya pada proses evaluasi hasil Terapi Psikososial yang terdapat di Rumah Antara. Hal ini bertujuan untuk menghindari perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya. 2. Perumusan Masalah Adapun masalah yang peneliti lakukan : a. Bagaimana input program terapi Psikososial di Rumah Antara ? b. Bagaimana proses pelaksanaan program terapi Psikososial di Rumah Antara? c. Bagaimana hasil dari program terapi Psikososial di Rumah Antara? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a) Untuk mengetahui siapa saja yang mendapatkan rehabilitasi di Rumah Antara. b) Untuk mengetahui proses pelaksanaan dari Terapi Psikososial di Rumah Antara dalam Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur. c) Untuk mengetahui hasil dari kegiatan Terapi Psikososial di Rumah Antara di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur. 2. Manfaat Penelitian a) Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan referensi bagi mahasiswa tentang bagaimana program Terapi Psikososial di Rumah 8 Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani serta hasil yang dirasakan oleh penerima manfaat dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk study mengenai evaluasi-evaluasi program yang bergerak pada bidang sosial dan evaluasi program. b) Manfaat praktis Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang berguna bagi pembaca, khususnya menjadi bahan untuk perbaikan bagi para Pekerja Sosial dalam menjalankan kewajiban atau tugas program Terapi Psikososial di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur. D. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Penulis buku penelitian kualitatif Sugiono mengutip dari Denzim dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan yang melibatkan berbagai metode yang ada. 6 Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang 6 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h.5. 9 mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.7 Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.8 1. Macam dan Sumber Data Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.9 Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat 7 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.3 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-2, h.9-10. 9 Ibid, h.112. 8 10 dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.10 Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian Evaluasi program “rumah antara” di panti ini bersumber dari data primer dan sekunder: a. Data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama (Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Koordinator Pekerja Sosial, dan penerima manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur). b. Data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui: a. Observasi, yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indera.11 Ada beberapa macam observasi : 10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-2,h. 113. 11 Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h.134. 11 a) Observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejalagejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh para warga yang ditelitinya.12 b) Observasi terus terang atau samar, yaitu dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada subjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka subjek penelitian yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi, dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melaksanakan observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, peneliti tidak akan diizinkan untuk melaksanakan penelitian. c) Observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, terapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. 12 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), h.166. 12 d) Observasi Terkendali, yaitu di mana para pelaku yang akan diamati oleh pendiri kualitatif diseleksi dan kondisi-kondisi yang ada di lokasi penelitian, pelaku diamati dan dikembalikan oleh si peneliti.13 Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian yang belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Pada observasi ini, peneliti tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Observasi ini dilakukan di Rumah Antara untuk mendapatkan data seputar penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui program di Rumah Antara sudah efektif atau belum bagi penerima manfaat. Metode ini penting untuk mendapatkan pemahaman lebih baik tentang hal yang diteliti, serta memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuka. b. Interview atau wawancara adalah sebuah proses memperoleh sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.14 Ada beberapa macam wawancara : 13 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), h. 173-174. 14 Ibid, h. 126. 13 1) Wawancara Tak Berstruktur Wawancara tak berstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka.15 2) Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku, yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.16 3) Wawancara Terbuka Terstandar Tujuan utama dari wawancara terbuka terstandar ialah untuk meminimalkan pengaruh wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada masing-masing informan. Terlebihlebih, wawancara yang dilakukan peneliti harus sistematis dan perlu adanya pertimbangan wawancara juga agar juga dalam membuat analisis data lebih mudah karena hal ini memungkinkan untuk menempatkan jawaban dari masing-masing informan pada pertanyaan yang sama secara agak cepat dan sekaligus untuk mengorganisasi pertanyaan dan jawaban yang serupa.17 15 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), 176 16 Ibid., h.182 17 Ibid, h. 183-184. 14 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur atau sering juga disebut wawancara mendalam. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Teknik wawancara yang dapat berlangsung secara luwes, arahnya lebih bisa terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak sehingga diperoleh informasi, keterangan, data yang lebih kaya. Adapun yang akan peneliti wawancarai adalah: Tabel 1.1. Informan Penelitian No 1. Informan Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial 2. Pekerja Sosial 4. Penerima Manfaat 5. Pengasuh Informasi yang di cari Bagaimana pelaksanaan dari program Rumah Antara, dan dampaknya bagi penerima manfaat Bagaimana pelaksanaan dari program Rumah Antara, dan dampaknya bagi penerima manfaat Dampak yang dirasakan oleh penerima manfaat dari segi aspek kognitif, emosional, dan perilaku Seberapa penting fungsi dari Rumah Antara Jumlah 1 orang 3 orang 3 orang 2 orang c. Dokumentasi, yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, brosur, foto-foto, dan arsip milik Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur atau tulisan lainnya yang memiliki keterkaitan 15 dengan penelitian ini. Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi penelitian sosial. 3. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 4 Mei 2014 sampai dengan 15 Agustus 2014. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani JL. PPA Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur 13890. 4. Teknik Analisis Data Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul, penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana Evaluasi program Terapi Psikososial Rumah Antara dalam Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. 5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M.Syairozi Dimiyati, Netty Hartati dan Syopiansyah Jaya Putra yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta, cetakan II 2007. 16 6. Teknik Keabsahan Data Tekhnik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memilih kriteria sebagai berikut : Pada penelitian ini peneliti menggunakan ketekunan pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.18 E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan literatur berupa tulisan, artikel, skripsi, buku yang berkaitan dengan penelitian skripsi peneliti. Peneliti menemukan beberapa tulisan dan skripsi yang memiliki judul atau tema yang hampir sama dengan masalah yang penulis teliti, diantaranya adalah : “Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratis (RBG) bagi Orang Miskin di Jakarta Timur” oleh Lidya Melawati. Skripsi S.I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Skripsi ini menjelaskan tentang evaluasi program layanan kesehatan. Peneliti 18 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), h. 321. 17 menggunakan skripsi ini untuk mengetahui evaluasi program yang dilakukan oleh peneliti tersebut. Persamaan skripsi peneliti yaitu dari teori yang digunakannya, sama-sama menggunakan teori evaluasi menurut Pietzrak. Perbedaannya yaitu dari segi objek dan subjek penelitian. “Problematika Anak Berhadapan Dengan Hukum dan Praktik Bimbingan Sosial Kelompok Studi Kasus Panti Sosial Marsudi Putra Handayani” oleh Nandya Zahra Yusela. Skripsi S.I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi pada anak berhadapan dengan hukum di kelas bimbingan sosial. Peneliti menggunakan skripsi ini sebagai salah satu literatur penelitian untuk mengetahui permasalahan anak berhadapan dengan hukum. Perbedaannya terletak dari objek yang ditelitinya, persamaannya yaitu dari subjek penelitiannya yang menggunakan Anak Berhadapan Dengan Hukum. “Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan Rehabilitasi Psikososial Korban Trafficking (Studi Kasus pada Dua Korban Trafficking di Rumah Perlindungan dan Trauma Centre, Bambu Apus Jakarta Timur)” oleh Hanifah Sya’adillah. Skripsi S.I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang peran pekerja sosial dalam menjalankan rehabilitasi psikososial pada korban trafficking. Peneliti menggunakan skripsi ini untuk mengetahui peran pekerja sosial dalam kegiatan rehabilitasi psikososial. Perbedaan skripsi berikut dengan skripsi peneliti yaitu dari subjek yang ditelitinya, persamaannya yaitu dari objek yang mmbahas tentang rehabilitasi psikososial. 18 “Konsep Diri Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Studi Kualitatif tentang Anak yang Berkonflik dengan Hukum pada Rumah Tahanan Klas I Surabaya, Medaeng – Sidoarjo” oleh Estu Putri. Skripsi S1 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Skripsi ini menjelaskan tentang konsep diri pada anak berhadapan dengan hukum. Perbedaannya yaitu terletak dari objek penelitian dan persamaannya yaitu terletak pada subjek penelitian. “Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Dengan Menggunakan Pendekatan Diversi Dan Restorative Justice” oleh Gilang Kresnanda Annas. Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum Univertas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perbedaannya yaitu terletak pada objek yang diteliti dan persamaannya yaitu terletak pada subjek penelitiannya. F. Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka teori, metode penelitian, temuan dan analisis, dan penutup. Berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. 19 BAB II Landasan Teori, berisi tentang definisi Evaluasi Program, Desain Evaluasi, Model Evaluasi, Indikator Evaluasi, Tujuan dan Pentingnya Evaluasi, Definisi Rehabilitasi Sosial, Pengertian Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum, Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum, dan Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum. BAB III Gambaran Umum Lembaga, berisi tentang Latar Belakang Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) Jakarta Timur, Profil Rumah Antara, Visi dan Misi, Falsafah Lembaga, Struktur Organisasi, Program Pelayanan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Jangkauan Layanan, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Pola Pendanaan, dan Kemitraan Dengan Pihak Luar. BAB IV Temuan dan Analisis, berisi hasil wawancara tentang evaluasi program Terapi Psikososial di Rumah antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur, serta hasil yang dirasakan oleh informan atau penerima manfaat dari Program Terapi Psikososial Rumah Antara. BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab ini akan menjelaskan tentang teori Evaluasi Program, Rehabilitasi sosial, dan Anak Berhadapan Dengan Hukum. A. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi adalah penilaian.1 Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus (on-going evaluation) dan evaluasi akhir (ex-post evaluation). Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana. Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.2 Definisi evaluasi menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Wirawan, Ralph Tyler mendefinisikan evaluasi ialah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan yang benar-benar disadari. Daniel L. Stufflebeam 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 238. 2 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 119. 20 21 mengemukakan evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, pelaporan, dan menerapkan informasi deskriptif dan menghakimi tentang beberapa obyek jasa, layak, kejujuran dan signifikansi dalam rangka untuk memandu pengambilan keputusan, mendukung akuntabilitas, menyebarkan praktek-praktek yang efektif, dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena yang terlibat.3 Menurut Suharsimi Arikunto seperti yang dikutip Nana Mintarti, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi yang berguna bagi decision maker untuke menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.4 Sedangkan program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Semua program tersebut perlu dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi program adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. 5 Menurut Joan L. Herman & Cs, 1987, Evaluator’s Handbook, ialah segala sesuatu yang 3 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 7. 4 Nana Mintarti, dkk., Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indikator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009), h. 23. 5 Ibid., h.17. 22 dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.6 2. Desain Evaluasi Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi dengan presisi yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat dan tujuan evaluasi dapat dicapai. Menurut Rowley seperti yang dikutip oleh Wirawan, desain penelitian merupakan logika yang menghubungkan data yang akan dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan yang harus ditarik ke arah pertanyaan-pertanyaan dari studi, desain penelitian memastikan terjadinya perpaduan. Cara lain memandang suatu desain penelitian adalah melihatnya sebagai rencana tindakan untuk memperoleh dari pertanyaan kesimpulan. Desain penelitian harus memastikan adanya pandangan yang jelas apa yang harus dicapai.7 3. Model Evaluasi Program Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, seperti telah disinggung terdahulu, Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert mengemukakan tiga tipe evaluasi guna mengawasi suatu program secara lebih seksama, yaitu : 1) Evaluasi Input, memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (variabel) utama yang 6 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 9. 7 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, h. 147. 23 terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf, dan program. Pietrzak dan kawan-kawan menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan (konstelasi) keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu, seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. Dalam kaitan dengan evaluasi input program, Pietrzak, et.al mengemukakan 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut adalah (1) tujuan dan objektif; (2) penilaian terhadap kebutuhan komunitas; (3) standar dari suatu praktek yang terbaik; dan (4) biaya per unit layanan. 2) Evaluasi Proses, menurut Pietrzak, et.al memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti: „standar praktek terbaik‟ (best practice standard), kebijakan lembaga, tujuan proses (process goals) dan kepuasan klien. 3) Evaluasi Hasil, menurut Pietrzak, at.al diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap 24 penerima layanan (recipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah: Bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut ? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program = programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien (berorientasi pada klien = client oriented).8 4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Program Tujuan utama dari suatu kegiatan evaluasi adalah untuk membuat keputusan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tylor yang dikutip oleh Sudaryono bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “mengembangkan suatu kebijakan yang bertanggung jawab mengenai pendidikan”. Popham menyatakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan yang lebih baik”. Mehrens dan Lehmann mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membantu kita membuat keputusan”. Bahkan jauh sebelumnya, Cronbach sudah secara tegas menyebutkan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan”.9 8 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 128-129. 9 Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) h. 50 25 Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan : 1) Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai. 2) Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program. 3) Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. 4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri. 5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program. 6) Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal. 7) Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik. 8) Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik. 9) Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. 26 10) Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.10 5. Indikator Evaluasi Program Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi, mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan. Indikator dibawah ini adalah sembilan indikator yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan :11 1) Indikator Ketersediaan (Indicators of Availability). Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benat ada. Misalnya, dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani sepuluh rumah tangga, maka perlu di cek apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada. 2) Indikator Relevansi (Indicators of Relevance). Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan di mana diperkenalkan kompor 10 teknologi terbaru, tetapi ternyata kompor tersebut Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 127-128. 11 Ibid, h. 130-132. 27 menggunakan lebih banyak minyak tanah ataupun kayu dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan. 3) Indikator Keterjangkuan (Indicators of Accessibility). Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam „jangkuan‟ pihak-pihak yang membutuhkan. Misalnya saja, apakah puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, di mana sebagian besar warga desa dapat dengan mudah datang ke Puskesmas. Atau, apakah suatu Posko Bencana Alam berada dalam jangkauan dari korban bencana tersebut. 4) Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation). Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran. Misalnya saja, seberapa banyak PUS (pasangan usia subur) yang memanfaatkan layanan jasa Puskesmas dalam upaya meningkatkan KB mandiri. Atau, berapa banyak anak jalanan yang mengikuti kegiatan belajar baca tulis dari sekian banyak anak jalanan yang belum bisa membaca dan menulis. 5) Indikator Cakupan (Indicators of Coverage). Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan 28 menerima layanan tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana kemanusiaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak orang-orang miskin di suatu desa. 6) Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran. Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi Pelayanan Masyarakat (Human Service Organization) sudah memenuhhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan dan sikap empati terhadap klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam proyek tersebut. 7) Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah „ditanamkan‟ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan guna membangun sarana transportasi antar desa. 8) Indikator Efisiensi (Indicators of Efficiency). Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna mencapai tujuan di manfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya saja, suatu layanan yang bisa dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan 29 untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan maka yang akan terjadi adalah underemployment (pengangguran terselubung). 9) Indikator Dampak (Indicators of Impact). Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Misalnya saja, apakah setalah dikembangkan layanan untuk mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa, maka angka penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sudah menurun. B. Rehabilitasi Sosial 1. Pengertian Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi sosial adalah suatu proses dan atau rangkaian kegiatan terencana untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan atau sosial dengan kriteria dan sasaran jelas dan terfokus, dilaksanakan dengan pendekatan analitik, berdasarkan suatu proses. Mencakup fungsi pencegahan, pengembangan kemampuan, penyembuhan masalah, pemulihan peran sosial, perlindungan dan keterpaduan dengan sistem layanan lainnya.12 Rehabilitasi sosial adalah proses pemberian pelayanan bimbingan dan pembinaan fisik, mental, sosial, keterampilan dan pendidikan.13 12 Alit Kurnisari dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putra (Jakarta: P3KS Press, 2009) h. 13. 13 Sarino, dkk., Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di PSMP Handayani Jakarta (Jakarta : 2007), h. 6. 30 C. Anak Berhadapan Dengan Hukum 1. Pengertian Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum Undang-undang No. 23 tahun 2002, tentang Perlindungan anak menjelaskan bahwa “Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum menikah”. Menurut pedoman penanganan anak berkonflik hukum, Yanrehsos Depsos membatasi anak berkonflik hukum adalah anak yang telah berkonflik dengan hukum dan berdasarkan hasil penyidikan/pemeriksaan membutuhkan pembinaan di panti sosial. Berdasarkan batasan tersebut artinya anak telah melakukan tindakan melanggar hukum. Dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang peradilan anak menyebutkan bahwa anak nakal sebagai anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan definisi tersebut, pemahaman anak berkonflik hukum dapat dianalogkan dengan anak nakal. Menurut Beijing Rules, peraturan minimum Standar PBB mengenai Administrasi Peradilan bagi Remaja dalam peraturan 2.2 adalah: a. Seorang anak atau orang muda yang menurut sistem hukum masingmasing dapat diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa. b. Suatu pelanggaran hukum adalah pelaku apapun (tindakan atau kelalaian) yang dapat dihukum menurut sistem hukum masing-masing. 31 c. Seorang pelanggar hukum berusia remaja adalah seorang anak atau orang muda yang diduga telah melakukan atau yang telah melakukan suatu pelanggaran hukum. Menurut pekerjaan sosial, anak nakal adalah anak yang mengalami kesulitan penyesuaian diri yang menyebabkan melanggar hukum, sulit dididik dalamm keluarga dan dapat membahayakan orang lain.14 2. Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum a. Kenakalan dengan taraf ringan seperti kadang berbohong, malas, suka bolos sekolah, bermain melampaui batas waktu. b. Kenakalan dengan taraf sedang seperti melawan orang tua, mencoba mencuri di lingkungan keluarga, merokok bagi siswa SLB-E, mencoba minum minuman keras, selalu berbohong, jarang pulang ke rumah (keluyuran tanpa batas waktu). c. Kenakalan dengan taraf berat, antara lain minum-minuman keras, ganja (narkotika), malak, mencuri, sering melakukan perkelahian. d. Kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum: a) Anak yang melakukan tindak pidana baik menurut Undang-undang maupun peraturan pemerintah atas putusan hakim menjalani pidana di Lapas. b) Anak Negara berdasarkan putusan hakim diserahkan kepada negara. 14 Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Penanganan Anak Berkonflik Hukum, (Jakarta: Puslitbang Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial, 2007), h. 11-12. 32 c) Anak Sipil atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas.15 3. Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum Permasalahan anak yang timbul tidak lepas dari faktor keluarga dan lingkungan dimana klien bertempat tinggal antara lain: 1) Ketelantaran fisik (physical neglect), hal ini berkaitan sekali dengan tingkat pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal. 2) Ketelantaran emosional (emotional neglect), halm ini berkaitan dengan kasih sayang, perawatan dan kepengasuhan.16 Jadi Evaluasi Program adalah suatu penilaian apakah suatu rencana kegiatan atau kegiatan yang sedang berjalan dapat dikatakan berhasil atau gagal dengan beberapa metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Model Evaluasi Program yang peneliti gunakan yaitu Model Evaluasi menurut Pietzrak yang dimana terdiri dari evaluasi input, proses dan hasil. Untuk memberikan penilaian terhadap Terapi Psikososial di Rumah Antara, peneliti menggunakan indikator relevan dalam evaluasi input, yang dimana indikator tersebut menilai apakah pelayanan yang diberikan tepat atau tidak. Indikator efisien peneliti terapkan dalam evaluasi proses, yang 15 Sarino, dkk., Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di PSMP Handayani Jakarta (Jakarta : 2007), h. 17-18. 16 Ibid., h. 18-19. 33 dimana menunjukkan bahwa suatu program yang sedang dilaksanakan tidak terjadi pemborosan sumber daya manusia, dan waktu pelayanan yang diberikan pun tepat guna. Kemudian untuk evaluasi hasil, peneliti menggunakan indikator dampak untuk mengetahui bahwa pelayanan yang diberikan membawa perubahan pada penerima manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. Adapun alasan peneliti melakukan evaluasi terhadap Terapi Psikososial di Rumah Antara yaitu melihat apakah tujuan dari Terapi Psikososial sudah tercapai, memperbaiki kekurangan yang terdapat di Terapi Psikososial, dan meningkatkan perencanaan yang lebih baik dari sebelumnya. Tabel 2.1. Kerangka Penelitian Evaluasi Program Indikator Terapi Psikososial Relevan Input : 1) Klien 2) Staff 3) Program Proses : 1) Pelaksanaan terapi yang dilakukan oleh Pekerja Sosial Output : 1) Dampak yang dirasakan oleh penerima manfaat Indikator Efisien Indikator Dampak BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) Jakarta Timur, Profil Rumah Antara, Visi dan Misi, Falsafah Lembaga, Struktur Organisasi, Program Pelayanan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Jangkauan Layanan, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Pola Pendanaan,dan Kemitraan Dengan Pihak Luar. A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani Berawal pada tahun 1957, di mana semakin maraknya permasalahan cross boys dan cross girls di masyarakat, mendorong Departemen Sosial mendirikan suatu Camp bernama Pilot Proyek Karang Taruna Marga Guna dengan Surat Keputusan Kepala Jawatan Pekerja Sosial Nomor : 3/BUL-DJPS-A/62 yang diresmikan tanggal 21 Desember 1959. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-249/4479 tanggal 30 Oktober 1965 ditetapkan menjadi Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna. Pilot proyek ini terdiri dari Taman Rekreasi Sehat Anak-anak Dwikora, Observation Home untuk anak-anak mogol (drop out), serta Usaha Kesejahteraan Wanita/gadis-gadis desa/LSD. Pada periode berikutnya dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-1-48/144 tanggal 7 Oktober 1968, yang menetapkan proyek tersebut menjadi Panti Anak Tuna Sosial Wisma Handayani, Sanggar Rekrasi Sehat Ade Irma Suryani, Pusat Perkemahan Remaja (termasuk pramuka) dari jakarta dan sekitarnya, serta Pusat Pendidikan, 34 35 Kursus-kursus dan Upgrading petugas Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat Departemen Sosial. Melalui Rapat Dinas Staf Direktorat Kesejahteraan Anak dan Taruna dengan staf Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna tanggal 18 Oktober, 30 Oktober dan 5 November 1971, dihasilkan suatu keputusan bahwa mulai tanggal 1 Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi : 1. Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai kegiatan pokok 2. Pelayanan umum (community service) sebagai kegiatan suplementer Terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 1975 yang salah satunya melahirkan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial di dalam Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Departemen Sosial, maka nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial dirubah menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal (PRAN) Wisma Handayani. Tahun 1983 secara resmi PRAN Wisma Handayani dialihkan statusnya dari pengolahan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta. Pada tahapan terakhir, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI Nomor : 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani berubah menjadi Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. 36 Sejak berdiri tahun 1968 hingga tahun 2011, PSMP Handayani telah menangani lebih dari 4.000 anak yang mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk ke dalam kategori anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN dan ABH).1 B. Rumah Antara Pada awalnya PSMP Handayani dibentuk untuk menjawab permasalahan-permasalahan anak nakal yang belum berhadapan hukum dengan variasi masalah yang masih ringan, berkisar membolos, merokok ataupun mencuri di dalam keluarga. Namun dengan perkembangan zaman maka permasalahan anak semakin komplek. Melihat semakin banyak anak yang kenakalannya sampai pada proses hukum, dan penjara bukan merupakan tempat yang baik bagi anak, maka sasaran garapan tidak hanya pada anak dengan kenakalan rujukan orang tua/masyarakat namun rujukan putusan pengadilan maupun rujukan sementara menunggu proses hukum. Rumah Antara merupakan salah satu program yang penting dalam meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat ABH, yang memiliki latar belakang yang sangat komplek permasalahannya. Rumah Antara adalah rumah pensterilan bagi anak yang didatangkan dari putusan pengadilan maupun rujukan. Rumah Antara dibentuk guna untuk melakukan penyembuhan fisik, observasi terhadap pola perilaku dan memberikan terapi sosial kepada penerima manfaat ABH baik yang 1 Data diambil dari File yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014 37 putusan pengadilan maupun rujukan sementara guna menunggu proses hukum berjalan. Dengan adanya Rumah Antara penerima manfaat dapat berkurang traumatisnya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sehingga siap mengikuti proses program rehabilitasi selanjutnya. Adapun jenis-jenis terapi yang akan digunakan namun disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat antara lain : 1) Terapi Psikososial, dalam terapi psikososial bertujuan untuk mengenal diri, memahami, mengevaluasi dan mencari solusi. Ada 5 perubahan perilaku yang dapat dilakukan antara lain : a. Cognitive change, berkaitan dengan pola pikir, rencana hidup maupun kecerdasan ABH, karena biasanya pola pikir penerima manfaat masih belum matang, seperti tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Selain itu juga tidak dapat memikirkan dampak selanjutnya setelah penerima manfaat sudah melakukan hal tersebut. b. Emotive change, berkaitan dengan emosional ABH, pada umumnya ABH memiliki kondisi emosional yang kurang stabil, seperti emosi penerima manfaat suka bergejolak dan terkadang cenderung memberontak, seperti tidak dapat mengontrol dirinya, sulit untuk bekerja sama, terjadi pemberontak jika dilarang. c. Behavior change, berkaitan dengan perubahan perilaku pada ABH, yang biasanya penerima manfaat melakukan penyimpangan tingkah laku, seperti merokok, menggunakan narkoba, melakukan hubungan suami isteri diluar nikah, dan sebagainya. Perubahan 38 perilaku ini snagat dipengaruhi oleh emosi penerima manfaat yang stabil d. Environmental mendukung change, terjadinya berkaitan masalah dengan maupun lingkungan yang yang mendukung terjadinya perubahan terhadap perilaku normatif ABH. e. Relief from suffering, berkaitan dengan pembebasan tekanan/penderitaan pada diri ABH, karena biasanya penerima manfaat memiliki trauma pada proses penangkapan ataupun ketika penerima manfaat mendekam dibalik jeruji. Beberapa contoh terapi psikososial : a. Abreaction atau Chatarsis. yaitu terapi berupa lepasnya emosi yang intens yang diikuti dengan terungkapnya suatu emosi yang bersifat traumatic dengan tujuan tercapainya suatu resolusi. Pelaksanaan Terapi ini dengan cara meluapkan emosinya lewat menulis dalam bentuk naratif, dan bisa juga dengan cara face to face dengan memancing emosi negative agar keluar. b. Terapi Realitas. terapi ini bertujuan untuk membangkitkan komitmen akan realitas dirinya, dan meningkatkan tanggung jawab melalui kesadaran penerima manfaat akan realitas dirinya. Dalam pelaksanaannya sebagai berikuti : a) Minta anak untuk mengungkapkan keinginan, harapan, atau cita-cita secara spesifik, bergantian dengan peksos. (want) b) Minta anak untuk mengutarakan apa-apa yang telah mereka lakukan selama ini. (doing) 39 c) Minta anak untuk mengutarakan apa-apa yang telah mereka lakukan selama ini yang mendukung ataupun merugikan pencapaian keinginan secara spesifik. (evaluation) d) Minta anak untuk mengutarakan apa yang mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan, harapan atau cita-cita secara spesifik. (planning) e) Minta anak untuk berjanji pada dirinya dan pada terapis secara spesifik untuk melakukan apa yang mendukung pencapaian keinginan. (commitment) c. Sharing Feeling, terapi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi emosi penerima manfaat pada hari ini, dengan cara menceritakan kegiatan penerima manfaat hari ini dengan diiringi dengan perasaannya setelah melakukan kegiatan-kegiatan di Rumah Antara, selain itu juga penerima manfaat diminta untuk menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan teman-teman di Rumah Antara. Diterapi ini Pekerja sosial juga memberikan bimbingan rohani seperti ceramah agar penerima manfaat lekas bertaubat, tidak merasa terpukul dengan kesalahan yang telah diperbuatnya, dan termotivasi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. d. Terapi Kognitif, terapi ini bertujuan agar terbentuknya pola pikir penerima manfaat menjadi matang atau lebih dewasa, dalam pelaksanaan terapi dengan cara menonton film-film inspirasi yang dapat memotivasi penerima manfaat untuk berubah menjadi lebih 40 baik, selain menonton film dengan memberikan stimulus seperti memberikan cerita yang dapat memotivasi penerima manfaat. e. Terapi EFT (Emotional Freedom Technique) yaitu suatu teknik terapi untuk membersihkan emosi negatif melalui proses penyelarasan energi tubuh dengan penyadaran dan penerimaan emosi. Pelaksanaan dari terapi ini yaitu dengan cara melakukan taping atau ketukan pada bagian titik tubuh seperti di alis, samping mata, dan bagian atas dada dengan diiringi menentukksn masalah atau emosi negative yang dirasakan. Contohnya “saya sadar bahwa saya trauma dengan kekerasana yang dilakukan dipenjara, dan saya terima trauma saya ini”. Sambil mengucap, tangan menekan titik tubuh dengan mengetuk dua ujung jari kebagian titik tersebut. 2) Terapi Olahraga, terapi olahraga diarahkan pada kegiatan membangun kekuatan fisik ABH, pada terapi olahraga biasanya dilakukan in door maupun out door. In door bisa berupa tenis meja, karambol maupun catur, sedangkan out door jogging. 3) Terapi Mix Farming, terapi ini merupakan terapi yang sudah dilaksanakan di PSMP Handayani, biasanya digunakan untuk memberikan sanksi kepada penerima manfaat yang melanggar aturan yang berlaku. Terapi ini menggunakan mediasi menanam pohon, mulai dari menyiapkan lahan, menanam, merawat hingga tanaman tersebut berbuah. menjelaskan proses Dengan memberikan menanam dengan pendampingan mengibaratkan untuk dirinya 41 (manusia), manusia akan tumbuh dan berkembang dengan baik maka perlu perawatan dengan baik dan juga menanamkan rasa tanggung jawab pada ABH. Dalam pelaksanaan mix farming di Rumah Antara dilaksanakan dengan menggunakan lahan sempit (pot) atau pollybag yang berada di halaman Rumah Antara dengan tanaman hasil panen yang memerlukan waktu pendek seperti cabe, tomat, bunga atau yang dapat di tanam pada media yang mudah perawatannya. 4) Terapi Role Model, terapi ini akan menggunakan contoh dengan menggunakan penerima manfaat ABH yang telah berhasil karena mampu mengikuti proses rehabilitasi dengan baik. 5) Terapi Vokasional, terapi ini diarahkan pada keterampilan yang membutuhkan waktu yang singkat dan mudah untuk dilaksanakan oleh ABH. Selain untuk pengisian waktu luang bagi ABH juga dimaksudkan ABH memiliki keterampilan yang dapat membantu kemandirian ABH apabila kembali pada keluarga, seperti service HP, pembuatan gantungan baju dari sisa kabel listrik ataupun pemisahan karet dengan benangnya. Pada keterampilan vokasional ini selain memerlukan waktu yang singkat juga memiliki nilai ekonomis bila dipasarkan. Rumah Antara menjadi syarat proses penerimaan penerima manfaat (klien), jadi penerima manfaat yang baru tidak langsung ditempatkan di asrama reguler dengan penerima manfaat yang sudah lebih dulu berada di panti, hal ini dikarenakan untuk mencegahnya penerima manfaat yang baru memberi pengaruh buruk yang kuat terhadap penerima manfaat yang lama seperti 42 mentransformasikan perilaku buruk yang didapatkannya dari LAPAS, selain itu juga mencegah supaya tidak menularkan penyakit kulit.. Untuk jangka waktu penerima manfaat di Rumah Antara yaitu dari perilakunya, Pekerja Sosial akan memberikan waktu selama 2 minggu untuk berperilaku baik selama di Rumah Antara, jika penerima manfaat dapat berperilaku baik, Pekerja Sosial akan mencoba mengikutinya ke kelas bimbingan sosial, lalu jika dalam 1 minggu uji coba ke kelas bimbingan sosial menunjukkan sikap yang positif, Pekerja Sosial akan mengikutinya ke kelas salah satu keterampilan seperti las, mesin pendingin, dan otomotif. Jika penerima manfaat dapat menunjukkan sikap yang positif, penerima manfaat akan ditempatkan di asrama reguler dan melanjutkan rehabilitasi sosial yang diberikan PSMP Handayani.2 C. Tujuan, Visi dan Misi Panti 1. Tujuan Tujuan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial AN/ABH di PSMP Handayani secara umum adalah pulihnya kepribadian, sikap mental, dan kemampuan AN/ABH sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya. 2. Visi “Menjadi mitra terbaik masyarakat dalam perlindungan sosial bagi anak nakal dan anak berhadapan dengan hukum di Indonesia” 2 Wawancara, Dra. Sri Musfiah Pada Tanggal 14 Mei 2014 43 3. Misi 1. Memberikan pelayanan secara profesional 2. Membangun sumber daya manusia pegawai profesional 3. Penguatan lembaga sebagai pusat kajian dan model penanganan langsung 4. Memperluas jaringan sosial dan mempertegas kemitraan strategis 5. Penguatan partisipasi keluarga, masyarakat, dan komunitas/Orsos/LSM3 D. Falsafah Lembaga Landasan hukum : 1) Undang-undang No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan –ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial. 2) Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. 3) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum menikah. 4) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. 5) Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1988 Tentang UKS bagi Anak yang bermasalah. 6) Kesepakatan bersama antara Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI dengan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI 3 Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014 44 tentang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anaka Didik Pemasyarakatan.4 4 Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014. 45 E. Struktur Organisasi Daftar gambar 3.1. Struktur Organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani5 KEPALA PANTI Drs. Agus Hizbullah M.Si KASUB BAGIAN TATA USAHA Sugito. S.Pd KASI REHABILITASI SOSIAL KASI PROGRAM DAN ADVOKASI SOSIAL Dra. Dewi Kania Syafri.Edi AKS,M.Si KOORDINATOR PEKERJA SOSIAL Dra. Sri Musfiah KOORDINATOR INSTALANSI PRODUKSI Sarwiji S.An 5 Data diambil Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014. 46 1. Deskripsi Pekerjaan Struktur organisasi PSMP Handayani terdiri dari Kepala Panti, Subbag Tata Usaha, Kasi PAS dan Kasi Rehabilitasi Sosial serta jabatan Fungsional dengan tugas-tugas : 1) Kepala panti, tugasnya melaksanakan tugas-tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan rehabilitasi sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Sub Bagian Tata Usaha, tugasnya mencakup persiapan sarana dan prasarana pelayanan seperti sarana fisik (makan) klien, sarana dan prasarana keterampilan. 3) Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), tugasnya melakukan persiapan perencanaan program dan advokasi baik program yang berkaitan dengan operasional perkantoran maupun program rehabilitasi sosial secara keseluruhan. 4) Seksi Rehabilitasi Sosial, tugasnya melakukan bimbingan rehabilitasi sosial langsung dengan klien. Bimbingan yang dilaksanakan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. 5) Koordinator Pekerja Sosial, tugasnya yang mendistribusikan tugas, wewenang, peran, dan fungsi sistem pelaksana intervensi pekerja sosial. 47 6) Instalasi Produksi yang tugasnya memberikan keterampilan kepada anak-anak taruna dengan 3 bidang keterampilan (AC/pendingin,las, dan otomotif).6 2. Pola Pengambilan Keputusan Pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yaitu bersifat top-down, Kalau secara strategisnya hanya melihat dari atas, di mana semua kebijakan keputusan berada di tangan kepala panti. Lalu untuk alur pengambilan keputusan pelayanan mengenai anak melalui sistem non directif, karena keputusan tidak langsung diajukan ke kepala panti, tetapi terlebih dahulu keputusan diputuskan oleh kepala seksi program dan advokasi sosial dan rehabilitasi sosial.7 6 Data diambil dari File yang diberikan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014. 7 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.. 48 F. Program (Mulai Dari Perencanaan, Merencanakan, Pelaksanaan, Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga) Daftar gambar 3.2. Program Pelayanan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani8 Masyarakat Lapas anak Bapas PENDEKATAN PSMP HANDAYANI INTAKE PROSES Penerimaan Sosialisasi Pengasramaan Program Orientasi AWAL Pelayanan panti INTERVENSI Bimbingan fisik Bimbingan materi Bimbingan sosial Bimbingan sekolah Bimbingan psikososial Bimbingan keterampilan Bimbingan belajar kerja ASSESMENT Pengumpulan data Pengumpulan masalah Identifikasi kebutuhan 2 Identifikasi potensi sumber observasi RESOSIALISASI PENYALURAN Sosialisasi Kembali terhadap ke RENCANA INTERVENSI Penempatan klien Sosialisasi Melanjutkan terhadap sekolah masyarakat Sosialisasi Sekolah Keterampilan Bimbingan sosial Individu kelompok PEMBINAAN LANJUT keluarga keluarga BIMBINGAN KELUARGA BIMBINGAN LANJUT BIMBINGAN BENGKEL bekerja terhadap dunia usaha TERMINASI 8 KLIEN DIRUJUK KE INSTALANSI LAIN KLIEN KELUAR SENDIRI/DIAMBIL ORANGTUANYA KLIEN SELESAI MENGIKUTI PROGRAM PELAYANAN Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 14 Mei 2014.. 49 Penjelasan program pelayanan sosial yang ada di PSMP-H : Peneriamaan : a) Seleksi b) Assesment sosial dan Vokasional Bimbingan Fisik yang diberikan diprogram pelayanan sosial di PSMP-H : a) Pelayanan Gizi b) Pelayanan Kesehatan c) Olahraga Bimbingan Mental yang diberikan diprogram pelayanan sosial di PSMP-H : a) Bimbingan Rohani a. Sholat/kebhaktian b. Ceramah Agama c. Pengajian Al-Quran d. Perayaan hari besar agama b) Outbond c) Mental,Fisik, Disiplin (MFD) Bimbingan Sosial yang diberikan di program pelayanan sosial di PMP-H : a) Morningg meeting b) Static Group c) Encounter 50 d) Hair cut e) Konseling Bimbingan Keterampilan yang diberikan diprogram pelayanan sosial di PSMP-H : a) Taruna dan siswa sekolah b) Luar Biasa Klasifikasi-E c) Otomotif motor d) Las e) Pendingin f) Mengetik/ komputer g) Kesenian (Band dan Reog) h) Hasta karya i) Pertanian (Mix farming) 1. Perencanaan Perencanaan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMPH) semua dirancang oleh bidang Pelayanan dan Advokasi Sosial (PAS) yang bekerjasama oleh bidang Rehabilitasi Sosial (Rehsos). Segala perencanaan program kegiatan ini mengacu pada kebutuhan yang dibutuhkan oleh klien (klien). Dalam pemberian perencanaan, PSMP-Handayani melaksanakan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut: PSMP-Handayani tidak mentargetkan dalam memberikan pelayanan, karena PSMP-Handayani melihat kondisi prilaku yang ada, bimbingan keterampilan itu hanya sebagai penunjang saja, dan 51 perencanaan itu tergantung dari status anak dahulu. Anak melalui proses titipan, anak melalui proses hukum/pengutusan pengadilan dan anak melalui proses masyarakat. Ketiga status tersebut mempunyai perencanaan jangka pendek dan panjang yang berbeda-beda. 1) Anak yang melalui proses titipan : jangka pendeknya adalah anak bisa mengikuti proses hukum, kalau titipan adalah 7 hari di tambah 8 hari di tambah 15 hari jadi 30 hari, ketika kontrak pelayanannya hanya 12 hari yasudah 12 hari itu lah jangka pendeknya, tetapi PSMPH juga bisa memberikan perpanjangan, sampai 30 hari. bisa dengan sistem perlindungan perizinan anak, ada juga anak yang satu bulan tetapi karena ia harus sekolah, anak harus menunggu sampai proses sekolah selesai dan terdapat perubahan perilaku. 2) Anak yang melalui putusan pengadilannya/proses hukum PSMPH melihat kondisi perkembangan, jangan pendeknya : anak merasa nyaman berada disini, dan terdapat perubahan prilaku, Dan anak yang diberikan pelayanan untuk tinggal di PSMPH juga bisa 6,7,9 bulan/mungkin 1 tahun, dan itupun juga melihat dari kondisi perkembangan masing-masing, kalau anak itu bisa 3 bulan menunjukan prilaku yang membaik anak dapat dipulangkan kerumah. Prosesnya dilihat dari perubahan prilakunya, anak tidak bisa berubah drastis secara cepat, tetapi bertahap. jangka panjangnya : mengikuti sampai dengan tuntas dan sampai ikut praktek belajar kerja (PBK) dsb, 52 3) Anak melalui proses masyarakat jangka pendeknya : nyaman dahulu di PSMP-Handayani, anak menunjukan perubahan prilaku yang baik, kalau si anak masih bersekolah minimal 1 tahun anak di PSMPH, dan apabila anak sudah menunjukan perilaku apabila anak sudah berfungsi sosial dengan baik anak dapat dikembalikan tetapi dilihat dahulu apakah lingkungan sudah mendukung untuk anak dikembalikan dan memastikan bahwa anak mendapatkan perlindungan dengan baik.9 Dalam pengambilan keputusan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani menggunakan sistem bottom-up, di mana program-program untuk anak di bidang keterampilan dibuat oleh kepala seksi Instalansi Produksi lalu diajukan kepada kepala program dan advokasi sosial dan kepala rehabilitasi sosial setelah itu dirapatkan bersama dengan divisidivisi lain, kemudian disusun oleh PAS untuk disetujui oleh kepala panti. Lalu kepala panti akan mengajukan kepada Direktorat Jendral Kementerian Sosial. Kemudian yang bertanggung jawab untuk membuat program-program bimbingan sosial adalah supervisor pekerja sosial, selanjutnya supervisor pekerja sosial mengajukan program tersebut kepada kepala seksi program advokasi sosial dan rehabilitasi sosial setelah itu dirapatkan bersama-sama dengan divisi-divisi lain, kemudian disusun oleh PAS untuk disetujui kepala panti dan kepala panti mengajukan kepada Direktorat Jendral Kementerian Sosial.10 9 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.. Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. 10 53 G. Jangkauan Layanan PSMP Handayani memiliki jangkauan layanan di Indonesia bagian barat tepatnya di Pulau Sumatera, dan Jawa.11 Deskripsi target layanan yang dimiliki PSMPH adalah anak-anak normal/mal function, dengan deskripsi sebagai berikut : Pengertian Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum adalah anak yang telah berkonflik dengan hukum dan berdasarkan hasil penyidikan/ pemeriksaan membutuhkan pembinaan di panti sosial.12 Anak nakal/anak yang berhadapan dengan hukum yang dapat diberikan pelayanan memiliki dua klasifikasi rujukan (1.) rujukan dari keluarga, tokoh masyarakat, pekerja sosial masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial atau organisasi masyarakat lainnya, Dan (2.) rujukan dari kepolisian, balai permasyarakatan (BAPAS), dan lembaga permasyarakatan (LAPAS) Direktorat Jendral Permasyarakan Kementrian Hukum dan HAM. Sasaran garapan dalam penanganan anak nakal meliputi: 1) Anak/Remaja nakal yang dapat memperoleh pelayanan di PSMP Handayani adalah mereka yang memenuhi persyaratan berikut (a) berusia 10-15 tahun dan belum memperoleh pendidikan dasar 9 11 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. Drs.Rukijanto.PetunjukTekhnisPenangananAnakYangBerkonflikDenganHukum.Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos RI(Jakarta:2007).Hal 5. 12 54 tahun. Bagi mereka diberikan pelayanan pendidikan setaraf SD dan SLTP umum. 2) Anak/remaja nakal berusia 16–18 tahun dan minimal telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Bagi mereka diberikan bimbingan keterampilan kerja 3) Anak/remaja nakal yang berkonflik dengan hukum.Yaitu, mereka yang sedang dalam proses penyelidikan polisi, sedang dalam proses pengadilan jaksa penuntut umum, menjalani putusan hakim, dan usai menjalani pidana anak. 4) Orang Tua Anak/Remaja nakal. Orangtua sebagai lingkungan terdekat anak/remaja perlu dipersiapkan supaya mampu memberikan daya dukung bagi tumbuh kembangnya potensi anak. Menghadapi permasalahan anak/remaja nakal, orangtua diharapkan dapat menciptakan kondisi yang dapat menghindarkan anak dari perilaku nakal. Untuk mencapai hal itu maka PSMP Handayani melaksanakan kegiatan motivasi dan konsultasi keluarga melalui home visit secara berkala. Syarat masuk/persyaratan masuk PSMPH : 1) Anak laki-laki/perempuan, umur 10-18 tahun, sehat fisik dan mental. 2) Dinyatakan nakal/ berhadapan hukum atas dasar hasil seleksi atau rujukan masyarakat/kepolisian, BAPAS/LAPAS/RUTAN 3) Bersedia mengikuti kegaiatan rehabilitasi sosial. 55 4) Kesediaan klien manfaat (klien) dan orangtua untuk menaati program rehabilitasi sosial. 5) Jika masih aktif sekolah (kelas V S/D kelas III SLTP), harus menyertakan raport terakhir/ijazah. 6) Lulus seleksi.13 H. Sumber Daya Manusia (Latar Belakang, Gender, Pengembangan Kompetensi (Tersertifikasi), Pelatihan, Penilaian Kinerja) 1. Pembagian Kerja Dalam sistem pembagian kerja Panti Sosial Marsudi Putra Hanadayani menempatkan sesuai dengan lulusan para pegawai lembaga, lulusan kesejahteraan sosial di tempatkan sebagai pekerja sosial, lulusan keperawatan di tempatkan sebagai perawat di poliklinik, lulusan IT di tempatkan sebagai instruktur komputer, lulusan pendidikan di tempatkan menjadi guru di SLB-E, lulusan administrasi menjadi pegawai di tata usaha, lulusan sosial di tempatkan di PAS dan REHSOS, lulusan SMA sederajat di tempatkan menjadi pengasuh, satpam, pramu saji.14 13 Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014. 14 Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014.. 56 Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan No. Pendidikan Jumlah 1. S2 Kessos 2 orang 2. S1 Kessos 9 orang 3. S1 Hukum 2 orang 4. S1 Hubungan Internasional 1 orang 5. S1 Bahasa Inggris 1 orang 6. S1 Bimbingan Konseling 1 orang 7. S1 Pendidikan Luar Biasa 1 orang 8. S1 Pendidikan Luar Sekolah 1 orang 9. D3 5 orang 10. D2 1 orang 11. SMA 7 orang 12. SMK 10 orang 13. SMP 2 orang 14. SD 4 orang Tabel 3.2. Menurut Tupoksi No. Tugas Pokok & Fungsi Jumlah 1. Pekerja Sosial & Pengasuh 11 orang 2. Guru 5 orang 3. Sub Bag Tata Usaha 25 orang 4. Seksi Program & Advokasi 5 orang 5. Seksi Rehabilitasi Sosial 2 orang 6. Honorer (Instruktur, Satpam, Tukang Kebun, Juru Masak, 10 Orang Pengemudi, Cleaning Service & Office Boy) 7 Sakti peksos 5 orang 57 2. Gender Sesuai data 2013 jumlah staff Panti Sosial Marsudi Putra Handayani jumlah staffnya ada 52 orang, yang terdiri dari 18 orang berjenis kelamin perempuan dan 34 orang berjenis kelamin laki-laki.15 Tabel 3.3. Staff Menurut Gender No. Staff Jumlah 1. Staff laki-laki 34 Orang 2. Staff perempuan 18 Orang Total 52 Orang 3. Pengembangan Kompetensi Sifat (Tersertifikasi) Para staff di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani semua staffnya sudah tersertifikasi karena merupakan syarat dari Kementerian Sosial RI.16 4. Pengembangan Profesi (Pelatihan) Pengembangan profesi di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani ada pelatihan Kapasitas building juga diikutkan seperti pembuatan assesment, intervensi pihak lembaga sudah melaksanakan. Para pegawai dari pihak lembaga sudah diadakan setahun dua kali, tetapi pelatihan dari pusat jarang sekali mengadakan pelatihan, dan tidak semua pekerja sosial diikutkan hanya 1 dan 2 peksos saja. Terakhir pelatihan pada tahun 2011. Kalau untuk pengasuh juga diadakan 15 Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014. 16 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.. 58 pelatihan pada saat sebelum dan pada masa mereka diangkat menjadi pengasuh. Pelatihannya diadakan setahun dua kali. 1) Personalia dan Pengembangan SDM Sumber daya manusia merupakan penggerak utama suatu program. Dalam melaksanakan pelayanan sosial terhadap anak/remaja nakal, diperlukan personalia dengan kualitas yang cukup handal. 2) Pengembangan SDM a. Menfasilitasi pegawai untuk melanjutkan studi melalui program Tugas Belajar maupun program Ijin Belajar sesuai dengan profesi dan bidang kerjanya, di dalam maupun di luar negeri. b. Memberikan kesempatan pegawai untuk dapat mengikuti pelatihan pengembangan dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. c. Mengikutsertakan pegawai dalam seminar dan workshop/lokakarya baik yang diselenggarakan oleh internal kementrian maupun lembaga lain. d. Studi banding ke instansi/UPT lain di lingkungan Kementerian Sosial RI maupun Pemda.17 17 Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. 59 5. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dari atasan dilihat dari rapat evaluasi setiap enam bulan sekali bukti kerja dari staff fungsional (peksos) yang langsung diserahkan ke kepala panti, waktu dahulu pekerja sosial di bawah fungsional Kepala panti, sekarang ada remonirasi yaitu tunjangan kinerja, peksos madya dibawah kepala panti kalau peksos pertama sampai terampil dibawah Program dan Advokasi Sosial dan Rehabilitasi Sosial, karena berkaitan dengan kebijakan, bukti kerja juga mempengaruhi tunjangan kinerja (remonirasi). Lalu Penilaian kerja yang dinilai dari anak-anak panti, sebagai mendukung keberhasilan PSMPH, diukur dari evaluasi program pelayanan panti di akhir tahun dari semua lini. Bagaimana pelayanan penerimaan, KBM (kegiatan belajar mengajar), permakanan, materi keterampilan, pengasuhan setiap anak diberikan kuisioner dan disebar ke masing-masing anak dan mereka yang menilainya.18 I. Sarana dan Prasarana Sebagai panti percontohan, PSMP Handayani telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung proses pelayanan. Berbagai upaya pembenahan sarana dan prasarana terus dilakukan agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat. Beberapa sarana dan prasarana yang ada tersebut adalah (1) sarana gedung yang cukup representatif; (2) sarana 18 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.. 60 peralatan yang sesuai dengan tuntutan jaman; dan (3) kondisi lingkungan yang cukup nyaman, asri dan jauh dari kebisingan.19 Tabel 3.4. Sarana dan Prasarana PSMP Handayani meliputi sebagai berikut: 19 No. Sarana dan Prasarana Jumlah 1. Gedung Kantor 1 unit 2. Gedung Sekolah SLB-E 1 unit 3. Ruang Peksos/Konsultasi 1 unit 4. Ruang Keterampilan Otomotif Motor 1 unit 5. Ruang Keterampilan AC 1 unit 6. Ruang Keterampilan Las 1 unit 7. Perpustakaan 2 unit 8. Poliklinik 1 unit 9. Wisma Tamu 1 unit 10. Aula 1 unit 11. Dapur Umum 1 unit 12. Lapangan Volley 1 unit 13. Ruang Data dan Informasi 1 unit 14. Ruang Komputer 1 unit 15. Mix Farming/Pertanian 1 unit 16. Rumah Asuh 11 unit 17. Rumah Dinas 13 unit 18. Kendaraan Operasional Bis Roda 6 1 unit 19. Kendaraan Operasional Roda 4 2 unit 20. Kendaraan Operasional Roda 2 6 unit 21. Rumah Antara 1 unit Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. 61 J. Pola Pendanaan 1. Sumber Anggaran Pola pendanaan yang diterapkan pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMPH) yaitu dengan sistem anggaran pertahun dan dana tersebut berasal dari APBN. Dana yang berasal dari pemerintah sebesar Rp 6.000.000.000.000,- Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, tidak mendapat bantuan dari donatur asing, kalaupun dapat itu hanya berupa makanan saja. Uang APBN digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan anak selama setahun, teknis pelaksanaan program, kegiatan operasional dan pemeliharaan lembaga, kegiatan administrasi, dan untuk gaji karyawan honorer maupun pegawai negeri sipil.20 2. Pembagian Keuangan (Kegiatan Penggalangan Hasil Keterampilan) Para penerima manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, setiap kali diadakannya pemeran seperti menjual hasil keterampilan (hasta karya) mereka diikutsertakan dalam menjual hasil keterampilan tersebut, setiap hasil penjualan semua hasil penjualannya diberikan kepada panti.21 K. Kemitraan Dengan Pihak Luar 1. Hubungan Eksternal (Pengakuan Masyarakat) Pada saat awalnya pengakuan masyarakat akanPanti Sosial Marsudi Putra Handayani belum banyak yang mengetahui, namun dari pihak PSMP-H melakukan sosialisasi, koordinasi keluar dan dari 20 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. 21 62 sosialisasi tersebut banyak masyarakat yang mengirimkan ABH/AN ke PSMP-H.22 2. Kemitraan Dengan Pihak Luar Dampingan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani melakukan kemitraan luar dampingan: 5 Kementrian, Polisi, LAPAS/BAPAS/RUTAN/P2TP2A, Jaksa, Hakim, LIDO, PSBR, RPSA, RPSW, Gali Pakuan, KPAI.23 3. Komunikasi Dengan Kelompok Sejarah Panti Sosial Marsudi Putra Handayani komunikasi dengan kelompok sejenis dengan Mengadakan study banding dengan PSMP sejenis di seluruh Indonesia, ke PSMP Mataram, Tudopoli, Magelang, Riau dan PSMP Handayani dan yang paling lengkap ada di PSMP handayani.24 4. Kerja Sama Dengan Sumber Daya Lokal Panti sosial Marsudi Putra Handayani berkerja sama dengan sumber daya lokal seperti pada program pelayanan jarak jauh kepada yang anak rentan seperti memberi bantuan sekolah, pjj (pelayanan jarak jauh) di lakukan setelah program sosialisasi, ada pendampingan luar seperti pendampingan bantuan tunai baik korban maupun pelaku, setelah PSMP-H melakukan pendampingan proses hukum.25 22 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. 24 Data diambil dari hasil laporan Praktikum I. 25 Data sdiambil dari hasil laporan Praktikum I. 23 BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS Variabel yang diteliti dalam penelitian ini mengacu kepada model-model evaluasi, yaitu Input, Proses, dan Hasil. Dalam hal ini akan dibahas satu persatu sebagai berikut: A. Evaluasi Input Evaluasi input, memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staff, dan program.1 Indikator penilaian yang peneliti gunakan untuk evaluasi input adalah indikator Relevansi di mana indikator relevansi untuk menunjukkan seberapa relevan atau tepatnya sesuatu layanan yang ditawarkan.2 Berikut ini penjelasan tentang unsur-unsur evaluasi input dengan menggunakan indikator relevansi: a. Klien Penerima manfaat yang dapat mengikuti program Rumah Antara, merupakan anak yang berhadapan dengan hukum dengan latar belakang masalah yang berbeda-beda, misalnya anak tersebut melakukan pelecehan seksual, menggunakan Narkoba, dan lain-lain. Anak yang dapat diterima di Panti ini merupakan rujukan dari Lapas, maupun Kejaksaan. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Rehabilitasi Sosial bagaimana anak bisa diterima di PSMP Handayani dan mengikuti program Rumah Antara. 1 Bab II h. 23 . Bab II h. 26. 2 63 64 “Jadi anak yang dirujukan dari Lapas kita akan terima, lalu kita melakukan beberapa tes seperti tes wawancara, tes fisik, tes buta warna, tes sosiometri dan sebagainya. Yang tadinya dilakukan di ruangan PAS (Program Advokasi Sosial), Tapi setelah ada Rumah Antara tes yang dilakukan tadi dilakukan di Rumah Antara. Anak akan melalui tahap pertama rehabilitasi yaitu di Rumah Antara, disitu anak akan disembuhkan dari penyakit kulit yang biasanya dibawa dari Lapas, kemudian juga di Rumah Antara akan dirubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, seperti menjadi mandiri, disiplin, dan tidak mengulangi perbuatannya.”3 Selain itu, anak yang dapat diterima merupakan anak yang berasal dari titipan masyarakat, contohnya sepertinya anak yang dibawa oleh aparat setempat (RT/RW). Jadi pihak aparat tidak membawa anak tersebut ke pihak yang berwajib (Kepolisian) melainkan dibawa ke Panti untuk mendapatkan rehabilitasi sosial agar anak tidak mengulangi perbuatannya. Selama anak berada di Rumah Antara, anak akan mendapatkan layanan sosial seperti Terapi Psikososial, Terapi Olahraga, Terapi Mix Farming, Terapi Role Model, dan Terapi Vokasional. Berikut ini akan dipaparkan tiga orang klien yang menjadi informan peneliti: 3 Wawancara pribadi dengan Ibu Dewi pada tanggal 12 Mei 2014 65 Tabel 4.1. Latar Belakang Penerima Manfaat .No. Nama Kasus Usia Pendidikan terakhir Status 1. A (Nama Pelecehan disamarkan) Seksual 14 Tahun 2 SMP Titipan Kejaksaan 2. W (Nama Narkoba disamarkan) (Ganja) 16 Tahun 2 SD Rujukan dari Lapas Salemba 3. D (Nama Narkoba disamarkan) (Ganja) 16 Tahun 2 SMA Rujukan dari Lapas Salemba Berdasarkan dari tabel di atas merupakan penejelasan tentang latar belakang masalah dari A, A merupakan pelaku dari pelecehan seksual, korbannya yaitu tetangganya sendiri yang ternyata pacar pelaku. A mengajak temannya juga beserta pacarnya kekost-kostannya yang sedang sepi, selain itu juga Ibu A sedang pergi bekerja, sang korban memberikan tremadol kepada korban agar tidak sadarkan diri, setelah itu A melancarkan aksinya, begitupun temannya. Setelah itu A berusaha menyuap pacarnya agar tidak dilaporkan kepada siapa pun dengan uang sebesar Rp 2000. Lalu setelah beberapa hari kemudian, tiba-tiba teman A melaporkan kejadian tersebut. Kemudian A dipanggil oleh Pak RT untuk mengakui perbuatannya, setelah itu A dibawa ke kantor Polisi. Yang kemudian dirujukan ke PSMP Handayani sambil menunggu putusan dari kejaksaan untuk masa hukumannya. Berikut merupakan sampel kedua yaitu penerima manfaat W merupakan pengguna narkoba jenis ganja, semua berawal dari 66 pergaulannya, pada saat itu temannya membawa temannya (X), setelah X bergabung dengan pergaulan W, X mengajak teman-teman W untuk pindah tempat, disana X menawakan W dengan teman-temannya untuk mencoba menghisap ganja yang telah ia bawa. Hal ini berlangsung sampai 3 kali, dan sampai pada akhirnya pergaulan W itu digerebek polisi, dan W dengan teman-temannya dibawa ke kantor Polisi, yang kemudian W mendekam dibalik jeruji besi sampai 1 bulan lamanya. Hingga pada akhirnya W dirujukan ke PSMP Handayani untuk menjalani masa rehabilitasi sosial. Berikut merupakan sampel ketiga yaitu penerima manfaat D, D terjerat kasus sama dengan W yaitu sebagai pengguna narkoba jenis ganja, yang merupakan teman satu pergaulannya, karena teman pergaulannya datang membawa temannya (X), yang ternyata pengguna narkoba jenis ganja. X menawarkan ganja kepada D dan W bersama dengan temanteman yang lainnya, lalu D dan yang lainnya tergoda untuk mencoba ganja itu, setiap kali bergaul bersama X, pasti selalu menghisap ganja. setelah 3 kali nongkrong bersama X, kemudian polisi datang menggerebek pergaulannya itu. Lalu D bersama teman-teman lainnya dibawa ke Kantor Polisi hingga pada akhirnya mendekam dibelik jeruji besi di Lapas Salemba. Setelah D mendekam dibalik jeruji selama 1 bulan, D akhirnya dirujukan ke PSMP Handayani untuk direhabilitasi agar D tidak mengulangi perbuatannya (menggunakan ganja). 67 b. Staff Para staff memiliki latar belakang pendidikan yang bermacammacam, seperti S2 Kesejahteraan Sosial, S1 Kesejahteraan Sosial, S2 Psikologi, S1 Psikologi, SMPS (Sekolah Menengah Pekerja Sosial). Dengan berbagai macam latar pendidikan tersebut para staff yang terdiri dari dua belas orang Pekerja Sosial berperan sebagai menejer kasus dan pembimbing mental yang memberikan siraman rohani, satu orang Dokter memberikan pelayanan kesehatan, dua orang Psikolog memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu terdapat pembimbing keterampilan yang membantu untuk mengasah potensi yang ada pada diri penerima manfaat. Rumah Antara juga memiliki pihak keamanan atau Security untuk menjaga penerima manfaat agar tidak melarikan diri. Para staff yang terlibat dalam pelaksanaan program di Rumah Antara telah mendapatkan pelatihan seputar rehabilitasi sosial untuk anak berhadapan dengan hukum. Seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Pekerja Sosial, Ibu Sri, “Sebelum dijalankannya program Rumah Antara, semua Pekerja Sosial diberikan pelatihan dulu, seputar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di Rumah Antara.”4 Dalam melaksanakan program Rumah Antara ini jadwal untuk Pekerja Sosial dan Psikologi, yaitu sejak pukul 08.00 pagi hingga 16.00. Akan tetapi, tidak semua dua belas Pekerja Sosial turun langsung untuk menjalankan program Rumah Antara, melainkan setiap Pekerja Sosial memliki shift waktunya tersendiri. Waktu pelayanan kesehatan yang 4 Wawancara pribadi dengan Ibu Sri pada tanggal 14 Mei 2014 68 diberikan Dokter hanya seminggu sekali karena status Dokter yang masih honorer. Setelah memasuki jam sore sekitar pukul 16.00, pihak keamanan akan berganti menjaga Rumah Antara hingga pukul 08.00. Jumlah maksimal penerima manfaat yang dapat ditampung di Rumah Antara sebanyak 10 anak. Tabel 4.2. Kelompok Jabatan Fungsional No. Nama Pendidikan 1 Sri Musfiah S2 Sosial Tugas Kesejahteraan 1. Melakukan proses 2. Memberikan Psikososial intake Terapi 3. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 4. Memberikan kegiatan mental 5. Melakukan Konseling 2 Amelia Rosalina S2 Sosial Kesejahteraan 1. Melakukan proses 2. Memberikan Psikososial intake Terapi 3. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 4. Memberikan kegiatan bimbingan mental 5. Melakukan Konseling 3 Saraswati SGPLB (Sekolah Guru 1. Melakukan intake Pendidikan Luar proses Biasa) 2. Melakukan konseling 3. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 69 4 Sudirman SMPS Menengah Sosial) (Sekolah 1. Melakukan Pekerja proses intake 2. Memberikan kegiatan bimbingan mental 3. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 4. Melakukan konseling 5 Sudiyana S1 Sosial Kesejahteraan 1. Melakukan proses intake 2. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 3. Melakukan Konseling 6 Tuti Nurhayati S1 Sosial Kesejahteraan 1. Melakukan proses intake 2. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 3. Melakukan konseling 7 Gunawan S1 Pendidikan 1. Melakukan proses intake 2. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 3. Melakukan konseling 8 Lentina SMPS Menengah Sosial) (Sekolah 1. Melakukan Pekerja proses intake 2. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 3. Memberikan kegiatan mental 4. Memberikan relaksasi 5. Melakukan konseling 9 Maria Yosepa S1 Sosial Kesejahteraan 1. Melakukan proses intake 2. Memberikan kegiatan 70 bimbingan sosial 3. Memberikan kegiatan bimbingan mental 4. Memberikan Psikososial Terapi 5. Melakukan konseling 10 Sarwiji S1 Perkantoran 1. Melakukan proses intake 2. Melakukan Vokasional Terapi 3. Melakukan konseling 11 Larasati S1 Sosial Kesejahteraan 1. Melakukan proses intake 2. Memberikan kegiatan bimbingan sosial 3. Melakukan konseling 12 SMPS Menengah Sosial) Arifin (Sekolah 1. Melakukan Pekerja proses intake 2. Melakukan kegiatan bimbingan sosial 3. Melakukan konseling c. Program Unsur terakhir dari dalam evaluasi input adalah Program. Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. 1) Tujuan Program Terapi Psikososial Terapi Psikososial adalah bentuk praktek psikoterapik yang mengkombinasikan pengetahuan psiko-sosial tentang manusia dan 71 perilaku sosial, keterampilan berhubungan dengan individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Tujuan Program Terapi Psikososial, yaitu untuk membantu orang merubah kepribadian, perilaku atau situasi agar dapat berkontribusi terhadap pencapaian kepuasaan, pemenuhan keberfungsian manusia dalam kerangka nilai-nilai dan tujuan orang tersebut cserta tersedianya sumber-sumber dalam masyarakat. Penyebab utama anak bisa terjerat kasus hukum (penggunaan narkoba, pelecehan seksual, dll.) karena tidak adanya pribadi atau pendirian yang kuat untuk menolak ajakan teman yang negatif. Peneliti menyimpulkan bahwa penerima manfaat yang berada di Rumah Antara tidak memiliki pendirian yang teguh. Tujuan program ini dapat dilaksanakan dengan melakukan assesmen untuk mengungkap dan memahami latar belakang masalah anak, setelah itu merumuskan intervensi pelayanan rehabilitasi untuk masing-masing penerima manfaat. Rencana intervensi diberikan sesuai dengan karakteristik masing-masing Penerima manfaat dan berdasarkan tingkat kedalaman masalah, yang dilakukan oleh Pekerja Sosial. Rumah Antara mempunyai program Terapi seperti Terapi Psikososial, Terapi Mix Farming, Terapi Olahraga, Terapi Role Model, dan Terapi Vokasional. Namun dalam memberikan Terapi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat, tetapi yang terpenting yaitu Terapi Psikososial. Di dalam Terapi Psikososial itu sendiri terdapat beberapa terapi-terapi yang akan membantu untuk mencapai 72 tujuan Terapi Psikososial, seperti Terapi Chatarsis atau Abreaction, Terapi Realita, Terapi Kognitif, Terapi Sharing Feeling, dan Terapi Emotional Freedom. Yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan Penerima manfaat. Selain memberikan terapi, ada juga bimbingan mental, bimbingan sosial, dan kegiatan membersihkan halaman hingga mencuci pakaian sendiri yang tujuannya untuk melatih disiplin dan kemandirian penerima manfaat. 2) Prosedur Program Terapi Psikososial Penerima manfaat akan menerima Terapi Psikososial, dengan mengetahui gambaran kondisi emosi, psikologis, dan sosial penerima manfaat terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya dengan cara wawancara dan dengan cara penerima manfaat melakukan kegiatan di Rumah Antara, agar tepat dalam memberikan Terapi Psikososial kepada penerima manfaat. Karena ada beberapa terapi di dalam Terapi Psikososial seperti Terapi Chatarsis atau Abreaction, Terapi Kognitif, Terapi Realita, Terapi Sharing Feeling, dan Terapi Emotional Freedom. Seperti contohnya pada sampel penerima manfaat yaitu A,W, dan R. Mereka melewati prosedur ini terlebih dahulu. Berikut pelaksanaan Terapi Psikososial: 1) Gambaran awal kondisi Penerima manfaat Klien A a. Kondisi Emosi Berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria selaku Pekerja sosial yang menangani A : 73 “Kondisi emosi A pada saat awal masuk belum stabil, itu terlihat dari A yang sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan di Rumah Antara, kayak kurve (membersihkan halaman), mungkin karena latar belakang keluarganya yang sudah cerai ya, dan ibunya menikah lagi dengan pria lain, menurut saya itu suatu bentuk pemberontakan dari A, karena mungkin A merasa tidak terima atas perceraian orang tuanya. Lalu juga A selalu perhatian dengan orang-orang dengan tingkahnya. Lalu A juga seorang anak pembohong besar.”5 Kondisi emosi A belum bisa dikatakan stabil, karena A masih bertindak dengan kemauannya sendiri, itu terlihat dari A yang tidak mau mengikuti aturan-aturan di Rumah Antara. Pekerja Sosial juga menuturkan bahwa A merupakan anak yang manja, kemauan A selalu dipenuhi oleh Ibunya seperti uang jajan A selalu diberikan sesuai permintaan A. b. Kondisi pola pikir Menurut Ibu Maria kondisi pola pikir A : “Untuk pola pikirnya juga belum matang ya, karena A belum bisa bedain mana yang baik dan buruk ya, masih mengikuti dengan apa yang dia senangi saja tanpa memikirkan dampak buruknya.”6 A tidak mempunyai pendirian yang kuat seperti mudah terpengaruh oleh ajakan negatif temannya (merokok dan menggunakan obat terlarang jenis tremadol). Lalu berdasarkan hasil tes psikologis yang telah dilakukan oleh psikolog hasil untuk A yaitu skor kecerdasan A 83 sehingga A kurang tanggap dalam menerima pelajaran, dan A mudah menyerah di dalam melihat tantangan. Hasrat untuk melakukan 5 6 Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 74 seksnya sudah melebihi usianya, yang dilatar belakangi menonton video porno. c. Kondisi sosial A cukup mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mampu bersosialiasi dengan baik. 2) Gambaran awal kondisi Penerima manfaat W a. Kondisi emosi Kondisi awal emosi W yaitu masih belum stabil, seperti W masih terlihat murung dan jika berjalan suka menunduk, yang mungkin saja perasaan tertekan W ketika pada saat dipenjara masih terbawa. W sulit untuk diatur, tidak mengikuti jadwal yang sudah diberikan di Rumah Antara, W juga sulit mengontrol amarahnya, dan menurut pengakuan dari W, W pernah memukul temannya karena tidak melakukan bersih-bersih. W merupakan anak yang manja, karena W adalah anak terakhir dan mendapatkan perlakuan khusus dari orang tuanya, seperti W tidak pernah dimarahi jika berbuat salah. b. Kondisi pola pikir Pola pikir W masih belum dikatakan matang, karena W tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya, W masih belum memahami konsep benar dan salah. Lalu untuk tes psikologisnya, skor untuk kecerdasan W yaitu 51 (dibawah rata-rata), sehingga W tidak cukup mampu untuk menerima pelajaran yang diterima di kelas keterampilan maupun 75 kelas bimbingan sosial. W juga tidak mempunyai pendirian yang kuat untuk menolak ajakan teman yang negatif, seperti merokok sampai menggunakan narkoba. c. Kondisi sosial W cukup cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, untuk bersosialisasi W terlihat tidak kaku dengan teman-teman di Rumah Antara, karena teman-teman di Rumah Antaranya yaitu teman-temannya sewaktu W berada di Lapas. 3) Gambaran awal kondisi Penerima manfaat D a. Kondisi emosi Kondisi emosi D pada awal masuk Rumah Antara, masih belum stabil, terlihat murung, karena masih terbayang suasana ketika D mendekam di balik jeruji besi. D juga sulit untuk mengontrol emosinya seperti mudah marah dan mengeluarkan kata-kata yang kasar kepada penerima manfaat lainnya. b. Kondisi pola pikir Kondisi pola pikir D juga masih belum matang, belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk, seperti D tidak dapat mengetahui bahayanya menggunakan narkoba. Untuk hasil tes psikologisnya, skor D yaitu 90 yang cukup tanggap dalam menerima informasi seperti pelajaran. Namun D tidak dapat memikirkan dampak selanjutnya atas perbuatan atas tindakan yang dilakukannya 76 c. Kondisi sosial D tidak cukup baik dalam bersosialisasi seperti tidak banyak bicara pada awal masuk, D masih terlihat pendiam.7 Berdasarkan pembahasan evaluasi input di atas bahwa ketiga unsur-unsur penilaian dalam evaluasi input sudah menunjukkan bahwa program dapat dinilai relevan. Hal tersebut dapat dinilai dari kriteria untuk dapat diterima di PSMP Handayani, yaitu anak yang berhadapan dengan hukum harus berasal dari rujukan Lapas atau titipan dari Kejaksaan maupun masyarakat. Pemberian terapi disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat. Selain itu, sebelumnya Pekerja Sosial telah diberikan pelatihan untuk menjalankan program di Rumah Antara dan sebagian besar didukung oleh Profesi Pekerja Sosial. Namun walaupun didukung oleh Peodesi Pekerja Sosial, tidak semua Pekerja Sosial menerapkan Terapi Psikososial kepada penerima manfaat, hanya melakukan konseling saja. Jadi dalam merubah kepribadian penerima manfaat tidak maksimal. Program-program yang yang ada di Rumah Antara dapat dikatakan relevan karena program yang diberikan penerima manfaat sudah tepat seperti adanya Terapi Psikososial yang dapat merubah kepribadian penerima manfaat lebih baik seperti pendirian yang kuat agar tidak mudah terjerumus ke hal-hal negatif seperti menggunakan narkoba atau melakukan pelecehan seksual. 2. Evaluasi Proses Evaluasi Proses, menurut Pietrzak, et.al memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf 7 Pengamatan pribadi pada tanggal 18 Juni 2014 77 „terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program.8 a) Efesiensi Program Terapi Psikososial Indicator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan di manfaatkan secara tepat guna, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.9 1) Layanan Pemberian Terapi Psikososial Menurut wawancara dengan Koordinator Pekerja sosial “dalam memberikan layanan Terapi Psikososial ini disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat apakah sedang dalam kondisi mood yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat”10. Seperti pada sampel peneliti yaitu : a. Penerima manfaat A Penerima manfaat A mendapatkan terapi kognitif dan realita sewaktu di Rumah Antara, dalam pelaksanaan terapi ini dilakukan secara face to face oleh Ibu Maria pada saat konseling. Jadi, Ibu Maria menyelipkan Terapi Kognitif dan Terapi Realita didalam konselingnya, pada saat konseling Ibu Maria memberikan pengetahuan tentang bahaya seks di luar nikah. Kemudian pada saat memberikan terapi kognitif ini beliau menceritakan kisahkisah yang dapat memotivasi dan merubah pola pikir A menjadi lebih baik, seperti memahami seks untuk diusianya ini sangat dilarang, dan perilaku ini salah. Selain itu juga agar A memiliki 8 Bab II. H. 23 Bab II. H. 28. 10 Wawancara dengan Ibu Sri pada tanggal 14 Mei 2014 9 78 pendirian yang kuat, karena A sangat mudah terpengaruh oleh teman-temannya. A tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, dan tidak memikirkan dampak selanjutnya atas tindakan yang dilakukannya. b. Penerima manfaat W Pada saat penerima manfaat W di Rumah Antara, W mendapatkan Terapi Kognitif dan Sharing feeling yang dilakukan bersama-sama dengan penerima manfaat lainnya yang berada di Rumah Antara yang dilakukan oleh Ibu Sri selaku Koordinator Pekerja Sosial. Pada saat pelaksanaan Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, Terapi Kognitif dilakukan dengan menonton DVD yang menayangkan film-film menginspirasi penerima manfaat agar keluar dari rasa keterpurukan atau perasaan bersalahnya, karena rasa perasaan bersalah yang mendalam pada diri penerima manfaat akan menghambatnya dalam berubah tingkah lakunya menjadi lebih baik. Kemudian Terapi Sharing Feeling dilakukan bersamaan juga dengan penerima manfaat lainnya, dalam pelaksanaannya Terapi ini, semua penerima manfaat diminta untuk menceritakan kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat itu dan diiringi dengan menceritakan perasaannya. Setelah itu Ibu Sri memberikan bimbingan rohani berupa ceramah, agar penerima manfaat mampu berinstropeksi diri, kemudian penerima manfaat diminta untuk menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan penerima manfaat 79 lainnya. Agar penerima manfaat lainnya dapat terinspirasi dan termotivasi dengan kelebihan penerima manfaat lainnya, contohnya seperti mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Antara dengan giat. Selain mendapatkan Terapi Psikososial, W juga diberikan Terapi Vokasional, yaitu kegiatan bimbingan keterampilan, namun dalam pelaksanaannya, W tidak cepat tanggap untuk menerima informasi yang bersifat teoritis seperti kelas otomotif, dan kelas pendingin (AC). W selalu tertinggal dalam menangkap informasi karena W tidak mencatat perkataan yang disampaikan oleh instruktur, hal ini juga disebabkan karena W tidak bisa menulis. W putus sekolah sejak kelas 2 SD dan tidak naik kelas hingga 3 kali yang akhirnya diberhentikan oleh orang tuanya. c. Penerima manfaat D Penerima manfaat D mendapatkan Terapi Psikososial pada saat D di Rumah Antara, Ibu Sri selaku Koordinator Pekerja Sosial memberikan Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling. Dalam pelaksanaan Terapi Kognitif diberikan dengan cara menonton DVD yang menayangkan film-film menginspirasi bagi anak yang sedang merasa terpukul atau bersalah atas perbuatannya agar mampu kembali bangkit dari perasaan bersalahnya, selain itu agar penerima manfaat mampu memahami konsep salah benar seperti menggunakan narkoba itu salah, dan agar anak mampu berpikir ssebelum bertindak. Terapi Sharing Feeling dilakukan dengan cara, 80 mengumpulkan semua penerima manfaat yang berada di Rumah Antara untuk menceritakan kegiatannya hari ini dengan diiringi menceritakan bagaimana perasaannya setelah melakukan kegiatannya itu. Beliau juga memberikan siraman rohani dengan bentuk ceramah, agar penerima manfaat dapat berinstropeksi diri dan tidak terlalu menanam perasaan bersalahnya terlalu dalam, lalu menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang berharga. Dalam pembahasan evaluasi proses yang menggunakan indikator efisiensi. Menurut peneliti kegiatan Terapi Psikososial dalam menjalankan aktivitasnya dinilai sudah tepat guna (efisien), dengan tidak melakukan pemborosan sumber daya. Selain itu, juga dalam pelaksanaan Terapi Psikososial disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat dan kondisi mood yang baik pada penerima manfaat, sehingga penerima manfaat dalam melakukan Terapi Psikososial tepat sasaran, tidak dalam keadaan tertekan dan tidak terpaksa. 3. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil, menurut Pietrzak, at.al diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (recipients).11 a) Indikator dampak Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.12 11 Bab II H. 23-24 Bab II, H. 29 12 81 Berikut adalah hasil dari Terapi Psikososial pada penerima manfaat : Tabel 4.3. Hasil dari kegiatan Terapi Psikososial No. Nama Terapi yang diberikan Perubahan yang terjadi (Hasil) (Proses) 1 A Terapi Kognitif Terapi Realita 2 W Terapi Kognitif dan Terjadi perubahan yang lebih baik pada W seperti pada pola Terapi Sharing Feeling pikir, emosi, perilaku, dan pembebasan tekanan 3 D Terapi Kognitif dan Terjadi perubahan yang lebih baik pada D seperti pola pikir, Terapi Sharing Feeling emosi, perilaku, dan pembebasan tekanan dan Terjadi perubahan yang lebih baik pada A seperti pada pola pikir, emosi, perilaku, pembebasan tekanan 1. Hasil Terapi Psikososial Penerima manfaat A Pada awal A masuk ke Rumah Antara pada bulan November 2013, A menjalani program di Rumah Antara selama empat bulan, yang kemudian di masukan ke dalam asrama untuk menjalani proses rehabilitasi sosial selanjutnya, hal ini disebabkan pada proses assesmen (penggalian masalah), A sulit sekali untuk mengakui perbuatannya dan A juga sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Rumah Antara seperti mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan membersihkan halaman dan isi Rumah Antara. 1) Cognitive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria mengenai pola pikir bahwa : 82 “pola pikir A sudah berubah menjadi lebih baik, seperti A sudah mengetahui bahwa hubungan seks yang dilakukan diluar nikah tidak boleh dilakukan atau tidak baik, dan hasrat untuk melakukan seks juga sudah berkurang, itu karena sekarang saya suruh untuk olahraga seperti bermain sepak bola atau futsal, kegiatan olahraga ini bertujuan sebagai bentuk pengalihan agar A tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal-hal yang dapat memicu melakukan pelecehan .....”13 Kondisi pola pikir A sudah lebih baik dari sebelumnya, hasrat untuk melakukan seksnya sudah berkurang, karena A diberikan waktu luang untuk berolahraga (sepak bola atau futsal), agar hormon yang sedang bergejolak pada diri A tersalurkan dengan positif. Akan tetapi tetap dalam pengawasan dari Pekerja Sosial. 2) Emotive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria tentang emosi A bahwa : “.... untuk kondisi emosi A sudah cukup stabil, terlihat dari A sudah mulai bisa diatur dan mengikuti aturan-aturan yang ada di Panti, A juga mempunyai motivasi untuk merubah perilaku malasnya, selain itu juga A berjanji untuk tidak melakukan pelecehan lagi, dan mampu mengontrol hasrat seksnya itu”14 Kondisi emosi A dapat dikatakan stabil, hal ini terlihat dari A sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan di Panti dengan baik, seperti mengikuti kegiatan belajar di sekolahh tanpa membolos, melakukan kegiatan bersih-bersih di asrama. Namun A terkadang terlihat murung, yang dikarenakan ingin pulang kerumah. 3) Behaviour change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria mengenai perubahan perilaku bahwa : “perubahan perilaku A sudah mulai tampak dari sifat pembohongnya mulai berkurang, lalu dari segi disiplin dan mandiri seperti mengerjakan kurve/bersih-bersih halaman, 13 14 Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 83 mencuci pakaiannya sendiri. Biar perubahannya tidak begitu drastis, tapi minimal ada perubahan positif dari A.”15 Perubahan perilaku pada A sudah berubah ke arah yang positif, seperti A sudah mandiri dan disiplin, selain itu juga A sudah menghilangkan kebiasaan berbohongnya sedikit demi sedikit. 4) Environmental change, salah satu penyebab A bisa melakukan pelecehan seksual yaitu faktor lingkungan (karena terpengaruh oleh teman-teman yang lebih dewasa dari A) dan kurangnya pengawasan dari Ibu A. yang diharapkan A tidak kembali untuk melakukan pelecehan seksual. 5) Relief from suffering, berdasarkan hasil wawancara dengan A, A pernah mengalami trauma pada saat proses penangkapan, menurut pengakuan A untuk pertama kalinya ia merasakan tangan dan kaki diborgol oleh polisi, terlebih lagi A harus mendekam di balik jerugi untuk beberapa waktu. Hal itu membuat A merasa tidak nyaman dan takut, walaupun A tidak mengalami kekerasan. “Takut bang, apalagi pas dikantor polisi, tangan sama kaki saya diborgol di ruangan PAS namanya, baru ngerasain gitu rasanya diborgol, ngga mau lagi dah bang ….”16 Namun setelah A sampai di pindahkan ke PSMP Handayani untuk mendapatkan rehabilitasi sosial, trauma yang ada pada A sudah mulai hilang. “… tapi pas nyampe sini sih udah enggak takut lagi si bang.”17 15 Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014 17 Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014 16 84 2. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat W Pada awal W masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni 2014, dan W keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, W menjalani kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti W mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan. 1) Cognitive change, untuk perubahan pola pikir berdasarkan wawancara dengan W : “.... saya jadi tau si bang kalo ganja itu berbahaya, saya juga enggak mau make itu lagi, lagian saya juga takut masuk penjara lagi, enggak enak banget bang rasanya.”18 W merasakan perubahan dalam dirinya dari segi pola pikirnya, W sudah mengetahui bahwa Narkoba itu sangat berbahaya bagi tubuh, kemudian W juga mempunyai rencana hidup kedepannya yaitu ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tuanya. 2) Emotive change, untuk perubahan emosi W menurut Ibu Lentina : “...... kondisi emosi W untuk saat ini sudah cukup stabil ya, terlihat dari W sudah bisa diatur, enggak kayak pas awal masuk sini. Kalau disuruh tuh cuma iya iya aja tapi enggak dilakuin. Si W juga kalau sekarang udah ada keinginan untuk berubah, kayak dikurangin nongkrongnya, enggak mau make narkoba lagi.”19 Emosi W dapat dikatakan stabil oleh Ibu Lentina, hal ini terlihat W sudah dapat mengontrol dirinya untuk tidak memukul temannya, dan W sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada seperti mengikuti kegiatan bimbingan sosial, keterampilan, dan konseling dengan Pekerja Sosial. 18 19 Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 17 Juni 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Lentina pada tanggal 11 Agustus 2014 bimbingan 85 3) Behaviour change, menurut Babeh sebagai pengasuh W yang kesehariannya melihat aktivitas di asrama menyatakan bahwa : “Perilaku W semenjak di asrama sih baik-baik aja ya, enggak pernah buat ulah. Anaknya juga enggak macem-macem sih, kalau waktunya bersih-bersih langsung dikerjain, ya paling pas awalawal masuk asrama masih suka ngompol sih kayak anak kecil. Tapi setelah beberapa minggu udah mulai ilang kebiasaan ngompolnya, soalnya selalu saya ingetin kalau mau tidur buang air kecil dulu.”20 Menurut Ibu Lentina yang menyatakan bahwa perubahan perilaku W sudah mulai tampak seperti “jadi lebih mandiri dan disiplin, dan W juga sudah berjanji untuk tidak menggunakan narkoba lagi”21. Hal ini terlihat dari W yang sudah rajin membersihkan halaman asrama, dan mencuci pakaian sendiri, tidak seperti W pada saat awal masuk Rumah Antara. 4) Environmental change, penyebab utama kasus W yaitu dari pergaulannya, karena dari pergaulannya W jadi bisa merokok hingga pada akhirnya menggunakan ganja, yang dipengaruhi oleh temantemannya. Tetapi ketika W berada di Panti, yang diharapkan W jauh dari pengaruh buruk teman-temannya seperti merokok dan menggunakan kembali ganja. Karena dilingkungan Panti semua penerima manfaat akan belajar bagaimana agar anak tidak kembali melakukan penyimpangan perilaku seperti menggunakan narkoba, pelecehan seksual, dan lain-lain. 5) Relief from suffering, berdasarkan wawancara dengan W, menurut pengakuan W mengenai pembebasan dari tekanan, W menyatakan : 20 Wawancara pribadi dengan Babeh pada tanggal 8 Agustus 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Lentina pada tanggal 11 Agustus 2014 21 86 “Takut banget bang, saya jadi takut sama polisi bang, saya juga enggak mau masuk penjara lagi bang, enggak enak banget, tidur aja susah. Saya keingetan sama orang rumah mulu bang. Tapi pas udah sampe sini si udah ilang bang takutnya.”22 Dari pengakuan W, terlihat sudah tidak ada trauma yang melekat pada diri W, kondisi dan suasana yang ada di Panti yang membuat W merasa hilang akan traumanya, karena W tidak merasa tertekan selama berada di Panti. 3. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat D Pada awal D masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni 2014, dan D keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, D menjalani kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti mengikuti bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, dan melakukan kegiatan bersih-bersih halaman dan isi Rumah Antara. 1) Cognitive change, untuk perubahan pola pikir D setelah diberikan Terapi Kognitif, D jadi tahu jika penggunaan Narkoba sangat berbahaya tubuh. Menurut pengakuan D menyatakan bahwa “iya bang saya tau kok sekarang kalo ganja itu bahaya, saya enggak tau sebelumnya, abisnya enak si bang rasanya, ngefly gitu.”23 2) Emotive change, kondisi emosi D untuk saat ini sudah cukup stabil, karena D sudah bisa mengikuti aturan-aturan dengan baik seperti, mengikuti kegiatan apel pagi, kegiatan bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan. 22 Wawancara pribadi dengan W 17 Juni 2014 Wawancara pribadi dengan D pada tanggal 18 Juni 2014 23 87 3) Behaviour change, perubahan perilaku D sudah ditunjukkan pada ketika D masih berada di Rumah Antara, D merupakan anak yang mandiri dan disiplin, seperti D dapat mencuci pakaiannya sendiri dan D rajin membersihkan halaman Rumah Antara tanpa disuruh oleh petugas Rumah Antara. 4) Environmental change, perubahan lingkungan ini dapat memotivasi D untuk tidak kembali sebagai pengguna narkoba jenis ganja. Karena D akan disibukkan waktunya dengan melakukan kegiatan yang cukup padat, sebagai bentuk pengalihan agar D tidak dapat memiliki waktu luang yang banyak. 5) Relief from suffering, menurut pengakuan D mengenai pembebasan tekanan : “...... waktu awal-awal masuk masih kebayang-bayang waktu dipenjara si bang, tapi pas disini lama-lama ilang si bang.”24 Dari pernyataan D, terlihat bahwa D sudah terbebas dari tekanan yang pernah ia dapatkan ketika D berada di penjara. D merasa aman dan nyaman ketika sudah berada di Panti. Berdasarkan pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator dampak, hasil menunjukkan bahwa program, sudah berdampak positif bagi penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima manfaat keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat masuk ke dalam asrama reguler, dampak positif yang dirasakan penerima manfaat hanya bersifat sementara, contohnya pada penerima manfaat A, setelah keluar dari Rumah Antara terjadi pelanggaran yang ia lakukan seperti membolos sekolah, 24 Wawancara pribadi dengan D pada tanggal 18 Juni 2014 88 tidak melakukan bersih-bersih ketika di asrama, dan pernah melakukan pelecehan kepada penerima manfaat lainnya. Selain itu sering terjadi kasus melarikan diri, seperti pada penerima manfaat D dan W. D melarikan diri pada bulan Juli, beberapa hari kemudian pihak Panti mendapatkan kabar dari orang tua D bahwa D sedang ada di rumah, kemudian esok harinya D kembali ditempatkan di Rumah Antara lagi dan menjalani kegiatan di Rumah Antara seperti pada awal masuk. Kemudian untuk penerima manfaat W juga melarikan pada bulan Agustus, bertepatan pada saat peneliti ingin melakukan terminasi pada penerima manfaat. Tabel 4.4. Hasil Evaluasi Program Terapi Psikososial Indikator Relevan Indikator Efisien Evaluasi Indikator input Input terdiri dari klien, staff, dan program. Dapat dikatakan relevan : 1. Klien yang dapat diterima di Rumah Antara hanya anak berhadapan dengan hukum yang merupakan rujukan dari Lapas, Masyarakat atau titipan Kejaksaan. 2. Staff, yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial di Rumah Antara yaitu Pekerja Sosial yang sudah mendapatkan Indikator Dampak - - 89 pelatihan sebelumnya dan mayoritas memiliki latar belakang Kesejahteraan Sosial. 3. Program yang diberikan sudah tepat yaitu Terapi Psikososial, karena Terapi Psikososial bertujuan untuk merubah kepribadian seseorang menjadi lebih baik Evaluasi Proses - Evaluasi Hasil - Evaluasi proses dapat dikatakan efisien karena pada pelaksanaannya tidak melakukan pemborosan sumber daya manusia, dan pada saat mau melakukan Terapi Psikososial melihat kondisi mood yang baik pada penerima manfaat agar dalam melaksanakan Terapi Psikososial tidak dalam keadaan tertekan atau terpaksa. Hasil dari Terapi Psikososial yaitu perubahan pola pikir menjadi matang, perubahan emosi menjadi stabil, perubahan perilaku menjadi baik, perubahan lingkungan dan pembebasan dari tekanan. Dari hasil tersebut berdampak 90 positif bagi penerima manfaat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil evaluasi yang peneliti lakukan dan saran atau masukan untuk lembaga A. Kesimpulan 1. Hasil Evaluasi Program Terapi Psikosoial di Rumah Antara a. Evaluasi Input Hasil pembahasan evaluasi input, bahwa ketiga unsur-unsur penilaian dalam evaluasi input sudah menunjukkan bahwa program dapat dinilai relevan. Hal tersebut dapat dinilai dari kriteria untuk dapat diterima di PSMP Handayani, yaitu anak yang berhadapan dengan hukum yang berasal dari rujukan Lapas atau titipan dari Kejaksaan maupun masyarakat. Pemberian terapi di Rumah Antara disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat. Selain itu, sebelumnya Pekerja Sosial telah diberikan pelatihan untuk menjalankan program di Rumah Antara. b. Evaluasi Proses Hasil pembahasan evaluasi proses yang menggunakan indikator efisiensi. Menurut peneliti kegiatan Terapi Psikososial dalam menjalankan aktivitasnya dinilai sudah tepat guna (efisien), dengan tidak melakukan pemborosan sumber daya. Selain itu, juga dalam pelaksanaan Terapi Psikososial disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat dan kondisi 91 92 mood yang baik pada penerima manfaat, sehingga penerima manfaat dalam melakukan Terapi Psikososial tepat sasaran, tidak dalam keadaan tertekan dan tidak terpaksa. c. Evaluasi Outcomes Hasil pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator dampak, hasil menunjukkan bahwa progra, sudah berdampak positif bagi penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima manfaat keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat masuk ke dalam asrama reguler, sering terjadi kasus melarikan diri, seperti pada penerima manfaat D dan W. B. Saran 1. Untuk semua Pekerja Sosial agar menerapkan Terapi Psikososial di Rumah Antara, karena tidak semua Pekerja Sosial menjalankan Terapi Psikososial, hanya melakukan konseling dan relaksasi saja. 2. Untuk segi keamanan lebih diperketat lagi, karena kasus melarikan diri sering terjadi pada saat penerima manfaat memasuki tahap rehabilitasi selanjutnya yaitu ketika pada saat penerima manfaat masuk ke asrama regular. DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001. Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Penanganan Anak Berkonflik Hukum, Jakarta: Departemen Sosial, 2007. Ghony M. Djunaidi & Almanshur Fauzan, Metode Penelitian Kualitatif Jogjakarta: Ar-ruzz Media,2012. Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur: Kemensos. KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990. No. 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Right Of The Child. KPAI (Komisi Perlindungan Anak), “Undang-Undang (UU) RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak | Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)’’, artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http://www.kpai.go.id/hukum/undang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002tentangperlindungan-anak/. Kurnisari, Alit, dkk. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putra Jakarta: P3KS Press, 2009. Mintarti Nana, dkk. Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indikator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009. Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001. Rukijanto. PetunjukTekhnisPenangananAnakYangBerkonflikDenganHukum. Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos RI, Jakarta:2007. Sarino, dkk. Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di PSMP Handayani Jakarta, Jakarta: PSMP Handayani, 2007. 93 Satria, Dinda. ”Anak dan Problematika Bangsa” artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari m.kompasiana.com/post/read/501440/2/anak-danproblematika-bangsa Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung: CV Alfabeta, 2010. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Bandung: PT Refika Aditama, 2005. Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011. 94 Pedoman wawancara (Koordinator Pekerja Sosial) A. Input Program terapi Psikososial 1. Bagaimana sejarah Rumah Antara terbentuk ? 2. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam Terapi Psikososial itu ? 3. Seperti apa pelaksanaan dari terapi-terapi itu ? 4. Kapan Anda melakukan Terapi Psikososial ? 5. Terapi apa yang paling sering anda gunakan di Terapi Psikososial ? 6. Apa manfaat bagi Penerima manfaat ? 7. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan Terapi Psikososial ? B. Hasil Program terapi Psikososial 1. Bagaimana hasil dari Terapi Psikososial yang sudah diberikan di Rumah Antara ? Pedoman wawancara (Pekerja Sosial) A. Proses Program terapi Psikososial 1. Bagaimana kronologis permasalahan Penerima manfaat ? 2. Bagaimana kondisi emosi penerima manfaat pada awal masuk ke Rumah Antara ? 3. Bagaimana gambaran tentang pola pikir Penerima manfaat pada saat awal masuk ke Rumah Antara ? 4. Apakah pernah diikutkan tes psikologis ? bagaimana hasilnya ? 5. Apa penyebab Penerima manfaat bisa melakukan hal tersebut ? 6. Bagaimana riwayat permasalahan Penerima manfaat selama berada di Panti ? 7. Bagaimana hubungan anak dengan keluarga ? 8. Apakah orang tua Penerima manfaat sering datang menjenguk ? 9. Bagaimana perkembangan sekolah/kelas keterampilan anak ? 10. Terapi apa yang anda gunakan didalam Terapi Psikososial ? 11. Mengapa Anda menggunakan Terapi tersebut ? B. Hasil Program terapi Psikososial 1. Bagaimana hasil dari Terapi tersebut ? Transkip Wawancara (Koordinator Pekerja Sosial) A. Identitas Informan a. Nama : Sri Musfiah b. Jabatan : Koordinator Pekerja Sosial c. Informasi : Rumah Antara d. Tanggal : 14 Mei 2014 B. Instrumen wawancara 1. Bagaimana sejarah Rumah Antara terbentuk ? “Karena semakin kompleksnya permasalahan anak pada tahun 2011 seperti kasus pencurian dan kekerasan hingga berujung kematian, banyak anak-anak yang berada di penjara karena harus menanggung akibatnya dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan seperti kekerasan, yang membuat anak menjadi trauma. Ya kan memang seharusnya tidak boleh masuk penjara kan, karena itu bisa mengganggu psikologis anak tersebut. Dulu sebelumnya ada Rumah Antara, ada namanya ruang isolasi, ruang isolasi itu ruangan untuk anak-anak yang berasal dari Lapas, biasanya kan mereka membawa penyakit kulit seperti gatal-gatal, nah setelah anak sembuh dari penyakitnya lalu langsung ditempatkan ke asrama tanpa memikirkan kondisi emosi dan kesehatan jiwa anak. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak yang berasal dari rujukan Lapas menerapkan kekerasan, pemalakan dan perilaku yang kurang normatif lainnya layaknya kepala kamar di penjara. Hal ini yang sangat disayangkan. Maka dari itu saya mencoba untuk meminimalisir hal itu dengan membuat Rumah Antara ini. Namun untuk mendapatkan izin berjalannya program ini baru terealisasikan pada tahun 2013.” 2. Siapa saja pihak yang terlibat di dalam Rumah Antara ? “Pihak yang terlibat ada Dokter yang bertugas untuk melayani kesehatan, karena anak yang didatangkan dari Lapas itu biasanya kan membawa penyakit kulit ya. Kemudian ada psikolog yang bertugas untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa anak, ada bimbingan keterampilan, ada juga pembimbing mental, bimbingan mental ini maksudnya memberikan siraman rohani seperti memberikan ceramah atau motivasi kepada penerima manfaat, kemudian Pekerja Sosial yang bertugas sebagai menejer kasus sekaligus menjalani perannya sebagai pembimbing mental dan terapis.” 3. Apakah para pihak yang terlibat itu mendapatkan pelatihan untuk menjalankan program Rumah Antara ? “Sebelum dijalankannya program Rumah Antara, semua Pekerja Sosial diberikan pelatihan dulu, seputar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di Rumah Antara.” 4. Apakah ada jam operasional Rumah Antara ? “Untuk jam operasionalnya dari jam 08.00 sampai 16.00 untuk Pekerja Sosial dan Psikolog, lalu jam 16.00 ssampai 08.00 bertukar shift dengan security. Jadwal untuk Dokter tidak ditetapkan, tapi seminggu sekali pasti datang untuk memeriksa kondisi kesehatan penerima manfaat disini.” 5. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam Terapi Psikososial itu ? “Untuk kegiatannya anak akan diminta untuk menceritakan permasalahannya atau biasa disebut dengan intake proses, dari situ Pekerja sosial menilai bagaimana kondisi emosi, mental, pola pikir, dan hubungan anak dengan siapa saja. Setelah itu Pekerja Sosial menerapkan beberapa terapi yang ada didalam terapi psikososial seperti terapi chatarsis, realita, kognitif, sharing feeling, dan emotional freedom.” 6. Seperti apa pelaksanaan dari terapi-terapi itu ? “pertama untuk terapi chatarsis, memancing amarah atau emosi negatif yang ada pada anak supaya keluarkan, pelaksanaannya dengan kursi kosong yang kemudian menceritakan sesuatu yang tidak ia senangi agar memancingnya untuk mengeluarkan emosi negatif itu yang kemudian Pekerja sosial melakukan peredaman emosi agar stabil kembali. Namun dalam pelaksanaannya diganti menjadi menuliskan kekesalan dalam bentuk narasi, karena kalau dengan kursi kosong, ada anak yang saking keselnya sampai memukul kaca yang membuat tangan anak tersebut berdarah. Kedua terapi realita, itu jadi anak diminta untuk mengungkapkan apa yang sedang diinginkan, biasanya anak menginginkan sesuatu yang menyenangkan tanpa memikirkan dampak negatifnya seperti misalnya ingin bermain game online. Setelah itu pekerja sosial akan meminta anak untuk berkomitmen kepada dirinya dan membuatnya bertanggung jawab atas komitmennya itu. Ketiga terapi kognitif, terapi ini untuk memrebuh pola pikir anak yang belum matang, karena anak masih belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Untuk pelaksanaannya dengan menonton film, bermain games, dan memberikan cerita yang bisa membuat pola pikir anak berubah menjadi lebih baik. Keempat terapi sharing feeling, terapi ini dilakukan untuk mengetahui perasaan anak selama berada di Rumah Antara, jadi anak kita minta untuk menceritakan kegiatannya hari ini dan bagaimana perasaannya, selain itu juga saya memberikan bimbingan mental (rohani) dan memotivasi kepada anak agar kembali bersemangat untuk memperbaiki kesalahan yang ia buat. Kelima terapi Emotional freedom, terapi ini untuk membersihkan emosi-emosi negatif pada diri anak, dengan cara taping atau mengetuk pada bagian titik tubuh seperti alis, samping mata, dan bagian diatas dada. Kemudian menentukkan masalah atau emosi negatif yang dirasakan contohnya “saya sadar bahwa saya trauma dengan kekerasan yang dilakukan dipenjara, dan saya terima trauma saya ini ” sambil mengucap, tangan menekan titik tubuh dengan mengetuk dua ujung jari kebagian titik tersebut. Namun dalam pemberian terapi ini tidak semua diterapkan, disesuaikan dengan kebutuhan anak saja.” 7. Kapan Anda melakukan Terapi Psikososial ? “Dalam memberikan layanan Terapi Psikososial ini disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat apakah sedang dalam kondisi mood yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat.” 8. Terapi apa yang paling sering anda gunakan di Terapi Psikososial ? “Kalau paling sering saya menggunakan Terapi Kognitif dan Sharing feeling, karena untuk merubah pola pikir anak menjadi dewasa dan mengetahui kondisi emosi anak yang kemudian kita bantu untuk mengontrol diri anak tersebut. Untuk semua terapi yang ada di psikososial sudah saya terapkan kepada semua anak, tapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan anak.” 9. Apa manfaat bagi Penerima manfaat ? “Manfaat untuk anak yaitu dapat berubah pola pikirnya menjadi lebih baik seperti dapat menentukkan mana yang baik bagi dirinya, perubahan emosi menjadi stabil, karena emosi anak yang beranjak dewasa biasanya tidak stabil (tidak dapat mengontrol diri), perubahan perilaku seperti anak menjadi disiplin, keluarnya dari lingkungan yang menyebabkan anak melakukan hal tersebut, dan pembebasan tekanan pada anak dari trauma yang dialaminya.” 10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan Terapi Psikososial ? “Untuk faktor pendukungnya yaitu semangat pada Pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya untuk membantu anak keluar dari permasalahannya, selain itu juga adanya kooperatif antara pekerja sosial dengan anak. Kalau faktor penghambatnya yaitu tidak semua Pekerja sosial melakukan terapi-terapi tersebut, hanya melakukan konseling saja.” 11. Bagaimana hasil dari Terapi Psikososial yang sudah diberikan di Rumah Antara ? “Untuk hasil Terapi Psikososial yang sudah diberikan diharapkan pola pikir penerima manfaat menjadi matang, seperti penerima manfaat mengenal mana yang baik dan buruk untuk dirinya, perubahan emosi yang tadinya belum stabil menjadi stabil, karena diusianya yang memasuki tahap remaja cenderung tidak stabil, yang memperngaruhi perilaku penerima manfaat menjadi tidak baik seperti masih bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lainnya, dan membebaskan penerima manfaat dari rasa tertekan yang dialaminya sewaktu penerima manfaat berada di Lapas.” Transkip Wawancara (Pekerja Sosial) A. Identitas Informan a. Naman : Lentina b. Jabatan : Pekerja Sosial c. Informasi : Permasalahan W d. Tanggal : 16 Juni 2014 B. Instrumen wawancara 1. Bagaimana kronologis permasalahan Penerima manfaat ? “Ya jadi dia terbukti memakai narkoba jenis ganja, saat itu dia digerebek sama Polisi pas dia lagi nongkrong sama tementemennya, terus dia dibawa ke Polres dan akhirnya masuk Lapas Salemba, menurut putusan hukuman, W harus menjalani hukuman selama 6 bulan. Sebelumnya W telah masuk penjara selama 1 bulan yang kemudian dirujukan ke PSMP Handayani untuk menjalani proses rehabilitasi.” 2. Bagaimana kondisi emosi penerima manfaat pada awal masuk ke Rumah Antara ? “Kondisi emosi W pada awal masuk seperti biasa ya seperti anakanak yang lain, kondisi emosinya masih labil, namanya juga remaja, masih belum bisa mengontrol dirinya, sulit untuk diatur, kadang murung kadang ceria. Ditambah lagi W baru dipindahkan dari Lapas, jadi masih terbawalah suasana di Lapas.” 3. Bagaimana gambaran tentang pola pikir Penerima manfaat pada saat awal masuk ke Rumah Antara ? “Pola pikir si W masih belum matang, belum bisa memikirkan dampaknya kalau melakukan sesuatu.” 4. Apa penyebab Penerima manfaat bisa melakukan hal tersebut ? “Penyebabnya yaitu tidak ketatnya pengawasan orang tua dengan pergaulan W diluar sana, yang membuat W terjerumus menggunakan narkoba, selain itu juga W belum mempunyai pendirian yang kuat, sehingga W gampang terpengaruh dengan ajakan teman-temannya yang negatif.” 5. Bagaimana dengan kondisi sosialiasi W di Rumah Antara ? “W cukup baik dalam beradaptasi dilingkungan baru, W terlihat baik dalam bersosialiasi dengan penerima manfaat lainnya, tidak kaku dengan penerima manfaat yang lainnya.” 6. Bagaimana riwayat permasalahan Penerima manfaat selama berada di Rumah Antara ? “Menurut pengawasan saya riwayat permasalahan W masih belum ada ya, paling cuma W masih suka cari-cari perhatian saja si, dan paling cuma kebiasaan ngompolnya aja si yang masih, tapi tidak melakukan hal-hal diluar batas kok, lalu juga saya belum menerima laporan apa-apa mengenai permasalahan W sampai saat ini.” 7. Bagaimana hubungan anak dengan keluarga ? “Hubungan keluarganya cukup dekat saya rasa, akan tetapi keluarganya memanjakan si W, mungkin karena anak terakhir jadi W mendapatkan perlakuan khusus.” 8. Bagaimana perkembangan kelas keterampilan anak ? (11 Agustus 2014) “Kalau kelas keterampilannya menurut laporan dari instrukturnya kurang, maksudnya kurang tanggap dalam menerima materi yang disampaikan. Jadi tidak ada perkembangannya didalam kelas keterampilan.” 9. Terapi apa yang anda gunakan didalam Terapi Psikososial ? “Saya hanya memberikan konseling saja, dan relaksasi aja. Supaya anak nyaman dan relaks di Rumah Antara, karena kalau anak sudah merasa relaks kan enak untuk menjalani proses rehabilitasi.” 10. Apakah ada perubahan pada anak setelah keluar dari Rumah Antara ? (11 Agustus 2014) “W sudah ada perubahan ya, jadi lebih mandiri dan disiplin, dan W juga sudah berjanji untuk tidak menggunakan narkoba lagi. Kondisi emosi W untuk saat ini sudah cukup stabil ya, terlihat dari W sudah bisa diatur, enggak kayak pas awal masuk sini. Kalau disuruh tuh cuma iya iya aja tapi enggak dilakuin. Si W juga kalau sekarang udah ada keinginan untuk berubah, kayak dikurangin nongkrongnya, enggak mau make narkoba lagi.” Hasil Observasi Pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 09.00 peneliti melakukan pengamatan di Kantor Belakang Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, terdapat beberapa bangunan seperti Asrama, Sekolah (SD samapai SMP), Kelas Keterampilan seperti kelas Las, Mesin Pendingin (AC/Kulkas), dan Otomotif,kelas bimbingan social, Gedung Konsultasi yang merupakan kantor bagi Pekerja Sosial dan Psikolog, lalu ada Rumah Antara yang merupakan proses tahap awal rehabilitasi bagi penerima manfaat. Pada saat itu penerima manfaat sedang melakukan kegiatan bimbingan sosial, kemudian pada pukul 11.00 dilanjutkan kelas keterampilan sampai pada pukul 15.00, namun dengan jeda ishoma pada pukul 12.00 sampai 13.00. Kondisi Rumah Antara pada saat itu sedang kosong karena penerima manfaat yang berada di Rumah Antara sedang melakukan kelas keterampilan, karena penerima manfaat sudah melalui 3 minggu masa rehabilitasi di Rumah Antara, jadi diperbolehkan untuk keluar ke Rumah Antara untuk melakukan kegiatan kelas keterampilan, namun dengan syarat kondisi fisik penerima manfaat yang sehat (sembuh dari penyakit kulit)..Jadi, hanya ada Pekerja Sosial yang sedang berjaga di Rumah Antara. Kemudian sekitar pukul 16.00 bergegas pulang. Pada tanggal 7 Mei 2014 peneliti melakukan pengamatan kembali, namun peneliti hanya melakukan pengamatan di Rumah Antara, peneliti masih mencar bahan untuk penelitian. Kemudian peniliti mulai menanyakan gambaran umum tentang Rumah Antara kepada Koordinator Pekerja Sosial sekaligus yang mempunyai konsep Rumah Antara, setelah menanyakan tentang gambaran umum Rumah Antara, peneliti mulai mendapatkan bahan untuk dijadikan penelitian. Pada tanggal 12 Mei 2014 pada pukul 10.00 peneliti mulai menanyakan kepada Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial (Ibu Dewi Kania) tentang peran Rumah Antara beserta Tujuan, Proses penerimaan penerima manfaat, kegiatan yang dilakukan di Rumah Antara. Setelah itu peneliti kembali melakukan pengamatan di Rumah Antara pada pukul 12.30, saat itu penerima manfaat sedang melakukan makan siang di dalam Rumah Antara, yang kemudian dilanjutkan dengan sholat dzuhur. Setelah melakukan ishoma, penerima manfaat kembali melakukan kegiatan kelas keterampilan. Sekitar pukul 15.00 peneliti pulang. Pada tanggal 14 Mei 2014 peneilit melakukan wawancara dengan Koordinator Pekerja Sosial mengenai sejarah, pihak yang terlibat di Rumah Antara, dan kegiatan apa saja yang dilakukan di Rumah Antara. Pada saat itu kondisi Rumah Antara kosong, yang dikarenakan sudah keluarnya penerima manfaat dan melanjutkan rehabilitasinya di asrama reguler yang terletak dikawasan PSMP Handayani. Pada tanggal 19 Mei 2014 peneliti meminta izin untuk mengambil sampel penerima manfaat untuk di jadikan bahan penelitian, setelah mendapatkan izin dari Koordinator Pekerja Sosial, peneliti mencari penerima manfaat yang telah lama keluar dari Rumah Antara, dan peneliti mendapatkan penerima manfaat A, kemudian peneliti mencari Pekerja Sosial yang menangani kasus penerima manfaat A, dan ternyata penerima manfaat telah melewati masa rehabilitasi selama 4 bulan di Rumah Antara, penyebabnya yaitu karena A tidak mengakui perbuatannya kepada Pekerja Sosial pada saat intake proses. Tetapi seiring berjalannya waktu, Pekerja Sosial berhasil membuatnya mengakui perbuatannya. Peneliti juga menanyakan tentang perubahan positif pada penerima manfaat A. Menurut beliau sudah ada perubahan positif yang terjadi pada A, seperti sudah berkurang bohongnya, sudah mandiri, dan hasrat untuk melakukan seksnya sudah berkurang. Pada tanggal 21 Mei 2014 peneliti melakukan pengamatan pada sore hari yang pada saat itu sedang melakukan kurve di asrama, peneliti menunggu A menyelesaikan tugasnya dan kemudian melakukan wawancara kepada A, pada saat melakukan wawancara mengenai kasus yang menjerat, A langsung tertunduk namun terus menceritakan kejadiannya. Peneliti juga menanyakan tentang perubahan dalam diri A, dan A menyatakan perubahannya yang positif kepada peneliti. Pada tanggal 3 Juni 2014 peneiliti melakukan observasi di Rumah Antara, pada saat itu Ibu Maria sedang melakukan bimbingan sosial kepada penerima manfaat yang baru saja di datangkan dari Lapas, pesan yang disampaikan pada saat bimbingan sosial yaitu tentang orientasi lembaga, penerima manfaat diberitahu tentang fungsi dan tujuan dari PSMP Handayani, kemudian tentang pemenuhan kebutuhan bagi penerima manfaat seperti fasilitas-fasilitas yang ada di PSMP Handayani. Selain itu juga penerima manfaat dijelaskan tentang adanya kelas keterampilan bagi penerima manfaat seperti kelas otomotif, kelas mesin pendingin, kelas keterampilan komputer, dan kelas keterampilan las. Bagi penerima manfaat yang berada di Rumah Antara wajib untuk menjalani semua keterampilan yang ada di PSMP Handayani untuk masa orientasi dan menetapkan pilihan kelas keterampilan mana yang akan diambil setelah penerima manfaat keluar dari Rumah Antara. Ibu Maria juga membuat suasana nyaman bagi penerima manfaat agar penerima manfaat merasa aman dan nyaman berada di PSMP Handayani, yang tujuannya untuk membebaskan rasa tertekan penerima manfaat yang memiliki trauma pada saat penerima manfaat berada di sel tahanan. Kemudian Ibu Maria membuat kesepakatan dengan penerima manfaat tentang ingin melakukan apa untuk hari ini, tidak lama kemudian Ibu Maria keluar karena mendapatkan panggilan dari Kantor depan, kemudian Ibu Lentina yang berganti untuk menjaga penerima manfaat di Rumah Antara, pada saat Ibu Lentina yang menjaga, beliau menanyakan tentang kasus penerima manfaat masing-masing, yang diiringi dengan asal rujukan mereka. Peneliti menetapkan untuk menjadikan penerima manfaat D dan W sebagai bahan penelitian peneliti. Kemudian pada pukul 16.00 jadwal untuk penerima melakukan kurve atau kegiatan bersih-bersih halaman Rumah Antara, namun pada pelaksanaannya tidak semua penerima manfaat tidak melakukan kurve, seperti penerima manfaat W dan D. Pada tanggal 5 Juni 2014, peneliti kembali melaukan pengamatan di Rumah Antara, namun pengamatan dilakukan pada malam hari yaituu pukul 19.30, pada saat itu sedang dilakukan Terapi Sharing Feeling yang dilakukan oleh Ibu Sri, diterapi ini penerima manfaat diminta menceritakan kepada semua penerima manfaat mengenai perasaannya, lalu Pekerja Sosial menanyakan kelebihan dan kekurangan penerima manfaat lainnya. pada saat melakukan terapi ini, kebetulan ada penerima manfaat yang baru saja datang dari Lapas Salemba dan langusng diikutkan Terapi Sharing Feeling yang sekaligus memberikan salam perkenalan untuk penerima manfaat yang lainnya. Kondisi emosi penerima manfaat pada saat dilakukan terapi ini bermacammacam, ada yang murung, bete, dan ada juga yang berkomentar tentang keluhan selama penerima manfaat berada di Rumah Antara. Penerima manfaat diminta untuk menyatakan perasaannya karena telah keluar dari Lapas, setelah itu penerima manfaat diminta untuk memberi masukan atau kritikan kepada penerima manfaat lainnya. Kemudian Ibu Sri meminta penerima manfaat untuk memberikan semangat untuk penerima manfaat lainnya, agar jangan mudah menyerah dalam menghadapi cobaan yang sedang menimpanya. Setelah itu Ibu Sri memberikan bimbingan rohani dalam bentuk ceramah, agar penerima manfaat dapat berinstropeksi diri. Pada tanggal 16 Juni 2014 peneliti melakukan pengamatan dan melakukan wawancara dengan Ibu Lentina mengenai kasus yang menimpa D dan W, pada saat itu D dan W sedang mengikuti bimbingan sosial di luar Rumah Antara, karena D dan W sudah bisa mengikuti aturan di Rumah Antara dan tidak membuat masalah, maka D dan W diizinkan mengikuti kegiatan bimbingan sosial di luar Rumah Antara. Pada tanggal 17 Juni 2014, peneliti melakukan pengamatan yang pada saat itu W sedang melakukan kegiatan bimbingan keterampilan dan setelah D melakukan kegiatan bimbingan keterampilan, peneliti mewawancarai penerima manfaat W mengenai kasus yang menjeratnya. Terlihat kondisi emosi W nampak belum stabil, masih terlihat murung dan tidak percaya diri (selalu menunduk).pada saat melakukan wawancara, setelah wawancara selesai, penerima manfaat melakukan kegiatan kurve, namun pada saat melakukannya tidak dikerjakan dengan baik oleh W. Berbeda dengan D, D sangat bersemangat pada saat itu dalam melakukan bersih-bersih halaman Rumah Antara. Pada tanggal 18 Juni 2014, peneliti melakukan pengamatan sekaligus mewawancarai D mengenai kasus yang menjeratnya, terlihat D sedang mengikuti kegiatan rutinitas seperti melakukan kegiatan bimbingan sosial dan keterampilan. Setelah D menyelesaikan kegiatan itu, peneliti meminta izin untuk mewawancari D, dan D menyetujuinya. Pada saat peneliti menanyakan tentang kasus D, D nampak terlihat murung dan merasa malu akan kasus yang menimpanya. Pada tanggal 19 Juni 2014, peneliti melakukan pengamatan kembali di Rumah Antara, pada saat itu Rumah Antara nampak sangat sepi (tidak ada aktivitas), peneliti bertanya kepada Pekerja Sosial yang sedang berjaga yaitu Ibu Saras, dan ternyata penerima manfaat yang ada di Rumah Antara diizinkan untuk mengikuti PBK (Praktek Belajar Kerja), yang tidak mengikuti PBK hanya beberapa penerima manfaat saja, yang dikarenakan masih mempunyai penyakit kulit, ada juga satu penerima manfaat izin cuti untuk mengikuti ujian kenaikan kelas di Sekolahnya. Pada tanggal 20 Juni 2014 peneliti melakukan pengamatan, terlihat D dan W sedang menjalani kegiatan bimbingan keterampilan (otomotif) dengan tekun, dan setelah D dan W kembali ke Rumah Antara, D dan W melakukan kurve dengan tanpa disuruh ole Pekerja Sosial. Nampak perubahan dari segi disiplin dan mandiri. Pada tanggal 11 Juli 2014 peneliti melakukan kembali pengamatan di Asrama A, pada saat itu penerima manfaat sedang melakukan kegiatan kurve di halaman asrama, yang kebetulan pada saat itu pengasuh A telah pulang dari Kantor depan PSMP Handayani yaitu Pak Basuki, Pak Basuki merupakan staff dari PSMP Handayani, peneliti langsung meminta izin kepada Pak Basuki untuk mewawancarai tentang kesehatian A, menurut beliau A adalah anak yang sangat nakal, banyak tingkahnya yang membuat pengasuh geram, seperti kebohongan yang dilakukan oleh A, selepas A keluar dari asrama memang terlihat perilakunya yang baik-baik saja, seperti melakukan kurve dan sebagainya, namun seiring berjalannya waktu, perilaku baiknya semakin pudar, seperti A sudah mulai berbohong kembali, tidak melakukan kurve lagi, A tertangkap basah sedang merokok di halaman belakang asrama pada malam hari. Pak Basuki sudah berusaha keras untuk menghilangkan sifat bohongnya, namun Pak Basuki butuh waktu yang tidak sedikit, perlu pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Pak Basuki. Tapi untuk saat ini perilaku A sudah lebih baik dari sebelumnya, seperti sifat bohongnya sudah berkurang, sudah bisa mandiri dan disiplin, walaupun masih harus di dampingi oleh beliau. Pada tanggal 14 Juli 2014, peneliti melakukan pengamatan kepada penerima manfaat W dan W sudah keluar dari Rumah Antara dan melanjutkan proses kedua dari rehabilitasu yaitu masuk ke dalam asrama, peneliti baru bisa mewawancarai W setelah W menyelesaikan kegiatan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan, keterampilan yang W ikuti yaitu otomotif, W merasa nyaman dengan kegiatan bimbingan keterampilan yang diikutinya, sedikit demi sedikit W mulai bisa menambal ban motor dan setidaknya mencuci motor. W merasa kegiatan yang dilakukan ketika di Rumah Antara sangat bermanfaat, W jadi merasa lebih mandiri dan disiplin. W juga sudah mengetahui bahwa ganja yang pernah ia gunakan adalah zat yang berbahaya yang bisa membunuhnya. W pun berjanji untuk tidak menggunakan ganja lagi. Setelah peneliti mewawancarai W, W langsung melanjutkan kegiatan kurve di asrama. Serelah mewawancarai W, peneliti menuju Rumah Antara untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan D, pada saat itu D sedang melakukan kegiatan kurve, peneliti menunggu D menyelesaikan kegiatan kurvenya dan meminta izin untuk mewawancarai D mengenai perubahan yang dirasakan. D sebenarnya sudah keluar dari Rumah Antara, namun karena D melarikan diri setelah keluar dari Rumah Antara, maka dari itu D di masukkan kembali ke Rumah Antara untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Menurut pengakuan D karena melarikan diri adalah karena D merasa rindu dengan suasana rumahnya, yang untungnya pihak keluarga D mampu untuk bekerja sama dan mengembalikan D ke Panti. Menurut D kegiatan yang ada di Rumah Antara sangat bermanfaat, karena di Rumah Antara D menjadi mandiri, disiplin, dan mendapatkan keterampilan baru di bidang otomotif, selain itu juga D m=berjanji untuk tidak menggunakan Narkoba jenis Ganja lagi karena D sudah mengetahui dampak buruknya bagi tubuh D. Pada tanggal 8 Agustus 2014, peneliti melakukan wawancara dengan pengasuh W yang biasa disapa Babeh, peneliti mewawancarai Babeh mengenai keseharian W selama di asrama, pada saat itu W sedang melakukan kegiatan bimbingan keterampilan. Babeh mencertiakan bahwa W baik-baik saja dalam berperilaku, W juga mengikuti aturan-aturan selama di asrama, menurut beliau W seorang anak yang aktif, ingin mengikuti segala kegiatan yang ada di PSMP Handayani ini seperti mengikuti kegiatan bermusik yang dilakukan pada hari minggu, namun sayangnya W tidak begitu berbakat dalam bidang musik. Namun hanya kebiasaan mengompol W yang masih saja terjadi, tetapi untuk sampai saat ini kebiasaan mengompol W sudah hilang . Pada tanggal 11 Agustus 2014, peneliti melakukan wawancara kembali kepada Ibu Lentina mengenai perkembangan W, menurut beliau W sudah menunjukkan hasil yang positif, seperti W sudah bisa mandiri, disiplin dan W berjanji untuk tidak menggunakan narkoba lagi. Namun sayangnya W tidak berkembang dalam kelas keterampilan di bidang otomotif, menurut instruktur kemampuan W dalam bidang otomotif tidak baik, karena W tidak mampu mengikuti teori dan menerapkan teori tersebut. Setelah mewawancarai W, Peneliti juga mewawancarai tentang perkembangan D, D sudah menunjukkan perubahan positif untuk saat ini, D sudah mandiri, disiplin dan D berkembang dalam kelas keterampilan di bidang otomotif, menurut instruktur, D dinilai cukup baik dalam bidang otomotif, D menerapkan teori sesuai dengan yang diberikan oleh instruktur. Pada tanggal 18 Agustus 2014 peneliti melakukan terminasi pada penerima manfaat yaitu A, D, dan W. A menyetujui untuk berfoto bersama peneliti, namun tidak dengan D, D tidak ingin berfoto bersama dengan peneliti, yang disayangkan adalah W yang ternyata telah melarikan pada tanggal 17 Agustus 2014 yang pada saat itu sedang diadakan lomba 17an, W memanfaatkan waktu itu untuk melarikan diri bersama temannya, para Pekerja Sosial pun belum mendapatkan kabar tentang W. Pada gambar sebelah kiri merupakan tampak depan Kantor depan, yang terdapat ruangan seperti ruangan Kepala Panti, meeting room, ruangan Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Program dan Advokasi Sosial, dan ruangan Tata Usaha. Kemudian gambar sebelah kanan merupakan tampak depan dari Rumah Antara yang letaknya cukup jauh dari Kantor depan PSMP Handayani, karena PSMP Handayani memiliki luas tanah yang luas. Pada gambar dibawah sebelah kiri merupakan proses penerimaan penerima manfaat yang sedang mengisi alat assesmen di Rumah Antara, pada gambar dibawah sebelah kanan sedang melakukan kegiatan relaksasi pada penerima manfaat Pada gambar di bawah sebelah kiri merupakan kondisi ruangan tidur bagi penerima manfaat, ruangan tidur juga sering dipakai untuk penerima manfaat tidur siang. Kemudian gambar dibawah sebelah kanan merupakan kondisi ruangan relaksasi bagi penerima manfaat yaitu ruangan menonton TV, penerima manfaat boleh menonton TV atas seizin dari Pekerja Sosial. Pada gambar di bawah sebelah kiri merupakan kamar mandi untuk penerima manfaat, yang merupakan sarana dan prasarana Rumah Antara, pada gambar di bawah sebelah kanan merupakan ruangan dapur dan Sel buatan, yang merupakan sarana dan prasarana Rumah Antara, sel buatan ini berfungsi untuk memberikan sanksi bagi penerima manfaat yang berusaha melarikan diri. Dibawah sebelah kiri gambar merupakan ruangan bimbingan sosial atau terapi psikososial yang merupakan sarana dan prasarana Rumah Antara, ruangan ini digunakan untuk Pekerja Sosial dalam memberikan kegiatan bimbingan sosial atau orientasi lembaga bagi penerima manfaat dan sering juga untuk melakukan kegiatan Terapi Psikososial. Pada gambar di bawah sebelah kanan sedang melakukan intake proses yang dilakukan oleh Pekerja Sosial, intake proses merupakan penggalian masalah bagi penerima manfaat. Pada gambar di bawah sebelah kiri sedang melakukan kegiatan terapi Kognitif yang dilakukan oleh Pekerja Sosial, menonton DVD ini dimaksudkan agar pola pikir penerima manfaat dapat berubah menjadi lebih baik setelah menonton DVD yang menayangkan film yang bersifat memotivasi untuk berbuat hal positif. Gambar di bawah sebelah kanan sedang melakukan orientasi lembaga pada penerima manfaat yang baru saja didatangkan dari Lapas, sekaligus memberikan kegiatan bimbingan sosial. Pada gambar dibawah sebelah kiri merupakan terminasi dengan para pekerja sosial dan psikolog, lalu gambar di bawah sebelah kanan merupakan foto bersama dengan penerima manfaat yang mendapatkan izin dari penerima manfaat itu sendiri. Pada gambar dibawah sebelah kiri terlihat penerima manfaat W sedang melakukan kegiatan kurve dengan tanpa disuruh oleh pengasuh setelah peneliti melakukan wawancara dengan penerima manfaat W. Gambar sebelah kanan terlihat penerima manfaat D sedang melakukan kegiatan kelas keterampilan otomotif, D sangat tekun dalam mengikuti kelas keterampilan otomotif. Pada gambar dibawah sebelah kiri merupakan kegiatan Terapi Sharing Feeling yang dilakukan pekerja sosial, pada gambar dibawah sebelah kanan sedang melakukan kegiatan Terapi Realita (melakukan komitmen pada penerima manfaat)