evaluasi program terapi psikososial bagi anak berhadapan dengan

advertisement
EVALUASI PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI
ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI RUMAH
ANTARA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA
HANDAYANI JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
PUTERA MAHESA
1110054100018
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ABSTRAK
Putera Mahesa
Evaluasi Program Terapi Psikososial Bagi Anak Berhadapan Dengan
Hukum Di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta
Timur
Penelitian ini meneliti tentang Evaluasi Program Terapi Psikososial di
Rumah Antara, karena Rumah Antara mempunyai peranan yang sangat penting di
Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dalam mengembalikan keberfungsian sosial
anak dimasyarakat. Dewasa ini sering terjadi penyimpangan perilaku yang
melibatkan kasus hukum yang dilakukan oleh masyarakat umum. Ironisnya
penyimpangan perilaku tersebut dilakukan oleh anak-anak, dan pada akhirnya hal
tersebut harus membawa mereka ke dalam sel tahanan. Sedangkan berdasarkan
KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan
Convention On The Right Of The Child. Di Pasal 37 Huruf B Resolusi No 109
menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, dan penghukuman atau
pemenjaraan harus menjadi langkah terakhir yang diambil dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum dan hanya untuk jangka waktu yang
sesingkat-singkatnya, karena itu PSMP Handayani berusaha menjadi mitra terbaik
masyarakat dalam perlindungan sosial bagi anak nakal dan anak berhadapan
dengan hukum di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor,
sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan
data yang peneliti lakukan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian Evaluasi Progam Rumah Antara Bagi Anak Berhadapan
Dengan Hukum Di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani bahwa evaluasi input
dapat dinilai relevan, karena anak yang dapat diterima di PSMP Handayani yaitu
anak yang berhadapan dengan hukum yang berasal dari rujukan Lapas ataupun
Titipan masyarakat maupun Kejaksaan. Evaluasi proses dapat dinilai efisien,
karena dalam pelaksanaannya tidak melakukan pemborosan sumber daya manusia
. Evaluasi hasil dapat dinilai berdampak positif bagi penerima manfaat. Namun
masih ada kekurangan yang harus diperbaiki dalam program Rumah Antara.
i
KATA PENGANTAR
Assamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahirhmanirohim dengan segala kerendahan hati peneliti
mengucapkan syukur alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur atas rahmat
dan pertolongan Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kepada
kita semua hingga salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
baginda rasullullah SAW sebagai suri tauladan kita menuju jalan yang
diridhoi Allah SWT.
Berkat rahmat dan ridho Allah penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan
dengan
judul
“EVALUASI
PROGRAM
TERAPI
PSIKOSOSIAL BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM
DI RUMAH ANTARA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA
HANDAYANI JAKARTA TIMUR.”
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata
satu (SI) pada program studi Kesejahteraan Sosial, dalam penelitian
penyusunan ini, peneliti menyadari banyak menemui kesulitan terutama
dalam mengumpulkan data-data yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pengalaman yang peneliti miliki, namun dengan
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian skripsi ini masih jauh
dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini, peneliti menyadari
bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberi banyak dukungan, baik dukungan
moril maupun materil. Dengan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan
terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberikan motivasi kepada peneliti untuk meneyelesaikan.
ii
Ucapan terimakasih tersebut kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiah Ariefuzzaman, M.SW dan Bapak Ahmad Zaki,
M.Si sebagai ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris
Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan perhatiannya kepada peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini sampai selesai.
4. Seluruh Dosen Staff Pengajar Fakultas Dakwah
dan iImu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sebagai
bekal untuk meraih cita-cita di masa depan.
5. Kepada Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
membantu peneliti dengan menyediakan bahan-bahan dalam
mengerjakan skripsi.
6. Bapak Drs. Agus Hizbullah, M. Si selaku ketua Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani yang telah memberikan izin serta
memberikan informasi peneliti dalam melakukan penelitian, Ibu
Dra. Sri Musfiah selaku Koordinator Pekerja Sosial di Panti Sosial
Marsudi
Putra
Handayani
atas
bimbingan,
arahan,
serta
motivasinya selama peneliti melakukan penelitian.
7. Ibu Dewi Kania, Ibu Emil, Ibu Maria, Ibu Lentina, Ibu Saras, Ibu
Tuti, Ibu Dian, Ka Lana, Mas Arifin, Bapak Gunawan. Bapak
Sudiyana, Bapak Sarwiji, Bapak Sudirman, dan seluruh keluarga
besar Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu-persatu yang telah berbaik hati menerima
dan memberikan informasi kepada peneliti dalam melakukan
penelitian.
iii
8. Untuk Seluruh Para Penerima Manfaat di Panti Sosial Marsudi
Putra Handayani yang telah membantu dan menemani peneliti
selama
peneliti
melakukan
penelitian
sehingga
peneliti
mendapatkan ilmu dan data yang dicari.
9. Yang terhormat dan yang terkasih Ayahanda Mea Kusnadi dan
Ibunda Yulia Yasin, serta kakakku Thalita Amelia yang telah
mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, memberikan support doa
baik materil maupun imateril, bimbingan, dorongan, motivasi serta
perhatiannya. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia dan
nikamat yang tiada henti sebagai balasan yang telah diberikan
kepada peneliti.
10. Untuk sahabat-sahabatku tercinta dan terkasihi yaitu Ahmad Fadhli
Rahman, Annies Noor Ismi, Ahmad Rifki Fathurohman, Gina
Rainissa, Farid Almachzumi, Putri Puspitasari, Nurbani Ulfah, Lufi
Arna, Pipit Febrianti, Siti Jumartina, Isnaniyah, Fifi Nurmagfirah,
Shabrina Dwi Pitarini, Dysa Restiani, Bani Fauziyah Jehan, Dinda
Anggreini, Vinasti Septhiani, Muhammad Hafidz Zuldi, Daeng
Bangkit, Risdiyanto, Makmur Rizki, Ihsan Heryana, dan Reizky
Riyadi yang telah mengizinkan peniliti untuk menggunakan
laptopnya (Ahmad Fadhli, Annies Noor Ismi, dan Lufi Arna),
berbagi ilmu, selalu memberikan motivasi dan mengingatkan
peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.
11. Untuk sahabatku yang sudah seperti keluarga sendiri yaitu
Langgeng Aryo Visena yang senantiasa memberikan izin untuk
menggunakan
laptopnya,
menemani
peneliti,
memberikan
motivasi, menghibur peneliti di kala sedih maupun senang.
12. Untuk sahabatku “Cego’s family” yaitu Bos Lya Septiarini, Marisa
Aprilia, Widi Septian, Levi Putra, Jessie Dea Debora, Izatun
Purnami, Reynita Saraswati, dan Faizal Hermansyah yang tidak
ada hentinya memberikan semangat kepada peneliti.
13. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2010
yang telah
berbagi ilmu, melalui hari-hari belajar bersama, seta senior dan
iv
junior Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan support dan
semangat.
14. Spesial untuk teman yang lebih dari sahabat yakni Ika Nurjayanti,
terimakasih untuk waktu, tenaga, materi, dan kasih sayang yang
telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian
skripsi ini sehingga dapat memacu dan menyemangati penelitian
ini.
15. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat
diebutkan satu persatu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat,
peneliti mengucapkan banyak terimakasih.
Akhirnya atas kesemuanya ini, peneliti mendo’akan semoga Allah
SWT membalas jasa-jasa mereka sesuai dengan amal dan perbuatan yang
telah diberikan, Kritik dan saran sangat peneliti harapkan dari berbagai
pihak yang mebaca skripsi ini dan harapan peneliti semoga penelitian
skripsi ini ada manfaat baik untuk Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
maupun bagi masyarakat pada umunya. Amin yaa robbal alamin
Tangerang, September 2014
Peneliti
Putera Mahesa
(1110054100018)
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...............................................................................7
E. Metodologi Penelitian..........................................................................8
F. Tinjauan Pustaka.................................................................................16
G. Sistematika Penulisan..........................................................................17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Program………………………………………….....……...19
1. Pengertian Evaluasi Program……………………..................19
2. Desain Evaluasi…………………………………..….............21
3. Model Evaluasi………………………………….....………..21
4. Tujuan Dan Pentingnya Evaluasi Program………………….23
5. Indikator Evaluasi Program…………………………………25
B. Rehabilitasi Sosial…………………………………………………...28
1. Pengertian Rehabilitasi Sosial……………………………….28
C. Anak Berhadapan Dengan Hukum…..................................................29
1. Pengertian Anak Nakal Dan Anak Berhadapan Dengan
Hukum.....................................................................................29
vi
2. Kriteria Anak Berhadapan Dengan
Hukum……………………….................................................30
3. Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum….....................31
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA
HANDAYANI
A. Sejarah Berdirinya PSMP Handayani.................................................32
B. Rumah Antara.....................................................................................34
C. Tujuan, Visi, Dan Misi........................................................................40
D. Falsafah Lembaga...............................................................................41
E. Struktur Organisasi..............................................................................43
F. Program...............................................................................................46
G. Jangkauan Layanan.............................................................................51
H. Sumber Daya Manusia .......................................................................53
I. Sarana Dan Prasarana.........................................................................57
J. Pola Pendanaan...................................................................................58
K. Kemitraan Dengan Pihak Luar...........................................................59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS EVALUASI PROGRAM
RUMAH
ANTARA
BAGI
ANAK
BERHADAPAN
DENGAN
HUKUM DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI
JAKARTA TIMUR
A. Evaluasi Input......................................................................................61
B. Evaluasi Proses....................................................................................74
C. Evaluasi Hasil......................................................................................78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................87
B. Saran-saran..........................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................89
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Informan Penelitian..............................................................14
Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan......................55
Tabel 3.2. Tugas Pokok dan Fungsi........................................................56
Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani................................................................................................59
Tabel 4.1. Identitas Informan..................................................................64
Tabel 4.2. Kelompok Jabatan Fungsional...............................................66
Tabel 4.3. Hasil Kegiatan Terapi Psikososial.........................................81
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1.
Struktur
Organisasi
Panti
Sosial
Marsudi
Putra
Handayani...................................................................................................45
Gambar 3.2. Program Pelayanan Di Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani...................................................................................................48
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dinamika kehidupan anak yang terjadi pada dekade terakhir ini cukup
memprihatinkan. Kasus-kasus hukum yang melibatkan anak kian marak, mulai
dari kasus kriminal, eksploitasi, pelecehan seks hingga penyalahgunaan zat adiktif
dan tawuran pelajar yang senyatanya masih berada pada jenjang tumbuh kembang.
Betapa rangkaian kasus itu tidaklah terjadi serta merta, melainkan karena ada
faktor pemicu dan pemacunya. Mulai dari penyebab struktural klasik, seperti
desakan ekonomi (kemiskinan), dekadensi moral yang dipicu dari tereduksinya
kasih sayang orang tua (pengawasan dan perhatian), hingga tekanan psikologisnya
yang disebabkan manusia dewasa dalam berbagai kasus yang menyertainya.
Kasus-kasus hukum yang menjerat anak tidak terlepas dari persoalan besar di
lingkungan keluarga, tetangga, teman sebaya (peers group), maupun lingkungan
sekolahnya. Tidak ketinggalan faktor kemudahan akses teknologi informasi yang
massif dengan filterisasi yang masih lemah memiliki andil besar atas terjadinya
kondisi yang dialami sebagian besar anak-anak kita sekarang ini. Terpasungnya
hak anak, di mana mereka kerap di posisikan sebagai subjek penyebab beragam
kasus kejahatan, subjek masalah kekerasan fisik (tawuran), maupun subjek
masalah Narkotika. Di sisi lain, menjadi objek eksploitasi dan pelecehan seks.
Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak pada tahun 2011, tercatat
sebanyak 774 kasus anak yang berhadapan dengan hukum berasal dari kalangan
1
2
ekonomi bawah, sebanyak 11 kasus dari kalangan menengah, dan tiga kasus
berasal dari kalangan atas. Kebanyakan anak yang berhadapan dengan kasus
hukum adalah anak yang miskin dan putus sekolah, di mana mencapai 420 kasus.
Pelibatan berbagai pihak yang kompeten, mulai dari praktisi, akademis, birokrasi,
hingga seluruh komponen masyarakat untuk melakukan langkah-langkah
preventif, introspektif, restorative (perbaikan) atau bahkan represif dalam
penanganannya dengan mengedepankan pertimbangan atas hak-hak anak sebagai
subjek akibat, bukan menjadi subjek penyebab. Perlu upaya yang lebih intens
untuk meningkatkan berbagai program pemberdayaan dan perlindungan sosial
melalui perbaikan taraf kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Penguatan mental
spiritual di semua sendi keluarga sebagai komunitas inti masyarakat. Kontrol
sosial protektif atas dampak teknologi informasi yang bisa melemahkan moralitas
anak. Pengembalian peran dan fungsi keluarga sebagai benteng perlindungan
utama anak, agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlakul
karimah.1
Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang melakukan tindak
pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak
baik menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan (pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang
pengadilan anak).2
1
Dinda Satria, ”Anak dan Problematika Bangsa” artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari
m.kompasiana.com/post/read/501440/2/anak-dan-problematika-bangsa.
2
Sarino, dkk, Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di
PSMP Handayani Jakarta (Jakarta: PSMP Handayani, 2007), h. 17-18.
3
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia harus menjauhi laranganlarangan
yang
telah
diperintahkan
oleh
Allah
SWT,
seperti
berzina,
penyalahgunaan NAPZA, sebagimana dijelaskan dalam Sûrah at-Tahrim/66: 6
berikut:
ُ‫ن آمَنُىا قُىا أَن ُفسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُىدُهَا اّلنَاس‬
َ ‫يَا أَيُهَا اّلَذِي‬
ْ‫ظ شِدَادٌ ّلَا يَ ْعصُىنَ اّلَلهَ مَا َأ َمزَهُم‬
ٌ ‫وَاّلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِ َكةٌ غِلَا‬
‫ن‬
َ ‫وَ َيفْعَلُىنَ مَا يُؤْ َمزُو‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
(perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Bab I Pasal I Ayat (12) Hak anak adalah bagian dari
Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara. Bab IX Pasal 64 Ayat (3) bahwa
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui: (a) upaya rehabilitasi, baik dalam
lembaga maupun di luar lembaga; (b) upaya perlindungan dari pemberitaan
identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi; (c) pemberian
jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun
sosial; dan (d) pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai
4
perkembangan perkara.3 Kemudian diperkuat lagi dengan KEPRES (Keputusan
Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Right Of
The Child. Di Pasal 37 Huruf B Resolusi No 109 menyatakan bahwa penangkapan,
penahanan, dan penghukuman atau pemenjaraan harus menjadi langkah terakhir
yang diambil dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dan hanya
untuk jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.4
Dari wacana di atas terdeskripsikan bahwa telah terjadi penyimpangan
perilaku pada anak, yang berujung anak melakukan tindakan kriminal seperti
penyalahgunaan zat adiktif, seks bebas, pembunuhan, pencurian, perjudian,
kekerasan, dan lainnya. Hal diatas juga dikarenakan kesibukan orang tua, anak
kurang mendapat perhatian dan kasih sayang, serta bimbingan, membuat anak
tumbuh dan terseret dalam penyimpangan perilaku.
Untuk itu Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) yang menangani
permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) dan anak nakal (AN).
Dalam mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk memajukan
kesejahteraan umum, Kementerian Sosial berdiri sebagai leading sektor dalam
mengembangkan
usaha
kesejahteraan
sosial.
Pengembangan
tersebut
diimplementasikan pada berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial
yang ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat.
3
KPAI (Komisi Perlindungan Anak), “Undang-Undang (UU) RI No. 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak | Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)’’, artikel diakses pada
20 Januari 2014 dari http://www.kpai.go.id/hukum/undang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002tentang-perlindungan-anak/
4
KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On
The Right Of The Child.
5
PSMP Handayani adalah salah satu unit pelaksana tekhnis (UPT) di bawah
naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang menangani permasalahan
anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN/ABH), berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI
Nomor : 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Menteri
Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan
penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani berubah
menjadi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dengan maksud :
1. Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial anak
sehingga mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di
masyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan
berkualitas, serta berakhlak mulia.
2. Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat terhadap anak yang
menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan
kehidupan masyarakat.
Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengam tuntutan dan kebutuhan
masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta suatu pelayanan yang
komperensif dan berorientasi pada kepentingan penerima manfaat pelayanan.
Tujuan pelayanan dan rehabilitasi sosial AN/ABH di PSMP-H secara
umum adalah pulihnya kepribadian, sikap dan mental dan kemampuan AN/ABH
6
sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan
penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.5
Rumah Antara merupakan salah satu program yang penting dalam
meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat ABH, yang
memiliki latar belakang yang sangat komplek permasalahannya. Rumah Antara
adalah rumah pensterilan bagi anak yang didatangkan dari putusan pengadilan
maupun rujukan. Rumah Antara dibentuk guna untuk melakukan penyembuhan
fisik, observasi terhadap pola perilaku dan memberikan terapi sosial kepada
penerima manfaat ABH baik yang putusan pengadilan maupun rujukan sementara
guna menunggu proses hukum berjalan. Dengan adanya Rumah Antara penerima
manfaat dapat berkurang traumatisnya dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial sehingga siap mengikuti proses program rehabilitasi selanjutnya.
Berdasarkan masalah tersebut penulis mengangkat judul “Evaluasi
Program Terapi Psikososial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum di
Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Rumah Antara mempunyai kegiatan terapi seperti Terapi Psikososial,
Olahraga, Mix Farming, Role Model, dan Vokasional. Namun karena
keterbatasan penulis, maka dalam hal ini penulis hanya membatasi
5
Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, “Profile Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani” (Jakarta Timur: Kemensos), h. 4-5
7
penelitiannya pada proses evaluasi hasil Terapi Psikososial yang terdapat di
Rumah Antara. Hal ini bertujuan untuk menghindari perluasan materi yang
akan dibahas selanjutnya.
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang peneliti lakukan :
a. Bagaimana input program terapi Psikososial di Rumah Antara ?
b. Bagaimana proses pelaksanaan program terapi Psikososial di Rumah
Antara?
c. Bagaimana hasil dari program terapi Psikososial di Rumah Antara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui siapa saja yang mendapatkan rehabilitasi di Rumah
Antara.
b) Untuk mengetahui proses pelaksanaan dari Terapi Psikososial di Rumah
Antara dalam Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.
c) Untuk mengetahui hasil dari kegiatan Terapi Psikososial di Rumah Antara
di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan referensi bagi
mahasiswa tentang bagaimana program Terapi Psikososial di Rumah
8
Antara Panti Sosial Marsudi Putra Handayani serta hasil yang dirasakan
oleh penerima manfaat dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk study
mengenai evaluasi-evaluasi program yang bergerak pada bidang sosial dan
evaluasi program.
b) Manfaat praktis
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang
berguna bagi pembaca, khususnya menjadi bahan untuk perbaikan bagi
para Pekerja Sosial dalam menjalankan kewajiban atau tugas program
Terapi Psikososial
di Rumah Antara Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani Jakarta Timur.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor,
sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Penulis buku penelitian kualitatif Sugiono mengutip dari Denzim dan
Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan yang melibatkan berbagai metode yang ada. 6 Metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
6
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h.5.
9
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.7
Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif.8
1. Macam dan Sumber Data
Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Moleong, sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan
orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama.
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman
video/audio tape. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan
pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya.9
Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat
dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
7
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.3
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet.
Ke-2, h.9-10.
9
Ibid, h.112.
8
10
dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.10
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian Evaluasi
program “rumah antara” di panti ini bersumber dari data primer dan sekunder:
a. Data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama
(Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Koordinator Pekerja Sosial, dan
penerima manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta
Timur).
b. Data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang
berhubungan dengan tulisan ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang akan dilaksanakan adalah melalui:
a. Observasi, yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera
lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Metode observasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam
arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui
penggunaan panca indera.11 Ada beberapa macam observasi :
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet.
Ke-2,h. 113.
11
Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2005),
h.134.
11
a) Observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari
masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejalagejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau
dipahami oleh para warga yang ditelitinya.12
b) Observasi terus terang atau samar, yaitu dalam hal ini, peneliti
dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada subjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai
peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka subjek penelitian
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas
peneliti. Tetapi, dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang
atau tersamar dalam melaksanakan observasi, hal ini untuk
menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang
masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus
terang, peneliti tidak akan diizinkan untuk melaksanakan penelitian.
c) Observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini
dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang
akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, terapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.
12
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), h.166.
12
d) Observasi Terkendali, yaitu di mana para pelaku yang akan diamati
oleh pendiri kualitatif diseleksi dan kondisi-kondisi yang ada di
lokasi penelitian, pelaku diamati dan dikembalikan oleh si peneliti.13
Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, observasi
dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur,
karena fokus penelitian yang belum jelas. Fokus observasi akan
berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Pada observasi
ini, peneliti tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi.
Observasi
ini
dilakukan
di
Rumah
Antara
untuk
mendapatkan data seputar penelitian. Observasi dilakukan untuk
mengetahui program di Rumah Antara sudah efektif atau belum
bagi penerima manfaat. Metode ini penting untuk mendapatkan
pemahaman
lebih
baik
tentang
hal
yang
diteliti,
serta
memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuka.
b. Interview atau wawancara adalah sebuah proses memperoleh sebuah
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.14 Ada beberapa macam wawancara :
13
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), h. 173-174.
14
Ibid, h. 126.
13
1) Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tak berstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam, wawancara
intensif, wawancara
kualitatif, dan
wawancara terbuka.15
2) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku, yang
susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya
tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah
disediakan.16
3) Wawancara Terbuka Terstandar
Tujuan utama dari wawancara terbuka terstandar ialah untuk
meminimalkan
pengaruh
wawancara
dengan
menanyakan
pertanyaan yang sama kepada masing-masing informan. Terlebihlebih, wawancara yang dilakukan peneliti harus sistematis dan
perlu adanya pertimbangan wawancara juga agar juga dalam
membuat analisis data lebih mudah karena hal ini memungkinkan
untuk menempatkan jawaban dari masing-masing informan pada
pertanyaan yang sama secara agak cepat dan sekaligus untuk
mengorganisasi pertanyaan dan jawaban yang serupa.17
15
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), 176
16
Ibid., h.182
17
Ibid, h. 183-184.
14
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak
terstruktur atau sering juga disebut wawancara mendalam. Wawancara
tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan
kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara,
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Teknik
wawancara yang dapat berlangsung secara luwes, arahnya lebih bisa
terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak sehingga
diperoleh informasi, keterangan, data yang lebih kaya.
Adapun yang akan peneliti wawancarai adalah:
Tabel 1.1.
Informan Penelitian
No
1.
Informan
Kepala
Seksi
Rehabilitasi
Sosial
2.
Pekerja Sosial
4.
Penerima
Manfaat
5.
Pengasuh
Informasi yang di cari
Bagaimana pelaksanaan dari
program Rumah Antara, dan
dampaknya
bagi
penerima
manfaat
Bagaimana pelaksanaan dari
program Rumah Antara, dan
dampaknya
bagi
penerima
manfaat
Dampak yang dirasakan oleh
penerima manfaat dari segi
aspek kognitif, emosional, dan
perilaku
Seberapa penting fungsi dari
Rumah Antara
Jumlah
1 orang
3 orang
3 orang
2 orang
c. Dokumentasi, yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, brosur, foto-foto, dan arsip milik Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani Jakarta Timur atau tulisan lainnya yang memiliki keterkaitan
15
dengan penelitian ini. Metode dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi penelitian sosial.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 4 Mei 2014 sampai dengan
15 Agustus 2014. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani JL. PPA Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur 13890.
4. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,
penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian
penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana Evaluasi
program Terapi Psikososial Rumah Antara dalam Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun
oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M.Syairozi Dimiyati,
Netty Hartati dan Syopiansyah Jaya Putra yang diterbitkan oleh CeQDA UIN
Jakarta, cetakan II 2007.
16
6. Teknik Keabsahan Data
Tekhnik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memilih
kriteria sebagai berikut :
Pada penelitian ini peneliti menggunakan ketekunan pengamatan,
ketekunan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan
rumusan masalah saja.18
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang
berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan
skripsi. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, peneliti
menggunakan literatur berupa tulisan, artikel, skripsi, buku yang berkaitan dengan
penelitian skripsi peneliti. Peneliti menemukan beberapa tulisan dan skripsi yang
memiliki judul atau tema yang hampir sama dengan masalah yang penulis teliti,
diantaranya adalah :
“Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratis (RBG)
bagi Orang Miskin di Jakarta Timur” oleh Lidya Melawati. Skripsi S.I Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Skripsi ini menjelaskan tentang evaluasi program layanan kesehatan. Peneliti
18
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media,2012), h. 321.
17
menggunakan skripsi ini untuk mengetahui evaluasi program yang dilakukan oleh
peneliti tersebut. Persamaan skripsi peneliti yaitu dari teori yang digunakannya,
sama-sama menggunakan teori evaluasi menurut Pietzrak. Perbedaannya yaitu
dari segi objek dan subjek penelitian.
“Problematika Anak Berhadapan Dengan Hukum dan Praktik Bimbingan
Sosial Kelompok Studi Kasus Panti Sosial Marsudi Putra Handayani” oleh
Nandya Zahra Yusela. Skripsi S.I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang
permasalahan yang terjadi pada anak berhadapan dengan hukum di kelas
bimbingan sosial. Peneliti menggunakan skripsi ini sebagai salah satu literatur
penelitian untuk mengetahui permasalahan anak berhadapan dengan hukum.
Perbedaannya terletak dari objek yang ditelitinya, persamaannya yaitu dari subjek
penelitiannya yang menggunakan Anak Berhadapan Dengan Hukum.
“Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan Rehabilitasi Psikososial Korban
Trafficking (Studi Kasus pada Dua Korban Trafficking di Rumah Perlindungan
dan Trauma Centre, Bambu Apus Jakarta Timur)” oleh Hanifah Sya’adillah.
Skripsi S.I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang peran pekerja sosial dalam
menjalankan
rehabilitasi
psikososial
pada
korban
trafficking.
Peneliti
menggunakan skripsi ini untuk mengetahui peran pekerja sosial dalam kegiatan
rehabilitasi psikososial. Perbedaan skripsi berikut dengan skripsi peneliti yaitu
dari subjek yang ditelitinya, persamaannya yaitu dari objek yang mmbahas
tentang rehabilitasi psikososial.
18
“Konsep Diri Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Studi Kualitatif
tentang Anak yang Berkonflik dengan Hukum pada Rumah Tahanan Klas I
Surabaya, Medaeng – Sidoarjo” oleh Estu Putri. Skripsi S1 Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Skripsi ini
menjelaskan tentang konsep diri pada anak berhadapan dengan hukum.
Perbedaannya yaitu terletak dari objek penelitian dan persamaannya yaitu terletak
pada subjek penelitian.
“Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Anak Yang Berhadapan
Dengan Hukum Dengan Menggunakan Pendekatan Diversi Dan Restorative
Justice” oleh Gilang Kresnanda Annas. Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum
Univertas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perbedaannya yaitu terletak
pada objek yang diteliti dan persamaannya yaitu terletak pada subjek
penelitiannya.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu tentang pendahuluan,
kerangka teori, metode penelitian, temuan dan analisis, dan penutup. Berdasarkan
sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
19
BAB II
Landasan Teori, berisi tentang definisi Evaluasi Program, Desain
Evaluasi, Model Evaluasi, Indikator Evaluasi, Tujuan dan
Pentingnya Evaluasi, Definisi Rehabilitasi Sosial,
Pengertian
Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum, Kriteria Anak
Berhadapan Dengan Hukum, dan Penyebab Anak Berhadapan
Dengan Hukum.
BAB III
Gambaran Umum Lembaga, berisi tentang Latar Belakang
Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP)
Jakarta Timur, Profil Rumah Antara, Visi dan Misi, Falsafah
Lembaga, Struktur Organisasi, Program Pelayanan Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani, Jangkauan Layanan, Sumber Daya
Manusia, Sarana dan Prasarana, Pola Pendanaan, dan Kemitraan
Dengan Pihak Luar.
BAB IV
Temuan dan Analisis, berisi hasil wawancara tentang evaluasi
program Terapi Psikososial di Rumah antara Panti Sosial Marsudi
Putra Handayani Jakarta Timur, serta hasil yang dirasakan oleh
informan atau penerima manfaat dari Program Terapi Psikososial
Rumah Antara.
BAB V
Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada Bab ini akan menjelaskan tentang teori Evaluasi Program,
Rehabilitasi sosial, dan Anak Berhadapan Dengan Hukum.
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi adalah penilaian.1
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu
rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu
evaluasi terus-menerus (on-going evaluation) dan evaluasi akhir (ex-post
evaluation). Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode
waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses
implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe
evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana. Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas
program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya
terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.2
Definisi evaluasi menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Wirawan,
Ralph Tyler mendefinisikan evaluasi ialah proses penentuan sejauh mana
tujuan pendidikan yang benar-benar disadari. Daniel L. Stufflebeam
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 238.
2
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.
119.
20
21
mengemukakan evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh,
pelaporan, dan menerapkan informasi deskriptif dan menghakimi tentang
beberapa obyek jasa, layak, kejujuran dan signifikansi dalam rangka untuk
memandu pengambilan keputusan, mendukung akuntabilitas, menyebarkan
praktek-praktek yang efektif, dan meningkatkan pemahaman tentang
fenomena yang terlibat.3 Menurut Suharsimi Arikunto seperti yang dikutip
Nana Mintarti, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi
utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi yang berguna
bagi decision maker untuke menentukan kebijakan yang akan diambil
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.4 Sedangkan program adalah
kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan
dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Semua program tersebut perlu
dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah
mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi program adalah metode
sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi
untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. 5 Menurut Joan L.
Herman & Cs, 1987, Evaluator’s Handbook, ialah segala sesuatu yang
3
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2011), h. 7.
4
Nana Mintarti, dkk., Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indikator bagi
Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni
2009), h. 23.
5
Ibid., h.17.
22
dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau
pengaruh.6
2. Desain Evaluasi
Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan
rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh
informasi dengan presisi yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara
tepat dan tujuan evaluasi dapat dicapai. Menurut Rowley seperti yang dikutip
oleh Wirawan, desain penelitian merupakan logika yang menghubungkan
data yang akan dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan yang harus ditarik
ke arah pertanyaan-pertanyaan dari studi, desain penelitian memastikan
terjadinya perpaduan. Cara lain memandang suatu desain penelitian adalah
melihatnya sebagai rencana tindakan untuk memperoleh dari pertanyaan
kesimpulan. Desain penelitian harus memastikan adanya pandangan yang
jelas apa yang harus dicapai.7
3. Model Evaluasi Program
Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, seperti telah disinggung
terdahulu, Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert mengemukakan tiga
tipe evaluasi guna mengawasi suatu program secara lebih seksama, yaitu :
1) Evaluasi Input, memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam
suatu pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (variabel) utama yang
6
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008) h. 9.
7
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, h. 147.
23
terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf, dan program. Pietrzak
dan kawan-kawan menjelaskan bahwa variabel klien meliputi
karakteristik demografi klien, seperti: susunan (konstelasi) keluarga
dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi
aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan staf, dan
pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu,
seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan
yang tersedia. Dalam kaitan dengan evaluasi input program, Pietrzak,
et.al mengemukakan 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri
maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut adalah (1) tujuan dan
objektif; (2) penilaian terhadap kebutuhan komunitas; (3) standar dari
suatu praktek yang terbaik; dan (4) biaya per unit layanan.
2) Evaluasi Proses, menurut Pietrzak, et.al memfokuskan diri pada
aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien
dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari
pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan
analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam
upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis
harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti: „standar praktek
terbaik‟ (best practice standard), kebijakan lembaga, tujuan proses
(process goals) dan kepuasan klien.
3) Evaluasi Hasil, menurut Pietrzak, at.al diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap
24
penerima layanan (recipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam
evaluasi ini adalah: Bila suatu program telah berhasil mencapai
tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah
ia menerima layanan tersebut ? Berdasarkan pertanyaan ini seorang
evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu
program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai
dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program =
programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari
klien (berorientasi pada klien = client oriented).8
4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Program
Tujuan utama dari suatu kegiatan evaluasi adalah untuk membuat
keputusan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tylor yang dikutip oleh
Sudaryono bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “mengembangkan suatu
kebijakan yang bertanggung jawab mengenai pendidikan”. Popham
menyatakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan yang
lebih baik”. Mehrens dan Lehmann mengemukakan pendapatnya bahwa
tujuan evaluasi ialah untuk “membantu kita membuat keputusan”. Bahkan
jauh sebelumnya, Cronbach sudah secara tegas menyebutkan bahwa tujuan
evaluasi ialah untuk “membuat keputusan”.9
8
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 128-129.
9
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) h. 50
25
Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu
dilakukan :
1) Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
2) Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program.
3) Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.
4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat
program itu sendiri.
5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.
6) Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup
masuk akal.
7) Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola
kegiatan program secara lebih baik.
8) Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik.
9) Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang
lebih luas.
26
10) Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena
memberikan
kesempatan
untuk
mendapatkan
masukan
dari
masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.10
5. Indikator Evaluasi Program
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk
suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto
Adi, mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan.
Indikator dibawah ini adalah sembilan indikator yang paling sering
digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan :11
1) Indikator Ketersediaan (Indicators of Availability). Indikator ini
melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu
benar-benat ada. Misalnya, dalam suatu program pembangunan sosial
yang menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang
terlatih untuk menangani sepuluh rumah tangga, maka perlu di cek
apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.
2) Indikator Relevansi (Indicators of Relevance). Indikator ini
menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang
teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu
program pemberdayaan perempuan pedesaan di mana diperkenalkan
kompor
10
teknologi
terbaru,
tetapi
ternyata
kompor
tersebut
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 127-128.
11
Ibid, h. 130-132.
27
menggunakan
lebih
banyak
minyak
tanah
ataupun
kayu
dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan.
Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini
dapat
dikatakan
kurang
relevan
untuk
diperkenalkan
bila
dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan.
3) Indikator Keterjangkuan (Indicators of Accessibility). Indikator ini
melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam
„jangkuan‟ pihak-pihak yang membutuhkan. Misalnya saja, apakah
puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk
melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, di
mana sebagian besar warga desa dapat dengan mudah datang ke
Puskesmas. Atau, apakah suatu Posko Bencana Alam berada dalam
jangkauan dari korban bencana tersebut.
4) Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation). Indikator ini
melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh
pihak pemberi layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok
sasaran. Misalnya saja, seberapa banyak PUS (pasangan usia subur)
yang
memanfaatkan
layanan
jasa
Puskesmas
dalam
upaya
meningkatkan KB mandiri. Atau, berapa banyak anak jalanan yang
mengikuti kegiatan belajar baca tulis dari sekian banyak anak jalanan
yang belum bisa membaca dan menulis.
5) Indikator
Cakupan
(Indicators
of
Coverage).
Indikator
ini
menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan
28
menerima layanan tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang
menerima bantuan dana kemanusiaan untuk mengatasi masalah
kemiskinan dari sekian banyak orang-orang miskin di suatu desa.
6) Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini menunjukkan
standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.
Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi
Pelayanan Masyarakat
(Human Service Organization) sudah
memenuhhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan dan sikap
empati terhadap klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam
proyek tersebut.
7) Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini menggambarkan
berapa banyak upaya yang sudah „ditanamkan‟ dalam rangka
mencapai tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak
sumber daya manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan
guna membangun sarana transportasi antar desa.
8) Indikator
Efisiensi
(Indicators
of
Efficiency).
Indikator
ini
menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan
guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna mencapai
tujuan di manfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak
memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.
Misalnya saja, suatu layanan yang bisa dijalankan dengan baik
dengan hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu
dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan
29
untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang
dilakukan maka yang akan terjadi adalah underemployment
(pengangguran terselubung).
9) Indikator Dampak (Indicators of Impact). Indikator ini melihat
apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu
perubahan
di
masyarakat.
Misalnya
saja,
apakah
setalah
dikembangkan layanan untuk mengatasi kemiskinan selama tiga
tahun di suatu desa, maka angka penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan sudah menurun.
B. Rehabilitasi Sosial
1. Pengertian Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses dan atau rangkaian kegiatan
terencana untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan atau sosial dengan
kriteria dan sasaran jelas dan terfokus, dilaksanakan dengan pendekatan
analitik,
berdasarkan
suatu
proses.
Mencakup
fungsi
pencegahan,
pengembangan kemampuan, penyembuhan masalah, pemulihan peran sosial,
perlindungan dan keterpaduan dengan sistem layanan lainnya.12 Rehabilitasi
sosial adalah proses pemberian pelayanan bimbingan dan pembinaan fisik,
mental, sosial, keterampilan dan pendidikan.13
12
Alit Kurnisari dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putra
(Jakarta: P3KS Press, 2009) h. 13.
13
Sarino, dkk., Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di
PSMP Handayani Jakarta (Jakarta : 2007), h. 6.
30
C. Anak Berhadapan Dengan Hukum
1. Pengertian Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum
Undang-undang No. 23 tahun 2002, tentang Perlindungan anak
menjelaskan bahwa “Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum
menikah”. Menurut pedoman penanganan anak berkonflik hukum, Yanrehsos
Depsos membatasi anak berkonflik hukum adalah anak yang telah berkonflik
dengan hukum dan berdasarkan hasil penyidikan/pemeriksaan membutuhkan
pembinaan di panti sosial. Berdasarkan batasan tersebut artinya anak telah
melakukan tindakan melanggar hukum. Dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang
peradilan anak menyebutkan bahwa anak nakal sebagai anak yang melakukan
tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang
bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut
peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Berdasarkan definisi tersebut, pemahaman anak berkonflik
hukum dapat dianalogkan dengan anak nakal.
Menurut Beijing Rules, peraturan minimum Standar PBB mengenai
Administrasi Peradilan bagi Remaja dalam peraturan 2.2 adalah:
a. Seorang anak atau orang muda yang menurut sistem hukum masingmasing dapat diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara
yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa.
b.
Suatu pelanggaran hukum adalah pelaku apapun (tindakan atau
kelalaian) yang dapat dihukum menurut sistem hukum masing-masing.
31
c.
Seorang pelanggar hukum berusia remaja adalah seorang anak atau
orang muda yang diduga telah melakukan atau yang telah melakukan
suatu pelanggaran hukum.
Menurut pekerjaan sosial, anak nakal adalah anak yang mengalami
kesulitan penyesuaian diri yang menyebabkan melanggar hukum, sulit dididik
dalamm keluarga dan dapat membahayakan orang lain.14
2. Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum
a. Kenakalan dengan taraf ringan seperti kadang berbohong, malas, suka
bolos sekolah, bermain melampaui batas waktu.
b. Kenakalan dengan taraf sedang seperti melawan orang tua, mencoba
mencuri di lingkungan keluarga, merokok bagi siswa SLB-E, mencoba
minum minuman keras, selalu berbohong, jarang pulang ke rumah
(keluyuran tanpa batas waktu).
c. Kenakalan dengan taraf berat, antara lain minum-minuman keras, ganja
(narkotika), malak, mencuri, sering melakukan perkelahian.
d. Kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum:
a) Anak yang melakukan tindak pidana baik menurut Undang-undang
maupun peraturan pemerintah atas putusan hakim menjalani pidana
di Lapas.
b) Anak Negara berdasarkan putusan hakim diserahkan kepada negara.
14
Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Penanganan Anak Berkonflik Hukum, (Jakarta:
Puslitbang Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial, 2007), h. 11-12.
32
c) Anak Sipil atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh
penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas.15
3. Penyebab Anak Berhadapan Dengan Hukum
Permasalahan anak yang timbul tidak lepas dari faktor keluarga dan
lingkungan dimana klien bertempat tinggal antara lain:
1) Ketelantaran fisik (physical neglect), hal ini berkaitan sekali dengan
tingkat pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan,
dan tempat tinggal.
2) Ketelantaran emosional (emotional neglect), halm ini berkaitan dengan
kasih sayang, perawatan dan kepengasuhan.16
Jadi Evaluasi Program adalah suatu penilaian apakah suatu rencana
kegiatan atau kegiatan yang sedang berjalan dapat dikatakan berhasil atau
gagal
dengan
beberapa
metode
sistematik
untuk
mengumpulkan,
menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar
mengenai program. Model Evaluasi Program yang peneliti gunakan yaitu
Model Evaluasi menurut Pietzrak yang dimana terdiri dari evaluasi input,
proses dan hasil. Untuk memberikan penilaian terhadap Terapi Psikososial di
Rumah Antara, peneliti menggunakan indikator relevan dalam evaluasi input,
yang dimana indikator tersebut menilai apakah pelayanan yang diberikan tepat
atau tidak. Indikator efisien peneliti terapkan dalam evaluasi proses, yang
15
Sarino, dkk., Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di
PSMP Handayani Jakarta (Jakarta : 2007), h. 17-18.
16
Ibid., h. 18-19.
33
dimana menunjukkan bahwa suatu program yang sedang dilaksanakan tidak
terjadi pemborosan sumber daya manusia, dan waktu pelayanan yang
diberikan pun tepat guna. Kemudian untuk evaluasi hasil, peneliti
menggunakan indikator dampak untuk mengetahui bahwa pelayanan yang
diberikan membawa perubahan pada penerima manfaat di Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani. Adapun alasan peneliti melakukan evaluasi
terhadap Terapi Psikososial di Rumah Antara yaitu melihat apakah tujuan dari
Terapi Psikososial sudah tercapai, memperbaiki kekurangan yang terdapat di
Terapi Psikososial, dan meningkatkan perencanaan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Tabel 2.1.
Kerangka Penelitian
Evaluasi
Program Indikator
Terapi Psikososial
Relevan
Input :
1) Klien
2) Staff
3) Program
Proses :
1) Pelaksanaan terapi
yang
dilakukan
oleh Pekerja Sosial
Output :
1) Dampak
yang
dirasakan
oleh
penerima manfaat
Indikator
Efisien
Indikator
Dampak



BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Sejarah
Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP) Jakarta Timur,
Profil Rumah Antara, Visi dan Misi, Falsafah Lembaga, Struktur
Organisasi, Program Pelayanan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani,
Jangkauan Layanan, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Pola
Pendanaan,dan Kemitraan Dengan Pihak Luar.
A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani
Berawal
pada
tahun
1957,
di
mana
semakin
maraknya
permasalahan cross boys dan cross girls di masyarakat, mendorong
Departemen Sosial mendirikan suatu Camp bernama Pilot Proyek Karang
Taruna Marga Guna dengan Surat Keputusan Kepala Jawatan Pekerja
Sosial Nomor : 3/BUL-DJPS-A/62 yang diresmikan tanggal 21 Desember
1959. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-249/4479 tanggal 30 Oktober 1965 ditetapkan menjadi Pilot Proyek Taruna
Loka Marga Guna. Pilot proyek ini terdiri dari Taman Rekreasi Sehat
Anak-anak Dwikora, Observation Home untuk anak-anak mogol (drop
out), serta Usaha Kesejahteraan Wanita/gadis-gadis desa/LSD.
Pada periode berikutnya dikeluarkan Surat Keputusan Menteri
Sosial No. HUK 3-1-48/144 tanggal 7 Oktober 1968, yang menetapkan
proyek tersebut menjadi Panti Anak Tuna Sosial Wisma Handayani,
Sanggar Rekrasi Sehat Ade Irma Suryani, Pusat Perkemahan Remaja
(termasuk pramuka) dari jakarta dan sekitarnya, serta Pusat Pendidikan,
34
35
Kursus-kursus dan Upgrading petugas Direktorat Jenderal Kesejahteraan
Anak, Keluarga dan Masyarakat Departemen Sosial. Melalui Rapat Dinas
Staf Direktorat Kesejahteraan Anak dan Taruna dengan staf Pilot Proyek
Taruna Loka Marga Guna tanggal 18 Oktober, 30 Oktober dan 5
November 1971, dihasilkan suatu keputusan bahwa mulai tanggal 1
Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi :
1. Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai
kegiatan pokok
2. Pelayanan umum (community service) sebagai kegiatan suplementer
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 1975
yang salah satunya melahirkan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial di
dalam Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Departemen
Sosial, maka nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial dirubah menjadi
Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal (PRAN) Wisma Handayani. Tahun
1983 secara resmi PRAN Wisma Handayani dialihkan statusnya dari
pengolahan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit
Pelaksana Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.
Pada tahapan terakhir, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal
Bina
Rehabilitasi
Sosial
Departemen
Sosial
RI
Nomor
:
06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Menteri
Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan
penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani
berubah menjadi Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
36
Sejak berdiri tahun 1968 hingga tahun 2011, PSMP Handayani
telah menangani lebih dari 4.000 anak yang mengalami penyimpangan
perilaku, terutama penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku
baik yang masuk ke dalam kategori anak nakal dan anak yang berhadapan
dengan hukum (AN dan ABH).1
B.
Rumah Antara
Pada
awalnya
PSMP
Handayani
dibentuk
untuk
menjawab
permasalahan-permasalahan anak nakal yang belum berhadapan hukum
dengan variasi masalah yang masih ringan, berkisar membolos, merokok
ataupun mencuri di dalam keluarga. Namun dengan perkembangan zaman
maka permasalahan anak semakin komplek. Melihat semakin banyak anak
yang kenakalannya sampai pada proses hukum, dan penjara bukan
merupakan tempat yang baik bagi anak, maka sasaran garapan tidak hanya
pada anak dengan kenakalan rujukan orang tua/masyarakat namun rujukan
putusan pengadilan maupun rujukan sementara menunggu proses hukum.
Rumah Antara merupakan salah satu program yang penting dalam
meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat ABH,
yang memiliki latar belakang yang sangat komplek permasalahannya.
Rumah Antara adalah rumah pensterilan bagi anak yang didatangkan dari
putusan pengadilan maupun rujukan. Rumah Antara dibentuk guna untuk
melakukan penyembuhan fisik, observasi terhadap pola perilaku dan
memberikan terapi sosial kepada penerima manfaat ABH baik yang
1
Data diambil dari File yang diberikan oleh Pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
pada tanggal 12 Mei 2014
37
putusan pengadilan maupun rujukan sementara guna menunggu proses
hukum berjalan. Dengan adanya Rumah Antara penerima manfaat dapat
berkurang traumatisnya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial sehingga siap mengikuti proses program rehabilitasi selanjutnya.
Adapun jenis-jenis terapi yang akan digunakan namun disesuaikan dengan
kondisi penerima manfaat antara lain :
1) Terapi Psikososial, dalam terapi psikososial bertujuan untuk mengenal
diri, memahami, mengevaluasi dan mencari solusi. Ada 5 perubahan
perilaku yang dapat dilakukan antara lain :
a. Cognitive change, berkaitan dengan pola pikir, rencana hidup
maupun kecerdasan ABH, karena biasanya pola pikir penerima
manfaat masih belum matang, seperti tidak bisa membedakan mana
yang baik dan buruk untuk dirinya. Selain itu juga tidak dapat
memikirkan dampak selanjutnya setelah penerima manfaat sudah
melakukan hal tersebut.
b.
Emotive change, berkaitan dengan emosional ABH, pada umumnya
ABH memiliki kondisi emosional yang kurang stabil, seperti emosi
penerima manfaat suka bergejolak dan terkadang cenderung
memberontak, seperti tidak dapat mengontrol dirinya, sulit untuk
bekerja sama, terjadi pemberontak jika dilarang.
c.
Behavior change, berkaitan dengan perubahan perilaku pada ABH,
yang biasanya penerima manfaat melakukan penyimpangan tingkah
laku,
seperti
merokok,
menggunakan
narkoba,
melakukan
hubungan suami isteri diluar nikah, dan sebagainya. Perubahan
38
perilaku ini snagat dipengaruhi oleh emosi penerima manfaat yang
stabil
d. Environmental
mendukung
change,
terjadinya
berkaitan
masalah
dengan
maupun
lingkungan
yang
yang
mendukung
terjadinya perubahan terhadap perilaku normatif ABH.
e. Relief
from
suffering,
berkaitan
dengan
pembebasan
tekanan/penderitaan pada diri ABH, karena biasanya penerima
manfaat memiliki trauma pada proses penangkapan ataupun ketika
penerima manfaat mendekam dibalik jeruji.
Beberapa contoh terapi psikososial :
a. Abreaction atau Chatarsis. yaitu terapi berupa lepasnya emosi yang
intens yang diikuti dengan terungkapnya suatu emosi yang
bersifat traumatic dengan tujuan tercapainya suatu resolusi.
Pelaksanaan Terapi ini dengan cara meluapkan emosinya lewat
menulis dalam bentuk naratif, dan bisa juga dengan cara face to
face dengan memancing emosi negative agar keluar.
b. Terapi Realitas. terapi ini bertujuan untuk membangkitkan
komitmen akan realitas dirinya, dan meningkatkan tanggung
jawab melalui kesadaran penerima manfaat akan realitas dirinya.
Dalam pelaksanaannya sebagai berikuti :
a) Minta anak untuk mengungkapkan keinginan, harapan, atau
cita-cita secara spesifik, bergantian dengan peksos. (want)
b) Minta anak untuk mengutarakan apa-apa yang telah mereka
lakukan selama ini. (doing)
39
c) Minta anak untuk mengutarakan apa-apa yang telah mereka
lakukan selama ini yang mendukung ataupun merugikan
pencapaian keinginan secara spesifik. (evaluation)
d) Minta anak untuk mengutarakan apa yang mereka lakukan
untuk mewujudkan keinginan, harapan atau cita-cita secara
spesifik. (planning)
e) Minta anak untuk berjanji pada dirinya dan pada terapis
secara spesifik untuk melakukan apa yang mendukung
pencapaian keinginan. (commitment)
c. Sharing Feeling, terapi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
emosi penerima manfaat pada hari ini, dengan cara menceritakan
kegiatan penerima manfaat hari ini dengan diiringi dengan
perasaannya setelah melakukan kegiatan-kegiatan di Rumah
Antara, selain itu juga penerima manfaat diminta untuk
menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan teman-teman di
Rumah Antara. Diterapi ini Pekerja sosial juga memberikan
bimbingan rohani seperti ceramah agar penerima manfaat lekas
bertaubat, tidak merasa terpukul dengan kesalahan yang telah
diperbuatnya, dan termotivasi untuk berubah menjadi pribadi yang
lebih baik.
d. Terapi Kognitif, terapi ini bertujuan agar terbentuknya pola pikir
penerima manfaat menjadi matang atau lebih dewasa, dalam
pelaksanaan terapi dengan cara menonton film-film inspirasi yang
dapat memotivasi penerima manfaat untuk berubah menjadi lebih
40
baik, selain menonton film dengan memberikan stimulus seperti
memberikan cerita yang dapat memotivasi penerima manfaat.
e. Terapi EFT (Emotional Freedom Technique) yaitu suatu teknik
terapi untuk membersihkan emosi negatif melalui proses
penyelarasan energi tubuh dengan penyadaran dan penerimaan
emosi. Pelaksanaan dari terapi ini yaitu dengan cara melakukan
taping atau ketukan pada bagian titik tubuh seperti di alis,
samping mata, dan bagian atas dada dengan diiringi menentukksn
masalah atau emosi negative yang dirasakan. Contohnya “saya
sadar bahwa saya trauma dengan kekerasana yang dilakukan
dipenjara, dan saya terima trauma saya ini”. Sambil mengucap,
tangan menekan titik tubuh dengan mengetuk dua ujung jari
kebagian titik tersebut.
2) Terapi Olahraga, terapi olahraga diarahkan pada kegiatan membangun
kekuatan fisik ABH, pada terapi olahraga biasanya dilakukan in door
maupun out door. In door bisa berupa tenis meja, karambol maupun
catur, sedangkan out door jogging.
3) Terapi Mix Farming, terapi ini merupakan terapi yang sudah
dilaksanakan di PSMP Handayani, biasanya digunakan untuk
memberikan sanksi kepada penerima manfaat yang melanggar aturan
yang berlaku. Terapi ini menggunakan mediasi menanam pohon,
mulai dari menyiapkan lahan, menanam, merawat hingga tanaman
tersebut
berbuah.
menjelaskan
proses
Dengan
memberikan
menanam
dengan
pendampingan
mengibaratkan
untuk
dirinya
41
(manusia), manusia akan tumbuh dan berkembang dengan baik maka
perlu perawatan dengan baik dan juga menanamkan rasa tanggung
jawab pada ABH. Dalam pelaksanaan mix farming di Rumah Antara
dilaksanakan dengan menggunakan lahan sempit (pot) atau pollybag
yang berada di halaman Rumah Antara dengan tanaman hasil panen
yang memerlukan waktu pendek seperti cabe, tomat, bunga atau yang
dapat di tanam pada media yang mudah perawatannya.
4) Terapi Role Model, terapi ini akan menggunakan contoh dengan
menggunakan penerima manfaat ABH yang telah berhasil karena
mampu mengikuti proses rehabilitasi dengan baik.
5) Terapi Vokasional, terapi ini diarahkan pada keterampilan yang
membutuhkan waktu yang singkat dan mudah untuk dilaksanakan
oleh ABH. Selain untuk pengisian waktu luang bagi ABH juga
dimaksudkan ABH memiliki keterampilan yang dapat membantu
kemandirian ABH apabila kembali pada keluarga, seperti service HP,
pembuatan gantungan baju dari sisa kabel listrik ataupun pemisahan
karet dengan benangnya. Pada keterampilan vokasional ini selain
memerlukan waktu yang singkat juga memiliki nilai ekonomis bila
dipasarkan.
Rumah Antara menjadi syarat proses penerimaan penerima manfaat
(klien), jadi penerima manfaat yang baru tidak langsung ditempatkan di asrama
reguler dengan penerima manfaat yang sudah lebih dulu berada di panti, hal ini
dikarenakan untuk mencegahnya penerima manfaat yang baru memberi pengaruh
buruk
yang
kuat
terhadap
penerima
manfaat
yang
lama
seperti
42
mentransformasikan perilaku buruk yang didapatkannya dari LAPAS, selain itu
juga mencegah supaya tidak menularkan penyakit kulit.. Untuk jangka waktu
penerima manfaat di Rumah Antara yaitu dari perilakunya, Pekerja Sosial akan
memberikan waktu selama 2 minggu untuk berperilaku baik selama di Rumah
Antara, jika penerima manfaat dapat berperilaku baik, Pekerja Sosial akan
mencoba mengikutinya ke kelas bimbingan sosial, lalu jika dalam 1 minggu uji
coba ke kelas bimbingan sosial menunjukkan sikap yang positif, Pekerja Sosial
akan mengikutinya ke kelas salah satu keterampilan seperti las, mesin pendingin,
dan otomotif. Jika penerima manfaat dapat menunjukkan sikap yang positif,
penerima manfaat akan ditempatkan di asrama reguler dan melanjutkan
rehabilitasi sosial yang diberikan PSMP Handayani.2
C. Tujuan, Visi dan Misi Panti
1. Tujuan
Tujuan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial AN/ABH di PSMP
Handayani secara umum adalah pulihnya kepribadian, sikap mental,
dan kemampuan AN/ABH sehingga mampu melaksanakan fungsi
sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan
lingkungan sosialnya.
2. Visi
“Menjadi mitra terbaik masyarakat dalam perlindungan sosial bagi
anak nakal dan anak berhadapan dengan hukum di Indonesia”
2
Wawancara, Dra. Sri Musfiah Pada Tanggal 14 Mei 2014
43
3. Misi
1. Memberikan pelayanan secara profesional
2. Membangun sumber daya manusia pegawai profesional
3. Penguatan lembaga sebagai pusat kajian dan model penanganan
langsung
4. Memperluas jaringan sosial dan mempertegas kemitraan strategis
5. Penguatan
partisipasi
keluarga,
masyarakat,
dan
komunitas/Orsos/LSM3
D. Falsafah Lembaga
Landasan hukum :
1) Undang-undang No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan –ketentuan
pokok Kesejahteraan Sosial.
2) Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
3) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan dan belum menikah.
4) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.
5) Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1988 Tentang UKS bagi Anak
yang bermasalah.
6) Kesepakatan bersama antara Direktur Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI dengan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
3
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
pada tanggal 12 Mei 2014
44
tentang
Pelayanan
dan
Rehabilitasi
Sosial
Anaka
Didik
Pemasyarakatan.4
4
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
pada tanggal 12 Mei 2014.
45
E. Struktur Organisasi
Daftar gambar 3.1.
Struktur Organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani5
KEPALA PANTI
Drs. Agus Hizbullah M.Si
KASUB BAGIAN TATA USAHA
Sugito. S.Pd
KASI REHABILITASI SOSIAL
KASI PROGRAM DAN ADVOKASI
SOSIAL
Dra. Dewi Kania
Syafri.Edi AKS,M.Si
KOORDINATOR PEKERJA SOSIAL
Dra. Sri Musfiah
KOORDINATOR INSTALANSI
PRODUKSI
Sarwiji S.An
5
Data diambil Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada tanggal 12 Mei 2014.
46
1. Deskripsi Pekerjaan
Struktur organisasi PSMP Handayani terdiri dari Kepala
Panti, Subbag Tata Usaha, Kasi PAS dan Kasi Rehabilitasi Sosial
serta jabatan Fungsional dengan tugas-tugas :
1) Kepala panti, tugasnya melaksanakan tugas-tugas manajerial
dan teknis operasional pelayanan rehabilitasi sosial sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Sub Bagian Tata Usaha, tugasnya mencakup persiapan sarana
dan prasarana pelayanan seperti sarana fisik (makan) klien,
sarana dan prasarana keterampilan.
3) Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), tugasnya
melakukan persiapan perencanaan program dan advokasi
baik program yang berkaitan dengan operasional perkantoran
maupun program rehabilitasi sosial secara keseluruhan.
4) Seksi Rehabilitasi Sosial, tugasnya melakukan bimbingan
rehabilitasi sosial langsung dengan klien. Bimbingan yang
dilaksanakan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan
keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
5) Koordinator Pekerja Sosial, tugasnya yang mendistribusikan
tugas, wewenang, peran, dan fungsi sistem pelaksana
intervensi pekerja sosial.
47
6) Instalasi Produksi yang tugasnya memberikan keterampilan
kepada anak-anak taruna dengan 3 bidang keterampilan
(AC/pendingin,las, dan otomotif).6
2. Pola Pengambilan Keputusan
Pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani yaitu bersifat top-down, Kalau secara
strategisnya hanya melihat dari atas, di mana semua kebijakan
keputusan berada di tangan kepala panti. Lalu untuk alur
pengambilan keputusan pelayanan mengenai anak melalui sistem
non directif, karena keputusan tidak langsung diajukan ke kepala
panti, tetapi terlebih dahulu keputusan diputuskan oleh kepala seksi
program dan advokasi sosial dan rehabilitasi sosial.7
6
Data diambil dari File yang diberikan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani pada
tanggal 12 Mei 2014.
7
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I..
48
F. Program (Mulai Dari Perencanaan, Merencanakan, Pelaksanaan,
Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga)
Daftar gambar 3.2.
Program Pelayanan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani8
 Masyarakat
 Lapas anak
 Bapas
PENDEKATAN
PSMP
HANDAYANI
INTAKE PROSES

Penerimaan
 Sosialisasi

Pengasramaan
 Program

Orientasi
AWAL
 Pelayanan panti
INTERVENSI
 Bimbingan
fisik
 Bimbingan
materi
 Bimbingan
sosial
 Bimbingan
sekolah
 Bimbingan
psikososial
 Bimbingan
keterampilan
 Bimbingan
belajar kerja

ASSESMENT
Pengumpulan data
Pengumpulan
masalah
Identifikasi
kebutuhan 2
Identifikasi potensi
sumber
observasi
RESOSIALISASI
PENYALURAN
 Sosialisasi
 Kembali
terhadap
ke
RENCANA
INTERVENSI
 Penempatan klien
 Sosialisasi
 Melanjutkan
terhadap
sekolah
masyarakat
 Sosialisasi
Sekolah

Keterampilan
 Bimbingan sosial

Individu

kelompok
PEMBINAAN
LANJUT

keluarga
keluarga



BIMBINGAN
KELUARGA
BIMBINGAN
LANJUT
BIMBINGAN
BENGKEL
bekerja
terhadap dunia
usaha
TERMINASI



8
KLIEN DIRUJUK KE
INSTALANSI LAIN
KLIEN KELUAR
SENDIRI/DIAMBIL
ORANGTUANYA
KLIEN SELESAI
MENGIKUTI
PROGRAM
PELAYANAN
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
pada tanggal 14 Mei 2014..
49
Penjelasan program pelayanan sosial yang ada di PSMP-H :
Peneriamaan :
a) Seleksi
b) Assesment sosial dan Vokasional
Bimbingan Fisik yang diberikan diprogram pelayanan sosial di
PSMP-H :
a) Pelayanan Gizi
b) Pelayanan Kesehatan
c) Olahraga
Bimbingan Mental yang diberikan diprogram pelayanan sosial
di PSMP-H :
a) Bimbingan Rohani
a. Sholat/kebhaktian
b. Ceramah Agama
c. Pengajian Al-Quran
d. Perayaan hari besar agama
b) Outbond
c) Mental,Fisik, Disiplin (MFD)
Bimbingan Sosial yang diberikan di program pelayanan sosial di
PMP-H :
a) Morningg meeting
b) Static Group
c) Encounter
50
d) Hair cut
e) Konseling
Bimbingan Keterampilan yang diberikan diprogram pelayanan
sosial di PSMP-H :
a) Taruna dan siswa sekolah
b) Luar Biasa Klasifikasi-E
c) Otomotif motor
d) Las
e) Pendingin
f) Mengetik/ komputer
g) Kesenian (Band dan Reog)
h) Hasta karya
i) Pertanian (Mix farming)
1. Perencanaan
Perencanaan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani (PSMPH) semua dirancang oleh bidang
Pelayanan dan Advokasi Sosial (PAS) yang bekerjasama oleh bidang
Rehabilitasi Sosial (Rehsos). Segala perencanaan program kegiatan ini
mengacu pada kebutuhan yang dibutuhkan oleh klien (klien). Dalam
pemberian perencanaan, PSMP-Handayani melaksanakan perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:
PSMP-Handayani
tidak
mentargetkan
dalam
memberikan
pelayanan, karena PSMP-Handayani melihat kondisi prilaku yang ada,
bimbingan keterampilan itu hanya sebagai penunjang saja, dan
51
perencanaan itu tergantung dari status anak dahulu. Anak melalui
proses titipan, anak melalui proses hukum/pengutusan pengadilan dan
anak melalui proses masyarakat. Ketiga status tersebut mempunyai
perencanaan jangka pendek dan panjang yang berbeda-beda.
1) Anak yang melalui proses titipan : jangka pendeknya adalah anak
bisa mengikuti proses hukum, kalau titipan adalah 7 hari di tambah
8 hari di tambah 15 hari jadi 30 hari, ketika kontrak pelayanannya
hanya 12 hari yasudah 12 hari itu lah jangka pendeknya, tetapi
PSMPH juga bisa memberikan perpanjangan, sampai 30 hari. bisa
dengan sistem perlindungan perizinan anak, ada juga anak yang satu
bulan tetapi karena ia harus sekolah, anak harus menunggu sampai
proses sekolah selesai dan terdapat perubahan perilaku.
2) Anak yang melalui putusan pengadilannya/proses hukum PSMPH
melihat kondisi perkembangan, jangan pendeknya : anak merasa
nyaman berada disini, dan terdapat perubahan prilaku, Dan anak
yang diberikan pelayanan untuk tinggal di PSMPH juga bisa 6,7,9
bulan/mungkin 1 tahun, dan itupun juga melihat dari kondisi
perkembangan masing-masing, kalau anak itu bisa 3 bulan
menunjukan prilaku yang membaik anak dapat dipulangkan
kerumah. Prosesnya dilihat dari perubahan prilakunya, anak tidak
bisa berubah drastis secara cepat, tetapi bertahap. jangka
panjangnya : mengikuti sampai dengan tuntas dan sampai ikut
praktek belajar kerja (PBK) dsb,
52
3) Anak melalui proses masyarakat jangka pendeknya : nyaman
dahulu di PSMP-Handayani, anak menunjukan perubahan prilaku
yang baik, kalau si anak masih bersekolah minimal 1 tahun anak di
PSMPH, dan apabila anak sudah menunjukan perilaku apabila anak
sudah berfungsi sosial dengan baik anak dapat dikembalikan tetapi
dilihat dahulu apakah lingkungan sudah mendukung untuk anak
dikembalikan
dan
memastikan
bahwa
anak
mendapatkan
perlindungan dengan baik.9
Dalam pengambilan keputusan di Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani menggunakan sistem bottom-up, di mana program-program
untuk anak di bidang keterampilan dibuat oleh kepala seksi Instalansi
Produksi lalu diajukan kepada kepala program dan advokasi sosial dan
kepala rehabilitasi sosial setelah itu dirapatkan bersama dengan divisidivisi lain, kemudian disusun oleh PAS untuk disetujui oleh kepala panti.
Lalu
kepala
panti
akan
mengajukan
kepada
Direktorat
Jendral
Kementerian Sosial. Kemudian yang bertanggung jawab untuk membuat
program-program bimbingan sosial adalah supervisor pekerja sosial,
selanjutnya supervisor pekerja sosial mengajukan program tersebut kepada
kepala seksi program advokasi sosial dan rehabilitasi sosial setelah itu
dirapatkan bersama-sama dengan divisi-divisi lain, kemudian disusun oleh
PAS untuk disetujui kepala panti dan kepala panti mengajukan kepada
Direktorat Jendral Kementerian Sosial.10
9
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I..
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
10
53
G. Jangkauan Layanan
PSMP Handayani memiliki jangkauan layanan di Indonesia bagian
barat tepatnya di Pulau Sumatera, dan Jawa.11 Deskripsi target layanan
yang dimiliki PSMPH adalah anak-anak normal/mal function, dengan
deskripsi sebagai berikut :
Pengertian Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum adalah anak yang
telah
berkonflik dengan hukum dan berdasarkan hasil penyidikan/
pemeriksaan membutuhkan pembinaan di panti sosial.12
Anak nakal/anak yang berhadapan dengan hukum yang dapat diberikan
pelayanan memiliki dua klasifikasi rujukan (1.) rujukan dari keluarga,
tokoh
masyarakat,
pekerja
sosial
masyarakat,
lembaga
swadaya
masyarakat, organisasi sosial atau organisasi masyarakat lainnya, Dan (2.)
rujukan dari kepolisian, balai permasyarakatan (BAPAS), dan lembaga
permasyarakatan (LAPAS) Direktorat Jendral Permasyarakan Kementrian
Hukum dan HAM.
Sasaran garapan dalam penanganan anak nakal meliputi:
1) Anak/Remaja nakal yang dapat memperoleh pelayanan di PSMP
Handayani adalah mereka yang memenuhi persyaratan berikut (a)
berusia 10-15 tahun dan belum memperoleh pendidikan dasar 9
11
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
Drs.Rukijanto.PetunjukTekhnisPenangananAnakYangBerkonflikDenganHukum.Ditjen
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos RI(Jakarta:2007).Hal 5.
12
54
tahun. Bagi mereka diberikan pelayanan pendidikan setaraf SD dan
SLTP umum.
2) Anak/remaja nakal berusia 16–18 tahun dan minimal telah
menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Bagi mereka diberikan
bimbingan keterampilan kerja
3) Anak/remaja nakal yang berkonflik dengan hukum.Yaitu, mereka
yang sedang dalam proses penyelidikan polisi, sedang dalam proses
pengadilan jaksa penuntut umum, menjalani putusan hakim, dan usai
menjalani pidana anak.
4) Orang Tua Anak/Remaja nakal. Orangtua sebagai lingkungan
terdekat anak/remaja perlu dipersiapkan supaya mampu memberikan
daya dukung bagi tumbuh kembangnya potensi anak. Menghadapi
permasalahan anak/remaja nakal, orangtua diharapkan dapat
menciptakan kondisi yang dapat menghindarkan anak dari perilaku
nakal. Untuk mencapai hal itu maka PSMP Handayani melaksanakan
kegiatan motivasi dan konsultasi keluarga melalui home visit secara
berkala.
Syarat masuk/persyaratan masuk PSMPH :
1) Anak laki-laki/perempuan, umur 10-18 tahun, sehat fisik dan
mental.
2) Dinyatakan nakal/ berhadapan hukum atas dasar hasil seleksi
atau rujukan masyarakat/kepolisian, BAPAS/LAPAS/RUTAN
3) Bersedia mengikuti kegaiatan rehabilitasi sosial.
55
4) Kesediaan klien manfaat (klien) dan orangtua untuk menaati
program rehabilitasi sosial.
5) Jika masih aktif sekolah (kelas V S/D kelas III SLTP), harus
menyertakan raport terakhir/ijazah.
6) Lulus seleksi.13
H. Sumber Daya Manusia (Latar Belakang, Gender, Pengembangan
Kompetensi (Tersertifikasi), Pelatihan, Penilaian Kinerja)
1. Pembagian Kerja
Dalam sistem pembagian kerja Panti Sosial Marsudi Putra
Hanadayani menempatkan sesuai dengan lulusan para pegawai
lembaga, lulusan kesejahteraan sosial di tempatkan sebagai pekerja
sosial, lulusan keperawatan di tempatkan sebagai perawat di
poliklinik, lulusan IT di tempatkan sebagai instruktur komputer,
lulusan pendidikan di tempatkan menjadi guru di SLB-E, lulusan
administrasi menjadi pegawai di tata usaha, lulusan sosial di
tempatkan di PAS dan REHSOS, lulusan SMA sederajat di tempatkan
menjadi pengasuh, satpam, pramu saji.14
13
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani pada tanggal 12 Mei 2014.
14
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani pada tanggal 12 Mei 2014..
56
Tabel 3.1.
Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
No.
Pendidikan
Jumlah
1.
S2 Kessos
2 orang
2.
S1 Kessos
9 orang
3.
S1 Hukum
2 orang
4.
S1 Hubungan Internasional
1 orang
5.
S1 Bahasa Inggris
1 orang
6.
S1 Bimbingan Konseling
1 orang
7.
S1 Pendidikan Luar Biasa
1 orang
8.
S1 Pendidikan Luar Sekolah
1 orang
9.
D3
5 orang
10.
D2
1 orang
11.
SMA
7 orang
12.
SMK
10 orang
13.
SMP
2 orang
14.
SD
4 orang
Tabel 3.2.
Menurut Tupoksi
No. Tugas Pokok & Fungsi
Jumlah
1.
Pekerja Sosial & Pengasuh
11 orang
2.
Guru
5 orang
3.
Sub Bag Tata Usaha
25 orang
4.
Seksi Program & Advokasi
5 orang
5.
Seksi Rehabilitasi Sosial
2 orang
6.
Honorer (Instruktur, Satpam, Tukang Kebun, Juru Masak, 10 Orang
Pengemudi, Cleaning Service & Office Boy)
7
Sakti peksos
5 orang
57
2. Gender
Sesuai data 2013 jumlah staff Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani jumlah staffnya ada 52 orang, yang terdiri dari 18 orang
berjenis kelamin perempuan dan 34 orang berjenis kelamin laki-laki.15
Tabel 3.3.
Staff Menurut Gender
No.
Staff
Jumlah
1.
Staff laki-laki
34 Orang
2.
Staff perempuan
18 Orang
Total
52 Orang
3. Pengembangan Kompetensi Sifat (Tersertifikasi)
Para staff di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani semua staffnya
sudah tersertifikasi karena merupakan syarat dari Kementerian Sosial
RI.16
4. Pengembangan Profesi (Pelatihan)
Pengembangan profesi di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
ada pelatihan Kapasitas building juga diikutkan seperti pembuatan
assesment, intervensi pihak lembaga sudah melaksanakan. Para
pegawai dari pihak lembaga sudah diadakan setahun dua kali, tetapi
pelatihan dari pusat jarang sekali mengadakan pelatihan, dan tidak
semua pekerja sosial diikutkan hanya 1 dan 2 peksos saja. Terakhir
pelatihan pada tahun 2011. Kalau untuk pengasuh juga diadakan
15
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani pada tanggal 12 Mei 2014.
16
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I..
58
pelatihan pada saat sebelum dan pada masa mereka diangkat menjadi
pengasuh. Pelatihannya diadakan setahun dua kali.
1) Personalia dan Pengembangan SDM
Sumber daya manusia merupakan penggerak utama suatu
program. Dalam melaksanakan pelayanan sosial terhadap
anak/remaja nakal, diperlukan personalia dengan kualitas
yang cukup handal.
2) Pengembangan SDM
a. Menfasilitasi pegawai untuk melanjutkan studi melalui
program Tugas Belajar maupun program Ijin Belajar
sesuai dengan profesi dan bidang kerjanya, di dalam
maupun di luar negeri.
b. Memberikan kesempatan pegawai untuk dapat mengikuti
pelatihan pengembangan dari Pusat Pendidikan dan
Pelatihan
Kesejahteraan
Sosial,
Sekolah
Tinggi
Kesejahteraan Sosial Bandung.
c. Mengikutsertakan
pegawai
dalam
seminar
dan
workshop/lokakarya baik yang diselenggarakan oleh
internal kementrian maupun lembaga lain.
d. Studi banding ke instansi/UPT lain di lingkungan
Kementerian Sosial RI maupun Pemda.17
17
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani.
59
5. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dari atasan dilihat dari rapat evaluasi setiap enam
bulan sekali bukti kerja dari staff fungsional (peksos) yang langsung
diserahkan ke kepala panti, waktu dahulu pekerja sosial di bawah
fungsional Kepala panti, sekarang ada remonirasi yaitu tunjangan
kinerja, peksos madya dibawah kepala panti kalau peksos pertama
sampai terampil dibawah Program dan Advokasi Sosial
dan
Rehabilitasi Sosial, karena berkaitan dengan kebijakan, bukti kerja
juga mempengaruhi tunjangan kinerja (remonirasi).
Lalu Penilaian kerja yang dinilai dari anak-anak panti, sebagai
mendukung keberhasilan PSMPH,
diukur dari evaluasi program
pelayanan panti di akhir tahun dari semua lini. Bagaimana pelayanan
penerimaan, KBM (kegiatan belajar mengajar), permakanan, materi
keterampilan, pengasuhan setiap anak diberikan kuisioner dan disebar
ke masing-masing anak dan mereka yang menilainya.18
I. Sarana dan Prasarana
Sebagai panti percontohan, PSMP Handayani telah dilengkapi
berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung
proses pelayanan. Berbagai upaya pembenahan sarana dan prasarana terus
dilakukan agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi masyarakat. Beberapa sarana dan prasarana yang ada
tersebut adalah (1) sarana gedung yang cukup representatif; (2) sarana
18
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I..
60
peralatan yang sesuai dengan tuntutan jaman; dan (3) kondisi lingkungan
yang cukup nyaman, asri dan jauh dari kebisingan.19
Tabel 3.4.
Sarana dan Prasarana PSMP Handayani meliputi sebagai berikut:
19
No.
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1.
Gedung Kantor
1 unit
2.
Gedung Sekolah SLB-E
1 unit
3.
Ruang Peksos/Konsultasi
1 unit
4.
Ruang Keterampilan Otomotif Motor
1 unit
5.
Ruang Keterampilan AC
1 unit
6.
Ruang Keterampilan Las
1 unit
7.
Perpustakaan
2 unit
8.
Poliklinik
1 unit
9.
Wisma Tamu
1 unit
10.
Aula
1 unit
11.
Dapur Umum
1 unit
12.
Lapangan Volley
1 unit
13.
Ruang Data dan Informasi
1 unit
14.
Ruang Komputer
1 unit
15.
Mix Farming/Pertanian
1 unit
16.
Rumah Asuh
11 unit
17.
Rumah Dinas
13 unit
18.
Kendaraan Operasional Bis Roda 6
1 unit
19.
Kendaraan Operasional Roda 4
2 unit
20.
Kendaraan Operasional Roda 2
6 unit
21.
Rumah Antara
1 unit
Data diambil dari File yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani.
61
J. Pola Pendanaan
1. Sumber Anggaran
Pola pendanaan yang diterapkan pada Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani (PSMPH) yaitu dengan sistem anggaran pertahun dan dana
tersebut berasal dari APBN. Dana yang berasal dari pemerintah
sebesar
Rp
6.000.000.000.000,-
Panti
Sosial
Marsudi
Putra
Handayani, tidak mendapat bantuan dari donatur asing, kalaupun
dapat itu hanya berupa makanan saja. Uang APBN digunakan untuk
memenuhi segala kebutuhan anak selama setahun, teknis pelaksanaan
program, kegiatan operasional dan pemeliharaan lembaga, kegiatan
administrasi, dan untuk gaji karyawan honorer maupun pegawai
negeri sipil.20
2. Pembagian Keuangan (Kegiatan Penggalangan Hasil Keterampilan)
Para penerima manfaat di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani,
setiap kali diadakannya pemeran seperti menjual hasil keterampilan
(hasta karya) mereka diikutsertakan dalam menjual hasil keterampilan
tersebut, setiap hasil penjualan semua hasil penjualannya diberikan
kepada panti.21
K. Kemitraan Dengan Pihak Luar
1. Hubungan Eksternal (Pengakuan Masyarakat)
Pada saat awalnya pengakuan masyarakat akanPanti Sosial
Marsudi Putra Handayani belum banyak yang mengetahui, namun dari
pihak PSMP-H melakukan sosialisasi, koordinasi keluar dan dari
20
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
21
62
sosialisasi tersebut banyak masyarakat yang mengirimkan ABH/AN ke
PSMP-H.22
2. Kemitraan Dengan Pihak Luar Dampingan
Panti Sosial Marsudi Putra Handayani melakukan kemitraan luar
dampingan: 5 Kementrian, Polisi, LAPAS/BAPAS/RUTAN/P2TP2A,
Jaksa, Hakim, LIDO, PSBR, RPSA, RPSW, Gali Pakuan, KPAI.23
3. Komunikasi Dengan Kelompok Sejarah
Panti Sosial Marsudi Putra Handayani komunikasi dengan
kelompok sejenis dengan Mengadakan study banding dengan PSMP
sejenis di seluruh Indonesia, ke PSMP Mataram, Tudopoli, Magelang,
Riau dan PSMP Handayani dan yang paling lengkap ada di PSMP
handayani.24
4. Kerja Sama Dengan Sumber Daya Lokal
Panti sosial Marsudi Putra Handayani berkerja sama dengan
sumber daya lokal seperti pada program pelayanan jarak jauh kepada
yang anak rentan seperti memberi bantuan sekolah, pjj (pelayanan jarak
jauh) di lakukan setelah program sosialisasi, ada pendampingan luar
seperti pendampingan bantuan tunai baik korban maupun pelaku,
setelah PSMP-H melakukan pendampingan proses hukum.25
22
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
24
Data diambil dari hasil laporan Praktikum I.
25
Data sdiambil dari hasil laporan Praktikum I.
23
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini mengacu kepada model-model
evaluasi, yaitu Input, Proses, dan Hasil. Dalam hal ini akan dibahas satu persatu
sebagai berikut:
A. Evaluasi Input
Evaluasi input, memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk
dalam suatu pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait
dengan evaluasi input adalah klien, staff, dan program.1 Indikator penilaian
yang peneliti gunakan untuk evaluasi input adalah indikator Relevansi di
mana indikator relevansi untuk menunjukkan seberapa relevan atau tepatnya
sesuatu layanan yang ditawarkan.2 Berikut ini penjelasan tentang unsur-unsur
evaluasi input dengan menggunakan indikator relevansi:
a. Klien
Penerima manfaat yang dapat mengikuti program Rumah Antara,
merupakan anak yang berhadapan dengan hukum dengan latar belakang
masalah yang berbeda-beda, misalnya anak tersebut melakukan pelecehan
seksual, menggunakan Narkoba, dan lain-lain. Anak yang dapat diterima
di Panti ini merupakan rujukan dari Lapas, maupun Kejaksaan. Hal ini
dijelaskan oleh Kepala Rehabilitasi Sosial bagaimana anak bisa diterima di
PSMP Handayani dan mengikuti program Rumah Antara.
1
Bab II h. 23 .
Bab II h. 26.
2
63
64
“Jadi anak yang dirujukan dari Lapas kita akan terima, lalu kita
melakukan beberapa tes seperti tes wawancara, tes fisik, tes buta
warna, tes sosiometri dan sebagainya. Yang tadinya dilakukan di
ruangan PAS (Program Advokasi Sosial), Tapi setelah ada Rumah
Antara tes yang dilakukan tadi dilakukan di Rumah Antara. Anak
akan melalui tahap pertama rehabilitasi yaitu di Rumah Antara,
disitu anak akan disembuhkan dari penyakit kulit yang biasanya
dibawa dari Lapas, kemudian juga di Rumah Antara akan dirubah
tingkah lakunya menjadi lebih baik, seperti menjadi mandiri,
disiplin, dan tidak mengulangi perbuatannya.”3
Selain itu, anak yang dapat diterima merupakan anak yang berasal
dari titipan masyarakat, contohnya sepertinya anak yang dibawa oleh
aparat setempat (RT/RW). Jadi pihak aparat tidak membawa anak tersebut
ke pihak yang berwajib (Kepolisian) melainkan dibawa ke Panti untuk
mendapatkan rehabilitasi sosial agar anak tidak mengulangi perbuatannya.
Selama anak berada di Rumah Antara, anak akan mendapatkan
layanan sosial seperti Terapi Psikososial, Terapi Olahraga, Terapi Mix
Farming, Terapi Role Model, dan Terapi Vokasional. Berikut ini akan
dipaparkan tiga orang klien yang menjadi informan peneliti:
3
Wawancara pribadi dengan Ibu Dewi pada tanggal 12 Mei 2014
65
Tabel 4.1.
Latar Belakang Penerima Manfaat
.No. Nama
Kasus
Usia
Pendidikan
terakhir
Status
1.
A (Nama Pelecehan
disamarkan) Seksual
14 Tahun
2 SMP
Titipan
Kejaksaan
2.
W (Nama Narkoba
disamarkan) (Ganja)
16 Tahun
2 SD
Rujukan dari
Lapas
Salemba
3.
D (Nama Narkoba
disamarkan) (Ganja)
16 Tahun
2 SMA
Rujukan dari
Lapas
Salemba
Berdasarkan dari tabel di atas merupakan penejelasan tentang latar
belakang masalah dari A, A merupakan pelaku dari pelecehan seksual,
korbannya yaitu tetangganya sendiri yang ternyata pacar pelaku. A
mengajak temannya juga beserta pacarnya kekost-kostannya yang sedang
sepi, selain itu juga Ibu A sedang pergi bekerja, sang korban memberikan
tremadol kepada korban agar tidak sadarkan diri, setelah itu A
melancarkan aksinya, begitupun temannya. Setelah itu A berusaha
menyuap pacarnya agar tidak dilaporkan kepada siapa pun dengan uang
sebesar Rp 2000. Lalu setelah beberapa hari kemudian, tiba-tiba teman A
melaporkan kejadian tersebut. Kemudian A dipanggil oleh Pak RT untuk
mengakui perbuatannya, setelah itu A dibawa ke kantor Polisi. Yang
kemudian dirujukan ke PSMP Handayani sambil menunggu putusan dari
kejaksaan untuk masa hukumannya.
Berikut merupakan sampel kedua yaitu penerima manfaat W
merupakan pengguna
narkoba jenis
ganja, semua berawal
dari
66
pergaulannya, pada saat itu temannya membawa temannya (X), setelah X
bergabung dengan pergaulan W, X mengajak teman-teman W untuk
pindah tempat, disana X menawakan W dengan teman-temannya untuk
mencoba menghisap ganja yang telah ia bawa. Hal ini berlangsung sampai
3 kali, dan sampai pada akhirnya pergaulan W itu digerebek polisi, dan W
dengan teman-temannya dibawa ke kantor Polisi, yang kemudian W
mendekam dibalik jeruji besi sampai 1 bulan lamanya. Hingga pada
akhirnya W dirujukan ke PSMP Handayani untuk menjalani masa
rehabilitasi sosial.
Berikut merupakan sampel ketiga yaitu penerima manfaat D, D
terjerat kasus sama dengan W yaitu sebagai pengguna narkoba jenis ganja,
yang merupakan teman satu pergaulannya, karena teman pergaulannya
datang membawa temannya (X), yang ternyata pengguna narkoba jenis
ganja. X menawarkan ganja kepada D dan W bersama dengan temanteman yang lainnya, lalu D dan yang lainnya tergoda untuk mencoba ganja
itu, setiap kali bergaul bersama X, pasti selalu menghisap ganja. setelah 3
kali nongkrong bersama X, kemudian polisi datang menggerebek
pergaulannya itu. Lalu D bersama teman-teman lainnya dibawa ke Kantor
Polisi hingga pada akhirnya mendekam dibelik jeruji besi di Lapas
Salemba. Setelah D mendekam dibalik jeruji selama 1 bulan, D akhirnya
dirujukan ke PSMP Handayani untuk direhabilitasi agar D tidak
mengulangi perbuatannya (menggunakan ganja).
67
b. Staff
Para staff memiliki latar belakang pendidikan yang bermacammacam, seperti S2 Kesejahteraan Sosial, S1 Kesejahteraan Sosial, S2
Psikologi, S1 Psikologi, SMPS (Sekolah Menengah Pekerja Sosial).
Dengan berbagai macam latar pendidikan tersebut para staff yang terdiri
dari dua belas orang Pekerja Sosial berperan sebagai menejer kasus dan
pembimbing mental yang memberikan siraman rohani, satu orang Dokter
memberikan pelayanan kesehatan, dua orang Psikolog memberikan
pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu terdapat pembimbing keterampilan
yang membantu untuk mengasah potensi yang ada pada diri penerima
manfaat. Rumah Antara juga memiliki pihak keamanan atau Security
untuk menjaga penerima manfaat agar tidak melarikan diri.
Para staff yang terlibat dalam pelaksanaan program di Rumah
Antara telah mendapatkan pelatihan seputar rehabilitasi sosial untuk anak
berhadapan dengan hukum. Seperti yang diungkapkan oleh Koordinator
Pekerja Sosial, Ibu Sri, “Sebelum dijalankannya program Rumah Antara,
semua Pekerja Sosial diberikan pelatihan dulu, seputar kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan di Rumah Antara.”4
Dalam melaksanakan program Rumah Antara ini jadwal untuk
Pekerja Sosial dan Psikologi, yaitu sejak pukul 08.00 pagi hingga 16.00.
Akan tetapi, tidak semua dua belas Pekerja Sosial turun langsung untuk
menjalankan program Rumah Antara, melainkan setiap Pekerja Sosial
memliki shift waktunya tersendiri. Waktu pelayanan kesehatan yang
4
Wawancara pribadi dengan Ibu Sri pada tanggal 14 Mei 2014
68
diberikan Dokter hanya seminggu sekali karena status Dokter yang masih
honorer. Setelah memasuki jam sore sekitar pukul 16.00, pihak keamanan
akan berganti menjaga Rumah Antara hingga pukul 08.00. Jumlah
maksimal penerima manfaat yang dapat ditampung di Rumah Antara
sebanyak 10 anak.
Tabel 4.2.
Kelompok Jabatan Fungsional
No.
Nama
Pendidikan
1
Sri Musfiah
S2
Sosial
Tugas
Kesejahteraan 1. Melakukan
proses
2. Memberikan
Psikososial
intake
Terapi
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
4. Memberikan kegiatan
mental
5. Melakukan Konseling
2
Amelia Rosalina
S2
Sosial
Kesejahteraan 1. Melakukan
proses
2. Memberikan
Psikososial
intake
Terapi
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
4. Memberikan kegiatan
bimbingan mental
5. Melakukan Konseling
3
Saraswati
SGPLB (Sekolah Guru 1. Melakukan
intake
Pendidikan
Luar
proses
Biasa)
2. Melakukan konseling
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
69
4
Sudirman
SMPS
Menengah
Sosial)
(Sekolah 1. Melakukan
Pekerja
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
bimbingan mental
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
4. Melakukan konseling
5
Sudiyana
S1
Sosial
Kesejahteraan 1. Melakukan
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
3. Melakukan Konseling
6
Tuti Nurhayati
S1
Sosial
Kesejahteraan 1. Melakukan
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
3. Melakukan konseling
7
Gunawan
S1 Pendidikan
1. Melakukan
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
3. Melakukan konseling
8
Lentina
SMPS
Menengah
Sosial)
(Sekolah 1. Melakukan
Pekerja
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
3. Memberikan kegiatan
mental
4. Memberikan relaksasi
5. Melakukan konseling
9
Maria Yosepa
S1
Sosial
Kesejahteraan 1. Melakukan
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
70
bimbingan sosial
3. Memberikan kegiatan
bimbingan mental
4. Memberikan
Psikososial
Terapi
5. Melakukan konseling
10
Sarwiji
S1 Perkantoran
1. Melakukan
proses
intake
2. Melakukan
Vokasional
Terapi
3. Melakukan konseling
11
Larasati
S1
Sosial
Kesejahteraan 1. Melakukan
proses
intake
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
3. Melakukan konseling
12
SMPS
Menengah
Sosial)
Arifin
(Sekolah 1. Melakukan
Pekerja
proses
intake
2. Melakukan kegiatan
bimbingan sosial
3. Melakukan konseling
c. Program
Unsur terakhir dari dalam evaluasi input adalah Program. Program
adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan
kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.
1) Tujuan Program Terapi Psikososial
Terapi Psikososial adalah bentuk praktek psikoterapik yang
mengkombinasikan pengetahuan psiko-sosial tentang manusia dan
71
perilaku sosial, keterampilan berhubungan dengan individu, keluarga,
kelompok dan komunitas.
Tujuan Program Terapi Psikososial, yaitu untuk membantu orang
merubah kepribadian, perilaku atau situasi agar dapat berkontribusi
terhadap pencapaian kepuasaan, pemenuhan keberfungsian manusia
dalam kerangka nilai-nilai dan tujuan orang tersebut cserta tersedianya
sumber-sumber dalam masyarakat.
Penyebab utama anak bisa terjerat kasus hukum (penggunaan
narkoba, pelecehan seksual, dll.) karena tidak adanya pribadi atau
pendirian yang kuat untuk menolak ajakan teman yang negatif. Peneliti
menyimpulkan bahwa penerima manfaat yang berada di Rumah Antara
tidak memiliki pendirian yang teguh.
Tujuan program ini dapat dilaksanakan dengan melakukan
assesmen untuk mengungkap dan memahami latar belakang masalah
anak, setelah itu merumuskan intervensi pelayanan rehabilitasi untuk
masing-masing penerima manfaat. Rencana intervensi diberikan sesuai
dengan karakteristik masing-masing Penerima manfaat dan berdasarkan
tingkat kedalaman masalah, yang dilakukan oleh Pekerja Sosial.
Rumah Antara mempunyai program Terapi seperti Terapi
Psikososial, Terapi Mix Farming, Terapi Olahraga, Terapi Role Model,
dan Terapi Vokasional. Namun dalam memberikan Terapi tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat, tetapi yang terpenting
yaitu Terapi Psikososial. Di dalam Terapi Psikososial itu sendiri
terdapat beberapa terapi-terapi yang akan membantu untuk mencapai
72
tujuan Terapi Psikososial, seperti Terapi Chatarsis atau Abreaction,
Terapi Realita, Terapi Kognitif, Terapi Sharing Feeling, dan Terapi
Emotional Freedom. Yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
Penerima manfaat.
Selain memberikan terapi, ada juga bimbingan mental, bimbingan
sosial, dan kegiatan membersihkan halaman hingga mencuci pakaian
sendiri yang tujuannya untuk melatih disiplin dan kemandirian
penerima manfaat.
2) Prosedur Program Terapi Psikososial
Penerima manfaat akan menerima Terapi Psikososial, dengan
mengetahui gambaran kondisi emosi, psikologis, dan sosial penerima
manfaat terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya dengan cara wawancara
dan dengan cara penerima manfaat melakukan kegiatan di Rumah
Antara, agar tepat dalam memberikan Terapi Psikososial kepada
penerima manfaat. Karena ada beberapa terapi di dalam Terapi
Psikososial seperti Terapi Chatarsis atau Abreaction, Terapi Kognitif,
Terapi Realita, Terapi Sharing Feeling, dan Terapi Emotional Freedom.
Seperti contohnya pada sampel penerima manfaat yaitu A,W, dan
R. Mereka melewati prosedur ini terlebih dahulu. Berikut pelaksanaan
Terapi Psikososial:
1) Gambaran awal kondisi Penerima manfaat Klien A
a. Kondisi Emosi
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria selaku Pekerja sosial
yang menangani A :
73
“Kondisi emosi A pada saat awal masuk belum stabil, itu
terlihat dari A yang sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang
ditetapkan di Rumah Antara, kayak kurve (membersihkan
halaman), mungkin karena latar belakang keluarganya yang
sudah cerai ya, dan ibunya menikah lagi dengan pria lain,
menurut saya itu suatu bentuk pemberontakan dari A, karena
mungkin A merasa tidak terima atas perceraian orang tuanya.
Lalu juga A selalu perhatian dengan orang-orang dengan
tingkahnya. Lalu A juga seorang anak pembohong besar.”5
Kondisi emosi A belum bisa dikatakan stabil, karena A
masih bertindak dengan kemauannya sendiri, itu terlihat dari A
yang tidak mau mengikuti aturan-aturan di Rumah Antara.
Pekerja Sosial juga menuturkan bahwa A merupakan anak yang
manja, kemauan A selalu dipenuhi oleh Ibunya seperti uang jajan
A selalu diberikan sesuai permintaan A.
b. Kondisi pola pikir
Menurut Ibu Maria kondisi pola pikir A :
“Untuk pola pikirnya juga belum matang ya, karena A belum
bisa bedain mana yang baik dan buruk ya, masih mengikuti
dengan apa yang dia senangi saja tanpa memikirkan dampak
buruknya.”6
A tidak mempunyai pendirian yang kuat seperti mudah
terpengaruh oleh ajakan negatif temannya (merokok dan
menggunakan obat terlarang jenis tremadol).
Lalu berdasarkan hasil tes psikologis yang telah dilakukan
oleh psikolog hasil untuk A yaitu skor kecerdasan A 83 sehingga
A kurang tanggap dalam menerima pelajaran, dan A mudah
menyerah di dalam melihat tantangan. Hasrat untuk melakukan
5
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
74
seksnya sudah melebihi usianya, yang dilatar belakangi menonton
video porno.
c. Kondisi sosial
A cukup mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan
mampu bersosialiasi dengan baik.
2) Gambaran awal kondisi Penerima manfaat W
a. Kondisi emosi
Kondisi awal emosi W yaitu masih belum stabil, seperti W
masih terlihat murung dan jika berjalan suka menunduk, yang
mungkin saja perasaan tertekan W ketika pada saat dipenjara
masih terbawa. W sulit untuk diatur, tidak mengikuti jadwal yang
sudah diberikan di Rumah Antara, W juga sulit mengontrol
amarahnya, dan menurut pengakuan dari W, W pernah memukul
temannya karena tidak melakukan bersih-bersih. W merupakan
anak yang manja, karena W
adalah anak terakhir dan
mendapatkan perlakuan khusus dari orang tuanya, seperti W tidak
pernah dimarahi jika berbuat salah.
b. Kondisi pola pikir
Pola pikir W masih belum dikatakan matang, karena W
tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk
dirinya, W masih belum memahami konsep benar dan salah. Lalu
untuk tes psikologisnya, skor untuk kecerdasan W yaitu 51
(dibawah rata-rata), sehingga W tidak cukup mampu untuk
menerima pelajaran yang diterima di kelas keterampilan maupun
75
kelas bimbingan sosial. W juga tidak mempunyai pendirian yang
kuat untuk menolak ajakan teman yang negatif, seperti merokok
sampai menggunakan narkoba.
c. Kondisi sosial
W cukup cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, untuk
bersosialisasi W terlihat tidak kaku dengan teman-teman di
Rumah Antara, karena teman-teman di Rumah Antaranya yaitu
teman-temannya sewaktu W berada di Lapas.
3) Gambaran awal kondisi Penerima manfaat D
a. Kondisi emosi
Kondisi emosi D pada awal masuk Rumah Antara, masih
belum stabil, terlihat murung, karena masih terbayang suasana
ketika D mendekam di balik jeruji besi. D juga sulit untuk
mengontrol emosinya seperti mudah marah dan mengeluarkan
kata-kata yang kasar kepada penerima manfaat lainnya.
b. Kondisi pola pikir
Kondisi pola pikir D juga masih belum matang, belum bisa
membedakan mana yang baik dan buruk, seperti D tidak dapat
mengetahui bahayanya menggunakan narkoba. Untuk hasil tes
psikologisnya, skor D yaitu 90 yang cukup tanggap dalam
menerima informasi seperti pelajaran. Namun D tidak dapat
memikirkan dampak selanjutnya atas perbuatan atas tindakan
yang dilakukannya
76
c. Kondisi sosial
D tidak cukup baik dalam bersosialisasi seperti tidak
banyak bicara pada awal masuk, D masih terlihat pendiam.7
Berdasarkan pembahasan evaluasi input di atas bahwa ketiga
unsur-unsur penilaian dalam evaluasi input sudah menunjukkan bahwa
program dapat dinilai relevan. Hal tersebut dapat dinilai dari kriteria untuk
dapat diterima di PSMP Handayani, yaitu anak yang berhadapan dengan
hukum harus berasal dari rujukan Lapas atau titipan dari Kejaksaan maupun
masyarakat. Pemberian terapi disesuaikan dengan kebutuhan penerima
manfaat. Selain itu, sebelumnya Pekerja Sosial telah diberikan pelatihan
untuk menjalankan program di Rumah Antara dan sebagian besar didukung
oleh Profesi Pekerja Sosial. Namun walaupun didukung oleh Peodesi Pekerja
Sosial, tidak semua Pekerja Sosial menerapkan Terapi Psikososial kepada
penerima manfaat, hanya melakukan konseling saja. Jadi dalam merubah
kepribadian penerima manfaat tidak maksimal. Program-program yang yang
ada di Rumah Antara dapat dikatakan relevan karena program yang diberikan
penerima manfaat sudah tepat seperti adanya Terapi Psikososial yang dapat
merubah kepribadian penerima manfaat lebih baik seperti pendirian yang kuat
agar tidak mudah terjerumus ke hal-hal negatif seperti menggunakan narkoba
atau melakukan pelecehan seksual.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses, menurut Pietrzak, et.al memfokuskan diri pada
aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf
7
Pengamatan pribadi pada tanggal 18 Juni 2014
77
„terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif)
program.8
a) Efesiensi Program Terapi Psikososial
Indicator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan di manfaatkan secara tepat guna, atau
tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.9
1) Layanan Pemberian Terapi Psikososial
Menurut wawancara dengan Koordinator Pekerja sosial
“dalam memberikan layanan Terapi Psikososial ini disesuaikan dengan
kondisi penerima manfaat apakah sedang dalam kondisi mood yang
baik dan disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat”10. Seperti
pada sampel peneliti yaitu :
a. Penerima manfaat A
Penerima manfaat A mendapatkan terapi kognitif dan
realita sewaktu di Rumah Antara, dalam pelaksanaan terapi ini
dilakukan secara face to face oleh Ibu Maria pada saat konseling.
Jadi, Ibu Maria menyelipkan Terapi Kognitif dan Terapi Realita
didalam konselingnya, pada saat konseling Ibu Maria memberikan
pengetahuan tentang bahaya seks di luar nikah. Kemudian pada
saat memberikan terapi kognitif ini beliau menceritakan kisahkisah yang dapat memotivasi dan merubah pola pikir A menjadi
lebih baik, seperti memahami seks untuk diusianya ini sangat
dilarang, dan perilaku ini salah. Selain itu juga agar A memiliki
8
Bab II. H. 23
Bab II. H. 28.
10
Wawancara dengan Ibu Sri pada tanggal 14 Mei 2014
9
78
pendirian yang kuat, karena A sangat mudah terpengaruh oleh
teman-temannya. A tidak bisa membedakan mana yang baik dan
buruk, dan tidak memikirkan dampak selanjutnya atas tindakan
yang dilakukannya.
b. Penerima manfaat W
Pada saat penerima manfaat W di Rumah Antara, W
mendapatkan Terapi Kognitif dan Sharing feeling yang dilakukan
bersama-sama dengan penerima manfaat lainnya yang berada di
Rumah Antara yang dilakukan oleh Ibu Sri selaku Koordinator
Pekerja Sosial. Pada saat pelaksanaan Terapi Kognitif dan Terapi
Sharing Feeling tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan,
Terapi
Kognitif
dilakukan
dengan
menonton
DVD
yang
menayangkan film-film menginspirasi penerima manfaat agar
keluar dari rasa keterpurukan atau perasaan bersalahnya, karena
rasa perasaan bersalah yang mendalam pada diri penerima manfaat
akan menghambatnya dalam berubah tingkah lakunya menjadi
lebih baik. Kemudian Terapi Sharing Feeling dilakukan bersamaan
juga dengan penerima manfaat lainnya, dalam pelaksanaannya
Terapi ini, semua penerima manfaat diminta untuk menceritakan
kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat itu dan diiringi dengan
menceritakan perasaannya. Setelah itu Ibu Sri memberikan
bimbingan rohani berupa ceramah, agar penerima manfaat mampu
berinstropeksi diri, kemudian penerima manfaat diminta untuk
menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan penerima manfaat
79
lainnya. Agar penerima manfaat lainnya dapat terinspirasi dan
termotivasi dengan kelebihan penerima manfaat lainnya, contohnya
seperti mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Antara
dengan giat. Selain mendapatkan Terapi Psikososial, W juga
diberikan
Terapi
Vokasional,
yaitu
kegiatan
bimbingan
keterampilan, namun dalam pelaksanaannya, W tidak cepat
tanggap untuk menerima informasi yang bersifat teoritis seperti
kelas otomotif, dan kelas pendingin (AC). W selalu tertinggal
dalam menangkap informasi karena W tidak mencatat perkataan
yang disampaikan oleh instruktur, hal ini juga disebabkan karena
W tidak bisa menulis. W putus sekolah sejak kelas 2 SD dan tidak
naik kelas hingga 3 kali yang akhirnya diberhentikan oleh orang
tuanya.
c. Penerima manfaat D
Penerima manfaat D mendapatkan Terapi Psikososial pada
saat D di Rumah Antara, Ibu Sri selaku Koordinator Pekerja Sosial
memberikan Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling. Dalam
pelaksanaan Terapi Kognitif diberikan dengan cara menonton DVD
yang menayangkan film-film menginspirasi bagi anak yang sedang
merasa terpukul atau bersalah atas perbuatannya agar mampu
kembali bangkit dari perasaan bersalahnya, selain itu agar penerima
manfaat
mampu
memahami
konsep
salah
benar
seperti
menggunakan narkoba itu salah, dan agar anak mampu berpikir
ssebelum bertindak. Terapi Sharing Feeling dilakukan dengan cara,
80
mengumpulkan semua penerima manfaat yang berada di Rumah
Antara untuk menceritakan kegiatannya hari ini dengan diiringi
menceritakan
bagaimana
perasaannya
setelah
melakukan
kegiatannya itu. Beliau juga memberikan siraman rohani dengan
bentuk ceramah, agar penerima manfaat dapat berinstropeksi diri
dan tidak terlalu menanam perasaan bersalahnya terlalu dalam, lalu
menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang berharga.
Dalam pembahasan evaluasi proses yang menggunakan
indikator efisiensi. Menurut peneliti kegiatan Terapi Psikososial
dalam menjalankan aktivitasnya dinilai sudah tepat guna (efisien),
dengan tidak melakukan pemborosan sumber daya. Selain itu, juga
dalam
pelaksanaan
Terapi
Psikososial
disesuaikan
dengan
kebutuhan penerima manfaat dan kondisi mood yang baik pada
penerima manfaat, sehingga penerima manfaat dalam melakukan
Terapi Psikososial tepat sasaran, tidak dalam keadaan tertekan dan
tidak terpaksa.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil, menurut Pietrzak, at.al diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima
layanan (recipients).11
a) Indikator dampak
Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar
memberikan suatu perubahan di masyarakat.12
11
Bab II H. 23-24
Bab II, H. 29
12
81
Berikut adalah hasil dari Terapi Psikososial pada penerima manfaat :
Tabel 4.3.
Hasil dari kegiatan Terapi Psikososial
No.
Nama
Terapi yang diberikan Perubahan yang terjadi (Hasil)
(Proses)
1
A
Terapi Kognitif
Terapi Realita
2
W
Terapi Kognitif dan Terjadi perubahan yang lebih
baik pada W seperti pada pola
Terapi Sharing Feeling
pikir, emosi, perilaku, dan
pembebasan tekanan
3
D
Terapi Kognitif dan Terjadi perubahan yang lebih
baik pada D seperti pola pikir,
Terapi Sharing Feeling
emosi,
perilaku,
dan
pembebasan tekanan
dan Terjadi perubahan yang lebih
baik pada A seperti pada pola
pikir,
emosi,
perilaku,
pembebasan tekanan
1. Hasil Terapi Psikososial Penerima manfaat A
Pada awal A masuk ke Rumah Antara pada bulan November 2013,
A menjalani program di Rumah Antara selama empat bulan, yang
kemudian di masukan ke dalam asrama untuk menjalani proses
rehabilitasi sosial selanjutnya, hal ini disebabkan pada proses assesmen
(penggalian masalah), A sulit sekali untuk mengakui perbuatannya dan A
juga sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Rumah Antara
seperti mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan
membersihkan halaman dan isi Rumah Antara.
1) Cognitive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria
mengenai pola pikir bahwa :
82
“pola pikir A sudah berubah menjadi lebih baik, seperti A sudah
mengetahui bahwa hubungan seks yang dilakukan diluar nikah
tidak boleh dilakukan atau tidak baik, dan hasrat untuk melakukan
seks juga sudah berkurang, itu karena sekarang saya suruh untuk
olahraga seperti bermain sepak bola atau futsal, kegiatan olahraga
ini bertujuan sebagai bentuk pengalihan agar A tidak mempunyai
waktu untuk memikirkan hal-hal yang dapat memicu melakukan
pelecehan .....”13
Kondisi pola pikir A sudah lebih baik dari sebelumnya,
hasrat untuk melakukan seksnya sudah berkurang, karena A
diberikan waktu luang untuk berolahraga (sepak bola atau futsal),
agar hormon yang sedang bergejolak pada diri A tersalurkan dengan
positif. Akan tetapi tetap dalam pengawasan dari Pekerja Sosial.
2) Emotive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria tentang
emosi A bahwa :
“.... untuk kondisi emosi A sudah cukup stabil, terlihat dari A
sudah mulai bisa diatur dan mengikuti aturan-aturan yang ada di
Panti, A juga mempunyai motivasi untuk merubah perilaku
malasnya, selain itu juga A berjanji untuk tidak melakukan
pelecehan lagi, dan mampu mengontrol hasrat seksnya itu”14
Kondisi emosi A dapat dikatakan stabil, hal ini terlihat dari
A sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan di Panti dengan baik,
seperti mengikuti kegiatan belajar di sekolahh tanpa membolos,
melakukan kegiatan bersih-bersih di asrama. Namun A terkadang
terlihat murung, yang dikarenakan ingin pulang kerumah.
3) Behaviour change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria
mengenai perubahan perilaku bahwa :
“perubahan perilaku A sudah mulai tampak dari sifat
pembohongnya mulai berkurang, lalu dari segi disiplin dan
mandiri seperti mengerjakan kurve/bersih-bersih halaman,
13
14
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
83
mencuci pakaiannya sendiri. Biar perubahannya tidak begitu
drastis, tapi minimal ada perubahan positif dari A.”15
Perubahan perilaku pada A sudah berubah ke arah yang
positif, seperti A sudah mandiri dan disiplin, selain itu juga A sudah
menghilangkan kebiasaan berbohongnya sedikit demi sedikit.
4) Environmental change, salah satu penyebab A bisa melakukan
pelecehan seksual yaitu faktor lingkungan (karena terpengaruh oleh
teman-teman yang lebih dewasa dari A) dan kurangnya pengawasan
dari Ibu A. yang diharapkan A tidak kembali untuk melakukan
pelecehan seksual.
5) Relief from suffering, berdasarkan hasil wawancara dengan A, A
pernah mengalami trauma pada saat proses penangkapan, menurut
pengakuan A untuk pertama kalinya ia merasakan tangan dan kaki
diborgol oleh polisi, terlebih lagi A harus mendekam di balik jerugi
untuk beberapa waktu. Hal itu membuat A merasa tidak nyaman dan
takut, walaupun A tidak mengalami kekerasan.
“Takut bang, apalagi pas dikantor polisi, tangan sama kaki saya
diborgol di ruangan PAS namanya, baru ngerasain gitu rasanya
diborgol, ngga mau lagi dah bang ….”16
Namun setelah A sampai di pindahkan ke PSMP Handayani
untuk mendapatkan rehabilitasi sosial, trauma yang ada pada A
sudah mulai hilang. “… tapi pas nyampe sini sih udah enggak takut
lagi si bang.”17
15
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014
17
Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014
16
84
2. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat W
Pada awal W masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni
2014, dan W keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, W menjalani
kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti W mengikuti kegiatan
bimbingan mental, bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan.
1) Cognitive change, untuk perubahan pola pikir berdasarkan
wawancara dengan W :
“.... saya jadi tau si bang kalo ganja itu berbahaya, saya juga
enggak mau make itu lagi, lagian saya juga takut masuk penjara
lagi, enggak enak banget bang rasanya.”18
W merasakan perubahan dalam dirinya dari segi pola
pikirnya, W sudah mengetahui bahwa Narkoba itu sangat berbahaya
bagi tubuh, kemudian W juga mempunyai rencana hidup kedepannya
yaitu ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tuanya.
2) Emotive change, untuk perubahan emosi W menurut Ibu Lentina :
“...... kondisi emosi W untuk saat ini sudah cukup stabil ya,
terlihat dari W sudah bisa diatur, enggak kayak pas awal masuk
sini. Kalau disuruh tuh cuma iya iya aja tapi enggak dilakuin. Si
W juga kalau sekarang udah ada keinginan untuk berubah, kayak
dikurangin nongkrongnya, enggak mau make narkoba lagi.”19
Emosi W dapat dikatakan stabil oleh Ibu Lentina, hal ini
terlihat W sudah dapat mengontrol dirinya untuk tidak memukul
temannya, dan W sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada
seperti
mengikuti
kegiatan
bimbingan
sosial,
keterampilan, dan konseling dengan Pekerja Sosial.
18
19
Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 17 Juni 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Lentina pada tanggal 11 Agustus 2014
bimbingan
85
3) Behaviour change, menurut Babeh sebagai pengasuh W yang
kesehariannya melihat aktivitas di asrama menyatakan bahwa :
“Perilaku W semenjak di asrama sih baik-baik aja ya, enggak
pernah buat ulah. Anaknya juga enggak macem-macem sih, kalau
waktunya bersih-bersih langsung dikerjain, ya paling pas awalawal masuk asrama masih suka ngompol sih kayak anak kecil.
Tapi setelah beberapa minggu udah mulai ilang kebiasaan
ngompolnya, soalnya selalu saya ingetin kalau mau tidur buang
air kecil dulu.”20
Menurut Ibu Lentina yang menyatakan bahwa perubahan
perilaku W sudah mulai tampak seperti “jadi lebih mandiri dan
disiplin, dan W juga sudah berjanji untuk tidak menggunakan
narkoba lagi”21. Hal ini terlihat dari W yang sudah rajin
membersihkan halaman asrama, dan mencuci pakaian sendiri, tidak
seperti W pada saat awal masuk Rumah Antara.
4) Environmental change, penyebab utama kasus W yaitu dari
pergaulannya, karena dari pergaulannya W jadi bisa merokok hingga
pada akhirnya menggunakan ganja, yang dipengaruhi oleh temantemannya. Tetapi ketika W berada di Panti, yang diharapkan W jauh
dari pengaruh buruk teman-temannya seperti merokok dan
menggunakan kembali ganja. Karena dilingkungan Panti semua
penerima manfaat akan belajar bagaimana agar anak tidak kembali
melakukan penyimpangan perilaku seperti menggunakan narkoba,
pelecehan seksual, dan lain-lain.
5) Relief from suffering, berdasarkan wawancara dengan W, menurut
pengakuan W mengenai pembebasan dari tekanan, W menyatakan :
20
Wawancara pribadi dengan Babeh pada tanggal 8 Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Ibu Lentina pada tanggal 11 Agustus 2014
21
86
“Takut banget bang, saya jadi takut sama polisi bang, saya juga
enggak mau masuk penjara lagi bang, enggak enak banget, tidur
aja susah. Saya keingetan sama orang rumah mulu bang. Tapi pas
udah sampe sini si udah ilang bang takutnya.”22
Dari pengakuan W, terlihat sudah tidak ada trauma yang
melekat pada diri W, kondisi dan suasana yang ada di Panti yang
membuat W merasa hilang akan traumanya, karena W tidak merasa
tertekan selama berada di Panti.
3. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat D
Pada awal D masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni
2014, dan D keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, D menjalani
kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti mengikuti bimbingan
mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, dan melakukan
kegiatan bersih-bersih halaman dan isi Rumah Antara.
1) Cognitive change, untuk perubahan pola pikir D setelah diberikan
Terapi Kognitif, D jadi tahu jika penggunaan Narkoba sangat
berbahaya tubuh. Menurut pengakuan D menyatakan bahwa “iya
bang saya tau kok sekarang kalo ganja itu bahaya, saya enggak tau
sebelumnya, abisnya enak si bang rasanya, ngefly gitu.”23
2) Emotive change, kondisi emosi D untuk saat ini sudah cukup stabil,
karena D sudah bisa mengikuti aturan-aturan dengan baik seperti,
mengikuti kegiatan apel pagi, kegiatan bimbingan sosial, dan
bimbingan keterampilan.
22
Wawancara pribadi dengan W 17 Juni 2014
Wawancara pribadi dengan D pada tanggal 18 Juni 2014
23
87
3) Behaviour change, perubahan perilaku D sudah ditunjukkan pada
ketika D masih berada di Rumah Antara, D merupakan anak yang
mandiri dan disiplin, seperti D dapat mencuci pakaiannya sendiri dan
D rajin membersihkan halaman Rumah Antara tanpa disuruh oleh
petugas Rumah Antara.
4) Environmental change, perubahan lingkungan ini dapat memotivasi
D untuk tidak kembali sebagai pengguna narkoba jenis ganja.
Karena D akan disibukkan waktunya dengan melakukan kegiatan
yang cukup padat, sebagai bentuk pengalihan agar D tidak dapat
memiliki waktu luang yang banyak.
5) Relief from suffering, menurut pengakuan D mengenai pembebasan
tekanan : “...... waktu awal-awal masuk masih kebayang-bayang
waktu dipenjara si bang, tapi pas disini lama-lama ilang si bang.”24
Dari pernyataan D, terlihat bahwa D sudah terbebas dari
tekanan yang pernah ia dapatkan ketika D berada di penjara. D
merasa aman dan nyaman ketika sudah berada di Panti.
Berdasarkan pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator
dampak, hasil menunjukkan bahwa program, sudah berdampak positif bagi
penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima manfaat
keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat masuk ke dalam
asrama reguler, dampak positif yang dirasakan penerima manfaat hanya
bersifat sementara, contohnya pada penerima manfaat A, setelah keluar dari
Rumah Antara terjadi pelanggaran yang ia lakukan seperti membolos sekolah,
24
Wawancara pribadi dengan D pada tanggal 18 Juni 2014
88
tidak melakukan bersih-bersih ketika di asrama, dan pernah melakukan
pelecehan kepada penerima manfaat lainnya. Selain itu sering terjadi kasus
melarikan diri, seperti pada penerima manfaat D dan W. D melarikan diri
pada bulan Juli, beberapa hari kemudian pihak Panti mendapatkan kabar dari
orang tua D bahwa D sedang ada di rumah, kemudian esok harinya D kembali
ditempatkan di Rumah Antara lagi dan menjalani kegiatan di Rumah Antara
seperti pada awal masuk. Kemudian untuk penerima manfaat W juga
melarikan pada bulan Agustus, bertepatan pada saat peneliti ingin melakukan
terminasi pada penerima manfaat.
Tabel 4.4.
Hasil Evaluasi Program Terapi Psikososial
Indikator Relevan
Indikator Efisien
Evaluasi Indikator
input
Input
terdiri dari klien,
staff, dan program.
Dapat
dikatakan
relevan :
1. Klien yang dapat
diterima
di
Rumah
Antara
hanya
anak
berhadapan
dengan
hukum
yang merupakan
rujukan
dari
Lapas,
Masyarakat atau
titipan Kejaksaan.
2. Staff,
yang
memberikan
pelayanan
rehabilitasi sosial
di Rumah Antara
yaitu
Pekerja
Sosial yang sudah
mendapatkan
Indikator Dampak
-
-
89
pelatihan
sebelumnya dan
mayoritas
memiliki
latar
belakang
Kesejahteraan
Sosial.
3. Program
yang
diberikan sudah
tepat yaitu Terapi
Psikososial,
karena
Terapi
Psikososial
bertujuan untuk
merubah
kepribadian
seseorang
menjadi
lebih
baik
Evaluasi
Proses
-
Evaluasi
Hasil
-
Evaluasi proses dapat
dikatakan
efisien
karena
pada
pelaksanaannya tidak
melakukan
pemborosan sumber
daya manusia, dan pada
saat
mau
melakukan
Terapi
Psikososial
melihat
kondisi mood yang
baik pada penerima
manfaat agar dalam
melaksanakan Terapi
Psikososial
tidak
dalam
keadaan
tertekan atau terpaksa.
Hasil dari Terapi
Psikososial
yaitu
perubahan pola pikir
menjadi
matang,
perubahan
emosi
menjadi
stabil,
perubahan
perilaku
menjadi
baik,
perubahan lingkungan
dan pembebasan dari
tekanan. Dari hasil
tersebut
berdampak
90
positif bagi penerima
manfaat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil evaluasi yang peneliti
lakukan dan saran atau masukan untuk lembaga
A. Kesimpulan
1. Hasil Evaluasi Program Terapi Psikosoial di Rumah Antara
a. Evaluasi Input
Hasil pembahasan evaluasi input, bahwa ketiga unsur-unsur penilaian
dalam evaluasi input sudah menunjukkan bahwa program dapat dinilai
relevan. Hal tersebut dapat dinilai dari kriteria untuk dapat diterima di
PSMP Handayani, yaitu anak yang berhadapan dengan hukum yang
berasal dari rujukan Lapas atau titipan dari Kejaksaan maupun
masyarakat. Pemberian terapi di Rumah Antara disesuaikan dengan
kebutuhan penerima manfaat. Selain itu, sebelumnya Pekerja Sosial telah
diberikan pelatihan untuk menjalankan program di Rumah Antara.
b. Evaluasi Proses
Hasil pembahasan evaluasi proses yang menggunakan indikator
efisiensi. Menurut peneliti kegiatan Terapi Psikososial dalam menjalankan
aktivitasnya dinilai sudah tepat guna (efisien), dengan tidak melakukan
pemborosan sumber daya. Selain itu, juga dalam pelaksanaan Terapi
Psikososial disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat dan kondisi
91
92
mood yang baik pada penerima manfaat, sehingga penerima manfaat
dalam melakukan Terapi Psikososial tepat sasaran, tidak dalam keadaan
tertekan dan tidak terpaksa.
c. Evaluasi Outcomes
Hasil pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator
dampak, hasil menunjukkan bahwa progra, sudah berdampak positif bagi
penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima
manfaat keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat
masuk ke dalam asrama reguler, sering terjadi kasus melarikan diri, seperti
pada penerima manfaat D dan W.
B. Saran
1. Untuk semua Pekerja Sosial agar menerapkan Terapi Psikososial di Rumah
Antara, karena tidak semua Pekerja Sosial menjalankan Terapi Psikososial,
hanya melakukan konseling dan relaksasi saja.
2. Untuk segi keamanan lebih diperketat lagi, karena kasus melarikan diri sering
terjadi pada saat penerima manfaat memasuki tahap rehabilitasi selanjutnya
yaitu ketika pada saat penerima manfaat masuk ke asrama regular.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007.
Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Penanganan
Anak Berkonflik Hukum, Jakarta: Departemen Sosial, 2007.
Ghony M. Djunaidi & Almanshur Fauzan, Metode Penelitian Kualitatif
Jogjakarta: Ar-ruzz Media,2012.
Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Profile Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur: Kemensos.
KEPRES (Keputusan Presiden) No 36 Tahun 1990. No. 36 Tahun 1990 Tentang
Pengesahan Convention On The Right Of The Child.
KPAI (Komisi Perlindungan Anak), “Undang-Undang (UU) RI No. 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak | Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI)’’,
artikel
diakses
pada
20
Januari
2014
dari
http://www.kpai.go.id/hukum/undang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002tentangperlindungan-anak/.
Kurnisari, Alit, dkk. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi
Putra Jakarta: P3KS Press, 2009.
Mintarti Nana, dkk. Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance
Indikator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat Jurnal
Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009.
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001.
Rukijanto.
PetunjukTekhnisPenangananAnakYangBerkonflikDenganHukum.
Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos RI, Jakarta:2007.
Sarino, dkk. Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
Di
PSMP Handayani Jakarta, Jakarta: PSMP Handayani, 2007.
93
Satria, Dinda. ”Anak dan Problematika Bangsa” artikel diakses pada 26 Januari
2014 dari
m.kompasiana.com/post/read/501440/2/anak-danproblematika-bangsa
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D Bandung: CV Alfabeta, 2010.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian
Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial
Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Jakarta: PT.
Rineka
Cipta, 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2011.
94
Pedoman wawancara (Koordinator Pekerja Sosial)
A. Input Program terapi Psikososial
1. Bagaimana sejarah Rumah Antara terbentuk ?
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam Terapi Psikososial itu ?
3. Seperti apa pelaksanaan dari terapi-terapi itu ?
4. Kapan Anda melakukan Terapi Psikososial ?
5. Terapi apa yang paling sering anda gunakan di Terapi Psikososial ?
6. Apa manfaat bagi Penerima manfaat ?
7. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan Terapi
Psikososial ?
B. Hasil Program terapi Psikososial
1. Bagaimana hasil dari Terapi Psikososial yang sudah diberikan di
Rumah Antara ?
Pedoman wawancara (Pekerja Sosial)
A. Proses Program terapi Psikososial
1. Bagaimana kronologis permasalahan Penerima manfaat ?
2. Bagaimana kondisi emosi penerima manfaat pada awal masuk ke
Rumah Antara ?
3. Bagaimana gambaran tentang pola pikir Penerima manfaat pada saat
awal masuk ke Rumah Antara ?
4. Apakah pernah diikutkan tes psikologis ? bagaimana hasilnya ?
5. Apa penyebab Penerima manfaat bisa melakukan hal tersebut ?
6. Bagaimana riwayat permasalahan Penerima manfaat selama berada di
Panti ?
7. Bagaimana hubungan anak dengan keluarga ?
8. Apakah orang tua Penerima manfaat sering datang menjenguk ?
9. Bagaimana perkembangan sekolah/kelas keterampilan anak ?
10. Terapi apa yang anda gunakan didalam Terapi Psikososial ?
11. Mengapa Anda menggunakan Terapi tersebut ?
B. Hasil Program terapi Psikososial
1. Bagaimana hasil dari Terapi tersebut ?
Transkip Wawancara (Koordinator Pekerja Sosial)
A. Identitas Informan
a. Nama
: Sri Musfiah
b. Jabatan
: Koordinator Pekerja Sosial
c. Informasi
: Rumah Antara
d. Tanggal
: 14 Mei 2014
B. Instrumen wawancara
1. Bagaimana sejarah Rumah Antara terbentuk ?
“Karena semakin kompleksnya permasalahan anak pada tahun
2011 seperti kasus pencurian dan kekerasan hingga berujung
kematian, banyak anak-anak yang berada di penjara karena harus
menanggung akibatnya dan mendapatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan seperti kekerasan, yang membuat anak menjadi
trauma. Ya kan memang seharusnya tidak boleh masuk penjara
kan, karena itu bisa mengganggu psikologis anak tersebut. Dulu
sebelumnya ada Rumah Antara, ada namanya ruang isolasi, ruang
isolasi itu ruangan untuk anak-anak yang berasal dari Lapas,
biasanya kan mereka membawa penyakit kulit seperti gatal-gatal,
nah setelah anak sembuh dari penyakitnya lalu langsung
ditempatkan ke asrama tanpa memikirkan kondisi emosi dan
kesehatan jiwa anak. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak
yang berasal dari rujukan Lapas menerapkan kekerasan, pemalakan
dan perilaku yang kurang normatif lainnya layaknya kepala kamar
di penjara. Hal ini yang sangat disayangkan. Maka dari itu saya
mencoba untuk meminimalisir hal itu dengan membuat Rumah
Antara ini. Namun untuk mendapatkan izin berjalannya program
ini baru terealisasikan pada tahun 2013.”
2. Siapa saja pihak yang terlibat di dalam Rumah Antara ?
“Pihak yang terlibat ada Dokter yang bertugas untuk melayani
kesehatan, karena anak yang didatangkan dari Lapas itu biasanya
kan membawa penyakit kulit ya. Kemudian ada psikolog yang
bertugas untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa anak, ada
bimbingan keterampilan, ada juga pembimbing mental, bimbingan
mental ini maksudnya memberikan siraman rohani seperti
memberikan ceramah atau motivasi kepada penerima manfaat,
kemudian Pekerja Sosial yang bertugas sebagai menejer kasus
sekaligus menjalani perannya sebagai pembimbing mental dan
terapis.”
3. Apakah para pihak yang terlibat itu mendapatkan pelatihan untuk
menjalankan program Rumah Antara ?
“Sebelum dijalankannya program Rumah Antara, semua Pekerja
Sosial diberikan pelatihan dulu, seputar kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan di Rumah Antara.”
4. Apakah ada jam operasional Rumah Antara ?
“Untuk jam operasionalnya dari jam 08.00 sampai 16.00 untuk
Pekerja Sosial dan Psikolog, lalu jam 16.00 ssampai 08.00 bertukar
shift dengan security. Jadwal untuk Dokter tidak ditetapkan, tapi
seminggu sekali pasti datang untuk memeriksa kondisi kesehatan
penerima manfaat disini.”
5. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam Terapi Psikososial itu ?
“Untuk kegiatannya anak akan diminta untuk menceritakan
permasalahannya atau biasa disebut dengan intake proses, dari situ
Pekerja sosial menilai bagaimana kondisi emosi, mental, pola pikir,
dan hubungan anak dengan siapa saja. Setelah itu Pekerja Sosial
menerapkan beberapa terapi yang ada didalam terapi psikososial
seperti terapi chatarsis, realita, kognitif, sharing feeling, dan
emotional freedom.”
6. Seperti apa pelaksanaan dari terapi-terapi itu ?
“pertama untuk terapi chatarsis, memancing amarah atau emosi
negatif yang ada pada anak supaya keluarkan, pelaksanaannya
dengan kursi kosong yang kemudian menceritakan sesuatu yang
tidak ia senangi agar memancingnya untuk mengeluarkan emosi
negatif itu yang kemudian Pekerja sosial melakukan peredaman
emosi agar stabil kembali. Namun dalam pelaksanaannya diganti
menjadi menuliskan kekesalan dalam bentuk narasi, karena kalau
dengan kursi kosong, ada anak yang saking keselnya sampai
memukul kaca yang membuat tangan anak tersebut berdarah.
Kedua terapi realita, itu jadi anak diminta untuk mengungkapkan
apa yang sedang diinginkan, biasanya anak menginginkan sesuatu
yang menyenangkan tanpa memikirkan dampak negatifnya seperti
misalnya ingin bermain game online. Setelah itu pekerja sosial
akan meminta anak untuk berkomitmen kepada dirinya dan
membuatnya bertanggung jawab atas komitmennya itu. Ketiga
terapi kognitif, terapi ini untuk memrebuh pola pikir anak yang
belum matang, karena anak masih belum bisa membedakan mana
yang baik dan buruk untuk dirinya. Untuk pelaksanaannya dengan
menonton film, bermain games, dan memberikan cerita yang bisa
membuat pola pikir anak berubah menjadi lebih baik. Keempat
terapi sharing feeling, terapi ini dilakukan untuk mengetahui
perasaan anak selama berada di Rumah Antara, jadi anak kita minta
untuk menceritakan kegiatannya hari ini dan bagaimana
perasaannya, selain itu juga saya memberikan bimbingan mental
(rohani) dan memotivasi kepada anak agar kembali bersemangat
untuk memperbaiki kesalahan yang ia buat. Kelima terapi
Emotional freedom, terapi ini untuk membersihkan emosi-emosi
negatif pada diri anak, dengan cara taping atau mengetuk pada
bagian titik tubuh seperti alis, samping mata, dan bagian diatas
dada. Kemudian menentukkan masalah atau emosi negatif yang
dirasakan contohnya “saya sadar bahwa saya trauma dengan
kekerasan yang dilakukan dipenjara, dan saya terima trauma saya
ini ” sambil mengucap, tangan menekan titik tubuh dengan
mengetuk dua ujung jari kebagian titik tersebut. Namun dalam
pemberian terapi ini tidak semua diterapkan, disesuaikan dengan
kebutuhan anak saja.”
7. Kapan Anda melakukan Terapi Psikososial ?
“Dalam memberikan layanan Terapi Psikososial ini disesuaikan
dengan kondisi penerima manfaat apakah sedang dalam kondisi
mood yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan penerima
manfaat.”
8. Terapi apa yang paling sering anda gunakan di Terapi Psikososial ?
“Kalau paling sering saya menggunakan Terapi Kognitif dan
Sharing feeling, karena untuk merubah pola pikir anak menjadi
dewasa dan mengetahui kondisi emosi anak yang kemudian kita
bantu untuk mengontrol diri anak tersebut. Untuk semua terapi
yang ada di psikososial sudah saya terapkan kepada semua anak,
tapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan anak.”
9. Apa manfaat bagi Penerima manfaat ?
“Manfaat untuk anak yaitu dapat berubah pola pikirnya menjadi
lebih baik seperti dapat menentukkan mana yang baik bagi dirinya,
perubahan emosi menjadi stabil, karena emosi anak yang beranjak
dewasa biasanya tidak stabil (tidak dapat mengontrol diri),
perubahan perilaku seperti anak menjadi disiplin, keluarnya dari
lingkungan yang menyebabkan anak melakukan hal tersebut, dan
pembebasan tekanan pada anak dari trauma yang dialaminya.”
10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan
Terapi Psikososial ?
“Untuk faktor pendukungnya yaitu semangat pada Pekerja sosial
dalam menjalankan tugasnya untuk membantu anak keluar dari
permasalahannya, selain itu juga adanya kooperatif antara pekerja
sosial dengan anak. Kalau faktor penghambatnya yaitu tidak semua
Pekerja sosial melakukan terapi-terapi tersebut, hanya melakukan
konseling saja.”
11. Bagaimana hasil dari Terapi Psikososial yang sudah diberikan di
Rumah Antara ?
“Untuk hasil Terapi Psikososial yang sudah diberikan diharapkan
pola pikir penerima manfaat menjadi matang, seperti penerima
manfaat mengenal mana yang baik dan buruk untuk dirinya,
perubahan emosi yang tadinya belum stabil menjadi stabil, karena
diusianya yang memasuki tahap remaja cenderung tidak stabil,
yang memperngaruhi perilaku penerima manfaat menjadi tidak
baik seperti masih bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan
dampaknya bagi orang lainnya, dan membebaskan penerima
manfaat dari rasa tertekan yang dialaminya sewaktu penerima
manfaat berada di Lapas.”
Transkip Wawancara (Pekerja Sosial)
A. Identitas Informan
a. Naman
: Lentina
b. Jabatan
: Pekerja Sosial
c. Informasi
: Permasalahan W
d. Tanggal
: 16 Juni 2014
B. Instrumen wawancara
1. Bagaimana kronologis permasalahan Penerima manfaat ?
“Ya jadi dia terbukti memakai narkoba jenis ganja, saat itu dia
digerebek sama Polisi pas dia lagi nongkrong sama tementemennya, terus dia dibawa ke Polres dan akhirnya masuk Lapas
Salemba, menurut putusan hukuman, W harus menjalani hukuman
selama 6 bulan. Sebelumnya W telah masuk penjara selama 1
bulan yang kemudian dirujukan ke PSMP Handayani untuk
menjalani proses rehabilitasi.”
2. Bagaimana kondisi emosi penerima manfaat pada awal masuk ke
Rumah Antara ?
“Kondisi emosi W pada awal masuk seperti biasa ya seperti anakanak yang lain, kondisi emosinya masih labil, namanya juga
remaja, masih belum bisa mengontrol dirinya, sulit untuk diatur,
kadang murung kadang ceria. Ditambah lagi W baru dipindahkan
dari Lapas, jadi masih terbawalah suasana di Lapas.”
3. Bagaimana gambaran tentang pola pikir Penerima manfaat pada
saat awal masuk ke Rumah Antara ?
“Pola pikir si W masih belum matang, belum bisa memikirkan
dampaknya kalau melakukan sesuatu.”
4. Apa penyebab Penerima manfaat bisa melakukan hal tersebut ?
“Penyebabnya yaitu tidak ketatnya pengawasan orang tua dengan
pergaulan W diluar sana, yang membuat W terjerumus
menggunakan narkoba, selain itu juga W belum mempunyai
pendirian yang kuat, sehingga W gampang terpengaruh dengan
ajakan teman-temannya yang negatif.”
5. Bagaimana dengan kondisi sosialiasi W di Rumah Antara ?
“W cukup baik dalam beradaptasi dilingkungan baru, W terlihat
baik dalam bersosialiasi dengan penerima manfaat lainnya, tidak
kaku dengan penerima manfaat yang lainnya.”
6. Bagaimana riwayat permasalahan Penerima manfaat selama berada
di Rumah Antara ?
“Menurut pengawasan saya riwayat permasalahan W masih belum
ada ya, paling cuma W masih suka cari-cari perhatian saja si, dan
paling cuma kebiasaan ngompolnya aja si yang masih, tapi tidak
melakukan hal-hal diluar batas kok, lalu juga saya belum menerima
laporan apa-apa mengenai permasalahan W sampai saat ini.”
7. Bagaimana hubungan anak dengan keluarga ?
“Hubungan keluarganya cukup dekat saya rasa, akan tetapi
keluarganya memanjakan si W, mungkin karena anak terakhir jadi
W mendapatkan perlakuan khusus.”
8. Bagaimana perkembangan kelas keterampilan anak ? (11 Agustus
2014)
“Kalau kelas keterampilannya menurut laporan dari instrukturnya
kurang, maksudnya kurang tanggap dalam menerima materi yang
disampaikan. Jadi tidak ada perkembangannya didalam kelas
keterampilan.”
9. Terapi apa yang anda gunakan didalam Terapi Psikososial ?
“Saya hanya memberikan konseling saja, dan relaksasi aja. Supaya
anak nyaman dan relaks di Rumah Antara, karena kalau anak
sudah merasa relaks kan enak untuk menjalani proses rehabilitasi.”
10. Apakah ada perubahan pada anak setelah keluar dari Rumah
Antara ? (11 Agustus 2014)
“W sudah ada perubahan ya, jadi lebih mandiri dan disiplin, dan W
juga sudah berjanji untuk tidak menggunakan narkoba lagi.
Kondisi emosi W untuk saat ini sudah cukup stabil ya, terlihat dari
W sudah bisa diatur, enggak kayak pas awal masuk sini. Kalau
disuruh tuh cuma iya iya aja tapi enggak dilakuin. Si W juga kalau
sekarang udah ada keinginan untuk berubah, kayak dikurangin
nongkrongnya, enggak mau make narkoba lagi.”
Hasil Observasi
Pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 09.00 peneliti melakukan pengamatan di
Kantor Belakang Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, terdapat beberapa bangunan
seperti Asrama, Sekolah (SD samapai SMP), Kelas Keterampilan seperti kelas Las,
Mesin Pendingin (AC/Kulkas), dan Otomotif,kelas bimbingan social, Gedung
Konsultasi yang merupakan kantor bagi Pekerja Sosial dan Psikolog, lalu ada Rumah
Antara yang merupakan proses tahap awal rehabilitasi bagi penerima manfaat. Pada
saat itu penerima manfaat sedang melakukan kegiatan bimbingan sosial, kemudian
pada pukul 11.00 dilanjutkan kelas keterampilan sampai pada pukul 15.00, namun
dengan jeda ishoma pada pukul 12.00 sampai 13.00. Kondisi Rumah Antara pada saat
itu sedang kosong karena penerima manfaat yang berada di Rumah Antara sedang
melakukan kelas keterampilan, karena penerima manfaat sudah melalui 3 minggu
masa rehabilitasi di Rumah Antara, jadi diperbolehkan untuk keluar ke Rumah Antara
untuk melakukan kegiatan kelas keterampilan, namun dengan syarat kondisi fisik
penerima manfaat yang sehat (sembuh dari penyakit kulit)..Jadi, hanya ada Pekerja
Sosial yang sedang berjaga di Rumah Antara. Kemudian sekitar pukul 16.00 bergegas
pulang.
Pada tanggal 7 Mei 2014 peneliti melakukan pengamatan kembali, namun
peneliti hanya melakukan pengamatan di Rumah Antara, peneliti masih mencar bahan
untuk penelitian. Kemudian peniliti mulai menanyakan gambaran umum tentang
Rumah Antara kepada Koordinator Pekerja Sosial sekaligus yang mempunyai konsep
Rumah Antara, setelah menanyakan tentang gambaran umum Rumah Antara, peneliti
mulai mendapatkan bahan untuk dijadikan penelitian.
Pada tanggal 12 Mei 2014 pada pukul 10.00 peneliti mulai menanyakan
kepada Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial (Ibu Dewi Kania) tentang peran Rumah
Antara beserta Tujuan, Proses penerimaan penerima manfaat, kegiatan yang
dilakukan di Rumah Antara. Setelah itu peneliti kembali melakukan pengamatan di
Rumah Antara pada pukul 12.30, saat itu penerima manfaat sedang melakukan makan
siang di dalam Rumah Antara, yang kemudian dilanjutkan dengan sholat dzuhur.
Setelah melakukan ishoma, penerima manfaat kembali melakukan kegiatan kelas
keterampilan. Sekitar pukul 15.00 peneliti pulang.
Pada tanggal 14 Mei 2014 peneilit melakukan wawancara dengan Koordinator
Pekerja Sosial mengenai sejarah, pihak yang terlibat di Rumah Antara, dan kegiatan
apa saja yang dilakukan di Rumah Antara. Pada saat itu kondisi Rumah Antara
kosong, yang dikarenakan sudah keluarnya penerima manfaat dan melanjutkan
rehabilitasinya di asrama reguler yang terletak dikawasan PSMP Handayani.
Pada tanggal 19 Mei 2014 peneliti meminta izin untuk mengambil sampel
penerima manfaat untuk di jadikan bahan penelitian, setelah mendapatkan izin dari
Koordinator Pekerja Sosial, peneliti mencari penerima manfaat yang telah lama
keluar dari Rumah Antara, dan peneliti mendapatkan penerima manfaat A, kemudian
peneliti mencari Pekerja Sosial yang menangani kasus penerima manfaat A, dan
ternyata penerima manfaat telah melewati masa rehabilitasi selama 4 bulan di Rumah
Antara, penyebabnya yaitu karena A tidak mengakui perbuatannya kepada Pekerja
Sosial pada saat intake proses. Tetapi seiring berjalannya waktu, Pekerja Sosial
berhasil membuatnya mengakui perbuatannya. Peneliti juga menanyakan tentang
perubahan positif pada penerima manfaat A. Menurut beliau sudah ada perubahan
positif yang terjadi pada A, seperti sudah berkurang bohongnya, sudah mandiri, dan
hasrat untuk melakukan seksnya sudah berkurang.
Pada tanggal 21 Mei 2014 peneliti melakukan pengamatan pada sore hari
yang pada saat itu sedang melakukan kurve di asrama, peneliti menunggu A
menyelesaikan tugasnya dan kemudian melakukan wawancara kepada A, pada saat
melakukan wawancara mengenai kasus yang menjerat, A langsung tertunduk namun
terus menceritakan kejadiannya. Peneliti juga menanyakan tentang perubahan dalam
diri A, dan A menyatakan perubahannya yang positif kepada peneliti.
Pada tanggal 3 Juni 2014 peneiliti melakukan observasi di Rumah Antara,
pada saat itu Ibu Maria sedang melakukan bimbingan sosial kepada penerima manfaat
yang baru saja di datangkan dari Lapas, pesan yang disampaikan pada saat bimbingan
sosial yaitu tentang orientasi lembaga, penerima manfaat diberitahu tentang fungsi
dan tujuan dari PSMP Handayani, kemudian tentang pemenuhan kebutuhan bagi
penerima manfaat seperti fasilitas-fasilitas yang ada di PSMP Handayani. Selain itu
juga penerima manfaat dijelaskan tentang adanya kelas keterampilan bagi penerima
manfaat seperti kelas otomotif, kelas mesin pendingin, kelas keterampilan komputer,
dan kelas keterampilan las. Bagi penerima manfaat yang berada di Rumah Antara
wajib untuk menjalani semua keterampilan yang ada di PSMP Handayani untuk masa
orientasi dan menetapkan pilihan kelas keterampilan mana yang akan diambil setelah
penerima manfaat keluar dari Rumah Antara. Ibu Maria juga membuat suasana
nyaman bagi penerima manfaat agar penerima manfaat merasa aman dan nyaman
berada di PSMP Handayani, yang tujuannya untuk membebaskan rasa tertekan
penerima manfaat yang memiliki trauma pada saat penerima manfaat berada di sel
tahanan. Kemudian Ibu Maria membuat kesepakatan dengan penerima manfaat
tentang ingin melakukan apa untuk hari ini, tidak lama kemudian Ibu Maria keluar
karena mendapatkan panggilan dari Kantor depan, kemudian Ibu Lentina yang
berganti untuk menjaga penerima manfaat di Rumah Antara, pada saat Ibu Lentina
yang menjaga, beliau menanyakan tentang kasus penerima manfaat masing-masing,
yang diiringi dengan asal rujukan mereka. Peneliti menetapkan untuk menjadikan
penerima manfaat D dan W sebagai bahan penelitian peneliti. Kemudian pada pukul
16.00 jadwal untuk penerima melakukan kurve atau kegiatan bersih-bersih halaman
Rumah Antara, namun pada pelaksanaannya tidak semua penerima manfaat tidak
melakukan kurve, seperti penerima manfaat W dan D.
Pada tanggal 5 Juni 2014, peneliti kembali melaukan pengamatan di Rumah
Antara, namun pengamatan dilakukan pada malam hari yaituu pukul 19.30, pada saat
itu sedang dilakukan Terapi Sharing Feeling yang dilakukan oleh Ibu Sri, diterapi ini
penerima manfaat diminta menceritakan kepada semua penerima manfaat mengenai
perasaannya, lalu Pekerja Sosial menanyakan kelebihan dan kekurangan penerima
manfaat lainnya. pada saat melakukan terapi ini, kebetulan ada penerima manfaat
yang baru saja datang dari Lapas Salemba dan langusng diikutkan Terapi Sharing
Feeling yang sekaligus memberikan salam perkenalan untuk penerima manfaat yang
lainnya. Kondisi emosi penerima manfaat pada saat dilakukan terapi ini bermacammacam, ada yang murung, bete, dan ada juga yang berkomentar tentang keluhan
selama penerima manfaat berada di Rumah Antara. Penerima manfaat diminta untuk
menyatakan perasaannya karena telah keluar dari Lapas, setelah itu penerima manfaat
diminta untuk memberi masukan atau kritikan kepada penerima manfaat lainnya.
Kemudian Ibu Sri meminta penerima manfaat untuk memberikan semangat untuk
penerima manfaat lainnya, agar jangan mudah menyerah dalam menghadapi cobaan
yang sedang menimpanya. Setelah itu Ibu Sri memberikan bimbingan rohani dalam
bentuk ceramah, agar penerima manfaat dapat berinstropeksi diri.
Pada tanggal 16 Juni 2014 peneliti melakukan pengamatan dan melakukan
wawancara dengan Ibu Lentina mengenai kasus yang menimpa D dan W, pada saat
itu D dan W sedang mengikuti bimbingan sosial di luar Rumah Antara, karena D dan
W sudah bisa mengikuti aturan di Rumah Antara dan tidak membuat masalah, maka
D dan W diizinkan mengikuti kegiatan bimbingan sosial di luar Rumah Antara.
Pada tanggal 17 Juni 2014, peneliti melakukan pengamatan yang pada saat
itu W sedang melakukan kegiatan bimbingan keterampilan dan setelah D melakukan
kegiatan bimbingan keterampilan, peneliti mewawancarai penerima manfaat W
mengenai kasus yang menjeratnya. Terlihat kondisi emosi W nampak belum stabil,
masih terlihat murung dan tidak percaya diri (selalu menunduk).pada saat melakukan
wawancara, setelah wawancara selesai, penerima manfaat melakukan kegiatan kurve,
namun pada saat melakukannya tidak dikerjakan dengan baik oleh W. Berbeda
dengan D, D sangat bersemangat pada saat itu dalam melakukan bersih-bersih
halaman Rumah Antara.
Pada tanggal 18 Juni 2014, peneliti melakukan pengamatan sekaligus
mewawancarai D mengenai kasus yang menjeratnya, terlihat D sedang mengikuti
kegiatan rutinitas seperti melakukan kegiatan bimbingan sosial dan keterampilan.
Setelah D menyelesaikan kegiatan itu, peneliti meminta izin untuk mewawancari D,
dan D menyetujuinya. Pada saat peneliti menanyakan tentang kasus D, D nampak
terlihat murung dan merasa malu akan kasus yang menimpanya.
Pada tanggal 19 Juni 2014, peneliti melakukan pengamatan kembali di Rumah
Antara, pada saat itu Rumah Antara nampak sangat sepi (tidak ada aktivitas), peneliti
bertanya kepada Pekerja Sosial yang sedang berjaga yaitu Ibu Saras, dan ternyata
penerima manfaat yang ada di Rumah Antara diizinkan untuk mengikuti PBK
(Praktek Belajar Kerja), yang tidak mengikuti PBK hanya beberapa penerima
manfaat saja, yang dikarenakan masih mempunyai penyakit kulit, ada juga satu
penerima manfaat izin cuti untuk mengikuti ujian kenaikan kelas di Sekolahnya.
Pada tanggal 20 Juni 2014 peneliti melakukan pengamatan, terlihat D dan W
sedang menjalani kegiatan bimbingan keterampilan (otomotif) dengan tekun, dan
setelah D dan W kembali ke Rumah Antara, D dan W melakukan kurve dengan tanpa
disuruh ole Pekerja Sosial. Nampak perubahan dari segi disiplin dan mandiri.
Pada tanggal 11 Juli 2014 peneliti melakukan kembali pengamatan di Asrama
A, pada saat itu penerima manfaat sedang melakukan kegiatan kurve di halaman
asrama, yang kebetulan pada saat itu pengasuh A telah pulang dari Kantor depan
PSMP Handayani yaitu Pak Basuki, Pak Basuki merupakan staff dari PSMP
Handayani, peneliti langsung meminta izin kepada Pak Basuki untuk mewawancarai
tentang kesehatian A, menurut beliau A adalah anak yang sangat nakal, banyak
tingkahnya yang membuat pengasuh geram, seperti kebohongan yang dilakukan oleh
A, selepas A keluar dari asrama memang terlihat perilakunya yang baik-baik saja,
seperti melakukan kurve dan sebagainya, namun seiring berjalannya waktu, perilaku
baiknya semakin pudar, seperti A sudah mulai berbohong kembali, tidak melakukan
kurve lagi, A tertangkap basah sedang merokok di halaman belakang asrama pada
malam hari. Pak Basuki sudah berusaha keras untuk menghilangkan sifat bohongnya,
namun Pak Basuki butuh waktu yang tidak sedikit, perlu pendekatan-pendekatan
yang dilakukan oleh Pak Basuki. Tapi untuk saat ini perilaku A sudah lebih baik dari
sebelumnya, seperti sifat bohongnya sudah berkurang, sudah bisa mandiri dan
disiplin, walaupun masih harus di dampingi oleh beliau.
Pada tanggal 14 Juli 2014, peneliti melakukan pengamatan kepada penerima
manfaat W dan W sudah keluar dari Rumah Antara dan melanjutkan proses kedua
dari rehabilitasu yaitu masuk ke dalam asrama, peneliti baru bisa mewawancarai W
setelah W menyelesaikan kegiatan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan,
keterampilan yang W ikuti yaitu otomotif, W merasa nyaman dengan kegiatan
bimbingan keterampilan yang diikutinya, sedikit demi sedikit W mulai bisa
menambal ban motor dan setidaknya mencuci motor. W merasa kegiatan yang
dilakukan ketika di Rumah Antara sangat bermanfaat, W jadi merasa lebih mandiri
dan disiplin. W juga sudah mengetahui bahwa ganja yang pernah ia gunakan adalah
zat yang berbahaya yang bisa membunuhnya. W pun berjanji untuk tidak
menggunakan ganja lagi. Setelah peneliti mewawancarai W, W langsung melanjutkan
kegiatan kurve di asrama. Serelah mewawancarai W, peneliti menuju Rumah Antara
untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan D, pada saat itu D sedang
melakukan kegiatan kurve, peneliti menunggu D menyelesaikan kegiatan kurvenya
dan meminta izin untuk mewawancarai D mengenai perubahan yang dirasakan. D
sebenarnya sudah keluar dari Rumah Antara, namun karena D melarikan diri setelah
keluar dari Rumah Antara, maka dari itu D di masukkan kembali ke Rumah Antara
untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Menurut pengakuan D karena melarikan
diri adalah karena D merasa rindu dengan suasana rumahnya, yang untungnya pihak
keluarga D mampu untuk bekerja sama dan mengembalikan D ke Panti. Menurut D
kegiatan yang ada di Rumah Antara sangat bermanfaat, karena di Rumah Antara D
menjadi mandiri, disiplin, dan mendapatkan keterampilan baru di bidang otomotif,
selain itu juga D m=berjanji untuk tidak menggunakan Narkoba jenis Ganja lagi
karena D sudah mengetahui dampak buruknya bagi tubuh D.
Pada tanggal 8 Agustus 2014, peneliti melakukan wawancara dengan
pengasuh W yang biasa disapa Babeh, peneliti mewawancarai Babeh mengenai
keseharian W selama di asrama, pada saat itu W sedang melakukan kegiatan
bimbingan keterampilan. Babeh mencertiakan bahwa W baik-baik saja dalam
berperilaku, W juga mengikuti aturan-aturan selama di asrama, menurut beliau W
seorang anak yang aktif, ingin mengikuti segala kegiatan yang ada di PSMP
Handayani ini seperti mengikuti kegiatan bermusik yang dilakukan pada hari minggu,
namun sayangnya W tidak begitu berbakat dalam bidang musik. Namun hanya
kebiasaan mengompol W yang masih saja terjadi, tetapi untuk sampai saat ini
kebiasaan mengompol W sudah hilang .
Pada tanggal 11 Agustus 2014, peneliti melakukan wawancara kembali
kepada Ibu Lentina mengenai perkembangan W, menurut beliau W sudah
menunjukkan hasil yang positif, seperti W sudah bisa mandiri, disiplin dan W berjanji
untuk tidak menggunakan narkoba lagi. Namun sayangnya W tidak berkembang
dalam kelas keterampilan di bidang otomotif, menurut instruktur kemampuan W
dalam bidang otomotif tidak baik, karena W tidak mampu mengikuti teori dan
menerapkan teori tersebut. Setelah mewawancarai W, Peneliti juga mewawancarai
tentang perkembangan D, D sudah menunjukkan perubahan positif untuk saat ini, D
sudah mandiri, disiplin dan D berkembang dalam kelas keterampilan di bidang
otomotif, menurut instruktur, D dinilai cukup baik dalam bidang otomotif, D
menerapkan teori sesuai dengan yang diberikan oleh instruktur.
Pada tanggal 18 Agustus 2014 peneliti melakukan terminasi pada penerima
manfaat yaitu A, D, dan W. A menyetujui untuk berfoto bersama peneliti, namun
tidak dengan D, D tidak ingin berfoto bersama dengan peneliti, yang disayangkan
adalah W yang ternyata telah melarikan pada tanggal 17 Agustus 2014 yang pada saat
itu sedang diadakan lomba 17an, W memanfaatkan waktu itu untuk melarikan diri
bersama temannya, para Pekerja Sosial pun belum mendapatkan kabar tentang W.
Pada gambar sebelah kiri merupakan tampak depan Kantor depan, yang
terdapat ruangan seperti ruangan Kepala Panti, meeting room, ruangan Kepala
Seksi Rehabilitasi Sosial, Program dan Advokasi Sosial, dan ruangan Tata
Usaha. Kemudian gambar sebelah kanan merupakan tampak depan dari Rumah
Antara yang letaknya cukup jauh dari Kantor depan PSMP Handayani, karena
PSMP Handayani memiliki luas tanah yang luas.
Pada gambar dibawah sebelah kiri merupakan proses penerimaan penerima
manfaat yang sedang mengisi alat assesmen di Rumah Antara, pada gambar
dibawah sebelah kanan sedang melakukan kegiatan relaksasi pada penerima
manfaat
Pada gambar di bawah sebelah kiri merupakan kondisi ruangan tidur bagi
penerima manfaat, ruangan tidur juga sering dipakai untuk penerima manfaat
tidur siang. Kemudian gambar dibawah sebelah kanan merupakan kondisi
ruangan relaksasi bagi penerima manfaat yaitu ruangan menonton TV,
penerima manfaat boleh menonton TV atas seizin dari Pekerja Sosial.
Pada gambar di bawah sebelah kiri merupakan kamar mandi untuk penerima
manfaat, yang merupakan sarana dan prasarana Rumah Antara, pada gambar di
bawah sebelah kanan merupakan ruangan dapur dan Sel buatan, yang
merupakan sarana dan prasarana Rumah Antara, sel buatan ini berfungsi untuk
memberikan sanksi bagi penerima manfaat yang berusaha melarikan diri.
Dibawah sebelah kiri gambar merupakan ruangan bimbingan sosial atau terapi
psikososial yang merupakan sarana dan prasarana Rumah Antara, ruangan ini
digunakan untuk Pekerja Sosial dalam memberikan kegiatan bimbingan sosial
atau orientasi lembaga bagi penerima manfaat dan sering juga untuk
melakukan kegiatan Terapi Psikososial. Pada gambar di bawah sebelah kanan
sedang melakukan intake proses yang dilakukan oleh Pekerja Sosial, intake
proses merupakan penggalian masalah bagi penerima manfaat.
Pada gambar di bawah sebelah kiri sedang melakukan kegiatan terapi Kognitif
yang dilakukan oleh Pekerja Sosial, menonton DVD ini dimaksudkan agar pola
pikir penerima manfaat dapat berubah menjadi lebih baik setelah menonton
DVD yang menayangkan film yang bersifat memotivasi untuk berbuat hal
positif. Gambar di bawah sebelah kanan sedang melakukan orientasi lembaga
pada penerima manfaat yang baru saja didatangkan dari Lapas, sekaligus
memberikan kegiatan bimbingan sosial.
Pada gambar dibawah sebelah kiri merupakan terminasi dengan para pekerja
sosial dan psikolog, lalu gambar di bawah sebelah kanan merupakan foto
bersama dengan penerima manfaat yang mendapatkan izin dari penerima
manfaat itu sendiri.
Pada gambar dibawah sebelah kiri terlihat penerima manfaat W sedang
melakukan kegiatan kurve dengan tanpa disuruh oleh pengasuh setelah peneliti
melakukan wawancara dengan penerima manfaat W. Gambar sebelah kanan
terlihat penerima manfaat D sedang melakukan kegiatan kelas keterampilan
otomotif, D sangat tekun dalam mengikuti kelas keterampilan otomotif.
Pada gambar dibawah sebelah kiri merupakan kegiatan Terapi Sharing Feeling
yang dilakukan pekerja sosial, pada gambar dibawah sebelah kanan sedang
melakukan kegiatan Terapi Realita (melakukan komitmen pada penerima
manfaat)
Download