AKTIVITAS PENURUNAN KADAR GULA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) 1.2.3 Lutfi Sopiyan Hamdani1, Sri Wardatun2, Mira Miranti3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor ABSRTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian aktivitas penurunan kadar gula secara in vitro dan aktivitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak menggunakan tiga macam pelarut etanol dengan konsentrasi berbeda, yaitu 50, 70, dan 96% serta menentukan 50% penurunan kadar gula dan antioksidan terbaik dari ketiga konsentrasi pelarut etanol yang digunakan. Uji aktivitas penurunan kadar gula dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode Nelson Somogyi dengan prinsip mengoksidasi glukosa oleh reagen Nelson kemudian ditambahkan dengan larutan arsenomolibdat membentuk senyawa kompleks sedangkan pengujian antioksidannya dengan metode ABTS (2,2’Azinobis-[3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid]) yang direaksikan terlebih dahulu dengan Kalium persulfat sehingga menjadi radikal. Hasil pengujian aktivitas penurunan kadar gula dan antioksidan paling baik yaitu pada ekstrak etanol 96% dengan 50% penurunan kadar gula sebesar 24,299 ppm dan potensi antioksidan sebesar 122,445 mg SAG/g serbuk. Kata kunci : umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), aktivitas penurunan kadar gula, potensi antioksidan. ABSTRACT The research is to analyze the activity of reducing sugar level using in-vitro method and the activity of antioxidant of dayak onion corm using three kinds of ethanol solutions with different concentrations, 50%, 70%, and 96%. This research is also to determine 50% of reducing sugar level and the best antioxidant out of three ethanol solvents used. The activity of reducing sugar level test is done invitro using Nelson Somogyi method in which the glucose is oxidized by reagent Nelson and then added with arsenomolybdate solution to from a complex compound. Whereas, the antioxidant is tested using ABTS method (2,2’-Azinobis-[3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid]) which has previously been reacted with kalium persulfate so that it becomes radical. The research result show that the best activity of reducing sugar level and antioxidant is when using 96% of ethanol extract with 50% of reducing sugar level at 24,299 ppm and the antioxidant potency is 122,445 mg GAE/g powder. Keyword : dayak onion corm (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), activity of reducing sugar level, antioxidant potency. PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia, diperkirakan 1,2 - 2,3% jumlah penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas menderita diabetes. Ini menempatkan Indonesia sebagai negara ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar didunia setelah India, China, dan Amerika Serikat (Waluyo, 2009). Diabetes mellitus tidak selalu disebabkan dari gula makanan, tetapi dapat pula disebabkan oleh pengaruh radikal bebas. Paparan radikal bebas merusak sistem tubuh yang ada kaitannya dengan metabolisme gula sehingga tubuh tidak berdaya untuk menjaga level gula agar dalam kondisi normal. Peran antioksidan bagi penderita diabetes mellitus sangat penting. Berbagai studi berhasil menyimpulkan bahwa kecukupan antioksidan menurunkan resiko terhadap diabetes mellitus (Lingga, 2012). Bahan-bahan alami yang berfungsi sebagai antioksidan telah banyak digunakan dalam penyembuhan beberapa penyakit metabolik seperti diabetes melitus, baik yang berasal dari ekstrak nabati maupun hewani. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif sehingga mampu menurunkan resiko diabetes dan bermanfaat dalam mengurangi resistensi insulin (Ruhe and Donald, 2001). Umbi bawang dayak memiliki aktivitas sebagai inhibitor alfa glukosidase yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam tubuh. Inhibitor alfa glukosidase merupakan salah satu agen antidiabetik yang bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa glukosidase (Febrinda dkk., 2013). Metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi maserasi. Alasan pemilihan metode ekstraksi maserasi yaitu, prosedur dan peralatan yang digunakan lebih sederhana dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Pengadukan pada proses maserasi dilakukan selama 3 jam dengan pengaduk elektrik yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antar serbuk simplisia dengan pelarut sehingga zat - zat aktif dalam serbuk simplisia banyak yang tersari dalam larutan penyari (Salamah dan Widyasari, 2015). Kemudian diuji aktivitas penurunan kadar glukosanya secar in vitro dengan metode Nelson Somogyi. Prinsip metode Nelson Somogyi adalah oksidasi glukosa dengan reagen Nelson kemudian ditambah larutan arsenomolibdat yang bertujuan untuk membentuk kompleks molibdenum yang berwarna biru kehijauan dan dapat diukur absorbansinya untuk menentukan kadar glukosa (Kurniawan, 2013). Umbi bawang dayak juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Febrinda dkk (2013) telah melakukan pengujian aktivitas antioksidan umbi bawang dayak dengan menggunakan metode DPPH. Hasilnya menunjukkan ekstrak etanol umbi bawang dayak lebih besar dibandingkan dengan ekstrak air, oleh karena itu peneliti akan mencoba melakukan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode yang berbeda yaitu ABTS (2,2’-Azinobis-[3-ethylbenzothiazoline-6- sulfonic acid]. Metode ini mempunyai keuntungan dapat digunakan pada senyawa yang sangat berwarna sekalipun (Sandro et al., 2014). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 bertempat di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor. Pengumpulan Bahan Baku Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Mer) yang diperoleh dari situs online (www.bawangdayak.net) di daerah Purbalingga (Jawa Tengah). Umbi bawang dayak dideterminasi di LIPI Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Dayak Ditimbang 50 gram umbi bawang dayak lalu digrinder hingga halus yang kemudian ditambahkan pelarut etanol 50%, 70% dan 96% 500 mL (1:10), kemudian diekstraksi secara maserasi pada suhu 400-500C dan dikocok menggunakan magnetik stirer selama 3 jam. Setelah selesai, disaring dengan menggunakan kain batis untuk memisahkan filtrat dengan residunya. Filtrat didiamkan selama 24 jam lalu dienaptuangkan dan dipekatkan dalam rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak kental. Uji Fitokimia 1. Uji Flavonoid Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak etanol 50, 70, dan 96% umbi bawang dayak masingmasing ditambahkan 50 ml air panas kemudian dididihkan selama 5 menit, disaring sehingga diperoleh filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat. Selanjutnya ditambahkan amil alkohol dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga dalam larutan amil alkohol menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid (DepKes, 1979). 2. Uji Saponin Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak etanol 50, 70, dan 96% umbi bawang dayak masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm. Penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (DepKes RI, 1979). 3. Uji Tanin Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak etanol 50, 70, dan 96% umbi bawang dayak masing-masing ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Sebagian filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan FeCl3 1%. Terbentuknya warna kehijauan menunjukkan adanya tanin (DepKes RI, 1989). 4. Uji Alkaloid Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak daun sukun ditambah dengan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan kemudian disaring, 3 tetes filtrat dipindahkan pada kaca arloji, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat LP, jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid. Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol dengan pereaksi Mayer LP dan dengan pereaksi Bouchardat LP terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam. Percobaan dilanjutkan dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml amonia pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter p dan 1 bagian volume kloroform P. Diambil fase organik, ditambahkan natrium sulfat anhidrat P, disaring. Filtrat diuapkan di atas penangas air, sisa dilarutkan dalam sedikit asam klorida 2 N. Percobaan dilakukan dengan keempat golongan larutan percobaan, ekstrak mengandung alkaloid jika sekurang- kurangnya terbentuk endapan dengan menggunakan dua golongan larutan percobaan yang digunakan (DepKes RI, 1979). Uji Penurunan Kadar Glukosa Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Glukosa Sebanyak 5 mL larutan baku glukosa 80 ppm dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu diencerkan sampai batas kemudian dipipet 1 mL dari larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 mL reagen Nelson dan ditutup dengan kapas, kemudian dipanaskan di atas air mendidih selama 10 menit. Larutan didinginkan selama 5 menit lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL secara kuantitatif, kemudian ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu tersebut lalu diencerkan dengan akuades sampai batas, dikocok dan didiamkan selama waktu inkubasi. Hasilnya dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 700-780 nm. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Sebanyak 5 mL larutan baku glukosa 80 ppm dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu diencerkan sampai batas, kemudian dipipet 1 mL dari larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL reagen Nelson dan ditutup dengan kapas, kemudian dipanaskan di atas air mendidih selama 10 menit. Larutan didinginkan selama 5 menit lalu dipindahkan kendalam labu ukur 10 mL secara kuantitatif, kemudia ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu tersebut lalu diencerkan dengan akuades sampai batas, dikocok. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25 dan menit, sehingga didapat waktu optimum yang stabil. Pembuatan Kurva Standar Glukosa Deret standar glukosa 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dari larutan 1000 ppm. Sebanyak 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan glukosa 1000 ppm dipipet ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian sebanyak 5 ml dari masingmasing deret dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu diencerkan sampai batas kemudian dipipet 1 mL dari larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL reagen Nelson dan ditutup dengan kapas, kemudian dipanaskan di atas air mendidih selama 10 menit. Larutan didinginkan selama 5 menit lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL secara kuantitatif, kemudian ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu tersebut lalu diencerkan dengan akuades sampai batas, dikocok dan didiamkan selama waktu inkubasi. Hasilnya dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Penentuan Penurunan Kadar Glukosa Ekstrak etanol 50, 70 dan 96% umbi bawang dayak masing-masing dibuat seri konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Diambil 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 5 mL baku glukosa dengan konsentrasi 80 ppm dalam akuades. Diambil 1 mL dari larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 1 mL reagen Nelson ditutup dengan kapas kemudian dipanaskan di atas air mendidih selama 10 menit. Larutan didinginkan selama 5 menit lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL secara kuantitatif. Ditambah 1 mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu tersebut lalu diencerkan dengan akuades sampai tanda batas, dikocok dan didiamkan selama waktu inkubasi. Hasilnya dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal. Absorbansi yang diperoleh dari pengukuran sampel ekstrak etanol 50, 70 dan 96% umbi bawang dayak dikurangi dengan absorbansi blanko. Nilai absorban kemudian dimasukkan ke dalam regresi linier deret baku untuk mengetahui kadar glukosa. Uji Aktivitas Antioksidan Penentuan Panjang Maksimum Gelombang Dipipet 0,1 mL larutan ABTS 7 mM ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian dilarutkan dengan etanol 96% hingga tanda batas. Diinkubasi selama 6 menit dan diukur panjang gelombang pada kisaran 400-800 nm. Optimasi Waktu Inkubasi Dipipet 1 mL larutan standar asam galat 10 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan 0,1 mL larutan ABTS 7 mM, kemudian dilarutkan dengan etanol 96% hingga tanda batas. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum dan diukur pada waktu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 menit. Pembuatan Deret Standar Asam Galat Dibuat deret standar asam galat dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 ppm dari larutan induk asam galat 10 ppm dengan cara dipipet masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 mL ke dalam labu ukur 10 mL. Pada masing-masing labu ukur ditambahkan 0,1 mL larutan ABTS 7 mM, kemudian ditepatkan dengan etanol 96% sampai tanda batas. Campuran dihomogenkan dan diukur pada panjang gelombang maksimum dan pada waktu optimum. Pembuatan Larutan Pembanding Dipipet 1 mL larutan induk standar asam galat 10 ppm kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan 0,1 mL larutan ABTS 7 mM, kemudian ditepatkan dengan etanol 96% sampai tanda batas. Campuran dihomogenkan dan diukur pada panjang gelombang maksimum dan pada waktu optimum. Pembuatan Larutan Uji Ditimbang seksama 100 mg ekstrak etanol 50, 70 dan 96% umbi bawang dayak masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai tanda batas (1000 ppm). Dipipet 1 mL larutan ekstrak etanol 50, 70 dan 96% umbi bawang dayak 1000 ppm, kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan etanol 96% sampai tanda batas (10 ppm). Masingmasing dipipet 5 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan 0,1 mL larutan ABTS 7 mM, kemudian diencerkan dengan etanol 96% sampai tanda batas. Campuran dihomogenkan dan diukur pada panjang gelombang maksimum dan pada waktu optimum. Perhitungan Antioksidan Metode ABTS Kurva kalibrasi dipersiapkan dengan menggunakan deret standar asam galat. Kapasitas antioksidan dinyatakan sebagai berat setara dengan asam galat tiap gram serbuk simplisia. Perhitungan total antioksidan didapatkan dengan cara memasukkan nilai absorbansi pada persamaan regresi linear: y = bx + a. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Bubur Umbi Bawang Dayak Bubur umbi bawang dayak mempunyai karakteristik yaitu bubur umbi bawang dayak berwarna merah, memiliki rasa pahit dan aroma yang sangat khas. internal dan eksternal yang terdapat dalam simplisia (Puspadewi dkk., 2013). Ekstrak Kental Umbi Bawang Dayak Ekstrak kental umbi bawang dayak diperoleh dengan cara ekstraksi maserasi. Ekstraksi maserasi dipilih untuk menghindari terjadinya kerusakan terhadap komponen organik penyusun yang tidak tahan terhadap panas dan memudahkan penarikan senyawa kimia di dalamnya. Pelarut pengekstraksi yang digunakan yaitu etanol 96%, etanol 70%, dan etanol 50% yang kemudian dipekatkan dalam rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental umbi bawang dayak. Terdapat perbedaan kekentalan pada tiap-tiap ekstrak. Perbedaan kekentalan dapat dipengaruhi oleh kadar air ekstrak dari masing-masing pelarut. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbedaan konsentrasi etanol yaitu etanol 50, 70, dan 96%. Maserasi dengan pelarut etanol ditujukan agar senyawa-senyawa polar yang terdapat dalam simplisia umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dapat terekstrak. Senyawa-senyawa yang bersifat semi polar akan terekstrak oleh pelarut semi polar dan senyawa-yang bersifat polar akan terekstrak dala pelarut polar (Ikhlas, 2013). Ekstrak Etanol 96% Bubur Umbi Bawang dayak dapat dilihat pada gambar diatas. Kadar air bubur umbi bawang dayak sebesar 61,06%, hal ini dikarnakan simplisia tidak mengalami proses pengeringan terlebih dahulu, sehingga kadar air yang diperoleh cukup tinggi. Kadar abu total untuk umbi bawang dayak sebesar 6,759%. Data tersebut menunjukkan bahwa kandungan mineral Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 50% Ekstrak kental umbi bawang dayak dapat dilihat pada gambar diatas. Perbedaan jumlah rendemen ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% dapat disebabkan oleh penarikan senyawa oleh masing-masing pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya. Ekstrak etanol 50% menunjukkan jumlah rendemen yang lebih besar dibandingkan ekstrak etanol yang lainnya, hal ini dapat dikarenakan senyawa aktif dalam umbi bawang dayak bersifat polar sehingga akan terekstraksi lebih banyak pada pelarut yang bersifat lebih polar. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% umbi bawang dayak menunjukkan hasil positif pada uji fitokimia senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid. Hasil Uji Penurunan Kadar Glukosa Ekstrak Umbi Bwang Dayak Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan tahap awal yang dilakukan adalah menentukan panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan tujuan mendapatkan serapan yang maksimum dari larutan. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan menggunakan larutan glukosa direaksikan dengan pereaksi Nelson Somogyi dan arsenomolibdat yang menghasilkan warna biru kehijauan. Pengujian dilakukan pada kisaran panjang gelombang antara 700-800 nm dan diperoleh panjang gelombang maksimum 745 nm. Hasil optimasi Waktu Inkubasi Penentuan optimasi waktu inkubasi dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk suatu zat agar bereaksi dengan maksimal dan stabil. Waktu inkubasi yang optimum diperoleh pada menit ke 25. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprizayansyah (2015) yang memberikan panjang gelombang maksimum pada spektrum yang sama. Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat deret konsentrasi antara lain 10 - 50 ppm, adapun pembuatan kurva kalibrasi ditujukan untuk mendapatkan persamaan linieritas antara absorbansi dan konsentrasi. Persamaan linier yang didapat dari kurva kalibrasi y=0,0038x + 0,1957 dengan nilai koefisien relasi r2=0,9997 yang berarti ada korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi. Hasil Uji Penurunan Kadar Glukosa Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa dari ekstrak umbi bawang dayak dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa. Ekstrak umbi bawang dayak yang ditambahkan dengan larutan glukosa akan membentuk kompleks glukosa sengan flavonoid. Gugus OH pada flavonoid diduga mampu mengikat glukosa yang membuat kadar glukosa yang ada pada larutan baku akan berkurang. Sisa glukosa yang tidak terikat oleh senyawa pada umbi bawang dayak akan bereaksi dengan reagen Nelson dan membentuk endapan merah bata kemudian penambahan reagen arsenomolibdat menghasilkan molibdine yang berwarna biru kehijauan, lalu diukur serapannya dengan spektrofotometer UVVis (Kurniawan, 2013). Perhitungan dilakukan terhadap serapan yang diperolah menggunakan persamaan linier yang didapat dari pengukuran kurva kalibrasi glukosa. Rata-rata Konsentrasi Sampel Penurunan 50% Kadar Glukosa (ppm) Ekstrak Etanol 24,299 96% Ekstrak Etanol 33,565 70% Ekstrak Etanol 46,151 50% Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa menunjukkan adanya pengaruh penambahan ekstrak kental etanol terhadap kadar baku glukosa. Ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak mampu menurunkan 50% kadar baku glukosa pada konsentrasi 24,299 ppm, ekstrak etanol 70% umbi bawang dayak pada konsentrasi 33,565 ppm, sedangkan ekstrak etanol 50% umbi bawang dayak pada konsentrasi 46,151 ppm, nilai ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% lebih efektif menurunkan 50% kadar baku glukosa, semakin kecil konsentrasi yang diperlukan untuk menurunkan 50% kadar glukosa maka semakin besar aktivitas penurunan kadar glukosa. Penurunan kadar glukosa menunjukkan bahwa penambahan ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan perbedaan konsentrasi dapat menurunkan kadar glukosa secara in vitro menggunakan metode Nelson Somogyi dan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan pada larutan baku glukosa dapat mempengaruhi persentase penurunan yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan akan semakin tinggi persentase penurunan kadar glukosa yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin banyak senyawa yang terkandung dalam ekstrak umbi bawang dayak dapat mengikat glukosa sehingga akan menurunkan kadar glukosa yang ada dalam larutan baku glukosa 80 ppm. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Metode ABTS Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Hasil penentuan panjang gelombang diperoleh panjang gelombang maksimum larutan ABTS yaitu 413 nm. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Timang (2014) yang memberikan panjang gelombang maksimum pada 412nm. ABTS pada dasarnya merupakan senyawa stabil berwarna biru kehijauan. ABTS menjadi radikal setelah direaksikan dengan Kalium persulfat dan mengalami perubahan menjadi biru tinta, larutan ABTS stabil selama dua hari dan dipakai untuk mengukur aktivitas antioksidan. Dibutuhkan waktu 16 jam untuk mengubah ABTS menjadi suatu senyawa yang radikal (Timang, 2014). Hasil Optimasi Waktu Inkubasi Penentuan optimasi waktu inkubasi dengan larutan standar asam galat 10 ppm dihasilkan waktu optimum pada menit ke-6. Hal ini ditunjukkan dengan nilai absorban yang stabil pada waktu tersebut. Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi Standar Asam Galat Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat deret konsentrasi antara lain 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 ppm, adapun pembuatan kurva kalibrasi ditujukan untuk mendapatkan persamaan linieritas antara absorbansi dan konsentrasi, sehingga diperoleh persamaan y=0,011x + 0,262 dengan nilai koefisien relasi r2=0,9981. Analisis regresi dapat dipercaya apabila nilai R2 nya mendekati 1. Nilai r2 mendekati nilai 1 sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil Uji Potensi Antioksidan Penentuan kapasitas antioksidan pada ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% umbi bawang dayak dengan asam galat sebagai pembanding dan aktivitas antioksidan dinyatakan dalam mg SAG/g serbuk simplisia sebagai kapasitas antioksidan. Sampel Rata-rata Kapasitas Antioksidan (mg SAG/g serbuk) Standar 972,277 Asam Galat Ekstrak Etanol 122,445 96% Ekstrak Etanol 87,061 70% Ekstrak Etanol 55,763 50% Diketahui pada tabel diatas bahwa ekstrak etanol 96% memiliki kapasitas antioksidan lebih besar daripada ekstrak yang lainnya, pada penelitian febrinda dkk (2013) menyatakan ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak memiliki aktivitas antioksidan yang bagus dibanding dengan ekstrak air menggunakan metode DPPH. Hal ini kemungkinan terkait dengan penarikan senyawa antioksidan yang lebih banyak pada ekstrak etanol 96%, sehingga ekstrak etanol 96% memiliki kapasitas antioksidan dengan nilai 122,455 mg SAG/g serbuk dibandingkan dengan konsentrasi etanol yang lainnya. Standar asam galat memiliki kapasitas antioksidan yang sangat tinggi yaitu 972,277 mg SAG/g serbuk. Hal ini dapat dikarenakan asam galat memiliki kandungan fenol asam organik yang bersifat senyawa murni. Hasil Kolerasi Analisis kolerasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut etanol terhadap penurunan kadar glukosa secara in vitro dengan metode Nelson Somogyi, pengaruh konsentrasi pelarut etanol terhadap kapasitas antioksidan dan pengaruh antioksidan terhadap penurunan kadar glukosa. Analisis korelasi dilakukan dengan aplikasi SPSS, metode yang digunakan adalah pearson correlation. Hasil kolerasi dapat dilihat pada Tabel Variabel Nilai Korelasi Pelarut Etanol dan Penurunan 0,974 Kadar Glukosa Pelarut Etanol dan Kapasitas 0,999 Antioksidan Antioksidan dan Penurunan 0,983 Kadar Glukosa a. Nilai korelasi pelarut etanol dan penurunan kadar glukosa adalah 0,975. Nilai ini menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi sampel dan penurunan kadar glukosa. Semakin besar konsentrasi etanol yang digunakan maka nilai penurunan 50% kadar glukosa akan semakin kecil yang berarti aktivitas penurunan glukosa semakin baik. b. Nilai kolerasi pelarut etanol dan kapasitas antioksidan adalah 0,999. Nilai kolerasi ini yang terbaik dari kedua variabel karena nilai kolerasinya lebih mendekati 1 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya kolerasi atau hubungan yang nyata antara pelarut etanol dengan kapasitas antioksidan. Semakin besar konsentrasi etanol yang digunakan maka semakin besar aktivitas antioksidan umbi bawang dayak yang terekstraksi. Berdasarkan hasil penelitian Senja, dkk (2014) semakin tinggi konsentrasi etanol yang digunakan maka akan semakin banyak senyawa aktif yang terlarut dalam proses ekstraksi. c. Nilai kolerasi antioksidan dan penurunan kadar glukosa adalah 0,984. Nilai ini dapat dinyatakan bahwa adanya hubungan yang nyata antara antioksidan dengan penurunan kadar glukosa. Semakin besar kapasitas antioksidan maka akan semakin baik aktivitas penurunan kadar glukosa. Pelarut etanol 96% yang dapat menghasilkan aktivitas antioksidan paling kuat dan nilai penurunan 50% kadar glukosa paling kecil. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Hasil penurunan 50% kadar gula ekstrak etanol 96%, 70% dan 50% umbi bawang dayak sebesar 24,299 ppm; 33,565 ppm; 46,151 ppm. Sedangkan pada aktivitas antioksidan metode ABTS pada ekstrak etanol 96% sebesar 122,445 mg SAG/g serbuk, ekstrak etanol 70% sebesar 87,061 mg SAG/g serbuk, dan ekstrak etanol 50% sebesar 55,763 mg SAG/g serbuk. b. Hasil penurunan kadar gula ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak lebih efektif menurunkan 50% kadar baku glukosa dengan konsentrasi 24,299 ppm, sedangkan aktivitas antioksidan yang terbaik yaitu ekstrak etanol 96% sebesar 122,445 mg SAG/g serbuk. Saran a. Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa kimia umbi bawang dayak agar dapat diketahui senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dan penurunan kadar gula. b. Perlu dilakukan validasi analisis sehinga didapatkan Sd ≥ 5%. DAFTAR PUSTAKA Aprizayansyah, A. 2015. Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Secara In Vitro dan Korelasinya Terhadap Kandungan Flavonoid. Skripsi. Universitas Pakuan. DepKes RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta. DepKes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hal 540-551. Febrinda, A. E., M. Astawan., T. Wresdiyanti., dan D. Yuliana. 2013. Kapasitas Antioksidan dan Inhibitor Alfa Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang Dayak. J. Teknol dan Industri pangan 24 (2). Kurniawan, A.N.R. 2013. Pengaruh Ekstrak Etanol dan Isolat Flavonoid Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Terhadap Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa Secara In Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi. Yayasan Pharmasi: Semarang. Lingga, L. 2012. The Healing Power of Antioxidant. PT Elex Media Komputindo: Jakarta. Hal: 20-22. Puspsdewi, R., Adirestuti, P., Minawati, R. 2013. Khasiat Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L,) Merr) Sebagai Herbal Antimikroba Kulit. Karika Jurnal Ilmiah Farmasi 1(1), 31-37. Ruhe, R. C. and R. B. McDonald. 2001. Use of Antioxidant Nutrient in The Prevention and Treatment of Type 2 Diabetes. J. Am. Coll. Nutr. 20:5, 363-369. Salamah, N., Widyasari, E. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstak Metanol Daun Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) Dengan Metode Penangkapan Radikal 2,2’-Difenil-1Pikrilhidrazil. Pharmaciana 5 (1). Sandro, D. O., Souza, G. A., Eckert, C. R., Silva, T. A., Sobral, E. S., Favero, O. A., Ferreira, M . J. P., Romoff, P., and Baader, W. J. 2014. Evaluation of antiradical assays used in determining the antioxidant capacity of pure compounds and plant extracts. Quim Nova. 37(3): 497-503. Timang, I.N. 2014. Uji aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak etanol 96% buah strawberry (Fragaria x ananassa Duch.) dan belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dengan metode peredaman radikal bebas ABTS. Skripsi. Universitas Pancasila.