AKTIVITAS PENURUNAN KADAR GULA DAN POTENSI

advertisement
AKTIVITAS PENURUNAN KADAR GULA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI
BAWANG DAYAK
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
1.2.3
Lutfi Sopiyan Hamdani1, Sri Wardatun2, Mira Miranti3
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor
ABSRTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian aktivitas penurunan kadar gula secara in
vitro dan aktivitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak menggunakan tiga macam pelarut etanol
dengan konsentrasi berbeda, yaitu 50, 70, dan 96% serta menentukan 50% penurunan kadar gula dan
antioksidan terbaik dari ketiga konsentrasi pelarut etanol yang digunakan. Uji aktivitas penurunan kadar
gula dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode Nelson Somogyi dengan prinsip
mengoksidasi glukosa oleh reagen Nelson kemudian ditambahkan dengan larutan arsenomolibdat
membentuk senyawa kompleks sedangkan pengujian antioksidannya dengan metode ABTS (2,2’Azinobis-[3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid]) yang direaksikan terlebih dahulu dengan Kalium
persulfat sehingga menjadi radikal. Hasil pengujian aktivitas penurunan kadar gula dan antioksidan paling
baik yaitu pada ekstrak etanol 96% dengan 50% penurunan kadar gula sebesar 24,299 ppm dan potensi
antioksidan sebesar 122,445 mg SAG/g serbuk.
Kata kunci : umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), aktivitas penurunan kadar gula,
potensi antioksidan.
ABSTRACT
The research is to analyze the activity of reducing sugar level using in-vitro method and the
activity of antioxidant of dayak onion corm using three kinds of ethanol solutions with different
concentrations, 50%, 70%, and 96%. This research is also to determine 50% of reducing sugar level and
the best antioxidant out of three ethanol solvents used. The activity of reducing sugar level test is done invitro using Nelson Somogyi method in which the glucose is oxidized by reagent Nelson and then added
with arsenomolybdate solution to from a complex compound. Whereas, the antioxidant is tested using
ABTS method (2,2’-Azinobis-[3-Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid]) which has previously been
reacted with kalium persulfate so that it becomes radical. The research result show that the best activity of
reducing sugar level and antioxidant is when using 96% of ethanol extract with 50% of reducing sugar
level at 24,299 ppm and the antioxidant potency is 122,445 mg GAE/g powder.
Keyword : dayak onion corm (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), activity of reducing sugar level,
antioxidant potency.
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat
Indonesia, diperkirakan 1,2 - 2,3% jumlah
penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke
atas menderita diabetes. Ini menempatkan
Indonesia sebagai negara ke-4 dengan jumlah
penderita diabetes terbesar didunia setelah India,
China, dan Amerika Serikat (Waluyo, 2009).
Diabetes mellitus tidak selalu disebabkan dari
gula makanan, tetapi dapat pula disebabkan oleh
pengaruh radikal bebas. Paparan radikal bebas
merusak sistem tubuh yang ada kaitannya
dengan metabolisme gula sehingga tubuh tidak
berdaya untuk menjaga level gula agar dalam
kondisi normal. Peran antioksidan bagi penderita
diabetes mellitus sangat penting. Berbagai studi
berhasil menyimpulkan bahwa kecukupan
antioksidan menurunkan resiko terhadap
diabetes mellitus (Lingga, 2012).
Bahan-bahan alami yang berfungsi
sebagai antioksidan telah banyak digunakan
dalam penyembuhan beberapa
penyakit
metabolik seperti diabetes melitus, baik yang
berasal dari ekstrak nabati maupun hewani.
Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi
berantai dari pembentukan radikal bebas yang
dapat menimbulkan stress oksidatif sehingga
mampu menurunkan resiko diabetes dan
bermanfaat dalam mengurangi resistensi insulin
(Ruhe and Donald, 2001).
Umbi bawang dayak memiliki aktivitas
sebagai inhibitor alfa glukosidase yang berfungsi
untuk menurunkan kadar gula dalam tubuh.
Inhibitor alfa glukosidase merupakan salah satu
agen antidiabetik yang bekerja dengan cara
menghambat kerja enzim alfa glukosidase
(Febrinda dkk., 2013).
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu
ekstraksi maserasi. Alasan pemilihan metode
ekstraksi maserasi yaitu, prosedur dan peralatan
yang digunakan lebih sederhana dibandingkan
dengan metode ekstraksi lainnya. Pengadukan
pada proses maserasi dilakukan selama 3 jam
dengan pengaduk elektrik yang bertujuan untuk
meningkatkan kontak antar serbuk simplisia
dengan pelarut sehingga zat - zat aktif dalam
serbuk simplisia banyak yang tersari dalam
larutan penyari (Salamah dan Widyasari, 2015).
Kemudian diuji aktivitas penurunan kadar
glukosanya secar in vitro dengan metode Nelson
Somogyi. Prinsip metode Nelson Somogyi
adalah oksidasi glukosa dengan reagen Nelson
kemudian ditambah larutan arsenomolibdat yang
bertujuan
untuk
membentuk
kompleks
molibdenum yang berwarna biru kehijauan dan
dapat diukur absorbansinya untuk menentukan
kadar glukosa (Kurniawan, 2013).
Umbi bawang dayak juga memiliki
aktivitas sebagai antioksidan. Febrinda dkk
(2013) telah melakukan pengujian aktivitas
antioksidan umbi bawang dayak dengan
menggunakan
metode
DPPH.
Hasilnya
menunjukkan ekstrak etanol umbi bawang dayak
lebih besar dibandingkan dengan ekstrak air,
oleh karena itu peneliti akan mencoba
melakukan pengujian aktivitas antioksidan
menggunakan metode yang berbeda yaitu ABTS
(2,2’-Azinobis-[3-ethylbenzothiazoline-6-
sulfonic acid]. Metode ini mempunyai
keuntungan dapat digunakan pada senyawa yang
sangat berwarna sekalipun (Sandro et al., 2014).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2015 sampai Maret 2016 bertempat di
Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan,
Bogor.
Pengumpulan Bahan Baku
Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah umbi bawang dayak (Eleutherine
palmifolia (L.) Mer) yang diperoleh dari situs
online (www.bawangdayak.net) di daerah
Purbalingga (Jawa Tengah). Umbi bawang
dayak dideterminasi di LIPI Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor.
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Dayak
Ditimbang 50 gram umbi bawang dayak
lalu digrinder hingga halus yang kemudian
ditambahkan pelarut etanol 50%, 70% dan 96%
500 mL (1:10), kemudian diekstraksi secara
maserasi pada suhu 400-500C dan dikocok
menggunakan magnetik stirer selama 3 jam.
Setelah selesai, disaring dengan menggunakan
kain batis untuk memisahkan filtrat dengan
residunya. Filtrat didiamkan selama 24 jam lalu
dienaptuangkan dan dipekatkan dalam rotary
evaporator sampai didapatkan ekstrak kental.
Uji Fitokimia
1.
Uji Flavonoid
Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak etanol 50,
70, dan 96% umbi bawang dayak masingmasing ditambahkan 50 ml air panas kemudian
dididihkan selama 5 menit, disaring sehingga
diperoleh filtrat yang digunakan sebagai larutan
percobaan.
5
ml
larutan
percobaan
ditambahkan serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat.
Selanjutnya ditambahkan amil alkohol dikocok
dengan kuat dan dibiarkan memisah.
Terbentuknya warna merah, kuning atau
jingga
dalam
larutan
amil alkohol
menunjukkan adanya senyawa golongan
flavonoid (DepKes, 1979).
2.
Uji Saponin
Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak etanol
50, 70, dan 96% umbi bawang dayak
masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air
panas, didinginkan dan dikocok kuat-kuat
selama 10 detik, terbentuk buih yang stabil
selama tidak kurang dari 10 menit setinggi
1 cm sampai 10 cm. Penambahan 1 tetes
asam klorida 2 N buih tidak hilang (DepKes
RI, 1979).
3.
Uji Tanin
Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak etanol
50, 70, dan 96% umbi bawang dayak
masing-masing ditambahkan 50 ml air
panas, dididihkan selama 5 menit dan
disaring. Sebagian filtrat yang diperoleh
ditambahkan
larutan
FeCl3
1%.
Terbentuknya
warna
kehijauan
menunjukkan adanya tanin (DepKes RI,
1989).
4.
Uji Alkaloid
Sebanyak ± 0,2 gram ekstrak daun
sukun ditambah dengan 1 ml asam klorida 2
N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas
penangas air selama 2 menit, didinginkan
kemudian disaring,
3 tetes filtrat
dipindahkan pada kaca arloji, kemudian
ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat
LP, jika pada kedua percobaan tidak terjadi
endapan, maka serbuk tidak mengandung
alkaloid.
Adanya alkaloid ditunjukkan dengan
terbentuk endapan menggumpal berwarna
putih atau kuning yang larut dalam metanol
dengan pereaksi Mayer LP dan dengan
pereaksi Bouchardat LP terbentuk endapan
berwarna coklat sampai hitam.
Percobaan
dilanjutkan
dengan
mengocok sisa filtrat dengan 3 ml amonia
pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian
volume eter p dan 1 bagian volume
kloroform P. Diambil fase organik,
ditambahkan natrium sulfat anhidrat P,
disaring. Filtrat diuapkan di atas penangas
air, sisa dilarutkan dalam sedikit asam
klorida 2 N. Percobaan dilakukan dengan
keempat golongan larutan percobaan,
ekstrak mengandung alkaloid jika sekurang-
kurangnya terbentuk endapan dengan
menggunakan dua golongan larutan
percobaan yang digunakan (DepKes RI,
1979).
Uji Penurunan Kadar Glukosa
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Glukosa
Sebanyak 5 mL larutan baku glukosa
80 ppm dipipet dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL, lalu diencerkan sampai
batas kemudian dipipet 1 mL dari larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 1 mL reagen Nelson dan
ditutup dengan kapas, kemudian dipanaskan
di atas air mendidih selama 10 menit.
Larutan didinginkan selama 5 menit lalu
dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL
secara kuantitatif, kemudian ditambahkan 1
mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu
tersebut lalu diencerkan dengan akuades
sampai batas, dikocok dan didiamkan
selama waktu inkubasi. Hasilnya dibaca
dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 700-780 nm.
Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
Sebanyak 5 mL larutan baku glukosa
80 ppm dipipet dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL, lalu diencerkan sampai
batas, kemudian dipipet 1 mL dari larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan 1 mL reagen Nelson dan
ditutup dengan kapas, kemudian dipanaskan
di atas air mendidih selama 10 menit.
Larutan didinginkan selama 5 menit lalu
dipindahkan kendalam labu ukur 10 mL
secara kuantitatif, kemudia ditambahkan 1
mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu
tersebut lalu diencerkan dengan akuades
sampai batas, dikocok. Serapan diukur pada
panjang gelombang maksimum pada 5, 10,
15, 20, 25 dan menit, sehingga didapat
waktu optimum yang stabil.
Pembuatan Kurva Standar Glukosa
Deret standar glukosa 10, 20, 30, 40
dan 50 ppm dari larutan 1000 ppm.
Sebanyak 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan glukosa
1000 ppm dipipet ke dalam labu ukur 50 ml,
kemudian sebanyak 5 ml dari masingmasing deret dipipet dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL, lalu diencerkan
sampai batas kemudian dipipet 1 mL dari
larutan tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL reagen
Nelson dan ditutup dengan kapas, kemudian
dipanaskan di atas air mendidih selama 10
menit. Larutan didinginkan selama 5 menit
lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL
secara kuantitatif, kemudian ditambahkan 1
mL reagen arsenomolibdat ke dalam labu
tersebut lalu diencerkan dengan akuades
sampai batas, dikocok dan didiamkan
selama waktu inkubasi. Hasilnya dibaca
dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum.
Penentuan Penurunan Kadar Glukosa
Ekstrak etanol 50, 70 dan 96% umbi
bawang dayak masing-masing dibuat seri
konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm.
Diambil 5 mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan dengan 5 mL baku
glukosa dengan konsentrasi 80 ppm dalam
akuades. Diambil 1 mL dari larutan tersebut
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambah 1 mL reagen Nelson ditutup
dengan kapas kemudian dipanaskan di atas
air mendidih selama 10 menit. Larutan
didinginkan
selama
5
menit
lalu
dipindahkan ke dalam labu ukur 10 mL
secara kuantitatif. Ditambah 1 mL reagen
arsenomolibdat ke dalam labu tersebut lalu
diencerkan dengan akuades sampai tanda
batas, dikocok dan didiamkan selama waktu
inkubasi.
Hasilnya
dibaca
dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimal.
Absorbansi yang diperoleh dari
pengukuran sampel ekstrak etanol 50, 70
dan 96% umbi bawang dayak dikurangi
dengan absorbansi blanko. Nilai absorban
kemudian dimasukkan ke dalam regresi
linier deret baku untuk mengetahui kadar
glukosa.
Uji Aktivitas Antioksidan
Penentuan
Panjang
Maksimum
Gelombang
Dipipet 0,1 mL larutan ABTS 7 mM ke
dalam labu ukur 10 mL, kemudian dilarutkan
dengan etanol 96% hingga tanda batas.
Diinkubasi selama 6 menit dan diukur panjang
gelombang pada kisaran 400-800 nm.
Optimasi Waktu Inkubasi
Dipipet 1 mL larutan standar asam
galat 10 ppm dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL, ditambahkan 0,1 mL larutan
ABTS 7 mM, kemudian dilarutkan dengan
etanol 96% hingga tanda batas. Serapan
diukur pada panjang gelombang maksimum
dan diukur pada waktu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12
menit.
Pembuatan Deret Standar Asam Galat
Dibuat deret standar asam galat
dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan
0,6 ppm dari larutan induk asam galat 10
ppm dengan cara dipipet masing-masing 0,1;
0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 mL ke dalam labu
ukur 10 mL. Pada masing-masing labu ukur
ditambahkan 0,1 mL larutan ABTS 7 mM,
kemudian ditepatkan dengan etanol 96%
sampai
tanda
batas.
Campuran
dihomogenkan dan diukur pada panjang
gelombang maksimum dan pada waktu
optimum.
Pembuatan Larutan Pembanding
Dipipet 1 mL larutan induk standar
asam galat 10 ppm kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan 0,1
mL larutan ABTS 7 mM, kemudian
ditepatkan dengan etanol 96% sampai tanda
batas. Campuran dihomogenkan dan diukur
pada panjang gelombang maksimum dan
pada waktu optimum.
Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang seksama 100 mg ekstrak
etanol 50, 70 dan 96% umbi bawang dayak
masing-masing dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL, kemudian dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas (1000 ppm).
Dipipet 1 mL larutan ekstrak etanol 50, 70
dan 96% umbi bawang dayak 1000 ppm,
kemudian dimasukan ke dalam labu ukur
100 mL dan dilarutkan dengan etanol 96%
sampai tanda batas (10 ppm). Masingmasing dipipet 5 mL dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan 0,1
mL larutan ABTS 7 mM, kemudian
diencerkan dengan etanol 96% sampai tanda
batas. Campuran dihomogenkan dan diukur
pada panjang gelombang maksimum dan
pada waktu optimum.
Perhitungan Antioksidan Metode ABTS
Kurva kalibrasi dipersiapkan dengan
menggunakan deret standar asam galat.
Kapasitas antioksidan dinyatakan sebagai
berat setara dengan asam galat tiap gram
serbuk
simplisia.
Perhitungan
total
antioksidan didapatkan dengan cara
memasukkan
nilai
absorbansi
pada
persamaan regresi linear: y = bx + a.
HASIL PENELITIAN
Karakterisasi Bubur Umbi Bawang
Dayak
Bubur
umbi
bawang
dayak
mempunyai karakteristik yaitu bubur umbi
bawang dayak berwarna merah, memiliki
rasa pahit dan aroma yang sangat khas.
internal dan eksternal yang terdapat dalam
simplisia (Puspadewi dkk., 2013).
Ekstrak Kental Umbi Bawang Dayak
Ekstrak kental umbi bawang dayak
diperoleh dengan cara ekstraksi maserasi.
Ekstraksi
maserasi
dipilih
untuk
menghindari terjadinya kerusakan terhadap
komponen organik penyusun yang tidak
tahan terhadap panas dan memudahkan
penarikan senyawa kimia di dalamnya.
Pelarut pengekstraksi yang digunakan yaitu
etanol 96%, etanol 70%, dan etanol 50%
yang kemudian dipekatkan dalam rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental
umbi bawang dayak. Terdapat perbedaan
kekentalan pada tiap-tiap ekstrak. Perbedaan
kekentalan dapat dipengaruhi oleh kadar air
ekstrak dari masing-masing pelarut.
Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perbedaan konsentrasi
etanol yaitu etanol 50, 70, dan 96%.
Maserasi dengan pelarut etanol ditujukan
agar senyawa-senyawa polar yang terdapat
dalam simplisia umbi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dapat
terekstrak. Senyawa-senyawa yang bersifat
semi polar akan terekstrak oleh pelarut semi
polar dan senyawa-yang bersifat polar akan
terekstrak dala pelarut polar (Ikhlas, 2013).
Ekstrak
Etanol 96%
Bubur Umbi Bawang dayak dapat dilihat
pada gambar diatas. Kadar air bubur umbi
bawang dayak sebesar 61,06%, hal ini
dikarnakan simplisia tidak mengalami
proses pengeringan terlebih dahulu,
sehingga kadar air yang diperoleh cukup
tinggi. Kadar abu total untuk umbi bawang
dayak sebesar 6,759%. Data tersebut
menunjukkan bahwa kandungan mineral
Ekstrak
Etanol 70%
Ekstrak
Etanol 50%
Ekstrak kental umbi bawang dayak
dapat dilihat pada gambar diatas. Perbedaan
jumlah rendemen ekstrak etanol 96%, 70%,
dan 50% dapat disebabkan oleh penarikan
senyawa oleh masing-masing pelarut yang
berbeda tingkat kepolarannya. Ekstrak
etanol 50% menunjukkan jumlah rendemen
yang lebih besar dibandingkan ekstrak
etanol yang lainnya, hal ini dapat
dikarenakan senyawa aktif dalam umbi
bawang dayak bersifat polar sehingga akan
terekstraksi lebih banyak pada pelarut yang
bersifat lebih polar.
Hasil Uji Fitokimia
Ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50%
umbi bawang dayak menunjukkan hasil
positif pada uji fitokimia senyawa golongan
flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid.
Hasil Uji Penurunan Kadar Glukosa
Ekstrak Umbi Bwang Dayak
Hasil Penetapan Panjang Gelombang
Maksimum
Pengujian aktivitas penurunan kadar
glukosa dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis dan tahap awal
yang dilakukan adalah menentukan panjang
gelombang maksimum. Penentuan panjang
gelombang maksimum dilakukan dengan
tujuan
mendapatkan
serapan
yang
maksimum dari larutan. Penentuan panjang
gelombang maksimum dilakukan dengan
menggunakan larutan glukosa direaksikan
dengan pereaksi Nelson Somogyi
dan
arsenomolibdat yang menghasilkan warna
biru kehijauan. Pengujian dilakukan pada
kisaran panjang gelombang antara 700-800
nm dan diperoleh panjang gelombang
maksimum 745 nm.
Hasil optimasi Waktu Inkubasi
Penentuan optimasi waktu inkubasi
dilakukan untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan untuk suatu zat agar bereaksi
dengan maksimal dan stabil. Waktu inkubasi
yang optimum diperoleh pada menit ke 25.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aprizayansyah (2015) yang
memberikan panjang gelombang maksimum
pada spektrum yang sama.
Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan
dengan membuat deret konsentrasi antara
lain 10 - 50 ppm, adapun pembuatan kurva
kalibrasi ditujukan untuk mendapatkan
persamaan linieritas antara absorbansi dan
konsentrasi. Persamaan linier yang didapat
dari kurva kalibrasi y=0,0038x + 0,1957
dengan nilai koefisien relasi r2=0,9997 yang
berarti ada korelasi antara absorbansi
dengan konsentrasi.
Hasil Uji Penurunan Kadar Glukosa
Pengujian aktivitas penurunan kadar
glukosa dari ekstrak umbi bawang dayak
dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa.
Ekstrak umbi bawang dayak yang
ditambahkan dengan larutan glukosa akan
membentuk kompleks glukosa sengan
flavonoid. Gugus OH pada flavonoid diduga
mampu mengikat glukosa yang membuat
kadar glukosa yang ada pada larutan baku
akan berkurang. Sisa glukosa yang tidak
terikat oleh senyawa pada umbi bawang
dayak akan bereaksi dengan reagen Nelson
dan membentuk endapan merah bata
kemudian
penambahan
reagen
arsenomolibdat menghasilkan molibdine
yang berwarna biru kehijauan, lalu diukur
serapannya dengan spektrofotometer UVVis (Kurniawan, 2013).
Perhitungan dilakukan terhadap
serapan yang diperolah menggunakan
persamaan linier yang didapat dari
pengukuran kurva kalibrasi glukosa.
Rata-rata Konsentrasi
Sampel
Penurunan 50%
Kadar Glukosa (ppm)
Ekstrak Etanol
24,299
96%
Ekstrak Etanol
33,565
70%
Ekstrak Etanol
46,151
50%
Pengujian aktivitas penurunan kadar
glukosa menunjukkan adanya pengaruh
penambahan ekstrak kental etanol terhadap
kadar baku glukosa. Ekstrak etanol 96%
umbi bawang dayak mampu menurunkan
50% kadar baku glukosa pada konsentrasi
24,299 ppm, ekstrak etanol 70% umbi
bawang dayak pada konsentrasi 33,565 ppm,
sedangkan ekstrak etanol 50% umbi bawang
dayak pada konsentrasi 46,151 ppm, nilai ini
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96%
lebih efektif menurunkan 50% kadar baku
glukosa, semakin kecil konsentrasi yang
diperlukan untuk menurunkan 50% kadar
glukosa maka semakin besar aktivitas
penurunan kadar glukosa.
Penurunan
kadar
glukosa
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak
etanol umbi bawang dayak dengan
perbedaan konsentrasi dapat menurunkan
kadar glukosa secara in vitro menggunakan
metode Nelson Somogyi dan konsentrasi
ekstrak yang ditambahkan pada larutan baku
glukosa dapat mempengaruhi persentase
penurunan yang dihasilkan. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak yang digunakan akan
semakin tinggi persentase penurunan kadar
glukosa yang dihasilkan, hal ini disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak
yang digunakan maka semakin banyak
senyawa yang terkandung dalam ekstrak
umbi bawang dayak dapat mengikat glukosa
sehingga akan menurunkan kadar glukosa
yang ada dalam larutan baku glukosa 80
ppm.
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Metode
ABTS
Hasil Penetapan Panjang Gelombang
Maksimum
Hasil penentuan panjang gelombang
diperoleh panjang gelombang maksimum
larutan ABTS yaitu 413 nm. Hal ini tidak
jauh berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Timang (2014) yang
memberikan panjang gelombang maksimum
pada 412nm. ABTS pada dasarnya
merupakan senyawa stabil berwarna biru
kehijauan. ABTS menjadi radikal setelah
direaksikan dengan Kalium persulfat dan
mengalami perubahan menjadi biru tinta,
larutan ABTS stabil selama dua hari dan
dipakai
untuk
mengukur
aktivitas
antioksidan. Dibutuhkan waktu 16 jam
untuk mengubah ABTS menjadi suatu
senyawa yang radikal (Timang, 2014).
Hasil Optimasi Waktu Inkubasi
Penentuan optimasi waktu inkubasi
dengan larutan standar asam galat 10 ppm
dihasilkan waktu optimum pada menit ke-6.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai absorban
yang stabil pada waktu tersebut.
Hasil Pengukuran Kurva Kalibrasi
Standar Asam Galat
Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan
dengan membuat deret konsentrasi antara
lain 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 ppm,
adapun pembuatan kurva kalibrasi ditujukan
untuk mendapatkan persamaan linieritas
antara absorbansi dan konsentrasi, sehingga
diperoleh persamaan y=0,011x + 0,262
dengan nilai koefisien relasi r2=0,9981.
Analisis regresi dapat dipercaya apabila nilai
R2 nya mendekati 1. Nilai r2 mendekati nilai
1 sehingga dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
Hasil Uji Potensi Antioksidan
Penentuan kapasitas antioksidan
pada ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50%
umbi bawang dayak dengan asam galat
sebagai
pembanding
dan
aktivitas
antioksidan dinyatakan dalam mg SAG/g
serbuk
simplisia
sebagai
kapasitas
antioksidan.
Sampel
Rata-rata Kapasitas
Antioksidan (mg SAG/g
serbuk)
Standar
972,277
Asam Galat
Ekstrak Etanol
122,445
96%
Ekstrak Etanol
87,061
70%
Ekstrak Etanol
55,763
50%
Diketahui pada tabel diatas bahwa
ekstrak etanol 96% memiliki kapasitas
antioksidan lebih besar daripada ekstrak
yang lainnya, pada penelitian febrinda dkk
(2013) menyatakan ekstrak etanol 96% umbi
bawang
dayak
memiliki
aktivitas
antioksidan yang bagus dibanding dengan
ekstrak air menggunakan metode DPPH. Hal
ini kemungkinan terkait dengan penarikan
senyawa antioksidan yang lebih banyak
pada ekstrak etanol 96%, sehingga ekstrak
etanol 96% memiliki kapasitas antioksidan
dengan nilai 122,455 mg SAG/g serbuk
dibandingkan dengan konsentrasi etanol
yang lainnya. Standar asam galat memiliki
kapasitas antioksidan yang sangat tinggi
yaitu 972,277 mg SAG/g serbuk. Hal ini
dapat dikarenakan asam galat memiliki
kandungan fenol asam organik yang bersifat
senyawa murni.
Hasil Kolerasi
Analisis kolerasi dilakukan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut
etanol terhadap penurunan kadar glukosa
secara in vitro dengan metode Nelson
Somogyi, pengaruh konsentrasi pelarut
etanol terhadap kapasitas antioksidan dan
pengaruh antioksidan terhadap penurunan
kadar glukosa. Analisis korelasi dilakukan
dengan aplikasi SPSS, metode yang
digunakan adalah pearson correlation. Hasil
kolerasi dapat dilihat pada Tabel
Variabel
Nilai
Korelasi
Pelarut Etanol dan Penurunan
0,974
Kadar Glukosa
Pelarut Etanol dan Kapasitas
0,999
Antioksidan
Antioksidan dan Penurunan
0,983
Kadar Glukosa
a. Nilai korelasi pelarut etanol dan
penurunan kadar glukosa adalah 0,975.
Nilai
ini
menunjukkan
adanya
hubungan antara konsentrasi pelarut
yang digunakan dalam mengekstraksi
sampel dan penurunan kadar glukosa.
Semakin besar konsentrasi etanol yang
digunakan maka nilai penurunan 50%
kadar glukosa akan semakin kecil yang
berarti aktivitas penurunan glukosa
semakin baik.
b. Nilai kolerasi pelarut etanol dan
kapasitas antioksidan adalah 0,999.
Nilai kolerasi ini yang terbaik dari
kedua variabel karena nilai kolerasinya
lebih mendekati 1 dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa adanya kolerasi
atau hubungan yang nyata antara pelarut
etanol dengan kapasitas antioksidan.
Semakin besar konsentrasi etanol yang
digunakan maka semakin besar aktivitas
antioksidan umbi bawang dayak yang
terekstraksi.
Berdasarkan
hasil
penelitian Senja, dkk (2014) semakin
tinggi
konsentrasi
etanol
yang
digunakan maka akan semakin banyak
senyawa aktif yang terlarut dalam
proses ekstraksi.
c. Nilai
kolerasi
antioksidan
dan
penurunan kadar glukosa adalah 0,984.
Nilai ini dapat dinyatakan bahwa
adanya hubungan yang nyata antara
antioksidan dengan penurunan kadar
glukosa. Semakin besar kapasitas
antioksidan maka akan semakin baik
aktivitas penurunan kadar glukosa.
Pelarut etanol 96% yang dapat
menghasilkan aktivitas antioksidan
paling kuat dan nilai penurunan 50%
kadar glukosa paling kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Hasil penurunan 50% kadar gula
ekstrak etanol 96%, 70% dan 50% umbi
bawang dayak sebesar 24,299 ppm;
33,565 ppm; 46,151 ppm. Sedangkan
pada aktivitas antioksidan metode
ABTS pada ekstrak etanol 96% sebesar
122,445 mg SAG/g serbuk, ekstrak
etanol 70% sebesar 87,061 mg SAG/g
serbuk, dan ekstrak etanol 50% sebesar
55,763 mg SAG/g serbuk.
b. Hasil penurunan kadar gula ekstrak
etanol 96% umbi bawang dayak lebih
efektif menurunkan 50% kadar baku
glukosa dengan konsentrasi 24,299
ppm, sedangkan aktivitas antioksidan
yang terbaik yaitu ekstrak etanol 96%
sebesar 122,445 mg SAG/g serbuk.
Saran
a. Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi
senyawa kimia umbi bawang dayak
agar dapat diketahui senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan dan
penurunan kadar gula.
b. Perlu dilakukan validasi analisis sehinga
didapatkan Sd ≥ 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Aprizayansyah,
A.
2015.
Aktivitas
Penurunan Kadar Glukosa Ekstrak
Daun Sukun (Artocarpus altilis
(Park.) Fosberg) Secara In Vitro dan
Korelasinya Terhadap Kandungan
Flavonoid.
Skripsi.
Universitas
Pakuan.
DepKes RI. 1979. Materia Medika
Indonesia Jilid III. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan:
Jakarta.
DepKes RI. 1989. Materia Medika
Indonesia. Jilid V. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan.
Jakarta. Hal 540-551.
Febrinda, A. E., M. Astawan., T.
Wresdiyanti., dan D. Yuliana. 2013.
Kapasitas Antioksidan dan Inhibitor
Alfa Glukosidase Ekstrak Umbi
Bawang Dayak. J. Teknol dan
Industri pangan 24 (2).
Kurniawan, A.N.R. 2013. Pengaruh Ekstrak
Etanol dan Isolat Flavonoid Daun
Sukun (Artocarpus altilis (Park.)
Fosberg)
Terhadap
Aktivitas
Penurunan Kadar Glukosa Secara In
Vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi.
Yayasan Pharmasi: Semarang.
Lingga, L. 2012. The Healing Power of
Antioxidant.
PT
Elex
Media
Komputindo: Jakarta. Hal: 20-22.
Puspsdewi, R., Adirestuti, P., Minawati, R.
2013. Khasiat Umbi Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L,) Merr)
Sebagai Herbal Antimikroba Kulit.
Karika Jurnal Ilmiah Farmasi 1(1),
31-37.
Ruhe, R. C. and R. B. McDonald. 2001. Use
of Antioxidant Nutrient in The
Prevention and Treatment of Type 2
Diabetes. J. Am. Coll. Nutr. 20:5,
363-369.
Salamah, N., Widyasari, E. 2015. Aktivitas
Antioksidan Ekstak Metanol Daun
Kelengkeng (Euphoria longan (L)
Steud.)
Dengan
Metode
Penangkapan Radikal 2,2’-Difenil-1Pikrilhidrazil. Pharmaciana 5 (1).
Sandro, D. O., Souza, G. A., Eckert, C. R.,
Silva, T. A., Sobral, E. S., Favero, O.
A., Ferreira, M . J. P., Romoff, P.,
and Baader, W. J. 2014. Evaluation
of antiradical assays used in
determining the antioxidant capacity
of pure compounds and plant
extracts. Quim Nova. 37(3): 497-503.
Timang, I.N. 2014. Uji aktivitas antioksidan
kombinasi ekstrak etanol 96% buah
strawberry (Fragaria x ananassa
Duch.) dan belimbing manis
(Averrhoa carambola L.) dengan
metode peredaman radikal bebas
ABTS.
Skripsi.
Universitas
Pancasila.
Download