BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Komponen senyawa aktif pada umbi ubi ungu paling optimal diekstrak dengan menggunakan kombinasi pelarut etanol : etil asetat (80:20) pada suhu ruang 25oC dan waktu ekstraksi 6 jam. Pemilihan kombinasi pelarut dengan RSM hanya dapat dilakukan dengan pemilihan titik optimum yang tepat. Konsentrasi ekstrak umbi ubi ungu minimum untuk menghambat dan membunuh bakteri E. coli adalah 1,05% dan 4,20%, B. cereus sebesar 0,94% dan 3,74%, S. aureus 0,26% dan 1,03%, dan Enterobacter adalah 0,39% dan 1,58%. Sedangkan untuk menghasilkan zona penghambatan ≥ 6 mm adalah mulai konsentrasi 15%. Ekstrak umbi ubi ungu lebih kuat menghambat sel vegetatif B. cereus daripada spora B. cereus. Bakteri sferoplas dan protoplas memiliki besar zona penghambatan lebih besar daripada sel vegetatifnya. Ekstrak umbi ubi ungu lebih kuat dibandingkan penisilin G dalam menghambat bakteri, terutama bakteri Gram negatif. Perbandingan aktivitas antimikroba ekstrak dengan streptomisin menunjukkan bahwa kekuatan ekstrak umbi ubi ungu setara dengan streptomisin dengan konsentrasi 10 hingga 50 ppm. Pengujian kebocoran sel dengan metode AAS menunjukkan adanya kebocoran sejumlah ion Ca2+ pada bakteri Gram negatif lebih besar dibandingkan bakteri Gram positif dan ion K+ pada bakteri B. cereus lebih besar dibandingkan bakteri Gram negatif. Kerusakan morfologi sel bakteri yang diamati dengan SEM 50 menunjukkan bahwa sel bakteri kontrol berbentuk utuh, sedangkan sel bakteri yang sudah diberi perlakuan ekstrak mengalami kerusakan seperti pengelupasan pada dinding sel, bentuk yang sudah tidak utuh, berkerut, dan mengalami kebocoran sel. Hasil SEM mendukung hasil AAS yang menunjukkan adanya kebocoran sel. 5.2. Saran Pengujian jumlah fenolik dan flavonoid sebaiknya dilakukan sebagai data pendukung. Uji fitokimia untuk mengetahui komponen fitokimia dalam ekstrak yang bisa menghambat bakteri dan pengujian kerusakan fisiologi sel dengan metode Transmitted Electron (TEM) untuk mendukung analisis yang telah dilakukan akan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang potensi ekstrak umbi ungu sebagai antimikroba. Menggunakan kombinasi pelarut dan waktu optimal sebagai titik tengah untuk program RSM. Sebaiknya penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pengembangan untuk aplikasi produk sehingga dapat diketahui kemampuan ekstrak umbi ubi ungu sebagai pengawet alami pada produk pangan. 51