1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Dengan menulis seseorang dapat
mengungkapkan perasaan, ide, gagasan, dan informasi secara tertulis kepada
orang lain. Hal-hal yang berbeda dapat dijumpai dalam keterampilan
berbahasa yang lain, keterampilan menulis memerlukan sejumlah potensi
pendukung yang untuk mencapainya dibutuhkan kesungguh-sungguhan,
kemauan keras, bahkan dengan belajar sunguh-sunguh. Dengan demikian,
wajar bila dikatakan bahwa meningkatkan kemampuan menulis akan
mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif serta kemahiran.
Kemampuan menulis dalam menulis merupakan kemampuan yang
diperoleh
melalui
tahapan-tahapan,
tidak
terjadi
secara
otomatis.
Keterampilan menulis seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan
diperoleh melalui tindak pembelajaran. Terkait pada cara pemerolehan
kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran
menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa
banyak latihan menulis (Solehan, 2008).
Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki
dalam keterampilan berbahasa lainnya. Terjadinya saling mempengaruhi
antar
aspek-aspek
lainnya
(menyimak,
berbicara,
dan
membaca).
Pengalaman diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan
memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Namun, menulis memiliki
karakter khas yang membedakannya dari keterampilan lain. Keaktifan
merangkai kata dalam bentuk tulisan, memberikan ciri khusus dalam hal
kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya (Akhadiah, 2003).
Kurangnya keterampilan
menulis
bagi
siswa sekolah
dasar
merupakan tantangan proses pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
1
2
oleh guru sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar dan memperoleh
hasil belajar yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan dengan
baik oleh guru, tentu saja akan memberikan kesempatan kepada
perkembangan siswa. Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir
yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca.
Menulis menggunakan bahasa sebagai perantara. Alatnya adalah
bahasa yang terdiri dari kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana
dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Pikiran yang
disampaikan kepada pembaca harus dinyatakan dengan kata yang
mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin
dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan
kalimat agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin disampaikan.
Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung. Selain daripada itu, menulis
merupakan kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir
yang teratur yang diungkapkan dalam berbagai bentuk tulisan. Salah satu
bentuk kemampuan menulis yang dapat di wujudkan adalah kemampuan
dalam menulis pantun.
Pantun pada mulanya merupakan senandung atau puisi rakyat yang
bersajak a-b-a-b yang dinyanyikan. Pantun dapat terdiri dari beberapa bait,
dimana masing-masing bait terdiri dari empat baris atau larik. Untuk dapat
menulis pantun diperlukan kemampuan siswa dalam menyusun setiap kata
pada setiap bait sehinga menjadi kalimat yang bersajak (Zaidan, 1994).
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan anak dalam menulis
pantun sudah di ajarkan sejak kelas IV SD, dengan indikator keberhasilan
siswa mampu membuat pantun tentang berbagai tema. Untuk dapat
mencapai indikator keberhasilan tersebut diperlukan kreativitas dan
kemampuan siswa dalam menentukan dan menyusun kata sehingga dapat
menjadi bait bersajak atau pantun.
3
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV di
SDN Sidorejo Lor 07 tentang keterampilan siswa dalam menulis pantun,
diketahui bahwa tingkat ketuntasan siswa dalam menulis pantun sangatlah
rendah. Hal ini dikarenakan siswa belum memiliki kemampuan dalam
menyusun kata dalam setiap baris untuk menjadi satu bait pantun. Selain
dari rendahnya tingkat kemampuan anak dalam menyusun kata, penyebab
lainnya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
mengajar
yang
menggunakan
model
pembelajaran
ceramah
atau
pembelajaran satu arah. Selain dari pada hasil wawancara yang dengan guru,
juga diperoleh data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN
Sidorejo Lor 07 dalam menulis pantun sebagai berikut.
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas IV
SD Negeri Sidorejo Lor 07 Semester II Tahun 2015/2016
Nilai KKM (67)
≥ 67
< 65
Jumlah
Frekuensi
20
32
52
Persentase (%)
38%
62%
100%
Keterangan
Tuntas
Tidak Tuntas
Guna meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia secara umum dan
meningkatkan keterampilan menulis pantun pada siswa kelas IV SDN
Sidorejo Lor 07 diperlukan penerapan metode pembelajaran yang efektif dan
efisien. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
meningkatkan keterampilan anak dalam menulis pantun adalah dengan
menerepkan model pembelajaran Cooperative Learning TGT (Team Games
Tournament).
Dengan
mengimplementasikan
model
pembelajaran
Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament) siswa dapat secara
aktif belajar tentang bagaimana menyusun suatu kata sehingga membentuk
baris atau larik bersajak dalam pantun. Selain dari pada itu dengan
menerapkan model Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament),
siswa akan dibagi ke dalam beberpa kelompok akan belajar dan bermain
4
untuk saling berbalas-balasan pantun sehingga dapat memacu semangat dan
kreativitas siswa.
Sejalan dengan uraian latar belakang masalah di atas dan untuk
menjawab permasalahan tentang peningkatan ketrampilan anak dalam
menulis pantun maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul yang
di ajukan adalah “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Melalui
Model Pembelajaran Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament)
Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 07 Kecematan
Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.
1.2
Identifikasi Masalah
Latar belakang tersebut di atas, masalah pembelajaran Bahasa
Indonesia ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Perlu menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning TGT
(Team Games Tournament) dalam meningkatkan keterampilan
menulis pantun pelajaran Bahasa Indonesia.
2) Model pembelajaran ceramah yang digunakan tidak secara langsung
melibatkan kreatifitas siswa dalam menulis pantun.
3) Rendahnya keterampilan menulis pantun pada siswa sehingga tidak
mencapai standar kompentensi yang diharapkan.
1.3
Rumusan Masalah
Uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan
masalah peneliti ini adalah:
1) Apakah model pembelajaran Cooperative Learning TGT (Team
Games Tournament) dapat meningkatkan keterampilan menulis
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD N
Sidorejo Lor 07 Kecematan Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2015/2016?
2) Bagaimana penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
TGT (Team Games Tournament) dalam rangka meningkatkan
5
keterampilan menulis pantun pada Siswa Kelas IV Semester II SDN
Sidorejo Lor 07 Tahun Pelajaran 2015/2016 ?
1.4
Tujuan Peneliti
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
melalui model pembelajaran Cooperative Learning TGT (Team
Games Tournament dapat meningkatkan keterampilan menulis
pantun pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah dapat:
1) Meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pantun.
2) Siswa mampu memenuhi nilai KKM mencapai 85%.
1.5
Manfaat Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi tentang aplikasi
metode Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament) pada
peningkatan keteramilan menulis menulis pantun .
2. Manfaat praktis
Penelitian ini bermanfaat bagi:
a. Bagi siswa
1. Tumbuhnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan keterampilan menulis pantun hasil belajar
siswa khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia
3. Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
6
b. Bagi guru
1. Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi
untuk meningkatkan angka ketuntasan pelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran yang bermutu.
c. Bagi sekolah
1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
2. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
Download