a 50-year-old woman with heart failure with type ii

advertisement
Febrina Dwiyanti | A 50-Year-Old Woman With Heart Failure With Type II Diabetes Mellitus and
Hypertension As Risk Factors
A 50-YEAR-OLD WOMAN WITH HEART FAILURE WITH TYPE II
DIABETES MELLITUS AND HYPERTENSION AS RISK FACTORS
Febrina Dwiyanti
Faculty of Medicine, Lampung University
Abstract
Background. Incidence of and mortality from heart failure is increasing in incidence, prevalence and overall
mortality. Hypertension and insulin resistance are important risk factors for the development of heart failure (HF).
Case. A 50-year-old woman complains of increasing exertional dyspnoea for the last 1 week and now has dyspnoea
at rest. She has a history of hypertension for the last 25 years and type II diabetes mellitus for the last 8 years. On
examination her BP is 200/110 mmHg, heart rate 102 bpm. There is a audible pansistolik murmur and the jugular
venous pressure (JVP) is elevated 2 cm above normal. She has widespread crackles on chest examination. There is
ankle oedema. She was diagnosed with heart failure NYHA class IV and treated with oxygen therapy, diuretics, ACE
inhibtor, beta blocker, low-salt diet, restriction of fluid intake, and insulin therapy for diabetes mellitus. Conclusion.
Patient was diagnosed with heart failure NYHA class IV with type II diabetes mellitus and hypertension precede the
development of heart failure.
Keywords: Heart failure, diabetes mellitus, hypertension.
Abstrak
Latar Belakang. Insidensi dan mortalitas gagal jantung meningkat dalam insidensi, prevalensi, dan mortalitas
keseluruhan. Hipertensi dan resistensi insulin merupakan faktor risiko utama berkembangnya gagal jantung. Kasus.
Seorang wanita 50 tahun mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas yang semakin memberat dalam 1 minggu
terakhir dan sekarang sesak terjadi saat beristirahat. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak sejak 25 tahun
terakhir dan diabetes mellitus tipe II sejak 8 tahun terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/110 mmHg,
laju nadi 102 kali per menit. Terdapat murmur pansistolik dan peningkatan tekanan vena jugular 2 cm di atas
normal. Pasien terdapat ronki pada kedua lapangan paru pada pemeriksaan toraks. Terdapat edema tungkai. Pasien
didiagnosa dengan gagal jantung NYHA kelas IV dan diterapi dengan oksigen, diuretik, ACE inhibitor, beta blocker,
diet rendah garam, restriksi asupan cairan dan terapi insulin untuk diabetes mellitus. Simpulan. Pasien dengan
diagnosa gagal jantung NYHA kelas IV dengan diabetes mellitus tipe II dan hipertensi medahului berkembangnya
gagal jantung.
Kata kunci: Gagal jantung, diabetes mellitus, hipertensi.
Korespondensi: Febrina Dwiyanti| [email protected]
Pendahuluan
Gagal jantung (heart failure, HF)
terjadi ketika jantung tidak dapat
memompakan darah secara adekuat
untuk mendukung oksigenasi organorgan dalam tubuh. Manifestasi utama
dari heart failure yaitu sesak napas dan
rasa lemah, dimana dapat membatasi
toleransi aktivitas, dan retensi cairan,
yang dapat memicu terjadinya kongesti
pulmo dan atau splanchnic serta edema
perifer.1, 2 Sebagian pasien hadir tanpa
adanya gejala dan tanda volume
overload, sehingga istilah “heart
failure” lebih disukai dibandingkan
dengan “congestive heart failure”.
Tidak terdapat single diagnostic test
untuk HF dikarenakan diagnosa klinik
HF secara luas berdasarkan anamnesis
J medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | September 2014 | 160
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
yang cermat.1, 3, 4
Insidensi HF meningkat seiring
dengan usia, meningkat dari 20 per
1000 individu usia 65 sampai 69 tahun
menjadi >80 per 1000 individu pada
usia >85 tahun. Sekitar setengah dari
populasi dengan HF meninggal dalam 5
tahun setelah terdiagnosis. HF juga
menjadi beban sosial dan ekonomi,
seperti di Amerika diperkirakan 32
milyar
dollar
setiap
tahunnya
2,
5
dikeluarkan akibat HF.
Terdapat berbagai kondisi atau
komorbid yang berkaitan dengan
peningkatan kecenderungan terjadinya
structural heart disease. Faktor risiko
utama pada HF yaitu hipertensi,
diabetes mellitus, sindrom metabolik,
dan penyakit aterosklerosis.1, 6 Insidensi
HF pada pasien diabetes mellitus tipe II
yaitu 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa diabetes mellitus
tipe II. Insidensi HF juga meningkat
pada penderita hipertensi, kumpulan
abnormalitas yang dapat ditimbulkan
hipertensi meliputi left ventricular
hypertrophy (LVH), disfungsi sistolik
dan diastolik, serta heart failure
simptomatik.7, 8
Kasus
Seorang wanita berusia 50 tahun
datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek
(RSAM) bulan Mei 2014 dengan
keluhan sesak napas sejak satu bulan
terakhir, yang terasa memberat sejak
satu minggu SMRS. Sesak napas
dirasakan bertambah dengan aktivitas
ringan seperti mandi atau berjalan
kurang lebih sejauh sepuluh meter dan
sedikit berkurang pada saat pasien
istirahat. Pasien juga sering merasakan
tiba-tiba terbangun pada malam hari
karena sesak dan lebih nyaman tidur
dengan dua sampai tiga bantal hingga
posisi setengah duduk. Keluhan disertai
batuk berdahak, dahak bewarna putih
berbuih, dan batuk lebih sering
dirasakan pada malam hari saat akan
tidur. Keluhan juga disertai nyeri dada
sebelah kiri yang terasa berat serta
dada terasa berdebar-debar. Pasien
menyatakan
tungkai
mulai
membengkak dirasakan sejak keluhan
sesak timbul.
Pasien mengaku sebelumnya sering
mengeluh cepat lelah pada aktifitas,
namun keluhan sesak seperti yang
dirasakannya sekarang baru dialaminya
sebulan terakhir. Pasien mengetahui
dirinya menderita tekanan darah tinggi
sejak sekitar 25 tahun yang lalu. Sejak
saat diketahui menderita tekanan
darah tinggi, pasien mulai meminum
obat antihipertensi tetapi pasien hanya
meminum obatnya bila pasien merasa
nyeri kepala. Pasien mengetahui dirinya
menderita kencing manis sejak 8 tahun
yang lalu. Pasien kemudian rutin
meminum obat penurun gula darah,
obat tersebut diminumnya setiap pagi
setelah sarapan. Dalam waktu sebulan
pasien telah dua kali memeriksakan diri
ke dokter dan dirawat inap. Pertama
pada akhir bulan April pasien dirawat
sekitar empat hari di RSUD Tanggamus
dengan keluhan yang sama, kemudian
pada pertengahan bulan Mei pasien
kembali dirawat di RSUD Tanggamus,
pasien kemudian dirujuk ke RSAM.
Pasien datang dengan kesadaran
compos mentis, tekanan darah 200/110
mmHg, laju nadi 102x/menit reguler,
laju napas 27x/menit, suhu afebris.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva tidak pucat, JVP meningkat
2 cm di atas nilai normal, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid dan getah
bening colli, pada auskultasi paru
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
161
terdapat suara vesikular melemah pada
basal paru, ronki pada paru kanan dan
kiri, dan tidak terdapat wheezing, pada
perkusi paru terdapat suara redup pada
basal paru. Pada perkusi jantung; batas
jantung kiri sulit ditentukan (perubahan
sonor redup pada ICS IV) dan batas
jantung kanan 1 jari lateral linea
parasternalis dekstra pada ICS IV, bunyi
jantung I dan II reguler, terdengar
pansistolik murmur grade 2/6 di apeks,
dan tidak terdengar gallop. Hepar dan
lien tidak teraba, shifting dullness tidak
ada, bising usus normal. Terdapat
pitting edema pada kedua ekstremitas
inferior.
Hasil pemeriksaan GDS pada saat
masuk 207 mg/dl (dengan darah
perifer), pemeriksaan laboratorium Hb
9,1 g/dl, leukosit 6.900/ul, trombosit
167.000, ureum 104 mg/dl, kreatinin
3,5 mg/dl, GDS 164 mg/dl, protein urin
500 mg/dl, glukosa urin 100 mg/dl,
darah samar urin 150/ul, sedimen
leukosit dalam urin 1-2/LPB, dan
eritrosit dalam urin 5-10/LPB. Pada
pemeriksaan EKG didapakan irama
sinus normal dengan HR 96x/menit dan
terdapat
anteroseptal
miocardiac
infarct. Rontgen Thoraks terdapat
gambaran efusi pleura bilateral, cor
berselubung.
Dari data-data diatas ditegakkan
diagnosis heart failure NYHA class IV et
causa hipertensive heart disease (HHD)
dan DM tipe II dengan efusi pleura
bilateral dan anteroseptal miocardiac
infarct. Pasien awalnya mendapat
terapi Oksigen nasal 2-3 L/menit,
Captopril 3x12,5 mg, Furosemide 3x20
mg iv, Spironolactone 1x12,5 mg,
Bisoprolol 1x1,25 mg, Aspirin 1x75 mg,
Isosorbide dinitrate 3x5 mg (sub
lingual), dan terapi insulin, pasien di
rawat inap di ruang perawatan. Selama
perawatan obat-obatan disesuaikan
sampai dengan dosis optimal. Pasien
juga diberikan edukasi, diet rendah
garam dan restriksi intake cairan
harian.
Pembahasan
Menurut ACCF/AHA 2013, heart
failure (HF) merupakan sindrom klinik
kompleks yang didasari oleh adanya
gangguan struktural atau fungsional
jantung yang berakibat pada gangguan
pengisian
ventrikel
maupun
kemampuan memompakan darah ke
seluruh jaringan tubuh secara adekuat.
Diagnosa HF berdasarkan dari riwayat
dan pemeriksaan fisik.3, 9 Pada riwayat
didapatkan adanya faktor risiko
(seperti;
diabetes
mellitus
dan
hipertensi), sesak yang terutama
diperberat dengan aktivitas, ortopnea,
paroxysmal nocturnal dispnoea, serta
keluhan lain seperti chest discomfort,
batuk malam hari, dan mudah lelah.
Pada pemeriksaan fisik, temuan yang
penting diantaranya tanda distensi
vena leher, S3 gallop, kardiomegali,
refluks hepatojugular, ronki, takikardia,
hepatomegali, edema tungkai, serta
tanda efusi pleura.10, 11 Heart failure
diklasifikasikan untuk menilai derajat
gangguannya, klasifikasi fungsional
NYHA
merupakan
prediktor
independen dari mortalitas. Klasifikasi
ini digunakan secara luas dalam praktik
klinis dan penelitian untuk menentukan
kelayakan pasien untuk pelayanan
kesehatan yang tepat.1, 12
Kasus diatas memenuhi kriteria
diagnosis untuk heart failure (HF). Pada
kasus, pasien mengeluh sesak nafas
bertambah dengan aktifitas ringan
seperti mandi atau berjalan kurang
lebih sejauh sepuluh meter, keluhan
sedikit berkurang dengan istirahat,
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
162
pasien juga sering tiba-tiba terbangun
pada malam hari karena sesak, dan
lebih nyaman bila tidur dengan dua
sampai tiga bantal, adanya batuk
berdahak bewarna putih berbuih yang
lebih sering dirasakan pada malam hari,
dan bengkak pada kedua tungkai.
Pemeriksaan auskultasi paru terdapat
ronki pada lapangan paru kanan dan
kiri, suara vesikular melemah pada
basal paru, dan pada perkusi paru
terdapat suara redup pada basal paru.
Batas jantung kanan 1 jari lateral linea
parasternalis dekstra dan batas jantung
kiri sulit ditentukan, hasil pemeriksaan
fisik tersebut didukung hasil rontgen
thoraks yaitu terdapat efusi pleura
bilateral.
Selain
itu,
terdengar
pansistolik murmur grade 2/6 di apeks
jantung. Hal-hal tersebut menunjukan
gejala dan tanda gagal jantung, diikuti
adanya faktor
risiko utama yaitu
riwayat hipertensi sejak 25 tahun dan
diabetes mellitus sejak 8 tahun.
Sesak napas merupakan gejala
paling umum left-sided heart failure.
Dapat terjadi pada saat beraktivitas
(NYHA II atau III) atau pada kasus yang
lebih berat, yaitu pada saat beristirahat
(NYHA IV). Gejala ini termasuk ke dalam
kriteria minor diagnosis heart failure
(Framingham criteria). Ortopnea yang
memberat segera pada saat pasien
berbaring,
yang
disebabkan
peningkatan segera venous return.
Paroxysmal nocturnal dyspnoea terjadi
beberapa jam setelah pasien berbaring
untuk tidur; sebagai akibat redistribusi
central cairan ekstraselular dimana
terjadi peningkatan progresif venous
return.10, 13, 14
Keluhan mudah lelah dan lemas
pada pasien disebabkan oleh perfusi ke
jaringan otot yang tidak adekuat. Selain
itu terdapat juga rasa tidak nyaman
pada dada, pasien merasakan adanya
nyeri dada sebelah kiri yang terasa
berat serta dada terasa berdebar-debar
merupakan gejala yang disebabkan
rendahnya perfusi darah ke pembuluh
koroner. Kondisi tersebut juga terlihat
pada gambaran EKG pasien dimana
gambaran
tersebut
menunjukkan
adanya
anteroseptal
miocardiac
15,
16
infarct.
Tanda efusi pleura dan
edema tungkai termasuk kriteria minor
Framingham dan adanya ronki pada
kedua lapangan paru termasuk kriteria
mayor Framingham yang merupakan
akibat dari retensi cairan dan volume
overload.1, 10
Pasien memiliki riwayat diabetes
mellitus tipe II. Resistensi insulin
merupakan faktor risiko yang penting
dalam perkembangan HF. Kehadiran
diabetes
mellitus
secara
nyata
meningkatkan perkembangan HF pada
pasien tanpa structural heart disease
dan memberikan pengaruh negatif
terhadap outcome pasien HF.1, 9, 17
Penelitian Framingham memperkirakan
peningkatan risiko terjadinya heart
failure dua kali lipat pada pria dan lima
kali lipat pada wanita dengan diabetes.
Terdapat bukti yang mengindikasikan
bahwa diabetes merupakan faktor
risiko utama heart failure, berhubungan
dengan ischemic disease. Abnormalitas
yang umum terjadi yaitu disfungsi
diastolik
left
ventricular
(LV),
kemungkinan
akibat
pembesaran
miokard LV dan kekakuan vaskular.7, 18,
19
Kekakuan vaskular yang timbul
akibat diabetes mellitus memiliki
pengaruh
yang
besar
dalam
berkembangnya
heart
failure.
Kecepatan gelombang pulsasi dikenal
sebagai indikator kerusakan organ
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
163
target
pada
pasien
dengan
diabetes.Tekanan nadi perifer lebih
tinggi dikaitkan dengan risiko yang
lebih besar terjadinya cerebrovascular
disease (CVD) pada populasi umum dan
pada pasien berisiko tinggi dengan LV
dysfunction.
Dalam
meta-analisis
terbaru, kekakuan yang lebih besar
dalam arteri besar dikaitkan dengan
kejadian kardiovaskular yang lebih
tinggi. Sebagian besar peneliti setuju
bahwa
evolusi
berkembangnya
'diabetic heart' dimediasi sebagian oleh
perubahan pada ventriculo-vascular
coupling.6, 7
Hipertensi diidentifikasi sebagai
prekursor utama terjadinya left
ventricular hypertrophy (LVH). Prinsip
adaptasi struktural jantung terhadap
peningkatan beban tekanan adalah
LVH, secara esensial menyebabkan
peningkatan penebalan dinding ruang
jantung. Dibandingkan dengan subjek
normotensif,
individu
dengan
hipertensi ringan memiliki dua sampai
tiga kali lipat risiko terjadinya LVH dan
risiko ini meningkat seiring dengan
keparahan hipertensi. Berkembangnya
LVH berkaitan dengan perubahan
degeneratif progresif pada miosit
kardia yang mengalami hipertrofi, dan
akumulasi abnormal kolagen pada
ruang interstitial. Rangkaian kejadian
ini yang tersering menyebabkan
disfungsi diastolik.20, 21, 22
Miosit jantung ventrikel kiri
membesar pada penyakit jantung
hipertensi
dan
fibrosis
adalah
gambaran lainnya efek yang merugikan
dalam structural remodelling yang
ditemukan pada miokardium penyakit
jantung hipertensi. Resistensi koroner
juga mengalami remodelling pada
penyakit jantung hipertensi, dengan
fibrosis perivaskular arteri koroner
intramyocardial dan arteriol, bersamasama dengan penebalan tunika media.
Keadaan tersebut bertanggung jawab
atas terjadinya heart failure.20,21
Penatalaksanaan pada pasien HF
terbagi atas dua, yaitu terapi
nonfarmakologi maupun farmakologi.
Dietary sodium restriction secara umum
direkomendasian pada pasien dengan
HF dan didukung oleh berbagai
guideline, AHA merekomendasikan
restriksi sodium sampai 1500 mg/hari
terlihat sesuai pada kebanyakan pasien
dengan HF stage C dan D. 1, 23
Pengobatan
ditujukan
untuk
memperbaiki gejala dan meningkatkan
fungsi pompa jantung. ACE inhibitors
dapat menurunkan risiko kematian dan
menurukan hospitalisasi pasien HF.
Manfaat ACE inhibitor terlihat pada
pasien dengan HF ringan, sedang,
sampai berat dan pada pasien dengan
coronary artery disease. Terapi dengan
ACE inhibitor harus dimulai dengan
dosis awal yang rendah, diikuti dengan
peningkatan dosis bertahap sampai
dengan dosis optimal.1, 12
Penggunaan beta blocker (eg,
bisoprolol)
terbukti
menurukan
mortalitas dan direkomendasikan pada
pasien dengan HF. Terapi jangka
panjang
dengan
beta
blocker
menurunkan
gejala
HF
dan
memperbaiki status klinis. Seperti ACEinhibitor, beta-blocker menurunkan
risiko kematian dan hospitalisasi.
Manfaat beta blocker terlihat pada
pasien dengan atau tanpa DM.12, 24
Efek
menguntungkan
pada
keluaran klinis, beberapa studi telah
menunjukkan hubungan antara ACEI
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
164
dan penurunan insidensi diabetes baru
pada pasien HF. Data dari Studies of
Left Ventricular Dysfunction (SOLVD)
dan
Candesartan
Heart
Failure
Assessment of Reduction (CHARM)
Program
telah
menunjukkan
penurunan insiden timbulnya diabetes
pada pasien yang diobati dengan ACEI
jika dibandingkan dengan plasebo.
Mekanisme untuk mengurangi insiden
diabetes pada pasien dengan ACEI tidak
sepenuhnya dipahami, tetapi termasuk
peningkatan sensitivitas insulin dengan
peningkatan aliran darah perifer untuk
otot rangka melalui penekanan
angiotensin II atau dengan menaikkan
kadar bradikinin.1, 17
Diuretik menghambat reabsorbsi
sodium. Loop diuretik yang paling
disukai sebagai agen diuretik untuk
digunakan pada kebanyakan pasien HF.
Controlled
trials
menunjukkan
kemampuan
diuretik
utuk
meningkatkan ekskresi sodium dan
menurunkan tanda retensi cairan pada
pasien dengan HF. Diuretik merupakan
satu-satunya obat yang digunakan
dalam terapi HF yang dapat secara
adekuat mengontrol retensi cairan
pada HF.1, 23 Aldosterone receptor
antagonists (e.g., spironolakton) juga
direkomendasikan pada pasien dengan
HF NYHA kelas II-IV dan yang memiliki
left ventricular ejection fraction LVEF ≤
30%).1, 25
Banyak pasien HF dengan diabetes
mellitus memerlukan insulin baik
sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan agen glikemik lain untuk
mencapai kontrol glukosa darah yang
adekuat. Bukti mengenai efek insulin
dalam mortalitas pasien dengan HF
masih diperdebatkan, dan tidak ada
randomized controlled trials besar yang
telah dilakukan untuk menguji efek
insulin pada keluaran klinis.1, 17
Perkembangan
HF
adalah
komplikasi umum pada pasien dengan
diabetes, dan koeksistensi diabetes dan
HF
menandakan
peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Hal ini
penting
untuk
memahami
keseimbangan yang ada dalam
pengobatan farmakologis untuk kedua
kondisi.
Pedoman
saat
ini
merekomendasikan
individualisasi
terapi hiperglikemik untuk pengobatan
diabetes tipe 2 berdasarkan kebutuhan
pasien, kondisi komorbiditas, dan
potensi efek samping dari obat-obatan.
Rekomendasi ini mungkin khususnya
penting pada pasien dengan diabetes
dan HF. Sangat diperlukan usaha lebih
lanjut untuk menegaskan pengobatan
optimal glikemia pada pasien dengan
diabetes dan HF.1, 17
Simpulan
Seorang wanita 50 tahun dengan
diagnosis heart failure NYHA class IV
yang didapat dari anamnesis pasien
mengeluh sesak napas dan memiliki
riwayat
diabetes
mellitus
dan
hipertensi serta terdapat tanda-tanda
kongesti pada pemeriksaan fisik dan
foto thoraks. Pasien mendapat terapi
sesuai dengan gagal jantung NYHA
kelas IV dan terapi insulin dalam
penatalaksaan diabetes mellitus yang
diderita pasien.
Daftar Pustaka
1.
ACCF/AHA. Guideline for the Management
of Heart Failure: A Report of the American
College
of
Cardiology
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
165
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Foundation/American Heart Association
Task Force on Practice Guidelines.
Circulation. 2013 June;128:e240-e327.
CDC. Heart Failure Fact Sheet. Division for
Heart Disease and Stroke Prevention.
2014.http://www.cdc.gov/dhdsp/data_sta
tistics/fact_sheets/fs_heart_failure.htm
BMJ Best Practice. Chronic congestive
heart failure; History & examination.
2014.BMJ.http://bestpractice.bmj.com/be
stpractice/monograph/61/diagnosis.html
Levy WC, Mozaffarian D, Linker DT, et al.
The Seattle Heart Failure Model:
prediction of survival in heart failure.
Circulation. 2006. 113:1424.
Roger VL. The Heart Failure Epidemic. Int.
J. Environ. Res. Public Health. 2010.
7;1807-1830
Pocock SJ, Wang D, Pfeffer MA, et al.
Predictors of mortality and morbidity in
patients with chronic heart failure. Eur
Heart J. 2006. 27:65–75.
Dhingra R. Diabetes and the Risk of Heart
Failure. Heart Fail Clin. 2012 January ;
8(1): 125–133
Meredith PA, Östergren J. Review: From
Hypertension to Heart Failure -- Are There
Better Primary Prevention Strategies?.
Journal of Renin-Angiotensin-Aldosterone
System. 2006. 7: 64
Greenland P, Alpert JS, Beller GA, et al.
ACCF/AHA guideline for assessment of
cardiovascular risk in asymptomatic
adults: a report of the American College of
Cardiology Foundation/American Heart
Association Task Force on Practice
Guidelines. Circulation. 2010; 122:e584–
636.
BMJ Best Practice. Acute exacerbation of
congestive heart failure. History &
examination.
BMJ.
2014.
http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/62/diagnosis/history
-and-examination.html
Panggabean M. Gagal Jantung. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ke-4.
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI: Jakarta. 2006.
Lindenfeld J, Albert NM, Boehmer JP, et al.
HFSA 2010 comprehensive heart failure
practice guideline. J Card Fail. 2010;16:e1–
194.
Arenas MA, Powers M, Khayat RN. Sleepdisordered breathing in patients with
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
decompensated heart failure. Heart Fail
Rev. 2009 September ; 14(3): 183–193
Boonman-de Winter LJM, Rutten FH,
Cramer MJM, Landman MJ, Liem AH,
Rutten GEHM, Hoes AW. 2012. High
prevalence of previously unknown heart
failure and left ventricular dysfunction in
patients
with
type
2
diabetes.
Diabetologia. 2012. 55:2154–2162
Agarwal M, Mehta PK, and Merz CNB.
Non-Acute Coronary Syndrome Anginal
Chest Pain. Med Clin North Am. 2010
March ; 94(2): 201–216
Velagaleti R, Vasan RS. Heart Failure in the
21st Century: Is it a Coronary Artery
Disease Problem or
Hypertension
Problem?. Cardiol Clin. 2007 November ;
25(4): 487
Nasir S, Aguilar D. Congestive Heart
Failure and Diabetes: Balancing Glycemic
Control with Heart Failure Improvement.
Am J Cardiol. 2012 November; 110(9
Suppl): 50B–57B.
Kengne AP, Dzudi A, Sobngwi E. Heart
failure in sub-Saharan Africa: A literature
review with emphasis on individuals with
diabetes. Vascular Health and Risk
Management. 2008:4(1) 123–130
Yang X, Ma RC, So WY, Kong AP, Ko GT, Ho
CS, Lam CW, Cokram CS, Tong PC, Chan JC.
Development and validation of a risk score
for hospitalization for heart failure in
patients with Type 2 Diabetes Mellitus.
Cardiovascular Diabetology. 2008; 7:9
1186/1475-2840-7-9
Drazner MH. The Progression of
Hypertensive Heart Disease. Circulation
2011; 123: 327-334
Lip GYH, Felmeden DC, Li-Saw-Hee FL,
Beevers DG. Hypertensive heart disease A
complex syndrome or a hypertensive
‘cardiomyopathy’?.
European
Heart
Journal. 2000. 21, 1653–1665
Smith SC Jr, Benjamin EJ, Bonow RO, et al.
AHA/ACCF secondary prevention and risk
reduction therapy for patients with
coronary and other atherosclerotic
vascular disease: 2011 update: a guideline
from the American Heart Association and
American
College
of
Cardiology
Foundation. Circulation. 2011;124:2458–
73.
BMJ Best Practice. Chronic congestive
heart failure; treatment details. BMJ.
2014.http://bestpractice.bmj.com/bestpra
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
166
ctice/monograph/61/treatment/details.ht
ml
24. Mercedes, Carnethon, Mary L, Biggs,
Barzilay J, Kuller LH, Mozaffarian D,
Mukamal K, Smith NL, and Siscovick D.
Diabetes and Coronary Heart Disease as
Risk Factors for Mortality in Older Adults.
Am J Med. 2010 June; 123(6): 556.e1–
556.e9.
25. BMJ Best Practice. Acute exacerbation of
congestive heart failure, treatment
details.BMJ.2014.http://bestpractice.bmj.c
om/bestpractice/monograph/62/treatmen
t/details.html
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014
167
Download