ketika kita sedang dalam kondisi normal

advertisement
MENCERMATI KONDISI BATIN:
www. depag.go.id
KETIKA KITA SEDANG DALAM
KONDISI NORMAL
Oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA
Kondisi
batin
yang
paling
perlu
diwaspadai ialah ketika kita sedang dalam
keadaan normal. Ketika semua kebutuhan
ISI
•
Orang yang serba berkecukupan seringkali sulit
beribadah secara khusyuk dan merasa tidak
akrab dengan Tuhannya, meskipun melakukan
berbagai ketaatan dan ibadah, kenapa?
•
Bagaimana dan apa kiatnya untuk memperoleh
kedekatan diri dengan Tuhan dalam keadaan
seperti ini?
tercukupi apalagi berlebihan. Musibah, hajat,
dosa besar, dan berbagai kesulitan dan
kekecewaan
hidup
lainnya
lebih
sering
mendorong seseorang untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT ketimbang kondisi
batin yang sedang berkecukupan, baik dari
segi kuantitatif maupun segi kualitatif.
Tingkat kebutuhan hidup setiap orang
berbeda-beda satau sama lain. Namun wa-
cana di dalam Islam dibedakan atas beberapa
tingkatan kebutuhan, yaitu: 1) Kebutuhan
dharury, yakni kebutuhan pokok atau basic
needs seperti kebutuhan akan makan, minum,
dan
berhubungan
suami-isteri.
2)
Kebutuhan hajjiyat, yakni kebutuhan yang
penting tetapi belum menjadi kebutuhan po-
kok, seperti kebutuhan akan sebuah tempat
tinggal, kedaraan, dan alat komunikasi. 3)
Kebutuhan tahsiniyyat, yakni kebutuhan yang
bersifat pelengkap (luxury), seperti perabotan
yang bermerek, aksessoris kendaraan, dan
handphone yang lebih canggih.
Seseorang yang berada dalam tingkat
kedua dan ketiga perlu berhati-hati karena
perjalanan spiritual dalam kondisi seperti ini
seringkali jalan di tempat. Bahkan berpeluang
untuk diajak turun oleh berbagai daya tarik
dan godaan dunia. Berbeda jika seseorang
sedang dirundung duka, sedang diuji dengan
kebutuhan mendesak, atau sedang dilanda
penyesalan dosa yang mungkin agak resisten
terhadap godaan-godaan yang bersifat materi.
Kesenangan
hidup,
apalagi
kalau
sampai berlebihan, bawaannya sulit mendaki
(taraqqi) ke langit. Sebagai contoh, orang yang
berkecukupan
sulit
sekali
berlama-lama
khusyuk dalam shalatnya, bukan hanya karena
banyaknya godaan dunia yang ada dalam
pikirannya, tetapi juga tidak punya tekanan
batin atau trigger, semacam roket pendorong
yang akan mengangkatnya ke langit. Trigger
itu biasanya suasana batin yang betul-betul
merasa
sangat
butuh
pertolongan
Tuhan.
Seperti orang yang merasakan kesulitan yang
sesegera mungkin harus mengeluarkan diri
dari kesulitan itu. Itulah sebabnya Rasulullah
pernah mengingatkan untuk waspada terhadap doa orang yang teraniaya (madhlum) karena doanya lebih cepat sampai kepada Tuhan.
Memang dalam Islam dikenal ada dua sayap
efektif yang bisa menerbangkan seseorang
menuju Tuhan, yaitu sayap sabar dan sayap
syukur. Sayap sabar terbentuk dari ketabahan
seseorang menerima cobaan berat dari Tuhan
seperti musibah, penyakit kronis, penderitaan
Ketika Kita Sedang Dalam Kondisi Normal
2
panjang, dan kekecewaan hidup. Jika sabar
menjalani cobaan itu maka dengan sendirinya
terbentuk
sayap-sayap
yang
akan
mengangkat martabat dirinya di mata Tuhan.
Sayap kedua ialah syukur. Sayap syukur
terbentuk dari kemampuan seseorang untuk
secara telaten mensyukuri berbagai karunia
dan
nikmat
mendapatkan
Tuhan,
rezki
seperti
melimpah,
penting, dan kesehatan prima.
seseorang
jabatan
Sayap sabar dan sayap syukur sama-
sama bisa mengorbitkan seseorang mendekati Tuhan tetapi pada umumnya hentakan
sayap sabar lebih kencang ketimbang sayap
syukur. Sayap sabar seolah-olah memiliki
energi ekstra yang bisa melejitkan seseorang.
Energi ekstra itu tidak lain adalah rasa butuh
yang amat sangat terhadap Tuhan (raja’),
penyerahan diri secara total kepada Tuhan
(tawakkal), dan olah batin yang amat dalam
(mujahadah).
Ketiga
energi
ekstra
ini
biasanya sulit terwujud di dalam diri orang
yang
berkecukupan.
Bagaimana
mungkin
seseorang merasa butuh terhadap Tuhan
sementara semua kebutuhan hidup serba
berkecukupan.
seseorang
Bagaimana
menyerahkan
diri
mungkin
sepenuhnya
kepada Tuhan sementara ia terperangkap di
dalam dunia popularitas. Bagaimana mungkin
melakukan olah batin sementara nuraninya
diselimuti kilauan dunia. Bagaimana mungkin
khusyuk
beribadah
kekenyangan.
sementara
perutnya
Orang yang hidupnya selalu berke-
cukupan dan enjoy dengan kehidupan seperti
itu adalah sah-sah saja. Akan tetapi jika ia
lupa bahwa kehidupan ini adalah sementara
lantas lalai mempersiapkan bekal kehidupan
akhirat maka pertanda hidup itu tidak berkah
baginya. Mungkin saja orang itu sesung-
guhnya hidup di dalam kebahagiaan semu,
selalu dibayangi oleh suasana batin yang
hambar, kering, dan membosankan.
Di dalam Islam, kekayaan dan keba-
hagiaan yang hakiki ialah kekayaan dan
kebahagiaan jiwa (al-gina ginan nafs). Tanpa
kekayaan dan kebahagiaan jiwa maka sesungguhnya tidak ada kekayaan dan keba-
hagiaan sejati. Islam tidak melarang orang
untuk mengumpulkan kekayaan materi, bahkan Islam mengharuskan orang untuk bekerja produktif tetapi tetap efisien dan efektif.
”Dunia adalah cermin akhirat”, demikian kata
Hadis. Sulit membayangkan akhirat yang baik
tanpa dunia yang sukses. Ibadah mahdlah
seperti shalat, zakat, haji, bahkan puasa, pun
membutuhkan cost. Semuanya perlu biaya
dan biaya itu urusan dunia.
Kiat mengatasi suasana batin yang
berada dalam kondisi normal ialah memper-
kuat semangat raja’ dan mujahadah di dalam
diri.
Seseorang
kehidupan
perlu
dunianya
sesekali
dengan
mengecoh
melakukan
halwat atau takhannus seperti yang pernah
dilakukan Rasulullah di Goa Hira, ketika ia
sedang
hidup
berkecukupan
di
samping
isterinya Khadijah yang kaya, bangsawan dan
serba berkecukupan. Untuk kehidupan kita
sekarang ini, mungkin tidak perlu mencari
goa
yang
terpencil
atau
jauh-jauh
meninggalkan kediaman dan keluarga.
Yang
paling
penting
ada
suasana
’uzlah (pemisahan diri) sementara dari sua-
sana hiruk pikuknya pikiran ke sebuah tem-
pat yang sejuk dan nyaman. Bisa saja dengan
melakukan i’tikaf di salahsatu mesjid, apalagi di dalam bulan suci Ramadlan. Di dalam
mesjid kita berniat untuk beri’tikaf karena
Ketika Kita Sedang Dalam Kondisi Normal
Allah. Di sanalah kita mengecoh pikiran dan
tradisi keseharian kita dengan membaca Al-
Qur’an lebih banyak, shalat, tafakkur dan
berzikir. Niatkan bahwa mesjid ini adalah goa
Hira
atau
goa
Kahfi,
yang
pernah
mengorbitkan kekasih-kekasih Tuhan, Nabi
Muhammad dan Nabi Khidhir, melejit ke atas
dan mendapatkan pencerahan.
Jika suasana batin dibiarka berlalu
menghabisi dan menyita sepanjang hidup
kita, tanpa pernah diselingi dengan rasa faqir
(miskin di mata Tuhan), apa lagi karena
deposito
melimpah
dan
kekayaan
sampai
bisa
yang
diwarisi
begitu
tujuh
generasi, dikhawatirkan yang bersangkutan
akan melahirkan generasi lemah (dha’f) di
mata Allah. Bahkan tidak mustahil akan
membebani kita di akhirat kelak. Milik kita di
akhirat hanya yang pernah dibelanjakan di
jalan
Allah.
Selebihnya
berpotensi
menyusahkan kehidupan jangka panjang kita
di alam barzah dan di alam baqa di akhirat.
Bersihkanlah harta kita dengan zakat dan
shadaqah, luruskanlah pikiran kita dengan
zikrullah, dan lembutkanlah jiwa kita tafakkur
dan tadzakkur, tangguhkanlah pendirian kita
di atas rel shirathal mustaqim. Dengan
demikian, semoga kita mendapatkan seruan
Ilahi: La tahdzan innallaha ma’ana (Jangan
khawatir, Allah bersama kita), Amin.
Nasaruddin Umar
3
Download